bairi proposal skripsi lumamh

Upload: adm-amid-mida

Post on 16-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKomoditi hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang mampu memberikan sumber devisa bagi negara untuk kemakmuran masyarakatnya secara menyeluruh. Selain itu, hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu meningkatkan sumber pendapatan bagi petani dan penggerak perekonomian pertanian secara nasional. Potensi produksi yang besar serta potensi pasar yang baik mengkondisikan buah-buahan sebagai salah satu komo ditas hortikultura yang sangat potensial untuk memasuki pasar domestik maupun internasional. Adapun beberapa jenis buah unggulan Indonesia yang diharapkan mampu bersaing di pasar internasional adalah : pisang, mangga, jeruk, manggis, salak, nenas, pepaya, rambutan, durian, semangka, dan nangka.Pisang merupakan komoditi yang bisa ditemui di berbagai tempat seperti pasar tradisional, warung-warung makan, restoran, hotel, swalayan, supermarket dan lain-lain, yang hampir setiap hari selalu tersedia dalam kondisi baru dan segar. Buah pisang yang telah masak dapat dikonsumsi segar atau dapat pula diproduksi menjadi makanan olahan.

Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988). Dilihat dari kandungan mineralnya kulit pisang mengandung kalsium yang cukup tinggi yaitu sebesar 715 mg/100 g. Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari. Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat (Munadjim, 1988).Pisang merupakan komoditas holtikultura yang dapat tumbuh di berbagai jenis lahan. Di Indonesia penyebarannya cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia ditemui tanaman ini, termasuk di wilayah Kabupaten Sumenep. Indonesia memiliki hampir 200 jenis pisang (Purwadi, 2009). Produksi pisang dan budidayanya juga tidak membutuhkan modal yang besar. Hal ini memberikan peluang untuk di kembangkan sebagai komoditas unggulan Indonesia guna meraih devisa. Masyarakat membudidayakan pisang dengan berbagai sistem tanam seperti tumpang sari, monokultur, tanaman campuran, atau sebagai tanaman pagar. Buah pisang yang dihasilkan dikonsumsi masyarakat sebagai buah segar atau diolah menjadi produk olahan seperti keripik pisang, getuk, selai, tepung pisang dan produk olahan lainnya.Seluruh wilayah Kabupaten Sumenep memiliki potensi pengembangan dalam hal budidaya dan produksi buah pisang khususnya pisang raja. Namun demikian terdapat beberapa daerah yang ditetapkan sebagai sentra utama produksi pisang khususnya pisang raja, yaitu Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih. Produksi pisang di Kabupaten Sumenep pada tahun 2008-2009 pada Tabel 1.1.Tabel 1.1 Perubahan Produksi Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Sumenep, Tahun 2007-2008Perubahan Produksi (Kw.)TahunPenambahan/Pengurangan (Kw.)

20072008

1Mangga298.358,00652.401,00354.043 bertambah

2Jeruk12.797,0019.826,807.029,8 bertambah

3Alpukat45,00300,03255,03 bertambah

4Rambutan 5.115,0020.614,0015.499 bertambah

5Durian-412,40412,4 bertambah

6Sawo2.231,005.636,693.405,69 bertambah

7Pisang79.902,00190.736,98110.834,98 bertambah

8Jambu Biji 8.884,0013.928,505.044,5 bertambah

9Pepaya15.776,0026.179,2210.403,22 bertambah

10Nenas-7,517,51 bertambah

11Salak168,00398,99230,99 bertambah

12Belimbing264,43501,00236,57 bertambah

Jumlah423.540,43930.943,1260.807 bertambah

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep Tahun 2008-2009

Dari berbagai komoditas buah-buahan, produksi pisang di Kabupaten Sumenep menempati urutan kedua setelah buah mangga dan menunjukkan peningkatan produksi yang signifikan (Tabel 1.1). Namun kualitas produksi buah belum mendapatkan perhatian. Pisang produksi petani masih berkualitas rendah yang dapat di tunjukkan dari penampilan buah pisang yang kurang menarik dan ukuran buah yang tidak maksimal. Rendahnya kualitas ini berkaitan erat dengan cara budidaya petani. Untuk mengembangkan potensi yang ada serta untuk meningkatkan pendapatan petani maka di perlukan upaya peningkatan produksi dan kualitas buah pisang. Salah satu cara yang dapat di lakukan adalah dengan menerapkan intensifikasi dalam budidaya pisang. Pemerintah Kabupaten Sumenep mulai melakukan pembinaan pada petani pisang dengan melakukan pendampingan dalam penyusunan standar operasional prosedur dalam budidaya pisang yaitu dengan GAP (Good Agricultural Practice). Peranan GAP (Good Agricultural Practice) dalam upaya pengembagan budidaya pisang sangatlah membantu sekali bagi petani. Karena dengan pelaksanaan GAP (Good Agricultural Practice), hasil produksi dari budidaya pisang yang diusaha oleh petani lebih menjanjikan dan lebih menguntungkan. Walaupun tidak semua petani beralih menggunakan GAP (Good Agricultural Practice).Tetapi sebagain kecil petani mulai menerapkan hal tersebut, namun sampai saat ini belum ada informasi ilmiah bagaimana produksi petani menerapkan POS (Prosedur Operasional Standar) tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini di lakukan.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi dalam usahatani pisang raja sebagai berikut :1. Bagaimanakah teknologi budidaya pisang yang diterapkan petani di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih.2. Seberapa besar tingkat pendapatan dan biaya usahatani pisang raja di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep baik yang melaksanakan GAP (Good Agricultural Practice) dan yang non GAP (Good Agricultural Practice).3. Bagaimana tingkat efisiensi dari usahatani pisang raja di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep baik yang melaksanakan GAP dan non GAP.

1.3 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah :1. Untuk menganalisis teknologi budidaya pisang yang diterapkan oleh petani di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih .2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan dan biaya usahatani pisang raja yang ada di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih baik yang melaksanakan GAP dan yang non GAP.3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi dari usahatani pisang raja di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep baik yang melaksanakan GAP dan non GAP.

1.4 Kegunaan PenelitianAdapun kegunaan dari penelitian ini adalah :1 Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan serta merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura. 2 Bagi petani, sebagai tambahan pengetahuan mengenai usahatani budidaya pisang raja.3 Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.4 Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Budidaya PisangDi Indonesia, pisang menduduki tempat pertama diantara jenis buah-buahan lainnya, baik dari sisi sebaran, luas pertanaman, maupun dari sisi produksinya. Namun demikian, secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat masih sangat rendah, yaitu hanya sekitar 10-15 ton/ha. Padahal, potensi produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton/ha. Kesenjangan produktivitas tersebut terutama disebabkan karena teknik budidaya yang tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan penyakit, terutama oleh serangan dua penyakit paling berbahaya dan mematikan, yaitu layu bakteri atau penyakit darah dan penyakit layu fusarium.Peluang pengembangan agribisnis komoditas pisang masih terbuka luas. Untuk keberhasilan usahatani pisang, selain penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan perbaikan varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi, serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai masyarakat luas.2.1.1 Syarat Tumbuh

7Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah tropis, baik dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27C, dan suhu maksimumnya 38C, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman pisang berkisar antara 2.000-2.500 mm/tahun atau paling baik 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan, maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.2.1.2 Teknologi Budidaya dan Teknik penanaman pisang dengan GAP2.1.2.1 PembibitanSalah satu faktor yang

keberhasilan usahatani pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas, yaitu bibit yang bebas hama dan penyakit, serta sehat. Selain itu, jumlahnya harus cukup dan jenis pisangnya sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menyediakan bibit pisang, dapat memanfaatkan rumpun pisang yang sehat. Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol, dan bibit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi pembibitan dengan kultur jaringan memerlukan biaya investasi awal yang besar, sehingga pembibitan secara sederhana dipandang masih layak untuk diterapkan. Ada 3 macam cara perbanyakan bibit pisang secara sederhana, yaitu :1. Perbanyakan dengan anakan Bibit ini berasal dari pemisahan anakan untuk langsung ditanam di kebun. Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang (tinggi 41-100 cm), daunnya berbentuk seperti pedang dengan ujung runcing. Anakan rebung (24-40 cm) kurang baik jika

a. ditanam langsung, karena bonggolnya masih lunak dan belum berdaun, sehingga mudah mengalami kekeringan. Sedangkan anakan dewasa (tinggi > 100 cm) terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap cekaman lingkungan, karena telah memiliki daun sempurna.b. 7Bibit anakan setelah dipisahkan harus langsung ditanam. Jika terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek dan kematian di kebun. Apabila pada saat tanam kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan layu dan mati bagian batangnya, tetapi bonggol yang tertimbun dalam tanah masih mampu untuk tumbuh dan memulai pertumbuhannya kembali, membentuk bonggol baru di atas bonggol yang lama.c. Untuk menghindari kejadian tersebut, sebelum menanam, anakan dipotong 5 cm di atas leher bonggol dan cara menanamnya ditimbun 5 cm di bawah permukaan tanah.2. Perbanyakan dari bit anakan/mini bitBahan yang digunakan adalah anakan pisang yang berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan pedang sampai anakan dewasa). Cara membuatnya adalah sebagai berikut :a. Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati menggunakan linggis, sehingga kondisi bonggol masih utuh.b. Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm di atas leher bonggol. Titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam 3 cm menggunakan pisau yang runcing dan bersih.c. Rendam dalam air hangat dengan suhu 55C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/liter air selama 15 menit, kemudian ditiriskan. Untuk menghindari serangan hama pada saat perendaman, dapat juga disertai pemberian insektisida sesuai dosis yang dianjurkan.d. Untuk merangsang munculnya tunas, bonggol disemai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian titik tumbuh tetap mengarah ke atas. Masing-masing bonggol diberi jarak 5 cm, kemudian ditimbun dengan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang setebal 5 cm. Penimbunan dilakukan selama 3-5 minggu atau sampai tumbuh tunasnya. Selama penimbunan, perlu dijaga kelembabannya dengan penyiraman setiap hari, terutama bila tidak ada hujan.e. Tunas hasil belahan (bit) disemai di polybag ukuran 20 cm x 30 cm, yang berisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (1:1), kemudian diletakkan di tempat teduh/naungan.f. Setelah berumur satu bulan, bibit dipindahkan ke tempat terbuka, dan siap ditanam di lapang setelah bibit berumur dua bulan.g. Perawatan yang utama adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali dengan menggunakan Urea 2 gr/liter air.3. Bonggol dari tanaman yang sudah dipanena. Bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak. Kemudian dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel.b. Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air hangat dengan suhu 55C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/liter air selama 15 menit, kemudian ditiriskan.c. Bit setelah ditiriskan kemudian ditanam di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanah dan pupuk kandang 1:1. Setelah ditanam, benih diletakkan di tempat teduh/naungan selama 1 bulan, dan pada bulan kedua diletakkan di tempat terbuka.d. Perawatan yang diperlukan adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dapat diberikan melalui pengocoran larutan pupuk Urea dengan konsentrasi 2 gr/liter air setiap 2 minggu.e. Bibit ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai.2.1.2.2 Persiapan LahanLahan dibersihkan dari sisa tanaman, kemudian siapkan lubang tanam ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, sekitar 2 minggu hingga 1 bulan sebelum tanam. Tanah lapisan atas dipisah dengan tanah lapisan bawah. Penutupan lubang tanam dilakukan dengan memasukkan tanah lapisan bawah terlebih dahulu2.1.2.3 Waktu TanamMenanam pisang sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan dan buah sudah siap dipanen pada saat masuk musim kemarau. Idealnya, untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap (setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan. Penanaman pertama menggunakan jarak tanam yang lebar (misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Hal ini bertujuan untuk dapat mengatur waktu panen dan pembongkaran tanaman pada tahun ke-5, 9, 13, dan 17 yang memungkinkan masih adanya panen karena penanaman yang tidak serempak.2.1.2.4 PenanamanBila hujan telah turun dengan teratur, lakukan penanaman. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit mendapatkan udara yang sejuk dan tidak langsung mendapatkan cahaya matahari. Lubang tanam yang telah ditimbun, digali seluas gumpalan tanah yang menutup media bibit pisang. Buka polybag bagian bawah, setelah itu bagian samping secara hati-hati. Letakkan bibit pisang secara tegak lurus. Tutup lubang tanam dengan tanah galian dan tekan sedikit disamping tanah bekas polybag, selanjutnya siram bibit secukupnya.Jarak tanam sesuai dengan jenis pisang. Untuk jenis pisang Bas dan Barangan, jarak tanam yang digunakan adalah 2 m x 2 m. Untuk jenis pisang Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja Nangka jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Jenis pisang Kepok dan Tanduk menggunakan jarak tanam 3 m x 3 m atau 3 m x 3,5 m. Pemberian pupuk kandang pada lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.

2.1.2.5 PemupukanSebelum penanaman, lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 10 kg/lubang, dan dibiarkan selama 1-2 minggu. Pupuk kimia yang diberikan meliputi 350 kg Urea, 150 kg SP36, dan 150 kg KCl per hektar per tahun, atau 0,233kg Urea, 0,10 kg SP36, dan 0,10 kg KCl per tanaman. Untuk tanaman yang baru ditanam, pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu bagian saat tanam dan sisanya dibagi 2, yaitu pada umur 3 bulan dan 6 bulan. Pupuk diletakkan pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman, dan ditutup tanah. Sedangkan untuk tanaman berumur 1 tahun atau lebih, pupuk diberikan 2 kali, yaitu pada awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan. 2.1.2.6 Pemberian Agensia Hayati AntagonisUntuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu, terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium, tanaman pisang dapat diberi agensia hayati, seperti Trichoderma sp dan Gliocladium sp. Cara pengembangannya yaitu 250 g agensia hayati (misal : Gliokompos) dicampur dengan 25 kg pupuk kandang mentah, diaduk hingga merata. Dibiarkan selama 10-15 hari di udara terbuka, dan tiap hari diaduk agar udara dapat masuk ke bagian dalam tumpukan pupuk kandang. Untuk pengembangan selanjutnya, campuran yang telah dibuat dapat dicampur lagi dengan pupuk kandang sebanyak 500 kg dan dibiarkan selama 2 minggu hingga 1 bulan di tempat teduh dalam keadaan lembab. Pemberian di lapangan disesuaikan dengan dosis pupuk kandang, yaitu 10 kg/lubang tanam dicampur dengan tanah bekas galian lubang. Pemberian selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan, dengan cara menaburkannya di sekitar tanaman, dengan dosis 0,5 kg/tanaman. 2.1.2.7 Pemangkasan Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan, dan melindungi buah dari goresan daun. Pada saat pembungaan, setidaknya ada 6-8 daun sehat agar perkembangan buah menjadi maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan, sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan daun lagi. Daun bekas pemangkasan dari tanaman sakit dikumpulkan dan dibakar. Selanjutnya alat pemangkas disterilkan dengan desinfektan, misalnya menggunakan bahan desnfektan atau alkohol. 2.1.2.8 Penyiangan Pengendalian gulma secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan. Setelah berumur 5 bulan, pengendalian dapat dikurangi karena kanopi tanaman dapat menekan pertumbuhan gulma. Pada saat tersebut, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 2-3 bulan. Pada daerah yang pernah terserang penyakit layu, penyiangan dianjurkan menggunakan herbisida dan tidak dianjurkan menggunakan cangkul atau kored, untuk mencegah penularan penyakit karena kontak dengan alat. 2.1.2.9 Penjarangan Anakan Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak tanam, dan menjaga agar produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 7 bulan), dan 1 anakan muda (umur 3 bulan), dilakukan rutin setiap 6-8 minggu. Anakan yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat yang terbuka dan yang terletak diseberangnya.2.1.2.10 Perawatan Tandan Perawatan tandan dilakukan dengan membersihkan daun di sekitar tandan, terutama daun yang sudah kering. Selain itu, membuang buah pisang yang tidak sempurna, yang biasanya pada 1-2 sisir terakhir, dan diikuti dengan pemotongan bunga jantan, agar buah yang berada di atasnya dapat tumbuh dengan baik. Buah juga perlu dibungkus dengan kantong plastik warna biru ukuran 1 m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah dari kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun. Setelah dibungkus, tandan yang mempunyai masa pembuahan yang sama dapat diberi tanda (misalnya dengan tali rafia warna yang sama). Hal ini untuk menentukan waktu panen yang tepat, sehingga umur dan ukuran buah dapat seragam.

2.3Gambaran Komoditas PisangKata pisang berasal dari bahasa Arab, yaitu maus yang oleh Linneus dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa, yaitu seorang dokter pribadi kaisar Romawi Octaviani Agustinus yang menganjurkan untuk memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa latin, pisang disebut sebagai Musa paradisiacal (Purwadi, 2009).Menurut sejarah pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Tengah yang kemudian pisang menyebar keseluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis. Negara-negara penghasil pisang terkenal diantaranya adalah: Brasilia, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Hawai (Purwadi, 2009).2.3.1 Karakteristik PisangPisang telah ada sejak manusia ada, pada masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang telah lama dimanfaatkan, pada saat berkebudayaan pengumpul, masyarakat di daerah itu telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, bir dan cuka. Daun pisang digunakan untuk menggosok lantai dan pembungkus berbagai makanan. Bagian-bagian vegetatif beserta buah-buah yang tidak termanfatkan digunakan sebagai pakan ternak. Dalam pengobatan, daun pisang yang masih tergulung digunakan sebagai obat sakit dada dan sebagai tapal dingin untuk kulit yang bengkak atau lecet. Air yang keluar dari pangkal batang yang ditusuk digunakan untuk disuntikkan ke dalam saluran kencing untuk mengobati penyakit raja singa, disentri, dan diare (Rismunandar, 1990).Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Colombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern serta telah memenuhi standar internasional, hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar. Namun, di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga /kebun yang sangat kecil. Standar internasional perkebunan pisang skala kecil adalah 10-30 Ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Sementara tanah dan iklim kita sangat cocok untuk tanaman pisang, oleh karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang sangat memungkin dilakukan (Hendro, 1998).Pertumbuhan pisang sangat cepat dan terus menerus, hal ini menyebabkan produksi yang tinggi. Pisang memerlukan tempat tumbuh iklim tropik yang hangat dan lembab. Walaupun begitu, pisang ini sangat unik sehingga orang tertarik untuk membudidayakannya. Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Di sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 C dengan jangka waktu yang cukup lama, suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27 C dan suhu maksimumnya 38 C.Di dataran tinggi daerah ekuator, pisang tidak dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1600 m dpl. Kebutuhan akan penyinaran belum dipahami benar. Kebanyakan pisang tumbuh baik di daerah terbuka. Dalam keadaan cuaca berawan, pertumbuhan daun sedikit panjang dan tandanya lebih kecil. Pisang sangat sensitif terhadap angin kencang, yang dapat merobek-robek daun dan merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan hendaknya 200-220 mm, dan kelembaban tanahnya tidak boleh kurang dari 60-70 % dari kapasitas lapangan. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Tanaman pisang toleran terhadap pH 4,5 sampai 7,5 (Rismunandar, 1990).Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan, hal ini lebih disenangi petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya. Bonggol atau potongan bonggolnya juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Sekarang telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui ujung pucuk yang bebas penyakit. Cara ini telah dilaksanakan secara komersial. Penanaman pada umumnya dilakukan pada musim hujan. Bahan perbanyakan biasanya ditanamkan sedalam 30 cm (Suyati, 2004).2.4 UsahataniUsahatani adalah bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah, 2006). Menurut Soekartawi et al. (1986) tujuan berusahatani adalah memaksimalkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan biaya, yaitu bagaimana menekan biaya sekecil mungkin untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Ciri usahatani Indonesia adalah : 1) sempitnya lahan yang dimilik petani, 2) kurangnya modal, 3) terbatasnya pengetahuan petani dan kurang dinamis, dan 4) tingkat pendapatan petani yang rendah.Selanjutnya menurut Soeharjo dan Patong (1973) pengelolaan usahatani bukan hanya mengemukakan tentang cara mendapatkan produksi yang maksimum dari semua cabang usahatani yang diusahakan, akan tetapi juga bagaimana mempertinggi pendapatan dari satu cabang usahatani.Tingkat produksi dan produktivitas usahatani dipengaruhi oleh teknik budidaya, yang meliputi varietas yang digunakan, pola tanam, pemeliharaan, dan penyiangan, pemupukan serta penanganan pasca panen.2.5 Penerimaan UsahataniPendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan pada akhir tahun (Soekartawi et al., 1986). Pendapatan kotor disebut juga dengan penerimaan.2.6 Biaya UsahataniSoekartawi et al. (1986) biaya usahatani meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak, penyusutan alat produksi, bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja.Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja keluarga. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.2.7 Pendapatan UsahataniSelisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani (Soekartawi, et. al., 1986).2.8 Pengertian GAP (Good Agricultural Practices)Dasar hukum penerapan GAP (Good Agricultural Practices) di Indonesia adalah Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.160/11/2006, tanggal 28 November 2006 untuk komoditi buah, sedangkan untuk komoditas sayuran masih dalam proses penerbitan menjadi Permentan. Dengan demikian penerapan GAP oleh pelaku usaha mendapat dukungan legal dari pemerintah pusat maupun daerah.Maksud dari GAP (Good Agricultural Practices) adalah untuk menjadi panduan umum dalam melaksanakan budidaya tanaman buah, sayur, biofarmaka, dan tanaman hias secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan.Tujuan dari penerapan GAP (Good Agricultural Practices) diantaranya; (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas, (2) Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi, (3) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing, (4) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam, (5) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, (6) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, (7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, dan (8) Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya saing.Tahapan kegiatan pelaksanaan penerapan GAP (Good Agricultural Practices) adalah sebagai berikut : (1) sosialisasi GAP, (2) penyusunan dan perbanyakan SOP budidaya, (3) penerapan GAP/SOP budidaya, (4) identifikasi kebun/lahan usaha, (5) penilaian kebun/lahan usaha, (6) kebun/lahan usaha tercatat/teregister, (7) penghargaan kebun/lahan usaha GAP kategori Prima-3, Prima-2 dan Prima-1, dan (8) labelisasi produk prima.Untuk mempercepat penerapan GAP (Good Agricultural Practices) dilakukan hal-hal sebagai berikut : (1) Mendorong terwujudnya Supply Chain Management (SCM), (2) Merubah paradigma pola produksi menjadi market driven, (3) Mendorong peran supermarket, retailer, supplier, dan eksportir untuk mempersyaratkan mutu dan jaminan keamanan pangan pada produk, (4) Penyediaan tenaga pendamping penerapan GAP, (5) Melakukan sinkronisasi dengan program instansi terkait lainnya, (6) Perumusan program bersama instansi terkait lainnya dan melakukan promosi, (7) Target kuantitatif pencapaian kebun GAP tercantum dalam Renstra Departemen Pertanian, (8) Membentuk dan memberdayakan lembaga sertifikasi untuk melakukan sertifikasi kebun dan produk Prima dan (9) Mendorong sosialisasi mekanisme sistem sertifikasi dan perangkatnya.2.9 Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C rasio)Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu pendapatan usahatani merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan (R) untuk setiap biaya (C) yang dikeluarkan (rasio R/C). Rasio R/C ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi.Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C>1) artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1,00. Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil satu (R/C 1Efisien/menguntungkanRekomendasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Efisiensi Usahatani Pisang RajaDesa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih

2.1

2.2 2.3 2.9.1 Penelitian TerdahuluKomoditi hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang mampu memberikan sumber devisa bagi negara untuk kemakmuran masyarakatnya secara menyeluruh. Hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman. Potensi produksi yang besar serta potensi pasar yang baik mengkondisikan buah-buahan sebagai salah satu komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk memasuki pasar domestik maupun internasional. Dengan beragamnya jenis buah unggul khas Indonesia, maka diperlukan pemilihan prioritas pengembangan didasarkan pada berbagai aspek dan pertimbangan yang baik. Salah satu komoditi yang memenuhi kriteria tersebut adalah pisang. Pisang yang termasuk jenis tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Di Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena sekitar 50 persen produksi pisang Asia berasal dari Indonesia (Purwadi, 2009).Dalam melakukan usahatani pisang raja bulu kegiatan yang dilakukan masih terbatas yaitu kegiatan pengolahan lahan, pemupukan, penanaman, penyiangan dan pemeliharaan, dan pemanenan. Dari hasil analisis usahatani pisang raja bulu yang dilakukan, baik oleh petani pemilik maupun petani penggarap di Desa Talaga sudah efisien. Pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal itu dapat dilihat dari besarnya rasio R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total dari responden petani pemilik. Berdasarkan analisis pendapatan, penerimaan dan rasio R per C atas biaya tunai dan atas biaya total, usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata yaitu petani pemilik dan penggarap sudah menguntungkan.Dari sisi tataniaga pisang raja bulu dapat dikatakan sudah efisien. Berdasarkan perhitungan dan analisis tataniaga diketahui terdapat enam saluran tataniaga yang digunakan oleh petani pisang raja bulu yang terdapat di Desa Talaga yaitu saluran A yang terdiri dari (Petani - Pedagang Pengecer Konsumen Akhir), saluran B (Petani - Pedagang Pengumpul Daerah - Pedagang Pengecer - Konsumen Akhir), saluran C (Petani - Pedagang Pengumpul Daerah Pedagang Besar Daerah - Pedagang Pengecer - Konsumen Akhir), saluran D (Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar Daerah-Konsumen Akhir), saluran E1 (Petani - Pengumpul - Pedagang Besar Luar Daerah - Pasar Swalayan (Giant) - Konsumen Akhir) dan saluran E2 (Petani - Pengumpul - Pedagang Besar Luar Daerah- Pasar Swalayan (Carefour)- Konsumen Akhir). Seluruh lembaga yang terlibat dalam penyaluran pisang mulai dari tingkat petani hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan luar daerah, pasar swalayan dan pedagang pengecer (Utami, 2009).Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi pengadaan secara fisik (penyimpanan, pengolahan, pengangkutan) serta fungsi pelancar (sortasi dan grading). Lembaga yang melakukan fungsi pengolahan cenderung memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga tataniaga lainnya. Dalam setiap lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran pisang raja bulu, dilakukan fungsi-fungsi tataniaga yang dapat menambah nilai ekonomi dan nilai jualnya. Dari keenam saluran tataniaga yang diteliti, saluran yang paling efisien bagi petani adalah saluran A, sedangkan saluran yang paling efisien bagi pedagang (lembaga pemasaran) adalah saluran E2.2.9.2 HipotesisBerdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :1. Teknologi yang diterapkan oleh petani pisang pada umumnya masih konvensional2. Terdapat perbedaan tingkat pendapatan dan keuntungan usahatani pisang raja di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih yang melaksanakan GAP dan non GAP. 3. Usahatani pisang raja yang diusahakan dengan GAP dan non GAP terdapat perbedaan tingkat nilai efisiensi .

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Daerah PenelitianKecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra dari tanaman pisang raja yang ada di Kabupaten Sumenep.

3.2 Pengambilan SampelSebagai responden adalah petani pisang raja di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep. Dalam teknik penarikan sampel peneliti menggunakan sampel probilitas dengan metode simple random sampling artinya penarikan sampel secara acak sederhana dimana anggota populasi mempunyai kesempatan sama untuk dipilih menjadi sampel (Malo, 2000)Berdasarkan dari hasil survei awal penelitian ini diketahui jumlah populasi petani pisang raja di Desa Gedang-gedang Kecamatan Batuputih sebanyak 73 orang. Untuk mendapatkan sampel yang menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin (Nugraha, 2007) sebagai berikut :Dimana :n= Ukuran sampel

27N= Ukuran populasie= Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerirDari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidak telitian sebesar 10%, maka dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel sebesar:

Berdasarkan pada pedoman cara pengambilan sampel di atas maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 42 orang. Sedangkan untuk yang melaksanakan GAP sebanyak 50 orang dan yang non GAP. Maka akan di peroleh :Yang melaksanakan GAP = Non GAP = Jadi untuk yang melaksanakan GAP sebanyak 29 orang sedangkan non GAP sebanyak 13 orang.

3.3 Metode Pengumpulan DataCara pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada 2 macam yaitu : 1. Untuk data primer yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan Observasi dan Wawancara. Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati secara langsung terhadap objek penelitian. Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung pada petani, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan adalah yang ada kaitannya dengan penelitian.2. Untuk data sekunder yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil data di buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini dan instansi-instansi terkait.

3.4 Metode Analisis Data Pada penelitian ini analisa data yang dilakukan dengan cara deskriptif analisis dan analisa kuantitatif yang meliputi analisa biaya, analisa keuntungan dan analisa efisiensi3.4.1 Analisa Biaya Untuk mengetahui biaya total (Total Cost) yang digunakan maka terlebih dahulu harus mengetahui biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variable Cost) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : TC = FC + VCDimana : TC = Total Cost (Biaya total)FC = Fixed Cost (Biaya tetap)VC = Variable Cost (Biaya variabel)3.4.2 Analisa Keuntungan Keuntungan suatu usahatani diperoleh dari hasil pengurangan atau selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Dengan rumus sebagai berikut : =TR TCSedangkan untuk memeperoleh jumlah penerimaan jumlah produksi dilakukan dengan harga di tingkat pasar. Dengan rumus sebagai berikut :TR = P X Q Dimana TR = Total review (Total penerimaan)P = Price (Harga)Q = Quantity (Jumlah Produksi) = Keuntungan TC = Total Cost (Total Biaya)

3.4.3 Analisis EfisiensiUntuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usahatani digunakan R / C (Return Cost) yaitu perbandingan penerimaan dengan total biaya digunakan kriteria sebagai berikut : R/C Ratio = Dinana :TR = Total Review (Total penerimaan)TC = Total Cost (total biaya)1. Jika R / C >1 Suatu usaha tani dikatakan efisien 2. Jika R / C = 1 Suatu usahatani dikatakan tidak untung dan tidak rugi 3. Jika R / C < 1 Suatu usahatani dikatakan tidak efisien 3.4.4 Definisi Operasional1. Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang dibutuhkan kepada produksi di lapangan pertanian atau sebidang tanah yang dikelola seorang petani, petani dan keluarganya atau badan usaha lainnya untuk bercocok tanam atau memelihara tanah.2. Usahatani pisang raja merupakan kegiatan petani pisang raja yang meliputi penanaman, pemeliharaan sampai dengan pemanenan.3. Luas lahan adalah suatu luas areal tanaman yang dikelola oleh petani dilokasi tertentu.4. Biaya total adalah merupakan biaya keseluruhan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dilakukan petani pada suatu dekade tanam.5. Penerimaan adalah suatu perkalian antara jumlah hasil produksi dengan harga ditingkat pasar.6. Keuntungan adalah merupakan selisih antara jumlah penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani.7. Kerja adalah suatu kegiatan yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan atau mencapai sesuatu yang dikehendaki yang mempunyai ruang lingkup luas yaitu kegiatan apa saja didalam maupun di luar rumah.8. Aktivitas kerja yang dimaksud adalah keseragaman dan alokasi waktu yang dicurahkan untuk aktifitas tersebut.9. Efisiesi adalah layak atau tidaknya suatu usaha yang diukur dari penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan.

1