bakteri pada ikan dan hasil laut
DESCRIPTION
bakteriTRANSCRIPT
Bakteri pada Ikan dan Hasil Laut IKAN
Bakteri patogen pada ikan terdiri atas :
1. Gram negatif
Vibrio anguillarum, V.ordalii, V.salmonicida, V.alginolyticus, damsela, V.cholera
(non O1), V.vulnificus, Aermonas salmonicida, subsp salmonicida, subsp
achromogenes, subsp masoucida, A. hydrophila, Pasteurella piscicida,
Providencia ruttgeri, Edwardsiella tarda, E.ictaluri, Serratia plymuthica, Yersinia
ruckeri, Acinetobacter, Pseudomonas anguillispetica, P. chlororaphis,
fluorescens, Flexibacter psychrophilus, F. columnaris, F. maritimus,
Flavobacterium branchiophila, Richettsiales, Renibacterium salmoninarum,
Eubacterium tarrantelus, Carnobacterium piscicola, Vagococcus salmoninarum.
2. Gram positif
Lactococcus piscium, Staphilococcus sp. Streptococcus sp. Streptoverticilium,
Clostridium botulinum.
3. Acid fast patogen
Mycobcaterium marinum, M. fortuitum, M. chelonei, Nocardia asteroids, N.
Seriolae.
Bakteri yang sering ditemui pada ikan antara lain :
1. Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan
diameter 0,3–1μm dan panjang 1–3,5μm, tanpa fase spora, biasanya tidak
mempunyai kapsul, tumbuh optimum pada 28oC tetapi dapat tumbuh pada suhu
ekstrim (4oC dan 37oC). Sifatnya yang metropolitan di lingkungan perairan
memungkinkan terjadinya kontak pada ikan dan amfibi, dan bahkan memasuki
hewan tersebut. Kontak tersebut dapat menyebabkan infeksi tergantung pada
spesiesnya dan tingkat virulennya (Floyd, 2002).
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA
Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di
seluruh dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang
berbeda tentang peran yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai ikan
patogen. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai
penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan
bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar
(Hayes, 2000).
a. Serangan pada Ikan
A. hydrophila telah dihubungkan dengan beberapa penyakit pada ikan, termasuk
busuk ekor, busuk sirip, dan haemorrahagic septicaemia. Haemorrahagic
septicaemia ditandai oleh adanya luka kecil pada permukaan, sering mengarah
pada pengelupasan sisik, pendarahan pada insang dan dubur, borok, bisul,
exophthalmia (mata membengkak), dan pembengkakan perut. Pada bagian
dalam, dimungkinkan adanya cairan ascitic di dalam rongga peritoneal,
kekurangan darah merah, dan pembengkakan ginjal dan hati (Miyazaki dan
Kage, 1985).
Agen etiologik dipindahkan secara horisontal (antar binatang selain dari induk
dan keturunan) tetapi tidak secara vertikal (dari induk ke keturunan). Bakteri
memperbanyak diri di dalam usus, menyebabkan suatu radang haemorrhagic
mucuous-desquamative (pengeluaran lendir berlebihan). Metabolit beracun A.
hydrophila diserap dari usus dan menginduksi keracunan. Pendarahan pada
kapiler terjadi di permukaan sirip dan di submukosa perut. Sel hepatik dan epitel
dari tubulus ginjal menunjukkan adanya degenerasi. Glomeruli dihancurkan dan
jaringan menjadi berdarah, dengan eksudat dari serum dan fibrin (Miyazaki dan
Jo, 1985).
Aeromonas menghasilkan banyak produk yang bersifat toksik bagi sel-sel lain.
Beberapa dilepaskan dari sel aktif dalam bentuk terlarut, sedang yang lain tetap
berasosiasi dengan permukaan sel, dan yang lainnya dilepaskan saat kematian
sel. Tiga protein ekstraselular Aeromonas yang diketahui berkaitan dengan
patogenitas telah dikloning, disekuen, dan dikarakterisasi secara biokimia.
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA
Protein tersebut yaitu aerolysin, GCAT (Glycerophospholipid Cholesterol
Acyltransferase), dan serin protease (Rodriguez et al., 1992).
Penjangkitan penyakit biasanya berhubungan dengan perubahan kondisi
lingkungan. Stres, overcrowding (populasinya padat), suhu tinggi, perubahan
suhu secara mendadak, penanganan yang kasar, transfer ikan, rendahnya
oksigen terlarut, rendahnya persediaan makanan, dan infeksi fungi atau parasit,
berpengaruh pada perubahan fisiologis dan menambah kerentanan terhadap
infeksi.
b. Serangan pada Manusia
Bakteraemia (bakteria di darah) adalah wujud patogenik paling umum
Aeromonas pada manusia. Gejala ringan berupa demam dan kedinginan, tapi
pada pasien yang sudah terinfeksi berat (infeksi bakteri yang berlebihan) sering
menampakkan gejala sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.
Tidak seperti gastroenteritis, infeksi Aeromonas bisa bersifat fatal atau berakibat
kelemahan yang serius, seperti amputasi. Luka akibat Aeromonas dibagi menjadi
tiga kategori berdasarkan kerusakan yang disebabkan yaitu selulitis,
mionekrosis, dan ecthyma gangrenosum. Selulitis, luka akibat infeksi Aeromonas
yang paling sering ditemukan, merupakan radang akut jaringan subkutaneus
yang dicirikan dengan kemerahan dan indurasi yang dapat timbul dari luka atau
sebagai akibat sampingan dari sepsis (Musher, 1980). Mionekrosis dan ecthyma,
jenis infeksi Aeromonas yang jarang terlihat, khas ditemukan pada pasien yang
rentan terinfeksi. Mionekrosis atau luka yang mudah meningkat dicirikan dengan
pencairan otot dengan penghitaman jaringan yang mungkin berkelemayuh
dengan pembentukan gas. Pasien ini membutuhkan terapi antimikrobial dan
pemulihan, pasien yang gagal merespon upaya tersebut dapat berakibat
amputasi (Haburchak, 1996).
2. Vibrio Sp.
Vibrio sp. mempunyai sifat-sifat umum yaitu berbentuk batang yang bengkok,
mempunyai satu batang cambuk yang yang terletak pada salah satu ujung
batangnya. Kontaminasi bakteri ini pada manusia dapat terjadi bila
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA
mengkontaminasi makanan dan hasil-hasil laut, akibat penanganan dan
perlakuan yang keliru. Vibrio sp. dapat mengakibatkan gastroenteritis dengan
gejala umum yaitu diare encer dan seringkali berdarah, muntah, mual, demam
dan kram perut.
Beberapa jenis Vibrio yang bersifat patogen yaitu dengan mengeluarkan toksin
ganas dan seringkali mengakibatkan kematian pada manusia dan hewan. Vibrio
cholera yang bersal dari darat atau air tawar, sudah dikenal sebagai penyebab
penyakitmuntah berak diIndonesia (Thayib, 1977). Jenis Vibrio yang bersifat
pada ikan dan invertebrata laut adalah Vibrio alginolyticus, V. damsela, V.
charchariae, V.anguilarum, V. ordalli, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus,
V. parahaemolyticus, V. pelagia, V. splendida, V. fischeri dan V. Harveyi.
3. Salmonella dan Shigella
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Salmonella adalah suatu genus
bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodborne.[1] Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak
bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.
Ikan laut yang terserang bakteri Salmonella biasanya berlendir, nafsu makan
turun, terdapat bercak-bercak pada tubuhnya, biasanya berwarna merah.
Apabila ikan yang tercemar salmonella dikonsumsi akan mengakibatkan diare,
keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan
yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit
kepala, mual dan muntah-muntah.
Shigella merupakan bakteri gram negatif, bersifat fakultatif anaerob tapi paling
baik tumbuh secara aerob. Organisme Shigella adalah batang pendek, koloninya
koveks, bulat transparan, tidak membentuk spora. Pertumbuhan optimum terjadi
pada suhu 37oC dalam keadaan aerobik. Shigella termasuk bakteri patogen di
usus manusia dan primata penyebab shigella (disentri basher). Tanda-tanda ikan
yang terkenal bakteri Shigella biasanya tidak terlihat, namun dapat dilihat dari
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA
gerakan ikan yang kurang lincah, sisik ikan terlepas dan pengapuran pada
bagian mata.
Mengkonsumsi ikan laut yang tercemar bakteri tersebut akan mengakibatkan
gejala muntah, nyeri usus dan keram. Pada kasus yang lebih parah kotoran
mengandung darah dan lendir (disenteri) sebagai akibat adanya ulserasi pada
mukosa usus. Gejalanya mulai 1-3 hari setelah terinfeksi dan kejadian penyakit
ini biasanya berlangsung 4-7 hari, tetapi ada kalanya dapat berlangsung lebih
lama. Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), ada serangan tiba-tiba
berupa sakit perut, demam dan diare cair.
4. Streptococcus
Bakteri dari genus Streptococcus ini kadang-kadang menyebabkan penyakit
pada ikan laut yang dibudidayakan, seperti ikan kerapu merah dan ikan
beronang. Tanda-tanda dari infeksi penyakit ini biasanya tidak jelas, namun ikan
terkadang terlihat lesu, tidak sehat, berenang tidak teratur dan pendarahan pada
cornea. Biasanya penyakit ini diamati lewat pemerikasaan laboratorium.
Efek keracunan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi bakteri streptococcus biasanya ringan berupa pusing dan sedikit
mual. Namun gejala ini bisa hilang begitu saja.
Udang
Pada udang ditemukan bakteri dari spesies Bacillus, Micrococcus,
Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes dan Proteus. Udang laut tropis
banyak mengandung bakteri Gram positif yang bersifat mesofilik, sedangkan
udang laut dingin mayoritas mengandung mikroflora Gram negatif yang bersifat
psikrofilik seperti Pseudomonas, Moraxella, Acinobacter, Alkaligenes,
Shewanella dan Flavobacterium.
Secara umum penyakit ataupun kasus keracunan karena mengkonsumsi udang
disebabkan karena kontaminasi satu atau lebih mikroba:
Patogen alami khususnya C.botulinum tipe E, V.cholerae. V.parahaemolyticus
dan V.vulvinicus.
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA
Patogen dari lingkungan air akibat buangan limbah manusia atau limbah
rumah tangga seperti: C.perfringens, Staphylococcus, Erysipelotrix,
Edwardsiella, Salmonella, Shigella, Francissella dan beberapa spesies Vibrio
Koliform atau koliform fekal yang berasal dari pekerja, seperti E.coli,
Staphylococcus, Listeria monocytogenes dan Salmonella.
E.coli : diare yang disertai dengan darah, mual, muntah, deman, dingin, sakit
kepala dan sakit otot.
Salmonella : mual,, sakit perut, sakit kepala, kedinginan dan diare
Listeria monocytogenes : gejala sakit perut ringan
Kepiting
Kepiting dikumpulkan dekat Pulau Kodiak, Alaska, mengandung tingkat yang
lebih tinggi dari bakteri dibandingkan kepiting dikumpulkan jauh dari wilayah
tempat tinggal manusia. Bakteri yang terkait dengan kepiting dikumpulkan dekat
Kodiak termasuk Enterocolitica yersinia, Klebsiella pneumoniae, dan koagulase-
negatif aureus spesies; patogenisitas isolat ini telah didemonstrasikan pada tikus.
Mikrokosmos penelitian menunjukkan bahwa populasi bakteri tertentu, misalnya,
Vibrio cholera, bisa bioaccumulated pada jaringan insang kepiting.
Selain itu juga, terdapat bakteri Listeria monocytogenes, organisme yang dapat
menyebabkan infeksi serius dan kadang-kadang fatal pada anak-anak, orang
lemah atau tua dan orang lain dengan sistem kekebalan yang lemah.
Rumput Laut
Berdasarkan hasil uji secara morfologi dan biokimia dari isolat bakteri pada
rumput laut, didapatkan 4 jenis bakteri yang termasuk dalam golongan bakteri
gram negatif yaitu Chromobacterium, Acinetobacter (dominan), Flavocytofaga,
Vibrio. Bakteri tersebut juga didapatkan pada air laut, sehingga ada
kecenderungan bahwa bakteri yang terdapat pada air laut menginfeksi rumput
laut yang luka sehingga menyebabkan penyakit.
1. Chromobacterium violaceum
Chromobacterium violaceum adalah bakteri fakultatif anaerob, gram-negatif
dan berbentuk batang serta berpigmen ungu. Bakteri ini umumnya ditemukan
di daerah beriklim tropis dan subtropis, pada air dan tanah juga pada manusia
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA
dan hewan (bila terjadi infeksi). Bakteri ini merupakan satu-satunya spesies
Chromobacterium yang bersifat patogen pada manusia.
2. Acinetobacter baumannii
Acinetobacter baumannii adalah bakteri gram-negatif yang dapat
menyebabkan infeksi nosokomial pada manusia. Bakteri ini dapat tumbuh
pada suhu 44°C, menggunakan berbagai jenis karbohidrat sebagai sumber
nutrisi, dan mampu melekat pada sel epitelial manusia. Karakteristik dari
bakteri ini adalah aerobik, berbentuk koko-basil, dan dapat dengan cepat
tahan (resisten) terhadap berbagai antibiotik. Acinetobacter baumannii juga
diketahui tahan (reisten) terhadap sabun dan antiseptik konvensional sehingga
kontaminasi koloni bakteri ini pada tangan petugas kesehatan mudah terjadi.
Kris Cahyo Mulyatno ITD UAKris Cahyo Mulyatno ITD UA