bahasa indonesia bab 1

15
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Komunikasi pada saat ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seluruh manusia di dunia. Pada zaman dahulu orang-orang purba berkomunikasi melalui coretan atau lukisan yang ada di dalam gua. Selain itu, jaman duhulu orang menyampaikan komunikasi melalui alat yang sederhana seperti surat, burung merpati untuk mengantarkan surat, kentongan untuk media penyampai tanda bahaya, sehingga warga tahu keadaan yang terjadi. ketokan satu satu, ada kematian, ketokan dua-dua ada pencurian, ketokan tiga-tiga ada kebakaran, atau ketokan empat-empat ada bencana alam. bahkan sampai saat ini di pos ronda (juga di kota) selalu terdapat kentongan sebagai media komunikasi bahaya, untuk warga. Bayangkan saja jika tidak ada komunikasi pada zaman globalisasi sekarang ini, bisa-bisa suatu negara tidak akan mengetahui apa yang terjadi di negara lain. Komunikasi adalah penyampaian sebuah pesan dari informan ke penerima melalui sebuah media sehingga menimbulkan persepsi pada penerima. komunikasi bisa disampaikan dengan verbal maupun non verbal. komunikasi merupakan kebutuhan dasar dan hakiki dari manusia bahkan sejak dia lahir. Seorang bayi pun menyampaikan komunikasi melalui media tangisan ketika dia lapar atau sakit. Dewasa ini kita dapat melihat revolusi besar-besaran dalam sistem komunikasi di seluruh dunia dimana setiap orang mulai menggunakan PCs dan Internet untuk mencari pekerjaan, berkomunikasi satu sama lain, untuk menukar data (seperti gambar, suara, dan dokumen) dan terkadang berbicara satu sama lain menggunakan applikasi Netmeeting atau Internet Phone. 1

Upload: mcs-candra-putra

Post on 28-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Indonesia Bab 1

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Komunikasi pada saat ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seluruh

manusia di dunia. Pada zaman dahulu orang-orang purba berkomunikasi melalui coretan atau

lukisan yang ada di dalam gua. Selain itu, jaman duhulu orang menyampaikan komunikasi

melalui alat yang sederhana seperti surat, burung merpati untuk mengantarkan surat,

kentongan untuk media penyampai tanda bahaya, sehingga warga tahu keadaan yang terjadi.

ketokan satu satu, ada kematian, ketokan dua-dua ada pencurian, ketokan tiga-tiga ada

kebakaran, atau ketokan empat-empat ada bencana alam. bahkan sampai saat ini di pos ronda

(juga di kota) selalu terdapat kentongan sebagai media komunikasi bahaya, untuk

warga. Bayangkan saja jika tidak ada komunikasi pada zaman globalisasi sekarang ini, bisa-

bisa suatu negara tidak akan mengetahui apa yang terjadi di negara lain.

Komunikasi adalah penyampaian sebuah pesan dari informan ke penerima melalui

sebuah media sehingga menimbulkan persepsi pada penerima. komunikasi bisa disampaikan

dengan verbal maupun non verbal. komunikasi merupakan kebutuhan dasar dan hakiki dari

manusia bahkan sejak dia lahir. Seorang bayi pun menyampaikan komunikasi melalui media

tangisan ketika dia lapar atau sakit.

Dewasa ini kita dapat melihat revolusi besar-besaran dalam sistem komunikasi di

seluruh dunia dimana setiap orang mulai menggunakan PCs dan Internet untuk mencari

pekerjaan, berkomunikasi satu sama lain, untuk menukar data (seperti gambar, suara, dan

dokumen) dan terkadang berbicara satu sama lain menggunakan applikasi Netmeeting atau

Internet Phone.

Perkembangan teknologi telah membawa bisnis Telephony memasuki era baru yang

menawarkan penyatuan seluruh komunikasi yang bersifat multimedia dan disalurkan melalui

Internet Perkembangan selanjutnya dari Internet ialah munculnya konsep yang dikenal dengan

istilah Internet Telephony. Konsep IP ini memungkinkan penggabungan seluruh aplikasi-

aplikasi dan layanan-layanan yang ada dalam Internet dan Telephony, sehingga konsep ini

diperkirakan pada masa yang akan datang akan dipakai secara luas, digabungkan dengan

infrastruktur Telephony yang sudah ada dan dapat diprekdisikan Kemampuan untuk

melakukan komunikasi suara melalui Protokol Internet secara umum dikenal dengan istilah

Suara diatas Protokol Internet, IP Telephony, Voice over IP atau VoIP dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk melakukan hubungan telepon – dan semua kemampuan lainnya yang bisa

dilakukan oleh jaringan telepon publik – dan mengirimkan faksimili diatas jaringan berbasis

IP dengan kualitas layanan yang memadai.

1

Page 2: Bahasa Indonesia Bab 1

Perkembangan VoIP tersebut telah memacu revolusi dalam industri telekomunikasi.

Untuk itu dalam implementasi telepon berbasis IP ini yang diterapkan dalam suatu jaringan

lokal dibutuhkan suatu pengaturan dalam penyampaian datagram di jaringan IP yang dikenal

dengan istilah routing. Pengaturan routing dapat menentukan kinerja dari suatu jaringan,

dimana apabila suatu jaringan intranet membutuhkan suatu kebijakan dalam pembagian

alokasi bandwith maupun otorisasi penggunaan komputer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan VoIP di Indonesia dan regulasinya ?

2. Bagaimana tinjauan hukum layanan VoIP di Indonesia saat ini ?

3. Bagaimana perubahan reformasi regulasi VoIP ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan perkembangan VoIP di Indonesia dan regulasinya.

2. Menjelaskan tinjauan hukum layanan VoIP Indonesia saat ini.

3. Menjelaskan perubahan reformasi regulasi VoIP .

2

Page 3: Bahasa Indonesia Bab 1

2. Pembahasan

2.1 Perkembangan VoIP di Indonesia dan Regulasinya

Di Indonesia, teknologi VoIP sebenarnya sudah digunakan sejak beberapa tahun lalu.

Untuk komunitas pengguna atau pengembang VoIP di masyarakat, berkembang di tahun

2000. Komunitas awal pengguna atau pengembang VoIP adalah VoIP Merdeka yang

dicetuskan oleh pakar internet Indonesia, Onno W. Purbo. Teknologi yang digunakan adalah

H.323 yang merupakan teknologi awal VoIP. Sentral VoIP Merdeka di hosting di Indonesia

Internet Exchange (IIX) atas dukungan beberapa ISP dan Asossiasi Penyelenggara Jaringan

Internet (APJII). Di tahun 2005, Anton Raharja dan tim dari ICT Center Jakarta mulai

mengembangkan VoIP jenis baru berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Teknologi SIP

merupakan teknologi pengganti H.323 yang sulit menembus proxy server. Di tahun 2006,

infrastruktur VoIP SIP dikenal sebagai VoIP Raky.

Kini, pemakaian VoIP sudah semakin luas. Namun, pemanfaatannya masih

menimbulkan pro dan kontra. Tentu kita bertanya mengapa memberikan layanan yang lebih

murah dari Telkom dianggap sebagai sebuah hal yang tabu. Padahal, Telkom tidak lagi

memonopoli pasar penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Kondisi ini memprihatinkan

karena perkembangan teknologi tidak diselaraskan dengan regulasi yang mengaturnya.

Pertanyaannya, mengapa pemerintah tidak begitu responsif dalam menanggapi perkembangan

teknologi telekomunikasi, khususnya dalam bidang VoIP ini.

Saat ini permasalahan VoIP di Tanah Air, bukan terletak pada sisi teknologinya

malainkan pada sisi bisnis semata. Karena, bisnis ini sangat menguntungkan. Sesuai

Kepdirjenpostel No.159/Dirjen/2001,pemerintah memang hanya menunjuk lima pihak yang

berhak menyelenggarakan jasa internet teleponi alias VoIP untuk keperluan publik. Masing-

masing adalah PT Telkom, Indosat, Satelindo, PT Atlasat Solusindo, dan PT Gaharu

Sejahtera. Padahal, pengusaha VoIP yang tergabung dalam Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII) menyebut sudah ada sekitar 35 pelaku usaha yang

menyelenggarakan bisnis jasa ini. Kalau Kepdirjenpostel itu jadi dilaksanakan, berarti sekian

banyak pengusaha harus tutup operasi atau menempuh jalan kerja sama dengan operator

resmi. Para pengusaha VoIP di luar kelima nama tadi memang seolah berpacu dengan waktu.

Pasal 86 Kepmenhub No.21/2001 menegaskan tenggat waktu adalah 31 Mei 2002 untuk

penyelenggaraan VoIP. Selanjutnya hanya pihak yang telah memiliki izin resmi yang boleh

beroperasi. Penyelenggara VoIP yang masih eksis selanjutnya dianggap ilegal, dan jika masih

beroperasi maka fasilitas telekomunikasi yang berhubungan dengan VoIP seperti sambungan

E-1 dicabut maka akan sulit dibendung.

3

Page 4: Bahasa Indonesia Bab 1

2.2 Tinjauan Hukum Layanan VoIP

Telekomunikasi termasuk cabang produksi yang penting dan strategis dalam

perekonomian nasional sehingga penguasaannya dilakukan oleh negara yang dimanfaatkan

sebesar-besarnya demi kepentingan dan kemakmuran rakyat. Hal ini dengan tegas dinyatakan

dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 36 Tahun 1996 tentang elekomunikasi. Pembinaan

penyelenggaraan telekomunikasi dilakukan oleh pemerintah. Pasal ini memberikan wewenang

yang mutlak kepada pemerintah atas nama negara untuk mengembangkan segi-segi kehidupan

terkait dengan bidang telekomunikasi. Terkait dengan hukum administrasi publik, wewenang

di sini merupakan suatu keharusan yang lakukan oleh pemerintah, bukan lagi merupakan hak

yang dapat dilakukan ataupun tidak. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberikan

sarana-sarana bertelekomunikasi yang efektif, efisien dan terjangkau oleh segala lapisan

masyarakat.

Di sisi lain, Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen memberikan 

kepastian hukum kepada setiap orang untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan

segala jenis saluran yang tersedia. Landasan konstitutif ini merupakan modal dasar bagi

pengguna layanan telekomunikasi yang di dalamnya termasuk sarana komunikasi melalui

VoIP.

Dalam Undang-Undang Telekomunikasi ini, belum disinggung mengenai VoIP.

Walau tidak tegas disebut dalam pasal, ketentuan mengenai VoIP dapat dilihat dalam

Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Sebuah

Peraturan Pemerintah dibentuk oleh Presiden berdasarkan wewenang yang diberikan oleh

Pasal 5 (2) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Peraturan Pemerintah ini berfungsi

untuk menyelenggarakan ketentuan dalam Undang-Undang, baik yang secara tegas-tegas

maupun secara tidak tegas menyebutkannya. Dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 52

Tahun 2000, penyelenggaraan jasa telekomunikasi diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Penyelenggaraan jasa teleponi dasar

2. Penyelenggaraan jasa nilai tambah teleponi

3. Penyelenggaraan jasa multimedia

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan jasa telekomunikasi adalah layanan

telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan bertelekomunikasi dengan menggunakan jaringan

telekomunikasi. Di dalam Penjelasan Pasal 14 huruf c dalam Peraturan Pemerintah tersebut,

yang dimaksud dengan penyelenggaraan jasa multimedia adalah penyelenggaraan jasa

telekomunikasi yang menawarkan layanan berbasis teknologi informasi, termasuk di

dalamnya antara lain: penyelenggaraan jasa Voice over Internet Protocol (VoIP), internet dan

intranet, komunikasi data, konperensi video dan jasa video hiburan. Penyelenggaraan jasa

4

Page 5: Bahasa Indonesia Bab 1

multimedia dapat dilakukan secara jual kembali. Jadi, layanan VoIP digolongkan sebagai

penyelenggaraan jasa multimedia. Permasalahannya, apakah layanan VoIP berbasis Phone-to-

Phone masih merupakan jasa multimedia atau termasuk jasa teleponi dasar. Banyak pihak

yang beranggapan bahwa ketentuan mengenai VoIP tidak jelas pengaturannya karena tidak

ada disebutkan baik dalam Undang-Undang maupun dalam Peraturan Pemerintah dan bahkan

Undang-Undang dianggap tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Penjelasan dalam sebuah perundang-undangan merupakan suatu kesatuan penjelasan resmi

dari pembentuk peraturan perundang-undangan tersebut. Dalam hal ini, penjelasan berfungsi

untuk dapat membantu dalam mengetahui maksud dan latar belakang diadakannya suatu

peraturan perundang-undangan serta untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan yang masih

memerlukan sebuah kejelasan. Jadi, walaupun mengenai VoIP hanya dijelaskan dalam

lembaran Penjelasan, tetap saja materi ini dianggap sebagai muatan dalam Peraturan

Pemerintah No. 52 Tahun 2000 yang merupakan penjabaran atau untuk menjalankan

ketentuan Undang-Undang. Oleh sebab itu, sangatlah tidak beralasan bahwa aturan mengenai

penyelenggaraan jasa VoIP belum jelas atau tidak ada dasar hukumnya.

Alasan adanya ketidakjelasan mengenai pengaturan VoIP ini seringkali dijadikan

sebagai kambing hitam maupun sebagai celah untuk menyelenggarakan layanan VoIP. Salah

satu perdebatan adalah mengenai apakah yang dikirim melalui Internet itu dapat disebut suara

atau data. Penyelenggara VoIP bersikeras yang dikirim adalah data, bukan suara. Jadi, mereka

tidak merebut lahan dari Telkom. Namun, anggapan ini juga tidak sepenuhnya benar. Dalam

Penjelasan Pasal 14 huruf c Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000,  penyelenggaraan

komunikasi data juga termasuk sebagai penyelenggaraan jasa multimedia. Jadi, tetap saja

menjadi lingkup kewenangan Undang-Undang Telekomunikasi.

Untuk dapat memberikan layanan VoIP, penyelenggara jasa VoIP diwajibkan untuk

bekerja sama dengan penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam bentuk kerjasama operasi,

seperti yang tertuang dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000. Ini menjadi

kendala bagi penyelenggara VoIP karena mau tidak mau harus bekerja sama dengan Telkom

yang memiliki pasar di atas 50 %. Walaupun Undang-Undang membolehkan penyelenggara 

VoIP menggunakan jaringan sendiri, namun cara ini tentu menjadi tidak efisien karena harus

membangun jaringan baru.

Pengaturan penyelenggaraan jasa VoIP dijabarkan oleh Keputusan Menteri

Perhubungan No. 23 tahun 2002. Di sini, pengaturan hanya mencakup jasa VoIP untuk

keperluan publik. Batasan untuk keperluan publik di sini adalah sangatlah luas. Dalam

Keputusan Menteri ini, yang dimaksud dengan keperluan publik adalah dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat. Bila bukan untuk keperluan pribadi, semua penyelenggaraaan jasa VoIP

5

Page 6: Bahasa Indonesia Bab 1

harus mendapat izin Menteri. Bila siapa saja yang tidak memenuhi ketentuan ini, Undang-

Undang No. 36 Tahun 1996 dalam Pasal 47 memberikan sanksi pidana paling lama 6 tahun

penjara dan/atau denda sampai Rp 600 juta.  Jadi, dalam kasus penyelenggaraaan jasa VoIP

yang tidak memiliki izin dari Menteri, secara yuridis memang dapat diancam dengan sanksi

pidana ini.

2.3 Reformasi Regulasi

Keengganan pemerintah untuk mempermudah pengembangan dan perluasan VoIP

jelas-jelas bertentangan dengan konstitusi Indonesia. Sebagai sebuah negara yang berdasarkan

hukum material/sosial, Indonesia menganut prinsip perlindungan hak-hak asasi manusia dan

prinsip pemerintahan yang menciptakan kemakmuran rakyat. Hak warga negara untuk dapat

menikmati layanan telekomunikasi yang sesuai dengan kemampuan mereka dijamin oleh

Undang-Undang Dasar sebagai hak yang paling mendasar. Bila hak ini tidak dapat dinikmati

karena peraturan perundang-undangan di bawahnya berusaha menghambat perkembangan

VoIP yang jelas-jelas lebih murah, sudah seharusnya pemerintah melakukan perbaikan-

perbaikan. Selain dapat menghambat perluasan layanan VoIP, ketentuan yang mengharuskan

adanya kerjasama operasi hanya akan mengakibatkan inefisiensi, baik yang merugikan negara

maupun yang langsung merugikan masyarakat.

Salah satu yang menjadi alasan pembatasan layanan VoIP adalah untuk melindungi

industri telekomunikasi dalam negeri. Alasan ini dapat dimengerti karena 65 % pendapatan

Telkom sendiri berasal dari sambungan jarak jauh. Dengan adanya layanan VoIP, pendapatan

mereka bisa menurun drastis yang juga akan menurunkan pendapatan negara. Konflik

kepentingan ini harus dapat diatasi oleh pemerintah. Mempertahankan teknologi yang

memberikan ongkos yang besar  perlu dipertimbangkan kembali. Membatasi layanan

telekomunikasi yang murah merupakan proses pembodohan kepada masyarakat. Adanya

kepentingan pemerintah untuk melakukan pembinaan, pembatasan dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan telekomunikasi pada dasarnya merupakan realisasi dari kewajiban negara

dalam menjamin hak bertelekomunikasi warga negara. Dilihat dari kewajiban negara 

menyelenggarakan kesejahteraan rakyat, pemerintah seharusnya mendukung pengembangan

jasa layanan VoIP yang nantinya dapat memeratakan hasil-hasil pembangunan dan sekaligus

meningkatkan ekenomi rakyat sebagai hasil dari efisiensi. Bukan tidak mungkin, hasil dari

efisiensi dalam masyarakat ini memberikan keuntungan yang lebih baik daripada harus

mempertahankan kepentingan industri telekomunikasi dalam negeri. Kehendak konsititusi

harus selalu diutamakan daripada pertimbangan untung-rugi.

Masyarakat sangat membutuhkan teknologi VoIP, terutama di daerah-daerah yang

tidak terjangkau oleh jaringan konvensional dari Telkom. Dari sekitar 72.000 desa yang ada di

6

Page 7: Bahasa Indonesia Bab 1

Indonesia, sekitar 43.000 desa belum mendapat sambungan telepon dasar. Melihat kondisi ini,

pemerintah harus bergerak cepat dan responsif dalam melakukan pemerataan pembangunan,

terutama di bidang telekomunikasi. Teknologinya sudah tersedia, yang dibutuhkan hanyalah

kemauan dari pemerintah untuk memberikan kemudahan-kemudahan, baik pengaturan hukum

maupun pelaksanaannya.

  Selain membatasi layanan VoIP dengan mengharuskan adanya izin dari Menteri, 

awalnya penyelenggara jasa VoIP juga diharuskan menyertakan deposit tunai sebesar Rp. 10

Milliar  sebagai jaminan kelangsungan pelayanan kepada publik, seperti yang tertuang dalam

Keputusan Dirjen Postel No.199/Dirjen/2001 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan

Internet Telepon untuk Keperluan Publik tertanggal 6 September 2001.  Belakangan,

Keputusan Dirjen ini ditunda berlakunya. Paling tidak, regulasi ini menggambarkan rumitnya

sistem birokrasi. Sudah waktunya bagi pemerintah untuk melakukan deregulasi secara

komprehensif agar tidak ada lagi penafsiran-penafsiran yang berbeda di dalam masyarakat

dan sekaligus mempertajam arah pembangunan di bidang telekomunikasi. Adanya kebutuhan

yang besar terhadap VoIP harus dilihat sebagai sebuah urgensi untuk mengatur lahan bidang

telekomunikasi ini. Regulasi yang ada saat ini tidaklah memadai untuk pengaturan sebuah jasa

VoIP yang sangat berkembang cepat. Untuk masa transisi, sebaiknya pemerintah memberikan

kelonggaran-kelonggaran yang dapat memudahkan pengembangan VoIP sampai ke pelosok-

pelosok negeri yang sebelumnya kurang dapat menikmati layanan telekomunikasi yang masih

mahal.

7

Page 8: Bahasa Indonesia Bab 1

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Perkembangan VoIP di Indonesia dan Regulasinya

Pemakaian VoIP sudah semakin luas. Saat ini permasalahan VoIP di Tanah Air, bukan

terletak pada sisi teknologinya malainkan pada sisi bisnis semata. Karena, bisnis ini sangat

menguntungkan. Sesuai Kepdirjenpostel No.159/Dirjen/2001,pemerintah memang hanya

menunjuk lima pihak yang berhak menyelenggarakan jasa internet teleponi alias VoIP untuk

keperluan publik. Masing-masing adalah PT Telkom, Indosat, Satelindo, PT Atlasat

Solusindo, dan PT Gaharu Sejahtera. Para pengusaha VoIP di luar kelima nama tadi memang

seolah berpacu dengan waktu. Pasal 86 Kepmenhub No.21/2001 menegaskan tenggat waktu

adalah 31 Mei 2002 untuk penyelenggaraan VoIP.

3.1.2 Tinjauan Hukum Layanan VoIP

Dalam Undang-Undang Telekomunikasi ini, belum disinggung mengenai VoIP.

Walau tidak tegas disebut dalam pasal, ketentuan mengenai VoIP dapat dilihat dalam

Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Sebuah

Peraturan Pemerintah dibentuk oleh Presiden berdasarkan wewenang yang diberikan oleh

Pasal 5 (2) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Peraturan Pemerintah ini berfungsi

untuk menyelenggarakan ketentuan dalam Undang-Undang, baik yang secara tegas-tegas

maupun secara tidak tegas menyebutkannya. Dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 52

Tahun 2000, penyelenggaraan jasa telekomunikasi diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Penyelenggaraan jasa teleponi dasar

2. Penyelenggaraan jasa nilai tambah teleponi

3. Penyelenggaraan jasa multimedia

3.1.3 Reformasi Regulasi

Untuk masalah regulasi, perlu dibuat sesegera mungkin oleh pejabat yang berwenang

sesuai jobdescriptionnya. Jika ini bisa diwujudkan teknologi VoIP yang kabar-kabarnya

adalah teknologi generasi keempat ini segera akan terwujud di negara Indonesia. Hadirnya

VoIP, memberikan banyak keuntungan dari sisi pengguna yaitu :

1. keuntungan yang dapat diambil diantaranya adalah dari segi biaya jelas lebih murah

dari tarif telepon tradisional, karena jaringan IP bersifat global. Sehingga untuk

hubungan SLI dan SLJJ dapat ditekan hingga 70%.

2. biaya maintenance dapat ditekan karena voice dan data network terpisah, sehingga IP

Phone dapat di tambah, dipindah dan di ubah. Hal ini karena VoIP dapat dipasang di

sembarang ethernet dan IP address, tidak seperti telepon tradisional yang harus

mempunyai port tersendiri di Sentral atau PBX.

8

Page 9: Bahasa Indonesia Bab 1

3.2 Saran

1. Pembaca dapat mengimplementasikan dan mengembangkan program yang ada yaitu

masalah VoIP(Voice over Internet Protocol)

2. Saya harap teknologi VoIP untuk lebih dikembangkan terutama di Indonesia sehingga

teknologi VoIP dapat digunakan untuk komunikasi jarak jauh seperti telepon biasa

yang murah, dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Dengan teknologi VoIP mampu

mengurungai penggunaan telpon sehingga dapat merugikan Negara. Dengan VoIP

juga dapat mempengaruhi generasi menjadi malas karena semua sudah terdapat di

internet.

3. Penulis selanjutnya dapat mengembangkan program yang dibuat serta makalah ini

bisa menjadi aspirasi untuk membuat program kedepannya.

Daftar Rujukan

Chendramata, Aidil. 2007. Sistem Keamanan dan Instalasi VoIP menggunakan Session

Initiation Protocol. Jakarta : Departemen Komunikasi dan Informatika.

Irawan, Budhi. 2005. Jaringan Komputer. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Jonathan, Davidson. 2000. Voice over IP Fundamentals. Cisco System.

Nicconi, Saverio. IP Telephony Cookbook Deliverable 2.

Purbo, Onno W.. 2008. VoIP Cikal Bakal “Telkom Rakyat”. Jakarta : Prima Infosarana

Media.

Rafiudin, Rahmat. 2006. Protokol-protokol Esensial Internet. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Sugeng, Winarno. 2008. Membangun Telepon berbasis VoIP. Bandung : Informatika.

Sugeng, Winarno. 2010. Jaringan Komputer dengan TCP/IP. Bandung : Informatika.

Spencer, Mark, 2003. The Asterisk Handbook Version 2. Digium.

Tharom, Tabratas. 2002. Buku Pintar Internet : Teknis dan Bisnis VoIP. Jakarta : Elek Media

Komputindo.

Tharom, Tabratas, dan Purbo, Onno W.. 2001. Teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol).

Jakarta : Elek Media Komputindo.

Yoanes Bandung, Syahrial Hubbany, Antonius Aditya Hartanto. 2002. Teknologi Multimedia

over Internet Protokol. Jakarta : Elek Media Komputindo.

9