bayang kematian

5
 Bayang Kematian Pelan-pelan, aku belajar tuk menjalaninya; kupikir aku telah salah jalan, salah menentukan pijakan. Tapi semua itu datang tiba-tiba, pikiran-pikiran yang aku tahu itu buruk. Ta pi mengapa tetap kulakukan? Aku mencoba mengerti kondisi mereka; setiap hal yang memaksa mereka untuk jauh dariku, tapi tak kunjung ku pahami. Aku merasa muak pada mereka; pada orang tuaku yang selalu mengungkungku dengan berbagai aturan. Aku meletakkan pulpenku sambil mendesah gelisah. Ta k lama setelah itu ku tutup diaryku dan aku melangkahkan kakiku ke tempat yang biasa aku datangi. Kegelapan menutup segalanya. anya sedikit cahaya yang memantulkan sinar pada bola mataku. Ku edarkan  pandanganku ke segala sudut. !iskotik yang ramai, dipenuhi dengan orang yang tidak ben ar. Aroma minuman keras dan asap rokok mengepul memenuhi istanaku. "a, istana, di sini aku bagai seorang ratu, sedangkan di rumah, bagiku bagai neraka tak  bertepi, memuaskan na#su dunia dengan segala keme$ahan yang tak berguna. !engan orang- orang yang hanya mementingkan kesuksesannya. %ereka adalah orang tuaku, ayah dan ibuku; dan diriku adalah seorang anak liar. Ayahku adalah seorang pengusaha sukses, yang setiap hari selalu sibuk dengan bisnisnya, dan ibuku yang sibuk dengan arisannya dan perkumpulannya dengan ibu-ibu yang lain. anya untuk sekadar kepuasannya sendiri. &edangkan aku anak mereka satu-satunya yang tak pernah di anggap. &elama ini, mereka hanya memenuhi kebutuhan materiku tapi bagaimana dengan kasih sayang dan perhatian untukku? "a ,aku Khikan. Anak kelas ' &%A yang tak pernah mendapat kasih sayang orang tua. (adi jangan salahkan aku, jika aku mencari duniaku sendiri untuk berbagi resah dan gelisah. anya di tempat

Upload: chandra-niansari

Post on 05-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa

TRANSCRIPT

Bayang Kematian

Pelan-pelan, aku belajar tuk menjalaninya; kupikir aku telah salah jalan, salah menentukan pijakan. Tapi semua itu datang tiba-tiba, pikiran-pikiran yang aku tahu itu buruk. Tapi mengapa tetap kulakukan?Aku mencoba mengerti kondisi mereka; setiap hal yang memaksa mereka untuk jauh dariku, tapi tak kunjung ku pahami. Aku merasa muak pada mereka; pada orang tuaku yang selalu mengungkungku dengan berbagai aturan.Aku meletakkan pulpenku sambil mendesah gelisah. Tak lama setelah itu ku tutup diaryku dan aku melangkahkan kakiku ke tempat yang biasa aku datangi.Kegelapan menutup segalanya.Hanya sedikit cahaya yang memantulkan sinar pada bola mataku. Ku edarkan pandanganku ke segala sudut. Diskotik yang ramai, dipenuhi dengan orang yang tidak benar. Aroma minuman keras dan asap rokok mengepul memenuhi istanaku.Ya, istana, di sini aku bagai seorang ratu, sedangkan di rumah, bagiku bagai neraka tak bertepi, memuaskan nafsu dunia dengan segala kemewahan yang tak berguna. Dengan orang-orang yang hanya mementingkan kesuksesannya. Mereka adalah orang tuaku, ayah dan ibuku; dan diriku adalah seorang anak liar.Ayahku adalah seorang pengusaha sukses, yang setiap hari selalu sibuk dengan bisnisnya, dan ibuku yang sibuk dengan arisannya dan perkumpulannya dengan ibu-ibu yang lain. Hanya untuk sekadar kepuasannya sendiri. Sedangkan aku anak mereka satu-satunya yang tak pernah di anggap. Selama ini, mereka hanya memenuhi kebutuhan materiku tapi bagaimana dengan kasih sayang dan perhatian untukku?Ya ,aku Khikan.Anak kelas 2 SMA yang tak pernah mendapat kasih sayang orang tua. Jadi jangan salahkan aku, jika aku mencari duniaku sendiri untuk berbagi resah dan gelisah. Hanya di tempat ini, aku membasahi jiwaku dengan kesenangan yang akan membawaku ke lembah hitam dan kematian yang menyakitkan.Ketika itu ada 2 orang lelaki kekar menghampiriku. Mereka mencoba memaksaku dan sedikit menyeretku. Sebelum itu, aku telah berhasil mengantongi beberapa butir pil ekstasi. Saat itu aku berusaha melepaskan diri, namun sia-sia, pegangan lelaki tersebut terlalu kuat.Apa-apaan ini?! pekikku.Maaf nona Khikan, kami hanya disuruh Bapak Harvey. Bapak ingin nona pulang sekarang juga. ujar 2 orang lelaki itu.Papa?! Sejak kapan papa peduli denganku?! balasku,sambil tertawa terbahak-bahak.Beberapa jam lagi akan ada pertemuan besar di rumah nona, seharusnya nona ada di rumah, bukan di tempat menjijikkan seperti ini. Balas salah satu lelaki kekar itu.Hei, kalian pikir kalian siapa hah? Jangan.Aku tak sempat melanjutkan perkataanku,karena tiba-tiba mereka menyumpal hidungku dengan saputangan berisi obat bius. Lambat kudengar sebuah suara, kemudian aku sudah tak ingat lagi karena mataku tiba-tiba terasa berat.Ketika aku bangun, aku mendapati diriku berada di tempat yang terasa tidak terlalu asing. Kuedarkan pandanganku, aku telah berada di sebuah kamar mewah dengan sprei motif Hello Kitty berwarna hijau muda. Kamarku sendiri,Ya, kamarku.Sial kedua gembel itu telah menggagalkan rencanaku, padahal aku sudah janji dengan Irvan, Emy, Hadi, dan Seno, temanku dugem untuk bersenang-senang mumpung liburan. Sejujurnya, tak libur pun aku tetap bersenang-senang.Ngapain sekolah? Apa sih gunanya sekolah? batinku dengan kesal.Papa dan mama masuk ke kamarku dengan wajah menahan marah, aku menyambutnya dengan cuek.Memalukan, kamu tahu kan kalau 2 jam lagi akan ada pertemuan penting. Wartawan pun pasti akan datang untuk meliput. Eh, kamu malah kabur ke diskotik. Diskotik itu tempat orang-orang yang nggak bener! kata Papa dengan nada tinggi.Masa bodoh! balasku, tak kalah tinggi.Ya udah sayang, sebaiknya kamu mandi dan dandan yang cantik, ya. Kita akan menunggu kamu di bawah. Mama berkata lembut padaku.Tamu-tamu sudah berkumpul di taman belakang yang sudah disulap menjadi ruang pesta mewah. Tapi tidak bagiku, ini tetap terasa seperi neraka. Aku berlari menuju kamar.Pil itu, ya, aku butuh pil itu.Pil itu kutelan beberapa butir, namun tak ada reaksi. Kutumpahkan semua pil itu di telapak tanganku, lalu aku menelannya bulat-bulat.Beberapa detik kemudian aku merasakan nikmat yang maha dahsyat. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Ketika ku lepas telapak tanganku, aku mendapati diriku terasa berbeda.Apakah aku telah mati?Tiba-tiba aku melihat sosok mati kaku, dengan mulut berbusa. Aku memandang sosok yang diselimuti kain kafan. Aku gemetar, jantungku berdetak keras memandang tubuh yang telah rusak.Dan itu aku, ya, itu wajahku.Aku berteriak histeris, sebuah tangan menyeretku ke ruang hampa gelap tanpa cahaya. Aku merasakan panas yang maha dahsyat menerpa tubuhku. Penyiksaan mulai menyiksaku.*****

ANALISIS

1. Tema: Pergaulan bebas (narkoba).2. Alur: Maju3. Tokoh dan Penokohan Khikan: Keras kepala, egois Papa: Tegas, pekerja keras Mama: Perhatian, penyayang, penyabar 2 Lelaki Kekar: Penurut, tegas, pemaksa4. Struktur Cerpena) AbstrakTerdapat pada paragraf pertama yaitu:Pelan-pelan, aku belajar tuk menjalaninya; kupikir aku telah salah jalan, salah menentukan pijakan. Tapi semua itu datang tiba-tiba, pikiran-pikiran yang aku tahu itu buruk. Tapi mengapa tetap kulakukan?b) OrientasiTerdapat pada paragraf 2-6, yaitu:Aku mencoba mengerti kondisi mereka; setiap hal yang memaksa mereka untuk Mereka adalah orang tuaku, ayah dan ibuku; dan diriku adalah seorang anak liar. c) KomplikasiTerdapat pada kalimat:Ketika itu ada 2 orang lelaki kekar menghampiriku. Mereka mencoba memaksaku dan sedikit menyeretku.. Ya udah sayang, sebaiknya kamu mandi dan dandan yang cantik, ya. Kita akan menunggu kamu di bawah. Mama berkata lembut padaku.d) EvaluasiTerdapat pada kalimat:Tamu-tamu sudah berkumpul di taman belakang yang sudah disulap menjadi ruang pesta mewah. Tapi tidak bagiku, ini tetap terasa seperi neraka. Aku berlari menuju kamar.Pil itu, ya, aku butuh pil itu.Pil itu kutelan beberapa butir, namun tak ada reaksi. Kutumpahkan semua pil itu di telapak tanganku, lalu aku menelannya bulat-bulat.e) ResolusiTerdapat pada kalimat:Beberapa detik kemudian aku merasakan nikmat yang maha dahsyat. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Ketika ku lepas telapak tanganku, aku mendapati diriku terasa berbeda.Apakah aku telah mati?Tiba-tiba aku melihat sosok mati kaku, dengan mulut berbusa. Aku memandang sosok yang diselimuti kain kafan. Aku gemetar, jantungku berdetak keras memandang tubuh yang telah rusak.Dan itu aku, ya, itu wajahku.f) KodaTerdapat pada kalimat:Aku berteriak histeris, sebuah tangan menyeretku ke ruang hampa gelap tanpa cahaya. Aku merasakan panas yang maha dahsyat menerpa tubuhku. Penyiksaan mulai menyiksaku.

5. Sudut Pandang: Orang pertama, tunggal. karena pengarang terlibat langsung dalam karya sastra serta menggunakan kata ganti aku.6. Latar Tempat: Diskotik, kamar Khikan, taman belakang Suasana: Menyedihkan, mengharukan7. Gaya Bahasa: Bahasa tidak baku8. Amanat: Bahwa kita, sebagai orang tua, harus senantiasa dapat memperhatikan kondisi anak kita. Tak peduli sesibuk apapun kita, anak adalah prioritas utama