bahan forensik

21
Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/11/pembekapan_doc.pdf . G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. Page 1 REFERAT PEMBEKAPAN Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G 0003181 Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2008 Page 2 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Pembekapan sebagai rangkaian kegiatan Kepaniteraan Klinik di Bagian/SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Moewardi/FK UNS Surakarta. Dengan ketulusan hati penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. dr. Budiyanto, Sp. F, selaku Kepala Laboratorium Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. 2. dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM, selaku pembimbing penyusunan referat ini. 3. Segenap staf Instalasi Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UNS.

Upload: edhobiondi

Post on 12-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan forensik

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/11/pembekapan_doc.pdf.G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

Page 1REFERAT

PEMBEKAPANDisusun oleh :Shinta Febriana YustisiariG 0003181Pembimbing :dr. Hari Wujoso, Sp.F, MMKEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETRSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA2008

Page 21KATA PENGANTARAlhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atasrahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judulPembekapan sebagai rangkaian kegiatan Kepaniteraan Klinik di Bagian/SMFKedokteran Forensik RSUD Dr. Moewardi/FK UNS Surakarta.Dengan ketulusan hati penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasihkepada : 1. dr. Budiyanto, Sp. F, selaku Kepala Laboratorium Kedokteran Forensik FakultasKedokteran UNS Surakarta.2. dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM, selaku pembimbing penyusunan referat ini.3. Segenap staf Instalasi Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UNS.4. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya referat ini.Penulis menyadari bahwa referat ini tentu tidak terlepas dari kekurangankarena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukanmasukan dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat memberikan manfaatbagi kita semua.Surakarta, Oktober 2008Penulis

Page 32DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ………………………………………………....... 1DAFTAR ISI …………………………………………………………...... 2BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...... 3BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….... 5

Page 2: Bahan forensik

A. Definisi ……………………………………………………..... 5B. Angka Kejadian ......................................................................... 5C. Etiologi..................... ................................................................. 5D. Patofisiologi.........................................……………………….. 6E. Jenis Asfiksia.........................................……………………...... 7F. Stadium Asfiksia......................................................................... 8G. Pembekapan............................................................................... 9BAB III RESUME …………………………………………………......... 18DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....... 20

Page 43BAB IPENDAHULUANKematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorangmelalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahanitu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapatdilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya. Terhentinya suplai oksigen bisajuga menjadi penyebab kematian. Hal ini disebabkan karena adanya hambatanmasuknya oksigen ke dalam sistem respirasi. Hambatan ini juga akan berakibatterganggunya pengeluaran karbon dioksida dari tubuh sehingga kadarnya dalm darahmeningkat. Keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasanyang normal disebut asfiksia. Asfiksia yang paling sering dijumpai di dalam kasustindak pidana yaitu asfiksia mekanik, dimana terjadi obstruksi saluran pernafasansecara mekanik.

Definisi asfiksia adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan suplaioksigen yang berat pada tubuh sehingga akan meningkatkan ketidakmampuan tubuhuntuk bernapas secara normal.Etiologi asfiksia adalah alamiah : misalnya penyakit yang menyumbatsaluran pernafasan seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakanparu seperti fibrosis paru ; mekanik : misalnya trauma yang mengakibatkan emboliudara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dansebagainya. Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan gantung diri, tenggelam,pencekikan, dan pembekapan ; keracunan : Bahan yang menimbulkan depresi pusatpernafasan misalnya barbiturat, narkotika.Salah satu etiologi asfiksia yang telah disebutkan di atas adalah pembekapan.Pembekapan merupakan salah satu bentuk mati lemas, dimana pada pembekapan baikmulut maupun lubang hidung tertutup sehingga proses pernafasan tidak dapatberlangsung. Penyebab kematian pada pembekapan (smothering), yaitu : asfiksia,

Page 54oedema paru, dan hiperaerasi. Edema paru dan hiperaerasi terjadi pada kematian yanglambat dari pembekapan.

Dalam Ilmu Kedokteran Forensik disebutkan bahwa pemeriksaanmakroskopis, data-data klinis, dan pemeriksaan secara mikroskopis merupakan cara

Page 3: Bahan forensik

identifikasi yang lebih baik untuk meminimalisasi kemungkinan-kemugkinan lainyang dapat terjadi. Ada 3 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan otopsikasus pembekapan (smothering), yaitu : mencari penyebab kematian, menemukantanda-tanda asfiksia, menemukan edema paru, hiperaerasi dan sianosis pada kematianyang lambat.Dalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat. Otak sebagaiorgan yang relatif terlindung maksimal dengan batok kepala diperkirakan mengalamiproses kimiawi yang relatif cepat dan tidak dipengaruhi lingkungan. Proses kimiawiakibat terhentinya suplai zat asam/oksigen mengakibatkan jaringan otak yang sangatsensitif terhadap kekurangan zat asam itu akan lebih cepat mengalami disintegrasikimiawi, yang diamati melalui perubahan konduktivitas listrik yang terjadi.

Page 65BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI Dalam dunia medis definisi asfiksia masih merupakan perbincangan, namunbeberapa ahli menyimpulkan bahwa asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandaidengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigendarah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida(hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.Pembekapan (smothering) merupakan salah satu bentuk mati lemas dimanaterjadi obstruksi mekanik aliran udara dari lingkungan sekitar ke dalam mulutdan atau rongga hidung, yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru,dengan cara menutup mulut dan hidung. Penutupan lubang hidung dan mulutbisa menggunakan tangan, bantal, atau kantong plastik.B. ANGKA KEJADIANKorban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa olehdokter. Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu-lintas dan traumamekanik.C. ETIOLOGI1. AlamiahMisalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan sepertilaringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosisparu.

Page 762. MekanikYang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yangmengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral,sumbatan pada saluran nafas dan sebagainya. Kejadian ini sering dijumpaipada keadaan gantung diri, tenggelam, pencekikan, dan pembekapan.3. Keracunan

Page 4: Bahan forensik

Bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnyabarbiturat, narkotika.D. PATOFISIOLOGIDari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam duagolongan : 1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipedari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagiantersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yangkarakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis. Disini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sehingga padaorgan tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnyaperubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas. 2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi daritubuh)Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendahdengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi.Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerjajantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat.Keadaan ini didapati pada : a. Penutupan mulut dan hidung (pembekapan)

Page 87b. Obstruksi jalan nafas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dankorpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairanmenghalangi udara masuk ke paru–paru. c. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (traumaticasphyxia) d. Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusatpernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.E. JENIS ASFIKSIASecara fisiologis dapat dibedakan empat bentuk asfiksia (sering disebutanoksia) : 1. Anoksia anoksik (anoxic anoxia)Keadaan ini diibaratkan dengan tidak atau kurang pemasokan oksigen untukkeperluan tubuh. Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena :a. Tidak ada atau tidak cukup O2 bernafas dalam ruangan tertutup, kepaladitutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab,bernafas dalam selokan tertutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini disebutasfiksia murni (suffocation) b.Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas sepertipembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpusalienum dalam tenggorokan. Ini disebut sebagai asfiksia mekanik

Page 5: Bahan forensik

(mechanical asphyxia)2. Anoksia anemia (anaemic anoxia)Dimana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapatkan padaanemi berat dengan pendarahan yang tiba-tiba.

Page 983. Anoksia hambatan (stagnant anoxia)Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagaljantung, syok, dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,tetapi sirkulasi darah tidak lancar.4. Anoksia jaringan (histotoxic anoxia)Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidakdapat menggunakan oksigen secara efektif.F. STADIUM ASFIKSIAPada pembekapan terjadi keadaan asfiksia, dimana terjadi hambatanmasuknya oksigen ke dalam tubuh yang berakibat kadar oksigen (O2) dalamdarah berkurang (hipoksik-hipoksia), dan hambatan dalam pengeluaran karbondioksida (CO2) dari dalam tubuh sehingga kadarnya dalam darah meningkat(hiperkapnea). Kekurangan oksigen, baik sebagian (hipoksia) atau total (anoksia) akanmenyebabkan kematian. Di dalam udara ruangan normal terdapat oksigen (O2)kurang lebih 21%. Pada konsentrasi oksigen (O2) 10-15% akan mengakibatkankerusakan pada fungsi kognitif dan motorik. Konsentrasi oksigen (O2) kurangdari 10% akan menyebabkan kehilangan kesadaran, dan pada konsentrasi kurangdari 8% akan terjadi kematian. Meskipun kecepatan terjadinya hipoksia bebeda-beda, orang akan kehilangan kesadaran dalam 40 detik, dan akan meninggaldalam beberapa menit pada lingkungan oksigen (O2)yang sangat rendah sekitar4-6%. Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapatdibedakan dalam 4 fase, yaitu :

Page 1091. Fase dispnoePenurunan kadar oksigen sel darah merah da penimbunan CO2 dalam plasma akanmerangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitude danfrekuensi pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi danmulai tampak tanda - tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.2. Fase konvulsiAkibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan sarafpusat sehingga terjadi konvulsi ( kejang ), yang mula - mula berupa kejang kloniktetap kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul episode opistotonik.2,3Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun.Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibatkekurangan O2.

Page 6: Bahan forensik

3. Fase apnoeDepresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapatberhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadipengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.4. Fase akhirTerjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelahkontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyutbeberapa saat setelah pernafasan berhenti. G. PEMBEKAPANPembekapan berarti obstruksi mekanik terhadap aliran udara darilingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung, yang biasanya dilakukandengan menutup mulut dan hidung dengan menggunakan kantong plastik.Pembekapan dapat terjadi secara sebagian atau seluruhnya, dimana yang terjadisecara sebagian mengindikasikan bahwa orang tersebut yang dibekap masihmampu untuk menghirup udara, meskipun lebih sedikit dari kebutuhannya.

Page 1110Normalnya, pembekapan membutuhkan paling tidak sebagian obstruksi baik darirongga hidung maupun mulut untuk menjadi asfiksia.Pembekapan merupakan salah satu bentuk mati lemas, dimana padapembekapan baik mulut maupun lubang hidung tertutup sehingga prosespernafasan tidak dapat berlangsung.Selain pembekapan yang juga termasuk mati lemas adalah : tindakanmenyumpal rongga mulut dengan benda asing (“choking”); menindih ataumenekan dada korban sehingga dada tidak dapat bergerak (“overlying”), dantertimbunnya tubuh korban misalnya tertimbun tanah longsor atau bangunanruntuh (“traumatic or crush asphyxia”).Kecuali pembekapan dan penyumpalan atau penyumbatan rongga mulutyang pada umumnya merupakan kasus pembunuhan; maka yang lainnya yaitu :overlying, dan traumatic asphyxia biasanya bersifat kecelakaan.Korban pembekapan umumnya wanita yang gemuk, orang tua yang lemah,orang dewasa yang berada di bawah pengaruh obat atau anak-anak. Kelainanyang terjadi karena pembekapan adalah berbentuk luka lecet dan atau luka memarterdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering juga didapatkan memardan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang berhadapan dengangigi.Tanda-tanda asfiksia, yaitu :- SianosisTanda ini dapat dengan mudah dilihat pada ujung-ujung jari dan bibir dimanaterdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis mempunyai arti jika keadaan mayatmasih baru (kurang dari 24 jam post mortal).- Perdarahan Berbintik (petechial haemorrhages; Tardiu`s Spot)Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringannya longgar,seperti pada konjunctiva bulbi, palpebra, dan subserosa lain. Pada kasus yang

Page 7: Bahan forensik

Page 1211hebat perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit, khususnya di daerah wajah. Pelebaran pembuluh darah konjunctiva bulbi dan palpebra yang terjadi padafase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkatterutama dalam vena, venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusakendotel kapiler sehingga dinding kaplier yang terdiri dari selapis sel akan pecahdan timbul bintik-bintik perdarahan. - Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi.- Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatanaktivitas pernafasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir salurannafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempitakan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibatpecahnya kapiler.Tanda-tanda asfiksia ini juga disertai dengan adanya luka lecet tekan danmemar di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, dan merupakan petunjuk pastibahwa pada korban telah terjadi pembekapan yang mematikan.Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lainmenekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasuspencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau memarpada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya kadang-kadangharus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membukaseluruh kulit yang menutupi daerah tersebut.Bunuh diri dengan cara pembekapan dapat terjadi pada pasien dengangangguan jiwa, yaitu dengan “membenamkan” wajahnya ke dalam kasur ataumenyumbat dengna benda-benda yang ada di sekitarnya; dan hal tersebut dapatterjadi khususnya bila dalam keadaan mabuk.Pada bayi dapat terbekap secara tidak disengaja (accidental smothering),khususnya bila bayi tersebut prematur, yaitu bila ia tertindih oleh selimut atau

Page 1312bantal. Pada orang dewasa dapat pula terbekap tanpa disengaja, misalnya padapekerja yang jatuh pada cairan yang kental, atau pada tumpukan tepung dansejenisnya.Pembekapan dapat diklasifikasikan menurut cara kematiannya, yaitu :1. Bunuh diri (suicide)Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnyapada penderita penyakit jiwa, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk,yaitu dengan“membenamkan” wajahnya ke dalam kasur, atau menggunakanbantal, pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. Bisa juga denganmenggunakan plester yang menutupi hidung dan mulut. 2. Kecelakaan (accidental smothering)Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertamakehidupannya, terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup oleh

Page 8: Bahan forensik

bantal atau selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seoranganak yang tidur berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengajaorangtuanya menindih si anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan inidisebut overlying.Pada anak-anak dan dewasa muda bisa terjadi kecelakaan terkurungdalam suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekapdengan atau dalam kantong plastik. Orang dewasa yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsiyang mendapat serangan dan terjatuh, sehingga mulut dan hidung tertutupdengan pasir, gandum, tepung, dan sebagainya.3. Pembunuhan (homicidal smothering)Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orangdewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orangsakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.

Page 1413Pada pembunuhan dengan pembekapan biasanya dilakukan dengan carahidung dan mulut diplester, bantal ditekan ke wajah, kain atau dasi yangdibekapkan pada hidung dan mulut.Pembunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaandengan menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakanburking.Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udaramenuju paru-paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam.a. Jenis - jenis sufokasi, berdasarkan penyebabnya dibedakan atas: Pembekapan (smoothering). Keadaan ini biasanya adalah kecelakaan berupaasfiksia pada anak atau bayi karena ibu yang kurang berpengalaman. Bayididekap terlalu erat pada dada ibu sewaktu menyusui. Jarang sekali hal ini terjadisebagai upaya pembunuhan. Orang dewasa juga sangat jarang mengalamikematian akibat pembekapan.Tersedak benda asing (gagging and choking). Yaitu jika terdapat benda asingdi dalam saluran pernafasan. Misalnya biji kopi. Hal ini lebih sering akibatkecelakaan, yaitu karena adanya makanan, tulang, biji-bijian atau cairan yangdiaspirasi dari saluran pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia parsial.Penekanan pada dada. Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan dan jarangsekali merupakan upaya pembunuhan. Pada kasus pembunuhan maka akantampak tanda-tanda perlawanan. Penekanan pada dada akan disertai dengancedera dada dan fraktur tulang iga.Inhalasi gas-gas berbahaya. Gas yang sering terhirup adalah karbon dioksida,karbon monoksida dan sulfur dioksida. Hal ini bisa disebabkan karenakecelakaan ataupun bunuh diri. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas yangberbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal.

Page 1514

Page 9: Bahan forensik

b. Penyebab kematian Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok(jarang). Biasanya dalam waktu 4-5 menit setelah mengalami sufokasi komplit.Pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak.c. Gambaran post mortem. 1. Pemeriksaan LuarTanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yangdigunakan dan kekuatan menekan.Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekanatau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang,hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan. Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/permukaan dalambibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Ujung lidah juga dapat mengalami memar atau cedera. Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal,maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibirbagian dalam. Pada pembekapan dengan mempergunakan bantal, bila tekanan yangdipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakaigincu (lipstick), maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibiryang bergincu tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yanglebih dalam, yaitu ke bantalnya sendiri.Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapantersebut tidak terlalu besar, kelainan biasanya minimal; yaitu luka lecettekan dan atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengangigi dan rahang.Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lainmenekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus

Page 1615pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet ataumemar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannyakadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagiandalamnya, atau membuka sluruh kulit yang menutupi daerah tersebut.Bisa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuhkorban. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luarmaupun pada pembedahan jenazah. Perlu pula dilakukan pemeriksaankerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku. 2. Pemeriksaan DalamTetap cairnya darahDarah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas fibrinolisin.Pendapat lain dihubungkan dengan faktor-faktor pembekuan yang ada diekstra vaskuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah olehkarena cepatnya proses kematian

Page 10: Bahan forensik

Kongesti (pembendungan yang sistemik)Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kananmerupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. Pada pengirisanmengeluarkan banyak darah.Edema pulmonumEdema pulmonum atau pembengkakan paru-paru sering terjadi padakematian yang berhubungan dengan hipoksia.Perdarahan Berbintik (Petechial haemorrhages)Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagianbelakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura visceralis paruterutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulitkepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottisdan daerah subglotis.

Page 1716Bisa juga didapatkan busa halus dalam saluran pernafasan.d.Gambaran MikroskopisPemeriksaan mikroskopik sangat penting dilakukan untuk melihat reaksiintravitalitas yang merupakan reaksi tubuh manusia yang hidup terhadap luka.Reaksi ini penting untuk membedakan apakah luka terjadi pada saat seseorangmasih hidup atau sudah mati. Reaksi vital yang umum berupa perdarahan yaituekimosis, petekie dan emboli.Gangguan jalan napas pada pembekapan akan menimbulkan suatu keadaandimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan kadarkarbondioksida. Pemeriksaan secara histopatologi pada parenkim paru dapatmeminimalisir diagnosis banding dari beberapa kasus kematian yang disebabkankarena asfiksia.Gambaran mikroskopis parenkim paru karena peembekapan dapat diperolehantara lain sebagai berikut:

Page 1817Pada gambaran di atas terdapat hiperinflasi duktus (ov), kolapnya alveolus(col), dan edema interstisiel (ed). Hiperinflasi duktus yang terjadi akibatemfisema yang akut merupakan tanda khas dari kasus sufokasi.Dalam penerapan ilmu forensik, untuk mengetahui penyebab kematiankarena asfiksia dapat menimbulkan berbagai pertanyaan apabila tidak disertaitanda-tanda luka di luar maupun di dalam tubuh atau sumbatan pada saluranpernafasan, dan kondisi saat kematian tidak diketahui secara pasti. Ditambahpemeriksaan secara makroskopis dan histopatologis kerusakan umum padahipoksia seperti edema, perdarahan, emfisema, kongesti pasif dan degenerasi selyang biasanya bervariasi dan tidak mengarah pada penemuan tunggal.

Page 19

Page 11: Bahan forensik

18BAB IIIRESUMEDefinisi asfiksia masih merupakan perbincangan, namun beberapa ahlimenyimpulkan bahwa asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai denganterjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darahberkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksiahipoksik) dan terjadi kematian.Etiologi asfiksia adalah alamiah : misalnya penyakit yang menyumbatsaluran pernafasan seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguanpergerakan paru seperti fibrosis paru ; mekanik : misalnya trauma yangmengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral,sumbatan pada saluran nafas dan sebagainya. Kejadian ini sering dijumpai padakeadaan gantung diri, tenggelam, pencekikan, dan pembekapan ; keracunan :Bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat,narkotika.Pembekapan merupakan salah satu bentuk mati lemas, dimana padapembekapan baik mulut maupun lubang hidung tertutup sehingga prosespernafasan tidak dapat berlangsung. Pembekapan juga berarti obstruksi mekanikterhadap aliran udara dari lingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung,yang biasanya dilakukan dengan menutup mulut dan hidung denganmenggunakan kantong plastikTanda-tanda asfiksia disertai dengan adanya luka lecet tekan dan memar didaerah mulut, hidung, dan sekitarnya, merupakan petunjuk pasti bahwa padakorban telah terjadi pembekapan yang mematikan.

Page 2019Pembekapan dapat terjadi secara sebagian atau seluruhnya, dimana yangterjadi secara sebagian mengindikasikan bahwa orang tersebut yang dibekapmasih mampu untuk menghirup udara, meskipun lebih sedikit dari kebutuhannya.Normalnya, pembekapan membutuhkan paling tidak sebagian obstruksi baik darirongga hidung maupun mulut untuk menjadi asfiksia.

Page 2120DAFTAR PUSTAKAAbdul M. I, 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara; JakartaBarat.Anonim, 2007. Asphyxia.http://www.wikipedia.org/wiki/asphyxiaAnonim, 2007. Asphyxia.http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgl?artid=1246820Anonim, 2008. Pembekapan.http://www.klinikindonesia.com/forensik/pembekapan/

Page 12: Bahan forensik

Anonim, 2008. Suffocating and Smothering.http://www.exploreforensic.co.uk/suffocating-and-smothering.html/Budiyanto, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI ;Jakarta. Ferris, J.A.J. 2006. Asphyxia.http://www.pathology.ubc.ca/ Jones, Richard. 2006. Smothering.http://www.forensicmed.com/ Leonardo, 2008. Asfiksia Kedokteran.http://www.kabarindonesia.com/