bahan saat teduh kmdn xix (13-17)

7
Rabu, 13 Agustus 2014 SEBUAH ALASAN UNTUK BERTEKUN DALAM IMAN 2 Timotius 1 11 Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. 12 Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (TB) Di awal surat Paulus yang kedua kepada Timotius – anak rohaninya yang kekasih, seorang PKK seperti rasul Paulus mengungkapkan isi hati dan pikirannya yang mendalam tentang sebuah alasan untuk bertekun dalam iman. Mengapa Timotius perlu senantiasa mengobarkan karunia Allah (gracious gift of God)? Mengapa Timotius tidak boleh malu untuk bersaksi tentang Tuhan? Mengapa ia tidak boleh malu karena bapak rohaninya dipenjara karena menginjili? Semuanya semata-mata karena Tuhan Allah yang menyelamatkan, memanggil, dan berkuasa memeliharakan apa yang telah Ia percayakan. Tuhanlah satu-satunya alasan untuk kita bertekun dalam iman. Dialah satu-satunya alasan untuk kita turut menderita bagi Injil oleh kekuatanNya. Dialah satu-satunya alasan untuk kita menaruh pengharapan, kepercayaan dan keyakinan penuh padaNya. Mengapa? Karena Ia berkuasa memelihara kita. He is able to guard and keep. Mengapa kita harus meragukan lagi pertolonganNya yang tepat waktu dan kesetiaanNya yang tak berkesudahan? PenyertaanNya sempurna dan terbukti sepanjang abad. Dia tidak berubah. Dia selalu bisa kita andalkan. Dialah alasan untuk kita bertekun lagi dalam iman. Dialah alasan untuk kita bertekun lagi dalam melayani. Hendaknya keyakinan Paulus kepada Tuhan menjadi teladan bagi kita untuk percaya dan yakin bahwa Tuhan berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakanNya kepada kita. But I have no regrets. I couldn’t be more sure of my ground–the One I’ve trusted in can take care of what he’s trusted me to do right to the end. (Paul, The Apostle)

Upload: joice-sari-tampubolon

Post on 19-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Saat Teduh KMdN XIX (13-17)

Rabu, 13 Agustus 2014SEBUAH ALASAN UNTUK BERTEKUN DALAM IMAN2 Timotius 1

11Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. 12Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.(TB)

Di awal surat Paulus yang kedua kepada Timotius – anak rohaninya yang kekasih, seorang PKK seperti rasul Paulus mengungkapkan isi hati dan pikirannya yang mendalam tentang sebuah alasan untuk bertekun dalam iman.

Mengapa Timotius perlu senantiasa mengobarkan karunia Allah (gracious gift of God)? Mengapa Timotius tidak boleh malu untuk bersaksi tentang Tuhan? Mengapa ia tidak boleh malu karena bapak rohaninya dipenjara karena menginjili?

Semuanya semata-mata karena Tuhan Allah yang menyelamatkan, memanggil, dan berkuasa memeliharakan apa yang telah Ia percayakan. Tuhanlah satu-satunya alasan untuk kita bertekun dalam iman. Dialah satu-satunya alasan untuk kita turut menderita bagi Injil oleh kekuatanNya. Dialah satu-satunya alasan untuk kita menaruh pengharapan, kepercayaan dan keyakinan penuh padaNya. Mengapa? Karena Ia berkuasa memelihara kita. He is able to guard and keep.

Mengapa kita harus meragukan lagi pertolonganNya yang tepat waktu dan kesetiaanNya yang tak berkesudahan?

PenyertaanNya sempurna dan terbukti sepanjang abad. Dia tidak berubah. Dia selalu bisa kita andalkan. Dialah alasan untuk kita bertekun lagi dalam iman. Dialah alasan untuk kita bertekun lagi dalam melayani.

Hendaknya keyakinan Paulus kepada Tuhan menjadi teladan bagi kita untuk percaya dan yakin bahwa Tuhan berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakanNya kepada kita.

But I have no regrets. I couldn’t be more sure of my ground–the One I’ve trusted in can take care of what he’s trusted me to do right to the end.

(Paul, The Apostle)

Kamis, 14 Agustus 2014ANTIPECAH2 Timotius 2

1 So you, my son, be strong (strengthened inwardly) in the grace (spiritual blessing) that is [to be found only] in Christ Jesus. (AMP)

Disuatu sore yang sejuk, tanpa beban ujian dan tugas kampus, Bobi berjalan santai menyusuri toko-toko barang antik di kotanya. Sebuah gelas berwarna keemasan yang dipajang disalah satu toko tersebut menarik perhatiannya seakan mengundangnya untuk melihat lebih dekat. Bobi pun masuk ke toko tersebut dan mendekati tempat gelas itu dipajang. Tanpa keberanian untuk menyentuhnya, Bobi hanya mengamati gelas itu dari

Page 2: Bahan Saat Teduh KMdN XIX (13-17)

jarak setengah meter. Tak lama kemudian, seorang pria penjaga toko mendatanginya dan membuyarkan lamunannya: “kenapa dek, mau beli?” Bobi pun kaget dan mundur dari posisi berdirinya. “Eh enggak om, cuma mau lihat-lihat.” Pria itu tersenyum simpul dan membuka pembicaraan lagi, “Dek, kamu tau ngga, gelas ini tuh antipecah loh.” Bobi mengernyitkan dahi, mencoba memahami arah pembicaraan sang Pria penjaga toko. “..nah, satu-satunya untuk membuktikan bahwa gelas ini antipecah adalah dengan membantingnya.” Begitu lanjut Pria penjaga toko itu sembari mengambil gelas itu dan menyerahkannya pada Bobi. Dengan spontan, Bobi tersenyum kecut sambil menerima gelas tersebut dalam genggamannya. Ia menatap si penjaga toko dengan kebingungan. “Banting aja dek.” Begitu pinta si penjaga toko itu. Gelas yang Bobi genggam bukan gelas biasa. Sepertinya itu gelas antik yang berat yang sangat mungkin pecah bila dibanting. Bobi ragu, namun saat ia melihat si penjaga toko yang mengangguk sambil tersenyum melihat Bobi, iapun membanting gelas tersebut ke lantai. tsing….duk.duk.duk.. Terdengar gelas itu beradu dan menggelinding dengan lantai kayu tempat Bobi berpijak. Bobi terdiam. Gelas itu utuh. Tak pecah. Tak retak. Penjaga toko tersebut menundukkan badannya dan mengambil gelas itu dan kemudian meletakkannya kembali ke tempat pajangan. Sebelum ia kembali bekerja, ia menepuk pundak Bobi yang keheranan dan berbisik: “untuk membuktikan sebuah gelas antipecah, ia perlu dibanting dek..”

Kisah singkat itu kurang lebih menyampaikan maksud Paulus mengenai panggilan untuk menderita. Ketika Paulus mengungkapkan kepada Timotius untuk menjadi kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus, ia menyampaikan 3 contoh peran yang diuji kekuatannya dan daya tahannya dalam kehidupan: seorang prajurit, seorang olahragawan, dan seorang petani. Ketiganya berjuang, bertanding dan bekerja keras. Paulus seakan ingin menyampaikan bahwa dalam proses menjadi lebih kuat, Timotius perlu berjuang, bertanding dan bekerja keras. tak lain dan tak bukan, setiap perjuangan, pertandingan dan kerja keras–untuk ikut menderita, itu yang akan menjadikan dan membuktikan kuatnya seseorang bukan karena kekuatannya sendiri, tapi oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.

Bila kita menjadi kuat karena kasih karunia dalam Kristus Yesus, mengapa kita takut untuk ikut menderita?

Jumat, 15 Agustus 2014MENJADI TANGGUH MELALUI FIRMAN ALLAH2 Timotius 3

14Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.15Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Ketika Paulus melihat betapa bobroknya keadaan manusia pada akhir zaman, ia menasihati Timotius–anak rohaninya yang kekasih untuk tetap berpegang pada kebenaran yang adalah segala tulisan yang diilhamkan Allah, yaitu Firman Tuhan.

Mengapa? Karena Firman Tuhan bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16). Hanya dengan menyelaraskan hidup kita sesuai dengan Firman Tuhan, kita dapat senantiasa belajar dari kesalahan dan hidup dalam kebenaran.

Apa yang disampaikan oleh Paulus ini sinkron dengan apa yang disampaikan pemazmur:Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakukannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.(Mazmur 119:9, TB)

Page 3: Bahan Saat Teduh KMdN XIX (13-17)

Sudahkah kamu memiliki waktu khusus untuk merenungkan Firman Tuhan setiap hari? Sudahkah kamu melatih dirimu menghafal ayat-ayat Alkitab? Sudahkah kamu mengizinkan RohNya untuk mengajarmu, menyatakan kesalahanmu, mendidikmu saat kamu bersekutu denganNya dalam pembacaan Firman Tuhan? Berikanlah waktu bagiNya untuk mengajar, menyatakan kesalahan, menghibur, menunjukkan kepadamu langkah yang harus kamu ambil saat kamu bersekutu dengan FirmanNya. Izinkan Dia menjadikan kamu tangguh melalui FirmanNya yang berkuasa dan hidup.

Sabtu, 16 Agustus 2014PESAN TERAKHIR PAULUS2 Timotius 4:1-8

2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.5Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

Seperti yang telah kita ketahui, surat 2 Timotius adalah surat terakhir yang ditulis Paulus, dari total 13 surat yang mewarnai Perjanjian Baru. Surat ini ditulis sekitar tahun 67-68 Masehi, beberapa saat menjelang kematiannya. Dengan demikian, pasal 4 ini adalah tulisan-tulisan terakhir Paulus. Ia kedinginan dan kesepian, sambil menunggu hukuman mati di penjara bawah tanah di Roma. Bisa kita bayangkan, betapa hal-hal yang ia tulis dalam pasal ini adalah curahan hatinya yang mendalam, dan hal-hal terpenting yang ia ingin Timotius terus ingat sepanjang hidup dan pelayanannya (lihat ayat 1).

Dan di pasal inilah, Paulus mendorong Timotius untuk terus memberitakan Injil dan memuridkan (ayat 2 dan 5), meskipun untuk itu ia harus menderita. Paulus telah melakukan Amanat Agung ini dengan setia di sepanjang hidupnya, dan ia telah menyelesaikan pertandingan dengan baik. Ia telah mencapai garis akhir dan siap menerima mahkota. Namun begitu, tugas Timotius belumlah selesai. Untuk tugas ilahi yang mulia inilah Paulus telah memberikan segala-galanya dan menghadapi banyak penderitaan, dan ia mendorong Timotius untuk melakukan hal yang sama di sepanjang hidupnya.

Melalui pesan-pesan terakhir Paulus yang kita baca ini, kita diingatkan kembali akan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus yang juga disampaikan-Nya di akhir masa pelayanan-Nya di dunia ini, tepat sebelum Ia naik ke Surga. Suatu kerinduan terdalam Tuhan Yesus Kristus, yang ditangkap dan dihidupi oleh rasul Paulus.

Bagaimana dengan kita? Sejauh mana penginjilan dan pemuridan menjadi hal utama dalam kehidupan kita?

Dalam kehidupan sebagai dokter nantinya, kita akan banyak berhadapan dengan pasien-pasien yang bukan hanya sakit secara fisik, tetapi yang juga belum mengenal Kristus dan berjalan menuju kebinasaan. Kita juga akan banyak bertemu dengan orang-orang Kristen yang belum dewasa secara rohani. Dalam setiap waktu di kehidupan kita, kita harus siap, baik atau tidak baik waktunya, untuk menghidupi tugas mulia, memberitakan Injil dan memuridkan, dengan setia. Biarlah di akhir hidup kita nanti, kita dapat berkata seperti

Page 4: Bahan Saat Teduh KMdN XIX (13-17)

Paulus berkata: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Sabtu, 17 Agustus 2014MERDEKA DARI EGOISME2 Timotius 4:9-22, Filipi 2:19-30

“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 5:1)

Hari ini adalah hari yang sangat istimewa bagi bangsa kita, karena sudah 69 tahun bangsa kita meraih kemerdekaan dari para penjajah. Tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Indonesia berdiri sebagai suatu bangsa berdaulat dengan cita-cita kemerdekaan, yang salah satunya adalah mensejahterakan kehidupan seluruh rakyat Indonesia.

Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia belum sepenuhnya sejahtera. Ratusan kabupaten tertinggal, kesenjangan yang begitu besar antara kota dan daerah, serta kemiskinan dan kebodohan masih membelit bangsa ini. Generasi muda semakin hancur moralnya, digerus oleh setan pornografi, seks bebas, rokok dan narkoba yang merajalela. Dunia medis pun tidak lepas dari masalah. Setelah 69 tahun merdeka, masih banyak Puskesmas dan RSUD di berbagai daerah terpencil yang kondisinya memprihatinkan. Fasilitas yang terbatas sehingga pasien gawat mati dalam perjalanan saat dirujuk ke kota. Tenaga medis berjejalan di kota besar, sedangkan di daerah begitu sulit mencari dokter, dokter gigi, atau perawat, apalagi spesialis. Integritas para tenaga medis juga begitu memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang begitu serakah, apatis terhadap pasien, dan arogan. Masyarakat belum sadar pentingnya hidup sehat sehingga triliunan anggaran negara habis untuk mengobati mereka yang sakit akibat kebiasaan buruk diri sendiri seperti rokok, konsumsi alkohol, dll.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang salah di bangsa ini? Salah satu jawaban terbaik untuk pertanyaan ini adalah: gaya hidup yang egois. Gaya hidup seperti ini tidak akan memberikan solusi bagi masalah-masalah bangsa, malah akan semakin membebani. Menyedihkannya, puluhan juta orang Kristen di Indonesia termasuk di dalamnya!

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita melihat kesedihan Paulus karena orang-orang yang sebelumnya begitu aktif dalam pelayanan, kemudian hilang lenyap karena lebih mencintai dunia dan diri sendiri daripada Tuhan. Dalam Filipi 3:18-19, Paulus mengungkapkan kesedihannya: “Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.”

Teman-teman, hanya ada 2 pilihan hidup: Merdeka dari dosa dan menjadi hamba Kristus (1 Petrus 2:16, Roma 6:18), atau menjadi hamba dosa. Ketika kita mengalami kemerdekaan sejati dalam Kristus, maka kita tidak lagi terikat pada ambisi pribadi serta berbagai hal yang dunia tawarkan. Kita bebas untuk melakukan apa saja, dan melangkah kemana saja bagi Kristus!

Page 5: Bahan Saat Teduh KMdN XIX (13-17)

Dunia pelayanan medis telah mencatat begitu banyak dokter, dokter gigi dan perawat Kristen yang hidup merdeka bagi Kristus, dan mereka telah memberikan dampak yang besar bagi dunia ini. Ada dr. Paul Brand dan dr. Margareth Brand, dr. David Livingstone, dr. Ida Scudder, dr. Johannes Leimena, yang merupakan sedikit dari begitu banyak nama yang telah mengabdikan hidup mereka bagi Kerajaan Allah, dan telah melepas ambisi pribadi mereka. Masa depan dunia medis di Indonesia ada di tangan teman-teman. Tuhan telah memanggil teman-teman dengan panggilan yang unik dan spesifik, sesuai dengan hati, talenta, dan pengalamanmu, yang dibutuhkan untuk menjawab masalah bangsa ini. Serahkan dirimu penuhi panggilan-Nya! Jadilah autentik, tangguh, dan misioner bagi bangsamu!