batu bata

Upload: aji

Post on 05-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengertian batu bata

TRANSCRIPT

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Batu Bata

    Batu Bata adalah suatu unsur bangunan yang dipergunakan dalam

    pembuatan konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah liat ditambah air dengan

    atau tanpa campuran bahan-bahan lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti

    manggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperature

    tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika

    didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

    Definisi Batu Bata menurut NI-10, SII-0021-78 sebagai berikut:

    Batu Bata adalah suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan

    konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran

    bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila

    direndam dalam air.

    Tanah liat merupakan bahan dasar dalam pembuatan Batu Bata yang

    memiliki sifat plastis dan susut kering. Sifat plastis pada tanah liat sangat penting

    untuk mempermudah dalam proses awal pembuatan Batu Bata. Apabila tanah liat

    yang dipakai terlalu plastis, maka akan mengakibatkan Batu Bata yang dibentuk

    mempunyai sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga akan mempengaruhi

    kekuatan, penyusutan, dan mempengaruhi hasil pembakaran Batu Bata yang

    sudah jadi.

    Tanah liat yang dibakar akan mengalami perubahan warna sesuai dengan

    zat-zat yang terkandung didalamnya. Warna tanah liat bermacam-macam

    tergantung dari oxid-oxid yang terkandung dalam tanah liat, seperti alumunium,

    besi, karbon, mangan, maupun kalsium. Senyawa-senyawa besi menghasilkan

    warna krem, kuning, merah, hitam, dan coklat. Liconit merupakan senyawa besi

    yang sangat umum menghasilkan warna krem, kuning dan coklat. Sedangkan

    hematite akan memberikan warna merah pada tanah liat. Senyawa besi silikat

    member warna hijau, senyawa mangan menghasilakan warna coklat, dan senyawa

    karbon memberikan warna biru, abu-abu, hijau, atau coklat. Perubahan warna

  • 5

    Batu Bata dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit dipastikan.

    Berikut tabel perkiraan perubahan warna tanah liat mentah setelah proses

    pembakaran (Hartono, 1987)

    Table 2.1. Perkiraan perubahan warna tanah liat setelak proses pembakaran Warna tanah lait Kemungkinan perubahan warna

    setelah dibakar 1. Merah 2. Kuning tua 3. Coklat 4. Putih 5. Abu-abu atau hitam 6. Hijau 7. Merah, kuning, abu-abu tua

    Merah atau coklat Kuning tua, coklat, atau merah Merah atau coklat Putih atau putih kekuningan Merah, Kuning tua, atau putih Merah Pertama merah lalu krem, kuning tua atau kuning kehijauan pada saat melebur

    Bahan campuran atau bahan tambah dalam pembuatan batu bata digunakan

    untuk memperbaiki kualitas tanah liat atau bahan penolong yang akan dijadikan

    sebagai bahan mentah supaya menjadi bahan yang plastis. Bahan mentah batu

    bata terbuat dari bahan dasar berupa tanah liat dengan atau tanpa menggunakan

    bahan campuran. Bahan-bahan campuran yang biasa digunakan seperti abu

    sekam, pasir, sekam padi, dan serbu gergaji. Sedangkan bahan campuran yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah Abu Sabut Kelapa karena selain murah,

    mudah didapatkan juga sangat melimpah.

    1.1.1 Sifat Fisis Batu Bata Sifat fisis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata tanpa adanya pemberian

    beban atau perlakuan apapun. Sifat fisis batu bata (Civil Engeneering Materials,

    2001), antara lain adalah:

    1. Densitas atau Kerapatan Batu Bata

    Densitas adalah massa atau berat sampel yang terdapat dalam satu satuan

    volume. Densitas yang disyaratkan untuk digunakan adalah 1,60 gr/cm3 2,00

    gr/cm3. Persamaan yang digunakan dalam menghitung densitas atau kerapatan

    batu bata adalah :

  • 6

    D (density) =

    (gr/cm3)

    2. Warna Batu Bata

    Warna batu bata tergantung pada warna bahan dasar tanah, jenis campuran

    bahan tambahan kalau ada dan proses berlangsungnya pembakaran. Standar

    warna batu bata adalah orange kecoklatan.

    3. Dimensi atau Ukuran Batu Bata

    Dimensi batu bata yang disyaratkan untuk memenuhi hal diatas adalah batu

    bata harus memiliki ukuran panjang maksimal 16 in (40 cm), lebar berkisar

    antara 3 in 12 in (7,50 cm 30,0 cm) dan tebal berkisar antara 2 in 8 in (5

    cm 20 cm).

    4. Tekstur dan Bentuk Batu Bata

    Bentuk batu bata berupa balok dengan ukuran panjang, lebar, tebal yang telah

    ditetapkan. Permukaan batu bata relatif datar dan kesat tapi tak jarang

    berukuran tidak beraturan.

    1.1.2 Sifat Mekanis Batu Bata

    Sifat mekanis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata jika dibebani atau

    dipengaruhi dengan perlakuan tertentu. Sifat teknis batu bata (Civil

    Engeneering Materials, 2001), antara lain adalah :

    1. Kuat Tekan Batu Bata

    Kuat tekan batu bata adalah kekuatan tekan maksimum batu bata per satuan

    luas permukaan yang dibebani. Standar kuat tekan batu bata yang disyaratkan

    oleh ASTM C 67-03 adalah sebesar 10,40 MPa. Persamaan yang digunakan

    dalam menghitung kuat tekan batu bata : C =

    (lb/in2)

    2. Modulus of Rupture Batu Bata

    Modulus of rupture adalah modulus kegagalan dari batu bata akibat diberi

    beban maksimum. Standar modulus of rupture batu bata yang disyaratkan oleh

    ASTM C 67-03 adalah sebesar 3,50 MPa. Persamaan yang digunakan dalam

    menghitung modulus of rupture batu bata adalah:

  • 7

    S = .

    (lb/in2)

    3. Penyerapan (absorbtion) Batu Bata

    Penyerapan (absorbtion) adalah kemampuan maksimum batu bata untuk

    menyimpan atau menyerap air atau lebih dikenal dengan batu bata yang jenuh

    air. Standar penyerapan (absorbtion) batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C

    67-03 adalah masing-masing maksimum 13 % dan 17 %. Persamaan yang

    digunakan dalam menghitung penyerapan (absorbtion) batu bata adalah :

    a). Cold Water Absorption % penyerapan = ( )

    (%)

    b). Boiling Water Absorption % penyerapan = ( )

    (%)

    c). Koefisien Kejenuhan

    Koefisien kejenuhan adalah perbandingan antara cold water absorption

    dengan boiling water absorption. Persamaannya adalah : Sc = Ws WdWb Wd 4. Initial Rate of Suction (IRS) dari Batu Bata

    Initial Rate of Suction (IRS) adalah kemampuan dari batu bata dalam menyerap

    air pertama kali dalam satu menit pertama. Hal ini sangat berguna pada saat

    penentuan kadar air untuk mortar. Standar initial rate of suction (IRS) batu

    bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah minimum 30 gr/mnt/30 in2.

    Persamaan yang digunakan dalam menghitung initial rate of suction (IRS) batu

    bata adalah :

    IRS = (m1 m2) K (7)

    Karena IRS memiliki satuan gr/mnt/30 in2 atau gr/mnt/193,55 cm2, maka harus

    dikalikan dengan suatu faktor, yaitu : K = 30Luas area atauK = 193,55Luas area

  • 8

    5. Kuat Tekan Pasangan Batu Bata (Compressive Strength of Brick Prism)

    Kuat tekan pasangan batu bata (compressive strength of brick prism) adalah

    kemampuan maksimum dari pekerjaan pasangan batu bata dengan mortar.

    Standar prosedur percobaan kuat tekan pasangan batu bata yang disyaratkan

    oleh ASTM C 1314-03, adalah sebagai berikut :

    fc = Pu + W bh (MPa atau Psi) Dalam pengujian kuat tekan ini ASTM C 1314 memberikan faktor koreksi

    sesuai dengan dimensi benda uji yang terlihat pada Tabel 4.1 ;

    Tabel 2.2. Faktor Koreksi Kuat Tekan Batu Bata

    hp/tp 1,3 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0

    Faktor Koreksi 0,75 0,86 1 1,04 1,07 1,15 1,22

    6. Pemeriksaan Kegagalan Ikatan Pasangan Batu Bata (Bond Flexure of Brick

    Prism)

    Pemeriksaan kegagalan ikatan pasangan batu bata (bond flexure of brick prism)

    adalah kemampuan menerima beban maksimum dari ikatan antara mortar dan

    batu bata. Standar prosedur percobaan kegagalan ikatan pasangan batu bata

    yang disyaratkan oleh ASTM E 518. Pemeriksaan kegagalan ikatan pasangan

    batu bata akan menghasilkan nilai modulus of rupture. Secara matematis dapat

    dihitung dengan rumus berikut : R = (P + 0,75Ps)bd2 (MPa atau Psi) 7. Pemeriksaan Kuat Lentur Pasangan Batu Bata

    Pemeriksaan kuat lentur pasangan batu bata adalah kemampuan menerima

    beban lentur maksimum dari ikatan antara mortar dan batu bata. l = (Pu + W)lbd2 (MPa atau Psi) 8. Pemeriksaan Kuat Geser Pasangan Batu Bata (Shear Strength of Brick and

    Mortar)

  • 9

    Pemeriksaan kuat geser pasangan batu bata (shear strength of brick and

    mortar) adalah kemampuan menerima beban geser maksimum dari ikatan

    antara mortar dan batu bata. Standar prosedur percobaan pemeriksaan kuat

    geser pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM E 519. (Oscar Fitrah

    Nur, 2008). Persamaan yang digunakan dalam menghitung kuat geser pasangan

    batu bata adalah: fvh = Pu + W2bh (MPa atau Psi)

    1.1.3 Jenis-jenis batu bata Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu bata

    digolongkan dalam 2 jenis:

    1. Batu Bata Tanah Liat

    Bata biasa memiliki warna permukaan yang tidak menentu. Bata ini

    digunakan untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata biasa seringkali

    disebut dengan bata merah.

    Batu bata dari tanah liat terdiri dari dua macam, yaitu :

    a. Bata merah

    Bata merah adalah suatu unsur bangunan yang terbuat dari tanah liat

    dengan atau tanpa bahan tambahan seperti serbuk gergaji, sekam padi

    atau pasir. Tanah liat ini dicetak berbentuk balokbalok, lalu dibakar

    dengan temperatur 1050 C untuk mengeraskannya, sehingga tidak

    dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

    Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari

    permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun

    berselangseling empat buahempat buah. Ketinggian penyusunan max

    2 m ini untuk memudahkan dalam pengambilan. Di atasnya ditutup

    dengan kain terpal atau plastik agar air hujan tidak terserap oleh bata

    merah.

  • 10

    b. Super bata

    Super bata adalah bahan bangunan yang bentuk dan kegunaannya sama

    dengan bata merah. Super bata juga terbuat dari tanah liat dan dicampur

    dengan pasir halus. Pembuatannya melalui proses mekanis, oleh

    karenanya super bata mempunyai permukaan halus dengan ukuran yang

    sama. Biasanya bata ini dibuat tidak penuh, tapi berlobang sehingga

    dapat menghemat bahan baku dan menghasilkan ikatan yang kuat

    dengan mortar. Karena Super bata mempunyai permukaan yang halus,

    maka pada pemakaiannya kita tidak memerlukan plesteran lagi. Karena

    bentuknya yang bervariasi, maka dapat pemasangannya dapat dibuat

    lebih artistik. Super bata sering disebut batu muka dan memiliki

    permukaan yang baik, licin dan mempunyai warna atau corak

    yang sama. Bata muka biasa disebut sebagai bata imitasi.

    2. Batu Bata Pasir-Kapur

    Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan

    pasir dengan perbandingan 1 : 8 atau campuran lain serta air yang

    ditekankan ke dalam campuran sehingga membentuk bata yang sangat

    padat. Biasa digunakan untuk bagian dinding yang terendam air dan

    memerlukan kekuatan tinggi.

    Batu bata jenis ini terdiri dari dua macam yaitu :

    a. Batu cetak

    Batu cetak adalah suatu bahan bangunan yang diproduksi oleh

    masyarakat kita, terbuat dari trash dan kapur dengan perbandingan 5 : 1.

    Banyak keuntungan yang dapat kita ambil dari pemakaian batu cetak

    ini, umpamanya untuk pemasangan 1 m2 dinding lebih sedikit jumlah

    batu yang diperlukan, dan juga mengurangi keperluan mortar sampai 30

    50 %. Berat pasangan jauh lebih ringan dari konstruksi bata merah

    yaitu bisa 50 % lebih ringan, karena bentuk batu cetakan yang

    beraneka macam dan menarik, sehingga dinding tidak usah diplester.

    Komposisi mortar untuk pemasangan batu cetak ini harus sama dengan

  • 11

    komposisi bahan batu cetak itu sendiri, sehingga dapat menghasilkan

    ikatan yang baik antara mortar dan batu cetak.

    b. Batako press.

    Batako press ini terbuat dari adukan kapur, pasir, tras dan semen,

    pencetakannya dengan mesin press, dibuat berlobang untuk menghemat

    bahan dan juga untuk isolasi suara dan panas. Dan biasanya tembok

    sebelah luar tidak diplester lagi, kecuali bagian dalam dinding.

    Bata adalah salah satu jenis bahan untuk pemasangan dinding yang

    banyak digunakan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan :

    - Dinding pemasangan bata dapat berfungsi sebagai pembagi ruangan;

    - Mampu menahan beban;

    - Isolasi terhadap panas dan suara;

    - Proteksi terhadap kebakaran dan cuaca;

    - Relatif murah dan awet;

    - Dalam bidang datar sangat fleksibel;

    - Menampilkan permukaan luas yang menarik (estetika).

    Dalam satu pasangan tembok bata, diperlukan kurang lebih 30%

    adukan untuk mambuatnya. Dinding tersebut dibuat sedemikian,

    sehingga memenuhi syarat kekuatan, keawatan dan stabilitas serta

    memberikan sifat yang baik terhadap pengaruh cuaca dimana tembok

    itu didirikan atau dibangun. Juga ditempat yang memiliki gangguan

    gempa bumi, sehingga sifat tembok itu juga harus tahan terhadap gaya-

    gaya horizontal.

    Karena pasangan dinding bata merupakan susunan dari bata dan

    mortar, maka sifat dinding tersebut dipengaruhi oleh sifat bata dan

    adukan pasangannya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai sifat bata,

    terutama sifat kekuatannya perlu diketahui sehingga dapat diperkirakan

    kekuatan dinding tembok yang akan dibangun/dibuat.

    Disamping itu perlu diketahui cara pelaksanaan pekerjaannya,

    karena walaupun bahan yang dipakai baik mutunya tetapi bila cara

    pelaksanaan tidak benar maka akan menghasilkan tembok yang tidak

  • 12

    baik. Karena itu sifat suatu dinding tembok bata tergantung dari

    beberapa faktor, yaitu:

    a. Sifat dari bahan pembuatannya yaitu adukan (sifat mortar) atau sifat

    bata yang dipakai untuk pemasangan

    b. Cara pelaksanaan pemasangan bata

    Karakteristik Bata Konvensional

    1. Warna bata tergantung pada warna bahan dasar tanah dan juga jenis

    campuran bahan tambahan, pada tanah yang banyak mengandung Laterite

    blok, batu bata berwarna merah gelap, sedang pada tanah yang berkapur

    berwarna agak terang.

    2. Dimensi dari bata sangat bervariasi sekali, hal ini disesuaikan dengan

    kebutuhan akan adanya modul bangunan, juga pertimbangan lain adalah pada

    proses pemasangan pada saat konstruksi.

    3. Bentuk bata umumnya adalah balok persegi (blok). Blok yang dipergunakan

    sebagai dinding pemikul mempunyai beberapa jenis bentuk yakni: jenis blok

    biasa, jenis blok sambungan sudut dan blok untuk bagian ujung dinding,

    semua jenis tersebut umumnya berlubang tempat memasang lajur besi, Jenis

    blok yang lain adalah perbedaannya pada ukuran yakni jenis blok dan

    blok, kedua jenis ini diadakan untuk mengurangi sampah atau sisa blok yang

    tidak terpakai dilapangan pada saat konstruksi. Semua jenis di atas dapat

    dibentuk tergantung sekali pada cetakan blok.

    4. Tekstur permukaan bata relatif halus dan licin, apalagi bila mempunyai

    densitas tinggi, tetapi tidak menutup kemungkinan bata didisain dengan

    tekstur yang tidak rata dan dengan pola tertentu, hal tersebut dapat tercapai

    dengan disain pola cetakan.

    Kelebihan dan Kekurangan Bata Konvensional

    1. Kelebihan

    a. Cukup kuat dan tahan lama.

    b. Dapat menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada

    musim dingin.

  • 13

    c. Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap

    api/kebakaran.

    d. Relatif murah harganya dan mudah didapat.

    e. Tidak memerlukan perekat khusus.

    2. Kekurangan

    a. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan beton ringan dan bahan

    dinding lainnya.

    b. Tidak tahan terhadap perubahan suhu yang besar.

    c. Kualitas yang kurang seragam dan juga ukuran yang jarang sama sehingga

    sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi.

    d. Jumlah terbatas, sulit untuk didapat dalam jumlah banyak, dan mudah

    pecah.

    e. Bata memiliki berat sendiri yang cukup besar sehingga menimbulkan

    beban yang cukup besar pada struktur bangunan.

    f. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi maka dibutuhkan plesteran

    yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.

    1.1.4 Kualitas Batu Bata Merah

    Pengujian terhadap kualitas batu bata merah dengan campuran Abu Sabut

    Kelapa harus memenuhi syarat-syarat batu bata merah. Adapun syarat-syarat batu

    bata merah dalam NI-10,1978 dan SII-0021-78 adalah sebagai berikut.

    Pandangan luar.

    Batu bata harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang

    sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang

    berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warnanya seragam, dan berbunyi

    nyaring bila dipukul.

    Ukuran-ukuran

    Ukuran-ukuran batu bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam

    perjanjian antara pembeli dan penjual (pembuat). Sedangkan ukuran batu bata

    merah yang standar menurut NI-10, 1978: 6 yaitu batu bata merah dengan panjang

    240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm, dan batu bata merah dengan panjang 230

  • 14

    mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm. sedangkan standar ukuran batu bata merah

    menurut SII-0021-78 yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini.

    Tabel 2.3 Modul Standar Ukuran Batu Bata Merah

    Modul Tebal (mm)

    Lebar (mm)

    Panjang (mm)

    M-5a M-5b M-6

    65 65 50

    90 140 110

    190 190 220

    Sumber SII-0021078

    Penyimpangan ukuran maksimum batu bata merah yang disyaratkan dalam

    SII-0021-78, adalah sebagai berikut:

    Table 2.4 Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum Batu Bata Merah

    Sumber: SII-0021-78

    Penyimpangan ukuran standar batu bata merah terbesar yang disyaratkan

    dalam NI-10-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum; lebar maksimum 4%; dan

    tebal maksimum 5%. Sedangkan selisih antara batu bata merah berukuran

    maksimum dengan batu bata merah berukuran minimum yang diperbolehkan,

    yaitu untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, dan tebal 4 mm.

    2. 5 Bahan campuran Batu Bata

    2.5.1 Tanah Liat (lempung)

    Lempung adalah tanah hasil pelapukan batuan keras seperti ; basalt

    (sebagai batuan dasar), andesit dan granit. Lempung sangat tergantung pada jenis

    Batuan asalnya. Umumnya batuan keras akan memberian pengaruh warna pada

    Kelas

    Penyimpangan Ukuran Maksimum (mm) M-5a dan M-5b M-6

    Tebal Lebar Panjang Tebal Lebar Panjang 25 50

    100 150 200 250

    2 2 2 2 2 2

    3 3 3 2 2 2

    5 5 4 4 4 4

    2 2 2 2 2 2

    3 3 3 2 2 2

    5 5 4 4 4 4

  • 15

    lempung, seperti merah, sedangkan granit akan memberikan warna lempung

    menjadi putih.

    Jenis-Jenis Lempung yang Digunakan dalam Pembuatan Batu Bata

    Berdasarkan tempat pengendapan dan asalnya, lempung dibagi dalam

    beberapa jenis:

    1. Lempung Residual

    Lempung Residual adalah lempung yang tedapat pada tempat dimana lempung

    itu terjadi dan belum berpindah tempat sejak terbentuknya. Sifat lempung jenis

    ini adalah berbutir kasar dan masih bercampur dengan batuan asal yang belum

    mengalami pelapukan,tidak plastis. Semakin digali semakin banyak terdapat

    batuan asalnya yang masih kasar dan belum lapuk

    2. Lempung Illuvial

    Lempung illuvial adalah lempung yang sudah terangkut dan mengendap pada

    suatu tempat yang tidak jauh dari tempat asalnya seperti di kaki bukit.

    Lempung ini memiliki sifat yang mirip dengan lempung residual, hanya saja

    lempung illuvial tidak ditemukan lagi batuan dasarnya. Di Indonesia pada

    pembuatan batu bata merah dan genteng pada umunya menggunakan lempung

    jenis ini.

    3. Lempung Alluvial

    Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di sekitar

    atau di sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di dekat sungai, sedangkan

    lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya.

    4. Lempung Rawa

    Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di rawa-rawa. Jenis lempung

    ini dicirikan oleh warnanya yang hitam. Apabila terdapat di dekat laut akan

    mengandung garam.

    Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan batu

    bata merah. Tanah liat terjadi dari tanah napal (tanah bawah, asam kersik) yang

    dicampur dengan bermacam-macam bahan yang lain. Bahan dasar pembuatan

    batu bata merah berasal dari batu karang dan diperoleh dari proses pelapukan

  • 16

    batuan. Tanah liat kebanyakan diambil dari permukaan tanah yang mengendap.

    Endapan tanah liat sering juga terdapat dalam lapisan lain, sehingga proses

    pengambilannya dengan cara membuat sumur-sumur. Tanah liat yang

    dipergunakan dalam pembuatan batu bata merah adalah bahan yang asalnya dari

    tanah porselin yang telah bercampur dengan tepung pasir-kwarsa dan tepung oxid-

    besi (Fe2O 3) dan tepung kapur (CaCO 3)

    Tanah liat memiliki komposisi kimia sebagai berikut:

    1. Silika (SiO2), silika dalam bentuk sebagai kuarsa jika memiliki kadar yang

    tinggi akan menyebabkan tanah liat menjadi pasiran dan mudah slaking,

    kurang plastis dan tidak begitu sensitif terhadap pengeringan dan pembasahan.

    2. Alumina (Al2O3), terdapat dalam mineral lempung, feldspar dan mika.

    3. Fe2O3, komponen besi ini dapat menguntungkan atau merugikan tergantung

    jumlahnya dan sebar butirannya. Makin tinggi kadar besi tanah liat, makin

    rendah temperatur peleburan tanah liat. Mineral besi yang berbentuk kristal

    dengan ukuran yang besar dapat menyebabkan cacat pada permukaan

    produknya seperti pada batu bata atau keramik.

    4. CaO (kapur), terdapat dalam tanah liat dalam bentuk batu kapur. Bertindak

    sebagai pelebur bila temperatur pembakarannya mencapai lebih dari 11000 C.

    5. MgO, terdapat dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat. Dapat

    meningkatkan kepadatan produk hasil pembakaran.

    6. K2O dan Na2O, Alkali ini menghasilkan garam-garam larut setelah

    pembakaran. Dapat menyebabkan penggumpalan kolorid dan dalam

    pembakaran dapat bertindak sebagai pelebur yang baik.

    7. Organik, bahan-bahan yang bertindak sebagai protektor koloid dan menaikkan

    keplastisan, misalnya : humus, bitumen dan karbon.

  • 17

    2.5.2 Semen Portland Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive maupun kohesif.

    Menurut standar indonesia, SII 0013-1989, definisi semen portland adalah semen

    hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari

    silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan.

    Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam

    pembangunan fisik.

    Semen portland dibuat dengan tiga bahan dasar yaitu kapur, silika dan

    alumina. Ketiga bahan ini dicampur dan dibakar dengan suhu 15500C dan menjadi

    klinker. Klinker ini yang kemudian dihaluskan seperti bubuk semen portland. Bila

    dicampur air akan membentuk pasta semen kemudian akan menjadi kaku dan

    keras.

    2.6 Daya Serap Air

    Daya serap air adalah kemampuan bahan dalam menyerap air (daya hisap).

    Bobot isi adalah perbandingan berat dalam keadaan kering dengan bobot dalam

    kondisi jenuh air. Daya serap air yang tinggi akan berpengaruh pada pemasangan

    batu bata dan adukan karena air pada adukan akan diserap oleh batu bata sehingga

    pengeras adukan tidak berfungsi dan dapat mengakibatkan kuat adukan menjadi

    lemah. Daya serap yang tinggi disebkan oleh besarnya kadar pori pada batu bata

    (batu bata tidak padat).

    2.7 Kuat Tekan Kualitas batu bata merah dapat dibagi atas tiga tingkatan dalam hal kuat

    tekan dan penyimpangan ukuran menurut NI-10, 1987:6, yaitu :

    a. Batu bata merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih besar dari

    100 kg/cm2 dan ukurannya tidak ada yang menyimpang.

    b. Batu bata merah mutu tingkat II dengan kuat tekan rata-rata antara 100

    kg/cm2 sampai 80 kg/cm2 dan ukurannya yang menyimpang satu buah dari

    sepuluh benda percobaan.

  • 18

    c. Batu bata merah mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-rata antara 80 kg/cm2

    sampai 60 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang dua buah dari sepuluh benda

    percobaan.

    Tabel 2.5. persyaratan dan Klasifikasi Bata Standar

    Bata Merah Pejal

    Kuat tekan bruto minimum (kg/cm2)

    Penyerapan air minimum (% berat)

    A1 20 - A2 35 - B1 50 35 B2 70 25

    A1 dan A2 untuk dipakai dalam konstruksi yang tidak memikul beban, dimana A1

    dipasang pada tempat yang terlindung dari cuaca luar dan diberi lapisan pelindung

    dan A2 sama dengan A1 tetapi dapat tanpa lapisan pelindung.

    B1 dan B2 dapat dipakai dalam konstruksi yang memikul beban dimana B1

    ditempat-tempat yang terlindung dari cuaca luar dan B 2 dapat ditempat yang tak

    terlindung dari cuaca.

    2.8 Persyaratan

    Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menurut SII-0021-78 dan PUBI-

    1982 yaitu :

    a. Tampak luar, bentuk yang disyaratkan pada batu bata jenis ini adalah

    prisma segi empat panjang, mempunyai sudut siku dan tajam permukaan

    rata dan tidak menampakkan adanya retak, warna dan bunyi nyaring.

    b. Ukuran batu bata harus sesuai dengan standar NI-10 (1978) yaitu :M-5a

    (190 x 90 x 65 mm), M-5b (190 x 140 x 65 mm) dan M-6 (230 x 110 x 55

    mm). Pada standar pengukuran, penyimpangan terbesar yang

    diperbolehkan untuk masing-masing panjang, lebar dan tebal maksimum

    antara 3%-5%.

    c. Larutan garam, kadar garam yang melebihi 50% tidak boleh karena akan

    mengakibatkan tertutupnya permukaan batu bata dan dapat mengurangi

    keawetan batu bata.

  • 19

    d. Penyerapan disyaratkan tidak melebihi dari 20%

    e. Berat jenis batu bata normal berkisar antara 1,8-2,6 gr/cm3.

    2.9 Uji Bata Sebelumnya

    Pada penelitian pemanfaatan limbah sekam padi dan sabut kelapa pada

    campuran batako (bata beton) sudah pernah dilakukan. Rasio perbandingan bahan

    baku berupa pasir divariasikan dengan sekam padi atau sabut kelapa, antara lain

    = 100%:0%; 95%:5%; 90%:10%; 85%:15%; dan 80%: 20%, dari bahan baku.

    Umur Batako (hari): 9, 18, dan 28 hari, dengan menetapkan komposisi semen,

    agregat halus (pasir), sekam padi atau sabut kelapa dan air. Selanjutnya campuran

    dicetak dan di press dengan rojok, lalu dilakukan uji kelayakan, meliputi : Uji

    Tampak Luar, Uji Penyerapan Air, dan Uji Kuat Tekan untuk mengetahui kualitas

    Batako (Bata Beton) terbaik menurut standar SNI 03-0349-1989. Hasil percobaan

    menunjukan bahwa hasil terbaik dapat dicapai pada komposisi campuran limbah

    sabut kelapa 10%, pada umur 28 hari memenuhi SNI 03-0349-1989 dengan kelas

    Batako (Mutu) III. Pada komposisi campuran limbah sekam padi 15%, pada umur

    9 dan 18 hari memenuhi SNI 03-0349-1989 dengan kelas Batako (Mutu) IV.

    (Enggarwati, 2011)

    Pemanfaatan limbah abu sekam padi dan serbu batu tabas dengan semen dan

    dicampur dengan tanah liat tanpa proses pembakaran. Dilakukan penelitian

    sebanyak lima jenis campuran dibuat dengan proporsi total abu sekam padi dan

    serbuk batu tabas 30%, tanah liat 60% dan semen sebanyak 10% dari persentase

    berat campuran. Variasi komposisi antara abu sekam padi dan serbuk batu tabas

    dibuat dengan menggunakan perbandingan 0%:30%; 7,5%:22,5%; 15%:15%;

    22,5%:7,5%; 30%:0%. Benda uji yang digunakan berupa kubus dengan ukuran

    6x6x6 cm. Dari masing-masing campuran dibuatkan 3 buah benda uji untuk

    pengujian kuat tekan dan 3 buah benda uji untuk pengujian resapan air. Pengujian

    dilakukan pada umur 14 dan 28 hari. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai

    kuat tekan terbesar batu bata tanpa pembakaran adalah 22,90 kg/cm2 yang

    diperoleh pada campuran I dengan persentase abu sekam dan serbuk batu tabas

    30% dan 0% pada umur 28 hari, sedangkan resapan air terkecil adalah sebesar

  • 20

    44,03% yang diperoleh dari pembuatan batu bata memakai campuran V dimana

    kadar abu sekam padi dan serbuk batu tabas adalah 0% dan 30% pada umur 28

    hari, (Sudarsana, 2011).