batuk
DESCRIPTION
Refleks batuk sebagai respon fisiologis dan patologis dari tubuh.TRANSCRIPT
BATUK
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk adalah gerakan refleks fisiologis
dalam melindungi paru-paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu
untuk mengeluarkan atau menghilangkan benda asing yang menyebabkan batuk, dengan jalan1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran napas. 2. Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran napas.
Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu.
Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari,
Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang
hemoptisis
Batuk darah : bekuan darah atau sputum yang mengandung darah
Bekuan darah : tumor paru Sputum yang mengandung darah :
merokok atau infeksi ringan Disebabkan oleh invasi mukosa,
nekrosis tumor.
Pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus menghasilkan sputum yang berwarna seperti karat
Sputum merah muda dan berbusa disebabkan oleh edema paru
Hemoptisis berulang dapat disebabkan oleh bronkiektasis,tuberkulosis
Deskripsi batuk1. Kering,pendek : Infeksi virus, alergi, tumor,
ansietas2. Produktif kronis :Bronkitis kronis,
tuberkulosis 3. Wheezing : Asma,alergi4. Menggonggong :Penyakit epiglotis 5. Stridor :Obstruksi trakea6. Pagi hari : Merokok7. Malam hari :Tetesan post-
nasal,gagal jantung kongestif
8. Berkaitan dengan makan/minum : Penyakit neuromuskular pada esofagus
penyebab batuk1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di
saluran pernafasan bagian atas yang merupakan gejala flu.
2. Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
3. Alergi 4. Asma atau tuberculosis 5. Benda asing yang masuk kedalam saluran
napas 6. Tersedak akibat minum susu 7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar 8. Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak
diakibatkan karena masalah emosi dan psikologis
REFLEKS BATUK
5 komponen utama refleks batuk :1. reseptor batuk, 2. serabut saraf aferen,3. pusat batuk,4. susunan saraf eferen 5. efektor
Rangsangan reseptor batuk
melalui serabut aferen
rangsangan diteruskan ke pusat batuk di medula
melalui serabut eferen
diteruskan ke otot-otot pernapasan
Daerah refleks batuk yang paling sen-sitif pada saluran napas adalah daerah laring,
karina, trakea dan bronkus; yang lain ialah pleura, membran timpani
Reseptor batuk Reseptor ini berupa serabut saraf non
mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks.
dalam rongga toraks : terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil,
sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.
Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.
Serabut aferen
terpenting ada pada cabang nervus Vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus.
Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis,
nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan
nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma
serabut-serabut eferen
n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor
Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain.
Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.
MEKANISME BATUK
Mekanisme batuk dibagi menjadi tiga fase
1. Fase inspirasi 2.Fase kompresi 3.Fase ekspirasi
1. Fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat
kontraksi otot abduktor kartilago artenoidea.
Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru.
Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru.
Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan
2.Fase kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis
akibat kontraksi otot adduktor kartilago artenoidea; glotis tertutup selama 0,2 detik.
Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cm H20 agar terjadi batuk yang efektif.
Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka.
Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks, walaupun glotis tetap terbuka
3.Fase ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain.
3.Fase ekspirasi
Gerakan glotis, otot-otot pernapasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan di sinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.
Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran napas atau getaran pita suara
keadaan patologis kondisi batuk tidak efektif sehubungan dengan
fase inspirasi atau ekspirasi atau keduanya. Kelainan di luar paru seperti kelainan tulang,
otot atau saraf dapat menyebabkan batuk tidak efektif karena inspirasi atau ekspirasi sangat terbatas akibat rasa sakit, kelelahan atau depresi susunan saraf pusat.
Batuk yang tidak efektif juga dapat disebabkan oleh penyakit paru misalnya lesi endobronkial, striktur bronkial, benda asing, bronkospasme atau sekret pada penderita asma atau sekret kental pada penderita fibrosis kistik
Rangsang Penyebab Batuk 1.rangsang inflamasi seperti edema
mukosa dengan sekret trakeobronkial yang banyak.
2.rangsang mekanik seperti benda asing dalam saluran napas, aspirasi, post nasal drip, retensi sekret bronko pulmoner.
Rangsang Penyebab Batuk
3.rangsang suhu seperti asap rokok (merupakan oksidan), udara panas/dingin, inhalasi gas.
4.rangsang psikogenik, Batuk sering dijumpai pada perokok dan dapat menyebabkan batuk kronik. Pada penelitian 200 perokok dengan batuk kronik, setelah berhenti merokok ternyata 77% gejala batuk menghilang dan 17% gejala batuk berkurang. Pada 50% perokok gejala batuk menghilang satu bulan setelah berhenti merokok
KOMPLIKASI BATUK
Pada waktu batuk, tekanan intratoraks meninggi sampai 300 mmHg; peninggian tekanan ini diperlukan untuk menghasilkan batuk yang efektif
tetapi hal ini dapat mengakibatkan komplikasi pada paru, muskuloskelet, sistem kardiovaskular dan susunan saraf pusat.
Komplikasi di paru dapat timbul pneumomediastinum,
kecuali pada bayi terjadi emfisema subkutis yang tidak serius.
Dapat pula terjadi pneumoperitoneum dan pneumoretroperitonium, tetapi ini sangat jarang.
Komplikasi lainnya adalah pneumotoraks dan emfisema, komplikasi muskuloskeletal, fraktur iga, ruptur otot rektus abdominalis.
Komplikasi kardiovaskular
bradikardi, robekan vena subconjuctiva, hidung dan anus;
komplikasi lainnya adalah henti jantung.
sistim saraf pusat
dapat terjadi cough syncope; akibat peningkatan tekanan intratoraks terjadi refleks vasodilatasi arteri dan vena sistemik.
Hal ini menyebabkan curah jantung menurun dan kadang-kadang berakibat rendahnya tekanan uteri sehingga terjadi kehilangan kesadaran.
Syncope terjadi beberapa detik setelah batuk paroksimal.