bahasa dan budaya-metode etnografi dalam bidang ian bahasa dan budaya 2

25
METODE ETNOGRAFI DALAM PENELITIAN BAHASA DAN BUDAYA II A. Pengantar Kajian etnografi untuk bidang bahasa dan budaya sebagaimana yang telah dipaparkan dalam makalah “Metode Etnografi Dalam Penelitian Bahasa dan Budaya I“ membawa pada tema-tema: the whorfian hypothesis, kinship system, taxonomies, color terminologies, prototype theory, taboo & euphemism. Sebagaimana layaknya kajian ilmiah, etnografi memiliki metode tersendiri yang khas sehingga dapat dibedakan dengan kajian penelitian lainnya. Kajian ilmiah etnografi belakangan memunculkan bidang kajian ethnography of communication dan ethnography of education. Ethnography of communication memfokuskan ruang geraknya pada spoken language dan juga written language. Kajian spoken language seperti yang dikemukakan Hymes dalam Wardhaugh (1994, 245-246) mencakup SPEAKING (Setting and Scene; Participants, Ends, Act sequence, Key, Instrumentalities, Norms of interaction and interpretation, Genre). Kemudian, Kramsch (1998) menambahkan cakupan kajian etnografi dengan conversational speech dan conversational style. Pada yang terakhir ini tercakup di dalamnya identitas kelompok group identity , alih kode language crossing, kedudukan sosial social positionings/ footing, perlindungan terhadap harga diri protecting face, dan status sosial social daexis. Percakapan yang dikategorikan sebagai Conversational Speech dapat diidentifikasi dari 7 karakteristik berikut ini. Speech is transient rather than permanent. 2. Indicating status 3. Speech is additive or rhapsodic 4. speech is 1

Upload: azhariah-rachman

Post on 27-Jun-2015

1.409 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

METODE ETNOGRAFI DALAM PENELITIAN BAHASA DAN BUDAYA II

A. Pengantar

Kajian etnografi untuk bidang bahasa dan budaya sebagaimana yang telah dipaparkan

dalam makalah “Metode Etnografi Dalam Penelitian Bahasa dan Budaya I“ membawa pada

tema-tema: the whorfian hypothesis, kinship system, taxonomies, color terminologies,

prototype theory, taboo & euphemism. Sebagaimana layaknya kajian ilmiah, etnografi

memiliki metode tersendiri yang khas sehingga dapat dibedakan dengan kajian penelitian

lainnya. Kajian ilmiah etnografi belakangan memunculkan bidang kajian ethnography of

communication dan ethnography of education.

Ethnography of communication memfokuskan ruang geraknya pada spoken language

dan juga written language. Kajian spoken language seperti yang dikemukakan Hymes dalam

Wardhaugh (1994, 245-246) mencakup SPEAKING (Setting and Scene; Participants, Ends,

Act sequence, Key, Instrumentalities, Norms of interaction and interpretation, Genre).

Kemudian, Kramsch (1998) menambahkan cakupan kajian etnografi dengan conversational

speech dan conversational style. Pada yang terakhir ini tercakup di dalamnya identitas

kelompok group identity , alih kode language crossing, kedudukan sosial social positionings/

footing, perlindungan terhadap harga diri protecting face, dan status sosial social daexis.

Percakapan yang dikategorikan sebagai Conversational Speech dapat diidentifikasi

dari 7 karakteristik berikut ini.

Speech is transient rather than permanent. 2. Indicating status 3. Speech is additive or

rhapsodic 4. speech is aggregative,5. speech is redundant or copius 6. Speech is

loosely structured grammatical and is lexically sparse, writing, by contrast, is

grammatically compact and lexically dense. 6. Speech tends to be people-centered,

writing tends to be topic centered. 7. Speech, being close to the situation at hand, is

context dependent (Kramsch, 1998, 39-40)

Menurut Chaer dan Agustina (2004:47), speech terdiri dari dua bagian peristiwa tutur speech

event and tindak tutur speech act. Lebih jauh, menurut Austin dalam Chaer dan Agustina

(2004:53) bahwa tindak tutur terbagi ‘locutionary act adalah tindak tutur dalam bentuk

kalimat bermakna dan dapat dipahami, illocutionary act adalah tindak tutur yang

diidentifikasi dengan kalimat performatif yang eksplisit, dan perlocutionary act adalah tindak

tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan prilaku

nonlinguistik dari orang lain itu’.

1

Page 2: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

Sebagai bagian dari budaya, bahasa tulis merupakan objek penelitian etnografi

(Sandra, 1997. 429). Wujud kajian terhadapnya dibingkai dalam text analysis (Sandra, 1997.

430) yang dimaksudkan ‘to determine cross-cultural differences in text development, to

characterize cross-cultural differences, to examine to what extent individuals transfer the

literacy traditions they have learned in their first language to a second language, to discover

the assumptions contained in texts regarding power relationships.’ Analisa teks diwujudkan

dalam constrastive rhetoric terhadap teks-teks yang dihasilkan oleh kelompok masyarakat.

B. Contoh-contoh Penelitian Etnografi Bahasa dan Budaya Berdasarkan Tinjauan

Konteks Versi Duranti

Tentang konteks yang menjadi cakupan penelitian etnografi, Duranti (1997:90)

mengemukakan

What people do in their daily lives (e.g. the activities they engage in, how they are

organized, by whom and for whom); what they make and use (artifacts); what controls

access to goods (land products) and technologies; what people know, think, feel; how

they communicate with another; how they make desicions (e.g. what is right or

wrong, what is permissible, what is strange, unusual, what is true); how they classify

objects, animals, people, natural and cultural phenomena; how the division of labor is

organized (across gender, ages, social classes, ranks, etc); how the life of the

family/household is organized, etc.

Segala hal yang dilakukan dalam keseharian (seperti aktifitas yang dikerjakan, cara

penataan kegiatan, oleh siapa dan untuk siapa); segala hal yang diciptakan dan

gunakan (peninggalan); hal –hal yang mengontrol masuknya barang-barang (produksi

yang berasal dari tanah), dan teknologi; segala hal yang diketahui , dirasakan oleh

semua orang; cara-cara berkomunikasi antara satu orang dengan yang lainnya; cara-

cara mereka dalam pengambilan keputusan (contoh hal yang dianggap benar dan

salah, hal yang diizinkan, hal yang dianggap aneh, tidak biasa, dan benar); cara-cara

mengelompokan obyek, hewan, morang, fenomena budaya dan alam; cara-cara

pengelompokan buruh (melampaui gender, umur, klasifikasi sosial, tingkatan, dsb);

cara-cara menata kehidupan keluarga atau rumah tangga, dsbnya.

2

Page 3: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

Berdasarkan konteks penelitian yang dipaparkan Duranti, berikut ini akan diberikan

contoh-contoh penelitian etnografi.

1. Judul: Renik-Renik Budaya dan Peristilahan Cara Makan Masyarakat Jawa di

Pringsewu – Lampung.

Abstract:

Existence in Pringsewu has created a new linguistic situation. On one hand there have

been maintenance on the dialect the brought from their places in Java and on the

other hand they accommodate their follow dialects that were brought from the other

places in Java. However, there is one phenomenon in common in their use of

Javanese. The terms and expressions that they have used in their communication,

particulary which are related to meals, are closery related to their concept of time and

manner. In term of politeness, Grice’s Cooperative Principles is one of approach than

can be used to explain their lexical choice.

Abstrak:

Eksistensi di Pringsewu telah menciptakan suatu situasi linguistik yang baru. Di satu

sisi mereka masih mempertahankan dialek yang mereka bawa dari tempat mereka di

Jawa, dan di sisi lain mereka mengakomodasi dialek yang mereka bawa dari tempat-

tempat lain di Jawa.Meskipun demikian ada satu fenomena umum dari penggunaan

bahasa Jawa mereka. Istilah dan ungkapan yang mereka gunakan dalam

berkomunikasi, khususnya yang berhubungan dengan makanan, berkaitan erat dengan

konsep mereka tentang waktudan tata krama. Jika berb icara tentang sopan santun,

Grice’s Cooperative Principles adalah salah satu pendekatan yang mungkin

digunakan untuk menjelaskan pemilihan leksikal mereka.

Ringkasan:

A. Pendahuluan

1. Penggunaan/penerapan bahasa Jawa Pringsewu di sektor informal, layanan

sosial dan publik.

2. Makna penelitian yaitu pemahaman ekspresi kebahasaan budaya orang-orang

Jawa di Pringsewu terkait keberadaannya di rantau, terutama ranah sekitar

peristiwa makan.

3. Hipotesis penelitian : Ada hubungan antara waktu dan cara makan.

3

Page 4: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

4. Landasan pemikiran dari penelitian ini adalah hipotesis Sapir, prinsip

kerjasama Grice.

5. Letak geografis Pringsewu = daerah pasar dan radius 3 kilometer dari pusat

pasar Pringsewu.

B. Budaya terkait makan

1. Budaya yang terkait dengan makan hadir pada peristiwa-peristiwa berikut:

a. Tamu yang datang dari jauh disuguhi makanan yang agak istimewa

sebagai penghormatan.

b. Di dalam perkumpulan sosial.

Urusan makan bagi orang Jawa Pringsewu adalah untuk memenuhi kebutuhan

dasar, rasa aman, cinta, harga diri, aktualisasi diri, peribadatan. Hal ini terlihat

pada kata-kata berikut ini:

Gebing = makanan yang disajikan oleh keluarga yang terkena musibah; berkat =

makanan yang disediakan dibawa pulang setelah selesai kenduren; ambeng =

makanan untuk jamaah tarawih pada malam pertama, malam ke tujuh belas dan

malam terakhir; tajilan = makanan untuk berbuka disajikan di mesjid/surau atau

saat tadarusan.

2. Penyediaan makanan untuk kebutuhan aktualisasi diri seharusnya diatur sesuai

konteks.

C. Konsep-konsep terkait makan dan minum

1. Kosa kata terkait makan

Nyarap = makan pagi; madang = makan siang/malam; saur = makan sahur; buka

= makan/minum untuk membatalkan puasa atau berbuka puasa; mangan = makan

tanpa kekhasan waktu dan cara; tanduk = menambah isi piring dengan nasi beserta

kelengkapannya setelah nasi yang diambil semula habis atau berkurang; menthong

= makan sejenis makanan malam tetapi bukan waktu makan malam dan yang

makan sebenarnya sudah makan malam; nguntal = menelan makanan dengan

ukuran kecil atau obat tanpa dikunyah; mamah = mengunyah; ngelek = menelan

setelah cukup mengunyah; nguluh = menelan setelah mengunyah sedikit; mbadog

= istilah untuk makan dengan konotasi kasar dan merendahkan; njeglak = menelan

makanan dengan ukuran yang tidak bisa diuntal tetapi tanpa dikunyah; maem =

istilah manja sebutan sayang untuk makan; nggragas = sifat seseorang yang

4

Page 5: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

makan sembarangan dalam arti makan sesuatu yang kurang semestinya dimakan;

nedak = akitfitas binatang piaraan yang makan tanaman dan dapat dipakai untuk

ungkapan metaforis kasar menyamakan seseorang dengan binatang yang makan

tanaman orang lain; nyicip = mencicipi; ngecap = mengecap; nyakat = menggigit;

mbrakat = menggunakan gigi seri dalam menggigit untuk menyobek makanan

agar dapat dikunyah untuk makan; nggeget = menggigit hati-hati dalam

mengunyah atau dalam menahan sesuatu di mulut; nglethak = memecahkan

makanan yang keras dengan geraham; nggayem = aktifitas binatang memamah

biak yang mengunyah kembali makan yang telah disimpan di salah satu rongga

mulut atau menyamakan seseorang yang makan dengan aktifitas binatang

memamah biak makan; nggaglak = njeglak = kalu = dapat ditelan atau sudah

tertelan; keloloden = gagal menelan karena makanan yang ditelan menyangkut di

tenggorokan sehingga sulit ditelan atau sulit dikeluarkan; mucu-mucu = makan

dengan memasukkan makanan yang terlalu banyak ke mulut sehingga mulut

terlalu penuh dan sulit mengunyah; keselak = gagal makan karena tersedak dan

makanan kembali keluar; ngemut = menahan makanan dalam mulut.

Dari kata-kata ini terungkap bahwa kebudayaan Jawa yang dibawa ke Pringsewu

masih memelihara presisi makna untuk efektifitas komunikasi atau terjadi

percampuran kode dialek dan setiap dialek diakui sebagai kekayaan bersama,

sehingga lama kelamaan suatu kosa kata dipakai secara khusus sehingga terjadi

gejala peyoratif atau mungkin juga penggeseran makna.

2. Kosa kata terkait minum

Ngombe = minum secara umum, tidak ada muatan afektif maupun pemakaian

khusus; nyruput = meminum minuman panas dengan menyedot udara lewat mulut

dengan bibir menyentuh gelas yang berisi minuman sehingga minuman panas ikut

tersedot masuk dalam jumlah kecil dan menjadi lebih dingin; nyripit = seperti

nyruput tetapi dengan tenaga dan hasil lenih kecil; nyucup = menghisap air yang

berada pada pembuluh kecil dan dalam jumlah kecil menggunakan mulut;

nenggak = minum langsung air yanmg mancur dari botol atau teko atau bejana

lainnya dengan mulut terbuka tertengadah; medhang = minum minuman

berbumbu seperti kopi atau teh atau gula pelan-pelan atau tidak langsung habis

5

Page 6: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

sambil mengerjakan hal lain seperti ngobrol atau duduk-duduk; ngopi = seperti

medhang tapi yang diminum adalah kopi seduhan; ngeteh = sama seperti medhang

tapi yang diminum teh seduhan; nyusu = minum air susu; keselak/keselek = gagal

minum karena tersedak sehingga airnya kembali ke luar; nyerot = menghisap;

ngenyot = menghisap tapi tak langsung habis atau malah sebagian ada yang

kembali; nyosor = aktifitas unggas seperti bebek menggunakan paruh untuk

mencari makanan atau minum dalam air kotor sehingga menjadi metafora orang

yang minum dengan cara seperti bebek; ngokop = minum langsung dengan mulut

ke dalam bejana.

3. Kosa kata mengenai keadaan seseorang terkait makan dan minum

Ngelih / luweh = lapar; kencot = lebih dari sekedar lapar dan digunakan untuk diri

sendiri; kengelian/keluwien = amat lapar; kaliren = amat sangat lapar/kelaparan;

wareg = kenyang; kewaregen = amat kenyang; kemlakaren = kekenyangan sampai

perut terasa sakit; keblethengen = kekenyangan dan ingin buang air besar; nek =

perut sakit/tidak nyaman karena kenyang dengan makanan yang kurang cocok

dengan kondisi perut; mbedeklek = perut tidak nyaman karena padat oleh makana

dan gas dari makanan .

4. Kosa kata terkait peristiwa budaya yang mengandung unsur makan/ pemberian

makanan

Genduren/kenduren = hadir dalam undangan suatu keluarga dalam rangka berdoa

dan pulangnya membawa bungkusan berisi nasi yang dilengkapi kluban = urap

daun yang biasanya menyertai nasi; among-among = acara kumpul anak-anak

untuk memperingati kelahiran seorang anak yang hidangannya nasi dengan kluban

dengan lauk tempe dan peyek serta telor diiris seperdelapan; munjung = mengirim

nasi lengkap dalam rangka mengundang ke suatu resepsi; kupatan = membuat

ketupat dan sayurnya untuk acara lebaran; ngupati/ngebo = mengundang orang-

orang untuk berdoa dalam rangka peringatan kehamilan bulan ke tujuh dengan

pemberian hidangan makan malam.

5. Kosa kata makanan yang merupakan ikon suatu budaya

Berkat = makanan yang dibawa pulang dari kenduri; tajilan = makanan yang

diberikan untuk berbuka puasa atau suguhan kepada orang-orang yang mengaji di

bulan Ramadhan; sajen = sajian untuk makhluk halus yang dianggap menguasai

suatu lokasi atau alam; bubur abang = bubur nasi dengan campuran gula merah

6

Page 7: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

untuk orang tua yang berpengaruh yang hadir pada hari kenduri; ambeng = nasi

beserta sayur dan lauk yang disajikan pada acara makan bersama setelah tarawih

malam-malam tertentu bulan Ramadhan di masjid tertentu atau surau; kupat =

ketupat yang hanya disajikan pada hari-hari besar keagamaan seperti lebaran;

tumpeng = nasi di atas nyiru yang dicetak berbentuk kerucut dan di tepiannya

dilengkapi kluban dan lauk pauk serta hanya disajikan pada peristiwa-peristiwa

budaya tertentu; lonthong = nasi lembek dalam bungkusan daun pisang ketat

hingga agak padat; sega = nasi; sega wadhang = nasi yang telah lewat tengah

malam; lepet = lepat; gebing = kelapa diiris kecil dan tipis lalu digoreng, biasanya

untuk melengkapi nasi suguhan terkait peristiwa kematian; jaburan = makanan

untuk berbuka puasa bersama; bontot = makanan sebagai bekal; brengkesan =

makanan yang dibawakan kepada tamu setelah menghadiri acara makan bersama

keluarga terkait suatu peristiwa budaya atau syukuran keluarga; pacitan =

makanan kecil yang disuguhkan kepada tamu; cemilan = makanan kecil sehari-

hari.

D. Waktu dan Cara Makan

Esuk atau isuk = pagi atau sejak lepas subuh sampai bayang-bayang pagi sepanjang

badan; awan = siang atau sejak bayang-bayang pagi sepanjang badan sampai bayang-

bayang sore sepanjang badan; beduk = tengah hari atau satu waktu singkat ditengah-

tengah waktu awan; sore atau ngasar = sejak bayang-bayang sore sepanjang badan

hingga datang waktu matahari terbenam; rep atau maghrib= saat matahari mulai

terbenam hingga cahaya matahari di langit; wengi atau bengi atau mbengi = saat

malam atau lepas maghrib ketika cahaya matahari hilang dari langit hingga datang

waktu subuh; tengah wengi atau tengah bengi = tengah malam.

Nyarap = makan pada waktu esuk; macit = makan pada waktu awan; madang =

makan pada waktu siamg atau malam; medang = minum kopi/teh di sore hari; madang

wengi = makan malam di ujung waktu maghrib; menthong = makan malam setelah

makan malam.

E. Bahasa dan Pikiran

Bahasa terkait pikiran dibuktikan dengan ketersediaan perangkat kebahasaan

dalam mengakomodasi praktek-praktek budaya:

7

Page 8: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

- Kajian Humboldt (1836)

Struktur bahasa manusia bervariasi dan variasi tersebut mempengaruhi –

- Kajian Sapir

Bahasa merupakan cermin budaya dan tindakan berulang ; bahasa dan

pikiran memiliki hubungan saling mempengaruhi.

- Kajian Whorf

Pandangan Whorf sama dengan Sapir; manusia memahami alam dengan

bahasa ibunya.

- Kajian James W. Underhill

Menyetujui pandangan Lakoff-Johnson bahwa bahasa membentuk

sebagian pola pikir manusia; pembelajaran bahasa, interaksi sosial, dan

pembentukan kepribadian merupakan hal-hal yang tidak dapat dipisahkan.

- Kebudayaan merupakan sistem adaptasi manusia

- Kebudayaan merupakan sibol, bahasa, sistem

1. Pandangan Goodenough (1957) bahwa kebudayaan sebagai sistem

kognitif

2. Pandangan Geertz

3. Pandangan Levi-Straus

4. Pandangan Chomsky

F. Pembahasan

1. Pendekatan Chomsky dan Keesing untuk meneliti kebudayaan Jawa

Pringsewu dalam tiga tataran

2. Pemertahanan dan Akomodasi: Melting Pot

3. Maksim tuturan oleh Grice yaitu maksim kuantitas, kualitas, relasi, cara

2.Judul : Ekspresi Seni Orang Miskin : Adaptasi Simbolik Terhadap Kemiskinan

Abstrak: Pemenuhan terhadap kebutuhan estetik, yang merupakan bagian dari kebutuhan

integratif, seringkali dikaitkan dengan kelompok yang dianggap mempunyai

keunggulan tertentu. Sebaliknya, sangat jarang dikaitkan dengan kelompok yang

memiliki keterbatasan untuk dapat hidup layak, yang orientasi hidupnya lebih

terarah pada pemenuhan kebutuhan primer. Studi ini mencoba membahas

ekspresi seni orang miskin yang tergolong ke dalam kelompok yang memiliki

keterbatasan untuk hidup layak sebagai adaptasi simbolik mereka terhadap

8

Page 9: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

kemiskinan yang membelenggu.Masalah yang dikaji dalam studi ini adalah:

pertama, bagaimana fungsi kesenian bagi orang yang menggunakannya sebagai

pedoman, sistem simbol, dan strategi adaptif dalam rangka memenuhi kebutuhan

estetik mereka dihadapkan pada lingkungan yang terbatas dan kemampuan

memanfaatkannyapun terbatas; kedua, bagaimana kelakuan dan pola-pola

kelakuan estetik orang miskin, yang tercermin dalam kegiatan berekspresi –

mencakup kegiatan memanipulasi dan berapresiasi; ketiga, bagaimana ciri-ciri

berekspresi seni yang tercermin dalam karya seni yang diwujudkan atau

dimanfaatkan oleh orang miskin?Untuk menjelaskan masalah yang dikaji

digunakan kernagka teoritik, yang didasarkan pada konsep kebudayaan dari

Geertz (1973), Parsons (1966), Spindler (1977), Spradley (1985), dengan acuan

khusus pada model Suparlan (1985), yang memandang kebudayaan sebagai

sistem. Kebudayaan dalam hal ini dipandang sebagai pedoman hidup yang

menyeluruh dan mendasar, sebagai sistem simbolik yang ditransmisikan secara

historik, dan sebagai strategi adaptif untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam

menghadapi lingkungannya.Kerangka metodologis disusun dalam dua strategi

dasar, yaitu: pertama, untuk menentukan latar dan dasar kajianyang

mencerminkan ciri-ciri kemiskinan dan kedua untuk menelusur perwujudan

kesenian, baik dalam bentuk kegiatan berekspresi maupun manifestasi fisik

kesenian dalam kehidupan sehari-hari orang miskin yang dijadikan sasaran

kajian.Hasil studi menunjukan bahwa kesenian mempunyai fungsi yang jelas bagi

orang miskin, sebagai pedoman hisup, sistem simbolik, dan strategiadaptif dalam

rangka memenuhi kebutuhan estetik mereka dalam kondisi kemiskinan yang

membelitnya. Kesenian orang miskin pada dasarnya merupakan bagian dari

kesenian yang lebih luas, yang diinterpretasikan melalui cara pandang orang

miskin yang dilandasi oleh premis fungsional, premis komersial, dan premis

sosial. Kecendrungan berkesenian yang dilandasi oleh cara pandangnya tersebut

memberi batasan pada model pengetahuan yang digunakannya untuk bertindak

memenuhi kebutuhan estetiknya dengan cara berdaptasi dengan kemiskinan yang

dihadapinya agar tetap hidup sebagai manusia yang berbudaya.Tegasnya, ekspresi

seni orang miskin, sesungguhnya, merupakan adaptasi simbolik mereka terhadap

kemiskinan yang membelenggun

9

Page 10: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

4. Judul : Ajaran Moral Dalam Pappasang Makassar Sebagai Suatu Warisan Budaya

Abstract: This research is aimed at discovering moral value in Pappasang. Pappasang is a

classic Makassar literature that contains moral value. Moral values are the

main means of educating adult humans that think, behave well, and have high

conscience. That is so because thougth, behavior, and conscience are closery

related to morality. The method that was used in the research was qualitative

approach and supported by descriptive analysis method. Moral value are manly

norms that specify something as good or bad.Moral values definewhat have to

and should be done by humans toward other humans. Moral valuesare not only

something that should be understood or known by human mind but are related to

experience, particulary in order to make decision.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menemukan nilai moral di Pappasang. Pappasang adalah

literatur bahasa Makassar klasik yang mengandung nilai-nilai moral. Nilai-nilai

moral adalah alat untuk mendidik orang dewasa untuk berpikir dan berperilaku

layak, dan punya nilai ketepatan yang tinggi. Oleh sebab itu pikiran, perilaku, dan

ketepatan sangat erat kaitannya dengan moral. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan didukung dengan metode analisis

deskriptif. Nilai-nilai moral merupakan nlai-nilai kemanusiaan yang memaknai

sesuatu dari sudut pandang baik atau buruk. Nilai-nilai moral bukasn hanya harus

dipahami atau dimengerti oleh pikiran manusia, tetapi juga terkaitdengan

pengalaman, khususnya dalam mengambil keputusan pemilihan leksikal mereka.

5. Judul : Citra Perempuan Dalam Novel Karya Nh. Dini

Abstract: The objective of the research is to get deep understanding about the image of

women in the novels of Nh. Dini. The research data were compiled from 6 novels

which were published from 1961-2007. The data were analyzed based on

genetic structuralism approach in the qualitative content analysis technique, The

findings of the research indicate that the novels of Nh. Dini generally has the

same structures; the plots of the novels are framed flashback; described

dramatically; the places setting were consist of Java, French, Japan. The story

theme is about conflict in family; the image of women, such as physic and

nonphysic. Generally, the novels of Nh. Dini contain positive value, that can be

used to shape personality or understanding between human, expecially

understanding of the nature of women. The right way to reach this aim is through

10

Page 11: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

education. Morever, the themes about the image is continuosly inside the family,

at school, and in the wider society. It is suggeested to other researchers to further

explore about the issues of the image in the local color nevels and Indonesian

literatur in general.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai citra

dan peran perempuan dalam novel-novel karya N.H. Dini. Data penelitian diambil

dari novel-novel yang dipublikasikan dari tahun 1961-2007. Data dianalisis

berdasarkan pendekatan struktural genetik dengan teknik analisis isi secara

kualitatif. Secara umum hasil penelitian novel-novel karya Nh. Dini memiliki

struktur yang sama; alur cerita didominasi oleh alur sorot balik berbingkai;

digambarkan secara dramatik; latar tempat di Jawa, Prancis, Japang. Tema cerita

tentang; citra perempuan, seperti fisik dan non fisik. Umumnya novel-novel

Nh.Dini memiliki nilai posoiif yang digunakan untuk membentuk kepribadian atau

kesepahaman di antara manusia, teristimewa kodratnya sebagai wanita. Cara

terbaik untuk tujuan penelitian ini melalui pendidikan, Terlebih lagi tema-tema

tentang citra secara terus menerus terdapat dalam keluarga, sekolah dan lingkup

masyarakat yang lebih luas. Disarankan kepada penelii-peneliti lain unmtuk

menggali lebih jauh tentang isu-isu citra ini dalam novel-novel lokal dan sastra

Indonesia secara umum.

6. Judul: Kajian Tutur Dalam Percakapan Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Astiti Rahayu

Karya Iskasiah

Abstract: The woman politeness of speech consist of hiden meaning which is not revealed

in their daily performance in every moment of doing communication and also

implicitly in the speech of the prime actrist in the novel as a literature work.

Complexity of speech of the prime actrist in the novel as a literature work is

very felt in the Astiti Rahayu novel, literature work of Iskasiah Sumarto. The

problem discussed in this literature writing is about the kind of speech act that

were in the conversation of the prime artist in the novel of Astiti Rahayu as the

literatute work of Iskasiah Sumarto, how is the composition of the speech act

consist of: representative, directive, expressive, comisive, and declarative, The

11

Page 12: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

composition of speech act of conversation is not the same. The kind of directive

is most dominant in the conversation is being the data of this research.

Abstrak : Kesopanan tuturan wanita mengandung makna tersembunyi yang tidak hanya

tersimpan dalam penampilan keseharian mereka disetiap saat mereka

berkomunikasi, tetapi juga implisit di dalam percakapan para tokoh utama

wanita dalam novel sebagai hasil karya sastra. Kompleksitas tuturan para tokoh

utama wanita dalam karya sastra amat terasa dalam novel Astiti Rahayu karya

Iskasiah Sumarto. Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah: Jenis

tindak tutur apa sajakah yang terdapat pada percakapan tokoh utama utama

wanita dalam novel Astiti Rahayu karya Iskasiah Sumarto? Komposisi jenis-

jenis tindak tutur tersebut terdiri dari tindak tutur representatif, direktif,

ekspresif, komisif dan deklaratif. Dari data penelitian ini ditemukan bahwa jenis

yang dominan adalah tindak tutur direktif.

7. Judul: Cerita Amir Hamzah dan Umar Maya Dalam Khazanah Sastra Sunda

Abstrak: Cerita mengenai tokoh Amir Hamzah dikenal di dalam sastra Persia dan

Nusantara, Di Nusantara cerita ini menyebar dalam berbagai bahasa daerah,

diantaranya dalam sastra Bali terdapat Geguritan Amir Amsyah, dalam sastra

Melayu dan Makassar terdapat Hikayat Amir Hamzah, dan dalam sastra Jawa

berjudul Serat Menak terdiri dari 24 judul. Karena adanya persentuhan budaya,

maka cerita ini juga menyebar di kalangan masyarakat Sunda. Sealain itu, karena

di dalam tarikh Islam dikenal tokoh yang bernama Hamzah, paman Nabi

Muhammad, maka cerita ini juga mudah diingat oleh masyarakat yang beragama

Islam. Meskipun demikian, pada versi lain Hikayat Amir Hamzah ini tidak

dikatakan ada pertalian darah dengan Nabi Muhammad. Dengan latar belakang

tersebut diperkirakan cerita Amir Hamzah merupakan perwujudan dari beberapa

hipogram, diantaranya riwayat Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, Hikayat Amir

Hamzah, dan Serat Menak.Berdasarkana hal tersebut, maka salah satu tujuan

penelitian ini adalah untuk menelusuri sejauh mana pengenalan masyarakat

Sunda akan cerita yang ditokohi Amir Hamzah tersebut. Penelusuran data

dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif. Teks Wawacan Amir Hamzah yang diteliti didapat dalam

12

Page 13: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

bentuk naskah dan microfilm, Untuk membaca teks dalam bentuk microfilm

digunakan teknik olah digital agar teks dapat dibaca dan direproduksi dalam

bentuk CD. Berdasarkan data yang ditemukan, kesimpulan bahwa cerita yang

berkaitan dengan tokoh Amir Hamzah sangat digemari oleh masyarakat Sunda,

terbukti dengan adanya berbagai gendre sastra yang berisi cerita ini seperti puisi

dan prosa, yaitu wawacan, cerita pantun, cerita wayang, dan novel.

- Beberapa Contoh Judul Penelitian Etnografi lainnya:

7. “Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta” (1984)

Disertasi dari Dr. R.M. Soedarsono. Disertasi ini merupakan sebuah penelitian

Ethnochoreography, yaitu studi ilmiah tentang tari-tarian etnis atas semua

signifikansinya dalam kebudayaan, fungsi-fungsi keagamaan atau simbolisme, atau

tempatnya dalam manyarakat.

8. “Ritual Malam Jumat Kliwon di Makam Kyai Ageng Balak Desa Mertan Kecamatan

Bendosari Sukoharjo”. Sebuah studi yang dilakukan oleh tim mahasiswa Pascasarjana

PPS Universitas Sebelas Maret Surakarta (2008). Studi yang mengkaji bagaimana

pelaksanaan serta nilai simbolik dan religious pada ritual malam jumat Kliwon di

Makam Kyai Ageng Balak Desa Mertan Kecamatan Bendosari Sukoharjo.

9. “Berbagai Bentuk Ragam Hias pada Bagunan Hindu-Budha dan Awal Masuknya

Islam di Jawa “(1999). Pertanyaan penelitiannya adalah mengapa terjadi gejala

kesinambungan penggunaan ragam hias yang menghiasi bangunan candi dari masa

Hindu Budha sampai masa awal masuknya Islam di Jawa.

C. Penutup

Ruang lingkup penelitian etnografi sangatlah luas, baik dalam bidang bahasa maupun

budaya. Hal itu meliputi segala kegiatan manusia yang dilakukan sehari-hari dalam

lingkungannya seperti apa yang diciptakannya (artifak), dirasakannya, dipikirkannya,

diketahuinya, yang disampaikan kepada sesama lewat tuturan dan tulisan yang dihasilkannya

untuk membedakan baik buruk, tabu atau tidak, maupun membina kehidupan masyarakat dan

berbagai nilai dalam kehidupan masyarakat, berkeluarga.

Peneliti etnografi telah membuktikannya melalui hasil kajian mereka antara lain

bahasa yang digunakan berkaitan dengan budaya makan dan minum; melestarikan nilai moral

melalui nasehat leluhur, citra wanita yang dipaparkan secara gamblang berdasarkan kajian

13

Page 14: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

sastra; kajian tindak tutur percakapan wanita. Begitu pula yang mengkaji karya seni, tari-

tarian, dan makna simbolis yang terkandung di dalamnya demikian pula kajian ritual dan

fungsi keagamaan sampai pada mengkaji nilai seni pada masyarakat kalangan bawah.

Hasil-hasil penelitian ini tentunya berimplikasi dalam berbagai hal seperti di bidang

pendidikan dan pengajaran yaitu dapat menjadi materi tambahan dalam pngajaran bahasa,

sastra, dan seni. Selain itu, dapat melestarikan bahasa dan budaya dalam masyarakat.

14

Page 15: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

DAFTAR PUSTAKA

Asri, Wahyu Kurniati. 2008. Anjuran Moral Dalam Papassang Makassar Sebagai

Suatu Warisan Budaya dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Tahun ke-7, No.14 , Juli 2008. Hal. 23-33.

Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambidge: Cambridge

University Press

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Herlina. 2009. Kajian Tindak Tutur Dalam Percakapan Tokoh Utama Wanita, Dalam

Novel Astiti Rahayu Karya Iskasiah Sumarto, dalam Jurnal Pendidikan

Bahasa dan Sastra. Tahun ke-8, No.16, Juli 2009. Hal. 40-52.

Hymes, Dell. 1966. Culture and Society. New York: Arber and Row.

Ibrahim, Nini. 2009. Citra Perempuan Dalam Novel Karya NH. Dini dalam Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra. Tahun ke-8, No.16, Juli 2009. Hal. 1-13.

Ikhsanudin. 2008. Renik-renik Budaya dan Peristilahan Cara Makan Masyarakat Jawa

di Pringsewu-Lampung dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Tahun ke-7, No.14 , Juli 2008. Hal. 34-49

Kramsch, Claire. 1998. Language and Culture. Oxford: Oxford University Press.

Mackay, Sandra Lee & Hornberger, Nancy H. 1996. Sociolinguistics and Language

Teaching. New York: Cambridge University Press.

Munandar, Agus Aris. 1999. Berbagai Bentuk Ragam Hias pada Bangunan Hindu

Budha dan Awal Masuknya Islam di Jawa dalam Wacana: Jurnal Ilmu

Pengetahuan Budaya. Vol.1, No.1, April 1999. Hal. 49-69.

Ruhalia.2007. Cerita Amir Hamzah dan Umar Maya dalam Kumpulan Makalah

Pemikiran-pemikiran Inovativ Dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan

Pembelajarannya. Tahun 2007. FPBS UPI Bandung. Hal. 35-49.

15

Page 16: BAHASA DAN BUDAYA-Metode Etnografi Dalam Bidang ian Bahasa Dan Budaya 2

Soedarsono, R.M. 1997. Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama in the Court

of Yokyakarta dalam Etnokoreologi Sebuah Disiplin Pengkajian Tari. FPBS

UPI. 2005. Hal. 5-7.

Tim Mahasiswa Pascasarjana. 2008. Kajian Ritual Malam Jumat Kliwon di Makam

Kyai Ageng Balak Desa Mertan Kecamatan Bendosari Sukuharjo. PPS

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wardhaugh, Ronald. 1994. An Introduction to Sociolinguistics. Massachusetts:

Blackwell.

16