bahasa indah menuntun kita hidup damai · pdf fileantagonis : tokoh di karya ... membantu...
TRANSCRIPT
SEKOLAH MENENGAH KEJURUANSEMUA BIDANG KEAHLIAN
SEMUA PROGRAM KEAHLIAN
BAHASA INDAH MENUNTUN KITA HIDUP DAMAI
W.S. Rendra
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUANDIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL2005
KODE MODUL
BHS.IND.UGL.01.1
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
SEKOLAH MENENGAH KEJURUANSEMUA BIDANG KEAHLIAN
SEMUA PROGRAM KEAHLIAN
BAHASA INDAHMENUNTUN KITA HIDUP DAMAI
Tim Penulis:1. FX. Sumarjo2. Dra. Tjutju Sekarningsih3. Dra. Ernawati4. Dra. Hj. Renny Koesratiana5. Drs. Ucahyo
Tim Fasilitator:1. Dra. A. Latief2. Ir. Bagiono Joko Sumbago3. Dra. Entin Supriatin4. Dra. Eni Rita Zahara
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUANDIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
KODE MODUL
BHS.IND.UGL.01.1
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
2005
Modul BHS.IND.UGL.01.1
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun bahan ajar modul interaktif dan
modul manual. Adapun modul manual terdiri atas bidang-bidang dan program-
program keahlian kejuruan yang berkembang di dunia kerja baik instansi maupun
perusahaan. Tahun Anggaran 2005 telah dibuat sebanyak 300 modul manual
terdiri atas 9 (sembilan) bidang keahlian dan 32 (tiga puluh dua) program keahlian
yaitu: Bisnis dan Manajemen (Administrasi Perkantoran dan Akuntansi),
Pertanian (Agroindustri pangan dan nonpangan, Budidaya Tanaman, Budidaya
Ternak Ruminansia, Pengendalian Mutu), Seni Rupa dan Kriya (Kriya Kayu,
Kriya Keramik, Kriya Kulit, Kriya Logam Kriya Tekstil), Tata Busan, Teknik
Bangunan (Gambar Bangunan, Teknik Konstruksi Baja dan Alumunium, Teknik
Konstruksi Batu Beton, Tekni Industri Kayu), Teknik Elektronika (Teknik Audio
Vidio, Teknik Elektronika Industri), Teknik Listrik (Pemanfaatan Energi Listrik,
Teknik Distribusi, Teknik Pembangkit Ketenagalistrik-kan), Teknik Mesin
(Mekanik Otomotif, Pengecoran Logam, Teknik Bodi Otomotif, Teknik Gambar
Mesin, Teknik Pembentukan, Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri, Teknik
Pemesinan), Teknologi Informasi dan Komunikasi (Multimedia, Rekayasa
Perangkat Lunak, Teknik Komputer dan Jaringan), dan program Normatif Bahasa
Indonesia.
Modul ini disusun mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI), Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi (Competency
Based Training/CBT). Diharapkan modul-modul ini digunakan sebagai sumber
belajar pokok peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Kejuruan khususnya SMK
dalam mencapai standar kompetensi kerja yang diharapkan dunia kerja.
Penyusunan modul dilakukan oleh para tenaga ahli kejuruan dibidangnya terdiri
atas para Guru SMK, para Widyaiswara Pusat Pengembangan Penataran Guru
(PPPG) lingkup Kejuruan dengan para nara sumber dari berbagai perguruan
Tinggi, para praktisi Balai Latihan dan Pengembangan Teknologi (BLPT) dan
Modul BHS.IND.UGL.01.1
ii
unsure dunia usaha dan industri (DU/DI), dan berbagai sumber referensi yang
digunakan baik dari dalam dan luar negri. Modul dilakukan melalui beberapa tahap
pengerjaan termasuk validasi dan uji coba kepada para peserta Diklat/Siswa di
beberapa SMK.
Sesuai perkembangan paradigma yang selalu terjadi, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah beserta para penulis dan unsure terlibat, menerima masukan-masukan
konstruktif dari berbagai pihak khususnya para praktisi dunia usaha dan
industri, para akademis, dan para psikologis untuk dihasilkannya Sumber Daya
Manusia (SDM) tingkat menengah yang handal. Pada kesempatan baik ini kami
sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak terutama tim penyusun modul, para nara sumber dan fasilitator,
serta para editor atas dedikasi dan pengorbanan waktu, tenaga, dan pemikiran
untuk dihasilkannya modul ini.
Semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya peserta Diklat SMK
atau praktisi yang sedang mengembangkan bahan ajar modul SMK.
Jakarta, Desember 2005
a.n. Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Dr, Joko Sutrisno, MM
NIP 131415680
Modul BHS.IND.UGL.01.1
iii
DAFTAR ISIKata Pengantar ..………..…………………………………………….............................iDaftar Isi ....………………..……………………………………..………………………..iiiPeta Kedudukan Modul ..……..…….............………………………………………………..ivDaftar Judul Modul …………………………………………………………………………………..vMekanisme Pemelajaran ..… …………………….…………………………………………… viSenarai …………………………………………………………………………………………………….vii
BAB I .PENDAHULUAN……………..……..……………………………………………….1 A. Diskripsi ………………….……………….………………………………....1
B. Prasyarat …………………………..………………………………………………..1 C. Petunjuk Penggunaan Modul ..……..…...………………………………………1
D.Tujuan Akhir………..………………………..…….………………….………………. 3 E. Kompetensi …………..……………………………………………………………….. 4 F. Cek Kemampuan …………..….…………..…..…………………................... 6
BAB II.PEMELAJARAN……….……….………………………..………………………… 7
A. Rencana Belajar Peserta Diklat…………...…………………………………......7 B. Kegiatan Belajar …………..…….….…………………………………….......8 Kegiatan Belajar 1. Konsep Apresiasi Sastra ………………………….8
a. Tujuan ..……..………...……………………………………………............8b. Uraian Materi .….………………….................................................8c. Rangkuman...…….…..…………..……………………………….................11d. Latihan 1 …………………………………………………………………………..12
Kegiatan Belajar 2. Menganalisis Puisi …………..…….........………13a. Tujuan … ……..…….…….……………………………………… …………….13b. Uraian Materi ……………………..…...........................................13c. Rangkuman .…………………....…………………………………………….19d. Latihan 2………..…………………….………………………………..…………..19
Kegiatan Belajar 3. Menganalisis Prosa …..………...………………….21a. Tujuan …………….…..............…………………………………………………21b. Uraian Materi …….…………..……….…………………………………….21c. Rangkuman ..….………………..….................................... 23d. Latihan 3 ….………………….……..……………...........…………….24
BAB III. EVALUASI ………………..………..………………………………33Kunci Jawaban .…….….……………………………………………….37
BAB IV. PENUTUP ….……………..…………………………………………………….39
DAFTAR PUSTAKA ……..………………………………………………………………40
Modul BHS.IND.UGL.01.1
iv
PETA KEDUDUKAN MODUL
KUALIFIKASI
UNGGUL
1. Menulis
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menyimak
4.2 BHS.IND.UGL.04.2
4.1 BHS.IND.UGL.04.1
3.1 BHS.IND.UGL.03.1
2.1 BHS.IND.UGL.02.1
1.1 BHS.IND.UGL.01.1 Modul 1
Modul 2
Modul 3
Modul 4
Modul 5
Modul BHS.IND.UGL.01.1 v
DAFTAR JUDUL MODUL
NO. KODE MODUL SUB KOMPETENSI JUDUL MODULKUALIFIKASI
UKBI
JENJANG
PENDIDIKAN
1. BHS.IND.UGL.01.1 Mengapresiasi Seni Berbahasa Bahasa Indah
Menuntun Kita Hidup
Damai
Unggul SMK
2. BHS.IND.UGL.02.1 Mengapresiasi Teks Seni Berbahasa
(Tugas Baca di Luar Kelas)
Teks Indah dalam
Kehidupan Keseharian
Unggul SMK
3. BHS.IND.UGL.03.1 Mengapresiasi Seni Berbahasa Apresiasi Prosa dan Puisi Unggul SMK
4. BHS.IND.UGL.04.1 Menulis Surat Surat Bisnis Unggul SMK
5. BHS.IND.UGL.04.2 Menulis Laporan Menulis Laporan Unggul SMK
Modul BHS.IND.UGL.01.1
vi
MEKANISME PEMELAJARAN
Untuk mencapai penguasaan modul ini dilakukan melalui alur mekanisme pemelajaran sebagai berikut:
Y
Y
T
START
Lihat Petunjuk Penggunaan Modul
Lihat Kedudukan Modul
Nilai ≥ 7
Modul berikutnya/Uji
Kompetensi
Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Belajar n
KerjakanEvaluasi
Nilai ≥ 7
KerjakanCek Kemampuan
T
Modul BHS.IND.UGL.01.1
vii
SENARAI
alur : rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin
dengan seksama dan mengunakan jalan cerita
melalui kerumitan ke arah klimak dan
penyelesaian.
antagonis : tokoh di karya sastra yang merupakan penentang
dari tokoh utama, tokoh lawan.
aplikasi : tambahan =penggunaan=penerapan
artistik : mempuyai nilai seni
efek : akibat
ekplisit : terus terang
ekspresi : pengungkapan/ proses menyatakan
ekstrinsik : unsur luar
fiksi : cerita rekaan
implikasi : keterlibatan
implisit : termasuk di dalamnya meskipun tidak dinyatakan
secara jelas
internalisasi : penghayatan
intrinsik : unsur dalam
interprestasi : pemberian kesan
kemiripan : keadaan hampir sama
protagonis : tokoh utama dalam cerita rekaan
refleksi : pantulan di luar kemauan /kesadaran
relevan : kait - mengait
terpatri : tetap terlekat erat-erat
tritagonis : tokoh pelerai, tokoh bawahan
unik : lain daripada yang lain
universal : umum
Modul BHS.IND.UGL.01.1 1
BAB. IPENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Menyimak adalah mendengarkan maupun membaca dengan konsentrasi
penuh . Oleh karena menyimak merupakan keterampilan yang sangat
penting dalam proses belajar, maka untuk kegiatan mengapresiasi seni
berbahasa peserta diklat harus belajar menyimak secara maksimal agar
dapat mengapresiasi seni berbahasa dan kiat untuk meningkatkan apresiasi
seni berbahasa pada tataran kualifikasi unggul.
Modul ini akan menyajikan materi kompetensi menyimak subkompetensi
mengapresiasi seni berbahasa. Modul ini menuntut peserta diklat membuat
analisis sintesis terhadap karya sastra.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat dapat menerapkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari
serta dalam kehidupan berprofesi.
B. PRASYARAT
Untuk mempelajari materi yang ada pada modul ini peserta diklat telah
memiliki kemahiran berbahasa khususnya menyimak setingkat madya.
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Petunjuk penggunaan modul untuk peserta diklat.
1. Bacalah materi dalam modul ini dengan teliti dan cermat.
2. Kerjakan tugas-tugas dan uji kemahiran dengan cermat dan jujur.
3. Usahakan menyelesesaikan modul ini lebih cepat dari waktu yang
telah ditetapkan.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 2
4. Peserta diklat dapat bertanya kepada fasilitator selama proses
pemelajaran berlangsung.
5. Laporkan kemajuan Anda kepada fasilitator sebelum melanjutkan ke
modul berikutnya.
6. Tingkatkan terus pemahaman Anda:
a. Target minimal skor nilai uji kemahiran adalah 70 [ skor 100 ].
b. Jika target minimal 70% belum tercapai mintalah saran kepada
fasilitator.
c. Jika skor nilai Anda > 70% silakan Anda melanjutkan ke modul
berikutnya.
Selamat Berlatih!
Modul BHS.IND.UGL.01.1 3
Petunjuk penggunaan modul untuk fasilitator
1. Membantu peserta diklat dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing peserta diklat melalui tugas-tugas dalam setiap aktivitas yang
dilakukan dalam tahap belajar.
3. Membantu peserta diklat dalam memahami konsep contoh soal, dan
menjawab pertanyaan peserta diklat yang mengalami kesulitan belajar.
4. Membantu peserta diklat dalam menentukan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
5. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6. Melaksanakan penilaian.
7. Menjelaskan kepada peserta diklat mengenai bagian yang perlu untuk
dibenahi dan merundingkan rencana pemelajaran selanjutnya.
8. Mencatat pencapaian peserta diklat.
D. TUJUAN AKHIR
1. Peserta diklat memahami konsep/makna apresiasi seni berbahasa dan
kiat untuk meningkatkan apresiasi seni berbahasa.
2. Peserta diklat memahami makna kata atau ungkapan yang terkandung
dalam pepatah, peribahasa, cerpen, novel, puisi.
3. Peserta diklat mampu mencatat atau menyebutkan tokoh, dan watak
dari suatu cerita yang didengar.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 4
E. Kompetensi
KOMPETENSI : Berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi Unggul (Skor UKBI 593-716)
KODE : C
DURASI PEMELAJARAN : 6 Jam @ 45 menit
MATERI POKOK PEMELAJARAN
SUB
KOMPETENSI
KRITERIA
KINERJA
RUANG
LINGKUPSIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
1. Menyimak1.1 Mengapresiasi seni berbahasa
Reaksi kinetik (menunjukkan sikap memeperhatikan, mencatat) dan reaksi verbal (bertanya, berkomentar terhadap apa yang didengar, diberikan, diajarkan untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni berbahasa.
Makna atau pesan yang
Iklan dan teks sastra sederhana (prosa, puisi, pidato, khotbah, dsb.) yang menarik dan di perkirakan merangsang pertumbuhan apresiasi seni berbahasa.
Tertarik, tergerak, terdorong untuk mengetahui lebih jauh atau lebih banyak mengenai seni berbahasa (prosa, puisi, iklan, pidato, khotbah, dsb).
Konsep/makna apresiasi seni berbahasa dan kiat untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni berbahasa (prosa, puisi, iklan, pidato, khotbah, dsb).
Menghargai karya sastra yang baik dan cepat memberikan reaksi baik secara kinetik maupun verbal.
Mengasosiasikan karya sastra dengan penulis/pengarangnya, mampu mencatat atau menyebutkan nama tokoh, tempat dan waktu dari suatu cerita yang di dengar.
Memahami makna kata atau
Modul BHS.IND.UGL.01.1 5
terkandung dalam ungkapan idiomatik termasuk pepatah, peribahasa, bidal dalam cerpen, novel, puisi, dan iklan dijelaskan untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni berbahasa.
Nama penulis/pengarang, tokoh-tokoh, tempat, dan waktu cerita diungkapkan secara lisan atau tulis.
ungkapan dalam karya yang di dengar.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 6
F. CEK KEMAMPUAN
Berilah tanda [ V ] pada kolom YA atau Tidak yang tersedia sesuai yang
Anda pahami!
NO. PERTANYAAN YA Tidak
1. Pernahkah Anda mendengar istilah apresiasi ?
2. Pernahkah Anda mendengar istilah sastra ? 3. Dapatkah Anda menjelaskan pengerti
an apresiasi ? 4 Dapatkah Anda menjelaskan pengerti
an sastra ? 5. Dapatkah Anda menganalisis cerpen ? 6. Dapatkah Anda menganalisis puisi ?
Apabila Anda menjawab “ Tidak “ pada salah satu per
tanyaan di atas pelajarilah materi tersebut di atas pelajaran untuk materi
tersebut pada modul ini .Apabila Anda menjawab “ Ya “ pada semua
pertanyaan, maka lanjutkan dengan mengerjakan pelajaran dan test
terakhir pemelajaran yang ada pada modul ini.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 7
BAB. IIPEMELAJARAN
A. RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT
No. Jenis
Kegiatan
Tanggal Waktu Tempat
Pencapaian
Alasan
Perubahan
Disetujui
Oleh
Fasilitator
1.
2.
3.
4.
Konsep
apreasiasi
sastra
Menganalisis
puisi
Menganalisis
prosa
Menganalisis
cerpen
Modul BHS.IND.UGL.01.1 8
B. KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 1.
Konsep Apresiasi Sastra
a. Tujuan
Peserta diklat memahami konsep/makna aperesiasi seni berbahasa dan
kiat untuk meningkatkan apresiasi seni berbahasa.
b. Uraian Materi
PENGERTIAN APRESIASI SASTRA
Pengertian Apresiasi
Kata apresiasi diserap dari kata bahasa Inggris appreciation yang
berarti penghargaan. Apresiasi sastra berarti penghargaan terhadap
karya sastra.
Apresiasi sastra berusaha menerima karya sastra sebagai suatu yang
layak diterima dan menerima nilai-nilai sastra sebagai sesuatu yang
benar. Penghargaan terhadap karya sastra ini dilakukan melalui proses
bertahap. Tahap-tahap ini adalah sebagai berikut:
Tahap pertama adalah mengenal dan menikmati. Pada Tahap ini, kita
berhadapan dengan suatu bentuk bahasa indah.
Kemudian kita mengambil suatu tindakan yang berupa membaca,
melihat atau menonton, dan mendengarkan suatu karya sastra.
Tahap kedua adalah menghargai. Pada tahap ini kita merasakan
manfaat atau nilai karya sastra yang telah dinikmati. Manfaat di sini
berkaitan dengan kegunaan karya sastra tersebut. Misalnya menberi
kesenangan, hiburan, kepuasan, serta memperluas wawasan dan
pandangan hidup.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 9
Tahap ketiga adalah tahap penghayatan. Pada tahap ini kita membuat
analisa lebih lanjut dari tahap sebelumnya. Kita juga membuat
interpretasi atau penafsiran terhadap karya sastra serta menyusun
argumen berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
Tahap keempat adalah tahap aplikasi atau penerapan. Segala nilai ide,
wawasan yang diserap pada tahap-tahap terdahulu terinternalisasi
dengan baik, sehingga masyarakat penikmat sastra dapat mewujudkan
segala nilai tersebut dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari.
Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra dapat diartikan sebagai
suatu proses mengenal, menikmati, memahami dan menghargai suatu “
karya sastra “ secara sengaja, sadar, dan kritis sehingga tumbuh
pengertian dan harapan.
Pengertian Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sastra adalah:
1) Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab (bukan
bahasa sehari-hari).
2) Sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya.
Sastra dalam pengertian umum adalah karya tulis yang merupakan
ungkapan pengalaman manusia melalui bahasa yang mengesankan.
Dalam sastra terkandung ide, pikiran dan perasaan, dan pengalaman
yang khas manusiawi, serta diungkapkan dengan bahasa yang indah.
Jakop Sumarjo mengatakan bahwa sastra memiliki badan dan jiwa. Jiwa
Modul BHS.IND.UGL.01.1 10
sastra berupa pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia, sedangkan
badannya berupa ungkapan bahasa yang indah [Jakop Sumarjo: 1984].
Penilaian Karya Sastra
Baik tidaknya sebuah “ karya sastra “ ditentukan oleh tiga norma atau
nilai yang menjadi cirinya, yaitu norma estetika, sastra, dan moral.
Norma Estetika
a. Karya itu mampu menghidupkan atau memperbaharui pengetahuan
pembaca, menuntunnya melihat berbagai kenyataan hidup.
b. Karya itu mampu membangkitkan aspirasi pada pembaca untuk
berpikir dan berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi
penyempurnaan kehidupan.
c. Karya itu mampu memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial,
keagamaan atau politik masa lalu dalam kaitan dengan peristiwa
masa kini dan masa datang.
Norma Sastra
a. Karya itu mampu merefleksikan kebenaran hidup manusia.
b. Karya itu mempunyai daya hidup tinggi yang senantiasa menarik bila
dibaca kapan saja.
c. Karya itu menyuguhkan kenikmatan, kesenangan dan keindahan
karena strukturnya yang tersusun bagus dan selaras.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 11
Norma Moral
Karya itu menyajikan, mendukung, dan menghargai nilai-nilai kehidupan
yang berlaku.
Simaklah karya sastra dibawah ini
Lihatlah semut sedang berbaris
Mengangkat nasi bergotong royong
Wahai adik jangan menangis
Dekat kemari abang kantolong.
Kecuali bahasanya yang indah (berupa pantun) sampirannyapun berupa
kejadian sehari-hari yang syarat dengan nilai moral [semut berbaris dan
bergotong royong]. Alangkah damainya jika kita dapat melestarikan
kehidupan yang penuh kegotongroyongan [tolong menolong] tersebut .
c. RANGKUMAN
Berdasarkan Uraian materi di atas yang telah Anda pelajari buatlah
rangkumannya.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 12
d. Latihan I
Jelaskan yang dimaksud:
1. Apresiasi sastra
2. Sastra menurut Jacob Sumarjo
3. Norma estetika
4. Norma sastra
5. Norma moral
Modul BHS.IND.UGL.01.1 13
Kegiatan Belajar 2.
Menganalisis Puisi
a. Tujuan
Peserta diklat memahami makna kata atau ungkapan yang terkandung
dalam puisi dan kiat untuk meningkatkan apresiasi puisi.
b. Uraian Materi
Proses Apresiasi Puisi
Sebagai contoh mari kita perhatikan baris-baris puisi Chairil Anwar di bawah
ini
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
[ A K U ]
Kita bisa merasakan bagaimana fungsi konsonan k
Modul BHS.IND.UGL.01.1 14
Segala menebal
Segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal
[ SELAMAT TINGGAL ]
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
[ D O A ]
Dan banyak lagi contoh-contoh lain. Coba pelajari sajak-sajak Indonesia
yang kaya akan bunyi seperti sajak-sajak mantera, sajak-sajak Amir
Hamzah, Sanusi Pane, WS.Rendra, dan Sitor Situmorang. Dari sana kita
akan dapat pengetahuan bunyi dan irama yang akan membawa kita kepada
sikap lebih menghargai sajak sebagai seni kata. Juga dari sana kita akan
dapat merasakan betapa seorang penyair sedemikian akrab dengan kata-
Modul BHS.IND.UGL.01.1 15
kata. Sedemikian rapat dengan kata-kata seolah merekapun mampu
merasakan watak dari suatu kata/ huruf.
Selain sajak, perasaan penyairpun selalu terekpresikan dalam puisi
ciptaannya. Perasaan ini pulalah yang membedakan satu penyair dengan
penyair lainya dalam memilih kata. Meskipun melukiskan obyek yang sama,
namun latar belakang pengalaman serta pandangan hidup penyair turut
berperan membedakan ekspresi mereka dalam berkarya.
Perhatikanlah Puisi berikut ini.
KARANGAN BUNGATaufik Ismail.
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.
“ Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi. “
Perasaan duka yang begitu mendalam terekpresikan pada puisi diatas. Penyair
menerangkan perasaannya melalui akulirik tiga anak kecil Anak yang masih
kecil saja sudah dapat merasakan duka, apalagi bangsa yang besar ini, bangsa
Indonesia pasti lebih berduka.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 16
CONTOH APRESIASI PUISI
CONTOH 1
Marilah kita lakukan pengapresiasian terhadap puisi berikut ini. Tahap pertama
simaklah puisi di bawah ini yang dibaca oleh fasilitator maupun teman Anda.
BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Sapardi Djoko Damono
Waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari
Mengikuti di belakang.
Aku berjalan mengikuti bayang-bayang sendiri yang
memanjang di depan.
Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara
kami yang telah menciptakan bayang-bayang.
Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di
antara kami yang harus berjalan di depan.
Sudahkah Anda mengerti apa maksud puisi di atas dengan sekali
menyimak . Apabila belum mengerti, simaklah sekali lagi dengan lebih cermat.
Kini diharapkan Anda sudah mulai dapat memahaminya. Coba jawablah
pertanyaan ini, “ Siapakah akulirik pada puisi tersebut ? “ Ya, akuliriknya
adalah aku. Di sini akulirik dapat pula merupakan penyairnya.
Lihatlah ada 3 (tiga) pihak yang dominan di sana, yaitu aku, matahari, dan
bayang-bayang. Cobalah tafsirkan mana yang paling dominan di antara
ketiganya.
Cobalah Anda menempatkan diri sebagai akulirik. Anda akan merasa
mengalami sendiri, sehingga dapat menghayatinya. Apabila proses apresiasi
puisi berjalan dengan baik, maka akan banyak manfaat yang dapat dipetik.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 17
Perhatikan 4 larik terakhir, antara aku, matahari, dan bayang-bayang, dapat
menempatkan diri masing-masing dan tidak saling bertengkar. Alangkah
damainya hidup seperti ini. Alangkah damainya bangsa Indonesia jika setiap
kelompok atau golongan masyrakat menempatkan diri masin-masing dan
tidak saling bertengkar.
CONTOH 2
Simaklah sekali lagi puisi di bawah ini
Jangan !
Jangan dibunuh para lintah darat
Ciumlah mesra anak janda tak berayah
Dan sumbatlah jarimu pada mulut peletupan
Karena darah para bajak dan perompak
Akan mudah mendidih oleh pelor
Mereka bukan tapir atau badak
Hatinya pun berurusan cinta kasih
seperti jendela terbuka bagi angin sejuk
Dengan Kasih sayang
W.S. Rendra
Puisi ini menyampaikan pokok permasalahan atau tema kemanusiaan. Penyair
menyerukan agar lintah darat jangan dibunuh, anak haram para janda hendaklah
disayangi (dicium mesra). Para bajak dan perompak jangan ditembaki karena
Modul BHS.IND.UGL.01.1 18
mereka akan menjadi lebih ganas, sebaliknya dengan perlakuan yang manusiawi
akan menjadi lunak hati.
Mereka (lintah darat janda penghibur dan anak haramnya, bajak dan perompak)
adalah orang-orang yang harus dimanusiakan. Mereka bukan tapir yang selalu
penurut, tapi juga bukan badak yang selalu kasar. Di balik renten para lintah
darat, di balik lahirnya anak haram, di balik kejahatan para bajak dan perompak
adalah cinta kasih yang tak pernah padam bagi anak, istri, dan keluarga. Maka
perlakukanlah mereka secara manusiawi.
Untuk memperoleh nilai estetis dan ekspresi yang maksimal, penyair antara lain
menggunakan majas:
- hiperbola : darah bajak dan perompak mudah mendidih
- metafora : mereka bukan tapir atau badak
- simele : hatinya pun berurusan cinta kasih seperti jendela terbuka bagi
angin sejuk
Modul BHS.IND.UGL.01.1 19
c. Rangkuman
Berdasarkan uraian materi Apresiasi puisi yang telah Anda pelajari buatlah
rangkumannya!
d. Latihan 2
PEREMPUAN PEREMPUAN PERKASA
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
dari manakah mereka
Ke station kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga,
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
Ke manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota
Modul BHS.IND.UGL.01.1 20
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu yang perkasa
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka: Cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
[Hartoyo Andangjaya]
Jawab pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan kesan Anda terhadap puisi Perempuan-perempuan perkasa
di atas.
2. Jelaskan makna:
- di atas roda-roda baja
- merebut hidup
3. Majas yang digunakan dalam puisi di atas adalah
- personifikasi Contoh: 1. ………….
2……………
- metafora Contoh: 1……………
2……………
Modul BHS.IND.UGL.01.1 21
Kegiatan Belajar 3.
Menganalisis Prosa
a. Tujuan
Peserta diklat mampu menyebutkan nama Penulis/pengarang, tokoh–tokoh,
tempat dan waktu cerita diungkapkan secara lisan atau tertulis.
b. Uraian Materi
Anda simak contoh apresiasi prosa di bawah ini
Judul buku: Roman Atheis penulis Achdiat Kartamihardja tahun 1949
cetak ulang 27 kali. Tahun 1972 diterjemahkan dalam bahasa Inggris,
tahun 1974 di filmkan disutradarai Syuman Djaya.
Ringkasan Cerita:
Hasan adalah anak seorang pensiunan guru bernama R. Wiradikarta.
Ia dididik dalam suasana keagamaan Islam yang kuat. Apalagi orang
tuanya adalah penganut ajaran tarekat, dan Hasan pun menjadi murid
ajaran tarekat yang dianut ayahnya.
Selepas sekolah di MULO Hasan bekerja di Jawatan Kotapraja Bandung.
Di Bandung secara tak sengaja ia bertemu teman lamanya bernama Rusli.
Rusli kemudian datang bersama Kartini menemui Hasan.
Melihat begitu bebasnya hubungan antara Rusli dan Kartini, Hasan
berkeinginan untuk menasihatinya. Namun justru Hasan selalu terdesak
Modul BHS.IND.UGL.01.1 22
dalam berargumentasi dengan Rusli. Akhirnya iman Hasan goyah.
Kedatangan Anwar yang anarkis lebih memperkuat kemortadan Hasan
Hubungan Hasan dengan Rusli, Kartini dan Anwar makin akrab. Apalagi
Hasan jatuh cinta pada Kartini, dan bertekad untuk mengawininya dengan
menentang kehendak orang tuanya. Kebahagiaan perkawinan Hasan-Kartini
tidak berlangsung lama. Sebab Anwar yang anarkis tetap merasa berhak
atas Kartini.
Demikian halnya dengan Kartini, ia tetap merasa bebas bergaul dengan
siapa saja. Akhirnya Hasan memutuskan untuk cerai dengan Kartini.
Achdiyat Kartamihardja
Keputusan itu ternyata tidak menyelesaikan masalah. Hasan terus merasa
tertekan. Hasan juga terus menerus merasa dikejar dosa karena Ia telah
melawan orang tunya, dan telah murtad dari agamanya. Apalagi setelah
orang tuanya meninggal Hasan makin tersiksa.
Kondisi fisik Hasan makin memburuk. Pikirannya pun tidak menentu.
Namun ia sampai pada kesimpulan bahwa Anwarlah orang yang telah
memisahkan dengan orang tuanya, serta menjerumuskannya ke jalan yang
sesat. Maka Hasan pun betekad untuk membalas dendam. Dalam keadaan
linglung ia terus melangkah untuk memburu Anwar. Ia tidak
Modul BHS.IND.UGL.01.1 23
memperhatikan sirine peringatan dari tentara Jepang berbunyi, maka iapun
ditembak. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Hasan sempat
mengucap Allahuakbar, lalu tak bergerak lagi.
Analisis:
Yang melatarbelakangi lahirnya Atheis ialah Achdiat Kartamihardja
yang sosialis tidak setuju dengan komunisme, Zaman itu komunis sangat
berpengaruh di Indonesia. Tema dari roman tersebut ialah Ketuhanan
dengan amanat supaya orang kembali kepada Tuhan. Hal tersebut
digambarkan dengan tokoh Hasan, yang sebelum meninggal telah
menyadari kemortadannya.
c. Rangkuman
Berdasarkan uraian materi Apresiasi prosa yang Anda telah pelajari buatlah
rangkumannya!
Modul BHS.IND.UGL.01.1 24
d. Latihan 3
Simaklah cerpen berkut yang dibacakan oleh fasilitator atau teman Anda.
S U A R AOleh Martin Aleida
Agaknya tak ada lagi yang tersisa. Semua sudah dia lakukan untuk
membuat suaranya berpetunang, suara yang bagaikan ditumpangi roh yang
bisa menambat dan mempesona hati pendengarnya. Tak dia pedulikan apa
kata orang. Dia kelihatannya hanya mendengar dan mengikuti suara-
suara yang selalu bergalau di dalam dirinya. Suara-suara yang tak bisa
dijelaskan datang dari mana, namun selalu menggema dan memburu
untuk berbuat sesuatu bagi kemerduan suaranya.
Suatu ketika, kota nelayan kami gempar ketika Dia bergabung
dengan rombongan nelayan dan pergi melaut memdekati pinggang selat
Malaka. Dia bukannya benar-benar berniat mau menangkap ikan, tetapi
hanya sekedar hendak meresapi bagaimana nelayan-nelayan itu menarik
suara, ber-sinandong ketika pulang menjelang matahari menyuruk di
balik kota. Dia terpikat dengan irama sinandong yang dibawakan dengan
nada tinggi untuk menitipkan kabar kepada anak-istri lewat angin tentang
hasil tangkapan mereka seharian. Lagu itu mulai dilantunkan ketika
perahu dikelokkan di tanjung yang kelihatan menjorok dari arus sungai,
sekitar dua kilo meter jauhnya dari kota. Tentu saja orang-orang tersentak
mendengarkan suaranya yang bernada tinggi dengan alunan yang indah,
tapi patah-patah, khas sinandong. Dengan begitu dia telah membuat
sejarah, karena sepanjang usia seni suara yang sudah ratusan tahun, baru
sekali inilah seorang perempuan yang melagukannya.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 25
Alasan mengapa dia ikut melaut, katanya, karena kelompok kasidah
yang berlatih seminggu sekali sudah tak memadai untuk kebutuhan
latihannya. Bayangkanlah, bagaimana keras kemauannya mengikuti suara-
suara yang muncul dari jiwanya, sehingga dia juga pernah mengutarakan
niatnya untuk bergabung dengan kelompok paduan suara di gereja satu-
satunya yang terdapat di kota kami. Oh Tuhan, untunglah niat itu
dibenamkannya. kalau tidak oimakjang, apa kata orang ? Seorang dara
melayu, anak haji pula, menyanyi di gereja!
Suara-suara yang berdesakan di dalam pikirannya membuat
kemauannya seperti angin yang tak terkendalikan. Suatu ketika, matanya
berapi-api mendengar kabar bahwa guru mengaji kami, Haji Maksoem,
yang hafal al Quran, dikabarkan memakan rio-rio, semacam jengkerik
bersuara nyaring, karena itulah mengapa suara sang guru begitu merdu,
garing. Begitulah kata kabar burung itu. Aku tak tahu pasti apakah dia
benar-benar keluar malam hari, sendirian membawa suluh, untuk mencari
binatang pengirik itu, lantas menggoreng dan memakannya laksana
udang. Yang jelas, alunan suaranya memang tak tertandingi. Dia menjadi
juara seriosa maupun hiburan untuk seluruh kabupaten, dan setahun
kemudian dia mengalahkan semua pesaingnya di tingkat provinsi.
Pada masa itu, belum ada gadis yang berniat meninggalkan kota
kecil kami dan pindah ke Ibu kota provinsi sekalipun itu untuk kebutuhan
mendesak, melanjutkan pelajaran, misalnya. Dia hanyut dibawa oleh suara
yang berdesakan dari dalam dirinya sendiri dan nekad mengambil
keputusan untuk pindah ke Jakarta, mengadu nasib sebagai biduan.
Suara dan gayanya menyanyi yang membuat orang terlena,
ditambah nasib yang baik, tentu dengan cepat melambungkannya ke
puncak kesohoran. Kurang dari setahun dia sudah menjadi juara bintang
radio tingkat nasional. Dia menjadi orang yang paling diburu wartawan.
Matanya, yang bagaikan bintang yang tak kenal redup, dan bibirnya yang
Modul BHS.IND.UGL.01.1 26
sensual bak delima kematangan, menghiasi berbagai majalah.
Sungguhpun warna kulit majalah waktu itu cuma hitam-putih, namun tidak
mengurangi kejelitaannya.
Ketika tampil di Gedung Kesenian, presiden republik dan seluruh
keluarganya datang menyaksikan. Dan manakala pertunjukan selesai,
orang paling penting di negeri ini menyelinap ke belakang panggung untuk
memberikan sekuntum mawar sebagai isyarat pujian akan suara dan
penampilannya.
Sesudah pertunjukan malam itu, beberapa kali dia diundang ke
istana untuk menyanyi sebagai selingan acara resmi. Dan entah berapa kali
pula presiden mengirim ajudan untuk menjemput sang biduan guna
menemaninya sarapan pagi.
Suara-suara yang memburu dari dalam dirinya tidak pernah padam,
memicu ambisinya untuk selalu paling atas. Sampai datanglah pria, seorang
dokter, yang sangat dia kasihi, namun, sayangnya telah membuat
pernikahan mereka menjadi anak tangga terakhir bagi kariernya. Kabar
yang tersiar menyebutkan sang suami memingitnya, melarangnya
menyanyi dan mengurangi kesempatannya untuk bertemu dengan para
penggemar dan teman-temannya. Sang suami bertekad untuk
menyembuhkan sang istri dari penyakit berkepanjangan. Buat dia, istri
adalah segala-galanya. Yang lain harus menyingkir, termasuk ketenaran.
Untuk meredam suara-suara yang berdentam-dentam dan memburu-buru
dirinya, sang suami memutuskan untuk membawanya ke seorang psikiater.
Sejak itu hidupnya jadi tergantung pada obat. Dan, perlahan-lahan
namanya lenyap bersama menuanya generasi yang menjadi pemujanya.
Kupikir Marwah Juwita adalah biduan terbesar yang pernah dimiliki
negeri ini. Suaranya adalah puncak kemapuan seorang seniman
mencurahkan bakatnya. Kalau mengalunkan suara, jiwanya benar-benar
luluh dengan lagu yang dibawakannya, dan di atas panggung gerak
Modul BHS.IND.UGL.01.1 27
tubuhnya mengisyaratkan betapa menderita sukmanya ketika mengalunkan
lirik lagu yang melukiskan cinta yang patah, dan betapa menggelora pula
hatinya manakala dia beralih ke lagu yang ringan suka cita. Aku menyesal
tak memiliki satupun piringan hitamnya.
Kalau melintasi para pedagang barang loakan yang bertebaran di ibu kota
ini, aku selalu teringat padanya, dan mencari-cari kalau mereka menyimpan
barang sekeping piringan hitamnya.
Sudah berpuluh tahun aku tak pernah berjumpa dengannya. Sampai
satu senja, ketika aku sedang duduk menikmati kopi di kafé yang terletak di
seberang Gedung Kesenian, tiba-tiba sepasang tangan meraba bahuku dari
belakang.
Kaget. Aku tegak. Di depanku berdiri seorang perempuan dengan
senyum yang hampir meledak menjadi tawa. Mulutnya mengulum gigi
palsu. Gincu merah yang memoles bibirnya tak bisa menyelamatkan
ketuaan yang tergurat dengan nyata pada keriput yang tertumpuk di pojok
matanya. Walau tua, namun, matanya tetap berbinar.
“Pinora….! “ katanya setengah berteriak menyebutkan namaku.
Aku terdiam beberapa detik sebelum ingatanku padanya membulat,
dan kataku dengan mulut agak ternganga, “ Marwah Juwita ! Aku takkan
pernah lupa “. Dan kami berpelukan menenggelamkan kenangan yang
bertimbun berpuluh tahun.
Setelah pertemuan itu, boleh dikatakan Marwah menjadi pengunjung
tetap kafe yang terletak di seberang gedung pertunjukan di tepi kali
Ciliwung itu, tempat di mana para seniman dari berbagai bidang sering
bertemu. Katanya, sudah lama dia mencari-cariku. Dia terutama terdorong
mau bertemu setelah beberapa kali dia membaca puisi-puisi pendekku
yang dimuat koran-koran yang beroplah kecil. Dari dia sendiri jugalah
kuketahui perkawinannya akhirnya kalah juga pada suara-suara yang terus
Modul BHS.IND.UGL.01.1 28
berdesakan dari dalam relung jiwanya. Suara-suara itu tidak mengenal
usia. Ketergantungan pada obat penenang ternyata tak kuasa
mempertahankan tali perkawinannya. Dia memilih menyerah pada desakan
suara daripada terus menjadi seorang isteri pingitan.
Kini, Dia hidup bersama putra sulungnya seorang Insinyur , yang tetap
membujang.
Tak sampai sebulan Dia menjadi pengujung tetap kafe seniman itu,
Marwah menumpahkan perasaanya kepadaku. Katanya, betapa mujurnya
nasibku memilih menulis puisi dan bisa berkarya terus sampai kini, ketika
usiaku sudah 70 tahun. Sementara dia , katanya, dengan giginya yang
sudah tumbang semuanya mana mungkin menyanyi lagi. Dan dengan
mata berkaca-kaca dia menyesali bahwa di antara para seniman yang
sering nonkrong di kafe itu tak ada yang mengenalnya sebagai penyanyi
tenar pada akhir tahun 1950 –an. Kalaupun ada, Cuma satu-dua seniman
tua yang kadang – kadang saja mampir ke situ . Mereka menyebutkan
namanya dengan rasa kagum.
Tetapi para seniman muda tak ada yang menghiraukannya. Di depan
anak-anak muda itu, dia merasa lebih rendah dari seorang pelayan.
Bisa kurasakan bagaimana susah-payahnya dia menekan suara-
suara yang berdesakan di dalam hatinya, yang menuntut semacam
pengakuan bahwa pada suatu masa dia pernah menjadi yang terbaik dari
semua orang yang bergulat di bidang yang sama. Namun, kini dia hanya
sesosok tubuh yang renta. Tak bernama. Karena itu, dalam setiap
kesempatan selalu kuingatkan para seniman muda di sekelilingku tentang
siapa wanita gaek yang bergigi palsu itu sebenarnya. Prestasi apa yang
telah dicapai. Namun, upayaku tak banyak menolong. Buat para seniman
muda itu Marwah Juwita tak lebih dari seorang janda tua yang ingin
menunda kematian dengan membuang-buang waktu di sebuah kafe.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 29
Suasana menjadi semakin buruk bagi Marwah. Suatu kali, dia
muncul dengan membawa setumpuk sketsa di atas kertas-kertas folio.
Rupanya, ketika berada dalam penanganan psikiater tempo hari, dia juga
menjalani terapi khusus, melukis. Di antara sketsa itu ada satu yang
mengesankan bagiku, yaitu lukisan tentang seorang ibu yang sedang
mendekap anaknya sambil berlari melepaskan diri dari cengkeraman badai.
Tetapi, buat para pelukis muda uang sempat melihatnya, sketsa-sketsa itu
tak lebih berharga dari coret-coret anak kecil yang baru belajar
menggambar.
Seminggu kemudian, Marwah datang dengan mengempit map. Dia
menggeser kursi dari meja kosong di sebelah dan duduk berjejer dengan
seniman-seniman, yang dari segi usia, pantas jadi anak-anaknya. Seperti
menahan malu dia membuka map itu dan mengeluarkan selembar foto dari
situ. Di situ kelihatan Marwah Juwita yang baru berusia 22 tahun, diapit
presiden dan istrinya. Meskipun Marwah berkali-kali menyebutkan gadis
yang berfoto bersama Soekarno dan istrinya itu adalah dia, namun para
seniman yang mengelilinginya cuma melengos. Seperti tak percaya. Atau
mereka juga barangkali tidak begitu hirau. Atau mungkin juga mereka tidak
kenal dengan Soekarno.
“ Sudahlah Juwita “, kataku membujuknya, “ orang zaman
sekarang memang gampang lupa. “ Dan matanya berseri-seri menahan
kebahagiaan ketika kukatakan bahwa aku akan mencarikan teman yang
bersedia mencarikan sponsor untuk memamerkan sketsa-sketsanya itu di
satu galeri kecil.
Episode pada satu senja dengan selembar foto di dalam map yang
diletakkan di atas meja kafe, dengan seniman muda yang tak acuh
mengelilingnya, begitu memukul perasaan Marwah, sehingga dua hari
kemudian dia mengatakan kepadaku bahwa dia akan membawakan
fotocopi kliping dari sebuah majalah yang meliput kejuaraan nasional
Modul BHS.IND.UGL.01.1 30
seriosa tahun 1952, lengkap dengan foto sang juara, Marwah Juwita tentu,
diapit dua penyanyi yang dia kalahkan . “ Aku tak akan bosan
mengingatkan anak-anak muda itu tentang sepenggal perjuangan hidupku,
“ ucapnya.
Aku datang jauh lebih awal dari janji yang kami sepakati.
Sebagaimana biasa kupilih kursi yang paling dekat ke tepi Kali Ciliwung,
sehingga aku bisa memandang lalu lintas di seberang dengan leluasa
sambil menghirup kopiku.
Ketika itu teluk Jakarta sedang pasang. Air kali di bawah kakiku
mengalir dengan berat. Tiba-tiba aku melihat dua lembar kertas yang putih
bersih mengapung diseret air mendekati undakan batu di bawah kafe. Aku
bangkit, menuruni undakan batu dan menyelamatkan kertas tersebut dari
permukaan air. Lembar pertama merupakan fotocopi dari satu halaman
penuh majalah Star Weekly tahun 1952 dengan bulan dan tanggal yang
sudah tak terbaca. Walaupun halamannya sudah kabus, namun laporan
lengkap majalah itu dari kejuaraan nasional seriosa masih bisa dibaca.
Di tengah halaman terpampang foto Marwah Juwita, sang kampiun, dan
dua penyanyi yang kurang mujur di kiri-kanannya . Sedangkan pada
lembar yang satu lagi, yang dijepitkan pada kliping tersebut, terbaca
tulisan tangan : “ Pinora, aku ingat betul kata-kata orang bijak yang sering
kau ulang-ulang, tentang betapa mudahnya bangsa ini melupakan.
Ratusan, ribuan, mungkin jutaan orang mati dengan kekerasan dalam
banyak peristiwa berdarah. Dan orang dengan begitu mudah
melupakannya. Apalah aku. Hanya seorang biduan….”
Dua lembar kertas yang masih basah itu kulipat dengan hati-hati.
Aku keluar dari kafe menuju perahu penyeberangan yang terletak kurang
dari seratus meter di sebelah timur.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 31
“ Apakah Bang Ote menyeberangkan Mama tadi ? ‘ tanyaku kepada
pemilik perahu.
“ Ya dua kali dia menyeberang. Seperti orang kebingungan.
Membawa segulung kertas. Waktu disapa, dia tak menjawab.”
Dua hari berturut-turut mataku seperti berbulu menyimak Koran
yang haus sensasi, mencari-cari di antara kalimat-kalimat mereka yang
ditulis dengan tak berperasaan tentang seorang wanita tua yang tenggelam
di Ciliwung atau menghembuskan nafas setelah ditabrak bus kota yang
berlari dengan kejam.
Aku juga menunggu kalau-kalau Koran nasional yang berwibawa
menuliskan obituary pendek tentang seorang biduan tenar tahun 1950-an.
Tapi, aku tak menemukan nasib Marwah.
Hari ketiga setelah kliping yang dihanyutkan itu kuterima, pelayan
kafe menyerahkan sebuah amplop berperangko kepadaku. Di dalamnya
terselip dua lembar kertas yang sama seperti yang kupungut dari
permukaan Ciliwung. Bedanya, pada kata-kata “ Hanya seorang biduan…..,”
stabilo merah tua digariskan dengan tegas oleh tarikan tangan dari
seseorang yang menyesali diri.
Harian KOMPAS, 5 Desember 2004
Modul BHS.IND.UGL.01.1 32
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !
1. Bagaimana Anda menilai cerpen SUARA tersebut? Apakah berkualitas dan
menarik ? Mengapa demikian?
2. Menurut Anda, apa tema cerpen SUARA tersebut?
3. Bagaimana alur ceritanya?
4. Menurut Anda seperti apa latar belakang kondisi sosial politik dan budaya
dalam cerpen SUARA tersebut.
5. Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerpen tersebut!
6. Siapakah tokoh protagonis dalam cerpen SUARA tersebut!
7. Adakah tokoh antagonisnya? Kalau ada, siapa tokoh antagonis dalam
cerpen SUARA tersebut!
8. Di mana kejadian kisah dalam cerpen SUARA tersebut?
Modul BHS.IND.UGL.01.1 33
BAB. IIIEVALUASI
1. Yang bukan merupakan ciri-ciri karya sastra
a. memberikan hiburan
b. merupakan ekpresi keindahan
c. hanya dapat dinikmati oleh bangsa tertentu
d. menunjukkan kebenaran hidup manusia
e. tetap relevan sepanjang zaman
2. Yang merupakan norma moral dalam karya sastra adalah
a. karya itu menyajikan, mendukung dan menghargai nilai–nilai kehidupan
yang berubah.
b. mampu memperbaharui pengetahuan pembaca
c. mampu memperlihatkan peristiwa kebudayaan
d. mampu meningkatkan pembaca untuk berpikir
e. selalu menarik untuk dibaca.
3. Yang bukan merupakan unsur instrinsik dalam karya sastra
a. amanat
b. sosial budaya
c. tema
d. plot
e. gaya bahasa
4. Yang merupakan karya sastra berupa roman adalah
a. Layar Terkembang, oleh Sutan Takdir Alisyahbana
b. Pulang, oleh Toha Mochtar
c. Burung-burung Manyar, oleh Y.B. Mangunwijaya
d. Salah Asuhan, oleh Abdul Muis
Modul BHS.IND.UGL.01.1 34
e. Cintaku di Kampus Biru, oleh Ashadi Siregar
5. Pengarang roman Atheis adalah seorang ……………………
a. Komunis
b. Sosialis Religius
c. Sekuralisme
d. Liberal
e. Borjuis
6. Yang bukan merupakan tokoh dalam roman Atheis adalah.
a. Hasan
b. Yusuf
c. Rusli
d. Kartini
e. Anwar
7. Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya berlatar belakang
sosial budaya
a. Angkatan 20
b. Pujangga Baru
c. Masa Sumpah Pemuda
d. Angkatan 45
e. Angkatan 66
8. DAN PASIR
Hamid Jabar
Dan pasir
Sirna dalam laut
Dan laut
Utuh dalam zikir
Modul BHS.IND.UGL.01.1 35
Dan zikir
Kirim dalam berpaut
Pautan kalimah
Lailahail Allah
Amanat yang disampaikan penyair dalam puisi di atas adalah ………..
a. Pentingnya pasir
b. Pentingnya laut
c. Menjaga lingkungan hidup
d. Hutan bakau perlu dilestarikan
e. Katakan dan agungkanlah nama Allah.
9. Hatinya panas. Rasa cemburunya bangkit. Suatu kewajaran, sebagai
perempuan dan sebagai istri jika diamuk rasa seperti itu.
Cemburu dan marah yang hebat menyebabkan ia tidak menyadari
bahwa laki-laki yang dinantinya sudah berdiri di muka pintu.
Baru ketika terdengar namanya dipanggil, ia melihat suaminya
bersandar di situ. Tubuhnya tampak lesu.
Pakaian lusuh dengan bekas-bekas darah. Muka serta tangannya
penuh dengan luka. “Kenapa, Pak? “ tanyanya dengan penuh kecemasan.
Lenyaplah marah dan cemburunya melihat keadaan seperti itu.
Aku terseret arus ketika menyeberang sungai dan datang banjir tiba-
tiba, “ jawab “ suaminya dengan suara pelan sambil terus tunduk.
Unsur yang menonjol dalam penggalan kutipan cerpen di atas adalah ….
a. tema
b. latar tempat dan waktu
c. sudut pandang
Modul BHS.IND.UGL.01.1 36
d. amanat
e. alur sorot balik
10. Dalam penjara, Guru Isa juga bingung oleh ketakutannya. Untuk
membongkar rahasia perjuangan ia takut kepada kawan-kawannya
sedangkan untuk bungkam juga takut disiksa. Tapi ia memilih tetap
bungkam meskipun disiksa. Ketika dipertemukan dengan Hazil dalam suatu
interogasi, tahulah ia bahwa Hazil yang katanya gagah berani justru telah
buka mulut. Peristiwa itulah yang membuat Guru Isa menemukan jati
dirinya.
Nilai moral yang terkandung dalam penggalan cerita di atas adalah….
a. ketakutan yang mendorong pengkhianatan
b. keberanian untuk menanggung penderitaan
c. kecurangan demi keselamatan
d. kebohongan karena ketakutan
e. keteguhan hati
Modul BHS.IND.UGL.01.1 37
KUNCI JAWABAN
LATIHAN 1
1. Apresiasi sastra ialah penghargaan terhadap karya sastra
2. Sastra menurut Jacob Sumarjo memiliki badan dan jiwa.
Badan sastra ialah ungkapan bahasa yang indah, jiwanya berupa pikiran,
perasaan, dan pengalaman manusia
3. Norma estetika:
- Mampu menuntun pembaca melihat berbagai kenyataan hidup.
- Mampu membangkitkan apresiasi pembaca untuk penyempurnaan
kehidupan.
- Mampu memperlihatkan peristiwa kehidupan, sosial, keagamaan atau
politik masa lalu, kini dan yang akan datang.
4. Norma sastra:
- Mampu merefleksikan kebenaran hidup manusia.
- Senantiasa menarik bila dibaca kapan saja.
- Menyuguhkan kenikmatan, kesenangan, dan keindahan.
5. Norma Moral:
Karya itu menyajikan, mendukung, dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang
berlaku.
LATIHAN 2 1. Kesan terhadap puisi Perempuan-perempuan perkasa ialah betapa
gigihnya perjuangan hidup wanita-wanita pedesaan.
2. - di atas roda-roda baja = pekerja gigih dan keras
- merebut hidup = berjuang mati-matian untuk
menghidupi keluarga.
3. Majas personifikasi: 1. peluit kereta pagi terjaga
2. hari bermula dalam pesta kerja
Modul BHS.IND.UGL.01.1 38
Majas metafora : 1. mereka adalah akar yang melata
2. mereka cinta kasih yang bergerak
LATIHAN 3
Apresiasi Cerpen “ SUARA “
1. Cerpen “ Suara “ sungguh menarik dan berkualitas karena membahas
yang aktual dalam kehidupan
2. Temanya gender
3. Plot mundur, pertama-tama menceritakan tokoh masa kecil di daerah
sehingga menjadi penyanyi tenar diakhiri dengan kehidupan yang merana,
karena tidak ada orang yang memperhatikannya.
4. Kondisi sosial politik yang mementingkan kehidupan yang serba instant dan
mudah melupakan sejarah dan kerja keras [ proses ].
5. Seorang suami tidak boleh menghambat karier istri, tetapi biarlah istri
mengembangkan talentanya/ kemampuannya.
6. Tokoh protagonis Marwah Juwita
7. Tokoh antagonis seorang dokter yang menjadi suami Marwah Juwita.
8. Kafe di tepi Sungai Ciliwung di daerah Pasar Baru, Jakarta.
KUNCI JAWABAN EVALUASI
1. c 6. b
2. a 7. d
3. b 8. e
4. d 9. d
5. b 10. e
Modul BHS.IND.UGL.01.1 39
BAB. IVPENUTUP
Setelah menyelesaikan modul unggul 1 [C1] ini, maka cocokkan jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang benar lalu gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi yang baru saja Anda pelajari.
Rumus:
Tingkat peguasaan : Jumlah jawaban Anda yang benar X 100 %
10
Jadi tingkat penguasaan materi yang Anda capai dapat di ketahui sebagai berikut:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 69 % = kurang
Apabila Anda ada dalam tingkat penguasaan 70 % atau lebih, Anda dapat
melanjutkan ke modul berikutnya unggul 2 [ C2 ] tetapi bila tingkat penguasaan
materi Anda kurang dari 70 % Anda harus mempelajari kembali materi kegiatan
belajar dalam modul unggul 1 [C1] ini, khususnya bagian yang belum Anda
kuasai, mintalah petunjuk kepada fasilitator atau guru Anda.
Modul BHS.IND.UGL.01.1 40
DAFTAR PUSTAKA
Aida, Martin, 2004 “ Suara “ Dalam Kompas, 5 Desember 2004. Jakarta
Azis, Nasrul Alam dan Gesit Andriyanto 2005 “ Achdiat K Mihardja “ Dalam
Kompas, 14 Juni 2005. Jakarta.
Maskurun, 1999. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMK .
Yogyakarta : LP2 IP Gajah Mada
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional .2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Rahmanto,B . 2001. Y.B. Mangunwijaya : Karya dan Dunianya.Jakarta : Grasindo.
Redana, Bre dkk, 2005 “ Rendra “ Dalam Kompas, 19 Juni 2005, Jakarta.
Ruskandar R.D. dkk.2001. Bahasa dan Sastra Untuk SMK 3 .Jakarta: Galaxy
Puspa Mega.
Suhita, Sri .2004. Apresiasi Puisi, Jakarta JBSI-UNJ.