bakteri pada ikan dan hasil laut

7
Bakteri pada Ikan dan Hasil Laut IKAN Bakteri patogen pada ikan terdiri atas : 1. Gram negatif Vibrio anguillarum, V.ordalii, V.salmonicida, V.alginolyticus, damsela, V.cholera (non O1), V.vulnificus, Aermonas salmonicida, subsp salmonicida, subsp achromogenes, subsp masoucida, A. hydrophila, Pasteurella piscicida, Providencia ruttgeri, Edwardsiella tarda, E.ictaluri, Serratia plymuthica, Yersinia ruckeri, Acinetobacter, Pseudomonas anguillispetica, P. chlororaphis, fluorescens, Flexibacter psychrophilus, F. columnaris, F. maritimus, Flavobacterium branchiophila, Richettsiales, Renibacterium salmoninarum, Eubacterium tarrantelus, Carnobacterium piscicola, Vagococcus salmoninarum. 2. Gram positif Lactococcus piscium, Staphilococcus sp. Streptococcus sp. Streptoverticilium, Clostridium botulinum. 3. Acid fast patogen Mycobcaterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei, Nocardia asteroids, N. Seriolae. Bakteri yang sering ditemui pada ikan antara lain : 1. Aeromonas hydrophila Aeromonas hydrophila adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan diameter 0,3–1μm dan panjang 13,5μm, tanpa fase spora, biasanya tidak mempunyai kapsul, tumbuh optimum pada 28 o C tetapi dapat tumbuh pada suhu ekstrim (4 o C dan 37 o C). Sifatnya yang metropolitan di lingkungan perairan memungkinkan terjadinya kontak pada ikan dan amfibi, dan bahkan memasuki hewan tersebut. Kontak tersebut dapat menyebabkan infeksi tergantung pada spesiesnya dan tingkat virulennya (Floyd, 2002). Kris Cahyo Mulyatno ITD UA Kris Cahyo Mulyatno ITD UA

Upload: dam-hapratta-weheb-leha

Post on 27-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

bakteri

TRANSCRIPT

Page 1: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

Bakteri pada Ikan dan Hasil Laut IKAN

Bakteri patogen pada ikan terdiri atas :

1. Gram negatif

Vibrio anguillarum, V.ordalii, V.salmonicida, V.alginolyticus, damsela, V.cholera

(non O1), V.vulnificus, Aermonas salmonicida, subsp salmonicida, subsp

achromogenes, subsp masoucida, A. hydrophila, Pasteurella piscicida,

Providencia ruttgeri, Edwardsiella tarda, E.ictaluri, Serratia plymuthica, Yersinia

ruckeri, Acinetobacter, Pseudomonas anguillispetica, P. chlororaphis,

fluorescens, Flexibacter psychrophilus, F. columnaris, F. maritimus,

Flavobacterium branchiophila, Richettsiales, Renibacterium salmoninarum,

Eubacterium tarrantelus, Carnobacterium piscicola, Vagococcus salmoninarum.

2. Gram positif

Lactococcus piscium, Staphilococcus sp. Streptococcus sp. Streptoverticilium,

Clostridium botulinum.

3. Acid fast patogen

Mycobcaterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei, Nocardia asteroids, N.

Seriolae.

Bakteri yang sering ditemui pada ikan antara lain :

1. Aeromonas hydrophila

Aeromonas hydrophila adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan

diameter 0,3–1μm dan panjang 1–3,5μm, tanpa fase spora, biasanya tidak

mempunyai kapsul, tumbuh optimum pada 28oC tetapi dapat tumbuh pada suhu

ekstrim (4oC dan 37oC). Sifatnya yang metropolitan di lingkungan perairan

memungkinkan terjadinya kontak pada ikan dan amfibi, dan bahkan memasuki

hewan tersebut. Kontak tersebut dapat menyebabkan infeksi tergantung pada

spesiesnya dan tingkat virulennya (Floyd, 2002).

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA

Page 2: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di

seluruh dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang

berbeda tentang peran yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai ikan

patogen. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai

penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan

bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar

(Hayes, 2000).

a. Serangan pada Ikan

A. hydrophila telah dihubungkan dengan beberapa penyakit pada ikan, termasuk

busuk ekor, busuk sirip, dan haemorrahagic septicaemia. Haemorrahagic

septicaemia ditandai oleh adanya luka kecil pada permukaan, sering mengarah

pada pengelupasan sisik, pendarahan pada insang dan dubur, borok, bisul,

exophthalmia (mata membengkak), dan pembengkakan perut. Pada bagian

dalam, dimungkinkan adanya cairan ascitic di dalam rongga peritoneal,

kekurangan darah merah, dan pembengkakan ginjal dan hati (Miyazaki dan

Kage, 1985).

Agen etiologik dipindahkan secara horisontal (antar binatang selain dari induk

dan keturunan) tetapi tidak secara vertikal (dari induk ke keturunan). Bakteri

memperbanyak diri di dalam usus, menyebabkan suatu radang haemorrhagic

mucuous-desquamative (pengeluaran lendir berlebihan). Metabolit beracun A.

hydrophila diserap dari usus dan menginduksi keracunan. Pendarahan pada

kapiler terjadi di permukaan sirip dan di submukosa perut. Sel hepatik dan epitel

dari tubulus ginjal menunjukkan adanya degenerasi. Glomeruli dihancurkan dan

jaringan menjadi berdarah, dengan eksudat dari serum dan fibrin (Miyazaki dan

Jo, 1985).

Aeromonas menghasilkan banyak produk yang bersifat toksik bagi sel-sel lain.

Beberapa dilepaskan dari sel aktif dalam bentuk terlarut, sedang yang lain tetap

berasosiasi dengan permukaan sel, dan yang lainnya dilepaskan saat kematian

sel. Tiga protein ekstraselular Aeromonas yang diketahui berkaitan dengan

patogenitas telah dikloning, disekuen, dan dikarakterisasi secara biokimia.

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA

Page 3: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

Protein tersebut yaitu aerolysin, GCAT (Glycerophospholipid Cholesterol

Acyltransferase), dan serin protease (Rodriguez et al., 1992).

Penjangkitan penyakit biasanya berhubungan dengan perubahan kondisi

lingkungan. Stres, overcrowding (populasinya padat), suhu tinggi, perubahan

suhu secara mendadak, penanganan yang kasar, transfer ikan, rendahnya

oksigen terlarut, rendahnya persediaan makanan, dan infeksi fungi atau parasit,

berpengaruh pada perubahan fisiologis dan menambah kerentanan terhadap

infeksi.

b. Serangan pada Manusia

Bakteraemia (bakteria di darah) adalah wujud patogenik paling umum

Aeromonas pada manusia. Gejala ringan berupa demam dan kedinginan, tapi

pada pasien yang sudah terinfeksi berat (infeksi bakteri yang berlebihan) sering

menampakkan gejala sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.

Tidak seperti gastroenteritis, infeksi Aeromonas bisa bersifat fatal atau berakibat

kelemahan yang serius, seperti amputasi. Luka akibat Aeromonas dibagi menjadi

tiga kategori berdasarkan kerusakan yang disebabkan yaitu selulitis,

mionekrosis, dan ecthyma gangrenosum. Selulitis, luka akibat infeksi Aeromonas

yang paling sering ditemukan, merupakan radang akut jaringan subkutaneus

yang dicirikan dengan kemerahan dan indurasi yang dapat timbul dari luka atau

sebagai akibat sampingan dari sepsis (Musher, 1980). Mionekrosis dan ecthyma,

jenis infeksi Aeromonas yang jarang terlihat, khas ditemukan pada pasien yang

rentan terinfeksi. Mionekrosis atau luka yang mudah meningkat dicirikan dengan

pencairan otot dengan penghitaman jaringan yang mungkin berkelemayuh

dengan pembentukan gas. Pasien ini membutuhkan terapi antimikrobial dan

pemulihan, pasien yang gagal merespon upaya tersebut dapat berakibat

amputasi (Haburchak, 1996).

2. Vibrio Sp.

Vibrio sp. mempunyai sifat-sifat umum yaitu berbentuk batang yang bengkok,

mempunyai satu batang cambuk yang yang terletak pada salah satu ujung

batangnya. Kontaminasi bakteri ini pada manusia dapat terjadi bila

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA

Page 4: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

mengkontaminasi makanan dan hasil-hasil laut, akibat penanganan dan

perlakuan yang keliru. Vibrio sp. dapat mengakibatkan gastroenteritis dengan

gejala umum yaitu diare encer dan seringkali berdarah, muntah, mual, demam

dan kram perut.

Beberapa jenis Vibrio yang bersifat patogen yaitu dengan mengeluarkan toksin

ganas dan seringkali mengakibatkan kematian pada manusia dan hewan. Vibrio

cholera yang bersal dari darat atau air tawar, sudah dikenal sebagai penyebab

penyakitmuntah berak diIndonesia (Thayib, 1977). Jenis Vibrio yang bersifat

pada ikan dan invertebrata laut adalah Vibrio alginolyticus, V. damsela, V.

charchariae, V.anguilarum, V. ordalli, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus,

V. parahaemolyticus, V. pelagia, V. splendida, V. fischeri dan V. Harveyi.

3. Salmonella dan Shigella

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui

makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella

menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Salmonella adalah suatu genus

bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,

paratifus, dan penyakit foodborne.[1] Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak

bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.

Ikan laut yang terserang bakteri Salmonella biasanya berlendir, nafsu makan

turun, terdapat bercak-bercak pada tubuhnya, biasanya berwarna merah.

Apabila ikan yang tercemar salmonella dikonsumsi akan mengakibatkan diare,

keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan

yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit

kepala, mual dan muntah-muntah.

Shigella merupakan bakteri gram negatif, bersifat fakultatif anaerob tapi paling

baik tumbuh secara aerob. Organisme Shigella adalah batang pendek, koloninya

koveks, bulat transparan, tidak membentuk spora. Pertumbuhan optimum terjadi

pada suhu 37oC dalam keadaan aerobik. Shigella termasuk bakteri patogen di

usus manusia dan primata penyebab shigella (disentri basher). Tanda-tanda ikan

yang terkenal bakteri Shigella biasanya tidak terlihat, namun dapat dilihat dari

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA

Page 5: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

gerakan ikan yang kurang lincah, sisik ikan terlepas dan pengapuran pada

bagian mata.

Mengkonsumsi ikan laut yang tercemar bakteri tersebut akan mengakibatkan

gejala muntah, nyeri usus dan keram. Pada kasus yang lebih parah kotoran

mengandung darah dan lendir (disenteri) sebagai akibat adanya ulserasi pada

mukosa usus. Gejalanya mulai 1-3 hari setelah terinfeksi dan kejadian penyakit

ini biasanya berlangsung 4-7 hari, tetapi ada kalanya dapat berlangsung lebih

lama. Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), ada serangan tiba-tiba

berupa sakit perut, demam dan diare cair.

4. Streptococcus

Bakteri dari genus Streptococcus ini kadang-kadang menyebabkan penyakit

pada ikan laut yang dibudidayakan, seperti ikan kerapu merah dan ikan

beronang. Tanda-tanda dari infeksi penyakit ini biasanya tidak jelas, namun ikan

terkadang terlihat lesu, tidak sehat, berenang tidak teratur dan pendarahan pada

cornea. Biasanya penyakit ini diamati lewat pemerikasaan laboratorium.

Efek keracunan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi ikan yang

terkontaminasi bakteri streptococcus biasanya ringan berupa pusing dan sedikit

mual. Namun gejala ini bisa hilang begitu saja.

Udang

Pada udang ditemukan bakteri dari spesies Bacillus, Micrococcus,

Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes dan Proteus. Udang laut tropis

banyak mengandung bakteri Gram positif yang bersifat mesofilik, sedangkan

udang laut dingin mayoritas mengandung mikroflora Gram negatif yang bersifat

psikrofilik seperti Pseudomonas, Moraxella, Acinobacter, Alkaligenes,

Shewanella dan Flavobacterium.

Secara umum penyakit ataupun kasus keracunan karena mengkonsumsi udang

disebabkan karena kontaminasi satu atau lebih mikroba:

Patogen alami khususnya C.botulinum tipe E, V.cholerae. V.parahaemolyticus

dan V.vulvinicus.

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA

Page 6: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

Patogen dari lingkungan air akibat buangan limbah manusia atau limbah

rumah tangga seperti: C.perfringens, Staphylococcus, Erysipelotrix,

Edwardsiella, Salmonella, Shigella, Francissella dan beberapa spesies Vibrio

Koliform atau koliform fekal yang berasal dari pekerja, seperti E.coli,

Staphylococcus, Listeria monocytogenes dan Salmonella.

E.coli : diare yang disertai dengan darah, mual, muntah, deman, dingin, sakit

kepala dan sakit otot.

Salmonella : mual,, sakit perut, sakit kepala, kedinginan dan diare

Listeria monocytogenes : gejala sakit perut ringan

Kepiting

Kepiting dikumpulkan dekat Pulau Kodiak, Alaska, mengandung tingkat yang

lebih tinggi dari bakteri dibandingkan kepiting dikumpulkan jauh dari wilayah

tempat tinggal manusia. Bakteri yang terkait dengan kepiting dikumpulkan dekat

Kodiak termasuk Enterocolitica yersinia, Klebsiella pneumoniae, dan koagulase-

negatif aureus spesies; patogenisitas isolat ini telah didemonstrasikan pada tikus.

Mikrokosmos penelitian menunjukkan bahwa populasi bakteri tertentu, misalnya,

Vibrio cholera, bisa bioaccumulated pada jaringan insang kepiting.

Selain itu juga, terdapat bakteri Listeria monocytogenes, organisme yang dapat

menyebabkan infeksi serius dan kadang-kadang fatal pada anak-anak, orang

lemah atau tua dan orang lain dengan sistem kekebalan yang lemah.

Rumput Laut

Berdasarkan hasil uji secara morfologi dan biokimia dari isolat bakteri pada

rumput laut, didapatkan 4 jenis bakteri yang termasuk dalam golongan bakteri

gram negatif yaitu Chromobacterium, Acinetobacter (dominan), Flavocytofaga,

Vibrio. Bakteri tersebut juga didapatkan pada air laut, sehingga ada

kecenderungan bahwa bakteri yang terdapat pada air laut menginfeksi rumput

laut yang luka sehingga menyebabkan penyakit.

1. Chromobacterium violaceum

Chromobacterium violaceum adalah bakteri fakultatif anaerob, gram-negatif

dan berbentuk batang serta berpigmen ungu. Bakteri ini umumnya ditemukan

di daerah beriklim tropis dan subtropis, pada air dan tanah juga pada manusia

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA

Page 7: Bakteri Pada Ikan Dan Hasil Laut

dan hewan (bila terjadi infeksi). Bakteri ini merupakan satu-satunya spesies

Chromobacterium yang bersifat patogen pada manusia.

2. Acinetobacter baumannii

Acinetobacter baumannii adalah bakteri gram-negatif yang dapat

menyebabkan infeksi nosokomial pada manusia. Bakteri ini dapat tumbuh

pada suhu 44°C, menggunakan berbagai jenis karbohidrat sebagai sumber

nutrisi, dan mampu melekat pada sel epitelial manusia. Karakteristik dari

bakteri ini adalah aerobik, berbentuk koko-basil, dan dapat dengan cepat

tahan (resisten) terhadap berbagai antibiotik. Acinetobacter baumannii juga

diketahui tahan (reisten) terhadap sabun dan antiseptik konvensional sehingga

kontaminasi koloni bakteri ini pada tangan petugas kesehatan mudah terjadi.

Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA