bahan ajar ham bagi guru (final)
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
1/180
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
2/180
BAHAN AJAR HAM BAGI GURU
Pengarah
Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, Ph.D
Penaggung Jawab
Drs. Agus Rawan, SH, MM, M.Si
Narasumber
Dr. Solahuddin
Ketua
Drs. Agoes Zadjuli
SekretarisLia Mariani, S.Sos
Anggota
Sofia Alatas, SH, CN
Markus Simarmata, S.Sos
Windra Aris Pratama, SE,
Kamal, SH
Rani Purwanti Kumalasari, S.Sos
Penerbit
Direktorat Jenderal HAM
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Jalan.HR. Rasuna Said Kav C 4-5
Kuningan Jakarta Selatan,
Tlp (021) 2525941
Fax (021) 2525941
Ihak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Copyrigth @ Direktorat Jenderal HAM 2013
Pengutipam hanya seijin penerbit, kecuali untuk kepentingan resensi dan keilmuan.
Memperbanyak buku ini dengan cara fatokopi atau bentuk reproduksi lain alasan
apapun tidak dibenarkan.
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
3/180
Kata Pengantar
Bahan Ajar HAM bagi Guru 95
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
4/180
Bahan Ajar HAM bagi Guru94
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
5/180
KATA PENGANTAR
paya penegakan HAM berarti setiap warga negara harus menghargai,
Umenghormati dan menganggap penting semua proses dan upaya pemahamanHAM. Pengenalan nilai-nilai HAM dapat diinternalisasikan dan disosialisasikan
melalui pelatihan HAM. Pelatihan HAM bagi guru sangat penting untuk
diintegrasikan, dimana hal tersebut akan lebih berhasil dengan dukungan
ketersediaan Bahan Ajar Pelatihan HAM bagi guru.
Setelah Modul bagi guru telah selesai disusun dan dicetak pada tahun 2012, untuk
lebih melengkapi modul tersebut, pada tahun 2013 ini Direktorat Jenderal HAM
melalui Direktorat Penguatan HAM memandang perlu melanjutkannya dengan
Bahan Ajar Pelatihan HAM Bagi Guru.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya
meningkatkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM. Dalam tugas-
tugasnya, guru juga sangat berpotensi melakukan pelanggaran HAM terhadap para
siswa/siswinya. Oleh karena itu, pelatihan HAM bagi para guru penting untuk
dilakukan. Untuk mendukung hal tersebut, perlu disusun dengan cermat suatu bahan
ajar pelatihan HAM bagi Guru.
Bahan ajar ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Namun kami berharap segala
materi dalam bahan ajar ini dapat memberi inspirasi dan pemahaman lebih
khususnya bagi para guru agar pengimplementasian nilai-nilai HAM dapat lebih
mudah dan efektif , dan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Pada akhirnya harapan kami bahwa bahan ajar ini menjadi sarana yang juga berguna
bagi fasilitator maupun pelatih HAM, dan mampu memberikan penguatan HAM bagi
Bahan Ajar HAM bagi Guru 95
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
6/180
para guru baik di tingkat nasional, provinsi ataupun kabupaten/kota guna
mengimplementasikan HAM ke dalam proses belajar mengajar di satuan pendidikan
masing-masing.
Tim Penyusun
Bahan Ajar HAM bagi Guru94
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
7/180
Daftar Isi
Bahan Ajar HAM bagi Guru 95
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
8/180
Bahan Ajar HAM bagi Guru94
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
9/180
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ___ iii
DAFTAR ISI ___ v
BAB I MEMAHAMI NILAI-NILAI HAM
A. Pengertian HAM ___ 1
B. Filosofi HAM ___ 5
C. Prinsip-Prinsip HAM ___ 9
D. Karakteristik HAM ___ 11
BAB II HAK ATAS PENDIDIKAN SEBAGAI HAM
A. Dasar Filosofi Hak Atas Pendidikan ___ 55
B. Instrumen Internasional Hak Atas Pendidikan ___ 63
C. Instrumen Nasional Hak Atas Pendidikan ___ 75
BAB III TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH ATAS PEMENUHAN
HAK PENDIDIKAN
A. Problematika Pemenuhan Hak Atas Pendidikan ___ 83
B. Kewajiban Pemerintah dalam Pemenuhan
Hak Atas Pendidikan ___ 86
C. Hak Pendidikan bagi Semua ___ 90
BAB IV PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BERBASIS HAM
A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Guru ___ 95
B. Pembelajaran Berbasis Pemenuhan Hak Anak ___ 97
C. Hak Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ___ 113
D. Contoh Kasus Pelanggaran HAM dalam Dunia Pendidikan ___ 116
Bahan Ajar HAM bagi Guru 95
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
10/180
Bahan Ajar HAM bagi Guru94
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
11/180
Bab 1
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
12/180
Bahan Ajar HAM bagi Guru2
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
13/180
Bab 1MEMAHAMI NILAI-NILAI HAM
A. PENGERTIAN HAM
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM), berdasarkan Universal Declaration of
Human Rights, adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sedangkan berdasarkan UU no. 39 tahun 1999 diartikan sebagai hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
HAM adalah hak-hak yang (seharusnya) diakui secara universal sebagai hak-hak
yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat kelahirannya sebagai
manusia. Dikatakan 'universal' karena hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian
dari kemanusiaan setiap individu, tak peduli apapun warna kulitnya, jenis
Lihat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948
Lihat Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
1
1
2
2
Bahan Ajar HAM bagi Guru 1
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
14/180
kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan agama atau kepercayaan
spiritualnya. Sementara itu dikatakan 'melekat' atau 'inheren' karena hak-hak
itu sudah ada dengan sendirinya berkat kodrat kelahirannya sebagai manusia
dan bukan karena pemberian oleh suatu organisasi atau kekuasaan mana pun.Juga, dikatakan 'melekat' karena pada dasarnya hak-hak ini tidak sesaat pun
boleh dirampas atau dicabut oleh pihak lain.
Pengakuan atas adanya hak-hak manusia yang asasi memberi jaminan secara
moral maupun demi hukumkepada setiap manusia untuk menikmati
kebebasan dari segala bentuk penghambaan, penindasan, perampasan,
penganiayaan atau perlakuan apapun lainnya yang menyebabkan manusia itutak dapat hidup secara layak sebagai manusia yang dimuliakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Namun demikian, tidaklah mudah memahami konsep HAM bila kita tidak bisa
memahami apa sesungguhnya yang dimaksud dengan konsep hak. Karena
kekaburan pengetahuan mengenai konsep ini dapat mengakibatkan
pemahaman yang salah tentang HAM.
Mengenai makna hak, kita bisa berangkat dari pertanyaan tentang perbedaan
situasional pada seseorang ketika ia memiliki hak dan pada saat ia tidak
memiliki hak. Perbedaan itu terletak pada timbulnya kewajiban pada orang lain,
yaitu si pemilik hak (subjek hak) menuntut haknya (objek hak) agar dapat
dipenuhi oleh orang lain. Hak untuk hidup seseorang misalnya, menimbulkan
adanya kewajiban orang lain untuk memenuhinya. Hak berhubungan dengan
kewajiban. Kepemilikan hak pada seseorang akan menyebabkan adanya
kewajiban yang diberikan oleh orang lain kepada pemilik atau subjek hak
tersebut. Konsep hak bersifat selalu menghubungkan antar-individu
participation in rights is participation in relations with others. Begitu pula
Lihat bahan ajar, Konsep Dasar HAM, Direktorat Jendral HAM Kementrian Hukum dan HAM Republik3
3
Bahan Ajar HAM bagi Guru4
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
15/180
dengan hak individu, ia menghubungkan setiap individu sebagai pemilik hak
dengan pihak lain sebagai pemilik kewajiban terhadapnya sekaligus
menghubungkan setiap individu yang memiliki kewajiban dengan semua
individu lainnya yang memiliki hak. Itulah sekilas ulasan mengenai konsep hakyang sekaligus berhubungan dengan kewajiban, agar bisa lebih tepat
memahami pengertian HAM.
Dalam tradisi Barat, Hak Asasi Manusia dikenal dengan istilah "right of man"
yang juga melingkupi "rights of women". Istilah "right of man" menggantikan
istilah "natural right". Eleanor Roosevelt, kemudian mengubahnya dengan
istilah "human rights", karena istilah ini dipandang lebih netral dan universal.Meskipun tidak ada konsensus yang tunggal tentang makna yang tepat dari
istilah "hak asasi manusia", namun semua kalangan sepakat dan setuju bahwa
hak asasi manusia memberikan kemampuan kepada setiap orang untuk
memiliki dan menikmati kualitas hidup dalam standar minimal yang berkaitan
dengan kebebasan, keadilan, persamaan di hadapan hukum, dan kesempatan
untuk memenuhi kebutuhan dasar atas budaya, ekonomi, dan sosial.
B. FILOSOFI HAM
HAM pada dasarnya adalah nilai universal yang ada dalam setiap kelompok
masyarakat di dunia. Akan tetapi catatan tentang sejarah pemikiran HAM
dalam berbagai literature umumnya dimulai dengan sejarah yunani kuno,
pidato pemakaman Pericles yang sangat terkenal pada tahun 431 SM
membeberkan visi Athena tentang kebebasan, demokrasi dan persamaan.
Namun ide ini terkubur selama seratus tahun dan terlupakan pada 338 SM
karena Athena bertekuk lutut pada bangsa Macedonia. Ide ini dilanjutkan
dengan ide kebebasan dan persamaan yang disebar luaskan oleh Socrates yang
Eleanor Roosevelt, Stuggle for Human Rights, ditelusur melalui http://www.udhr.org/history /biographies
/bioer.htm pada 19 April 2013
Ditelusur melalui http://www.udhr.org/history/biographies/bioer.htm
Lihat bahan ajar, Konsep Dasar HAM, Direktorat Jendral HAM Kementrian Hukum dan HAM RepublikIndonesia, 2011
4
5
6
6
5
4
Bahan Ajar HAM bagi Guru 5
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
16/180
justru berimbas buruk pada dirinya. Hukuman meminum racun dipilihnya demi
mempertahankan ide kebebasannya.
Sementara itu para filsuf Stoic secara eksplisit berhasil merumuskan doktrin
libertarian mengenai hak-hak individu yang bisa dijumpai di dalam Bible dan
kertas kerja Marcus Cicero, negarawan Romawi dan Plutarch, esais Yunani.
Namun berbagai gagasan tersebut tidak bertahan lama dalam struktur politik
emperium Romawi hingga menguap pada abad pertengahan. Seorang filsuf
Romawi, Horace sangat terkenal dengan seruan2nya:"Sapere Aude!", "Dare to
Know!", dan "Have the courage your understanding!" (Teguhlah pada pemikiran
sendiri, jangan hanya membeo dan pakailah otakmu). Pandangan ini dianggapmerupakan pemikiran pencerahan yang secara konsisten menekankan pada
nalar dan kebebasan yang berdampingan atau beraliansi satu dengan yang lain
guna melawan berbagai kepalsuan tradisi, alam dan politik.
Pandangan ini menginspirasi filsuf Immanuel Kant (1724-1804) untuk
menterjemahkan makna pencerahan (the enlightenmen/abad pencerahan
yang lahir pada periode-nya) sebagai suatu proses dimana semua manusiaberpartisipasi sekaligus sebagai suatu tindak keberanian melakukan
penyempurnaan diri secara personal. Proses ini meliputi pendekonstruksian
berbagai kebiasaan, takhayul, keterbelakangan, yang mengemansipasi manusa
dari berbagai limitasi (penguasa/gereja) yang merupakan norma yang berlaku
pada masa itu. Menurut Kant "ketika kebebasan menjadikan masyarakat
berfikir sendiri dengan nalarnya, terhadap segala sesuatu yang menjadi
urusannya. Tuntutan Kant menjadi prasyarat adanya kebebasan berbicara dan
berpikir.
Lihat bahan ajar, Konsep Dasar HAM, Direktorat Jendral HAM Kementrian Hukum dan HAM Republik
Indonesia, 2011
Immanuel Kant, Zum ewigen FriedenAnhang II (1795) in: Smtliche Werkevol. 5, (Grand Duke Wilhelm
Ernst ed. 1927) hlm. 703
Hugo Adam Bedau,"Anarchical Fallacies": Bentham's Attack on Human Rights, Human Rights Quarterly-
Volume 22, Number 1, February 2000, pp. 261-279
7
7
8
8
9
9
Bahan Ajar HAM bagi Guru6
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
17/180
Kant bukan satu-satunya filsuf yang mengembangkan pemikiran tentang hak
asasi manusia. Pemikiran dari Hugo Grotius (1583-1645), seorang yang dikenal
sebagai bapak hukum internasional modern, atau Samuel von Pufendorf (1632-
1694) dan John Locke (1632-1704) merupakan gambaran tentangperkembangan pemikiran yang mengemuka saat itu. Locke misalnya, konsep
tentang natural rights yang menguraikan tentang rangkaian hak asasi yang
merupakan hak-hak dasar seperti hak hidup, kebebasan dan kepemilikan. Jean-
Jacques Rousseau (1712-1778) mengelaborasi konsep hak asasi manusia
berdasarkan pandangan tentang bagaimana penguasa menterjemahkannya
dalam kebijakan yang dibuat bagi masyarakat atas dasar kontrak sosial.
Gambaran tentang perkembangan pemikiran HAM pada dasarnya juga dapat
ditelusuri dari para tokoh yang berasal dari belahan dunia timur. Mahatma
Gandhi merupakan salah satu tokoh yang memperjuangkan nilai HAM,
Mahatma Gandhi (1869-1948) yang hadir sebagai salah satu pejuang
kemerdekaan India. Ia mengajarkan pemahaman konsep self determination
atau penentuan nasib sendiri serta non-violence sebagai perlawanan tanpa
kekerasan. Sebagai seorang ahli hukum, Gandhi banyak mempercayai perjuang
melalui jalur diplomasi dan hukum yang bila merujuk kepada ajaran Krishna
Chaitanya (1478-1533) berkaitan erat dengan prinsip persamaan dimuka
hukum.
Di Indonesia sendiri pandangan beberapa tokoh seperti Kartini merupakan
bagian dari sejarah perkembangan pemikiran HAM di Indonesia. Pemikiran
Kartini yang di dalam bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang dimana ia menulis
tentang pentingnya niali persamaan sebagai berikut:
Jiwa yang sama tak memandang warna, tak memandang pangkat
dan tingkat, tetapi tangan berjabat dalam hal apapun jua
Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, (Yogyakarta: Narasi,2011) hlm.46710
10
Bahan Ajar HAM bagi Guru 7
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
18/180
Reaksi kemarahannya tentang sikap merendahkan dari para penjajah
kepada orang-orang bumi putera sebagai berikut:
Aku yakin orang-orang tidak akan memberikan seperempat
perhatian mereka pada kami (seandainya kami tidak) memakai
kebaya dan sarung, melainkan gaun, (seandainya) selain nama jawa
kami, kami punya nama Belanda.
Dalam tulisannya yang lain Kartini pun menulis tentang hak atas
kebebasan berpikir dan berekspresi sebagai berikut:
Aku ingin (menulis disurat khabar) tetapi tidak dengan namakusendiri, aku ingin tetap tidak dikenal. Di Hindia ini, jika seseorang
mendengar tentang artikel-artikel yang ditulis perempuan jawa,
mereka akan segera tahu siapa yang menulis tulisan ini.
Perkembangan pemikiran tentang HAM juga mencatat tentang pembelaan
(pleidoi) Bung Karno didepan pengadilan colonial (volkstraat) yang kemudian
menghukumnya. Didalamnya ia menyatakan gugatan ayas hak ataspersamaan dan kebebasan serta lepas dari penganiayaan adalah milik semua
orang dan setiap bangsa didunia. Dituturkannya:
Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak, diberi pegangan atau tidak
diberi pegangan, diberi penguat atau tidak diberi penguat, tiap-tiap
makhluk, tiap umat, tiap-tiap bangsa, tidak boleh tidak pada
akhirnya berbangkit, pada akhirnya bangun, pada akhirnya
menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan
teraniaya oleh suatu daya angkara murka.
Dari paparan di atas tentang landasan filosofis HAM maka dapat disimpulkan
bahwa sesungguhnya memahami hak Asasi manusia bukanlah sesuatu yang
sulit karena HAM adalah nilai yang berlaku secara universal.
Bahan Ajar HAM bagi Guru8
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
19/180
C. PRINSIP-PRINSIP HAM
Untuk mempermudah mengenali dan memahami HAM, baik dalam praktik
kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks yang lebih luas, maka dapat
dirumuskan prinsip-prinsip HAM yang merupakan acuan untuk memperlakukan
setiap umat manusia dimana pun mereka berada. Prinsip-Prinsip tersebut
adalah :
1. Bersifat Universal (universality)
Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan
masyarakat di seluruh dunia seharusnya memahmi dan menjungjungtinggi hal itu. Universalitas hak berarti bahwa hak tidak dapat berubah atau
hak tidak dialami dengan cara yang sama oleh semua orang. HAM tidak
lahir dari ruang kosong, namun lahir dari situasi dan kondisi tertentu.
Dipengaruhi oleh budaya dan aspek-aspek sosial dalam masyarakat
tertentu. Dalam konteks ini HAM bersifat universal pada aspek material
(substansi persoalan) yaitu hak-hak yang diatur dalam Pasal 1 sampai 27
DUHAM. Namun bagaimanapun HAM diimplementasikan di tiap wilayah
atau negara, bisa partikular sesuai dengan budaya, kontruksi sosial dan
peraturan formal yang berlaku. Hanya saja, jika formal bertentangan
dengan yang substansi, maka yang formal tersebut harus diubah. Karena
tidak semua intrumen HAM nasional telah sesuai dengan instrumen HAM
Internasional.
2. Martabat Manusia (human dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di
dunia. Prinsip-prinsip HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa
memperhatikan umur, budaya, keyakinan, etnis, ras, jender, orientasi
Lihat, Modul Pelatihan HAM untuk Para Guru di Sekolah, Direktorat Penguatan HAM Kementrian Hukum
dan HAM RI, 2012.
11
11
Bahan Ajar HAM bagi Guru 9
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
20/180
seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial. Setiap manusia, oleh
karenanya harus dihormati dan dihargai hak asasinya. Konsekuensinya
semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak bisa
digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarki.
3. Kesetaraan (equality)
Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat
yang melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM
menyatakan bahwa Setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan
sederajat dalam harkat dan martabatnya.
4. Non Diskriminasi (non-discrimination)
Non diskriminasi terintegrasi dalam prinsip kesetaraan. Prinsip ini
memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang
lain karena faktor-faktor luar seperti misalnya ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya, kebangsaan,
kepemilikan, status kelahiran atau lainnya.
5. Tidak dapat dicabut (inalienability)
Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.
6. Tidak Bisa dibagi (indivisibility)
HAM -baik hak sipil, politik, budaya dan ekonomi- semuanya bersifat
inheren yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada
satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak
setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi., hak tersebut merupakan modal dasar
bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak
atas kesehatan atau hak atas pendidikan.
Bahan Ajar HAM bagi Guru10
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
21/180
7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak
lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya dalam
situasi tertentu hak atas pendidikan atau hak atas informasi adalah hak
yang saling bergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, pelanggaran
HAM saling bertalian; hilangnya satu hak akan mengurangi hak lainnya.
8. Tanggungjawab Negara (state rensponsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggungjawab untuk
menaati hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-normahukum dan standar yang tercantum di dalam intrumen-intrumen HAM.
Seandainya mereka gagal dalam melaksanakan tanggungjawabnya, pihak
pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak,
sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan yang kompeten
atau adjudikator (penuntut) lain yang sesuai dengan aturan dan prosedur
hukum yang berlaku.
D. KARAKTERISTIK HAM
Hak asasi manusia memiliki ciri dan kharakteristik tertentu yang menjadi
pembeda dengan hak-hak umum lainnya, diantara kharakteristik HAM adalah:
1. Bersifat Universal dan tidak dapat dicabut
Pada dasarnya hak asasi manusia itu inherent bagi semua manusia dalam
pengertian bahwa hak ini dimiliki oleh setiap manusia dan melekat
padanya (bukan merupakan hak yang diberikan atau hadiah). Disamping
itu hak ini sering dinyatakan inalienable atau tidak dapat dikesampingkan
(walaupun dengan aturan hukum tertentu).
Lihat, Modul Pelatihan HAM untuk Para Guru di Sekolah, Direktorat Penguatan HAM Kementrian Hukum
dan HAM RI, 2012.
12
12
Bahan Ajar HAM bagi Guru 11
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
22/180
2. Saling bergantung dan berkaitan satu sama lain (interdependence and
interrelatedness)
Pemenuhan suatu hak tertentu kadangkala bergantung pada adanya
pemenuhan hak lainnya. hak atas kebebasan berpendapat dengan hak atas
upah yang layak, hak atas pendidikan dengan hak untuk memperoleh
informasi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, tidaklah dapat dinyatakan
bahwa pemenuhan satu hak menjadi lebih penting daripada pemenuhan
hak lainnya karena satu dan yang lairsaling berkaitan.
3. Persamaan dan tanpa diskriminasi (equality dan nondiskrimination)
Dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dunia, setiap individu pada
dasarnya sederajat. Oleh karenanya keberlakuan yang sama bagi setiap
orang atas hak asasi manusia. Setiap individu berhak sepenuhnya atas hak-
haknya tanpa adanya perbedaan dengan alasan apapun, seperti warna
kulit, jenis kelamin, etnis, usia, bahasa, agama, pandangan politik,
kewarganegaraan, latar belakang sosial, kecacatan, atau alasan perbedaan
lainnya.
4. Tidak dapat dibagi (indivisibility)
Hak asasi manusia secara teoretis memang terbagi dalam berbagai jenis
hak seperti hak sipil, hak politik, hak sosial, hak budaya, atau hak ekonomi.
Akan tetapi dalam implementasinya semua hak itu inheren dan menyatu
dalam harkat-martabat manusia. Konsekuensi logis dari pemikiran ini
adalah semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, tidak
bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis. Pelanggaran
atau tidak terpenuhinya pada satu hak akan berdampak pula pada
pelanggaran atau tidak terpenuhinya hak lainnya.
Bahan Ajar HAM bagi Guru12
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
23/180
5. Turut berpartisipasi dan berperan aktif
Setiap individu adalah bagian dari seluruh anggota masyarakat berhak
untuk turut berpartisipasi dan berperan aktif serta berkontribusi dalam
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia baik bagi diri sendiri
maupun perlindungan dan pemenuhan ham bagi orang lain. Setiap
anggota masyarakat juga dapat berkontribusi dalam pembangunan dan
berbagai upaya pemenuhan baik hak sipil, hak politik,ekonomi, sosial,
budaya, dan demi perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar.
6. Akuntabilitas dan penegakan hukum ( accountability dan rule of law)
Negara dan lembaga lainnya sebagai pemangku kewajiban bertanggung
jawab untuk mentaati hak asasi manusia. Hal itu merupakan kewajiban
negara dengan alat-alat kekuasaannya untuk memenuhi dan
melindunginya dan bukan kewajiban individu. Mereka harus tunduk pada
norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen hak
asasi manusia. Seandainya terdapat kegagalan dalam upaya pelaksanaan
tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk
mengajukan tuntutan secara layak dan penyelesaian yang adil sesuai
prosedur hukum yang berlaku. Dampak penting akibat dari karakter ini
adalah bahwa hak asasi manusia dengan sendirinya harus dilindungi oleh
hukum (rule of law). Selanjutnya, bila terjadi sengketa berkaitan dengan
hak asasi tersebut maka harus diselesaikan melalui proses ajudikasi oleh
lembaga peradilan yang kompeten, tidak berpihak dan mandiri, melalui
hukum acara yang jelas, sehingga dapat dipastikan akan adanya suatu
penyelesaian yang adil, jujur, sehingga masalah yang disengketakan
menjadi jelas dan dapat diselesaikan.
Tidaklah dipungkiri bahwa HAM lahir dari konflik antara individu dengan
penguasa atau negara. Oleh karenanya, ide dasar dari HAM adalah melindungi
warga masyarakat dari kesewenang-wenangan penguasa. Berdasarkan
Bahan Ajar HAM bagi Guru 13
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
24/180
pemikiran itu. Maka negara berkewajiban memberikan jaminan bahwa
tindakan sewenang-wenang yang demikian tidak akan terjadi. HAM dalam
katagori ini digolongkan sebagai perlindungan atas "kebebasan yang
fundamental". Hak ini dianggap sebagai prasyarat bagi perlindungan hak-haklainnya, dimana fondasi dasar dan arah perlindungannya dirumuskan dalam
suatu aturan perundang-undangan.
Posisinya yang merupakan prasyarat bagi pembangunan, berimplikasi akan
adanya suatu rumusan yang jelas yang mengatur hubungan antara negara
dengan warganya dan juga hubungan antara sesama warga negara. Hubungan
warga negara dengan negara disebut sebagai "vertical effect" dari HAM,sementara hubungan antar warga negara disebut sebagai "horizontal effect" .
"Vertical effect" memiliki makna bahwa adanya kewajiban negara untuk
memastikan perlindungan dan pemenuham HAM bagi setiap warga negaranya.
Sementara dilain pihak negara harus memastikan adanya perlindungan individu
dari pelanggaran HAM oleh individu lainnya.
E. HAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA
Agama dan Hak Asasi Manusia selintas terlihat seperti entitas yang berbeda
yang memiliki ranah masing-masing. Yang pertama dianggap sudah given dari
Tuhan sedangkan yang kedua dikategorikan sebagai produk manusia yang bisa
dirubah-rubah, dan karenanya keduanya dianggap bertentangan. Pandangan
seperti ini sangat tidak tepat dan lebih banyak bersumber dari ketidakpahaman
terhadap HAM dan agama.
Benar adanya bahwa lahir dan berkembangnya konsep HAM itu berasal dari
filsafat pemikiran Barat. Momentum deklarasi HAM setelah Perang Dunia
Kedua dilatari oleh keprihatinan mendalam terhadap tidak dihargainya hak-hak
dasar manusia sehingga mengakibatkan penderitaan berkepanjangan. Namun
Helen Fenwich, Rights To Protest, Human Rights Act and The Margin Of Appriciation, The Modern LawReview, Vol.62 No.4, July 1999, hlm.491-495
13
13
Bahan Ajar HAM bagi Guru14
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
25/180
penting untuk ditekankan bahwa nilai-nilai yang disuarakan HAM bersifat
universal dan ada di berbagai agama, dan karenanya agama dan HAM bukanlah
sesuatu yang perlu dihadap-hadapkan. Sebaliknya, agama dan HAM adalah 2
hal yang saling menyatu dalam konteks sama-sama berusaha menjalankansegala perintah Sang Pencipta dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan
menjaga kemaslahatan ummat manusia sejagad raya termasuk menjaga hak-
hak hidup dan kelangsungan hidup manusia seluruhnya.
Dalam sudut pandang ini, dapat dipastikan bahwa sebenarnya agama lah yang
pertama kali memperkenalkan nilai-nilai bahkan merumuskan hak asasi
manusia menjadi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi dan dipatuhi.Yahudi, Nasrani, Islam, sebagai agama samawi, maupun agama-agama lainnya
seperti Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu sangat mengagungkan hak asasi
manusia. Yaitu hak yang dimiliki oleh seluruh keturunan Adam untuk hidup,
mempertahankan kehidupannya, berkeluarga, menuntut ilmu, hak
mendapatkan keadilan hukum, hak kebebasan berkeyakinan, keamanan,
perlindungan, dan lain sebagainya.
1. HAM Dalam Perspektif Agama Islam
Mendiskusikan relasi Islam dan HAM tentunya tidaklah mudah karena
banyak sekali pandangan dan pendapat yang mengitarinya. Namun secara
simple, diskursus Islam dan HAM bisa dilihat dari ajaran sentral Islam itu
sendiri, yaitu tauhid (mengesakan Allah) dengan kredo L Ilha Ill Allh
(Tidak ada Tuhan selain Allah). Di antara makna tauhid yang terkenal adalah
tidak ada ketundukan, kecuali kepada Allah. Dalam perspektif tauhid,
karenanya, seluruh manusia harus tunduk kepada Allah, bukan kepada
manusia. Manusia bukanlah sumber kebenaran, melainkan tidak lebih dari
Ada beberapa pengertian mengenai Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Universal Declaration of Human
Rights, HAM diartikan sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sedangkan berdasarkan UU no. 39 tahun
1999 menyebutkan bahwa HAM adalah hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggidan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia
14
14
Bahan Ajar HAM bagi Guru 15
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
26/180
hamba-Nya semata. Ini artinya semua manusia sama, dan kalaupun harus
dibedakan, maka pembedaan itu karena meritokrasi semata, yaitu
pemberian reward kepada manusia berdasarkan prestasinya terutama
tingkat ketakwaannya.
Dalam hal ini, tauhid melarang pemberhalaan terhadap manusia yang
membelenggu. Tauhid juga bukan saja menawarkan emansipatorisme
(pembebasan manusia), tetapi juga kepercayaan dan kekuatan egaliter
yang tidak membedakan manusia berdasarkan darah atau kekayaan.
Dalam tauhid, semua manusia sama dengan hak-hak asasi (dasar)-nya.
Pada saat Islam pertama kali datang, tentu saja hal ini merupakan ajaran
revolusioner. Wajar, jika elite-elite Mekah saat itu memandang Islam
sebagai ancaman terhadap sistem kekuasaan dan ekonomi yang
dominatif, tidak memandang sama kepada manusia. Mereka pun
kemudian tidak bisa membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Sebagaimana tergambar dalam surat-surat Makiyyah seperti al-Ma'un (QS
107) dan al-Humazah (QS. 104), bagi mereka Islamisasi lebih merupakangerakan menuntut hak-hak kemanusiaan yang sama dan gerakan
menentang ketidaktundukan pada kekuasaan yang tidak menghormati
harkat dan martabat mansuia. Karenanya, mereka tidak tertarik dengan
Islam, karena visi kemanusiaannya yang mengancam mereka.
Sebagaimana dikatakan Bani Sadr, tauhid juga berarti persamaan hak-hak
dasar ekonomi manusia, mengingat dalam Islam semuanya adalah milik
Allah. Dengan konsep tauhid yang didukung konsep zakat, tauhid
menghendaki pemerataan hak-hak dasar (asasi) semisal hak-hak dasar
ekonomi dan menentang hubungan dominatif yang didasarkan pada
hubungan kuasa dan memandang rendah manusia lain yang tidak
berkuasa dan berharta banyak.
Lihat Modul Pelatihan Hak Asasi Manusia Untuk Para Guru di Sekolah, Direktorat Penguatan HAM ,
Kementrian Hukum dan HAM RI, h. 138
15
15
Bahan Ajar HAM bagi Guru16
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
27/180
Perspektif tauhid seperti itu bisa dipahami, karena risalah Islam bukan saja
untuk menjadi rahmat bagi manusia, tetapi juga alam semesta. Dalam hal
ini, Islam bukan saja menghormati kemanusiaan, tetapi juga bahkan untuk
kesemestaan (QS 21: 107). Dalam konteks kemanusiaan, Islam jugabertujuan membebaskan manusia dari kezaliman (kegelapan) menuju
pada keadilan kemanusiaan (cahaya) (QS 14:1). Jadi, bisa dipastikan bahwa
Islam datang bukan untuk Tuhan, karena Tuhan Mahakaya, tetapi untuk
kepentingan (kemaslahatan) manusia. Dalam bahasa asy-Syathibi (730-
790 H) dari mazhab Maliki, kepentingan (kemaslahatan) manusia itu, dalam
pengertian dharr (mendesak/tidak boleh tidak) adalah untuk memelihara
agama (moralitas manusia yang bermartabat), jiwa, akal, keturunan, dan
harta benda manusia. Bahkan, baginya, kemasalahatan (kepentingan)
manusia itu merupakan inti Islam, dalil universal, dan perenialnya. Sebab
itulah, dalam ushul fikih pun dikenal kaidah: mengelola atau memutuskan
persoalan masyarakat (manusia) tergantung pada kemaslahatannya.
Kemaslahatan manusia, dalam Islam merupakan rasio bagi ajarannya.
Karena itu, HAM yang diperkenalkan Barat ke dunia Islam pada masa
modern, secara umum diterima sebagai bagian dari ajaran Islam itu sendiri,
meskipun sebagiannya menerima tidak penuh dan negara seperti Arab
Saudi Arabia dan Iran pasca Revolusi 1979 menolaknya, karena dipandang
bias Barat yang Kristen dan lagi pula bertentangan dengan sebagian isi
syari'ah tradisional yang sakral, sebagaimana nanti akan dijelaskan. Selain
karena alasan di atas, para ahli yang memandang bahwa Islam dan HAM
berkesesuaian juga karena HAM adalah hak-hak dasar (fundamental)
tertentu yang diberikan Tuhan sejak lahir dan harus dinikmati semua
manusia tanpa diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, status sosial dan lainnya, yang karenanya tidak ada satu
pun kekuasaan yang dapat mencabutnya. Pasalnya, karena tanpa hak itu
manusia tidak bisa hidup sebagai manusia yang sesunggguhnya. Ini
Bahan Ajar HAM bagi Guru 17
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
28/180
sebagaimana hadis riwayat Ahmad, bahwa dalam Islam, seluruh manusia
sama. Orang Arab tidak lebih baik daripada non Arab dan orang kulit putih
tidak lebih baik daripada kulit hitam. Kalaupun harus dibedakan, yang
membedakannya adalah ketaqwaan mereka sebagai hasil usahanya.
Di antara para ahli yang berpandangan demikian adalah Marcel A. Boisard,
Abu al-A'la al-Maududi, Syeikh Syaukat Hussain, Ali Abdel Wahid Wafi, dan
di Indonesia seperti Hasbi ash-Shiddiqy, Harun Nasution bersama Bahtiar
Effendi, dan Baharuddin Lopa. Dalam tulisan-tulisannya, para ahli ini
berhasil menekankan betapa Islam sejalan dengan HAM. Bahkan sebagian
dari mereka, memandang bahwa Barat modern mengenal HAM pertamakali lewat Islam di Spanyol Islam yang menjadi rumah bagi tiga agama dan
perdabannya, yaitu Islam, Kristiani, dan Yahudi.
Meskipun dalam Islam, hak-hak asasi manusia tidak secara khusus memiliki
piagam, akan tetapi Al-Qur'an dan As-Sunnah memusatkan perhatian pada
hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain. Nash-nash ini sangat banyak,
antara lain:
a. Dalam al-Qur'an terdapat sekitar empat puluh ayat yang berbicara
mengenai paksaan dan kebencian. Lebih dari sepuluh ayat bicara
larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir,
berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya:
"Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, barangsiapa yang ingin
beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir,
biarlah ia kafir."
(QS. 18: 29)
b. Al-Qur'an telah mengetengahkan sikap menentang kedzaliman dan
orang-orang yang berbuat dzalim dalam sekitar tiga ratus dua puluh
ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam lima puluh empat ayat
Bahan Ajar HAM bagi Guru18
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
29/180
yang diungkapkan dengan kata-kata: 'adl, qisth dan qishas.
c. Al-Qur'an mengajukan sekitar delapan puluh ayat tentang hidup,
pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana hidup. Misalnya:
"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang
itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di
muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia
seluruhnya." (QS. 5: 32). Juga Qur'an bicara kehormatan dalam sekitar
dua puluh ayat.
d. Al-Qur'an menjelaskan sekitar seratus lima puluh ayat tentang ciptaan
dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan.
Misalnya: "... Orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang
paling bertawa diantara kamu." (QS. 49: 13)
e. Pada haji wada' Rasulullah menegaskan secara gamblang tentang
hak-hak asasi manusia, pada lingkup muslim dan non-muslim,
pemimpin dan rakyat, laki-laki dan wanita. Pada khutbah itu nabi saw
juga menolak teori Yahudi mengenai nilai dasar keturunan.
Dalam Islam, apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan
buatan manusia adalah keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak
dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan
masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-
Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari'ah Islam adalah
menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia.
Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar
internasional, yaitu pada haji wada'. Dari Abu Umamah bin Tsa'labah, nabi
saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia
telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki
bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau
Bahan Ajar HAM bagi Guru 19
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
30/180
menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).
Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia
sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada
penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada
hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana
hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik)
dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).
Hak-hak Alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber
yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).
a. Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang
pembunuhan dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179).
Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila
seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani
dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah
mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan."
(Keduanya HR. Bukhari).
b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan
kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan
agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman
Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia
Bahan Ajar HAM bagi Guru20
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
31/180
supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).
Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara
negara, Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat
aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah
kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika
akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang
mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian
beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka."
Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah
untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog)mereka serta tidak melarang upacara-upacaranya.
Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh
prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).
Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal
syakhsiyah) bagi mereka diatur syari'at Islam dengan syarat mereka
bersedia menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah:"Apabila mereka (orang Yahudi) datang kepadamu minta keputusan,
berilah putusan antara mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau
biarkan mereka, maka tidak akan mendatangkan mudharat bagimu.
Jika engkau menjatuhkan putusan hukum, hendaklah engkau
putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang
yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak mengikuti aturan hukum yang
berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti aturan
agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman
Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu sebagai hakim,
sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum
Allah? Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu.
Sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).
Bahan Ajar HAM bagi Guru 21
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
32/180
c. Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi
saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan
seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya
sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti
terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering
keringatnya." (HR. Ibnu Majah).
Hak Hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari'atkan
oleh Allah. Diantara hak-hak ini adalah :
a. Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang
bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian
kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan
bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar
kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh
karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan
hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan.
Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan
pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka
mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei
mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)
Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha
yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan
Bahan Ajar HAM bagi Guru22
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
33/180
pembayaran ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw:
"Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka
dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat."
Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan lebihberat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat secara
keseluruhan.
b. Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan
ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan
orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32).
Aallah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang
telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang
dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada
kepala keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai
kelebihan laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan
kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama. "Dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi para suami mempunyai satu
tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228).
c. Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata
pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman
Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan."
(QS. Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa
Bahan Ajar HAM bagi Guru 23
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
34/180
izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal,
negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan
dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak
yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar binKhattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir
dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang
tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam
harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-
Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang Yahudi tua miskin ke
petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari
jizyah.
Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan
untuk tidak disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan
rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang
menyiksa manusia di dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang
gugur terhadap keputusan yang diambil dari pengakuan kejahatan
yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw: "Sesungguhnya Allah
menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa serta perbuatan yang
dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).
Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika
ada warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah
Darul Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan
jaminan keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman
Allah: "Dan jika seorang dari kaum musyrikin minta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman
Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya." (QS. 9:
6).
Bahan Ajar HAM bagi Guru24
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
35/180
d. Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari'ah dan
diberi putusan hukum sesuai dengan syari'ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini
juga hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang
dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang
diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4:
148).
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada
penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan
membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi
penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan
jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu
sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga
mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan
kesadarannya. Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu
saksi yang palng baik? Dialah yang memberi kesaksian sebelum
diminta kesaksiannya." (HR. Muslim, Abu Daud, Nasa'i dan Tirmidzi).
Tidak dibenarkan mengambil hak orang lain untuk membela dirinya
atas nama apapun. Sebab rasulullah menegaskan: "Sesungguhnya
pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR. Al-Khamsah). Seorang
muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan dengan
syari'ah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap
sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan
hak.
Bahan Ajar HAM bagi Guru 25
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
36/180
e. Hak Saling Membela dan Mendukung
K e s e mpu rn a a n ima n d ia n t a ra n y a d it u n ju k k a n d e n ga n
menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling
tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman.
Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus
hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak
muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang
sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila
bersin." (HR. Bukhari).
f. Hak Keadilan dan Persamaan
Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan
mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia
(lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-A'raf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia
seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya
Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan
hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang
mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid,
sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang
berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan.
Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka
memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah raja Jabalah Al-
Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji, Umar
tetap memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali
yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya,
dimana Yahudi akhirnya memenangkan perkara.
Bahan Ajar HAM bagi Guru26
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
37/180
Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asy'ari ketika
mengangkatnya sebagai Qadli: "Perbaikilah manusia di hadapanmu,
dalam majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang yang
berkedudukan tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yanglemah tidak putus asa atas keadilanmu."
Secara umum, hak-hak asasi manusia yang diakui Islam dalam tradisi Islam
di atas bisa dibagi menjadi dua bagian besar: hak-hak dasar (dharr), yaitu
hak-hak yang jika dilanggar, eksistensi atau harkat kemanusiaan manusia
menjadi hilang. Misalnya hak hidup. Satu lagi adalah hak-hak sekunder
(hj), yaitu hak-hak yang jika tidak terpenuhi, akan berakibat padahilangnnya hak-hak dasar (elementer).
Pembagian ini sebanding dengan pembagian dalam literatur HAM
modern, yaitu hak-hak non-derogable (hak-hak absolut yang harus dijamin
kelangsungannya dalam kondisi apapun). Misalnya hak hidup; hak bebas
dari penyiksaan; hak bebas dari perbudakan; hak bebas dari penahanan
karena gagal memenuhi perjanjian (utang); hak bebas dari pemidanaanyang berlaku surut; dan hak sebagai subyek hukum; dan hak atas
kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama.
2. HAM dalam Perspektif Agama Kristen
Menurut George M. Daniel, untuk melihat perspektif Kristen tentang Hak
Asasi Manusia maka dapat dilihat melalui dua sisi yaitu mengkaji dari sudut
iman serta teologi kristiani dan meletakkan upaya tersebut di dalam rangka
upaya bersama seluruh umat manusia untuk mengusahakan yang terbaik
bagi setiap orang dan semua orang sesuai dengan hak-hak asasinya
sebagai manusia.
Masih menurutnya, HAM tidak pernah bisa dilepaskan dari Hak dan
George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 201316
16
Bahan Ajar HAM bagi Guru 27
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
38/180
kewajiban. Hak mengimplikasikan kewajiban, sebab hak hanya menjadi
hak setelah kewajiban terpenuhi. Sebaliknya, kewajiban juga
mengimplikasikan hak, sebab kewajiban hanya dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya apabila hak dihormati. Hak tanpa kewajiban adalah kesewenang-wenangan, sedangkan kewajiban tanpa hak adalah perbudakan. Dalam
etika Kristen (menurut Dietrich Bonhoeffer dalam bukunya ETHICS)
menjelaskan bahwa kebebasan (hak) dan ketaatan (kewajiban) adalah
dua sisi dari satu mata uang, yaitu tanggung jawab. Tidak ada tanggung
jawab tanpa ketaatan, tetapi juga tidak ada tanggung jawab tanpa
kebebasan.
Douglas Elwood dalam bukunya HUMAN RIGHTS: A Christian Perspective
menjelaskan bahwa: Ketika hak dipahami hanya sebagai klaim atas orang
lain, dan tidak juga sebagai tanggung jawab moral di pihak kita, maka
perjuangan Hak Asasi Manusia telah disalahtafsirkan sebagai tidak lebih
dari sebuah pergulatan kekuasaan, dan dengan demikian istilah hak asasi
manusia lalu menjadi sebuah slogan yang indah untuk suatu perang
ideology atau suatu eufemisme untuk perjuangan bersenjata. Ia menjadi
agitasi yang menyulut permusuhan letimbang sebuah advokasi yang
positif dan konstruktif Hak Asasi Manusia adalah nilai-nilai moral
universal yang melampaui klaim-klaim particular atau parochial; ia adalah
hak-hak moral yang dimiliki oleh setiap orang semata-mata oleh karena ia
dalah manusia, dan ia hanya terwujud di dalam saling keterkaitan dengan
tanggung jawab moral. Hak Asasi Manusia sebagai nilai-nilai moral
universal tidak pernah berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan hak-
hak yang sah dari orang lain dan kewajiban kita untuk menghormati hak-
hak orang lain itu.
George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 2013
George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 2013
17
18
18
17
Bahan Ajar HAM bagi Guru28
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
39/180
Selain itu, HAM bersumber pada klaim Allah terhadap manusia.
Oleh karena itu, walaupun ia tidak terlepas dari pengalaman historis
manusia, ia tidak bersumber pada pengalaman manusia, melainkan pada
tindakan Allah dalam sejarah manusia. Artinya: Hak Asasi Manusiabukanlah rumusan ideal manusia tentang dirinya sendiri, melainkan
pemahaman tentang apa yang dikehendaki Allah mengenai manusia
siapa manusia itu, apa makna eksistensinya, dan apa tujuan hidupnya, dari
perspektif Allah.
Di dalam kajian teologi Kristen, terdapat dua tema besar yang Menjadi
Sumber HAM, yaitu:
Pertama, Kedaulatan Allah yang Universal. Apakah sebenarnya Hak Asasi
Manusia itu? Secara sederhana dapat dikatakan Hak Asasi Manusia adalah
hak-hak yang paling asasi yang dilekatkan dan diletakkan oleh Sang Maha
Pencipta pada setiap manusia dan semua manusia, semata-mata oleh
karena ia adalah manusia. Hak-hak asasi ini terkait amat erat dengan
hakikatnya sebagai manusia sebagai-mana yang dikehendaki oleh Allah,pada waktu Ia menciptakan manusia. Artinya: tanpa hak-hak asasi ini ia
bukanlah manusia seperti yang dikehendaki oleh Sang Penciptanya.
Apabila pemahaman kita tentang Hak Asasi Manusia bersumber pada
kedaulatan Allah yang universal atas manusia, maka implikasinya, adalah
bahwa tak ada satu orang pun atau satu lembaga pun, termasuk negara,
yang berwenang untuk membatalkan atau mengurangi hak-hak tersebut,
tanpa berhadapan dengan Allah sendiri. Tidak ada orang atau badan apa
pun yang berhak untuk menetapkan apakah Hak Asasi Manusia itu lain
daripada yang ditetapkan oleh Allah.
Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, oleh karenanya, adalah
George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 201319
19
Bahan Ajar HAM bagi Guru 29
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
40/180
pelanggaran terhadap hak-hak asasi Allah sendiri!. Jangan ada padamu
Allah lain di hadapanKu (Keluaran 20:3). Tidak boleh ada yang bersikap
seperti Allah terhadap sesamanya, dalam arti mempunyai kekuasaan
yang tak terbatas dan berhak menuntut ketaatan mutlak dari sesamanya,dan tidak boleh pula ada yang diperlakukan sebagai allah-allah kecil di
samping Allah.
Jurgen Moltmann mengatakan bahwa, Klaim Allah itu meliputi baik
dimensi individualnya (martabat sebagai manusia), dimensi sosialnya
(hidup kebersamaannya dengan yang lain), dimenasi ekologinya (kuasanya
atas alam ciptaan), maupun dimensi futurologisnya (kesempatannya untukmemiliki masa depan).
Oleh karena itu, Hak Asasi Manusia merupakan sebuah pengertian yang
holistik: hak manusia untuk bebas; haknya untuk berkomunitas; haknya
untuk mengelola; membangun dan memanfaatkan alam ciptaan; haknya
untuk mempunyai masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Hak-hak tersebut mengimplikasikan Kewajiban Artinya:
1. Hak saya untuk bebas dan bermartabat mengimplikasikan kewajiban
saya untuk menghormati kebebasan dan martabat orang lain.
2. Hak saya untuk berkomunikasi (hak untuk memberi dan menerima
informasi serta mengekspresikan diri seotentik-otentiknya serta
berkomunitas dengan orang-orang lain. Hal ini mengimplikasikan
kewajiban saya untuk memberi informasi yang seakurat-akuratnya
kepada orang lain, kewajiban saya untuk menghormati kebebasan dan
perbedaan yang ada pada manusia dalam mengekspresikan dirinya,
serta menghormati eksistensi serta identitas komunitas-komunitas
yang lain.
3. Hak saya atas alam ciptaan mengimplikasikan kewajiban saya untuk
Bahan Ajar HAM bagi Guru30
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
41/180
memelihara kelestariannya, dan
4. Hak saya atas masa depan mengimplikasikan kewajiban dan
tanggung jawab saya atas kesejahteraan generasi-generasi yang akan
datang.
Kedua, Citra Allah Pada Setiap Manusia. Setiap orang mempunyai hak asasi
untuk hidup bermartabat, hak untuk hidup berkomunitas, hak untuk
mengelola alam ciptaan dan hak untuk membangun masa depan yang
lebih baik (dengan segala kewajiban asasi yang terkait). Ini berlaku pada
setiap orang dan semua orang, oleh karena setiap orang dan semua orang
adalah penyandang citra Allah.
Sebagai citra Allah, manusia tidak cuma makhluk ciptaan seperti
makhluk-makhluk ciptaan yang lain, melainkan setiap orang adalah suatu
pribadi yang utuh, pribadi di hadapan Allah dan bertanggung jawab kepada
Allah. Oleh karena setiap orang adalah citra Allah, maka setiap orang
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi yang sama, tidak ada
yang lebih dan tidak ada yang kurang. Perbedaan-perbedaan antar
manusia yang bersifat kondisional dan eksternal tidak sedikit pun
mengurangi atau menambah kesamaannya. Setiap orang dan semua
orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah apa pun latar
belakang rasial, warna kulit, tingkat budaya dan status sosial-ekonominya.
Ini mengimplikasikan kewajiban setiap orang dan semua orang untuk
mewujudkan kemanusiaannya yang penuh sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai citra Allah. Tanggung jawabnya yang penuh sebagai
diri sendiri, tanggung jawabnya yang penuh untuk menghargai dan
menjalin hubungan kebersamaan yang timbal balik dengan sesama citra
Allah, tanggung jawabnya yang penuh untuk memelihara dan mengelola
alam ciptaan bagi kesejahteraan bersama seluruh alam ciptaan, tanggung
jawabnya yang penuh untuk membangun masa depan yang terbaik bagi
Bahan Ajar HAM bagi Guru 31
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
42/180
generasi-generasi yang akan datang. Dan oleh karena itu juga kewajiban
untuk melawan segala bentuk dehumanisasi, yaitu segala bentuk
perlakuan yang tidak memperlihatkan manusia baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok sebagai citra Allah, yang menghalangimanusia untuk menghadirkan diri secara penuh dan otentik sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai citra Allah.
Analog dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus Kristus, bahwa hukum
itu diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hukum, maka
negara dan kekuasaan itu ada untuk manusia, berkewajiban untuk
menghargai dan melindungi harkat dan martabat manusia sebagai citraAllah.
Di sini hendak ditolak pandangan tradisional bahwa raja atau penguasa itu
secara inheren memiliki hak ilahi (divine right), yang berhak menuntut
ketaatan mutlak dari rakyatnya. Sebaliknyalah! Legitimasi terhadap
kekuasaan terletak pada apakah kekuasaan itu dipakai untuk melayani
kepentingan rakyat dan melindungi hak-hak rakyat sebab rakyat inilah,baik sebagai individu maupun secara kolektif, yang mengemban citra Allah
itu.
Ini tidak berarti bahwa teologi Kristen bersifat anti kekuasaan. Namun
demikian, pemanfaatan kekuasaan haruslah mengacu kepada Sang
Pemilik dan Sumber segala kekuasaan. Artinya: 1). bagaimana Sang
Mahakuasa itu memanfaatkan kekuasaanNya yang tidak terbatas itu,
harus menjadi pola bagi setiap pemegang kekuasaan di dalam
mempergunakan kekuasaannya, dan 2). bagaimana Allah memanfaatkan
kekuasaan yang ada padaNya, secara amat khas dan jelas kita lihat
khususnya di dalamYesus Kristus.
Menurut George M. Daniel, mengutip pendapat Douglas Elwood,
menjelaskan sebagai berikut, Kekuasaan yang dipakai Allah untuk
Bahan Ajar HAM bagi Guru32
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
43/180
menegakkan Hak Asasi Manusia di dalam sejarah mesti dipahami secara
hakiki sebagai timbal-balik dan persuasif. Kedaulatan Allah di dalam
sejarah adalah kuasa kasih yang penuh kesabaran, penuh kemurahan hati
dan persuasif, (kuasa) yang memampukannya. Allah menjalankankedaulatanNya atas kita secara persuasif lebih dari koersif, secara timbal-
balik daripada secara sepihak, secara rekonsiliatif daripada melalui
konfrontasi yang menimbulkan pertentangan, dengan kuasa cinta bukan
cinta kuasa.
Jadi, pemanfaatan kuasa yang ada pada manusia harus mencerminkan
pemanfaatan kuasa oleh Allah sendiri, dan di sinilah kekuasaan yang adapada manusia itu memperoleh legitimasinya. Salah satu hak yang paling
asasi yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada manusia, sesuai dengan
hakikatnya sebagai Citra Allah, adalah KEBEBASAN. Tanpa kebebasan,
manusia menjadi tidak lebih dari batu, hewan atau tanaman. Bukan
manusia lagi.
Kita mengetahui, bahwa kita menghadapi persoalan besar di sini. Sebab ituberarti, bahwa di dalam kebebasannya manusia juga bebas untuk
menyalahgunakan kebebasan-nya itu. Sebab itu telah menjadi konsensus
umum, bahwa untuk menghindarkan kemungkinan yang destruktif ini,
maka kebebasan itu harus dibatasi, atau paling sedikit di atur. Secara
teologis, bahwa kebebasan memang harus dibarengi dan diimbangi oleh
ketaatan untuk membentuk tanggung jawab. Kebebasan di dalam
ketaatan, dan ketaatan dalam kebebasan.
Kebebasan yang kuat itulah yang harus secara amat khusus diatur dan
dibatasi untuk melindungi kebebasan mereka yang lemah. Bukan
sebaliknya. Walaupun pembatasan itu tentu saja juga harus diatur dan
tidak boleh semena-mena, tetapi ini bukanlah pelanggaran Hak Asasi
George M. Daniel, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Teologi Kristen, 201320
20
Bahan Ajar HAM bagi Guru 33
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
44/180
Manusia melainkan justru untuk menegakkan Hak Asasi Manusia. Sebab,
siapakah sebenarnya yang paling berkepentingan mengenai Hak Asasi
Manusia ini, bila bukan mereka yang kecil, yang lemah, yang tak berdaya?!
Kepada merekalah, kata TUHAN, kita harus berpihak. Sebab sebagaimanayang pernah dikatakan, Meskipun Dewi Keadilan itu digambarkan buta,
kepada yang lemahlah ia berpihak.
3. HAM dalam Perspektif Agama Hindu
Hak Asasi Manusia sudah ada sejak zaman dahulu, hanya saja kebanyakan
bersifat normative dan hanya tersirat yang tertuang didalam kitab suci.
Hindu memiliki Konsep HAM yang tinggi yang tertuang didalam weda, baik
weda Sruti maupun weda Smerti.
Tentang persamaan didalam bhagavad gita tidak hanya dengan manusia
tetapi juga terhadap semau mahkluk hidup seperti kutipan sloka berikut:
vidya-vinaya-sampanne
brahmane gavi hastinisuni caiva sva-pake ca
panditah sama-darsinah
(Bhagavad Gita 5.18)
Artinya :
Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat
seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor
gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan
yang sama.
lihat makalah Mencari Akar Krisis Etika & Moralitas Bangsa, direktur urusan agama hindu, ditjen bimas
hindu dan buddha, Dep.Agama RI dalam lokakarya Masa Depan Kebangsaan Indonesia, MemperkukuhPilar-Pilar Kebangsaan Dalam Rangka Mewujudkan Cita-Cita Nnasional Bangsa Indonesia'
diselenggarakan oleh Ikal Peduli.
21
21
Bahan Ajar HAM bagi Guru34
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
45/180
Orang yang pikirannya telah mantap dalam persamaan dan kemerataan
sikap, telah mengalahkan keadaan kelahiran dan kematian. Bagaikan
Brahman mereka bebas dari kelemahan, dan karena itu mereka sudah
mantap dalam Brahman.( Bhagavad-gita 5.19)
Kitab Isa Upanisad sloka 6 menyatakan:
Yas tu sarvani bhutani atmanyevanupasyati
sarva bhutesu catmanam tato na vijugupsate.
Artinya :
Dia yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya
(Atman) sendiri pada semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu
perbedaaan dengan yang lain.[1]
1. Kebebasan Mengeluarkan Pendapat
Kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat merupakan sebagian dari
hak asasi manusia. Oleh sebab itu, kemerdekaan mengeluarkanpendapat dijamin oleh Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB
maupun UUD 1945.
Didalam Rg Veda, X.191.2-4 Menyebutkan Hendaklah bersatu
padulah, bermusyawarah dan mufakat guna mencapai tujuan dan
maksud yang sama, seperti para Dewa pada zaman dahulu telah bersatu
padu. Begitu juga, bersembahyanglah menurut caramu masing-
masing, namun tujuan dan hatimu tetap sama, serta pikiranmu satu,
agar dikau dapat hidup bersama dengan bahagia.
Berdasarkan Mantra veda tersebut sangat jelaskan mengajarkan
kebebasan berpendapat dengan musyawarah mufakat.
2. Kebebasan Memeluk Agama
Bahan Ajar HAM bagi Guru 35
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
46/180
Kemajemukan atau keberagaman bukan hanya sebagai sebuah realitas
sosial. Undang-undang dasar 1945 sebagai hukum negara menyatakan
dengan jelas bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama nya masing-masing dan untukberibadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Karena itu
ditegaskan semua agama memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan
berkembang, termasuk pemeluk agama untuk menjalankan agamanya
secara bebas. Yang lain tidak perlu dipaksa pindah agama sebagaimana
realita yang kita lihat selama ini. Setiap orang memiliki hak dasar
memeluk agama, yang berarti kebebasan dan kewenangan seseorang
untuk menganut suatu agama yang tercantum dalam veda kususnya
bhagavad gita.
Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan
menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju
Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan
yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci Bhagavad Gita[4]
sebagai berikut:
samo 'hasarva-bhteu na me dveyo 'sti na priyah
ye bhajanti tu mbhakty mayi te teu cpy aham
(Bhagawadgita, IX:29)
Artinya:
Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.
Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku
kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku
bersamanya pula.
Ye yath mm prapadyante tms tathaiva bhajmy aham, mama
vartmnuvartante manusyh prtha sarvaah (Bhagawadgita, 4:11)
Bahan Ajar HAM bagi Guru36
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
47/180
Artinya:
Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,
Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku denganberbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna).
Yo yo ym ym tanum bhaktah raddhayrcitum icchati,
tasya tasycalm raddhm tm eva vidadhmy aham
(Bhagawadgita, 7:21)
Artinya:
Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan
mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih
mantap
3. Hak Pendidikan Yang Sama
Secara sepesifik, tentang pendidikan (pengajaran) dalam konsep HAMPBB tersebut tertuang dalam pasal 26 ayat 1,2 dan 3, berbunyi:
1. Setiap orang memiliki hak atas pengajaran. Pengajaran harus
bebas, artinya pada tingkat-tingkat elementer dan fundamental.
Pengajaran elementer harus wajib. Pengajaran teknik dan profesi
pada umumnya harus terbuka, dan pengajaran tinggi harsu
terbuka bagi semua berdasarkan kecakapannya.
2. Pengajaran harus diarahkan pada perkembangan penuh
kepribadian insan dan pengokohan rasa hormat terhadap hak asasi
manusia dan prinsip-prinsip kebebasan. Dia harus memajukan
pengertian, toleransi dan persahabatan diantara kelompok-
kelompok ras dan keagamaan, disamping harus mengembangkan
aktivitas-aktivitas Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menjaga
Bahan Ajar HAM bagi Guru 37
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
48/180
perdamaian.
3. Orang tua mempunyai hak utama untuk memilih macam
pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anaknya. Demikian
pula pasal 27 ayat 1 dan 2 berbunyi:
1. Setiap orang berhak untuk bebas berpartisipasi di dalam
kehidupan kebudayaan masyarakat, untuk menikmati
kesenian dan berperan serta dalam memajukan ilmu
pengetahuan dan menikmati manfaatnya.
2. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungankepentingan moral dan material yang ia peroleh dari setiap
usahanya dibidang keilmuan, kesusasteraan, kesenian di
mana ia menjadi penciptanya.
Kaitannya dengan pasal tersebut didalam weda disebutkan bahwa
semua golongan masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang
sama;
Yathemam vacam kalyanim avadani janebyah, Brahma rajanyabhyam
sudraya caryaya, Ca svaya caranaya ca Yayurveda 26.2.
hendaknya disampaikan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia,
cendikiawan, rohaniawan, raja, pemerintah, masyarakat, para
pedagang, petani, buruh, kepada orang orangKu dan kepada orang
asing sekalipun
Berdasarkan sloka Yajurveda tersebut sangat jelas bahwa pendidikan
adalah hak semua insan.
4. Hak Untuk Hidup Dan Mendapatkan perlakuan Yang Sama
Dalam ajaran Hindu tentang ahimsa mengajarkan setiap mahkluk hidup
Bahan Ajar HAM bagi Guru38
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
49/180
mendapatkan hidup yang layak dan sama bagi semua yang bernyawa
sedangkan tattwam asi merupakan ajaran yang menganggap manusia
sama dan sederajat .
Kata ahimsa terdapat dalam buku-buku suci agama Hindu klasik
Upanishad, Yoga Sutra dan Bhagavad Gita. Secara harfiah kata Sanskrit
itu berarti ketiadaan gangguan, ketiadaan serangan atau ketiadaan
kejahatan. Ahimsa adalah gaya hidup yang menjauhkan diri dari segala
perbuatan yang menyakiti siapa pun atau merusak apa pun. Ahimsa
adalah nazar asketis bagi orang yang mencari kebenaran dan
kekudusan. Setelah sekian abad kata ahimsa dipakai secara terbatas dikalangan agama Hindu, mendadak pada 1920-an kata itu mencuat
menjadi populer ke seluruh dunia.
TATWAM ASI merupakan mahavakya atau ajaran yang bersumber dari
Weda, memiliki dimensi metafisika, fisika, etika sosial dan landasan
humanisme Hindu. tatwam asi berdasarkan konsep advaita vedanta
(monisme) memandang manusia secara esensial sama.
Tatwam asi adalah ajaran normatif yang tidak semata-mata berlaku
sesama manusia, tetapi juga terhadap makhluk hidup dan bahkan
benda mati sekalipun. Sebab, dalam semua benda itu terdapat energi
yang tidak lain adalah panas atau prana. Itu daya hidup. Karena itu
segala perbuatan yang dapat mengakibatkan penderitaan,
ketidakseimbangan, disharmoni, bahkan penghancuran dan kematian
orang lain dan alam semesta bertentangan dengan ajaran tatwam asi,
Dalam perspektif Hindu, ahimsa bukan sebuah kondisi fisik, tetapi sikap
mental mencintai. Nonkekerasan sebagai suatu kondisi mental,
berbeda dengan sikap tak melawan. Nonkekerasan tak memiliki
dendam dan kebencian. Namun kedua mahavakya itu, kata Yudha
Triguna, bukanlah sesutu yang mudah dilaksanakan. Dia memerlukan
Bahan Ajar HAM bagi Guru 39
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
50/180
proses latihan, dengan kesadaran dan komitmen diri untuk
meningkatkan kehidupan spiritual.
Tatwam asi tak bisa dilaksanakan jika dalam diri masih ada rasa dengki,
iri hati, dendam, marah, fitnah dan seterusnya. Karena sifat itu
menghambat dan menghalangi kesadaran diri yang cenderung
melahirkan sifat keakuan (ego). Karena itu ajaran ini baru menjadi suatu
pola tindakan, manakala telah dilaksanakan sebagai bentuk disiplin,
sebab agama adalah praktik dan disiplin diri.
Dandah sasti prajah sarva danda evabhiraksati, danda suptesu jagarti
danda dharmam vidurbudhah (Manu Smerti)
Sangsi hukum itu memerintah semua mahluk, hukum itu yang
melindungi mereka, hukum yang berjaga selagi orang tidur, orang
orang bijaksana menyamakannya dengan dharma.
4. HAM Dalam Perspektif Agama Budha
Hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia
berdasarkan kondratnya, jadi hak-hak yang dimiliki sebagai manusia. Maka
kita tidak boleh mengecualikan kelompok-kelompok manusia tertentu.
Sudah melekat pada pengertian hak-hak sasai manusia itu sendiri, bahwa
hak-hak asasi manusia harus dipahami dan di mengerti secara universal.
Memerangi atau menentang universalitas hak-hak asasi manusia berarti
memerangi dan menentang hak-hak asasi manusia. Hak-Hak Asasi
Manusia merupakan kewenangan yang melekat pada manusia sebagai
manusia, yang harus diakui dan dihormati oleh sesama manusia maupun
pemerintah dimana ia tinggal.
Menurut Tia Kusnanto, sikap pengejawantahan dari penghormatan atas
nilai-nilai HAM adalah saling hidup bertoleransi. Nasehat Sang Buddha
adalah mari kita hidup dengan bahagia, tidak membenci mereka yang
Bahan Ajar HAM bagi Guru40
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
51/180
membenci kita. Di antara mereka yang membenci kita, mari kita hidup
bebas dari membeci. Mari kita hidup dengan bahagia dan bebas dari
penyakit. Mari kita hidup dengan bahagia dan bebas dari ketamakan, di
antara mereka yang tamak.
Masih menurutnya, Buddhisme memandang Hak-hak asasi manusia tidak
hanya menyangkut interaksi-aksi antar umat manusia, tetapi
berhubungan dengan alam sekitar. Apabila alam sekitarnya rusak maka
umat manusia akan menghadapi malapetaka. Tidakkah alam juga
memasuki hak asasi sendiri ? Agama Buddha sangat menaruh perhatian
terhadap hak asasi setiap bentuk kehidupan hingga mahluk sekecil apapun. Agar persoalan Hak asasi manusia dapat didudukkan pada tempatnya
secara benar. Manusia harus memiliki internal yang bersifat spiritual, bebas
dari keserakahan, kebencian dan kebodohan atau pandangan yang keliru.
Tentunya mereka selalu berjuang untuk menegakkannya dan tidak boleh
dipengaruhi oleh perasaan benci dan permusuhan.
Setiap pernyataan hak-hak asasi manusia sesungguhnya martabat yangterkandung didalamnya yang dikemukakan sebagai bentuk prinsip dasar
hukum. Martabat manusia ini diperoleh manusia dari kebebasan maupun
kemandiriaanya. Karena manusia dapat memiliki hidupnya, maka pemiliki
itu pun harus dipercayakan kepadanya. Landasan hak-hak asasi manusia
merupakan tolak ukur setiap penindasan horizontal diantara manusia, tapi
juga melarang campur tangan pemerintah yang terlalu banyak dalam
kehidupan pribadi.
Prinsip hak-hak asasi manusia mengukuhkan pada tiap hak manusia. Hak
setiap manusia sama sucinya dengan hak jutaan manusia. Prinsip hak
tersebut memberikan kepada hukum dasar kemanusiaan murni, landasan
Lihat Artikel Tina Kusnanto, HAM Menurut Pandangan Agama Budha, 2012
Lihat Artikel Tina Kusnanto, HAM Menurut Pandangan Agama Budha, 2012
22
22
23
23
Bahan Ajar HAM bagi Guru 41
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
52/180
etika manusiawi yang umum. Berdasarkan hal ini sebenarnya setiap
landasan hukum yang teokratis ditolak. Apa yang dinyatakan sebagai
hukum, tidak boleh diambil dari wahyu, kepercayaan atau teologi. Hukum
harus menciptakan suatu masyarakat antara sesama manusia, apa punjuga keyakinannya, dia merupakan razim tenggang rasa sepenuhnya.
Hanya yang tak dapat dibiarkan ialah penindasan, sikap tak tenggang rasa,
sikap tak menghargai manusia.
Hak asasi manusia bukan hanya memiliki pengertian yang anivokal
(bermakna satu) yang harus diartikan analoga dimana ada kesamaan dan
titik perbedaan serta memiliki kategori dimana hak-hak yang dimilikisetiap warga negara dari negara yang bersangkutan (hak-hak warga
negara) dan hak-hak yang pada dasarnya dimiliki semua yang berdomisili
di negara yang bersangkutan.
Kenyataanya, semua bagsa menerima prinsip-prinsip yang sama, harus
ada sesuatu sebab yang umum. Sebab umum itu adalah sensus communis,
akal sehat. Secara rasional pula prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia dalamhukum ialah setiap orang memiliki kecenderungan untuk hidup bersama
orang lain dengan damai. Kecenderungan ini lepas dari karsanya, sebagai
landasan obyek seluruh hukum. Secara deduktif dapat disimpulkan empat
prinsip dasar dari prinsip pokok yang menjadi pilar seluruh sistem hukum
alam, yaitu :
a. Prinsip milikku dan milikmu. Milik orang lain harus dihormati dan
dihargai.
b. Prinsip kesetiaan pada janji.
c. Prinsip ganti rugi, kalau kerugian itu karena kesalahan orang lain.
Scheltens,Pengantar Filsafat Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 69
Krisnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha-Dhamma, (Jakarta: Yayasan Sharma Pembangunan, 2003), h.466
24
25
25
Bahan Ajar HAM bagi Guru42
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
53/180
d. Prinsip perlunya hukum karena pelanggaran atas hukum alam dan
hukum-hukum lainya
Teori etika umat Buddha terungkap secara praktis dalam berbagai prinsip
atau disiplin yang merupakan panduan umum untuk menuju arah kemana
untuk melangkah menuju keselamatan ahkir. Walaupun banyak dari prinsip
ini dinyatakan dalam bentuk yang negatif, kita tidak boleh berpikir bahwa
moralitas umat Buddha terdiri dari penahanan diri dari kejahatan saja
tanpa diimbangi dengan perbuatan yang baik. Moralitas yang ditemukan
dalam prinsip itu dapat dirangkum dalam tiga prinsip yang sangat
sederhana, Hindarilah kejahatan, berbuatlah kebajikan, sucikan pikiran
inilah nasehat yang telah diberikan oleh semua Buddha.
Buddhisme mengakui bahwa hukum dan rumusan hak masyarkat
sebelumnya telah menciptakan ketertiban dalam masyarakat yang
mungkin sebelumnya kacau balau. Di dalam peraturan-peraturan tersebut
membantu meningkatkan kesejahteraan baik individu mupun kolektif.
Namun betapapun bermanfatnya ini, bahwa Buddhisme mempunyai
pandangan tentang peraturan, hukum, pegangan hukum dan rumusan hak
yang dibuat manusia hanylah berupa kebenaran (realitas) sekunder.
Kecuali kalau mereka berlandaskan prinsip-prinsip Dhamma (hukum,
realitas yang sesungguhnya, sebab akibat yang benar), serta telah diselami
oleh orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam atas prinsip-
prinsip demikian. Bila tidak, pengembangan kualitas manusia yang
bermakna serta ihwal hidup berdampingan secara damai di antara sesama
manusia baik secara local maupun lingkungan dimana demokrasi telah
menciptakan ketegangan diantara beragam unsure yang bersifat multi
dimensi dan oleh karena itu sangat memerlukan persatuan masyarakat.
Lihat Dh. XIV, hal. 183
Scheltens,Pengantar Filsafat Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 71
26
26
27
27
Bahan Ajar HAM bagi Guru 43
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
54/180
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
55/180
dalam lagi melalui meditasi, realisasi serta usaha belajar yang giat.
Permasalahan Hak Asasi Manusia bukan saja berhubungan dengan
manusia akan tetapi dekat sekali dengan alam sekitar. Sesungguhnya
dengan memperhatikan lebih dekat terhadap alamsekitar bertujuan untuk
membuat kehidupan manusia menjadi lebih bahagia. Umat manusia lebih
peduli terhadap lingkungan menjadi lebih bahagia. Umat manusia peduli
terhadap lingkungan hidup dan alam karena mereka peduli terhadap diri
mereka. Melindungi lingkungan hidup adalah juga melindungi diri mereka,
memungkinkan manusia bertahan hidup dan hidup bahagia. Apabila alam
sekitar dirusak, maka umat manusia akan menghadapi malapetaka.Walaupun manusia pada dasarnya menduduki dan menjadikan tanah
sebagai sumber kekayaan atas mil ik hak mereka. Namun
permasalahannnya adalah bagaimana manusia memperlakukan hak milik
mereka dan apakah hal tersebut menimbulkan kerusakan pada tanah
airnya atau dunia.
Sebagai contoh dalam membesarkan anak, orang tua tidak hanyabertindak berdasarkan hak asasi anak. Tetapi bahkan memberi lebih
banyak daripada standar minimum yang menjadi hak anak tersebut. Orang
tua menjaga anak mereka penuh cinta kasih dan kasih sayang bukan hanya
secara khusus memikirkan sekedar hak asasi anak. Dengan alam pikiran
seperti orang tua yang memperlakukan anaknya maka umat manusia
akan mampu untuk hidup secara harmonis.
Bentuk permasalahan yang muncul dalam hak asasi manusia khususnya
hubungan anak dan orang tua, sebagai contoh di Amerika Serikat bahwa
apabila orang tua salah dalam memperlakukan anak mereka, maka anak-
anak dapat memanggil polisi atau memberitahu seorang guru untuk
memanggilkan polisi dan menahan orang tua mereka. Konsep hak asasi
Lihat Dh. XIV, hal. 18328
28
Bahan Ajar HAM bagi Guru 45
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
56/180
manusia merupakan satu sisi dari sebuah mata uang atau hanya mengukur
tingkat kemajuan tertentu dari umat manusia dan pada kenyataanya
terjadi sekenario ekstrim dimana sejumlah masyarakat tidak saling
menghormati kehidupan, keselamatan dan kebebasan, pelanggaranterhadap kehidupan, hak milik dan kebebasan serta kemerdekaan pribadi
senantiasa terjadi. Sebaliknya dibagian masyarakat lainnya, hak-hak selalu
dituntut, hidup semata-mata menuntut hak asasi.
Dalam bentuk pendekatan Buddhisme, ketentuan yang terdapat dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi hakikatnya memiliki prinsip yang sama
dengan nilai-nilai Buddhis. Namun dalam masyarakat hal ini belum cukup,yang merupakan standar sosial minimum setidak-tidaknya dapat
melindungi dunia agar tidak terbakar dengan kobaran api. Memungkinkan
manusia untuk tinggal bersama. Mengembangkan kehidupan manusia
menuju taraf yang tinggi melalui sila, samadhi dan panna. Oleh karena itu,
perlu mengembangkannya dengan etika yang positif, yang konstruktif.
Jadi Hak Asasi Manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asai Manusia
merupakan dasar, landasan yang memungkinkan umat manusia menjalani
kehidupan yang bajik serta hidup dalam kedamaian dan keharmonisan.
Upaya Pemajuan, Penghormatan dan Penegakan HAM
Dalam rangka pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM, seluruh
stakeholder yang terdiri dari masyarakat, pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM) telah berupaya bersinergi untuk
memenuhinya.
1. Peran Serta Masyarakat dalam Penegakan HAM di Indonesia.
Kewajiban dasar manusia Indonesia terhadap HAM sesuai dengan UU
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada bab VI adalah
sebagai berikut:
Bahan Ajar HAM bagi Guru46
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
57/180
a. Setiap orang yang berada di wilayah negera Republik Indonesia
wajib patuh terhadap peraturan perundang-undangan, hukum
tak tertulis, dan hukum internasional mengenai HAM yang telah
diterima oleh negara Republik Indonesia (pasal 67).
b. Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika,
dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (pasal 69 ayat 1).
c. Setiap HAM seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan
tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain secara
timbal balik (pasal 69 ayat 2).
d. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis (pasal 70).
2. Peran Serta Pemerintah dalam Penegakan HAM di Indonesia
Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai
dengan UU No. 39 1999 tentang HAM adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati,
melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia,
sesuai peraturan perundang-undangan, dan hokum internasional
tentang HAM yang diterima oleh negara Republik Indonesia
(pasal 71).
b. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah
Bahan Ajar HAM bagi Guru 47
-
7/25/2019 Bahan Ajar HAM Bagi Guru (Final)
58/180
implementasi yang efektif dalam hukum, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (pasal 72).
Sebagai pihak yang paling bertanggungjawab dalam upaya
pemajuan, penghormatan dan penagakan HAM, maka berikut ini
beberapa hasil kerja pemerintah yang telah dihasilkannya:
a. Pada tanggal 7 Juni 1993, telah diupayakan berdirinya Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
b. Disahkannya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia pada tanggal 13 November 1998.
c. Dalam amandemen UUD 1945, persoalan HAM mendapat
perhatian khusus, yaitu de