batik
TRANSCRIPT
Batik1. PENGANTAR
Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak
yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan
pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax resist dyeing”.
Membatik adalah proses menggambar atau menulis di atas kain dengan menggunakan canting batik yang berisi malam
panas sebagai perintang. Dalam proses pewarnaannya bisa dengan dicelup ataupun dicolet.
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khusunya
Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan membatik sebagai mata
pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya
“Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Namun demikian ada beberapa pengecualian
bagi fenomena laki-laki dalam dunia batik dimana justru laki-laki yang lazim melakukan pekerjaan membatik. Hal ini
bisa dilihat pada batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti pada corak “Mega Mendung”.
Di Indonesia, batik dibuat diberbagai daerah, terutama di daerah Jawa. Tapi dibanding batik daerah lain batik yang lebih
halus adalah batik dari Jawa Tengah. Setiap daerah mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing baik dari dari
ragam hias maupun tata warnanya. Dilihat dari segi ragam hias, warna dan tata warna serta gayanya, batik pesisir yang
menonjol dan yang sampai sekarang masih digemari, antara lain batik dari daerah : Lasem, Cirebon, Pekalongan
mempunyai keunikan tersediri.
1. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Bacalah modul ini baik-baik jawablah setiap pertanyaan yang ada dan lakukan suatu kegiatan sesuai petunjuk yang
ada serta buatlah laporan sebagai hasil pelaksanaan kegiatan!
1. STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni rupa
1. KOMPETENSI DASAR Menjelaskan keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa modern/kontemporer
1. INDIKATOR Mengidentifikasi teknik pembuatan batik,Jenis bahan dan alat yang digunakan dalam membatik (Batik Lasem)
1. KEMAMPUAN PRASYARAT
Pada akhir kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
Mengidentifikasi teknik pembuatan batik,Jenis bahan dan alat yang digunakan dalam membatik (Batik Lasem)
Membuat contoh batik
JENIS ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM MEMBATIK
Bahan yang digunakan dalam membatik :
1. Kain
Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah selain mori, yaitu muslim ataupun cambric. Kata mori
berasal dari Bombyx mori, yaitu jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera putih dan halus. Kata muslim berasal dari
kata muslin yang merupakan kependekan dari moussuline, yaitu nama semacam kain cita. Seangkan cambric artinya
fine linen atau kain batis (kain putih).
Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan. Mori dari kain katun lebih
umum dipakai.
Berdasarkan tingkat kehalusannya, mori dari katun dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu golongan yang sangat
halus disebut Primissima, golongan halus disebut prima, golongan sedang disebut biru dan golongan kasar/biasa
disebut kain grey/blaco. Golongan sedang disebut biru karena biasanya merknya dicetak dengan warna biru,
sedangkan golongan kasar disebut grey karena kainnya tidak diputihkan dan dipasaran merknya biasanya dicetak
dengan warna merah.
Selain kain katun pada saat ini banyak digunakan kain yang terbuat dari kain sutera, rayon dan serat alam lainnya.
Bahan kain yang biasa digunakan antara lain:
1. Mori (Prima, Primissima, dan Violisima)
2. Birkolin
3. Blaco
4. Samporis
5. Lilin Batik
Lilin ini digunakan untuk membatik sebagai zat perintang.
Lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga
permukaan yang ditutup tersebut mempunyai sifat resist atau menolak warna yang dibrikan pada kain. Bahan pokok lilin
adalah : Gondorukem, Damar mata kucing, Parafin (putih dan kuning), Microwax, lemak binatang, minyak kelapa, lilin
tawon, lilin lancing.
Pada awalnya bahan yang digunakan untuk menutup kain adalah bubur dari ketan, dan kain yang dibuat ini disebut
kain simbut. Setelah diketemukannya lilin batik, bubur ketan sudah tidak dipakai lagi.
Pada awalnya lilin batik hanya terbuat dari lilin tawon saja (orang jawa menyebutnya sebagai malam batik), kemudian
karena bertambah pengalamannya kemudian dicampur dengan gondorukem dan dammar mata kucing. Kemudian
untuk melemaskan atau menurunkan titik lelehnya maka dicampur dengan lemak binatang ataupun minyak kelapa.
2.1 Sifat-Sifat Lilin Batik :
Malam tawon : mudah meleleh dan titik lelehnya rendah (59), mudah melekat pada kain, tahan lama, mudah lepas pada
lorodan dengan air panas. Biasanya dipakai untuk campuran lilin klowong
Gondorukem : Tidak mudah meleleh dan titik lelehnya tinggi (70-80), bila encer mudah menembus kain, setelah
membeku mudah patah. Biasanya dipakai untuk campuran lilin klowong maupun tembokan. Maksud pemakaian
gondorukem adalah agar lilin batik menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku.
Dammar mata kucing : dammar dipakai sebagai campuran lilin batik agar lilin batik dapat membentuk bekas atau garis-
garis lilin yang baik, melekat pada kain dengan baik. Adapun sifatnya adalah sukar meleleh dan cepat membeku.
Paraffin : mempunyai daya tolak tembus basah yang baik, mudah encer(titik leleh rendah) dan lekas membeku, daya
lekat kecil dan mudah lepas. Penggunaan paraffin dimaksudkan agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah
yang baik, mudah lepas waktu dilorod serta sebagai bahan pengisi karena harganya yang lebih murah dibandingkan
dengan bahan lainnya.
Microwax / lilin micro : jenis paraffin yang lebih halus, keadaannya lemas (ulet) seperti malam tawon, mudah lepas,
sukar menembus kain, titik lelehnya tinggi (70). Biasanya digunakan dalam pembuatan batik-batik kwalitas halus.
Lemak binatang : mudah leleh (45). Dipakai sebagai campuran lilin batik dalam jumlah relative kecil untuk merendahkan
titik leleh sehingga liin batik menjadi lemas dan mudah lepas waktu dilorod.
2.2 Cara Mencampur Lilin Batik / Menjebor(Jw)
1. Bahan lilin batik yang mempunyai titik leleh paling tinggi dilelehkan lebih dahulu, kemudian berturut-turut bahan yang
lebih rendah titik lelehnya.
2. Setelah semua bahan mencair kemudian diaduk dengan baik dan rata agar campuran betul-betul homogen.
3. Campuran yang sudah larut sempurna kemudian disaring dengan kain dan dicetak kemudian didinginkan.
Pengetahuan tentang sifat dan karakteristik lilin batik sangat diperlukan agar karya yang dihasilkan bisa maksimal.
Sebagai contoh adalah dalam pembatikan dengan menggunakan kain sutera, maka pemakaian paraffin kasar dan
dammar mata kucing perlu dihindarkan karena sifatnya yang terlalu kuat melekat pada kain sutera.
Contoh resep lilin batik
Lilin batik klowong tulis
2 bagian dammar mata kucing
4 bagian gondorukem
3 bagian lilin bekas
1 bagian paraffin putih
3 bagian kote / malam tawon
1 bagian lemak binatang
Lilin batik tembokan tulis
1 bagian dammar mata kucing
3 bagian gondorukem
2 bagian malam tawon
0,5 bagian lemak binatang
1. Pewarna Batik
1. Napthol dan Indigosol
Bahan ini biasanya digunakan sebagai bahan pewarna
Zat Warna Napthol
Dari beragam zat warna sintetis yang ada dipasaran, yang sering dipakai perajin batik adalah Napthol. Hal ini
dikarenakan dapat digunakan untuk teknik celup secara cepat dan warnanya kuat. Zat warna napthol terdiri atas dua
unsur yaitu napthol AS sebagai dasar warna dan garam diazonium sebagai pembangkit warna.
Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain:
Naptol AS-G, Naptol AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS, Naptol AS-OL, Naptol AS-BR, Naptol AS-BS,
Naptol AS-GR
Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain:
Garam Kuning GC, Garam Bordo GP, Garam Orange GC, Garam Violet B, Garam Merah R, Garam Biru BB, Garam
Scarlet GG, Garam Biru B, Garam Merah 3 GL, Garam Hitam B, Garam Merah B
Zat warna ini tidak larut dalam air. Agar mudah larut, pada zat warna ini ditambahkan sedikit costic soda dan air
mendidih. Bahkan bila perlu bisa dipanaskan hingga larut sempurna (bewarna bening). Kain yang telah menyerap
larutan napthol belum memiliki warna sehingga perlu dibangkitkan warnanya. Warna pada kain akan timbul setelah
dikerjakan dalam larutan garam napthol (Garam Diazonium).
Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
Napthol : 0,5 – 3,0 gram
TRO : 1 gram
Coustic soda : secukupnya
Sedangkan larutan garam Diazonium dibuat dengan melarutkan garam tersebut sebanyak 2 – 3 kali berat napthol
dalam 1 liter air dingin.
Zat Warna Indigosol
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat
warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit
dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Jenis warna Indigosol antara lain:
Indigosol Yellow, Indigosol Green IB, Indigosol Yellow JGK, Indigosol Blue 0 4 B, Indigosol Orange HR, Indigosol Grey
IBL, Indigosol Pink IR, Indigosol Brown IBR, Indigosol Violet ARR, Indigosol Brown IRRD, Indigosol Violet 2R, Indigosol
Violet IBBF.
Resep pencelupan z.w. Indigosol: Resep pembangkit warna:
Zat warna Indigosol 10 gram /Liter HCl 10 gram/L
Natrium nitrit 10 gram/Liter Air dingin 1 Liter
Air panas 1 Liter
Cara pewarnaan:
Larutkan zat warna Indigo dan natrium nitrit dengan air panas. Tambahkan air dingin sesuai dengan kebutuhan
Tambahkan air dingin sampai jumlah larutan 2 Liter.
Celupkan kain ke dalam larutan TRO terlebih dahulu dan tiriskan.
Celupkan kain ke dalam larutan zat warna ± 30 menit
Angkat kain tersebut dan jemur di bawah sinar matahari / diangin-anginkan.
Dibangkitkan warnanya dengan merendam di dalam larutan HCl selama ± 1 menit, sehingga warnanya timbul,
Selanjutnya kain dicuci sampai bersih
1. Koustik, HCL, dan T.R.Q
Bahan ini biasanya juga digunakan sebagai bahan bantu cat pewarna
Zat warna Rapid
Cara pewarnaan colet dengan zat warna Rapid :
1. Kain yang siap diproses digelar diatas meja sambil diberi alas Koran ( yang berfungsi sebagai penyerap dari warna
yang keluar )
2. Coletkan larutan zat warna rapid pada bidang bidang yang dikehendaki.atau diinginkan.
3. Didiamkan selama beberapa waktu sampai kering ,bila perlu biasanya dilakukan semalam .
4. Kain yang telah dicolet dengan zat warna rapid siap untuk diproses selanjutnya. ( ditembok dengan lilin batik )
5. Selanjutnya dicelup untuk mendapatkan warna dasar.
6. Dilorod
7. Dicuci bersih.
Cara melarutkan Zat warna Rapid :
1. Zat warna rapid ditimbang sesuai kebutuhan.
2. Masukkan kedalam cangkir atau gelas aqua tambahkan air hangat secukupnya sambil diaduk sampai semua zat
warna larut.
3. Larutan siap digunakan untuk mencolet
Contoh resep Coletan dengan Zat warna Rapid :
1. Rapid merah 5 gr
Kostik soda 1 gr
Air hangat 50 cc
2. Rapid biru 5 gr
Kostik soda 1 gr
Air hangat 50 cc
Zat Warna Reaktif ( Remazol )
Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing). Zat warna reaktif berdasarkan cara
pemakaiannya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: reaktif dingin dan reaktif panas. Untuk zat warna reaktif dingin
salah satunya adalah zat warna procion, dengan nama dagang Procion MX, yaitu zat warna yang mempunyai
kereaktifan tinggi dan dicelup pada suhu rendah. Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air dan
mengadakan reaksi dengan serat selulosa, sehingga zat warna reaktif tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh
karena itu sifat-sifat tahan luntur warna dan tahan sinarnya sangat baik. Nama dagang zat warna teraktif, sebagai
berikut:
Procion (produk dari I.C.I), Drimarine (produk Sandoz), Cibacron (produk Ciba Geigy), Primazine (produkBASF),
Remazol (produk Hoechst) dan Levafix (produk Bayer).
Resep Pencelupan:
Berat bahan a gram
Vlot 1 : 40
Air 40 x a CC
Garam dapur 30 – 40 gram/ L
Soda abu 10 -15 gram/ L
TRO 1 gram / L
Waktu–suhu 55 menit – 270 C
Cuci dingin
Cara pewarnaan:
Zat warna,TRO dan Matexil dilarutkan dengan air dingin, aduk sampai rata.
Kain dibasahi dengan TRO kemudian ditiriskan.
Celupkan kedalam larutan zat warna diamkan selama 15 menit, angkat kain tambahkan soda abu aduk sampai larut,
kemudian pencelupan dilanjutkan sampai waktu yang ditentukan. Tiriskan dan keringkan tanpa panas matahari langsung.
Fiksasi dilanjutkan dengan pencucian.
Resep Colet / Kuas :
Zat Warna Remazol 3,5 gram
Matexil PAL 5 gram
Air dingin 491,5 CC
Cara Pewarnaan dengan kuas:
Zat warna dan Matexil dilarutkan dengan air dingin, aduk sampai rata.
Kain dibasahi dengan TRO kemudian ditiriskan bentangkan pada spanram diperkuat dengan paku pines.
Coletkan zat warna menggunakan kuas sampai rata.
Tiriskan dan keringkan tanpa panas matahari langsung.
Fiksasi dilanjutkan dengan pencucian.
Cara fiksasi menggunakan waterglass:
Waterglass 1 kg
Kostik soda 10 gram
Soda abu 25 gram
Air 500 CC
Larutkan kostik soda dan soda abu pada ember plastik, kemudian waterglass dilarutkan sedikit demi sedikit dan
aduk sampai rata. Larutan waterglass yang sudah jadi dikuaskan pada kain yang sudah diwarna.
Setelah diolesi waterglass kemudian pad-batch dengan cara digulung dan masukkan ke dalam plastik selama 4 – 10
jam. Penggulungan dalam keadaan basah, setelah Pad-Pad selesai, plastic dibuka dan kain dicuci dengan air mengalir
sampai tidak licin lagi. Keringkan atau untuk batik dilanjutkan dengan pelorodan.
1. Water glas dan soda abu
Digunakan sebagai bahan bantu dalam proses pelorodan atau melepas lilin pada kain dalam air mendidih
Alat yang dipergunakan
1. Setrika
Fungsinya untuk menghaluskan kain sebelum dipola
1. Meja Pola
Untuk memola kain sebelum dibatik
1. Canting
Canting ada 3 macam :
1. canting Klowong
biasanya digunakan untuk membatik klowong atau garis pada motif.
1. canting cecek
untuk membuat titik-titik/isenan pada motif.
1. canting tembokan
biasanya digunakan untuk menembok/menutupi pada bagian yang dikehendaki.
1. Kuas
Kuas ini juga berfungsi sama seperti canting tembokan tetapi untuk bagian yang lebar.
1. Celemek
Digunakan untuk pengaman agar tidak terkena tetesan lilin.
1. Kaos tangan
Untuk pengaman agar tangan tidak terkena warna/air keras.
1. Leregan
Untuk mewarnai kain yang lebar.
1. kenceng tembaga
tempat untuk melorod lilin yang menempel pada kain.
1. Wajan
Tempat untuk memanaskan lilin batik.
1. Kompor
1. gawangan
tempat untukmenaruh kain saat dibatik.
Perawatan alat :
1. Memperhatikan petunjuk pemakaian alat sesuai dengan jenis, sifat dan fungsinya.
2. Bersihkan dan atur kembali semua peralatan yang sudah selesai dipergunakan.
3. Matikan api pada kompor jika selesai atau ditinggal istirahat.
4. Jangan menambah minyak jika api kompor dalam keadaan menyala.
5. Jangan rendam kuas dan canting dalam lilin jika tidak dipergunakan.
6. Jangan mengisi lilin penuh pada wajan.
7. Gunakan celemek dalam membatik.
8. Gunakan sarung tangan dalam pewarnaan.
9. Gunakan masker pada waktu melarutkan komponen warna.
PROSES PEMBUATAN BATIK
1. Pemotongan kain sesuai dengan ukuran
2. diketeli
3. dikanji
1. disipati sesuai dengan kebutuhan
2. memola
Memindahkan desain pada kain mori, bisa menggunakan kaca (diblat) ataupun digambar langsung di kain mori.
1. merengreng/menglowong
Membatik sesuai dengan garis-garis pola dengan menggunakan canting dan malam klowong.
Contoh motif batik
1. isen-isen
Membatik pada motif batik untuk member isen-isen berupa cecek (titik-titik) atau sawut (garis) agar motif batik kelihatan
lebih indah dengan menggunakan canting cecek dan canting sawut.
1. nerusi
2. menembok sesuai dengan kebutuhan
Menutup (ngeblok) pada bagian motif yang lebar-lebar agar warnanya tidak berubah dengan menggunakan canting
tembok / kuas gambar dan malam tembok.
1. memberikan warna
proses pewarnaan dengan menggunakan bahan cat warna NAPTHOL, INDIGOSOLRAPIDE dan Garam (DIASO)
secara singkat.
Biasanya yang digunakan adalah napthol yang berkode AS dan yang kedua adalah garam DIASO sebagai pembangkit
warna.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
10.1 Melarutkan Napthol, caranya :
1. Menimbang warna napthol kemudian ditaruh dalam panci kecil (bisa plastik/email) sesuai dengan kebutuhan.
2. Ditambah dengan TRO (Turkish Red Oil) dan Coustik soda ditambah air panas 100o C, sambil diaduk hingga rata
dan jernih.
3. Ditaruh ditempat yang teduh tidak boleh terkena sinar matahari.
Atau
10.2 Melarutkan garam Diaso, caranya :
1. menimbang garam sesuai dengan kebutuhan.
2. Ditaruh dalam panci kecil.
3. Tambah air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai rata.
4. Simpan ditempat yang teduh.
Bahan pewarna sintetis dalam proses pewarnaan batik banyak jenisnya, antara lain napthol, indigosol, raphide,
rhemasol dan lain sebagainya. Dalam proses pearnaan kali ini akan dipakai bahan pewarna jenis napthol. Pewarna
napthol terdiri atas 2 komponen utama, yaitu napthol dengan kode (AS) dan garam diazonium sebagai pembangkit
warna.
Adapun cara pemakaian napthol adalah sebagai berikut :
1. Cat napthol dalam bentuk powder (bubuk) diletakkan dalam panci, diberi sedikit TRO dan air, diaduk campur seperti
pasta kemudian diberi air panas secukupnya, lalu dimasukan kostik soda yang dibutuhkan. Diaduk dan akan
menjadi larutan yang jernih kemerahan atau kekuningan. Bila larutan itu masih keruh berarti belum larut sempurna
sehingga perlu ditambah kostik soda atau dipanaskan lagi. Perbandingan antara napthol : TRO : Coustic soda
adalah 1 : 0,5 : 0,5 ditambah air panas secukupnya.
2. Larutan yang sudah jadi dimasukkan kedalam tempat celup (ember ) dan ditambah air biasa sampai mencapai
jumlah yang diinginkan. Misalnya untuk sepotong kain panjang 2,5 meter diperlukan air 2-3 liter.
3. Kain yang sudah siap dicelup kemudian dimasukkan dan direndam kedalam larutan napthol selama seperempat jam
dan selalu dibalik-balik.
4. Kain kemudian diangkat dari larutan napthol dan diatuskan dengan disampirkan ditempat terbuka yang teduh.
5. Garam diazonium yang sudah dipersiapkan sesuai kebutuhan dimasukkan kedalam panci, diberi air sedikit dan
diaduk, kalau sudah basah semua lalu diberi air secukupnya ( jangan air panas ). Larutan diazonium yang sudah
jadi kemudian dimasukkan kedalam ember celup, lalu diberi air secukupnya. Perbandingan antara napthol : garam
diazonium adalah 1 : 2-3
6. Kain celupan napthol yang sudah atus kemudian dimasukkan kedalam larutan diazonium selama 10 menit dan
dibalik-balik setiap saat. Pada perendaman ini timbul warna dan arah warnanya sesuai jenis napthol dan garamnya.
Peringatan :
Larutan napthol dan garam diazonium tidak boleh dicampur jadi satu karena akan timbul warna dan warna akan
menjadi rusak. Dalam proses pewarnaan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena dapat merusak warna.
Pada pewarnaan dengan napthol, apabila warna yang dikehendaki kurang kuat maka perlu diulang lagi proses
pencelupan atau disebut juga “2 kali celup”.
1. melorod
Setelah selesai proses pewarnaan maka dilanjutkan dengan proses melorod, yaitu menghilangkan malam secara
keseluruhan dengan menggunakan air mendidih ditambah dengan soda abu secukupnya agar malam segera lepas dari
kain. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
1. Memasak air sampai mendidih ditambah dengan soda abu / water glass / pati kanji secukupnya.
2. Kain dimasukkan ke dalam air panas sambil diangkat-angkat (dikopyok). Setelah itu dimasukkan kedalam air dingin
dan dikucek sampai bersih. Proses ini bisa dilakukan berulang-ulang sampai kain bersih dari sisa-sisa malam batik.
3. Finishing
1. Kain yang sudah selesai dilorod dan dikeringkan kemudian disetrika agar kelihatan halus dan licin.
2. Kain digunting sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan.
3. Kain di wool soom.
Sejarah Perkembangan Batik
Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang
pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan
sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian
kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif
tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta
pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Sejarah Pembatikan Di Dunia
Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu
bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4
SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di
Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan
Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria,
serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman
Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar
tahun 1920-an.
Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P.
Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada
abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia)
percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu
dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki
tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa
Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting,
sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah
dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia
membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya
mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who?
serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817)
tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik
yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-
19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris
pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan
teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran
dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.
Sejarah Pembatikan Di Indonesia (Nusantara)
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan
dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan
tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak
lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi,
wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi
pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan
filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang
demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri
kekhususannya sendiri.
Perkembangan Batik Di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan
sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan
Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam
kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Proses Pembuatan Batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas
menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya,
batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik
wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna
yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah
lumpur. Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat
Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai
perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional
Indonesia.
Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik
sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif
batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju. Namun perkembangan yang
signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang
sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak
keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian
tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya
mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta
Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang
di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik
Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan
daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan
daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu
dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.
Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang
kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri
India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik
Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Perkembangan budaya teknik
cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik,
memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik
dari masa ke masa.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil,
bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang,
sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan
menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif,
yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Pasang surut perkembangan batik Pekalongan,
memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya
seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah
menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal
itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk
batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama
berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis
rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah,
perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan
dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.
Etimologi
Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik”
yang bermakna “titik”.
Budaya batik
Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini
adalah pola untuk para bangsawan.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah
pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki
ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir
pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif
dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton
Yogyakarta dan Surakarta. Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga
pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik
pada Konferensi PBB.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam
corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun
batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para
penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak
phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak
bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh
penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.
Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena
biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori.
Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya.
Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif
halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang
telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-
warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah
beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk
melarutkan lilin.
Jenis batik
Menurut teknik
• Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan
batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
• Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya
terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
• batik saring,
• batik celup,
• batik terap.
Menurut asal pembuatan
Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang
dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunya motif-motif yang berbeda-beda.
Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya
sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut
agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau
yang biasa disebut dengan batik Solo.
Batik Tiga Negeri Batik Jawa Hokokai 1942-1945 Batik Buketan
Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa
Batik Lasem
• Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan, dan merah.
Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan untuk variasi warna yang lebih
sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di
Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri
sukar sekali direproduksi. Batik.
• Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia
berupa kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan
baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga
krisan, dan detail yang bertumpuk menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang
mulia. Batik jenis Jawa Hokokai biasanya dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing-masing
memegang peran proses pembatikan yang berbeda. Sistem padat karya seperti ini juga memungkinkan
para pekerja di industri batik tidak di PHK. Kemiskinan dan kesulitan akibat Perdang Dunia ke-II nyata-
nyata memengaruhi seni Batik di Indonesia.
• Batik Buketan. Batik Indonesia dengan desain pengaruh Eropa.
• Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa. Batik Indonesia yang dengan desain
pengaruh Eropa.
• Batik Lasem. Batik Lasem dikenal karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri,
pengrajin batik sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik yang
tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran dua budaya, Jawa dan Cina.
Sejarah Perkembangan Batik
Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang
pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan
sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian
kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif
tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta
pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Sejarah Pembatikan Di Dunia
Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu
bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4
SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di
Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan
Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria,
serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman
Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar
tahun 1920-an.
Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P.
Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada
abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia)
percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu
dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki
tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa
Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting,
sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah
dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia
membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya
mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who?
serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817)
tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik
yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-
19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris
pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan
teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran
dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.
Sejarah Pembatikan Di Indonesia (Nusantara)
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan
dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan
tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak
lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi,
wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi
pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan
filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang
demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri
kekhususannya sendiri.
Perkembangan Batik Di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan
sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan
Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam
kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Proses Pembuatan Batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas
menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya,
batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik
wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna
yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah
lumpur. Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat
Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai
perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional
Indonesia.
Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik
sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif
batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju. Namun perkembangan yang
signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang
sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak
keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian
tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya
mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta
Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang
di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik
Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan
daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan
daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu
dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.
Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang
kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri
India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik
Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Perkembangan budaya teknik
cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik,
memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik
dari masa ke masa.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil,
bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang,
sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan
menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif,
yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Pasang surut perkembangan batik Pekalongan,
memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya
seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah
menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal
itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk
batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama
berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis
rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah,
perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan
dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.
Etimologi
Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik”
yang bermakna “titik”.
Budaya batik
Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini
adalah pola untuk para bangsawan.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah
pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki
ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir
pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif
dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton
Yogyakarta dan Surakarta. Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga
pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik
pada Konferensi PBB.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam
corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun
batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para
penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak
phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak
bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh
penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.
Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena
biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori.
Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya.
Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif
halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang
telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-
warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah
beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk
melarutkan lilin.
Jenis batik
Menurut teknik
• Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan
batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
• Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya
terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
• batik saring,
• batik celup,
• batik terap.
Menurut asal pembuatan
Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang
dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunya motif-motif yang berbeda-beda.
Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya
sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut
agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau
yang biasa disebut dengan batik Solo.
Batik Tiga Negeri Batik Jawa Hokokai 1942-1945 Batik Buketan
Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa
Batik Lasem
• Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan, dan merah.
Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan untuk variasi warna yang lebih
sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di
Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri
sukar sekali direproduksi. Batik.
• Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia
berupa kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan
baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga
krisan, dan detail yang bertumpuk menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang
mulia. Batik jenis Jawa Hokokai biasanya dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing-masing
memegang peran proses pembatikan yang berbeda. Sistem padat karya seperti ini juga memungkinkan
para pekerja di industri batik tidak di PHK. Kemiskinan dan kesulitan akibat Perdang Dunia ke-II nyata-
nyata memengaruhi seni Batik di Indonesia.
• Batik Buketan. Batik Indonesia dengan desain pengaruh Eropa.
• Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa. Batik Indonesia yang dengan desain
pengaruh Eropa.
• Batik Lasem. Batik Lasem dikenal karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri,
pengrajin batik sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik yang
tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran dua budaya, Jawa dan Cina.
Alat dan bahan membatik
Thursday, September 27, 2012
Alat dan bahan membatik
Alat dan bahan membatik yang harus ada dan dipersiapkan untuk membatik tidaklah begitu rumit. alat-alat tersebut adalah alat
yang sederhana tidak terlalu rumit dan mudah ditemukan dipasaan. Harganya pun cukup murah sehingga untuk memulai
usaha atau belajar membatik tidaklah sulit. Untuk memulai membatik anda harus mnentukan terlebih dahulu teknik proses
pembuatanbatiknya. Apakah menggunakan teknik batik cap atau batik tulis.
Berikut ini adalah alat dan bahan untuk membatik :
a. Lilin malam atau wax
Lilin malam adalah bahan perintang dalam seni batik. Yang dimaksud perintang yaitu menghalangi agar cairan warna tidak
mengenai kain mori yang dilapisi lilin malam. Dengan demikian setelah diluruhkan kain tetap putih.
Lilin malam yang belum digunakan berupa bangkahan padat. Oleh karena itu untuk menggunakannya harus dilelehjkan
terlebih dahulu. Setelah itu, dapat kita gunakan untuk menulis atau menggambar seperti menggunakan tinta. Agar dapat
menjadi encer (cair), lilin malam harus dipanaskan.
Pemanasan lilin malam harus dilakukan dengan api kompor. Sebagai wadahnya , digunakan wajan kecil. Bongkahan lilin
malam diletakkan di dalam wajan kecil, kemudian diletakkan di atas api kompor. Karena terkena panas, lilin malam akan
meleleh menjadi cair. Dalam keadaan cair inilah, lilim malam digunakan dengan alat yang disebut canting.
b. Canting Tulis
Canting tulis yaitu alat untuk membuat pola batik tulis. Fungsi canting seperti pulpen, sedangkan lilin malam sebagai
tintanya.canting tulis terbuat dari lempengan tembaga tipis yang diberi gagang dengan kayu atau glagah.
Konstruksi canting tulis terdiri atas kepala canting dan gagang canting. Kepala canting terdiri atas nyamplungan dan paruh
canting. Nyamplungan adalah tabung untuk menampung cairan lilin malam. Cucuk atau paruh canting untuk keluarnya cairan
lilin malam.
c. Gawangan
Sebenarnya gaawangan tidak terasuk alat untuk pembuat batik. Gawangan hanya alat bantu pembatik untuk meletakkan mori
yang dibatik agar mudah untuk dikerjakan. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Bentuknya bervariasi.
d. Canting Cap
Canting cap yaitu alat membuat pola batik dengan menggunakan teknik cap. Teknik cap sama dengan teknik stempel. Hanya
saja stempelnya menggunakan canting cap. Canting ini dibunakan untuk membuat pola yang sama pada bidang kain yang
lebar. Keuntungan teknik ini prosesnya lebih cepat.
Konstruksi canting cap terdiri atas permukaan, badan penahan, dan gagang. Permukaan merupakan bagian canting cap yang
berbentuk motif baitk. Bagian ini terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk pola. Bagian inilah yang digunakan untuk
memindahkan cairan lilin malamke permukaan kain mori.
Bagian penahan terbuat dari plat besai yang berguna untuk memberikan kekuatan pada bagian permukaan. Hal ini disebabkan
permukaan canting yang terbuat dari tembaga tidak terlalu kuat jika ditekan. Oleh karena itu, hars ditopang dengan besi.
Bagian gagang digunakan sebagai pegangan agar canting cap mudah digunakan. Gagang canting menggunakan bahan besi
yang dilapisi kayu agar tidak panas.
e. Kain Mori
Kain bahan batik disebut kain mori. Kain mori terbuat dari kapas atau biasa disebut bahan katun. Kata katun berasal dari
bahasa inggris, yaitu cotton yang berarti kapas.
f. Pewarna Batik
Pewarna batik dibedakan menjadi dua yaitu pewarna alam dan pewarna buatan (sintetis). Pewarna alam dibuat dari bahan
alam, sperti daun-daunan, kulit kayu, umbi buah, dan kulit buah. Obat pewarna buatan yang digunakan untuk membatik
banyak dijual di toko bahan batik.
SEJARAH BATIK LASEM
Berbicara mengenai batik Lasem, ada baiknya kita melihat jauh kebelakang mengenai sejarah awal siapa
saja yang memulai dan terlibat dalam pembuatan Batik Lasem agar kita bisa memahami dan mengerti
mengapa ragam hias/corak motif dan pewarnaan Batik Lasem bisa kita lihat dan nikmati selama ini. Jauh
kebelakaqn pada era jaman Majapahit, menurut buku Pararaton dan buko Negara Kertagama (pupuh
X/2), pada saat itu Majapahi terdiri dari 11 Kerajaan kecil-kecil yang antara lain; Lasem, Mataram Doha,
Pajang, Singosari, Whirabumi, Wengker, Kahuripan, Peguhan, Metahun, dan Panawuhan yang diperintah
oleh Paduka Bhattara/Bhre dengan pangkat Adhipati. Pada saat itu kerajaan Lasem mempunyai
pelabuhan yang terletak di Caruban dan ditunjang galangan kapal terbesar di pulau Jawa yaitu di daerah
Dasun yang terus berkembang saat itu sampai era penjajahan Jepang.
Peranan Lasem dalam Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari keanggotaan Adipati Lasem dalam
Lembaga Pohon Narendra (Lembaga Pertimbangan Kerajaan) sebagai Penasehat Raja yang terdiri dari
tujuh adipati dari 11 Adipatiyang ada di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit. Di dalam kitab Lontar
Sabda Bradasanti yang merupakan catatan sejarah Kerajaan Lasem yang mulai ditulis pada tahun 1273
Saka (1351 M) semasa Kerajaan lasem diperintah oleh Ratu Dewi Indu (Dewi Purnama Wulan), dapat
dibaca tulisan yang menceritakan awal dari pembuatan batik di daerah Lasem. Dewi Indu adalah adik
dari Prabu Hayam Wuruk yang pada tahun 1276 Saka (1354 M) beliau menyempatkan diri berkunjung ke
Lasem.
Dalam Buku Sabda Bradasanti tertulis bahwa armada Laksamana Cheng Ho mampir ke daerah Lasem
untuk melakukan perbaikan Kapal dan menurunkan awak kapal yang sakit untuk berobat. Dari buku
tersebut pada halaman 45 dan 46 dikutip bahwa : pada tahun Saka 1335 (1413 M) datanglah ke Lasem
nahkoda Bi Nang Un dalam rombongan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara untuk yang ketiga kalinya. Bi
Nang un melihat Lasem sebagai daerah yang subur dan makmur seta masyarakatnya sangat ramah dan
penuh kekeluargaan juga ternyata di daertah tersebut banyak orang Campa yang beranak pinak di sana.
Sehingga akhirnya beliau meminta ijin kepada Laksamana Cheng Ho untuk tidak ikut meneruskan
pelayaran karena beliau ingin menetap di Lasem.
Adipati Lasem saat itu Pangeran Wijayabadra mengijinkan Bi Nang un untuk tinggal di Lasem dan
menyuruh Bi Nang Un untuk membawa barang-barang yang belum ada di Pulau Jawa saat itu.
Kedatangan kembali Bi Nang Un dengan istrinya yang bernama Na Li Ni beserta putra pertama Bi Nang
Na (5 tahun) , dan putri bungsu Bi Nang Ti (3 tahun) disertai pula dengan warga Campa lain yang ahli
membuat batik, perhiasan emas, pengrajin gamelan dan beliau membawa pula bibit ketan hitam,
mangga blungko, tebu, delima, ayam cempo, merak berbulu biru dan padi klewer.
Bi Nang Un awalnya tinggal di Kemandung (Lasem Kidul), kemudian pindah ke daerah yang sekarang
bernama Binangun (daerah pantai Bonang sekarang). Di Kemandung, Na Li Ni memberi pelajaran kepada
putra-putri Kemandung (juga kepada putra putrinya) cara membuat : dompet temnakau dari bulu
merak , tari menari dan membuat batik. Setelah dewasa putri Bi Nang Ti sangat terampil membuat batik,
menyulam, menenun dan membuat jamu. Dengan demikian kita mengetahui yang pertama-tama
membuat batik di Lasem.
Bi Nang Ti akhirnya menikah dengan cicit Dewi Indu yaitu Prabu Badranala. Setelah Prabu Bradanala
diangkat menjadi Aipati Lasem, nama Bi Nang Ti dirubah menjadi Winarti Kumudawarni. Setelah Bi Nang
Ti wafat, jenazahnya dikuburkan di Bukit Regol (di Pantai Bonang sekarang) dalam area yang sekarang
terkenal dengan Petilasan Sunan Bonang, dapat menemui Putri Campa ini.
Kembali ke komunitas Campa perintis batik Lasem, mereka membuat batik dengan ragam hias dan
warna sesuai dengan akar budayanya yaitu budaya Campa yang dipengaruhi budaya China. Kebudayaan
dan kepercayaan China Kuno sangat kaya akan simbol-simbol yang tertera pada hampir semua benda
pakai dalam kehidupan sehari-hari seperti pada:
1. Ukiran dan lukisan pada bangunan dan perabot rumah tangga.
2. Barang-barang dekorasi rumah.
3. Barang-barang keramik.
4. Sulaman pada pakaian dan benda lain dari kain.
Simbol-simbol ini semuanya mempunyai arti philosofis sesuai dengan persamaan phonetic kata benda
lain dan simbol-simbol tersebut mempunyai daya magis simpatik yang diharapkan dapat merangsang
orang yang melihatnya untuk mau berfikir positif. Dengan harapan siapa saja yang melihat simbol-
simbol tersebut menjadi berpandangan benar, bertambah arif bijaksana, serta bertambah mulia sesuai
denga pesan simbol tersebut.
ARTI SIMBOL-SIMBOL YANG TERGAMBAR PADA BATIK TULIS LASEM;
Kupu-kupu (hu-die) : Simbol keceriaan dan harapan panjang usia.
Kupu-kupu dengan bunga meu-hua (sakura): Simbol panjang umur dan kesempurnaan.
kelelawar (pian-fu) : simbol nasib baik.
Ikan (li) : Simbol kekayaan yang berlimpah.
Ki-lin (qi-lin) : Simbol kebijakan sempurna, umur panjang dan kebesaran hati, kepatuhan dan rasa
hormat pada orang tua.
Naga (long) : Simbol lelaki, kekuatan kebaikan, pembawa kesejahteraan dan kebahagiaan.
Lipan/kelabang (wu-gong) : simbol datangnya rejeki.
Burung hong (feng-huang) : Simbol kewanitaan yang penuh kasih sayang.
Burung hong disandingkan dengan Naga : Simbol keberuntungan .
Burung Merak (kong-kue) : Simbol kecantikan dan kemuliaan.
Burung bangau (he) : Simbol panjang umur.
Burung prenjak (qiao) : Simbol kegembiraan.
Delkima (shi-liu) : Simbol kesuburan.
awan (yun) : Simbol peruntungan baik dan kebahagiaan .
Bunga peony (mu-tan) : Simbol keperawanan dan keistimewaan.
Bunga seruni (ju) : simbol panjang umur/tahan lama.
Bunga Magnolia (mu-lan) : Simbol kecantikan.
Bunga Teratai (lian-hua) : Simbol kesucian dan kesempurnaan .
Bunga mawar (qiang-wei) : Simbol keremajaantapi bukan berarti cinta.
Bunga Narcissus (shui-xian) : Simbol harapan akan keberuntungan dalam tahin yang akan datang.
Bunga sakura (mei) : Simbol keberuntungan bagus dan ketulusan.
Coin (qian) ; Simbol rejeki.
Swastika (wan-zi) : Simbol keberuntungan besar.
ARTI WARNA DALAM KEBUDAYAAN CHINA;
Putih (pai) : Simbol lanjut usia dan kesucian.
Hitam (hei) : Simbol kegelapan dan kematian.
Merah (hong) : Simbol kegembiraan dan kekayaan.
Hijau (lu) : Simbol kehidupan yang negatif karenanya harus harus selalu dikombinasikan dengan warna
merah.
Biru (lan) : Simbol harapan datangnya kedudukan yang lebih tinggi.
Kuning (hua) : Simbol ketenaran, maju berkembang.
Ungu (zi) : Simbol ketenangan dan loyalita
Dalam proses pembuatan batik tulis, perlu dipersiapkan media atau peralatan yang diperlukan seperti
kain, canting, malam, tungku, dan gawangan.
Kain
Kain mempunyai peranan penting yang sangat berpengaruh pada hasil akhir kain batik. Selain
pertimbangan untuk menghasilkan batik dengan kualitas baik, kain yang dipilih diusahakan juga nyaman
dikenakan, mudah perawatannya dan awet. Untuk itu, kebanyakan kain yang dipilih sebagai bahan baku
umumnya katun. Namun, sekarang juga banyak yang menggunakan sutera untuk memenuhi selera
pasar.
Primisima merupakan bahan katun kualitas terbaik. Kualitas kedua adalah katun prima. Di urutan buncit
ada kain blaco.
Canting
Canting diibaratkan seperti pulpen atau pensil untuk menulis. Nah, dalam membatik, cantik digunakan
untuk menggambar pola di atas kain. Canting terbuat dari bambu, ujungnya seperti pena yang terbuat
dari tembaga atau kuningan. Agar canting bisa digunakan untuk menggambar, maka harus diisi lilin
(malam).
Agar menghasilkan hasil atau tinta yang bagus, dalam menggunakan canting harus ditiup terlebih
dahulu pada ujungnya, tiap akan membuat pola. Ini ditujukan agar malam (lilin) yang keluar dari canting
lancar. Ukuran canting bervariasi tergantung motif yang akan dibuat.
Wajan.
Wajan sebagai wadah malam atau lilin digunakan untuk mencairkan malam. Biasanya wajan yang
digunakan berukuran mini dan terbuat dari besi atau tembaga.
Lilin atau Malam
Malam terbuat dari campuran parafin, sarang lebah. Bisa juga bisa ditambahkan resin dan lemak
binatang. Lilin ini berfungsi seperti tinta, sebelum digunakan harus dipanaskna terlebih dahulu agar
mencair. Setelah cair, lilin dituangkan dalam canting kemudian digunakan untuk menutup pola atau
menggambar di atas kain.
Gawangan
Gawangan berupa tempat untuk menempatkan kain saat proses pembuatan pola. Biasanya terbuat dari
bambu.
Tungku
Tungku berfungsi untuk memanaskan malam atau lilin yang ditaruh di wajan.
1. Pengertian Karya Seni Rupa Terapan
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Contoh benda seni terapan antara lain benda-benda gerabah dari tanah liat, benda-benda anyaman, kerajinan keramik, peralatan rumah tangga, kerajinan furniture.
Karya seni rupa terapan daerah setempat diciptakan untuk tujuan melestarikan nilai-nilai tradisi dan adat dalam proses serta teknik berkarya seni rupa daerah setempat. Bentuk, model, teknik, dan media memiliki keunikan/karakteristik tersendiri, sebagai kekayaan seni budaya.Karya seni rupa terapan daerah setempat yaitu karya seni rupa yang memiliki fungsi pakai/guna, dibuat dengan teknik (cara) dan media yang ada di daerah setempat, sebagai aset atau kekayaan budaya nasional.2. Hasil Karya Seni Rupa Terapan Daerah SetempatBenda-benda seni rupa terapan yang dihasilkan di bagian daerah di wilayah Indonesia diantaranya yang terkenal adalah:a. Kerajinan BatikSeni batik adalah sebagai budaya nasional yang sudah banyak dikenal di mancanegara. Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki karya seni batik yang berbeda jenis dan coraknya. Batik termasuk karya seni terapan dua dimensi yang umumnya digunakan sebagai nama motif atau corak batik. Antara lain :Batik SoloBatik YogyakartaBatik Bayumasan (Purwokerto)Batik Laseman (Lasem-Rembang)Batik Bakaran (Pati)Batik CirebonBatik Pekalongan (corak Pekalongan)Batik MaduraBatik PalembangBatik Garut (Jawa barat)Batik BaliBatik Tuban (Jawa Timur)b. Kerajinan keramik dari Kasongan Yogyakarta, Purwakarta, Sompok, Mayong (Jepara), Bojonegoro
(Jawa Timur), Bandung, dan Kedu.c. Kerajinan kain tenun dari daerah Troso (Jepara), Bali, Garut, Yogyakarta, Tuban, Lombok, dan Timor.d. Kerajinan kuningan dari Juwana Pati (Jawa Tengah).e. Kerajinan ukir perak bakar dari Kota Gede Yogyakarta.f. Kerajinan anyaman dari bahan alami untuk benda tas, keranjang, tikar, dan topi. Daerah
asal Tangerang, Kudus, Kedu, Tasikmalaya dan Bali.g. Kerajinan tangan untuk cinderamata (souvenir) dari daerah Surakarta, Jepara, Yogyakarta,
Jakarta, Bali, Bandung, Palembang, Makassar, dan Samarinda.h. Kerajinan wayang kulit (Wayang / boneka yang terbuat dari kulit berbentuk dua dimensi) digunakan
untuk seni perdalangan atau sebagai hiasan. Dihasilkan dari daerah Yogyakarta, Surakarta, Kedu,
Bali, dan Jawa Timur.i. Wayang Golek (boneka berbentuk tiga dimensi) dihasilkan dari daerah, Bandung, dan
Yogyakarta (Jawa tengah)j. Kerajinan ukir kayu, yang menghasilkan benda-benda ukir berupa perabotan rumah tangga ukir
(meja, kursi, tempat tidur, almari, dan hiasan dinding) dan gambar relief. Daerah penghasik ukiran
kayu antara lain Jepara, Bali, Kalimantan, Madura, dan Papua (suku Asmat), Yogyakarta, Surakarta,
Cirebon, dan Palembang.k. Kerajinan topeng kayu dari daerah Yogyakarta, Surakarta, Betawi, Cirebon, Bali, dan Bandung.l. Kerajinan merangkai janur. Jawa Tengah, Bali dan Yogyakarta.m. Kerajinan bordir berasal dari daerah Kudus dan Tasikmalaya.
Karya Seni Rupa Terapan
Sofa Ukir
Krajinan Tas Kulit
Kerajinan Tektil Batik
3. Media dan Teknik Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Media (bahan/alat) yang digunakan umumnya bahan alami dn yang mudah didapat dari daerah setempat. Contoh
media seni terapan tradisional (daerah setempat) umumnya menggunakan yang harganya murah, mudah terjangkau
masyarakat umum/luas, bambu, kayu, tanah liat, jenis rumput-rumputan (untuk anyaman), eceng gondok, tempurung
(batok) kelapa, kulit kerang, kulit hewan, batu marmer, batu andesit, dan daun-daunan.
Teknik (cara) yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan daerah setempat atau tradisional pada umumnya
sangat sederhana yaitu dengan menggunakan tangan atau dengan alat bukan mekanis (mesin). Misalnya dalam
pembuatan anyaman bambu daun, ukirankayu, kain tenun, kain songket keramik tradisi, wayang kulit dan golek, bordir,
sulaman, kain batik. Dikerjakan secara perorangan atau kelompok. Dengan cara (teknik) ukir, pahat, anyam, aplikasi,
jahit, butsir, membentuk.
Keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat
1. Gagasan (Ide) Karya seni rupa terapan
Gagasan (ide) berkarya seni rupa meliputi gagasan awal dan akhir. Seni rupa terapan daerah setempat memiliki
keunikan yang menarik bagi setiap orang. Hasil karya cipta yang diwujudkan sebagai benda hias ini bersumber dari ide
gagasan pembuat karya seni (perupa). Ada perupa yang tertarik menihat bahan (media) dengan bahan yang unik,
kemudian bahan tersebet menjadi benda seni yang berbobot dengan bahan tersebut sederhana yang disebut gagasan
akhir.
a. Contoh benda seni terapan dengan ide akhir:
Akar pohon jati dapat dibentuk menjadi meja dengan bentuk unik. Kemudian menyesuaikan wujus akar tersebut
Bahan limbah atau yang tidak terpakai dapat diciptakan menjadi benda guna yang indah. Contoh : tas, bantalan kursi,
dompet, kopas, ikat pinggang, keset, sapu, peralatan rumah tangga yang semuanya terbuat dari barang bekas
(terbuang)
Disamping itu ada pula perupa yang dalam menciptakan benda seni, ide atau gagasan sudah ada lebih dahulu (ide
datang lebih awal) baru dicari bahan (media) yang sesuai gagasan
b. Contoh benda seni terapan denga ide awal
Benda seni terapan yang terbuat dari bahan kayu, seperti: bangunan rumah kayu, barang-barang ukiran berupa
perabot rumah tangga, furniture, dasn benda kerajinan kayu yang lainya.
Benda seni terapan yang terbuat dari bahan bambu, antara lai keranjang, dinding, tas, hiasan dinding, tirai, anyaman,
angklung, rak piring, kotak, topi, meja kursi bambu.
Benda seni terapa yang digunakan untuk alat kesenian.
Contoh: hiasan yang unik dan menarik dan kerajinan alat musik (instrumen) seperti: kolintang, angklung, rebana, gong,
gambang, seruling, biola, kendang, dengan berbagai bentuk dan model.
Benda kerajianan yang digunakan untuk busana (pakaian)
Contoh: kerajinan tutup kepala (topi, kkopiyah, peci, blangkon, ikat kepala) dengan berbagai bahan, kerajianan sepatu
dan sandal dari kulit, pakaian pengantin adat dengan aksesorisnya, kain sarung, kain songket, kerajinan kain tenun,
kerajinan kain batik tulis dan cap.
2. Teknik karya seni rupa terapan daserah setempat
Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk proses pembuatan karya seni rupa. Teknik yang digunakan
dalam pembuatan karya seni rupa terapan daserah setempat sangat sederhana. Umumnya dikerjakan dengan tangan
yang terampil. Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat, antara lain:
Teknik karya seni rupa terapan dua dimensi
Teknik yang digunakan membuata karya seni rupa terapan dua dimensi dapat berupa : teknik batik, setak, sulam,
bordir, menempel, arsir, b lok, tenun, dan anyam.
Teknik batik digunakan untuk membuat kerajinan kain batik
Seni batik.
- Batik tradisional dengan teknik menulis/menggambar pada kain dengan alat canting dan bahan malam yang
dipanaskan. Selanjutnya diberi warna, dilorong (dibersihkan malamnya), dibilas (dicuci), dan dikeringkan dengaqn tidak
terkena panas matahari langsung.Karya Seni Rupa yang dibuat dengan cara ini memerlukan bahan dan
peralatankhusus,serta pembuatan melalui prosedur yang berbeda dengan teknik yang lain. Bahkanbahan dasar yang
digunakan untuk membatik , antara lain kain putih yang dapat ditempelililin atau malam sebagai bahan perintang dan
kain tersebut dapat meresap warna,bahanpembangkit warna,bahan pelarut napthol,bahan pelarut garam,serta malam
atau lilin.Salah satu daerah yang terkenal dengan teknik membatiknya adalah pekalongan.
- Batik modern menggunakan teknik caplak atau klise dan teknik printing (sablon)
Teknik anyaman
Anyaman adalah seni kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengankat dan menumpangtindihkan atau menyilang-
nyilangkan bahan sehingga menjadi suatu karya anyaman .
- Bahan anyaman dapat berupa:
- Daun pandan
- Daun lontar
- Menong
- Bambu
- Plastik, pita jepang, kertas yang diiris-iris.
- Macam corak anyaman antara lain:
- Anyaman lilit
- Anyaman bintang
- Anyaman bilik atau anyaman kepang
- Anyaman sasak
d. Teknik karya seni rupa terapan tiga dimensi
Teknik yang digunakan dapat berbagai macam tergantung media (bahan) yang digunakan, antara lain dengan teknik :
- Plester atau dengan kerangka
- Sambung atau menempel
- Cetak
- Pahat
- Membentuk (modeling)
- Butsir, dan
- Merakit/membangun
Teknik butsir, hanya menggunakan alat telapak tangan dan alat lain (kayu, kawat) sederhana. Bahan yang digunakan
lunak, elastis, lentur antara lain tanah liat, plastisi
Membentuk (modeling)
Dengan menggunakan beberapa teknik lagi, antara lain membentuk teknik:
- Kontruksi
Teknik kontruksi macamnya ada tiga, yaitu:
- Teknik lempeng
- Teknik pijat, dan
- Teknik spiral.
Alatnya berupa sudip (alat pengukur dari kayu), papan alas, paku, lidi
Bahan dari tanah liat, plastisi.
- Putar
Dengan menggunakan alat putar, terutama untuk benda yang berbentuk silindris (tabung), alat putar ini ada yang
diputar dengan kaki, tangan atau mesin.
- Cetak
Menggunakan cetakan, sehingga dapat dibersihkan beberapa benda dengan satu macam bentuk. Karya seni Rupa
yang dilakukan dengan Teknik Cetak , antara lain berupafotografi,semua karya seni grafis,dan karya desain grafis.
Proses pembuatannyamembutuhkan acuan cetak yang dipakai sebagai klise. Dengan klise tersebutmemungkinkan
karya dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan bentuk,warna,dankualitas yang sama
- Analitik
Membentuk dari bentuk global (utuh), ditarik, ditekan. Dikurangi hingga menjadi bentuk yang dikehendaki.
- Sintetik yaitu menambah/menempelkan bagian-bagian bentuk sehingga menjadi bentuk kesatuan bentuk.
Teknik Pahat atau ukir
Yaitu cara pembuatannya dengan menggunakan alat pahat (tatah) atau ukir dengan martil. Bahan (media) yang
digunakan adalah bahan keras seperti batu , cadas, kayu, gips, tanah liat kering.
Contoh pembutan kerajinan patung dan ukiran atau relief, kerajinan seni ukir terutama ukiran kayu dengan
menggunakan teknik pahat. Alat yang digunakan seperangkat pahat atau tatah ukir dengan berbagai ukuran. Ada yang
dibuat sket pola lebih rinci (detail), setelah selesai dihaluskan (diamplas).
Merakit dan Membangun
Merakit dan membangun yaitu kegiatan yang mencakup aktivitas menyusun berbagai komponen untuk dijadikan benda
trimatra (tiga dimensi).
Contoh: membuat maket, replika, membuat mobil-mobilan, membuat akuarium, membuat kalung, membuat diorama,
membuat benda berongga (kubus, kerucut, piramida, tabung), membuat wayang rumput, membuat boneka, media yang
digunakan antara lain : tempat dn batang korek api dan bahan dari alam sekitar, benda-benda bekas, kardus, karton,
sedotan, kertas, kayu, kawat, tali, dan rumput. Alatnya: pisau, gunting, cutter, spidol, lem, benang tali, kawat, paku, dan
kuas.