bahan imtkg praktek terbaru arifin
DESCRIPTION
hgghvfghvjnhjTRANSCRIPT
LAPORAN PRATIKUM
ILMU MATERIAL TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
RESIN AKRILIK
Disusun oleh:
ACHMAD ARIFIN
(1210070110001)
Dosen Pembimbing
Drg.Citra Lestari,MDSc,Sp.Perio
Drg.Okmes Fadriyanti,Sp.Pros
Drg.Widyawati,M.Kes,Sp.KG
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Baiturahmah
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nyalah
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pratikum IMTKG mengenai Resin Akrilik.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut serta dalam membantu menyelesaikan karya tulis ini, diantaranya:
Guru pembimbing, Drg.Citra Lestari,MDSc,Sp.Perio, Drg.Okmes Fadriyanti,Sp.Pros,
Drg.Widyawati,M.Kes,Sp.KG yang telah memberikan pemahaman-pemahaman yang sangat
dibutuhkan dalam menyelesaikan laporan pratikum IMTKG ini.
Saya menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dari semua pihak laporan
pratikum ini tidak akan selesai. Saya pun sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dalam penyusunan kata-kata maupun penguasaan materi atau permasalahan yang diperlukan
dalam laporan ini.
Oleh karena itu saya dengan senang hati menerima dan mengharapkan saran-saran dan
kritikan demi kesempurnaan laporan yang selanjutnya. Akhir kata, saya berharap semoga laporan
ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Padang, 3 Juni 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Teori Singkat
Pada tahun 1937, resin akrilik (polimetil metakrilat) telah diperkenalkan dan dengan
cepat menggantikan bahan sebelumnya (vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid dan porselen).
Bahan basis gigitiruan resin akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan
tekstur mirip dengan gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah
dan perubahan dimensi kecil.
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non
metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk
selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh
karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.
Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan
polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini
disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran (monomer) mono methyl methacrylate dan
dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate
Syarat-syarat yang harus dipenuhi resin akrilik sebagai basis gigi tiruan, yaitu :
Harus dapat dibersihkan dengan mudah
Tidak berasa, tidak berbau, non toksik dan tidak mengiritasi jaringan
Tidak dapat larut dalam cairan mulut
Harus ringan dan memiliki relatif thermal conduction yang tinggi
Temperatur pelunakan harus diatas temperatur yang tertinggi dari makanan dan minuman
Harus dapat dipreparasi
Mudah dimanipulasi dengan alat-alat sederhana
Tidak dapat menyerap cairan mulut sehingga tetap bersih atau tidak menjadi berbau
Mempunyai kekuatan (strength), resilience dan tahan terhadap abrasi dalam penggunaan
yang normal
Harus stabil dimensinya dalam segala kondisi
Tidak berubah warna didalam mulut
Bahan-bahan ini harus mempunyai sifat transparan dan dapat diwarnai agar dapat meniru
warna jaringan mulut
Sifat Fisis Resin Akrilik
A. Sifat-sifat fisis dari monomer methyl methacrylate:
Mendidih pada 100,80C
Merupakan cairan yang transparan
B. Sifat-sifat fisis resin akrilik sebagai basis gigitiruan:
1. Dimentional Stability
Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses
pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air.
2. Solubilitas
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer
dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga
mulut.
3. Penyerapan air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada
lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat
mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0.69 mg/cm2.
4. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung
terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh
penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai
temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat
terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan monomer.
5. Stabilitas warna
Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik dibandingkan
self-cured acrylic resin karena adanya oksidasi oleh tertinary amine. Dapat dicegah
dengan menambah stabilizing agent.
6. Sifat thermal
Resin akrilik stabil secara kimia pada panas sampai di suatu titik. Resin akrilik
merupakan bahan yang buruk untuk menghantarkan panas dan listrik.
7. Kekuatan
Bahan ini memiliki kekuatan yang rendah. self cured acrylic resin memiliki kekuatan
yang lebih rendah, yaitu dengan nilai compressive strength 75 Mpa dan tensile strength
52 Mpa.
8. Biokompatibilas
Klinis menunjukkan bahwa reaksi alergi sejati terhadap resin akrilik amatlah jarang
terjadi dalam rongga mulut. Sisa monomer sering dianggap sebagai iritan. Namun, reaksi
alergi tidak tergantung pada dosis.
9. Kekerasan
Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah sehingga mudah tergores atau terabrasi.
10. Modulus of elasticity
Resin akrilik memiliki kekakuan yang mencukupi untuk digunakan sebagai gigi tiruan
penuh dan sebagian dengan nilai 2400 Mpa
11. Impact strength
Resin akrilik harus memiliki impact strength yang tinggi untuk mencegah terjadinya
patahan apabila terjatuh secara tiba-tiba.
Klasifikasi Resin Akrilik
Klasifikasi resin akrilik berdasarkan metode aktivasinya, yaitu :
1. Heat Cured Acrylic Resin
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas
untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut. Memiliki komposisi :
Powder dan Liquid
Terdiri dari partikel polimer yang berbentuk pearls atau beads berisi poli (methyl
methacrylate)
Initiator : benzoil peroxide
Stabilisator : talc dan gelatin, agar partikel tidak bersatu
Zat warna : mercuric sulfide, cadmium sulfide, cadmium selenide
Liquid :Metil metakrilat
Inhibitor : hydroquinone, untuk mencegah polimerisasi oleh panas, sinar dan pengaruh
oksigen
Plasticizers : ester-ester dengan BM rendah, agar hasil akhir lebih lunak.
Pada reaksi monomer-polimer terlihat 4 stage :
Stage 1 : polimer meresap kedalam monomer membentuk suatu fluid yang tidak
bersatu.
Stage 2 : terjadi penetrasi pada monomer sehingga pembungkus polimer pecah dan
polimer dapat meresap kedalam monomer. Bahan terlihat menjadi agak melekat dan
berserabut bila ditarik
Stage 3 : disebut dough atau gel stage. Polimer telah jenuh didalam monomer.
Disini massa lebih halus, dough like, dan mudah dibentuk tanpa melekat tanpa
berserabut. Pada stage ini massa dapat dimasukkan kedalam mold.
Stage 4 : monomer seperti tidak ada lagi, baik oleh penguapan maupun oleh
penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Massa menjadi lebih kohesif dan rubber like.
Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat
mencapai dough.
Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam tempat
yang dingin.
Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih singkat.
2. Self Curing Acrylic Resin
Secara umum bahan ini sama dengan heat curing acrylic resin. Tetapi inisiator
(benzoil peroxide) dalam hal ini diaktifkan oleh suatu bahan kimia, tidak diaktifkan oleh
panas. Bahan kimia tersebut ditambahkan bahan kimia lain pada monomer yaitu tertiary
amine. Bahan ini dikenal sebagai aktivator. Setelah monomer dicampur dengan polimer,
aktivator akan bereaksi dengan inisiator, sehingga initiator membentuk radikal bebas dan
polimerisasi mulai terjadi pada temperatur kamar.
Reaksi polimerisasinya yaitu polimer (powder) sebagai inisiator peroksida
ditambahkan dengan monomer (liquid) sebagai akselerator amin akan membentuk polimer
dan panas. Kecepatan polimerisasi dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi daripada aktivator
dan inisiator. Self curing acrylic resin ini digunakan untuk piranti ortodonti lepasan dan
sendok cetak fisiologis.
3. Light Curing Acrylic Resin
Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan yang mengandung sinar (curing unit)
dengan sinar biru yang memiliki panjang gelombang 400-500 nm dengan intensitas sinar
yang tinggi yang keluar dari bola lampu quartz-halogen. Akrilik akan berputar secara
kontinu didalam ruangan agar akrilik mendapatkan paparan sinar yang sama.
Komposisi akrilik ini yaitu mengandung matriks urethane dimethacrylate dengan
kopolimer akrilik, bahan pengisinya adalah silica microfine dan sistem fotoinitiatornya
berupa camphorquinone amine.
Kegunaan Lain Resin Akrilik
1. Untuk perbaikan (repair) bila terjadi kepatahan pada basis gigitiruan. Resin perbaikan
dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia.
2. Sebagai pelapik (relining), yaitu mengganti permukaan gigitiruan yang menghadap ke
jaringan lunak mulut.
3. Sebagai rebasing basis gigitiruan, yaitu mengganti keseluruhan basis gigitiruan
4. Sebagai pelapis (liner) lunak jangka panjang dan pendek yang bertujuan untuk menyerap
energi yang dihasilkan oleh gaya pengunyahan.
5. Sebagai sendok cetak resin dan bahan sendok cetak yang digunakan pada prosedur
pencetakan dalam kedokteran gigi.
Polimerasi Resin Akrilik
Resin akrilik berpolimerasi melalui reaksi polimerasi tambahan. Pada reaksi ini, tidak terjadi
perubahan komposisi tetapi menghasilkan molekul raksasa dalam ukuran yang tidak terbatas.
Proses polimerisasi terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Aktivasi (induksi) : untuk memulai proses polimerisasi tambahan, haruslah dapat radikal
bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer dengan sinar
UV, sinar biasa, panas atau pengalihan energy dan komposisi lain yang bertindak sebagai
radikal bebas.
2. Inisiasi (penyebaran) : reaksi rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai
semua monomer telah diubah menjasi polimer. Meskipun demikian, reaksi polimerisasi
tidak pernah sempurna.
3. Propagasi (pengalihan rantai): Reaksi rantai dapat diakhiri dengan baik dengan cara
penggabungan langsung atau pertukaran atom hydrogen dari suatu rantai yang tumbuh ke
rantai yang lain.
4. Terminasi (pengakhiran) : keadaan aktif diubah dari satu radikal aktif menjadi suatu
molekul tidak aktif, dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya.
Pemanipulasian Resin Akrilik
1. Cara Mencampur Resin Akrilik
Cara pasif, yaitu tidak dilakukan pengadukan atau pencampuran dengan spatula, tetapi
dilakukan penaburan bubuk akrilik diatas pot porselen yang telah dituangkan monomer
secukupnya, sehingga setiap powder dibasahi oleh liquid.
Cara aktif, yaitu dilakukan pengadukan dengan spatula pada bubuk akrilik yang telah
ditaburkan diatas monomer didalam pot.
Tahap pencampuran
Sandy : - bubuk masih kelihatan seperti pasir
Sticky : -monomer mulai berpenetrasi ke polimer , campuran menjadi
lengket dan lunak.
Dough : disebut juga tahap gel, monomer yang masuk ke polimer
bertambah banyak, campuran menjadi bersifat plastis , tidak lengket ditangan
ataupun pada stellon pot.
Rubbery :monomer sudah habis, campuran menjadi seperti karet dan
bersifat elastic, tidak dapat lagi untuk digunakan.
Cara Memasukkan Resin Akrilik ke Dalam Mold
Setelah terdapat campuran akrilik yang baik, maka dapat dimasukkan kedalam
mold dengan cara ditekan dengan ibu jari. Kemudian kuvet ditutup dengan antagonisnya
serta dipress. Kuvet dibuka kembali, lalu akrilik yang berlebih dapat dibuang dengan
lecron mass. Setelah itu dilakukan pengepresan kembali dan tidak dibuka sampai
penggodokan.
3. Cara Menggodok Resin Akrilik
Kuvet dimasukkan kedalam water-bath yang berisi air dan dipanaskan sampai
700C dalam wakti ½ jam. Kemudian dibiarkan pada temperatur tersebut selama ½ jam.
Lalu temperatur dinaikkan kembali menjadi 1000C selama ¼ jam dan dibiarkan pada
temperatur tersebut selama ½ jam. Jika pemanasan telah selesai, kuvet dibiarkan dingin.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat mengerti dan memahami bagaimana cara memanipulasi resin akrilik
2. Mengetahui tahap pencampuran dari resin akrilik
1.3 ALAT DAN BAHAN
1. Alat dan bahan
pisau wax, lekron, dippen
glass
rubber boowl dan spatula
Kuvet
press
Lampu spirtus
Mikro motor
Bur carbid dan bur polis
bulu domba
Straight dan contra h.p
Masker dan amplas
Model rahang
Vaselin
Gips putih
Resin akrilik
Baseplate wax
1.4 PROSEDUR KERJA
1. Tahap flasking ( menaman model kedalam kuvet )
Model yang digunakan adalah model yang berbentuk persegi lima,
Dalam proses menanam model kedalam kuvet ini menggunakan gips tipe II yaitu
plaster of paris,
Sebelum nya model tersebut direndam dalam air hingga seluruh permukaan
basah, hal ini bertujuan agar gips tipe dental stone dapat beradaptasi dengan tipe
gips plaster of paris.
Lumuri permukaan kuvet dengan vaselin hingga merata, hal ini agar
mempermudah dalam pelepasan model .
Aduk secukupnya gips plaster of paris secukupnya dengan konsistensi normal
untuk kuvet bagian bawah, setelah homogeny masukkan gips ke dalam kuvet,
kemudian letakkan model dalam kuvet.
Sebelum gips mencapi finnal setting, rapikan seluruh permukaan gips pada kuvet,
agar tidak ada daerah undercut, terakhir gosoklah dengan kertas gosok (amplas)
sehingga seluruh permukan gips menjadi rata dan halus.
Sebelum kuvet atas dipasang, lumuri permukan yang halus dan permukaan mudel
dengan vaselin, hal ini gar mempermudah dalam pelepasan kuvet atas dan kuvet
bawak sewaktu menyatu.
Kemudian pasang kuvet bagian atas, dan masukkan kembali gips tipe II yang
telah diaduk hingga merata, setelah rata tutup bagian atas kuvet
Setelah ditutup bagian atas kuvet, lakukan pengeprsan kuvet dengan press
portable kemudian peress dengan kekuatan maksimal lalu biarkan hingga mencapi
finnal setting
2. Tahap kerja wax elimination/boiling out
Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap ini
disiapkan kompor dan panci. Mendidihkan air dalam panci, banyaknya air
diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam dalam air.
Setelah mendidih masukkan kuvet dan press portable ke dalam panci dibiarkan
dan diamkan selama 10 menit pertama dengan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Setelah 10 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci, membuka
press portable hingga kuvet terlepas, memisahkan kuvet atas dengan kuvet bawah,
memperhatikan cara mengungkit.
3. Tahap oacking akrilik
Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas, mengulasi
seluruh permukaan model dengan menggunakan bahan separator (CMS),
ditunggu sampai kering. Menyiapkan cellophan dan merendam dalam air.
Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1 menurut
volume dan 3 :1 menurut berat.
Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian
mengaduknya sampai homogen, menutup mixing jar agar terhindar dari sinar
matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai fase dough
stage.
Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua bagian
sama besar, diaplikasikan masing masing bagian kedalam kuvet atas dan bawah,
ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet bawah dengan batasan
diantara kedua bagian dengan plastic, lalu di press dengan press porteble, ditekan
semaksimal mungkin,
Selanjutnya memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan
akrilik dengan pisau model, kemudian mengkatupkan kembali kedua kuvet
kemudian letak kembali pada pres portable, lalu ditekan hingga mencapai tekanan
yang maksimal,
4.Tahap Prosesing Akrilik
Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam panci,
banyaknya air diperkirakan cukup sampai seluruh permukaan kuvet terendam,
pada saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan ke dalam panci
kemudian ditunggu hingga air mendidih kembali lalu dipertahankan selama 20
menit. Setelah itu api dimatikan dan kuvet dibiarkan ke dalam panci hingga air
mencapai suhu normal kembali.
5. Tahap Deflasking
Mengeluarkan kuvet dan press portable dalam panci kemudian melepaskan kuvet
dari press portable, memisahkan kedua kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah
terpisah mengeluarkan model dari dalam kuvet, diusahakan agar model tetap utuh
(tidak pecah).
6. Tahap finishing
Tahap selanjutnya adalah polishing, membersihkan sisa akrilik dan meratakan
permukaan lempeng akrilik dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan
halus dipolis dengan menggunakan straight dengan bur bulu domba.
Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.
BAB II
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Dari pratikum yang dilakukan didapatkan hasil sebuah model landasan gigi tiruan pada
rahang bawah dari acrylic yang halus dan mengkilat tetapi didapatkan porositas pada bagian kiri
model yang berbentuk bintik-bintim putih kecil halus .
Porositas pada resin akrilik ini dapat disebabkan karena Distribusi panas yang tidak
merata, Pemanasan yang terlalu cepat., Pemanasan yang terlalu singkat menyebabkan tingginya
konsentrasi monomer sisa., Pemanasan yang melebihi titik didih ( >100 0 C ) Pencampuran
bubuk dan cairan yang tidak homogen . Terlihat porositas yang besar dan tempatnya tidak
merata. Tekanan yang kurang (terperangkapnya udara dalam cuvet )
Pembahasan
Pembuatan model resin akrilik
1. Tahap flasking
dimana pada tahap ini model penanaman model dengan menggunakan gips tipe II (plaster of
paris), dimana sebelum kuvet diisi dengan gips tipe II, terlebih dahulu permukaan kuvet
harus di lumuru dengan vaselin hal ini agar mempermudah pelapasan gips. Juga sebelum
model ditanam dalam kuvet, model terlebih dahulu harus direndam, hal ini agar dental stone
mampu beradaptasi dengan plaster of paris.
2. Tahap bolling out
pada tahap ini merupakan proses pengeluaran wax dengan cara direndam dalam air yang
mendidih.
3. Tahap Packing akrilik
Pada tahap ini merupakan tahap mixing akrilik. Dimana dimasukkan akrilik kealam kuvet
sampai tahap dought III, kemudian pada tahap ini semua permukaan gips akan dilumasi
dengan CMS. Pada tahap ini juga akan dilakukan pressure untuk mengeluarkan sisa
akrilik.
4. Tahap prosesing akrilik
Pada tahap ini dilakukam perebusan dengan air mendidih 1000C, dan dipertahankan
selama 20 menit. Dan kuvet yang berada pada air mendidih ini tunggu hingga dingin baru
dikeluarkan.
5. Tahap Deflasking
Pada tahap ini akan dikeluarkannya akrilik dari kuvet, ditunggu hingga dingin agar tidak
terjadi perubahan dimensi.
6. Tahap finishing
Pada tahap ini dilakukan pembersihan sisa-sisa akrilik dan dilakukan pempolisan.
Tahap pencampuran resin akrilik
Sandy : bubuk masih kelihatan seperti pasir
Sticky : monomer mulai berpenetrasi ke polimer , campuran menjadi
lengket dan lunak.
Dough : disebut juga tahap gel, monomer yang masuk ke polimer
bertambah banyak, campuran menjadi bersifat plastis , tidak lengket ditangan
ataupun pada stellon pot.
Rubbery :monomer sudah habis, campuran menjadi seperti karet dan
bersifat elastic, tidak dapat lagi untuk digunakan.
BAB III
KESIMPULAN
Saya mengambil kesimpulan . Proses polimerisasi terdiri dari empat tahap, yaitu:
Aktivasi (induksi) ,Inisiasi (penyebaran) ,Propagasi (pengalihan rantai), Terminasi
(pengakhiran).
Porositas pada resin akrilik ini dapat disebabkan karena Distribusi panas yang tidak
merata, Pemanasan yang terlalu cepat., Pemanasan yang terlalu singkat menyebabkan tingginya
konsentrasi monomer sisa., Pemanasan yang melebihi titik didih ( >100 0 C ) Pencampuran
bubuk dan cairan yang tidak homogen . Terlihat porositas yang besar dan tempatnya tidak
merata. Tekanan yang kurang (terperangkapnya udara dalam cuvet )