basalioma wajah

20
BASALIOMA WAJAH I. PENDAHULUAN Basalioma atau yang dikenal juga sebagai karsinoma sel basal adalah keganasan pada kulit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia, meliputi lebih dari 75% kanker kulit di Amerika Serikat. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang lapisan basal. Insidens basalioma berbanding lurus dengan umur dan berbanding terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Etiologinya mungkin multifaktorial, tetapi paparan terhadap cahaya matahari memegang peran penting. Sekitar 80% dari basalioma terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari seperti wajah, kepala, dan leher. Basalioma biasanya lambat berkembang dan jarang bermetastasis, tetapi dapat menyebabkan destruksi local yang signifikan secara klinis jika diabaikan atau diterapi secara tidak adekuat. Prognosis baik dengan terapi yang sesuai .(1,2,3,4) II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI 1

Upload: ahmad-rizqia

Post on 16-Feb-2016

251 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bedah

TRANSCRIPT

Page 1: BASALIOMA WAJAH

BASALIOMA WAJAH

I. PENDAHULUAN

Basalioma atau yang dikenal juga sebagai karsinoma sel basal adalah

keganasan pada kulit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia, meliputi

lebih dari 75% kanker kulit di Amerika Serikat. Berasal dari sel-sel epidermis

sepanjang lapisan basal. Insidens basalioma berbanding lurus dengan umur dan

berbanding terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Etiologinya

mungkin multifaktorial, tetapi paparan terhadap cahaya matahari memegang

peran penting. Sekitar 80% dari basalioma terjadi pada daerah terbuka yang

biasanya terpapar sinar matahari seperti wajah, kepala, dan leher. Basalioma

biasanya lambat berkembang dan jarang bermetastasis, tetapi dapat

menyebabkan destruksi local yang signifikan secara klinis jika diabaikan atau

diterapi secara tidak adekuat. Prognosis baik dengan terapi yang sesuai.(1,2,3,4)

II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, insidens tahunan adalah 900.000 kasus (550.000

pada laki-laki dan 350.000 pada perempuan). Insidens per 100.000 individu

berkulit putih adalah 475 kasus pada laki-laki dan 250 kasus pada perempuan.

Resiko terkena basalioma sepanjang hidup pada populasi kulit putih adalah 33-

39% pada laki-laki dan 23-28% pada perempuan. Basalioma dapat terjadi pada

umur berapapun tetapi umumnya terjadi setelah umur 40 tahun. Insidens

tertinggi terjadi pada orang dengan kulit cerah, jarang terjadi pada orang

berkulit gelap. Rasio laki-laki dan perempuan untuk basalioma adalah 3 : 2.(1,2,3)

1

Page 2: BASALIOMA WAJAH

III. ANATOMI KULIT

Kulit terdiri dari dua lapisan dasar yaitu epidermis dan dermis.

Epidermis merupakan bagian terluar yang mengandung empat tipe sel utama:

keratinosit, melanosit, sel Langerhans, sel Merkel. Epidermis ini terbagi

menjadi lima lapisan: stratum korneum, stratum lucidium, stratum granulosum,

stratum spinosum, dan stratum basale. Dermis lebih tebal daripada epidermis

dan kaya akan elemen nonseluler jaringan konektif berupa kolagen, elastin, dan

substansi dasar lainnya. Saraf, pembuluh darah, limfatik, serat otot,

pilosebaseus, dan unit apokrin dan ekrin terdapat pada dermis.(1)

Gambar 1. Penampang anatomi kulit. Dikutip dari kepustakaan 6

IV. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI(1,2,3,5)

2

Page 3: BASALIOMA WAJAH

a. Radiasi dan sinar ultraviolet

Paparan kronik terhadap sinar matahari merupakan penyebab paling sering

dari basalioma. Radiasi sinar UV gelombang pendek (290-320 nm)

dipercaya memainkan peran penting dalam pembentukan basalioma

daripada radiasi sinar UV gelombang pendek (320-400 nm).

b. Radiasi sinar X juga berhubungan dengan terjadinya basalioma.

c. Terpapar arsen, bahan kimia yang bersifat karsinogenik baik dari makanan

maupun dari pekerjaan dari pekerjaan yang berhubungan dengan

perkembangan basalioma.

d. Keadaan immunosupresi, berhubungan dengan peningkatan resiko

basalioma.

e. Xeroderma pigmentosum. Merupakan penyakit autosomal resesif, berawal

dari perubahan pigmen kemudian berkembang menjadi basalioma,

karsinoma sel squamous, dan melanoma maligna.

f. Sindrom BCC nevoid (sindrom Gorlin). Penyakit autosomal domonan yang

terjadi pada umur muda dengan multipel basalioma. Odontogenik keratosit,

palmoplantar pitting, kalsifikasi intracranial, dan anomaly tulang iga dapat

ditemui.

g. Sindrom Bazex. Merupakan penyakit genetik kromosom x-linked dominan

yang ditandai dengan atropoderma, multipel basalioma, anhidrosis lokal,

dan kongenital hipotrikosis.

h. Iritasi kronik atau ulserasi.

i. Riwayat kanker kulit non melanoma sebelumnya meningkatkan resiko

seseorang terkena kanker kulit.

3

Page 4: BASALIOMA WAJAH

V. PATOGENESIS

Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah

menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis atau lapisan

folikular. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan membentuk kelenjar

sebasea dan kelenjar apokrin. Tumor tumbuh dari epidermis dan muncul

dibagian luar selubung akar rambut, khususnya dari stem sel folikel rambut,

tepat dibawah duktus glandula sebasea. Sinar UV menginduksi mutasi pada gen

supresor tumor p53, yang terletak pada kromosom 17p. Sebagai tambahan,

mutasi gen supresor tumor pada pita 9q22 yang menyebabkan sindrom nevoid

basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan timbulnya

basalioma secara dini.(3,5)

VI. GAMBARAN KLINIS

Predileksi basalioma terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat

nasolabial, periorbital) dan leher. Gambaran klasik basalioma memiliki tepi

yang meninggi dan daerah tengah yang mengkilap seperti mutiara dengan

telangiektasis. Dapat nampak bersisik dengan daerah atrofi atau parut akibat

inflamasi kronik basalioma diklasifikasikan menjadi subtipe yang

menggambarkan apakah basalioma tersebut agresif atau tidak.(1)

1. Nodular

Bentuk ini paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi

tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi,

4

Page 5: BASALIOMA WAJAH

dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil,

transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm dengan tepi

meninggi. Permukannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya

telangiektasia dan kadang-kadang dengan squama yang halus atau krusta

yang tipis. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi

menjadi cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus rodens dengan

destruksi jaringan disekitarnya. Dengan trauma ringan atau bila krusta

diangkat, mudah terjadi perdarahan.(3,7)

Gambar 2. Basalioma tipe nodular. Dikutip dari kepustakaan 7

2. Berpigmen

5

Page 6: BASALIOMA WAJAH

Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodular. Bedanya,pada jenis ini

berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen, yang secara

klinis dapat menyerupai melanoma.(3,7)

Gambar 3. Basalioma tipe berpigmen. Dikutip dari kepustakaan 7

3. Morfea/ Fibrosing/ sklerosing

Merupakan tipe basalioma agresif dan biasanya terjadi pada kepala dan

leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih

kekuningan dengan batas tidak jelas.(3,7)

Gambar 4. Basalioma tipe morfea. Dikutip dari kepustakaan 7

4. Superfisial

6

Page 7: BASALIOMA WAJAH

Lesi biasanya multipel, mengenai badan, dan sedikit kemungkinan untuk

invasive. Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai

berpigmen terang, berbentuk oval ampai irregular dengan tepi berbatas

tegas, sedikit meninggi.(3,7)

Gambar 5. Basalioma tipe superficial. Dikutip dari kepustakaan 7

VII. STADIUM DAN KLASIFIKASI

Klasifikasi TNM digunakan sebagai system klasifikasi pada tumor

ganas kulit non melanoma. Klasifikasi TNM tumor ganas kulit (kecuali

melanoma maligna):

T : tumor primer

Tx : tumor primer tidak dapat dievaluasi

TO : tidak ditemukan tumor primer

Tis : karsinoma insitu

T1 : tumor dengan ukuran terbesar tidak melebihi 2 cm

T2 : tumor dengan ukuran terbesar antara 2-5 cm

T3 : tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm

T4 : tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam misalnya kartilago,

otot skelet atau tulang

7

Page 8: BASALIOMA WAJAH

N : kelenjar getah bening

Nx : kelenjar getah bening tidak dapat diperiksa

N0 : tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional

N1 : ada metastasis kelenjar limfe regional

M : metastasis jauh

Mx : tidak dapat diperiksa

M0 : tidak ada metastasis jauh

M1 : ada metastasis jauh

Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut American Joint Committee on

Cancer tahun 2006:

Stadium T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

IIT2 N0 M0

T3 N0 M0

IIIT4 N0 M0

Tiap T N1 M0

IV Tiap T Tiap N M1

Tabel 1. Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut AJCC tahun 2006.

VIII.PEMERIKSAAN PENUNJANG(3,4)

8

Page 9: BASALIOMA WAJAH

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis basalioma yaitu pemeriksaan histopatologis. Biopsi kulit

sering diperlukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan gambaran

histopatologi. Dari pemeriksaan ini dapat ditemukan :

Karsinoma sel basal tipe nodular : nucleus oval besar, hiperkromatik, dan

sitoplasma sedikit. Bentuk sel seragam dan bila ada gambaran mitotic

biasanya sedikit. Bentuk padat biasanya bergabung dengan pola berbentuk

palisade di daerah perifer dan membentuk sarang-sarang. Biasanya ada

peningkatan produksi mucin di sekitar stroma dermis. Pembelahan sel,

yang dikenal sebagai artefak retraksi biasanya muncul diantara sarang-

sarang basalioma dan stroma, yang berkurang selama fiksasi dan

pewarnaan.

Karsinoma tipe berpigmen : mengandung melanosit yang terdiri dari

sitoplasma granula melanin dan dendrit

Karsinoma sel basal tipe morfea : pola sarang pertumbuhannya tidak

melingkar tapi membentuk untaian.

Karsinoma sel basal tipe superfisial : penampakannya seperti semak-semak

sel basaloid yang berlekatan dengan epidermis. Sarang-sarang berbagai

ukuran sering terlihat di dermis.(2,3,7)

IX. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis atau setelah

pemeriksaan histopatologis.(1)

X. PENATALAKSANAAN

9

Page 10: BASALIOMA WAJAH

Penatalaksanaan basalioma dapat dengan non bedah maupun

pembedahan. Penatalaksanaan non bedah berupa terapi topical dengan

kemoterapi dan bahan immunomodulasi berguna pada beberapa kasus

basalioma. Basalioma kecil dan superfisial mungkin berespon baik dengan

terapi topical. Sebagai tambahan, terapi topikal dapat digunakan sebagai

profilaksis atau pemeliharaan pada pasien dengan multipel basalioma seperti

sindrom basal sel nevus.(3)

Tujuan penatalaksanaan bedah pada basalioma adalah untuk

mengangkat tumor sehingga tidak ada jaringan tumor yang dapat berkembang

lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih terapi

adalah jenis subtipe basalioma, lokasi dan ukuran tumor, umur pasien,

kemampuan pasien untuk menoleransi pembedahan, serta biaya. Metode bedah

yang banyak digunakan adalah kuretase dan elektrodesikasi, eksisi dengan

pemeriksaan tepi tumor, dan bedah mikrografik Mohs. Krioterapi kadang

digunakan.(3)

a. Kuretase dan elektrodesikasi

Merupakan pilihan terapi yang umumnya digunakan pada lesi dengan batas

tidak tegas. Dapat digunakan sebagai penatalaksanaan basalioma nodular

dengan ukuran kurang dari 2 cm dan basalioma superfisial dengan berbagai

ukuran. Walaupun dilaporkan tingkat kesembuhan dengan metode ini lebih

dari 90%, tetapi rekurensi dilaporkan pada 30% lesi dengan diameter lebih

baik, dan kurangnya kontrol histologist, metode ini tidak diterima sebagai

terapi utama pada basalioma.(1,2,3)

b. Bedah eksisi

10

Page 11: BASALIOMA WAJAH

Metode ini menghasilkan tingkat kesembuhan lebih dari 90%. Pada metode

ini tumor diangkat seluruhnya hingga jaringan lemak subkutan dengan

dikelilingi oleh jaringan normal. Literatur merekomendasikan batas 3 mm

untuk basalioma kecil (<10 mm) dan 5 mm untuk basalioma yang lebih

besar (10-20 mm) pada wajah. Untuk lesi yang ditemukan pada lokasi lain,

direkomendasikan batas 5 mm. Tepi tumor harus dikonfirmasi “negative”

dengan pemeriksaan histologist.(1,2,8)

c. Bedah mikrografik Mohs

Merupakan teknik bedah yang mengkombinasikan ekstirpasi tumor dan

pemeriksaan mikroskopik tepi jaringan oleh ahli bedah yang sama. Eksisi

miring dan pemetaan yang teliti dari tepi perifer dan batas dalam dari

horizontal frozen section memungkinkan pemeriksaan yang komperhensif

dari semua tepi jaringan yang dieksisi dan menjamin tingkat kesembuhan

yang sangat baik melebihi 98% untuk sebagian besar kanker kulit. Indikasi

bedah mikrografik Mohs : basalioma yang terletak pada daerah H (telinga,

periaurikuler, daerah temporal, periokular, hidung dan bibir), basalioma

yang rekuren, basalioma yang besar (>2 cm), basalioma dengan batas yang

tidak jelas, basalioma subtype agresif, pasien dengan imunosupresi,

sindroma basal sel nevus, dan xeroderma pigmentosum.(1,2)

d. Krioterapi

Merupakan teknik yang dapat digunakan pada lesi primer dengan ukuran <2

cm dan subtipe non agresif. Tingkat kesembuhan >95% tetapi berhubungan

dengan hipopigmentasi dan jaringan parut. Tidak ada kontrol histologis

dengan metode ini, dan jaringan biasanya awalnya sangat edema. Tingkat

rekurensi dilaporkan 3,7-7,5%.

11

Page 12: BASALIOMA WAJAH

Penatalaksanaan non bedah meliputi radioterapi, terapi fotodinamik, dan

immunomodulator topikal.

a. Radioterapi(1,2,3)

Prosedur ini perlu untuk kasus inoperable atau post operasi mikro atau

makroskopis, lebih penting lagi pada kasus rekuren dan residif. Teknik

radiasi yang digunakan yaitu pengobatan standar terdiri dari sinar X. Area

radiasi adalah tumor yang kelihatan dan safety margin dengan range 0,5-1,5

cm, tergantung dari ukuran tumor. Jaringan disekitarnya seperti mata

termasuk palpebra dan glandula lakrimalis harus dilindungi. Dosis

ditentukan oleh ukuran, lokasi, jaringan sekitar, dan tingkat

radiosensitivitasnya. Dosis tunggal antara 1,8-5 Gy. Total maksimum dosis

50-74 Gy.

b. Terapi fotodinamik untuk basalioma telah digunakan lebih dari 20 tahun.

Terapi ini efektif untuk basalioma superfisial. Teknik ini menggunakan

asam aminolaevulinic yang dibuat dalam emulsi 20% dan diberikan topical

pada lesi. Jaringan tumor menyerap metabolit porfirin ini dan menjadi

fotosensitif terhadap konversinya yaitu protoporfirin IX yang menjadi

fotodestruktif ketika dipaparkan pada sinar dengan panjang gelombang 620-

670 nm. 85% basalioma superfisial yang diberikan terapi fotodinamik

sembuh dengan hasil kosmetik yang sangat baik.(3)

c. Immunomodulator topikal berupa Imiquimod 5% krim. Imiquimod bekerja

dengan menginduksi respon imun seluler sehingga menyebabkan sekresi

interferon gamma (IFN-g), interleukin 12, dan sitokin lainnya. Masuknya

IFN ke dalam tumor akan menyebabkan perlekatan limfosit dengan CD 4+

serta membunuh sel tumor dengan regresi tumor. Basalioma superfisial yang

diterapi dengan Imiquimod sembuh hingga 85%. 5-Fluorurasil, sitostatik,

diberikan secara topical setiap hari 4-6 minggu (1-5% dalam bentuk krim

12

Page 13: BASALIOMA WAJAH

atau salep). Sitostatik ini bekerja selektif terhadap tumor epidermal yang

hiperproliferasi. Namun juga dapat mengiritasi kulit yang sehat sehingga

harus diawasi penggunaannya.(3)

Lesi yang sangat besar mungkin membutuhkan flap atau skin graft untuk

memperbaiki defek pada kulit setelah eksisi.(1)

XI. PROGNOSIS

Basalioma yang diterapi tidak menyeluruh dapat mengalami rekurensi.

Daerah yang telah diterapi harus terus dipantau. Individu dengan basalioma

memiliki resiko 30% lebih besar untuk mendapatkan basalioma lain yang tidak

berhubungan dengan lesi sebelumnya, jika dibandingkan dengan resiko pada

populasi umum.(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Culliford, A. and Alexes Hazen. Dermatology for plastic surgeons. In: Grabb and

Smith’s plastic surgery. 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2007. p. 111-2

13

Page 14: BASALIOMA WAJAH

2. Hubert, D.M. and Benjamin Chang. Basal cell and squamous cell carcinoma. In:

Practical plastic surgery. Texas: Landes Bioscience; 2007. p. 126-30

3. Ramsey ML. Basal cell carcinoma [Online]. 2008 Jan 8 [cited 2010 june 01]; [12

screens]. Available from:URL:http://www.emedicine.com/derm/topic47.htm

4. Stawiski MA. Tumor kulit. Dalam: Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi

konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4. buku 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 1994. Hal. 1299-1301

5. Bader RS. Basal cell carcinoma [Online]. 2006 June 20 [cited 2010 june 01]; [4

screens]. Available from:URL:http://www.emedicine.com/derm/topic214.htm

6. Wasiaatmadja SM, Rata IG. Anatomi kulit dan tumor kulit. Dalam: Djuanda A,

Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 3. Jakarta:

FK UI; 1999. hal. 6

7. Wong CS, Strange RC, Lear JT. Basal cell carcinoma [Online]. [cited 2010 june

01]; [10 screens]. Available

from:URL:http://bmjjournals.com/cgi/contaent/full/327/7418/794

8. Sjamsuhidajat R, Jong W. Bedah plastic. Dalam: Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2003. hal. 331

14