bagikan

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yaitu mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Hal ini diwujudkan dengan adanya paradigma sehat dan visi pambangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010 ( Depkes RI, 1999). Salah satu upaya pelayanan kesehatan yang terpenting adalah upaya peningkatan kesehatan anak yang merupakan upaya di bidang kesehatan yang salah satunya menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak sebagai sumber daya manusia pada masa yang akan datang (Depkes RI, 1999). Angka kesakitan typus abdominalis di Indonesia, tertinggi (78%) terdapat pada golongan umur 3 – 19 tahun (usia anak-anak sekolah). Menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit menunjukkan angka yang terus meningkat, yaitu jumlah kasus pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008, berturut-turut adalah 17.4, 11.3, 15.1, 16.7, dan 17.3 per 10.000 penduduk. Sementara data penyakit typus abdominalis dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 2004 menjadi 125 kasus pada tahun 2006 per 100.000 penduduk (Suhardjo, 2009). Menurut data yang didapat dari Ruang Melati diketahui bahwa periode tanggal 1 April – 19 April 2010, 10 besar penyakit di ruang tersebut adalah sebagai berikut : gastritis 2 kasus, diare 5 kasus, typoid 2 kasus, meningitis 1 kasus, kejang demam 1 1

Upload: ns-gunawan-muhaemin-skep

Post on 30-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yaitu mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Hal ini diwujudkan dengan adanya paradigma sehat dan visi pambangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010 ( Depkes RI, 1999).

Salah satu upaya pelayanan kesehatan yang terpenting adalah upaya peningkatan kesehatan anak yang merupakan upaya di bidang kesehatan yang salah satunya menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak sebagai sumber daya manusia pada masa yang akan datang (Depkes RI, 1999).

Angka kesakitan typus abdominalis di Indonesia, tertinggi (78%) terdapat pada golongan umur 3 19 tahun (usia anak-anak sekolah). Menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit menunjukkan angka yang terus meningkat, yaitu jumlah kasus pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008, berturut-turut adalah 17.4, 11.3, 15.1, 16.7, dan 17.3 per 10.000 penduduk. Sementara data penyakit typus abdominalis dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 2004 menjadi 125 kasus pada tahun 2006 per 100.000 penduduk (Suhardjo, 2009).Menurut data yang didapat dari Ruang Melati diketahui bahwa periode tanggal 1 April 19 April 2010, 10 besar penyakit di ruang tersebut adalah sebagai berikut : gastritis 2 kasus, diare 5 kasus, typoid 2 kasus, meningitis 1 kasus, kejang demam 1 kasus, broncopneumonia 2 kasus, sepsis 2 kasus, DHF 1 kasus, dan ISPA 1 kasus.Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan kasus typus abdominalis. Dalam hal ini perawat diharapkan dapat memberikan berbagai solusi untuk masalah yang ada, membantu klien meningkatkan kontrol dan menggali sumber pendidikan dan pendukung yang ada pada klien untuk memberikan bantuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An H umur 8 tahun dengan Typus Abdominalis di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan keperawatan pada klien An H dengan Typus Abdominalis di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata tentang:

a. Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien dengan typus abdominalisb. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan typus abdominalisc. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada pasien dengan typus abdominalisd. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan typus abdominalise. Pelaksanaan evaluasi pada pasien dengan typus abdominalisD. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Laporan ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.b. Bagi Institusi

Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat pelayanan kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya di ruang anak.c. Bagi Keperawatan

Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.

BAB II

TYPUS ABDOMINALIS1. Pengertian

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997 : 593).

Typus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman salmonela typhosa, salmonella paratiphic A, B, C, menyerang virus halus khususnya daerah uleum (Tohri et al, 2000 : 74).

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut pada saluran pencernaan, khususnya usus halus daerah ileum dengan gejala klinik lebih dari satu minggu.

2. Etiologi

Typus abdominalis disebabkan oleh kuman :

a. Salmonella thyposa

Kuman ini termasuk golongan bakteri berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagel yang memungkinkan kuman ini dapat bergerak, tidak berspora serta mempunyai tiga macam antigen, yaitu :

1) Antigen O (Ag O) : Antigen pada bagian soma

2) Antigen H (Ag H) : Antigen pada bagian flagel

3) Antigen Vi (Ag Vi) : Antigen pada bagian kapsul

b. Salmonella paratyphi A, B, dan C

3. Patofisiologi

Makanan atau minuman yang terkontaminasi salmonella typhosa masuk lewat mulut ke dalam lambung, kemudian kuman mengalami penetrasi yang memungkinkan kuman mati atau hidup. Bila tetap hidup, kuman akan masuk ke dalam usus halus, melalui folikel limpa yang ada dipermukaan usus halus ke saluran limfatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga res, yaitu hati, lien dan tulang. Selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain syaraf pusat (otak), ginjal dan jaringan limpa.Infeksi pada hati akan mengkontaminasi cairan empedu yang dihasilkan oleh hati, kemudian masuk ke kandang empedu sehingga terjadi kolesistis. Melalui sirkulasi enterohepatik, maka cairan empedu akan masuk ke duodenum dengan virulensi kuman yang tinggi dan akan menginfeksi intestin kembali, khususnya bagian ileum, dimana akan terbentuk ulkus yang lonjong dan dalam.

Masuknya kuman ke dalam intestin terjadi pada minggu pertama. Pada minggu ini terjadi hiperplasia plaks peyeri pada kelenjar limpoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyeri. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan bahkan sampai perporasi usus. Selain itu, hepar, kelenjar-kelenjar messential, dan limpa membesar.

4. Gejala klinik Gejala klinis thypus abdominalis pada anak biasanya lebih ringan daripada dewasa. Masa tunasnya 10 20 hari. Menurut perjalanan penyakitnya, gejala klinis typhus abdominalis terdiri dari 3 tahap, yaitu :

a. Minggu ke 1

1) Mulanya mirip dengan demam atau influenza

2) Sakit kepala dan sakit leher

3) Nadi relatif lambat dibandingkan dengan tingginya panas

4) Suhu tubuh mulai naik turun, khususnya akan naik pada malam hari dan minum menjelang pagi dan siang hari

5) Kadang-kadang terdapat muntah, diare atau konstipasi

b. Minggu ke 2

1) Suhu tubuh sangat tinggi, nadi relatif rendah

2) Terlihat beberapa bercak (bintik) merah muda pada badan

3) Badan menggigil atau bergetar

4) Mengigau atau delirium

5) Lemah, berat badan menurun, tubuh kekurangan cairan

c. Minggu ke 3

1) Suhu tubuh tetap tinggi, tetapi lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus

2) Lidah kotor dengan tepi lidah hiperemesis3) Dapat terjadi perdarahan usus, perporasi dan peritoritis dengan tanda-tanda distensi abdomen, peristaltik menurun bahkan hilang, melera, tanda-tanda shock dan penurunan kesadaran4) Jika tidak ada komplikasi, maka panas dan tanda-tanda lainnya akan hilang perlahan-lahan

5. Manajemen medik a. Pemberian antibiotik

Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali jika pasien alergi dapat diberikan obat lainnya, seperti kotroksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg / Kg BB / hari (maksimum 2 gram perhari) diberikan 4 kali sehari peroral atau intervena.

b. Istirahat dan perawatan profesional

Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu juga dijaga hygiene perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien.

c. Diet dan terapi penunjang

Pertama pasien diberi diet bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Pemberian vitamin dan mineral yang cukup perlu diberikan untuk mendukung keadaan umum pasien.

Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi parental total kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik.

6. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia a. Kebutuhan nutrisi atau cairan elektrolit

Pada umumnya pasien typhus abdominalis mengalami penurunan kesadaran, anoreksia dan demam yang lama, keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain itu, pasien typhus abdominalis menderita kelainan berupa adanya tukak, tukak pada usus halusnya sehingga makanan harus disesuaikan.b. Gangguan suhu tubuh

Pasien typhus abdominalis menderita demam yang lama akibat infeksi basil salmonella typhosa. Pada kasus yang khas, demam dapat sampai 3 minggu, keadaan termasuk dapat menyebabkan kondisi tubuh makin lemah dan mengakibatkan kekurangan cairan karena terjadi peningkatan perspirasi. Pasien dapat menjadi gelisah, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering dan pecah-pecah.

c. Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien typhus abdominalis sama dengan pasien lainnya, yaitu penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat tidur jika ia sudah dalam penyembuhan. Rasa tidak nyaman dan tidak nafsu makan juga disebabkan karena lidah kotor, bibir kering dan pecah-pecah.

d. Resiko terjadi komplikasi Penyakit typhus abdominalis menyebabkan kelainan berupa tukak-tukak pada usus halus dan dapat menjadi penyebab timbulnya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus jika tidak mendapatkan pengobatan, diet dan perawatan yang adekuat. Komplikasi juga dapat terjadi sebagai tindakan pengobatan seperti :

1) Infeksi pada daerah penusukan abocat atau terjadi hematoma (flebitis)

2) Komplikasi pada kulit (iritasi atau lecet) akibat tirah baring yang lama dan demam

3) Kekurangan nutrisi atau malnutrisi

4) Pneumonia hipostatik akibat tirah baring yang lama

e. Aktivitas

Pada pasien typhus abdominalis terjadi peningkatan metabolisme yang membutuhkan banyak energi akibat suhu tubuh yang tinggi, sehingga cadangan makanan di dalam tubuh seperti glikogen dan lemak digunakan untuk proses metabolisme tersebut. Akibatnya energi yang diperlukan untuk pergerakkan tubuh berkurang dan anak akan mengalami kelemahan fisik.

f. Kerusakan integritas kulit

Pengeluaran keringat yang banyak akibat demam yang tinggi dapat menyebabkan kulit lembab dari basah. Keadaan demikian merupakan kondisi yang ideal untuk berkembangbiaknya bakteri.

g. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakitnya

Dewasa ini pasien typhus abdominalis yang ringan serta orang tua yang sanggup dan mengerti tentang perawatan pada pasien typhus abdominalis dapat dirawat di rumah. Tetapi mengingat adanya beberapa faktor resiko yang berperan dalam timbulnya typhus abdominalis yang kebanyakan disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan orang tua, maka penyuluhan perlu dilakukan atau diberikan.

Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data subjektif

1) Pola hidup sehari-hari

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik, sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan rumah yang tidak sehat serta kebersihan perseorangan yang buruk.

2) Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah pasien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadinya.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah di dalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama.

4) Keluhan yang dirasakan klien

Dikaji lengkap dengan PQRST, keluhan yang lazim dikeluhkan oleh penderita typhus abdominalis antara lain :

a) Peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi

b) Tubuh lemah

c) Kurang nafsu makan

d) Perut kembung

e) Konstipasi atau diare

f) Nyeri abdomen

b. Data objektif

1) Peningkatan suhu tubuh

Minggu I : Demam intermitten

Minggu II : Demam remitten

Minggu III : Demam kontinoe

2) Nadi relatif bradikardi

3) Lidah kotor (berselaput putih) dan tepi hiperemesis : Stomatitis

4) Hepatomegali dan splenomegali

5) Tanda murphi positif, mengindikasikan adanya infeksi kandung kemih atau bahkan hilang 6) Dijumpai penurunan peristaltik atau bahkan hilang

7) Konstipasi atau diare

8) Distensi abdomen dan nyeri

9) Hematemiesis dan melena

10) Tanda-tanda gangguan sirkulasi akibat perdarahan, yaitu :

a) Perubahan tanda-tanda vital khususnya nadi dan tekanan darah

b) Kulit pucat dan akral dingin

c) Penurunan kesadaran

11) Tanda-tanda typhus adbominalisa) Suhu tubuh sangat tinggi

b) Distensi abdomen

c) Kesadaran menurun

d) Tidak ada peristaltik usus

c. Data penunjang pada typhus abdominalis

1. Darah tepi

Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan

2. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal

Biakan empedu untuk menemukan salmonella typhosa dan pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis typhus abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggunya. Didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih sedangkan titer pada antigen H, walaupun tinggi tetapi tidak bermakna, pada biakan empedu terdapat salmonella typhosa pada urine dan feces.

d. Analisa data NoDataEtiologiMasalah

1.DS :

Klien mengatakan mulut terasa pahit dan badan terasa lemah DO :

Porsi makan tidak habis

Klien tampak lemah

Klien muntah

Berat badan menurun Proses infeksi di usus halus

Mempengaruhi rangsang di nervus vagus dalam menyampaikan reflek lokal ke nasovagal

Sehingga sekresi asam lambung meningkat dan akan merangsang thalamus bagian distal sebagai pusat yang menimbulkan mual

Nafsu makan berkurang

Intake nutrisi berkurangKetidakseimbangan nutrisi kurang

2.DS :

Klien mengeluh badannya terasa panas

DO :

Suhu tubuh > 380C Titer salmonella (+)

Leukosit (5000 /mm1)

Nadi > 100 x/menit

Muka merah

Bibir pecah-pecahMakan yang terkotaminasi salmonella typhosa masuk ke dalam usus halus

Terjadi proses inflamasi

Masuk ke dalam aliran darah

Merangsang sintesa dalam pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang merangsang

Impuls disampaikan hypotalamus bagian thermoregulator melalui duktus thoracicus

Hipertermia Hipertemia

3.DS :

Klien mengatakan susah tidur

Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun

DO :

Klien tampak gelisah dan lesu

Suhu tubuh > 380C

Mata merah Stimulus demam tinggi

Saraf simpatis terangsang untuk memacu RAS mengaktifkan kerja organ tubuh

REM menurun

Klien terjaga Gangguan pemenuhan istirahat tidur

4DS :

Keluarga mengatakan klien tidak BAB selama 2 hari

DO :

Perut kembung Klien tidak BAB 2 hari Klien menderita thypus abdominalis

Mengharuskan klien berbaring lama

Peristaltik usus menurun Gangguan pemenuhan pola eliminasi Gangguan pola eliminasi

5.DS :

Klien mengeluh nyeri tekan di abdomen

DO :

Klien tampak meringis kesakitan Reaksi peradangan pada usus halus

Kerusakan mukosa usus halus

Merangsang reseptor nyeri

Mengeluarkan neurotransmiter bradikinin, serotinin, dan bradikinin

Persepsi nyeri Gangguan rasa nyaman : nyeri

2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan digesti dan absorpsi nutrien

b. Hipertemi berhubungan dengan adanya proses infeksi pada usus halus

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya rasa nyeri akibat peradangan

d. Gangguan pola eliminasi : BAB berhubungan dengan bedrest totale. Gangguan rasa nyaman nyeri tekan di abdomen berhubungan dengan kerusakan mukosa usus halus

3. Perencanaan

a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan digesti dan absorpsi nutrien

1) Tujuan dan kriteria hasil TujuanKriteria Hasil

Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi a) Berat badan anak dalam batas normal : 26 kg, LK: 49 cm, LP: 50 cmLLA : 14 cm

b) Porsi makan habis

c) Lidah tidak kotor

2) Rencana Tindakan dan Rasional

TujuanKriteria Hasil

a) Berikan makanan dalam bentuk lunak dan mudah dicerna

b) Berikan makanan dengan teknik sedikit tapi sering

c) Timbang berat badan tiap hari

d) Lakukan oral hygiene setiap habis makan

e) Monitor makanan yang masuk

f) Kolaborasi dalam pemberian makanan melalui parenteral a) Memudahkan pencernaan dan penyerapan oleh usus halus sehingga mengurangi beban kerja usus yang terinfeksi

b) Pemberian makan dengan porsi kecil tapi sering dapat mengurangi mual dan mencegah muntah

c) Mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan pasien

d) Kebersihan mulut sangat penting karena bila mulut kotor dan bau dapat mengurangi nafsu makan

e) Mengetahui nafsu makan pasien apakah sudah baik atau belum

f) Membantu memenuhi kekurangan nutrisi yang dibutuhkan pasien

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi pada usus halus1) Tujuan dan kriteria hasil

TujuanKriteria Hasil

Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh yang terus menerus (kontinue)a) Suhu tubuh dalam batas normal : 36 370C

b) Mukosa mulut dan bibir lembab

2) Rencana tindakan dan rasional

IntervensiRasional

a) Lakukan kompres dingin pada dahi dan ketiak

b) Monitor tanda-tanda vital

c) Atur ventilasi ruangan

d) Anjurkan agar pasien bedrest totale) Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringatf) Kolaborasi dalam pemberian therapi antibiotik a) Terjadi proses konduksi, yaitu perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah sehingga pembuluh darah yang tadinya vasodilatasi akibat demam menjadi vasokontriksi dan suhu tubuh kembali normal

b) Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel sehingga muatan listrik akan terlepas yang mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran

c) Terjadinya pergantian udara atau oksigen sehingga suhu ruangan tidak terlalu panas dan pasien dapat menghirup udara segar

d) Bedrest dapat mengistirahatkan organ yang sakit sehingga pasien menjadi tenang dan dapat membantu menurunkan suhu tubuh dan dapat mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi e) Membantu proses konduksi panas dari tubuh sehingga proses penguapan dapat berkurang

f) Antibiotik dapat memusnahkan kuman salmonella typhosa dan sebagai aspek legal pemberian obat hars sesuai dengan program pengobatan

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya rasa nyeri akibat peradangan 1) Tujuan dan kriteria hasil

TujuanKriteria Hasil

Istirahat tidur anak terpenuhi a) Anak tidak menunjukkan adanya kelelahan

b) Tidak tampak kantung mata pada mata anak

2) Rencana tindakan dan rasional

Intervensi Rasional

a) Ciptakan situasi ruangan yang tenang

b) Atur pencahayaan ruangan, bila perlu sediakan lampu tidur c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antibiotik dan antipiretik a) Lingkungan yang tenang mendorong pasien untuk bisa istirahat

b) Pencahayaan yang terlalu terang membuat pasien susah tidur

c) Antibiotik bekerja memusnahkan kuman salmonella typhosa sedangkan obat antipiretik berguna untuk mengurangi panas tubuh

d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan bedrest total Tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan serta rasional

TujuanIntervensiRasional

Gangguan pola eliminasi BAB terpenuhi dengan kriteria :

a) Bising usus 8 kali permenit b) Klien dapat BAB

c) Perut tidak kembunga) Berikan makanan yang mengandung tinggi seratb) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencaharc) Obervasi bising usus a) Dengan memberikan makanan yang mengandung tinggi serta diharapkan dapat memperlancar BAB b) Dapat memperlancar BAB

c) Dapat mengetahui bising usus

e. Gangguan rasa nyaman nyeri tekan di abdomen

Tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan serta rasional

TujuanIntervensiRasional

Rasa nyeri hilang, kriteria :

a) Skala 2 (0 5)b) Klien tidak nyeri tekan di abdomen 1. Obervasi bising usus

2. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi

3. Atur posisi senyaman mungkin

4. Hindarkan stimulus dengan memperberat nyeri1. Dapat mengetahui bising usus 2. Membantu mengurangi nyeri

3. Memberikan kenyamanan yang mengurangi nyeri

4. Mengurangi rangsang dari luar yang memperberat nyeri

BAB IIITINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

I. Identitas Data

Nama

: An. HTempat tanggal lahir : Banjarsari

Umur

: 8 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Dusun Sindangkasih Banjarsari

Agama

: Islam

Nama ayah

: Tn T

Nama Ibu

: Ny D

Pekerjaan ayah : Tani

Pekerjaan ibu

: IRT

Tanggal masuk : 23 Maret 2010

Tanggal pengkajian : 23 Maret 2010

II. Keluhan utama

Badan panas

III. Riwayat penyakit sekarang

Setelah minum es, ibu klien mengatakan 2 hari kemudian badan anaknya panas sebelumnya panas hanya siang hari tetapi selanjutnya panas terus menerus dan menyebar keseluruh tubuh. Klien merasa nyaman apabila diberi kompres hangat, klien merasa tidak nyaman apabila suhu badan tinggi, kadang panas disertai menggigil, mual (+), muntah (-), makan dan minum kurang.Saat dikaji klien mengatakan badan panas terutama pada malam hari, pusing, perut terasa sakit, mual sampai dengan muntah, mulut terasa pahit, makan dan minum kurang. Keluhan panas berkurang bila minum obat dan kompres.

IV. Riwayat kehamilan dan kelahiran 1. Prenatal

Ibu mengatakan hamil sampai umur 9 bulan, periksa di puskesmas tiap bulan dan mendapatkan imunisasi TT 2 kali, saat kehamilan awal ibu klien mengalami mual, muntah pada pagi hari.

2. Intranatal

Melahirkan ditolong oleh bidan di rumah, tidak ada komplikasi saat lahir (lilitan tali pusat, perdarahan), lahir dengan BB 3000 gram, tidak ada kebiruan setelah lahir, langsung nangis setelah lahir.

3. PostnatalBayi mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, dan mendapatkan makanan tambahan mulai umur 6 bulan, juga mendapatkan susu tambahan.

V. Riwayat masa lampau 1. Penyakit waktu kecil

Ibu klien tidak pernah menderita penyakit berat, hanya menderita sakit batuk dan pilek, dan hanya diobati dengan obat dari warung.

2. Pernah dirawat di rumah sakit : Tidak pernah3. Obat-obatan yang digunakan : Bodrexin

4. Tindakan operasi : Tidak pernah

5. Alergi : Tidak ada

6. Kecelakaan : Tidak pernah

7. Imunisasi : HB1, BCG, DPT 1 kali, polio 4 kali, campak I

VI. Riwayat KeluargaIbu mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai keluhan yang sama dengan yang dikeluhkan klien.

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: Tinggal dalam satu rumah

VII. Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh : Ibunya

2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, banyak keluarga yang menengok

3. Hubungan dengan teman sebaya : Klien mempunyai teman sebaya di lingkungan rumah dan sekolahnya

4. Pembawaan secara umum : Klien tampak lemah, pucat

5. Lingkungan rumah : Klien dan orang tua di rumah permanen dengan tetangga yang tidak begitu padat

VIII. Kebutuhan dasar sebelum sakit dan saat sakit

1. Makanan yang disukai / tidak disukai

Cokelat, es krim, selera makan klien kurang

Alat makan yang dipakai : Plato, sendok, gelas

Pola makan / jam : 3kali per hari, 06.30, 13.00, 15.00

2. Pola tidur

Kebiasaan sebelum tidur (mainan, membaca cerita)

Tidur siang : Jarang tidur siang, malam pukul 21.00 06.00 WIB

Mandi : 2 kali sehari pagi sore

Aktivitas bermain : Klien aktif dengan teman sebaya

Eliminasi : BAB 2 kali perhari, BAK 4 kali perhari, di RS klien BAB sedikit dengan konsistensi lembekIX. Keadaan kesehatan saat sakit

1. Diagnsa medis : Typhoid abdominalis

2. Tindakan operasi : -

3. Status nutrisi : Diet bubur

4. Status cairan : Kaen 4B 15 gh/m5. Obat-obatan : - Kaen 4B 15 gh/m

Socef 2 x 1 amp

Indexon 2 x 1 amp

Antain 200 mg6. Aktifitas : Bedrest

7. Hasil laboratorium : 22 Maret 2010

Jenis PemeriksaanHasilNilai Normal

HB

Leukosit

Trombosit

Hematokrit`10,0 gr/dl

8.000

165

3116 21 gr /dl

4,0-10,0 -102/ul

140-400-1043/ul

P : 35 45 LK : 40-50

Widal

Salmonela thyphi O 1/80

Salmonella parathypi Ao 1/60

Salmonella thyphi H 1/320

Salmonella parathyphi AH 1/320

X. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Composmentis

Tanda-tanda vital : T : 100/70 mmHg

S : 39,50C

N : 104 x/mnt

R : 40 x/mnt

Antropometri

TB / BB lahir

: 49cm / 3000 gram

TB / BB sekarang : 132 cm / 25 kg, BB sebelum sakit 26 kg

Lingkar kepala : 49 cm

Lingkar perut

: 50 cm

LLA

: 14 cm

Pengkajian persistem

1. Sistem pernafasan

Inspeksi :Pernafasan dada, tidak tampak retraksi dinding dada, hidung simetris

Palpasi :Ekspansi dada simetris, premitus suara simetris kiri kanan

Perkusi:Perkusi di area dada terdengar bunyi timfani

Auskultasi :VBS +/+, tidak ada wheezing, ronchi (+)

2. CardiovaskulerInspeksi :-

Palpasi :Tidak teraba pembesaran, CRT 2 detik

Perkusi:Dullnes diatas jantung

Auskultasi :S1 S2 murni reguler

3. Sistem persyarafanKesadaran : Composmentis

Pemeriksaan saraf kranial

N I:Klien dapat membedakan bau

N II:Klien dapat menyebutkan benda yang ditunjukkan penguji

N III, IV, VI:Lapang pandang normal, klien dapat menggerakkan matanya ke arah bawah, pupil isokor

N V:Klien dapat membuka dan menutup mulut, mengunyah (+)

N VII:Klien dapat mengerutkan dahi, mengangkat alis dan dapat menjulurkan lidah

N VIII:Klien dapat mendengar, tinitus (-)

N IX, X:Klien dapat mengucapkan kata dengan baik, sengau (-)

N XI:Klien dapat menengok ke kanan dan kiri

N XII:Klien dapat menjulurkan lidah, dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan

4. Sistem pencernaan

Inspeksi :Mulut dan bibir simetris, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah kotor (thypoid tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan

Palpasi :Nyeri tekan pada abdomen, klien memegangi daerah abdomen

Perkusi:Bunyi timpani di atas lambung

Auskultasi :BU 8x/m, klien mengatakan sudah + 5 hari tidak BAB, baru BAB tanggal 23, pagi sedikit-sedikit dengan konsistensi lembek

5. Sistem integumen

Pertumbuhan rambut normal, penyebaran merata, turgor kulit baik, berkeringat banyak pada saat panas timbul, akral dingin

6. Sistem genitorinaria

Klien berkemih + 3 kali perhari, tidak teraba distensi di kandung kemih, genitalia tidak dikaji 7. Sistem muskuloskeletal Ekstremitas atas bawah lengkap

Kekuatan otot 5 5

5 5

Pemeriksaan tingkat perkembangan

a. Kemandirian dan bergaul

Klien mempunyai banyak teman di lingkungan rumah maupun sekolah

b. Motorik halus

Bergerak secara konstan, klien dapat menulis, mewarnai dengan baik

c. Motorik kasar

Klien senang berolahraga, bermain seperti sepeda dan sepak bola dengan teman-temannya

d. Bahasa dan kognitif

Bahasa sudah terorganisir, klien kelas III sekolah dasar

XI. Analisa Data NoDataEtiologiMasalah

1.DS :

Klien mengeluh badannya panas

DS :

S : 39,50C

Muka tampak merah

Keringat (+)Makanan yang terkontaminasi salmonella thyposa

Masuk ke dalam usus halus

Terjadi panas implamasi

Masuk ke dalam aliran darah

Bakteri melepas endotoksin

Merangsang sintesa dalam pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang merangsang

Impuls disampaikan hypotalamus bagian thermoregulator melalui duktus thoracicus

HipertermiGangguan keseimbangan suhu tubuh : Hipertermi

2.DS :

Klien mengatakan mulut terasa pahit dan badan terasa lemah

DO :

Porsi makan tidak habis

Klien tampak lemah Berat badan menurunProses infeksi di usus halus

Fungsi usus halus dalam mengaborbsi makanan terganggu

Sari-sari makanan yang diabsorbsi menurun

Kebutuhan nutrisi kurang

Proses infeksi di usus halus

Mempengaruhi rangsang nervus vagus dalam menyampaikan refleks lokal ke nasovagal

Sehingga sekresi asam lambung meningkat dan akan merangsang thalamus bagian distal sebagai pusat yang menimbulkan mual

Nafsu makan berkurang Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.DS :

Klien mengeluh nyeri tekan di abdomen

DO :

Klien tampak meringis kesakitan Reaksi peradangan pada usus halus

Kerusakan mukosa usus halus

Merangsang reseptor nyeri

Mengeluarkan neurotransmiter bradikinin, serotinin, dan bradikinin

Persepsi nyeri Gangguan rasa nyaman : nyeri

4.DS :

Klien mengatakan susah tidur

Klien mengatakan tidur tidak nyenyak sering terbangun

DO :

Klien tampak lesu

Suhu 39,50C

Mata merah Stimulus demam yang tinggi

Merangsang susunan syaraf otonom

Mengaktifasi norcepireprin

Saraf simpatis terangsang untuk memacu RAS mengaktifkan kerja organ tubuh

REM menurun

Klien terjaga

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat

5.DS : Keluarga klien mengatakan anaknya tidak bisa BAB selama 2 hari DO :

Tidak BAB selama 2 hari Perut kembung

Bising usus 4 kali permenit Klien menderita thypus abdominalis

Mengharuskan klien berbaring lama

Peristaltik usus menurun

Gangguan pemenuhan pola eliminasiGangguan pola eliminasi : BAB

B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan dengan terjadinya proses imflamasi diusus halus akibat salmonella typhosa2. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus deman tinggi

3. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terganggunya reabsorbsi makanan di usus halus

4. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan kerusakan mukosa usus halus5. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan bedrest total C. Rencana Asuhan Keperawatan NoTujuanIntervensiRasional

1.Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi Kriteria :

Suhu 36 370C

Bibir lembab 1. Kaji suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil / diaporesis2. Pantau suhu lingkungan, batasi pengunjung

3. Berikan kompres hangat (tapid sponge)

4. Kolaborasi : Antipiretik1. Suhu 38-390C menunjukkan proses penyakit infeksivus pola dengan membantu diagnosis2. Suhu ruangan dipertahankan mendekati normal

3. Dapat membantu mengurangi demam

4. Digunakan untuk menurunkan demam dengan aksi sentral dihipotalamus

2.Kebutuhan nutrisi terpenuhi, kriteria :

Porsi makan habis

Mual tidak ada

Nafsu makan membaik

Tidak terjadi penurunan berat badan 1. Kaji abdomen, catat adanya karakter bising usus, distensi abdomen dan keluhan mual

2. Berikan perawatan oral

3. Bantu klien dalam memilih makanan dalam batasan diet

4. Berikan makanan dalam jumlah sedikit dengan sering dan penyajian menarik

5. Timbang BB tiap hari bila memungkinkan

6. Kolaborasi pemberian makanan melalui parenteral 1. Distensi abdomen sering terjadi disertai hilangnya bising usus pada kasus typhoid dengan perporasi

2. Menurunkan rangsang muntah

3. Membantu dalam memenuhi nutrisi dengan batasan diet

4. Mengurangi mual dan meningkatkan nafsu makan

5. Mengetahui peningkatan keberhasilan nutrisi

6. Membantu memenuhi nutrisi klien

3.Rasa nyeri hilang, kriteria :

Skala 2 (0 5)

Klien tidak nyeri tekan di abdomen5. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi

6. Atur posisi senyaman mungkin

7. Hindarkan stimulus dengan memperberat nyeri 5. Membantu mengurangi nyeri

6. Memberikan kenyamanan yang mengurangi nyeri

7. Mengurangi rangsang dari luar yang memperberat nyeri

4.Istirahat klien terpenuhi, kriteria : Anak tidak menunjukkan kelelahan

Tidak tampak anemis pada kantung mata 1. Ciptakan situasi ruangan yang terang 2. Atur pencahayaan ruangan bila perlu sediakan lampu tidur 3. Kolaborasi : Antibiotik 1. Lingkungan yang terang mendorong klien untuk bisa istirahat2. Pencahayaan yang terlalu terang membuat klien susah tidur

Bekerja membunuh kuman salmonella penyebab typhoid

Menurunkan demam

5.Gangguan pemenuhan pola eliminasi BAB terpenuhi, kriteria :

Klien bisa BAB Perut tidak kembung Bising usus normal : 8 x / menit1. Berikan makanan yang mengandung tinggi serat

2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

3. Observasi bising usus1. Dengan memberikan makanan yang mengandung tinggi serta diharapkan dapat memperlancar BAB

2. Dapat memperlancar BAB

3. Dapat mengetahui bising usus

D. Tindakan Keperawatan

DxImplementasiEvaluasi

1.Tanggal 23 10 2010 jam 09.00 WIB

1. Mengkaji tanda vital, perhatikan menggigil, diaporesis

TD : 100/70 mmHg

N : 100 x / menit

R : 40 x / menit

S : 3950C

Keringat banyak

R : Klien dan keluarga kooperatif

2. Memberikan kompres hangat dengan air hangat yang dibalurkan ke tubuh klien R : Klien mau dikompres, ibu klien mau mengikuti contoh perawat

3. Memantau suhu ruangan / lingkungan dengan membatasi pengunjungSuhu lingkungan panas

Pengunjung banyak

R : Pengunjung mulai dibatasi

4. Kolaborasi

Memberikan antrain 200 mg (1100)S :O :

A :

P :

I :

E :Tanggal 23 Maret 2010Jam 20.30

Klien mengeluh badan panas

Haus

S : 3790C

N : 96 x /menit

R : 32 x / menit

T : 100 x / menit

Gangguan keseimbangan suhu tubu panas (hipertermia)

Kaji tanda vital (suhu)

Kompres hangat

Ciptakan lingkungan nyaman

Kolaborasi : Antipiretik

Mengkaji tanda vital

Memberikan kompres hangat

Membatasi pengunjung

Kolaborasi

Antrain 200 mg

Masalah teratasi sebagian

2.Tanggal 23 Maret 2010 jam 09.00

1. Mengkaji bising usus, distensi abdomen

BU 8 kali permenit

Mual (+)

R ; klien kooperatif, mengeluh sakit2. Melakukan perawatan oral

Sikat gigi

R : Klien mau melakukan

3. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan dalam keadaan hangat

Makan sedikit demi sedikit

Makanan dimakan dalam keadaan hangat

R : Klien makan sedikit

4. Menimbang berat badanBerat badan 25 kg

R : Klien kooperatif S :O :

A :

P :

I :

E :Tanggal 23 Maret 2010 Jam 20.30

Klien mengeluh mual

Nafsu makan kurang

BB : 25 kg

Porsi makan porsi

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kaji bising usus

Lakukan perawatan mulut

Berikan makanan dalam porsi kecil Timbang BB Harian

Mengkaji bising usus

Melakukan perawatan mulut

Memberikan makanan dalam porsi kecil

Menimbang berat badan

Masalah belum teratasi

3Tanggal 23 Maret 2010 jam 10.00 WIB

1. Mengkaji skala nyeri

Skala nyeri 2 dari 0 5

Klien meringis

R : Klien mengeluh nyeri tekan di abdomen2. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Mengajarkan nafas dalam

Pijitan punggung

R : Klien merasa lebih nyaman

3. Menghindarkan stimulus yang memperberat nyeri

Membatasi pengunjung S :

O :

A:

P :

I :

E :Tanggal 23 Maret 2010

jam 20.30 WIB

Klien mengeluh nyeri

Skala 2 ( 0 5)

Klien meringis

Nyeri abdomen

Kaji skala nyeri

Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Hindarkan stimulus yang berlebihan

Mengkaji skala nyeri

Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Menghindarkan stimulus yang berlebihan

Masalah mulai teratasi

4.Tanggal 23 Maret 2010 Jam 20.00 WIB

1. Menciptakan lingkungan yang tenang

Membatasi pengunjung

R : Pengunjung mulai dibatasi

2. Mengatur pencahayaan ruangan

Lampu sedikit dikurangi

3. Memberikan kenyamanan pada klien

Membersihkan lingkungan S :O :

A :

P :

I :

E :Tanggal 24 Maret 2010Jam 04.30 WIB

Klien kurang tidur lelap

Mata merah Klien tampak lemahIstirahat tidur kurang gelisah Ciptakan lingkungan yang tenang

Atur pencahayaan

Berikan kenyamanan

Menciptakan lingkungan yang tenang

Mengatur pencahayaan

Memberikan kenyamanan

Masalah belum teratasi

5.Tanggal 23 Maret 2010 Jam 10.30 WIB

1. Memberikan makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan 2. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

3. Mengobservasi bising usus

Bising usus 4 x / menit S :O :

A :

P :

I :

E :Tanggal 23 Maret 2010

Jam 13.20 WIB

Keluarga klien mengeluh klien tidak bisa BAB selama 2 hari Perut kembung Tidak bisa BAB selama 2 hari Bising usus 4 x/ menit Gangguan pola eliminasi : BAB Berikan makanan yang tinggi serat

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

Observasi bising usus

Memberikan makanan yang tinggi serat

Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

Mengobservasi bising usus Klien masih belum BAB

Perut kembung

E. Catatan Perkembangan

NoCatatan PerkembanganParaf

1.S :

O :

A :

P :

I :

E : Tanggal 24 Maret 2010 Jam 10.00 WIB

Klien merasa badannya panas

Lemas

Haus (+)

Suhu 3750C

Gangguan keseimbangan suhu tubuh panas

Kaji suhu klien

Pantau suhu lingkungan

Berikan kompres hangat

Mengkaji suhu klien

Memantau suhu lingkungan

Menganjurkan pada keluarga untuk kompres hangat

Masalah mulai teratasi

2.S :

O :

A :

P :

I :

E :Tanggal 24 Maret 2010 Jam 10.00 WIB

Klien mengatakan mulai membaik nafsu makannya

Porsi makan habis porsi

Kebutuhan nutrisi kurang

Catat adanya keluhan mual

Berikan perawatan oral

Berikan makanan dalam jumlah kecil namun sering

Timbang berat badan tiap hari

Mencatat adanya keluhan mual

Melakukan perawatan mulut (sikat gigi)

Memberikan makanan dalam keadaan hangat

Menimbang BB tiap hari

Mual berkurang

Masalah mulai teratasi

3.S :

O :

A :

P :

I :

E :Tanggal 24 Maret 2010 Jam 10.00 WIB

Keluhan sakit perut berkurang

Skala 0

Nyeri abdomen

Ajarkan teknik distraksi, relaksasi

Atur posisi senyaman mungkin

Mengajarkan teknik relaksasi dan mengatur posisi nyaman

Masalah teratasi

4.S :O :A :

P :

I :

E :Tanggal 24 Maret 2010 Jam 13.20 WIB

Keluarga klien mengatakan anaknya belum BAB selama 2 hari

Perut kembung

Klien tidak BAB selama 2 hari

Pola eliminasi BAB belum terpenuhi

Berikan makanan yang tinggi serat

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

Observasi bising usus

Memberikan makanan yang tinggi serat

Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

Mengobservasi bising usus

Gangguan pola eliminasi BAB belum terpenuhi

BAB IVPEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis mencoba membahas tentang kasus typus abdominalis pada klien An H di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Setelah melaksanakan praktek keperawatan secara langsung kepada klien, penulis memahami bahwa proses keperawatan yang dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan teori yang didapat.Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997 : 593).

Dari hasil pengkajian dalam data subjectif yang ditemukan penulis adalah bahwa keluarga mengatakan ada salah satu keluarga anaknya menderita penyakit typus abdominalis. Ibu klien mengatakan bahwa sejak + 1 minggu yang lalu ibu mengatakan badannya panas, sebelumnya panas hanya siang hari tetapi selanjutnya panas terus menerus tanpa henti. Kadang panas disertai menggigil, mual (+), muntah (-), makan dan minum kurang. Saat dikaji klien mengatakan badan panas, pusing, perut terasa sakit, mual, muntah, mulut terasa pahit, makan dan minum kurang. Keluhan panas berkurang bila minum obat dan dengan kompres.

Masalah yang biasanya muncul pada kasus typus abdominalis adalah nyeri tekan di abdomen, hipertermi, gangguan pemenuhan istirahat tidur, dan gangguan pola eliminasi BAB. A. Hasil pengkajian masalah yang dilakukan penulis diketahui bahwa masalah yang muncul pada klien adalah :

1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh Ditandai dengan suhu tubuh klien 3950C, muka tampak merah, dan berkeringan. Sehingga dilakukan pemantauan suhu tubuh klien, pemantauan suhu lingkungan, pemberian kompres hangat, dan memberikan antipiretik.

2. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhanDitandai dengan klien mengatakan bahwa mulut terasa pahit dan badan terasa lemas, porsi makan tidak habis, dan klien tampak lemah. Sehingga perlu dikaji abdomen klien, memberikan perawatan oral, membantu klien dalam memilih makanan dalam batasan diet, memberikan makanan dalam jumlah sedikit dengan sering dan penyajian menarik, menimbang BB klien setiap hari, dan berkolaborasi dalam melakukan pemberian makanan parenteral.3. Gangguan rasa nyaman nyeri Ditandai dengan klien memegangi daerah abdomen, wajah klien meringis dan klien mengeluh nyeri abdomen. Sehinga klien harus diajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengatur posisi klien senyaman mungkin, dan mengindarkan klien pada stimulus yang memperberat nyeri.4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahatDitandai dengan klien mengatakan bahwa klien susah tidur, klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun. Sehingga harus diciptakan situasi lingkungan yang tenang bagi klien, pengaturan cahaya ruangan, dan memberikan antibiotik serta antipiretik untuk membunuh kuman penyebab typus dan menurunkan demam.5. Gangguan pola eliminasi BAB Ditandai dengan klien tidak bisa BAB selama 2 hari, perut kembung, bising usus 4 x / menit.B. Tujuan yang diharapkan yaitu :

1. Suhu tubuh normal, yaitu : 36 370C

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : porsi makan habis, mual (-), nafsu makan membaik, berat badan stabil

3. Rasa nyeri tekan di abdomen berkurang dengan kriteria : skala nyeri 1, tidak nyeri tekan di abdomen

4. Istirahat klien terpenuhi dengan kriteria anak tidak gelisah, mata tidak merah, klien bisa istirahat

5. Pola eliminasi : BAB terpenuhi dengan kriteria : klien bisa BAB, perut tidak kembung, peristaltik usus normal, bising usus normal 8 x / menit.

C. Intervensi yang dilakukan yaitu :

1. Kaji suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil / diaporesis

2. Pantau suhu lingkungan, batasi pengunjung

3. Berikan kompres hangat (tapid sponge)

4. Kolaborasi : Antipiretik

5. Kaji abdomen, catat adanya karakter bising usus, distensi abdomen dan keluhan mual

6. Berikan perawatan oral

7. Bantu klien dalam memilih makanan dalam batasan diet

8. Berikan makanan dalam jumlah sedikit dengan sering dan penyajian menarik

9. Timbang BB tiap hari bila memungkinkan

10. Kolaborasi pemberian makanan melalui parenteral

11. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi

12. Atur posisi senyaman mungkin

13. Hindarkan stimulus dengan memperberat nyeri

14. Ciptakan situasi ruangan yang terang

15. Atur pencahayaan ruangan bila perlu sediakan lampu tidur

16. Kolaborasi : Antibiotik

17. Berikan makanan yang mengandung tinggi serat

18. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

19. Observasi bising ususD. Implementasi yang dilakukan yaitu :

1. Suhu 38-390C menunjukkan proses penyakit infeksivus pola dengan membantu diagnosis

2. Suhu ruangan dipertahankan mendekati normal

3. Dapat membantu mengurangi demam

4. Digunakan untuk menurunkan demam dengan aksi sentral dihipotalamus

5. Distensi abdomen sering terjadi disertai hilangnya bising usus pada kasus typhoid dengan perporasi

6. Menurunkan rangsang muntah

7. Membantu dalam memenuhi nutrisi dengan batasan diet

8. Mengurangi mual dan meningkatkan nafsu makan

9. Mengetahui peningkatan keberhasilan nutrisi

10. Membantu memenuhi nutrisi klien

11. Membantu mengurangi nyeri

12. Memberikan kenyamanan yang mengurangi nyeri

13. Mengurangi rangsang dari luar yang memperberat nyeri

14. Lingkungan yang terang mendorong klien untuk bisa istirahat

15. Pencahayaan yang terlalu terang membuat klien susah tidur

16. Bekerja membunuh kuman salmonella penyebab typhoid

17. Menurunkan demam

18. Dengan memberikan makanan yang mengandung tinggi serta diharapkan dapat memperlancar BAB

19. Dapat memperlancar BAB

20. Dapat mengetahui bising ususE. Evaluasi yang didapat adalah :1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh panas (hipertermi) terpenuhi yaitu suhu tubuh 37,50C

2. Gangguan istirahat tidur terpenuhi dengan kriteria klien bisa tidur

3. Gangguan pemenuhan nutrisi berkurang dengan kriteria klien dapat makan sedikit tapi sering, mual berkurang, muntah tidak ada, makan habis porsi

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berkurang dengan kriteria skala nyeri 1, nyeri tekan di abdomen berkurang5. Gangguan pola eliminasi : BAB belum teratasi karena tidak diberikan obat anti laxatifBAB VKESIMPULAN

Setelah dilaksanakannya proses asuhan keperawatan pada An H dengan kasus typus abdominalis di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar dapat diambil kesimpulan sesuai dengan tujuan khusus, yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien dengan typhus abdominalis 2. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan typus abdominalis

a. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan dengan terjadinya proses imflamasi diusus halus akibat salmonella typhosa

b. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus deman tinggi

c. Gangguan pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan terganggunya reabsorbsi makanan di usus halus

d. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen

e. Gangguan pola eliminasi BAB

3. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada pasien dengan typus abdominalis

a. Kaji suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil / diaporesis

b. Pantau suhu lingkungan, batasi pengunjung

c. Berikan kompres hangat (tapid sponge)

d. Kolaborasi : Antipiretik

e. Kaji abdomen, catat adanya karakter bising usus, distensi abdomen dan keluhan mual

f. Berikan perawatan oral

g. Bantu klien dalam memilih makanan dalam batasan diet

h. Berikan makanan dalam jumlah sedikit dengan sering dan penyajian menarik

i. Timbang BB tiap hari bila memungkinkan

j. Kolaborasi pemberian makanan melalui parenteral

k. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi

l. Atur posisi senyaman mungkin

m. Hindarkan stimulus dengan memperberat nyeri

n. Ciptakan situasi ruangan yang terang

o. Atur pencahayaan ruangan bila perlu sediakan lampu tidur

p. Kolaborasi : Antibiotik

q. Berikan makanan yang mengandung tinggi serat

r. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

s. Observasi bising usus4. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan typus abdominalis

a. Mengkaji tanda vital, perhatikan menggigil, diaporesis

b. Memberikan kompres hangat dengan air hangat yang dibalurkan ke tubuh klien

c. Memantau suhu ruangan / lingkungan dengan membatasi pengunjung

d. Kolaborasi

e. Mengkaji bising usus, distensi abdomen

f. Melakukan perawatan oral

g. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan dalam keadaan hangat

h. Menimbang berat badan

i. Mengkaji skala nyeri

j. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi

k. Menghindarkan stimulus yang memperberat nyeri

l. Menciptakan lingkungan yang tenang

m. Mengatur pencahayaan ruangan

n. Memberikan kenyamanan pada klien

o. Memberikan makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan

p. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar

q. Mengobservasi bising ususPola pemenuhan eliminasi BAB belum terpenuhi karena kami tidak berkolaborasi dalam pemberian obat anti laxatit5. Pelaksanaan evaluasi pada pasien dengan typus abdominalisa. Suhu tubuh menurun yaitu 36 - 37,50Cb. Mual berkurang, muntah (-), porsi makan habis, berat badan stabil

c. Skala nyeri 1, nyeri tekan diabdomen berkurang

d. Klien dapat beristirahat dengan tenang, klien tidak gelisah, mata klien tidak merah

e. Klien masih belum BAB, perut masih kembung

30