bahan ppt referat.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/1.jpg)
Slide 1
Menurut Friedman dalam Suprajitno (2004), mendefinisikan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran maing-masing yang merupakan bagian
dari keluarga.
Slide 2
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,
dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh
pelaku, dan ada akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak
dikendaki oleh korban
Slide 3
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan
pembedan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan perempuan
secara fisik, seksual, psikologis termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum
atau dalam kehidupan pribadi
Slide 4
Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk perlakuan menyakitkan secara
fisik ataupun emosional, peyalahgunaan seksual, pelalaian, ekploitasi komersial
ataupun lainnya, yang mengakibatkan cedera kerugian nyata ataupun potensial
terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak, atau
martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab,
kepercayaan atau kekuasaan
![Page 2: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/2.jpg)
Macam kekerasan bisa berupa tindakan kekerasan fisik atau kekerasan
psikologi.
Definisi kekerasan Fisik (WHO) : tindakan fisik yang dilakukan terhadap orang
lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikogi. Tindakan
itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam, menembak,
mendorong (paksa), menjepit.
Definisi kekerasan psikologi (WHO): penggunaan kekuasaan secara sengaja
termasuk memaksa secara fisik terhadap orang lain atau kelompok yang
mengakibatkan luka fisik, mental, spiritual, moral dan pertumbuhan sosial.
Tindakan kekerasan ini antara lain berupa kekerasan verbal,
memarahi/penghinaan, pelecehan dan ancaman.4
UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga No. 23 Tahun 2004 Pasal
1 angka 1 (UU PKDRT) memberikan pengertian bahwa:5
“Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.”
Menurut UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Pasal 2 lingkup rumah tangga
meliputi :5
a. Suami, isteri, dan anak
![Page 3: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/3.jpg)
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang suami,
istri, dan anak karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut.
1. BENTUK- BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Mengacu kepada UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 5 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga dapat berwujud :5
1. Kekerasan Fisik
2. Kekerasan Psikis
3. Kekerasan Seksual
4. Penelantaran rumah tangga
1. Kekerasan fisik menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 6
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat. Kekerasan fisik yang dialami korban seperti: pemukulan
menggunakan tangan maupun alat. seperti (kayu, parang), membenturkan kepala ke
tembok, menjambak rambut, menyundut dengan rokok atau dengan kayu yang bara
apinya masih ada, menendang, mencekik leher.
2. Kekerasan psikis menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 7
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan psikis berupa makian, ancaman
cerai, tidak memberi nafkah, hinaan, menakut-nakuti, melarang melakukan aktivitas
di luar rumah.
![Page 4: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Kekerasan seksual menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 8
Kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut, maupun pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual seperti
memaksa isteri melakukan hubungan seksual walaupun isteri dalam kondisi lelah dan
tidak siap termasuk saat haid, memaksa isteri melakukan hubungan seks dengan laki-
laki lain.
4. Penelantaran rumah tangga menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 9
Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam
lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap
orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
berada di bawah kendali orang tersebut. Penelantaran seperti meninggalkan isteri dan
anak tanpa memberikan nafkah, tidak memberikan isteri uang dalam jangka waktu
yang lama bahkan bertahun-tahun.
2. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga
khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap istri, yaitu :8,9
1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri.
Anggapan bahwa suami lebih berkuasa dari pada istri telah terkonstruk sedemikian
rupa dalam keluarga dan kultur serta struktur masyarakat. Bahwa istri adalah milik
suami oleh karena harus melaksanakan segala yang diinginkan oleh yang memiliki.
![Page 5: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/5.jpg)
Hal ini menyebabkan suami menjadi merasa berkuasa dan akhirnya bersikap
sewenang-wenang terhadap istrinya.
2. Ketergantungan ekonomi.
Faktor ketergantungan istri dalam hal ekonomi kepada suami memaksa istri untuk
menuruti semua keinginan suami meskipun ia merasa menderita. Bahkan, sekalipun
tindakan keras dilakukan kepadnya ia tetap enggan untuk melaporkan penderitaannya
dengan pertimbangan demi kelangsungan hidup dirinya dan pendidikan anak-anaknya.
Hal ini dimanfaatkan oleh suami untuk bertindak sewenang-wenang kepada istrinya.
3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
Faktor ini merupakan faktor dominan ketiga dari kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Biasanya kekerasan ini dilakukan sebagai pelampiasan dari ketersinggungan, ataupun
kekecewaan karena tidak dipenuhinya keinginan, kemudian dilakukan tindakan
kekerasan dengan tujuan istri dapat memenuhi keinginannya dan tidak melakukan
perlawanan. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa jika perempuan rewel maka harus
diperlakukan secara keras agar ia menjadi penurut. Anggapan di atas membuktikan
bahwa suami sering menggunakan kelebihan fisiknya dalam menyelesaikan problem
rumah tangganya.
4. Persaingan
Jika di muka telah diterangkan mengenai faktor pertama kekerasan dalam rumah
tangga adalah ketimpangan hubungan kekuasaan antara suami dan istri. Maka di sisi
lain, perimbangan antara suami dan istri, baik dalam hal pendidikan, pergaulan,
penguasaan ekonomi baik yang mereka alami sejak masih kuliah, di lingkungan kerja,
dan lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal, dapat menimbulkan persaingan
dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Bahwa
![Page 6: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/6.jpg)
di satu sisi suami tidak mau kalah, sementara di sisi lain istri juga tidak mau
terbelakang dan dikekang.
5. Frustasi
Terkadang pula suami melakukan kekerasan terhadap istrinya karena merasa frustasi
tidak bisa melakukan sesuatu yang semestinya menjadi tanggung jawabnya. Hal ini
biasa terjadi pada pasangan yang :
a) Belum siap kawin
b) Suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang mencukupi
kebutuhan rumah tangga.
c) Masih serba terbatas dalam kebebasan karena masih menumpang pada orang
tua atau mertua.
Dalam kasus ini biasanya suami mencari pelarian kepada mabuk-mabukan dan
perbuatan negatif lain yang berujung pada pelampiasan terhadap istrinya
dengan memarahinya, memukulnya, membentaknya dan tindakan lain yang
semacamnya.
6. Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum
Pembicaraan tentang proses hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga tidak
terlepas dari pembicaraan hak dan kewajiban suami istri. Hal ini penting karena bisa
jadi laporan korban kepada aparat hukum dianggap bukan sebagai tindakan kriminal
tapi hanya kesalahpahaman dalam keluarga. Hal ini juga terlihat dari minimnya
KUHAP membicarakan mengenai hak dan kewajiban istri sebagai korban, karena
posisi dia hanya sebagai saksi pelapor atau saksi korban. Dalam proses sidang
pengadilan, sangat minim kesempatan istri untuk mengungkapkan kekerasan yang ia
alami.
![Page 7: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/7.jpg)
3. DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Karena kekerasan sebagaimana tersebut di atas terjadi dalam rumah tangga, maka
penderitaan akibat kekerasan ini tidak hanya dialami oleh istri saja tetapi juga anak-
anaknya. Adapun dampak kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa istri adalah:10
1. Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan istri menderita
rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan kekerasan tersebut.
2. Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan hilangnya gairah seks,
karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa merespon secara normal ajakan
berhubungan seks.
3. Kekerasan psikologis dapat berdampak istri merasa tertekan, shock, trauma, rasa
takut, marah, emosi tinggi dan meledak-ledak, kuper, serta depresi yang mendalam.
4. Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasinya pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang diperlukan istri dan anak-anaknya.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kekerasan tersebut juga dapat
berdampak pada anak-anak. Adapun dampak-dampak itu dapat berupa efek yang secara
langsung dirasakan oleh anak, sehubungan dengan kekerasan yang ia lihat terjadi pada
ibunya, maupun secara tidak langsung. Bahkan, sebagian dari anak yang hidup di tengah
keluarga seperti ini juga diperlakukan secara keras dan kasar karena kehadiran anak
terkadang bukan meredam sikap suami tetapi malah sebaliknya.11
Menyaksikan kekerasan adalah pengalaman yang amat traumatis bagi anak-anak.
Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami anak-anak membuat anak tersebut memiliki
kecenderungan seperti gugup, gampang cemas ketika menghadapi masalah, sering
![Page 8: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/8.jpg)
ngompol, gelisah dan tidak tenang, jelek prestasinya di sekolah, mudah terserang penyakit
seperti sakit kepala, perut, dan asma, kejam kepada binatang, Ketika bermain sering
meniru bahasa yang kasar, berperilaku agresif dan kejam, suka minggat, dan suka
melakukan pemukulan terhadap orang lain yang tidak ia sukai. Kekerasan dalam rumah
tangga yang ia lihat adalah sebagai pelajaran dan proses sosialisasi bagi dia sehingga
tumbuh pemahaman dalam dirinya bahwa kekerasan dan penganiayaan adalah hal yang
wajar dalam sebuah kehidupan berkeluarga. Pemahaman seperti ini mengakibatkan anak
berpendirian bahwa:11
1. Satu-satunya jalan menghadapi stres dari berbagai masalah adalah dengan melakukan
kekerasan
2. Tidak perlu menghormati perempuan
3. Menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan berbagai persoalan adalah baik dan
wajar.
4. Menggunakan paksaan fisik untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan adalah wajar
dan baik-baik saja.
Di samping dampak secara langsung terhadap fisik dan psikologis sebagaimana
disebutkan di atas, masih ada lagi akibat lain berupa hubungan negatif dengan lingkungan
yang harus ditanggung anak seperti:12
1. Harus pindah rumah dan sekolah jika ibunya harus pindah rumah karena menghindari
kekerasan.
2. Tidak bisa berteman atau mempertahankan teman karena sikap ayah yang membuat
anak terkucil.
3. Merasa disia-siakan oleh orang tua
![Page 9: bahan ppt referat.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082506/55cf8e27550346703b8f20b0/html5/thumbnails/9.jpg)
Kebanyakan anak yang tumbuh dalam rumah tangga yang penuh kekerasan akan tumbuh menjadi anak yang kejam. Penelitian membuktikan bahwa 50% -80% laki-laki yang memukuli istrinya atau anak-anaknya, dulunya dibesarkan dalam rumah tangga yang bapaknya sering melakukan kekerasan terhadap istri dan anaknya. Mereka tumbuh dewasa dengan mental yang rusak dan hilangnya rasa iba serta anggapan bahwa melakukan kekerasan terhadap istri adalah bisa diterima