bahan deka penginderaan pemicu satu lebih keren dari andy warhol

25
1. Gangguan pendengaran Definisi gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Pembagian gangguan pendengaran berdasarkan tingkatan beratnya gangguan pendengaran berdasarkan tingkatan beratnya gangguan pendengaran, yaitu mulai dari gangguan pendengaran ringan (20-39 dB), gangguan pendengaran sedang (40-69 dB) dan gangguan pendengaran berat (70-89 dB). Klasifikasi gangguan pendengaran, - Tuli konduktif : disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eskterna, membran timpani, atau telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60dB karena dihantarkan menuju koklea melalui tulang (hantaran melalui tulang) bila intensitasnya tinggi. Penyebab tersering gangguan pendengaran jenis ini pada anak adalah otitis media dan disfungsi tuba eustachius yang disebabkan oleh otitis media sekretori. Kedua kelainan tersebut jarang menyebabkan kelainan gangguan pendengaran melebihi 40dB. - Tuli sensorineural : disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Bila kerusakan terbatas pada sel rambut di koklea, maka sel ganglion dapat bertahan atau mengalami degenerasi transneural. Bila sel ganglion rusak, maka nervus viii akan mengalami degeneraso Wallerian. Penyebabnya antara lain adalah : kelainan bawaan, genetik, penyakit/kelainan pada saat anak dalam kandungan, proses kelahiran, infeksi virus, pemakaian obat yang merusak koklea, radang selaput otak, kadar bilirubin yang tinggi. Penyebab utama gangguan pendengaran ini disebabkan genetik atau infeksi, sedangkan penyebab yang lain jarang.

Upload: johnssujono

Post on 19-Nov-2015

83 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

1. Gangguan pendengaranDefinisi gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Pembagian gangguan pendengaran berdasarkan tingkatan beratnya gangguan pendengaran berdasarkan tingkatan beratnya gangguan pendengaran, yaitu mulai dari gangguan pendengaran ringan (20-39 dB), gangguan pendengaran sedang (40-69 dB) dan gangguan pendengaran berat (70-89 dB).Klasifikasi gangguan pendengaran, - Tuli konduktif : disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eskterna, membran timpani, atau telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60dB karena dihantarkan menuju koklea melalui tulang (hantaran melalui tulang) bila intensitasnya tinggi. Penyebab tersering gangguan pendengaran jenis ini pada anak adalah otitis media dan disfungsi tuba eustachius yang disebabkan oleh otitis media sekretori. Kedua kelainan tersebut jarang menyebabkan kelainan gangguan pendengaran melebihi 40dB.- Tuli sensorineural : disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Bila kerusakan terbatas pada sel rambut di koklea, maka sel ganglion dapat bertahan atau mengalami degenerasi transneural. Bila sel ganglion rusak, maka nervus viii akan mengalami degeneraso Wallerian. Penyebabnya antara lain adalah : kelainan bawaan, genetik, penyakit/kelainan pada saat anak dalam kandungan, proses kelahiran, infeksi virus, pemakaian obat yang merusak koklea, radang selaput otak, kadar bilirubin yang tinggi. Penyebab utama gangguan pendengaran ini disebabkan genetik atau infeksi, sedangkan penyebab yang lain jarang.- Tuli campuran : Bila gangguan pendegaran atau tuli konduktif dan sensosrineural terjadi bersamaan2. Histologi pendengaranTelinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).

TELINGA LUAR Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani) (Gb-1). Daun telinga /aurikula (Gb-2) disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol. Liang telinga luar (Gb-1 dan Gb-3) merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung. Membran timpani (Gb-4) menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.

TELINGA TENGAH (Gb-1) Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum. Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran (Gb-4) yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi. Tingkap oval (Gb-4) pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum)(Gb-4). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea. Tuba auditiva (Eustachius) (Gb-1) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.

TELINGA DALAM (Gb-1 dan Gb-5) Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.

LABIRIN TULANG (Gb-1 dan Gb-5) Labirin tulang terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf. Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum). Koklea (Gb-1, Gb-4, Gb-5 dan Gb-6) merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.

LABIRIN MEMBRANASEA (Gb-5 dan Gb-6) Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea. Labirin membranasea terdiri atas:1. Kanalis semisirkularis membranasea2. Ultrikulus3. Sakulus4. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus sakularis.5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran semisirkularis (krista ampularis) (Gb-7) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan ultrikuli) (Gb-8) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.

SAKULUS DAN ULTRIKULUS (Gb-5, Gb7 dan Gb-8) Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus. Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II (Gb-9) serta sel penyokong (Gb7) yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini. Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris. Pada permukaan makula (Gb-7) terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel rambut. KANALIS SEMISIRKULARIS (Gb-5) Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula. Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis (Gb-8). Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula (Gb-8) serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia. Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.

KOKLEA (Gb-5, Gb-6 dan Gb- 10) Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu1. Ruangan atas (skala vestibuli)2. Ruangan tengah (duktus koklearis)3. Ruang bawah (skala timpani). Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema. Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare. Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris. Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel. Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.

DUKTUS KOKLEARIS (Gb-5, Gb-6 dan Gb-10) Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.

ORGAN CORTI (Gb-10 dan Gb-11) Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ Corti adalah 1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks. 2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam. 3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam. 4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam. 5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti 6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius ter- letak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah. Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut. GANGLION SPIRALIS (Gb-6, Gb-10 dan Gb-11) Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli. Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.3. Pemeriksaan mataFunduskopiFunduskopi merupakan tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli. Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks fundus dan gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.Alat yang diperlukan adalah oftalmoskop dan obat melebarkan pupil (tropicamide 0.5%-1% (mydriacyl) / fenilefrin hidroklorida 2.5% (kerja lebih cepat))TehnikOftalmoskopi direk Mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri pasien dengan mata kiri pemeriksa kecuali bila pasien dalam keadaan tidur dapat dilakukan dari atas. Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop sehingga menunjukkan angka +12 D Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata pasien. Pada saat ini fokus terletak pada kornea atau pada lensa mata. Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan yang hitam pada dasar yang jingga.( oftalmoskop jarak jauh) Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan roda lensa oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukkan angka mendekati nol. Sinar difokuskan pada papil saraf optik. Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari papil saraf optik. Mata pasien diminta melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegangpemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea pasien Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina

Oftalmoskopi indirek Pemeriksa menggunakan kedua mata Alat diletakkan tepat didepan kedua mata dengan bantuan pengikat di sekeliling kepala Pada celah oftalmoskop dipasang lensa konveks +4D yang menghasilkan bayangan jernih bila akomodasi diistirahatkan Jarak dengan penderita kurang lebih 40cm Pemeriksaan juga membutuhkan suatu lensa tambahan , disebut lensa objektif yang berkekuatan S +13 D, ditempatkan 7-10 cm didepan mata penderita Bila belum memproleh bayangan yang baik, lensa objektif ini digeser mendekat dan menjauh.

Gambar 1. a. Oftalmoskopi direkdan b. Oftalmoskopi indirek

Gambar 2. Prosedur Oftalmoskopi

Gambar 3. Fundus Normal. Pembuluh darah retina tidak menyebrangi fovea.

Dapat dilihat keadaan normal dan patologik pada fundus mata kelainan yang dapatdilihat1. Pada papil saraf optik Papiledema (normal C/D ratio 0,3-0,5) Hilangnya pulsasi vena saraf optik Ekskavasi papil saraf optik pada glaukoma Atrofi saraf optik2.Pada retina Perdarahan subhialoid Perdarahan intra retina, lidah api, dots, blots Edema retina Edema makula3.Pembuluh darah retina Perbandingan atau rasio arteri vena (normal=2:3) Perdarahan dari arteri atau vena Adanya mikroaneurisma dari vena

TonometriTonometri schiotz merupakan salah satu pemeriksaan yang ditujukan untuk menghitung tekanan intraocular.Pemeriksaan ini menghitung sejauh mana kornea dapat diindentasi pada pasien yang sedang terletang.Semakin rendah tekanan intraocular, semakin dalam tenggelam pin tonometer dan semakin besar jarak pergerakan jarum. Bila tekanan bola mata lebih rendah maka beban akan mengindentasi lebih dalam permukaan kornea dibanding tekanan bola mata lebih tinggi.Tekanan bola mata normal adalah 10-20 mmHg.Namun, indentrasi tonometry sering memberikan hasil yang tidak pasti.Misalnya kekakuan sclera yang berkurang pada mata rabun, menyebabkan pin tonometry tenggelam lebih dalam karena hal tersebut.Karena itu, tonometry ini sering digantikan dengan tonometry aplanasi.

Gambar 4. TonometriSchiotz

Loupe dengan sentolop dan lampu celah (sitlamp)

Loupe merupakan alat untu melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya. Loupe mempunyai kekuatan 4-6 dioptri. Untuk melihat benda dengan Loupe yang berkekuatan 5.0 dioptri maka benda yang dilihat harus terletak 20 cm (100/5) atau pada titik api lensa Loupe. Dengan jarak ini mata tanpa akomodasi akan melihat benda yang dilihat akan lebih tegas. Hal ini dipergunakan sebagai pengganti sitlamp, karena cara kerjanya hamper sama.Pemeriksaan dengan Loupe atau sitlamp (lampu celah) akan lebih sempurna di dalam kamar yang gelap.

Shadow Testing atau RetinoskopiRetinoskopi atau yang dikenal juga dengan skiaskopi atau Shadow Test, merupakan suatu cara untuk menemukan kesalahan refraksi dengan metode netralisasi.Retinoskopi memungkinkan pemeriksa secara objektif menentukan kesalahan refraktif spherosilindris, dan juga menentukan apakah astigmatisma regular dan irregular, untuk menilai kekeruhan dan ketidakteraturan.Prinsip retinoskopi adalah berdasarkan fakta bahwa pada saat cahaya dipantulkan dari cermin ke mata, maka arah dari bayangan tersebut akan berjalan melintasi pupil bergantung pada keadaan refraktif mata.

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah lampu sentolop dan loupe. Tekhnik pemeriksaan adalah sebagai berikut: Sentolop disinarkan pada pupil dengan sudut 45 derajat dengan dataran iris Dengan loupe lihat bayangan iris pada lensa yang keruhJika bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya, ini terjadi pada katarak imatur, dan keadaan ini disebut shadow test positif.Jika bayangan iris pada lensa kecil dan dekat dengan pupil berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pad akapsul anterior), terdapat pada katarak matur, dan keadaan ini disebut shadow test negatif.Dan bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut dengan pseudopositif.

Shadow test juga sering disebut dengan uji bayangan iris, diketahui bahwa semakin sedikit lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris, dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh.Bila letak bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur, sedang bila bayang kecil dan dekat pupil berarti lensa katarak matur

Gambar 5. Shadow Test

Pada gambar ini retina diterangi melalui pupil.Pemeriksaan ini mengamati fenomena optic pupil pasien saat sumber cahaya bergerak.

MikrobiologiSeperti membrane mukosa lainnya, kojungtiva dapapt dikultur dengan swab untuk identifikasi bakteri. Specimen untuk pemeriksaan sitology diperoleh dengan mengorek palpebral konjungtiva secara ringan dengan spatula platinum kecil setelah anastesi topical.Untuk evaluasi sitology konjungtivitis, Giemsa merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis sel inflamasi, sementara pewarnaan gram menunjukan tipe bakteri.

Gambar 6. Pengambilan specimen dari konjungtiva

Kornea biasanya steril. Seseorang yang diduga mengidap infeksi ulkus korea basisnya harus dikerok dengan spatula platinum untuk kultur dan pewarnaan gram. Spatula harus digunakan untuk menempatkan specimen langsung pada plat kultur tanpa intervensi media transport.

Kultur dari cairan intraocular adalah metode yang hanya dapat diandalkan untuk mendiagnosa atau mengesampingkan endophtalmitis menular. Aquos dapat disadap dengan memasukan jarum pendek 25-gauge pada spiut tuberculin melewati limbus secara parallel ke iris. Hasil diagnostic lebih baik jika vitreous yang dikultur. Specimen vitreous dapat diperoleh menggunakan jarum tekan melewati pars plana atau dengan operasi vitrectomy .Untuk mengevaluasi inflamasi intraocular non-infeksius, specimen sitology kadang diperiksa menggunakan tehnik tertentu.

Terhadap spesimen dilakukan : Pemeriksaan direct smear dengan pewarnaan metode gram Segera di kultur pada media : blood agar, chocolate agar, Loeffler media (untuk Corynebactyerium) Dikultur dalam candle jar untuk bakteri tersangka Neisseriae dan Corynebacterium Dikultur dalam anaerobic jar untuk tersangka bakteri anaerob Semua kultur harus dalam 48 jam.Uji UltrasonografiUltrasonografi dipakai untuk melihat struktur abnormal pada mata dengan kecepatan kekeruhan media dimana tidak memunginkan melihat jaringan dalam mata secara langsung.Sinar ultrasonic direkam yang akan memberikan kesan keadaan jaringan yang memantulkan getaran yang berbeda-bea.

Scan B Ultrasonografi

Gambar 7. USG

USG merupakan tindakan melihat dan memotret alat atau jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang tidak terdengar.Alat ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraocular.Bila USG normal dan terdapat defek aferen pupil maka operasi walaupun mudah, tetap akan memberikan tajam pengelihatan yang kurang. Kelainan USG dapat disertai kelainan macula.USG juga merupakan pemeriksaan khusus untuk katarak terutama monocular dimana akan terlihat kelainan badan kaca seperti perdarahan, peradangan, ablasi retina dan kelainan kongenital ataupun adanya tumor intraocular.

X-Ray dan CT-ScanFoto polos dan CT Scan berguna dalam mengevaluasi kondisi orbital dan intracranial. CT scan khususnya telah menjadi metode yang paling banyak digunakan untuk lokalisasi dan karakterisasi penyakit struktural dalam jalur visual yang luar mata. Kelainan orbital umumnya ditunjukan oleh CT scan meliputi neoplasma, massa inflamasi, patah tulang, dan pembesaran otot luar mata terkait Graves disease.Aplikasi radiologi intraocular terutama dalam mendeteksi benda asing berikut trauma dan tumor seperti retinoblastoma. CT scan berguna untuk lokalisasi benda asing karena kemampuan dan kemampuannya untuk menghasilkan gambar dinding okular.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)Teknik pencitraan resonansi magnetik (MRI) memiliki banyak aplikasi dalam diagnosis orbital dan intrakranial.Tidak seperti CT, teknik MRI tidak mengekspos pasien untuk terkena radiasi pengion.Pandangan multidimensi (aksial, koronal, dan sagital) dapat terjadi tanpa harus mereposisi pasien. Karena MRI lebih baik dalam membedakan jaringan dan kadar air yang berbeda, MRI lebih unggul dari CT scan pada kemampuannya untuk melihat edema, bidang demielinasi, dan lesi vaskular. Karena MRI menangkap sinyal tulang lebih rendah, memungkinkan resolusi lebih baik dari penyakit intraosseous dan pandangan yang lebih jelas dari fossa posterior intrakranial.Daftar Pustaka1. Riordan, Paul. Whitcher, John P. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology. 16th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2007.2. K Lang, Gerhard. Opthamology. New York: Thieme, 2000.

4. Jaras Penglihatan (fisiologi)Jaras PenglihatanSerabut-serabut nervus optikus merupakan akson dari sel-sel dalam lapisan ganglionik retina. Meraka bersatu pada diskus optikus dan dan keluar dari mata, sekitar 3 atau 4 mm dari sisi nasal pusatnya, sebagai nervus opticus. Serabut-serabut n.opticus adalah bermielin, tetapi selubung mielinnya dibentuk oleh oligodendroglia bukan oleh sel Schwann karena n.opticus sesuai dengan traktus yang terdapat dalam susunan saraf pusat. Nervus optikus meninggalkan rongga orbita melalui canalis opticus dan bersatu dengan nervus opticus sisi lain untuk membentuk chiasmaopticum.Chiasma opticum terletak pada perbatasan dinding anterior dan dasar ventrikel III. Pada chiasma opticum, termasuk bagian nasal macula, menyilang garis tengah dan masuk ke traktus opticus sisi kontralateral, sedangkan serabut-serabut dari bagian temporal retina termasuk bagian temporal macula, berjalan ke posterior dalam tractus opticus sisi yang sama. Tractus opticus keluar dari chiasma opticum dan berjalan ke posterolateral sekitar pedunculus cerebri. Sebagian besar serabut berakhir dengan bersinap dengan sel-sel saraf dalam corpus geniculatum lateral. Akson sel-sel saraf dalam corpus geniculatum lateral meninggalkannya untuk membentuk radiation optica. Serabutserabut radiatio optica adalah akson sel-sel saraf corpus geniculatum lateral. Traktus berjalan ke posterior melalui pars retro-lenticularis capsula interna dan berakhir pada korteks penglihatan (area 17) yang terletak di bibir atas dan bawah fisura calcarina pada permukaan medial hemisphere cerebri. Korteks asosiasi penglihatan (area 18 dan 19) bertanggung jawab untuk pengenalan objek dan persepsi warna.

Gambar 2. Otak dan kegiatan-kegiatan yang dikontrolnyaTerdapat empat neuron yang berperan pada penghantaran impuls penglihatan ke korteks penglihatan, yaitu :1. Sel batang dan kerucut, yang merupaka neuron reseptor khusus pada retina.2. Neuron bipolar, yang menghubungkan sel batang dan kerucut ke sel-sel ganglion.3. Sel ganglion4. Neuron pada corpus geniculatum lateral, yang aksonnya berjalan ke kortex cerebri.Pada penglihatan binokular, lapangan penglihatan kanan dan kiri di proyeksikan pada kedua bagian retina. Bayangan obyek pada lapangan penglihatan kanan diproyeksikan pada retina bagian nasal dan bagian temporal retina kiri. Pada chiasma opticum, akson-akson dari kedua bagian retina ini bersatu membentuk tractus opticus kiri. Neuron corpus geniculatum lateral sekarang memproyeksikan seluruh lapangan penglihatan kanan ke korteks penglihatan hemisphere kiri, dan lapangan penglihatan kiri ke korteks penglihatan hemisphere kanan.Kuadran bawah retina (lapangan penglihatan bagian atas) di proyeksikan ke dinding bawah fissura calcarina, sedangkan kuadran atas retina (lapangan penglihatan bagian bawah) di proyeksikan ke dinding atas fissura.Jika tidak ada penyakit intraokular, kerusakan penglihatan pada satu mata selalu menandakan lesi pada bagian orbita, foramen atau kranial dari saraf opticus. Jika pusat chiasma opticum mengalami kerusakan sehingga serat yang menyebrang menjadi terganggu misal karena tumor hipofise, hasilnya adalah hemianopsia bitemporal. Biasanya, serat yang datang dari separuh bawah retina dan mengisi bagian ventral chiasma, adalah yang pertamatamarusak. Menjelaskan mengapa hemianopia dimulai pada kuadran atas bitemporal dari lapangan pandangan. Berlawanan dengan heteronimitas dari lesi chiasma, lesi yang mencederai traktus opticus menghasilkan hemianopia homonimus. Sebagai contoh, lesi pada traktus opticus kanan mengganggu impuls yang berasal dari separuh kanan kedua retina. Akibatnya kerusakan penglihatan melibatkan kedua separuh kiri dari lapangan pandang.Kelainan lapangan penglihatan yang dihubungkan dengan lesi-lesi pada lintasan penglihatan:1. Buta sirkumferensial sisi kanan akibat neuritis retrobulbar.2. Buta total mata kanan akibat pemotongan n.opticus kanan.3. Hemianopsia nasalis kanan akibat lesi parsial chiasma opticum kanan.4. Hemianopsia bitemporalis akibat lesi total chiasma opticum.5. Hemianopsia temporalis kiri dan hemianopsia nasalis kanan akibat lesi pada tractus opticus kanan.6. Hemianopsia nasalis kanan dan temporalis kiri akibat lesi pada radiation optica kanan.7. Hemianopsia temporalis kiri dan nasalis kanan akibat lesi pada korteks penglihatan kanan

Gambar 3. Lintasan visual dan gangguan medan penglihatan akibat lesi di lintasan visual

Suplai darah pada mataPemasok arteri utama Orbita dan bagian bagiannya berasal dari Ateria Oftalmika yaitu cabang besar pertama Arteria Karotis Interna bagian intracranial. Cabang ini berjalan dibawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri centralis retina yang memasuki Nervus Optikus sekitar 8-15mm di belakang bola mata. Cabang cabang lain arteria Oftalmika adalah Arteria Lakrimalis yang mendarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang cabang muskularis keberbagai otot Orbita Arteria Siliaris Posterior Longus dan Brevis, Arteri Palpebrales Mediales ke kedua kelopak mata dan Arteria Supraorbitalis serta Supratrochlearis. Arteria Siliares Posterior Breves mendarahi bagian bagian nervus optikus. Kedua arteri Siliaris Posterior Longus mendarahi Korpus Siliare, beranastomosis satu dengan lainnya dan bersama arteria Siliaris Anterior membentuk Sirculus Anteriosus Major Iris. Arteri Siliaris Anterior berasal dari cabang cabang muskularis dan menuju ke muskuli recti. Arteri ini memasok darah ke sclera, episklera, limbus dan kongjutiva serta ikut membentuk Sirculus Arterialis Major Iris.