bahan ajar pengenalan pendidikan formal dan...
TRANSCRIPT
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
1
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
2
BAHAN AJAR
PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
Pengarah:
Kepala PP PAUD Dan DIKMAS Jawa Barat
Dr. Muhammad Hasbi, S.Sos.,M.Pd
Penanggungjawab
Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya
Dr. Hj. Uum Suminar, M.Pd
Penyusun
Euis Laelasari, M.Pd
Ami Rahmawati, SS
Kontributor
Babinsa Kecamatan Lembang, Babinsa Kecamatan Kadanghaur, Babinsa Kecamatan
Losarang, Banbinsa Kecamatan Pangandaran, Banbinsa Kecamatan Sidamulih, Babinsa
Kecamatan Cijulang, Babinsa Kecamatan Cimerak
Bhabinkamtibmas Kecamatan Lembang, Bhabinkamtibmas Kecamatan Kadanghaur,
Bhabinkamtibmas Kecamatan Losarang, Bhabinkamtibmas Kecamatan Pangandaran,
Bhabinkamtibmas Kecamatan Sidamulih, Bhabinkamtibmas Kecamatan Cijulang,
Bhabinkamtibmas Kecamatan Cimerak
Tata Letak dan Desain Sampul
Kamilludin Mustofa
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
(PP-PAUD dan DIKMAS) Jawa Barat
2017
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
i
KATA PENGANTAR
Pentaloka Penguatan Sistem Pendataan Sasaran PNFI melalui Peran Tripides bertujuan
untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam melaksanakan
pendataan PNFI. Pengembangan tahun pertama, Pendataan diarahkan pada pendataan
ATS, sehingga perangkat pendataan yang dikembangkan khusus untuk pendataan ATS.
Hasil pendataan ATS ini digunakan untuk pemetaaan sasaran Pendidikan Kesetaraan
dan Pendidikan Kursus dan Pelatihan.
Pentaloka Penguatan Sistem Pendataan Sasaran PNFI melalui Peran Tripides, diharapkan
mampu mensinergikan unsur tiga pimpinan desa, yaitu Babinsa, Bhabinkamtibmas dan
Kepala Desa. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dikembangkan bahan ajar yang
meliputi: 1) Kebijakan Daerah Tentang Pembangunan Pendidikan Nonformal dan
Informal serta Peran Babinsa dan Bhabinkamtibmas, 2) Pengenalan Pendidikan
Nonformal dan Informal, 3) Peran Tripides dalam Pendataan PNFI dan 4) Pendataan
Potensi Penyelenggaraan PNFI.
Keempat materi ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman terhadap
Pendidikan Nonformal dan Informal sehingga masing-masing unsur mampu berperan
aktif dan memahami data yang harus diperoleh dalam pendataan sasaran PNFI. Dan
data yang diperoleh mampu memberikan alternatif pengembangan sumber daya
manusia sesuai kebutuhan. Semoga bermanfaat.
Lembang, November 2017
Dr. Muhammad Hasbi, S.Sos. M.Pd
NIP. 197306231993031001
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 2
C. Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II KONSEP PENDIDIKAN NON FORMAL .............................................................. 3
A. Pengertian Pendidikan Nonformal ............................................................... 3
B. Tujuan Pendidikan Nonformal .................................................................... 3
C. Fungsi Pendidikan Nonformal ...................................................................... 3
D. Jenis-jenis Pendidikan Nonformal ................................................................ 4
E. Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Nonformal .......................... 4
BAB III JENIS-JENIS PENDIDIKAN NON FORMAL ........................................................ 5
A. Pendidikan Anak Usia Dini .......................................................................... 5
B. Pendidikan Keaksaraan ............................................................................... 7
C. Pendidikan Kesetaraan ............................................................................... 11
D. Pendidikan Kursus ....................................................................................... 15
E. Pendidikan Keluarga .................................................................................... 18
F. Taman Baca Masyarakat .............................................................................. 24
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 27
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
selanjutnya disingkat sebagai UU Sisdiknas 20/2003.
Pendidikan nasional harus menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan relevansi
pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melelui penerapan manajemen
berbasis masyarakat dan otonomi dan otonomi perguruan tinggi serta pembaharuan
pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, transparan, demokratis, dan
berkesinambungan.
Menurut UU Sisdiknas 2003, pendidikan dilakukan melalui 3 (tiga) jalur, yaitu jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal terdiri dari PAUD
(TK/ RA) pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah (SMP/ MTs dan SMA/ MA)),
dan pendidikan tinggi. Kemudian jalur pendidikan nonformal (PNF) meliputi pendidikan
kecakapan hidup, PAUD, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keluarga, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja/ kursus, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Dan pendidikan informal, yaitu
semua pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan lingkungan.
Pendidikan nonformal sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan memiliki peranan
penting dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat sehingga keberadaannya sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi dengan masih tingginya angka buta huruf, angka
putus sekolah/ putus lanjut, angka pengangguran, angka anak usia dini yang tidak
mengikuti pendidikan di lembaga PAUD, serta kurangnya minat baca warga masyarakat
karena berbagai alasan, maka keberadaan pendidikan nonformal dirasakan dapat
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
2
menjadi pendidikan alternatif yang cukup krusial untuk mengatasi permasalahan ini.
Namun yang menjadi persoalan saat ini, pemahaman masyarakat terhadap pendidikan
nonformal, baik dari segi fungsi, manfaat, maupun cara penyelenggaraannya, masih
sangat kurang. Untuk itu diperlukan sosialisasi yang menyeluruh dan
berkesinambungan kepada seluruh komponen masyarakat sehingga semuanya dapat
terlibat dalam memfungsikan pendidikan nonformal ini. Dengan demikian keberadaan
pendidikan nonformal dapat memberikan dampak positif bagi pemenuhan kebutuhan
pendidikan masyarakat. Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan pendidikan
Nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yg berkeadilan,bermutu dan relevan
dgn kebutuhan masyarakat.
Upaya mewujudkan tujuan tersebut maka dlm menyelenggarakan pendidikan nasional
bertumpu pada 5 misi pendidikan :
1. Ketersedian berbagai program layanan pendidikan
2. Biaya pendidikan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat
3. Semakin berkualitasnya setiap jenis dan jenjang pendidikan
4. Tanpa adanya perbedaan layanan pendidikan dtinjau dari berbagai segi
5. Jaminan lulusan untuk melanjutkan dan keselarasan dengan dunia kerja
B. TUJUAN
Tujuan dari bahan ajar ini yaitu untuk mengenalkan pendidikan nonformal kepada
peserta pentaloka sehingga memiliki pemahaman dan kepedulian akan pentingnya
pendidikan nonformal dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
C. MANFAAT
1. Peserta pentaloka memiliki pemahaman tentang konsep pendidikan nonformal
2. Peserta pentaloka memiliki pemahaman tentang lembaga pendidikan nonformal,
yang meliputi: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Kesetaraan,
Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Keluarga, dan Taman Bacaan Masyarakat
(TBM)
3. Peserta pentaloka dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyelenggaraan
pendidikan nonformal
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
3
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN NONFORMAL
A. Pengertian Pendidikan Nonformal
Pengertian pendidikan nonformal menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diperkuat dengan terbitnya
peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, khususnya Pasal 1 ayat 31 menyebutkan bahwa Pendidikan Nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
B. Tujuan Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional,
diselenggarakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat, bertujuan untuk:
1. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
3. Mempertinggi budi pekerti
4. Memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air
5. Menumbuhkan manusia - manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri, serta bersama - sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
C. Fungsi Pendidikan Nonformal
1) Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, artinya apabila warga
masyarakat tidak memiliki akses terhadap satuan pendidikan formal atau putus
sekolah (DO) dari pendidikan formal, maka ia dapat mengikuti pendidikan melalui
jalur nonformal
2) Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah pada pendidikan formal,
artinya apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta
didik pada satuan pendidikan formal dirasa belum memadai maka ia dapat
menambahnya melalui pendidikan nonformal
Misalnya: bimbingan belajar, les privat
3) Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pelengkap, apabila peserta didik pada
satuan pendidikan formal merasa perlu untuk menambah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap melalui jalur pendidikan nonformal.
Misalnya: kursus komputer, bahasa asing, kursus kepribadian
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
4
D. Jenis-Jenis Pendidikan Nonformal
Jenis pendidikan nonformal meliputi:
1. Pendidikan kecakapan hidup (PKH)
2. Pendidikan Anak Usia Dini (Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, SPS)
3. Pendidikan kepemudaan
4. Pendidikan pemberdayaan perempuan
5. Pendidikan keaksaraan
6. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja/ kursus
7. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A setara SD/ MI, Paket B setara SMP/ MTs,
Paket C setara SMA/ MA, dan Paket C Kejuruan setara SMK/ MAK,
8. Serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
E. Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Nonformal
Satuan pendidikan yang menjadi tempat penyelenggaraan pendidikan nonformal
terdiri dari:
1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
2. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)
3. Kelompok Belajar
4. Majelis Taklim
5. Lembaga PAUD Nonformal.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
5
BAB III
JENIS-JENIS PENDIDIKAN NONFORMAL
A. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Secara umum pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan kepada anak sejak lahir sampai
berusia enam tahun. Pendapat lain menyatakan pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan anak
usia dini yang pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan
tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian
anak.
Jadi, PAUD adalah upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan
memberikan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan
keterampilan pada anak (kompetensi).
2. Tujuan dan Ruang Lingkup PAUD
a. Tujuan PAUD, pada umumnya adalah mengembangkan berbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Tujuan PAUD antara lain adalah: 1) Kesiapan anak memasuki
pendidikan lebih lanjut; 2) Mengurangi angka mengulang kelas; 3)
Mengurangi angka putus sekolah (DO); 4) Mempercepat pencapaian wajib
belajar Pendidikan Dasar 9 tahun; 5) Meningkatkan Mutu Pendidikan; 6)
Mengurangi angka buta huruf muda, 7) Memperbaiki derajat kesehatan & gizi
anak usia dini; dan 8) Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Selain tujuan tersebut, menurut UNESCO (2005) tujuan PAUD antara lain
didasarkan pada beberapa alasan:
1) Alasan Pendidikan: PAUD merupakan pondasi awal dalam meningkatkan
kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi,
menurunkan angka mengulang kelas dan angka putus sekolah.
2) Alasan Ekonomi: PAUD merupakan investasi yang menguntungkan baik
bagi keluarga maupun pemerintah
3) Alasan sosial: PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan
roda kemiskinan
4) Alasan Hak/Hukum: PAUD merupakan hak setiap anak untuk memperoleh
pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
6
Layanan PAUD juga bertujuan untuk membangun landasan bagi
berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis,
kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Melalui layanan PAUD, anak diharapkan dapat mengembangkan segenap
potensi yang dimilikinya antara lain: moral agama, kognitif, sosial-emosional
dan kemandirian, bahasa, motorik kasar dan motorik halus, seni kreativitas;
serta memiliki motivasi dan sikap belajar yang positif sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan PAUD adalah untuk
mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat
berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai dengan falsafah suatu bangsa.
b. Ruang Lingkup PAUD
Satuan Layanan PAUD, Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidkan formal, nonformal, dan/atau informal.
Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal diselenggarakan pada
Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat, rentang usia anak 4 – 6 tahun.
Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal diselenggarakan pada
Kelompok Bermain (KB) rentang usia anak 2 – 4 tahun, Taman Penitipan Anak
(TPA) rentang usia anak 3 bulan – 2 tahun, atau bentuk lain yang sederajat
(Satuan PAUD Sejenis/SPS) rentang usia anak 4 – 6 tahun. Pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan informal diselenggarakan pad pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, bagi orangtua yang
mempunyai anak usia 0 – 6 tahun.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
7
B. PENDIDIKAN KEAKSARAAN
Pendidikan Keaksaraan terdiri dari Pendidikan Keaksaraan Dasar (KF) dan Keaksaraan
Lanjutan (KUM dan Multikeaskaraan)
1) Pendidikan Keaksaraan Dasar
a. Pengertian Pendidikan Keaksaraan Dasar
Pendidikan keaksaraan dasar adalah layanan pendidikan pada warga
masyarakat buta aksara latin agar memiliki kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung, Berbahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan
peluang untuk aktualisasi potensi diri.
b. Tujuan Pendidikan Keaksaraan Dasar
1) Memberikan layanan kepada penduduk buta aksara usia 15-59 tahun,
prioritas usia 45 tahun ke atas untuk memperoleh pendidikan keaksaraan
dasar agar memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
Berbahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan peluang
untuk aktualisasi potensi diri sesuai dengan standar kompetensi lulusan
pendidikan keaksaraan dasar.
2) Memperluas akses penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dasar bagi
orang dewasa.
3) Memberikan peluang kepada satuan pendidikan nonformal, formal,
yayasan, dan organisasi lainnya untuk menyelenggarakan program
pendidikan keaksaraan dasar.
c. Penyelenggara Pendidikan Keaksaraan Dasar
Adapun lembaga yang dapat menyelenggarakan bantuan operasional
penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dasar antara lain:
1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) diutamakan yang memiliki
Nomor Induk Lembaga (NILEM).
2. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Satuan Pendidikan
3. Kelompok Belajar (Kejar)
4. Yayasan atau organisasi lain yang bergerak di bidang pendidikan.
d. Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Dasar
Peserta didik program pendidikan keaksaraan dasar adalah penduduk buta
aksara, usia 15-59 tahun, prioritas 45 tahun ke atas.
e. Pendidik Pendidikan Keaksaraan Dasar
Pendidik/tutor pendidikan keaksaraan dasar adalah setiap orang yang
bersedia dan berkomitmen membantu membelajarkan peserta didik. tutor
pendidikan keaksaraan dipersyaratkan:
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
8
1) Memiliki kompetensi keberaksaraan dan pengetahuan dasar tentang
substansi materi yang akan dibelajarkan.
2) Mampu mengelola pembelajaran dengan kaidah-kaidah pembelajaran
orang dewasa.
3) Pendidikan minimal SMA/sederajat (khusus tutor sebaya cukup memiliki
kemampuan baca tulis hitung dan bahasa Indonesia serta memiliki akses
ke lingkungan komunitas sasaran) 4. Bertempat tinggal di atau dekat
dengan lokasi pembelajaran.
4) Bertempat tinggal di atau dekat dengan lokasi pembelajaran.
f. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana yang harus/wajib dimiliki sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan teknis baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, diantaranya:
1) Sarana dan prasarana pembelajaran:
a) Tempat pembelajaran
b) Alat tulis
c) Modul atau bahan ajar lain
2) Sarana administrasi pembelajaran:
a) Buku induk peserta didik
b) Buku laporan perkembangan kemajuan dan hasil belajar peserta didik
3) Sarana administrasi keuangan:
Buku kas umum
4) Sarana administrasi umum:
Buku tamu
2. Keaksaraan Lanjutan
a. Pengertian Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
Pendidikan Keaksaraan Lanjutan adalah layanan Pendidikan keaksaraan
yang menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik yang telah
selesai melaksanakan pendidikan keaksaraan dasar dalam rangka
mengembangkan kompetensi bagi warga masyarakat pasca pendidikan
keaksaraan dasar.
b. Jenis-Jenis Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
Pendidikan Keaksaraan Lanjutan terdiri atas:
a. Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM)
Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) adalah layanan
pendidikan keaksaraan yang menyelenggarakan pembelajaran bagi
peserta didik yang telah selesai melaksanakan pendidikan
keaksaraan usaha dasar dalam rangka mengembangkan kompetensi
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
9
bagi warga masyarakat pasca keaksaraan dasar, yang menekankan
peningkatan keberaksaraan dan pengenalan kemampuan berusaha.
b. Pendidikan Multikeaksaraan
Pendidikan Multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan
yang menekankan peningkatan keberagaman keberaksaraan dalam
segala aspek kehidupan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan keterampilan profesi, pekerjaan atau
kemahiran yang dimiliki dan diminati peserta didik. Pendidikan
multikeaksaraan diarahkan sesuai dengan minat peserta didik
tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga,
seni, budaya, atau politik dan kebangsaan, serta pekerjaan atau
profesi.
c. Tujuan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
1) Pendidikan keaksaraan usaha mandiri bertujuan untuk:
a) Memelihara dan mengembangkan keberaksaraan peserta didik
yang telah mengikuti dan/atau mencapai kompetensi keaksaraan
dasar.
b) Mengenalkan peserta didik pada kemampuan berusaha mandiri
c) Meningkatkan keberdayaan peserta didik melalui peningkatan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan berusaha secara mandiri.
2) Pendidikan Multikeaksaraan bertujuan untuk:
a) Memelihara dan mengembangkan keberaksaraan peserta didik
yang telah mengikuti dan/atau mencapai kompetensi keaksaraan
dasar.
b) Meningkatkan keterampilan profesi, pekerjaan atau kemahiran
yang dimiliki dan diminati peserta didik
c) Meningkatkan keberdayaan peserta didik melalui peningkatan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diarahkan sesuai
dengan minat peserta didik tentang wawasan keilmuan dan
teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan
kebangsaan, serta pekerjaan atau profesi.
d. Penyelenggara Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
Lembaga yang menyelenggarakan pendidikan keaksaraan lanjutan adalah
lembaga yang telah menyelenggarakan pendidikan keaksaraan dasar.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
10
e. Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
Peserta didik dalam pendidikan keaksaraan lanjutan adalah penduduk
buta aksara usia 15-59 tahun, prioritas 45 tahun ke atas yang telah mencapai
kompetensi keaksaraan dasar serta memiliki Surat Keterangan Melek Aksara
(SUKMA) yang dikelola oleh lembaga satuan pendidikan.
f. Pendidik Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
Pendidik/tutor adalah setiap orang yang mampu, bersedia dan
berkomitmen membantu membelajarkan peserta didik sedangkan
narasumber teknis (NST) adalah seseorang yang mempunyai kompetensi
dalam bidang usaha dan/atau keterampilan tertentu dan sanggup
membelajarkan peserta didik.
Persyaratan Tutor/Narasumber Teknis (NST) Keterampilan Pendidikan
Keaksaraan Lanjutan, yaitu:
1) Berpengalaman melaksanakan pembelajaran pendidikan keaksaraan
usaha mandiri;
2) Mampu mengelola pembelajaran dengan kaidah-kaidah pembelajaran
orang dewasa;
3) Berpendidikan minimal SMA/sederajat;
4) Memiliki kompetensi keaksaraan dan pengetahuan dasar tentang
substansi materi yang akan dibelajarkan;
5) Bertempat tinggal dekat dengan lokasi pembelajaran pembelajaran
dan atau menyesuaikan kondisi lapangan;
6) Khusus untuk NST, memiliki keterampilan teknis untuk mengajarkan
keterampilan yang dibutuhkan peserta didik.
g. Sarana Prasarana Pendidikan Keaksaraan Lanjutan
Sarana dan prasarana yang dimiliki sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan teknis baik dari segi jumlah maupun kualitasnya,
diantaranya:
1) Sarana dan prasarana pembelajaran:
a) Tempat pembelajaran;
b) Papan nama penyelenggaraan;
c) Papan tulis;
d) Alat tulis;
e) SKL, silabus, bahan ajar.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
11
2) Sarana administrasi pembelajaran yang perlu disediakan antara lain:
a) Buku induk peserta didik;
b) Daftar hadir peserta didik;
c) Daftar hadir tutor;
d) Buku rencana pembelajaran;
e) Buku laporan perkembangan kemajuan dan hasil belajar peserta
didik
f) Buku lain yang dibutuhkan
3) Sarana administrasi keuangan yang harus disediakan adalah buku kas
umum
4) Sarana administrasi umum:
a) Buku tamu
b) Buku inventaris
C. PENDIDIKAN KESETARAAN
1) Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan Kesetaraan adalah program pendidikan non formal yang
menyelenggarakan pendidikan yang setara SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA serta SMK
yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C.
2) Tujuan Pendidikan Kesetaraan
a. Menyediakan layanan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal untuk
menjaring anak-anak yang putus sekolah di tingkat SD/MI, SMP/ MTs, dan SMA/ SMK/
MA untuk mensukseskan rintisan wajib belajar pendidikan dasar;
b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga belajar sehingga
memiliki kemampuan yang setara dengan SD/MI, SMP/ MTs, dan SMA/ SMK/
MA;
c. Membekali dasar-dasar kecakapan hidup yang bermanfaat untuk mencari
nafkah atau berusaha mandiri (khusus Paket C)
d. Membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga belajar yang
memungkinkan lulusan program dapat meningkatkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi, atau meningkatkan kariernya dalam pekerjaannya (khusus
Paket C).
3) Jenis-Jenis Pendidikan Kesetaraan
Berdasarkan penjelasanan pasal 17 dan pasal 18 Undang- undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan
yang sederajat dengan SD/MI adalah Program seperti Paket A. Sederajat dengan
SMP/MTs adalah program seperti Paket B, sedangkan pendidikan yang sederajat
SMA/MA adalah Paket C.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
12
a. Program Paket A
Tingkatan 1 dengan derajat kompetensi awal setara dengan kelas III SD/MI.
Menekankan pada kemampuan literasi dan numerasi ( kemahirwacanaan
bahasa dan angka),sehingga peserta didik mampu berkomunikasi melalui teks
secara tertulis dan lisan, baik dalam bentuk huruf maupun angka.
Tingkatan 2 dengan derajat kompetensi dasar setara dengan kelas VI SD/MI,
menekan kan penguasaan fakta,konsep, dan data secara bertahap, sehingga
peserta didik mampu berkomunikasi melalui teks secara tertulis dan lisan
dengan menggunakan fenomena alam dan atau sosial sedrhana secara etis,
untuk memiliki keterampilan dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
b. Program Paket B
Tingkatan 3 dengan derajat kompetensi Terampil 1 setara dengan kelas VIII
SMP/MTs, menekankan pada penguasaan dan penerapan konsep- konsep
abstrak secara lebih meluas dan berlatih meningkatkan keterampilan berpikir
dan bertindak logis dan etis, sehingga peserta didik mampu berkomunikasi
melalui teks secara tertulis dan lisan, serta memecahkan masalah dengan
menggunakan fenomena alam dan atau sosial yang lebih luas.
Tingkatan 4 dengan derajat kompetensi Terampil 2 setara dengan kelas IX
SMP/MTs, menekankan peningkatan ketarmpilan berpikir dan mengolah
informasi serta menrapkannya untuk menghasilkan karya sederhana yang
bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat sehingga peserta didik mampu
secara aktif mengekspresikan dan mengkomunikasikan karyanya melalui teks
lisan dan tertulis berdasrkan data informasi yang akurat secara etis, untuk
memenuhi tuntutan keterampilan dunia kerja sederhana dan dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Program Paket C
Tingkatan 5 dengan derajat komptensi Mahir 1 setara dengan kelas X
SMA/MA, diarahkan pada pencapaian dasar- dasar kompetensi akademik dan
menerapkannya untuk menghasilkan karya sehingga peserta didik mampu
mengkomunikasikan konsep- konsep secara lebih ilmiah dan etis serta
mempersiapkan diri untuk meampu bekerja mandiri dengan mengembangkan
kepribadian profesional.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
13
Tingkatan 6 dengan derajat kompetensi Mahir 2 setara dengan kelas XII
SMA/MA, diarahkan untuk pencapaian kemampuan akademik dan
ketaerampilan fungsional secara etis, sehingga peserta didik dapat bekerja
mandiri atau wirausaha, bersikap profesional, berpartisipasi aktif dan
produktif dalam kehidupan masyarakat,serta dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
4) Peserta Didik Pendidikan Kesetaraan
a. Sasaran program Pendidikan Kesetaraan Paket A adalah warga negara Indonesia
yang ingin memperoleh pendidikan setara SD/MI, yaitu:
Putus sekolah di kelas IV, V, dan VI di tingkat SD/MI, dibuktikan dengan raport
terakhir;
Prioritas bagi anak usia sekolah;
Bersedia mengikuti proses pembelajaran dan pelatihan sampai akhir
program.
b. Peserta didik Paket B setara SMP/ MTs adalah warga masyarakat yang:
Lulus paket A/SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah)
Belum menempuh pendidikan di SMP dengan prioritas pertama usia
13-15 tahun, prioritas kedua usia 16-18 tahun dan terakhir usia
dewasa.
Putus SMP/MTs (Madrasah Tsanawiyah).
Tidak dapat bersekolah karena tidak ada sekolah atau letak sekolah
tidak terjangkau, karena sudah terjun ke masyarakat, bekerja, atau
karena hal lain.
c. Peserta didik Paket C setara SMA/ SMK/ MA adalah warga masyarakat yang
ingin memperoleh pendidikan setara SMA/ SMK/ MA, yaitu:
Putus sekolah di kelas X, XI, dan XII di tingkat SMA/SMK/MA, dibuktikan
dengan raport terakhir;
Tamatan Paket B/SMP/MTs, prioritas bagi anak usia sekolah (< 21
tahun);
Bersedia mengikuti proses pembelajaran dan pelatihan sampai akhir
program.
5) Pendidik Pendidikan Kesetaraan
a. Kriteria Pendidik Paket A
1) memiliki kualifikasi/kompetensi akademik sesuai bidang studi atau mata
pelajaran yang dibelajarkan;
2) sehat jasmani dan rohani;
3) memiliki pengalaman dan kompetensi pembelajaran orang dewasa;
4) bersedia membelajarkan warga belajar sampai akhir program;
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
14
5) diprioritaskan bagi yang telah mengikuti pelatihan tutor pendidikan
kesetaraan.
b. Kriteria Pendidik Paket B
1) memiliki kualifikasi/kompetensi akademik sesuai bidang studi atau mata
pelajaran yang dibelajarkan;
2) sehat jasmani dan rohani;
3) memiliki pengalaman dan kompetensi pembelajaran orang dewasa;
4) bersedia membelajarkan warga belajar sampai akhir program;
5) diprioritaskan bagi yang telah mengikuti pelatihan tutor pendidikan
kesetaraan.
c. Kriteria Pendidik Paket C
1) memiliki kualifikasi/kompetensi akademik sesuai bidang studi atau mata
pelajaran yang dibelajarkan;
2) sehat jasmani dan rohani;
3) memiliki pengalaman dan kompetensi pembelajaran orang dewasa;
4) bersedia membelajarkan warga belajar sampai akhir program;
5) diprioritaskan bagi yang telah mengikuti
6) Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan
Lembaga penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan adalah lembaga/organisasi
atau satuan pendidikan nonformal yang memiliki kemampuan dalam
menyelenggarakan program Pendidikan Kesetaraan seperti: pusat kegiatan belajar
masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan belajar (SKB), lembaga kursus dan pelatihan,
kelompok belajar, rumah pintar, dan satuan pendidikan nonformal sejenis lainnya
yang yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Administratif
1) memiliki legalitas, berupa akte notaris pendirian lembaga, dan/atau ijin
operasional lembaga dari instansi berwenang;
2) memiliki rekening bank atas nama lembaga;
3) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama lembaga;
4) memperoleh rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten/ kota setempat.
b. Substantif
1) memiliki sekretariat lembaga dengan alamat yang jelas;
2) memiliki susunan pengurus yang dilengkapi dengan uraian tugas;
3) mampu menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran/ pelatihan;
4) dapat menyediakan tutor/narasumber yang kompeten sesuai bidang studi
atau mata pelajaran yang dibelajarkan;
5) sanggup melaksanakan proses pembelajaran dan pelatihan bagi warga belajar
sesuai standar kompetensi yang ditentukan sampai dengan akhir program.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
15
7) Sarana dan Prasarana Pendidikan Kesetaraan
Untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan
dan hasil yang ingin dicapai, lembaga penyelenggara program wajib menyediakan
sarana dan prasarana, yaitu:
a. ruangan untuk proses pembelajaran dan pelatihan beserta kelengkapannya;
b. alat dan bahan pembelajaran seperti: whiteboard/papan tulis, spidol/kapur, meja
dan kursi tutor, meja/kursi warga belajar, lemari buku, buku-buku pelajaran,
dan lain-lain;
c. media pembelajaran dan pendukung lainnya.
D. PENDIDIKAN KURSUS
1) Pengertian Pendidikan Kursus
Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2010) mendefinisikan ”kursus
sebagai proses pembelajaran tentang pengetahuan atau keterampilan yang
diselenggarakan dalam waktu singkat oleh suatu lembaga yang berorientasi pada
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha/industri”.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
26 ayat (5) menyatakan bahwa, Kursus dan pelatihan adalah satuan pendidikan
yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kursus dan pelatihan mengandung dua konsep yang saling terkait. Kursus
mengacu kepada kepentingan individu yang belum bekerja, sehingga dapat
didefinisikan bahwa kursus merupakan kegiatan pengembangan secara
sistematik, sikap, pengetahuan, keterampilan, pola perilaku yang diperlukan oleh
individu untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan dengan lebih baik.
Pelatihan mengacu pada kepentingan organisasi, dan dapat didefinisikan sebagai
prosedur formal yang dipergunakan oleh organisasi untuk memfasilitasi belajar
anggota-anggotanya sehingga hasilnya berupa perilaku mereka yang dapat
berkontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
16
2) Tujuan Pendidikan Kursus
Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5,
maka kursus dan pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyarakat yang
membutuhkan.
3) Jenis Pendidikan Kursus
Jenis kursus ada 2 (dua), yaitu:
a. Kursus berbasis Keilmuan (akademik): bahasa asing, komputer, perpajakan,
akuntansi, dll
b. Kursus bersifat teknis praktis: menjahit, Tata Rias Pengantin, Tata Kecantikan
Rambut , Tata Kecantikan Kulit, otomotif, merangkai bunga, tata boga,
mengemudi, perhotelan, dll.
4) Peserta Didik Pendidikan Kursus
a. Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2013:
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
b. Menurut (UU No. 20/2003 pasal 26 ayat (5): Kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
5. Pendidik Pendidikan Kursus
a. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU
No.20 THN 2003, pasal 39 (2))
b. Pendidik adalah Tenaga Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 (BAB 1
Ketentuan umum).
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
17
Kriteria Pendidik Kursus
Kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pendidik kursus:
a. Pendidik/ Instruktur kursus berbasis keilmuan, pendidikan minimal S1 atau
D4, memiliki sertifikat kompetensi keahlian dalam bidang yang relevan, dan
sertifikat instruktur.
b. Pendidik/ instruktur kursus bersifat teknis praktis, pendidikan minimal lulusan
SMA/ SMK/ MA/ Paket C dengan pengalaman minimal 3 tahun sebagai
pendidik dalam bidangnya.
c. Memiliki kompetensi:
1) Memahami karakter peserta didik
2) Mampu mengelola pembelajaran
3) Menguasai materi, metode, dan media pembelajaran, baik teori maupun
praktek, sesuai dengan jenis kursus yang diselenggarakan
4) Menciptakan situasi pembelajaran aktif, interaktif, komunikatif, efektif,
dan menyenangkan
5) Memiliki kepribadian yang baik
6) Mampu berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan
7) Mampu bekerja sama dengan semua pihak
6. Penyelenggara Pendidikan Kursus
Kursus dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan nonformal, yaitu:
a. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)
b. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
c. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
d. Penyelenggaraan Lembaga pemerintah desa
e. Lembaga lain yang sejenis.
7. Sarana dan Prasarana Pendidikan Kursus
a. Sarana pembelajaran adalah seluruh perangkat alat, bahan, dan perabot yang
secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran. Sarana pembelajaran
yang harus tersedia tergantung dari jenis kursus yang diselenggarakan.
Contoh sarana prasarana untuk kursus Tata Busana (Menjahit):
1) meja dan kursi peserta didik
2) meja dan kursi pendidik dan pengelola
3) meja untuk memotong kain
4) papan tulis
5) lemari/ rak
6) bahan ajar (baik bahan ajar cetak maupun non cetak)
7) media pembelajaran/ alat peraga
8) alat pembelajaran (mesin jahit, mesin obras, gunting, meteran, benang,
jarum, pola, dll)
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
18
b. Prasarana adalah semua fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pembelajaran/ kegiatan kursus.
Prasarana yang harus tersedia:
1) tempat parkir
2) ruang belajar teori
3) ruang belajar praktek
4) ruang kantor/tata usaha
5) ruang tamu
6) ruang pertemuan
7) mushola
8) ruang tunggu
9) kamar kecil
10) gudang, dll.
E. PENDIDIKAN KELUARGA
1. Pengertian Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung di keluarga yang
dilaksanakan oleh orang tua dan satuan pendidikan sebagai tugas dan tanggung
jawabnya dalam mendidik anak/siswa. Pada pelaksanaannya pendidikan
keluarga diatur oleh Permendikbud nomor 30 tahun 2017 tentang Pelibatan
Keluarga. Pelibatan Keluarga adalah proses dan/atau cara keluarga untuk
berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan
pendidikan nasional.
2. Tujuan Pendidikan Keluarga
Tujuan Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Satuan PAUD
bertujuan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan;
b. mendorong penguatan pendidikan karakter anak;
c. meningkatkan kepedulian keluarga terhadap pendidikan anak;
d. membangun sinergisitas antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat;
dan
e. mewujudkan lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan
menyenangkan.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
19
Pelibatan Keluarga dilakukan dengan prinsip:
a. persamaan hak;
b. semangat kebersamaan dengan berasaskan gotong-royong;
c. saling asah, asih, dan asuh; dan
d. mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi Anak.
3. Sasaran Pendidikan Keluarga
Sasaran Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan meliputi:
a. Satuan Pendidikan;
b. Komite Sekolah;
c. Keluarga; dan
d. Masyarakat.
4. Bentuk Pelibatan Keluarga pada Satuan Pendidikan
a. menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan;
b. mengikuti kelas Orang Tua/Wali;
c. menjadi narasumber dalam kegiatan di Satuan Pendidikan;
d. berperan aktif dalam kegiatan pentas kelas akhir tahun pembelajaran;
e. berpartisipasi dalam kegiatan kokurikuler, ekstra kurikuler, dan kegiatan lain
untuk pengembangan diri Anak;
f. bersedia menjadi aggota Komite Sekolah;
g. berperan aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Komite Sekolah;
h. menjadi anggota tim pencegahan kekerasan di Satuan Pendidikan;
i. berperan aktif dalam kegiatan pencegahan pornografi, pornoaksi, dan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan
j. memfasilitasi dan/atau berperan dalam kegiatan Penguatan Pendidikan
Karakter Anak di Satuan Pendidikan.
5. Bentuk Pelibatan Keluarga pada lingkungan Keluarga
a. menumbuhkan nilai-nilai karakter anak di lingkungan Keluarga;
b. memotivasi semangat belajar anak;
c. mendorong budaya literasi; dan
d. memfasilitasi kebutuhan belajar anak.
6. Pelibatan Keluarga dalam Masyarakat
a. mencegah peserta didik dari perbuatan yang melanggar peraturan Satuan
Pendidikan dan/atau yang menganggu ketertiban umum;
b. mencegah terjadinya tindak anarkis dan/atau perkelahian yang melibatkan
pelajar; dan
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
20
c. mencegah terjadinya perbuatan pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang melibatkan
peserta didik.
7. Peran dan Tanggung Jawab Satuan Pendidikan
a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Kementerian;
b. mendukung program Pelibatan Keluarga di Satuan Pendidikan;
c. memprakarsai pelaksanaan Pelibatan Keluarga di Satuan Pendidikan; dan
d. memfasilitasi pelaksanaan Pelibatan Keluarga di Satuan Pendidikan.
8. Peran dan Tanggung Jawab Komite Sekolah
a. mendorong pelaksanaan Pelibatan Keluarga di Satuan Pendidikan;
b. mendukung pelaksanaan Pelibatan Keluarga; dan
c. mengkoordinasikan pelaksanaan Pelibatan Keluarga.
9. Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
a. menyusun kebijakan Pelibatan Keluarga berdasarkan norma, standar,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian;
b. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan Pelibatan Keluarga di Satuan
Pendidikan dan Masyarakat;
c. memfasilitasi Satuan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Masyarakat dalam
pelaksanaan Pelibatan Keluarga;
d. melaksanakan bimbingan teknis untuk mendukung kegiatan Pelibatan
Keluarga di Satuan Pendidikan; dan
e. melaksanakan supervisi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan Pelibatan
Keluarga di Satuan Pendidikan.
10. Peran dan Tanggung Jawab Kementerian
a. menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria;
b. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan Pelibatan Keluarga;
c. memfasilitasi Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, Komite Sekolah, dan
Masyarakat dalam pelaksanaan Pelibatan Keluarga;
d. melaksanakan bimbingan teknis untuk mendukung kegiatan Pelibatan
Keluarga di Satuan Pendidikan; dan
e. melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
Pelibatan Keluarga.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
21
11. Pembiayaan Kegiatan Pelibatan Keluarga dapat bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. sumbangan;
d. bantuan; dan/atau
e. sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Model Kemitraan Dalam Pendidikan Keluarga
a. Pengertian Kemitraan
Kemitraan tri sentra pendidikan adalah upaya kerjasama antara keluarga,
satuan pendidikan, dan masyarakat yang berlandaskan pada azas gotong
royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan
kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang
menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.
b. Tujuan Kemitraan
1. Tujuan Umum
Program kemitraan ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dan
keselarasan program pendidikan di satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun ekosistem
pendidikan yang kondusif untuk menumbuh kembangkan karakter dan
budaya berprestasi peserta didik.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus, berikut ini tujuan program kemitraan satuan pendidikan
dengan keluarga dan masyarakat untuk:
1) menguatkan jalinan kemitraan antara satuan pendidikan, keluarga,
dan masyarakat dalam mendukung lingkungan belajar yang dapat
mengembangkan potensi anak secara utuh;
2) meningkatkan keterlibatan orang tua/wali dalam mendukung
pendidikan anak di rumah dan di sekolah; dan
3) meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung program
pendidikan di sekolah dan di masyarakat.
c. Model Kemitraan
Model kemitraan dikembangkan dengan mendayagunakan satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Secara operasional model ini dapat
dikembangkan atas dasar pendayagunaan potensi dan sumberdaya keluarga
dan masyarakat secara kolaboratif. Kemitraan dibangun atas dasar kebutuhan
anak sehingga orang tua/wali dan masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi
aktif dalam aktivitas yang berkaitan dengan sekolah.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
22
Model kemitraan melibatkan jejaring yang luas yang melibatkan peserta didik,
orang tua, guru, tenaga kependidikan, masyarakat, kalangan pengusaha, dan
organisasi mitra di bidang pendidikan. Model operasional kemitraan ini
dikembangkan dengan mendayagunakan semua potensi sumberdaya yang
dimiliki satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat secara kolaboratif.
d. Peran Pelaku Kemitraan
1) Satuan Pendidikan
Peran Satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan satuan
pendidikan perlu melakukan sejumlah hal berikut:
a) melakukan analisis kebutuhan;
b) menyusun program tahunan pendidikan keluarga;
c) melakukan pertemuan dengan orang tua/wali peserta didik;
d) melaksanakan program pendidikan keluarga; dan
e) melakukan supervisi dan evaluasi.
Unsur-unsur yang memiliki peran utama dalam program pendidikan
keluarga di satuan pendidikan adalah:
a) Kepala Satuan pendidikan
1) Menetapkan kebijakan yang mendukung penyelenggaraan
program pendidikan keluarga;
2) Menyusun rancangan kegiatan program pendidikan keluarga;
3) Mengelola warga satuan pendidikan dan anggaran yang ada di
satuan pendidikan maupun dari pihak mitra untuk mendukung
pencapaian tujuan program;
4) Menjalin hubungan dengan keluarga dan masyarakat untuk
menunjang pelaksanaan program; dan
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program
dengan melibatkan seluruh mitra.
b) Guru kelas
1) Mendukung kebijakan program pendidikan keluarga;
2) Menjadi fasilitator antara pihak sekolah dengan orang tua/ wali
peserta didik dan masyarakat;
3) Menjadi motivator dan inisiator dalam kegiatan pendidikan
karakter dan budaya prestasi bagi peserta didik; dan
4) Mengevaluasi pencapaian hasil program peserta didik yang
mencakup terbentuknya prestasi dan karakter.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
23
c) Komite Satuan pendidikan
1) Mendukung kebijakan program kemitraan yang telah ditetapkan
satuan pendidikan;
2) Memantau pelaksanaan program kemitraan yang telah dittapkan
bersama satuan pendidikan;
3) Memberi saran perbaikan atas pelaksanaan program kemitraan;
dan
4) Melakukan evaluasi program kemitraan yang telah dilaksanakan
di satuan pendidikan
d) Peran Orang Tua/Wali
1) Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan
dan mendorong perkembangan budaya prestasi anak;
2) Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih
sayang dengan anak;
3) Memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada
anak;
4) Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak
satuan pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif;
5) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan anak di satuan pendidikan; dan
6) Memiliki inisiatif untuk menggerakan orang tua/wali lain agar
terlibat dalam pengambilan keputusan di satuan PENDIDIKAN
dan masyarakat.
e) Peran Masyarakat
1) Mengembangkan dan menjaga keberlangsungan
penyelenggaraan proses pendidikan yang menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga; dan
2) Menyelenggarakan dan mengendalikan mutu layanan
pendidikan, baik dilakukan secara perseorangan, kelompok,
keluarga, organisasi profesi, dunia usaha, maupun organisasi
kemasyarakatan.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
24
F. TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)
1. Pengertian TBM
TBM adalah sarana atau lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang
menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan berupa: buku,
majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multimedia lain yang dilengkapi dengan
ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya,
dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.
2. Tujuan TBM
a. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca;
b. menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca;
c. membangun masyarakat membaca dan belajar;
d. mendorong terwujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat;
e. mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan,
berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab;
3. Fungsi TBM
TBM memiliki fungsi sebagai tempat belajar dan mencari informasi yang
dibutuhkan masyarakat, baik mengenai masalah yang langsung berhubungan
dengan masalah pendidikan maupun tidak berhubungan dengan pendidikan.
4. Manfaat TBM
a. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca
b. Memperkaya pengalaman belajar bagi warga
c. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
d. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca
e. Membantu pengembangan kecakapan membaca
f. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
g. Melatih tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang
ditetapkan
h. Membantu kelancaran penyelesaian tugas.
5. Layanan TBM
Layanan yang dapat diberikan TBM adalah:
a. Membaca di tempat, dengan menyediakan ruangan yang nyaman didukung dengan
variasi bahan bacaan bermutu sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk dapat
menyediakan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan perlu berupaya untuk
menemukenali minat dan karakteristik pengunjung;
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
25
b. Meminjamkan buku, artinya buku dapat dibawa pulang untuk dibaca di rumah,
dan dalam waktu tertentu dan peminjam wajib mengembalikan buku;
1) Membimbing teknik membaca cepat (scanning dan skimming);
2) Menemukan kalimat dan kata kunci dari bacaan;
3) Belajar efektif;
6. Penyelenggara TBM
Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat dapat dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh warga masyarakat, baik secara perorangan, kelompok, atau
lembaga.
7. Sasaran TBM
Taman Bacaan Masyarakat disediakan bagi seluruh lapisan warga masyarakat,
mulai dari anak usia dini sampai orangtua.
8. Pengelola TBM
Untuk satu lembaga Taman Bacaan Masyarakat dibutuhkan minimal 2 orang
tenaga pengelola yaitu: satu orang sebagai ketua dan lainnya sebagai petugas
administrasi dan teknis.
9. Sarana Prasarana TBM
Sarana prasarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Taman Bacaan
Masyarakat terdiri dari:
a. Sarana utama (ruangan, rak buku dan buku)
b. Sarana administarasi (katalog, kartu anggota, buku induk buku, buku
peminjaman, buku tamu)
c. Sarana pendukung ( sistem suara, komputer, internet, dll)
d. Arena bermain, dan
e. Pondok baca
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
26
BAB IV
PENUTUP
Bahan ajar Pengenalan Pendidikan Nonformal ini disusun sebagai materi pembelajaran
pada kegiatan pentaloka “Model Penguatan Sistem Pendataan PNFI Melalui Peran Serta
Tripides” agar peserta dapat memiliki pemahaman tentang pentingnya Pendidikan
Nonformal dalam membantu mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia.
Pada akhirnya, dengan mengenal pendidikan nonformal, peserta diharapkan dapat
memiliki kepedulian dengan cara berpartisipasi dan berkontribusi dalam mengatasi
berbagai permasalahan pendidikan yang ada di lingkungannya. Dengan demikian secara
tidak langsung dapat mendukung upaya mewujudkan manusia Indonesia yang
berkualitas.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 20013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2. Standar Isi untuk program Paket A program Paket B dan Paket C
(Permen Diknas No. 14 Tahun 2007) Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, Departemen Pendidikan Nasional
2008
3. Permendikbud No. 90 tahun 2014 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Instruktur pada Kursus dan Pelatihan
4. ........... (2011). Standar Kompetensi Lulusan Tata Busana. Kementerian Pendidikan
Nasional.
5. Permendikbud No. 81 tahun 2013 tentang Pendirian Satuan PNF
6. Permendikbud No. 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga Pada
Penyelenggaraan Pendidikan
7. .......... (2015). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan
Paket A, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
8. .......... (2015). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan
Paket B, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
9. .......... (2015). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan
Paket C, Direktora Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
10. .......... (2017). Petunjuk Teknis BOP Pendidikan Keaksaraan Dasar Tahun 2017,
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
11. .......... (2015). Petunjuk Teknis Tatacara Memperoleh Dana BOP Kegiatan
Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia
Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
28
12. .......... (2016). Petunjuk Teknis Kemitraan Sekolah Dasar Dengan Keluarga dan
Masyarakat, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
13. .......... (2013). NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) Petunjuk Teknis
Pengajuan, Penyaluran, dan Pengelolaan Bantuan Taman Bacaan Masyarakat
Rintisan, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
14. http://erinnurianti.blogspot.co.id/2011/03/konsep-dasar-kursus.html
https://www.kanalinfo.web.id/2015/07/pengertian-kursus.html
15. http://penilikkorwil3.blogspot.co.id/2011/11/karakteristik-program-pendidikan-
kursus.html
16. http://www.gurupantura.com/2015/05/pendidikan-formal-nonformal-
informal.html
BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
29