(bbm) indonesia

169
TESIS KAJIAN TERHADAP FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) INDONESIA PUTU ARI MULYANI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: duongphuc

Post on 27-Dec-2016

294 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: (bbm) indonesia

TESIS

KAJIAN TERHADAP FAKTOR – FAKTOR YANGMEMPENGARUHI SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

(BBM) INDONESIA

PUTU ARI MULYANI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 2: (bbm) indonesia

i

TESIS

KAJIAN TERHADAP FAKTOR – FAKTOR YANGMEMPENGARUHI SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

(BBM) INDONESIA

PUTU ARI MULYANI

NIM 1291461014

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 3: (bbm) indonesia

ii

KAJIAN TERHADAP FAKTOR – FAKTOR YANGMEMPENGARUHI SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

(BBM) INDONESIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar MagisterPada Program Magister, Program Studi Ilmu Ekonomi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PUTU ARI MULYANINIM 1291461014

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 4: (bbm) indonesia

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 12 JANUARI 2015

Mengetahui,

Pembimbing I

Prof. Dr. I Wayan Sudirman, SE.,SUNIP. 195005101978031002

Pembimbing II

Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,M.PNIP. 196007061986012001

Ketua Program StudiMagister Ilmu EkonomiProgram PascasarjanaUniversitas Udayana,

Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE.,M.SNIP. 195307301983031001

DirekturProgram PascasarjanaUniversitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K)NIP.19590215 198510 2 001

Page 5: (bbm) indonesia

iv

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 12 Januari 2015

Panitia Pengujian Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No.: 4526/UN14.4/HK/2014 , Tanggal 31 Desember 2014

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Sudirman, SE.,SU

Anggota :

1. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,M.P

2. Dr. A.A.I.N Marhaeni, SE, MS

3. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE, MS

4. Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE.,M.S

Page 6: (bbm) indonesia

v

Surat Pernyataan Bebas Plagiat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Putu Ari MulyaniNIM : 1291461014Program Studi : Ilmu EkonomiJudul Tesis : Kajian Terhadap Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Subsidi

Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersediamenerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan PeraturanPerundang – Undangan yang berlaku.

Denpasar, 12 Januari 2015Yang membuat pernyataan

(Putu Ari Mulyani)

Page 7: (bbm) indonesia

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama – tama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena atas segala rahmat dan petunjukNya tesis ini dapat penulis

selesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.

PD-KEMD atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Magister Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program Magister

Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis

ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE.,MS Dekan Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan.

Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. I Wayan Sudirman,

SE.,SU sebagai pembimbing I dan Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,M.P sebagai

pembimbing II, Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE, MS, Prof. Dr. Nyoman Djinar

Setiawina, SE.,M.S, dan Dr. A.A.I.N Marhaeni, SE, MS sebagai penguji pada tesis ini

yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan

saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Kepada seluruh pengelola dan staff Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

penulis juga ucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama penulis

mengikuti perkuliahan. Kepada teman – teman MIE angkatan XXII penulis ucapkan

terimakasih atas dukungan selama penulis mengikuti seluruh proses belajar mengajar di

Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana serta semua pihak yang telah memberikan

dukungan dan semangat dalam proses pembuatan penelitian ini.

Denpasar, 12 Januari 2015

(Putu Ari Mulyani)

Page 8: (bbm) indonesia

vii

KAJIAN TERHADAP FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUBSIDIBAHAN BAKAR MINYAK (BBM) INDONESIA

ABSTRAK

Subsidi BBM merupakan salah satu bantuan yang diberikan oleh pemerintahIndonesia yang jumlahnnya paling tinggi dibandingkan dengan subsidi lainnya. Sampaisaat ini Indonesia belum bisa terlepas dari permasalahan subsidi BBM. Besaran jumlahrealisasi subsidi BBM setiap tahunnya selalu melebihi dari anggaran yang ditetapkandalam APBN sehingga subsidi ini merupakan salah satu beban bagi APBN dan seringmenimbulkan defisit anggaran. Peningkatan konsumsi BBM bersubsidi oleh masyarakatmengakibatkan impor minyak semakin meningkat dan kuota subsidi setiap tahun selalumengalami defisit. Harga minyak dunia yang semakin melambung tinggi serta fluktuasikurs dolar terhadap rupiah menambah serta tekanan APBN akibat subsidi BBM.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor –faktor yang mempengaruhi subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terdapat dalamAnggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Data yang digunakan dalampenelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari pencatatan dan laporan dariberbagai instansi seperti BPS, Kemenkeu, Bank Indonesia, U.S Energy InformationAdministration (EIA), Kementerian ESDM, Ditjen Migas, jurnal serta hasil penelitiansebelumnya.

Variabel di analisis menggunakan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh langsungdan tidak langsung serta Uji sobel untuk mengetahui tingkat signifikansi variabelintervening sebagai variabel mediasi. Berdasarkan hasil regresi di dapat hasil bahwakoefisien determinasi total sebesar 0,998 yang memiliki arti 99,8 persen dijelaskan olehmodel sedangkan sisanya 0,2 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabelkonsumsi minyak subsidi, harga minyak dunia, kurs dollar dan impor memiliki pengaruhyang positif dan signifikan terhadap subsidi BBM. Variabel kurs dollar merupakanvariabel dominan secara langsung mempengaruhi subsidi BBM sedangkan variabelkonsumsi BBM subsidi merupakan variabel dominan berpengaruh secara tidak langsungterhadap subsidi BBM melalui impor minyak.

Untuk mengurangi beban subsidi BBM dalam APBN di masa yang akan datangpemerintah lebih mengembangkan energy terbarukan pengganti minyak sebagai bahanbakar dikarenakan suatu saat nanti minyak sebagai bahan bakar pasti akan menipisjumlahnya sedangkan manusia dan segala kebutuhannya akan mengalami peningkatandari tahun ke tahun, pemerintah perlu menyediakan trasportasi umum yang memadaisehingga mengurangi mobilitas kendaraan pribadi serta yang terpenting adalahpemerintah lebih serius dalam pelaksanaan program konversi BBM ke BBG untukkendaraan baik dari segi teknologi konversi dan jaminan keamanan bagi setiap pengunaBBG tersebut.

Kata kunci : Subsidi BBM, Anggaran Pemerintah, Harga Minyak Internasional, Konsumsi BBM

Page 9: (bbm) indonesia

viii

STUDY ON FACTOR OF AFFECTING THE FUEL OIL SUBSIDY (BBM)INDONESIA

ABSTRACT

Fuel subsidies is one of the aid given by the governmen of indonesia that itsamount is highest than other subsidies. Until now Indonesia can not be separated from theissue of fuel subsidy. The amount of fuel subsidy spending every year always excess ofthe state budget which it has been determined in the state budget so that this subsidy isone of a burden for the state budget and it often cause the budget deficit. Increased ofconsumption the fuel subsidy by the public cause increased import of fuel and subsidyquota every year is always in deficit. World fuel prices was soared and fluctuation ofdollar rate on the rupiah give contribution on pressure of the state budget as a result of thefuel subsidy. This study aims to find out and to analyze the factors that affecting the fuelsubsidy (BBM) which written in the state budget. The data has been used in this study asfollows secondary data obtained from the records and reports from various agencies suchas statistic bureau (BPS), Ministry of Finance, Indonesia bank, the US. EnergyInformation Administration (EIA), the Ministry of Energy and Mineral Resources,Directorate General of oil and Gas, previous journals and the results of studies.

Variables has been analyzed by using path analysis to find out direct and indirecteffect as well as Sobel test to find out the level of significance of intervening variable asmoderator variable. Test of model validity by using the coefficient of total determinationand trimming theory to find out the variation of fuel subsidy (BBM) in Indonesia that itcan be explained by the exogen variable. Based on the regression results found thecoefficient of total determination 0.998 its means 99.8 percent explained by the modelwhile the remaining 0.2 percent explained by other variables outside of the model.Variable of dollar rate is the dominant variable which directly affects on the fuel subsidy.While the fuel subsidized consumption variable is the dominant variable which indirecteffect on fuel subsidies through fuel import.

To reduce the burden of fuel subsidy in the future state budget hence the governmentneeds to increase oil lifting to reduce fuel imports by way of exploring new wells toreplace the old wells which its lifting is declining and increasing investment in theconstruction of oil refineries in Indonesia to maintain national energy security as well astrying to develop renewable energy instead of oil as fuel because someday oil as a sourceof un-renewable energy surely be depleted in number while the man and all their needswould increase from year to year. The government should provide adequate publictransportation, thereby reducing private vehicle mobility and most importantly is thegovernment more serious in the implementation of the program of conversion fule toliquid gas for vehicles both in terms of conversion technology and security guarantees foreach user of liquid gas

Keyword : Fuel Subsidy, State Budget, International Oil Price, Fuel Consumption

Page 10: (bbm) indonesia

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................................. iPRASYARAT GELAR.................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ ivSURAT PERNYATAAN................................................................................. vUCAPAN TERIMAKASIH............................................................................. viABSTRAK ....................................................................................................... viiABSTRACK .................................................................................................... viiiDAFTAR ISI.................................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiiDAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 11.1 Latar Belakang ......................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................... 141.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 151.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 172.1 Struktur APBN ........................................................................ 172.2 Kebijakan Fiskal Dalam Pengeluaran Subsidi BBM ............... 212.3 Permintaan Terhadap Barang Yang Disubsidi ......................... 232.4 Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ...................................... 242.5 Landasan Kebijakan Subsidi BBM .......................................... 292.6 Defisit Anggaran Akibat Subsidi BBM.................................... 292.7 Kurs Valuta Asing .................................................................... 302.8 Pertumbuhan Penduduk............................................................ 352.9 Minyak Bumi............................................................................ 362.10Konsumsi.................................................................................. 382.11Impor ........................................................................................ 402.12Keaslian Penelitian ................................................................... 44

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESISPENELITIAN ................................................................................. 493.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 493.2 Konsep Penelitian .................................................................... 533.3 Hipotesis Penelitian ................................................................. 60

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 624.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 62

Page 11: (bbm) indonesia

x

4.2 Lokasi Penelitian ..................................................................... 644.3 Identifikasi Variabel ................................................................ 644.4 Definisi Operasional Variabel ................................................. 644.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 664.6 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 674.7 Teknik Analisis Data ............................................................... 68

4.7.1 Analisis Deskriptif ....................................................... 684.7.2 Analisis Jalur................................................................ 684.7.3 Uji Sobel ...................................................................... 74

BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................... 765.1 Penerapan Kebijakan BBM Di Indonesia................................. 76

5.1.1 Subsidi BBM Di Indonesia dan Dunia ......................... 765.1.2 Ketergantungan Indonesia sebagai Negara Impor ........ 785.1.3 Kebijakan Harga BBM bersubsidi dari Pemerintah

Orde Baru sampai Era Reformasi ................................. 805.1.4 Belanja Subsidi BBM dibandingkan dengan Belanja

Pemerintah Pusat Lainnya ............................................ 835.1.5 Konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia ...................... 84

5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian................................................ 875.2.1 Subsidi BBM di Indonesia............................................ 875.2.2 Perkembangan Konsumsi BBM Subsidi ...................... 885.2.3 Jumlah Penduduk.......................................................... 905.2.4 Harga Minyak Dunia .................................................... 915.2.5 Kurs Dolar .................................................................... 935.2.6 Impor Minyak ............................................................... 94

5.3 Validitas Model ........................................................................ 955.4 Analisis Diagram Jalur Penelitian ............................................ 97

5.4.1 Uji Linieritas ................................................................. 975.4.2 Hubungan Antar Variabel Penelitian............................ 985.4.3 Koefisien Jalur dan Signifikansi Hubungan

Antar Variabel .............................................................. 995.4.4 Pengaruh Tidak Langsung Masing-masing Variabel

Intervening Melalui Uji Sobel ...................................... 1035.4.5 Koefisien Pengaruh Langung, Pengaruh Tidak

Langsung, dan Pengaruh Total Antar Variabel ............ 1065.5 Pembahasan .............................................................................. 106

5.5.1 Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk TerhadapSubsidi BBM melalui Konsumsi BBM Subsidi ........... 106

5.5.2 Analisis Pengaruh Konsumsi BBM subsidi, HargaMinyak Dunia, dan Kurs Dolar terhadap subsidi BBMMelalui Impor Minyak.................................................. 113

5.5.3 Analisis Pengaruh Konsumsi BBM subsidi, HargaMinyak Dunia, Kurs Dolar dan Impor MinyakTerhadap Subsidi BBM ............................................... 117

Page 12: (bbm) indonesia

xi

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 1236.1 Simpulan................................................................................... 1236.2 Saran ........................................................................................ 125

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 128

LAMPIRAN .................................................................................................. 135

Page 13: (bbm) indonesia

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Realisasi Penjualan BBM Bersubsidi Menurut Sektor 2001-2012 .......... 6

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................................. 52

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 60

4.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 63

4.2 Hubungan Antar Variabel......................................................................... 69

5.1 Grafik Negara Di Dunia Yang Menerapkan Sistem Subsidi BBMTahun 2012 (dalam miliar dolar AS)........................................................ 77

5.2 Grafik Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun 1964-2012(dalam juta barel per hari) ........................................................................ 79

5.3 Realisasi Belanja Pemerintah PusatTahun 2005-2013 (dalam triliunRupiah) ..................................................................................................... 83

5.4 Diagram Jalur Variabel Hasil Penelitian Kajian Terhadap FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Subsidi BBM Indonesia ............................. 97

Page 14: (bbm) indonesia

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Realisasi Berbagai Jenis Subsidi Di Dalam APBN dariTahun 2008 – 2012 (dalam triliun rupiah) .............................................. 2

1.2 Realisasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalamNegeri dan Impor BBM (dalam Juta Barrel Per Tahun) .......................... 8

1.3 Peningkatan Konsumsi BBM, Produksi BBM dalam NegeriDan Impor BBM (dalam Juta Barrel Per Tahun) ..................................... 10

1.4 Rata – rata Perkembangan Harga Minyak Dunia, Kurs DollarDan Subsidi BBM Tahun 2006 – 2012 .................................................... 12

5.1 Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Indonesia Tahun 1991-2013(dalam ribu rupiah) ................................................................................... 80

5.2 Jenis Konsumsi BBM Yang disubsidi Pemerintah IndonesiaTahun 2006 – 2012 (dalam juta kilometer) .............................................. 85

5.3 Transportasi Darat Pengguna BBM bersubsidi Tahun 2005-2012(dalam unit)............................................................................................... 86

5.4 Perkembangan Realisasi Subsidi BBM di Indonesia Tahun 1983-2012(dalam triliun) ........................................................................................... 87

5.5 Perkembangan Konsumsi BBM di Indonesia Tahun 1983-2012(dalam juta barel per tahun)...................................................................... 89

5.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1983-2012(dalam juta jiwa) ....................................................................................... 90

5.7 Perkembangan Harga Minyak Dunia Tahun 1983-2012(dalam USD/Barel) ................................................................................... 92

5.8 Perkembangan Kurs Dolar Periode Tahun 1983-2012(dalam ribu rupiah) ................................................................................... 93

5.9 Perkembangan Impor Minyak Indonesia Tahun 1983-2012(dalam miliar USD) .................................................................................. 95

5.10 Rangkuman Hasil Analisis Uji Linieritas ............................................... 98

Page 15: (bbm) indonesia

xiv

5.11 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi ....................................................... 99

5.12 Ringkasan Koefisien Jalur dan Signifikansi Hubungan AntarVariabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Subsidi BBM Indonesia. 100

5.13 Ringkasan Pengujian Pengaruh Tidak Langsung Faktor – FaktorYang Mempengaruhi Subsidi BBM ....................................................... 104

5.14 Indonesia Ringkasan Koefisien Hubungan Langsung, Tidak LangsungDan Total Antar Variabel Faktor – Faktor Yang MenpengaruhiSubsidi BBM Indonesia a ....................................................................... 106

Page 16: (bbm) indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sampai saat ini masih

mengimpor minyak untuk mencukupi kebutuhan minyak di dalam negeri. Minyak

yang biasa disebut dengan bahan bakar minyak atau yang lebih dikenal dengan

nama BBM merupakan suatu komoditas yang sangat berperan penting dalam

kegiatan perekonomian Indonesia. Booming minyak yang terjadi pada masa

pemerintahan orde baru dan keinginan pemimpin bangsa ini agar semakin banyak

rakyat dapat menikmati keberlimpahan minyak maka ditetapkanlah kebijakan

subsidi bahan bakar minyak (BBM). Minyak yang disubsidi mengakibatkan harga

BBM lebih murah dari harga keekonomiannya walaupun biaya produksi yang

dikeluarkan sangat tinggi tetapi pada waktu itu pemerintah Indonesia masih

mampu secara finansial. Fenomena ini terus berlanjut sampai defisit minyak

menghampiri.

Kebijakan subsidi BBM yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia membuat

anggaran subsidi energi di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) setiap tahun cenderung mengalami kenaikan. Besaran subsidi BBM

dinilai menjadi alasan pokok tidak sehatnya keseimbangan primer APBN dari sisi

pengeluaran sehingga dapat menimbulkan defisit anggaran pemerintah. Konsumsi

yang berlebihan membuat Indonesia kini menjadi negara pengimpor minyak yang

Page 17: (bbm) indonesia

2

sangat tergantung dari fluktuasi harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat.

Dalam APBN suatu negara, subsidi bertujuan untuk mengendalikan harga

komoditas yang disubsidi. Subsidi merupakan instrumen kebijakan fiskal

pemerintah Indonesia untuk pemerataan terhadap ekonomi dan pembangunan.

Tujuan utama adanya subsidi di Indonesia adalah menjaga kelompok masyarakat

miskin agar tetap dapat menikmati pelayanan publik, pembangunan ekonomi dan

sosial. Kebijakan subsidi merupakan bagian utama dari kebijakan fiskal. Setiap

tahun pemerintah mengalokasikan anggaran negara untuk program – program

subsidi. Tabel 1.1 berikut menyajikan realisasi berbagai jenis subsidi di dalam

APBN.

Tabel 1.1Realisasi Berbagai Jenis Subsidi Di Dalam APBN

Tahun 2008 – 2012 (dalam triliun rupiah)

Jenis SubsidiTahun

2008 2009 2010 2011 2012A. Energi 223,013 94,585 139,952 255,608 202,353

1.Subsidi BBM 139,107 45,039 82,351 165,161 137,3802. Subsidi Listrik 83,906 49,546 57,601 90,447 64,973

B. Non Energi 52,278 43,496 52,754 39,749 42,7231. Subsidi Pangan 12,095 12,987 15,153 16,539 20,9262. Subsidi Pupuk 15,181 18,329 18,410 16,344 13,9583. Subsidi Benih 985 1,597 2,177 96 1294. PSO 1,729 1,339 1,373 1,833 2,1515. Kredit Program 939 1,070 823 1,522 1,2936. Subsidi Minyak Goreng 103 - - - -7. Subsidi Pajak 21,018 8,173 14,815 3,411 4,2638. Subsidi Kedelai 225 - - - -9. Subsidi Lainnya - - - - -

Sumber : Kementerian Keuangan RI (Data Pokok APBN), 2012

Page 18: (bbm) indonesia

3

Pada Tabel di 1.1 menunjukkan subsidi energi merupakan subsidi yang

paling tinggi jumlahnya daripada subsidi non energi. Di dalam subsidi energi

tersebut terdiri dari subsidi BBM dan subsidi listrik. Subsidi BBM merupakan

subsidi yang paling tinggi bagi beban pemerintah dalam APBN setiap tahunnya.

Kesalahan dalam pengelolaan kebijakan subsidi BBM dapat menimbulkan

kerawanan fiskal. Ketika harga minyak dunia terus mengalami kenaikan dan

pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi setiap tahun, maka anggaran subsidi

BBM terus meningkat jumlahnya dalam APBN.

Peningkatan harga minyak dunia memaksa pemerintah Indonesia untuk

menjalankan anggaran yang lebih besar untuk membiayai subsidi. Indonesia

bukan lagi negara pengekspor dan telah memiliki penurunan minyak dan

meningkatkan konsumsi sejak tahun 2003. Indonesia adalah negara yang

mengalami tekanan fiskal akibat penurunan pendapatan minyak dan peningkatan

pesat dalam jumlah subsidi BBM. Subsidi BBM yang terlalu besar akan

mengurangi ruang fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai

prasyarat pengentasan kemiskinan (Dartanto, 2012).

Defisit neraca perdagangan Indonesia disebabkan oleh besarnya defisit dari

sisi neraca perdagangan minyak. Defisit neraca perdagangan cukup

mengkhawatirkan karena nilainya akan selalu meningkat. Salah satu upaya untuk

memangkas defisit adalah dengan pengendalian subsidi BBM karena defisit

banyak disumbang oleh transaksi perdagangan minyak. Pengendalian BBM

bersubsidi merupakan salah satu cara dalam menjembatani kesehatan fiskal tanpa

membahayakan perekonomian nasional secara keseluruhan, serta proteksi kepada

Page 19: (bbm) indonesia

4

penduduk miskin. Pengendalian BBM bersubsidi juga ditujukan untuk

mengurangi risiko terlampauinya kuota BBM bersubsidi yang disepakati antara

Pemerintah dan DPR (Paramita, 2013).

Menurut Said Didu (2013) subsidi BBM dapat dikatakan membebani APBN

setiap tahunnya. Apabila subsidi BBM dihapuskan dari anggaran APBN maka

yang terjadi adalah naiknya harga BBM yang akan berdampak pada naiknya

harga-harga kebutuhan pokok pada umumnya. Kebijakan subsidi BBM selalu

dihadapkan pada pilihan yang dipersulit oleh pengambil kebijakan (Pemerintah

dan DPR). Sebagaimana di berbagai Negara, ada tiga prinsip utama subsidi.

Pertama, ditujukan untuk mengurangi dampak nyata bagi kehidupan masyarakat

tidak mampu. Kedua, subsidi ditujukan hanya kepada yang berhak menerima,

bukan kepada barang atau produk dan ketiga, secara ideal, penerima subsidi

disampaikan ke orang secara langsung (by name by address). Jika tidak memenuhi

karakteristik tersebut tidak dikategorikan sebagai subsidi, tetapi diwujudkan

sebagai Public Service Obligation, yang dapat dinikmati siapapun.

Kebijakan pemerintah Indonesia menaikkan subsidi BBM pada bulan Juni

tahun 2013 yang di berlakukan oleh pemerintah Indonesia sendiri menimbulkan

pro dan kontra. Berapapun besarnya subsidi akan membebani APBN, karena

peningkatan subsidi BBM akan membuat peningkatan defisit anggaran. Semakin

banyak subsidi yang dianggarkan oleh pemerintah maka akan memberikan

tekanan pada kondisi fiskal Indonesia yang dapat mempengaruhi kestabilan dan

keberlanjutan keuangan negara. Di lain pihak subsidi BBM masih diperlukan

untuk kesejahteraan masyarakat karena dengan adanya subsidi BBM akan dapat

Page 20: (bbm) indonesia

5

meringankan beban masyarakat dalam memperoleh sumber energi yaitu berupa

BBM yang akan dapat menunjang aktivitas masyarakat.

Pemerintah menetapkan kebijakan subsidi BBM tersebut untuk melindungi

masyarakat yang tergolong masyarakat menengah ke bawah dan penyaluran jenis

BBM yang disubsidi harus dilaksanakan dengan tepat sasaran, tepat volume dan

tepat waktu kepada konsumen pengguna yang berhak untuk mendapatkannya

(Peraturan BPH Minyak, 2013). Namun dalam pelaksanaannya subsidi BBM lebih

banyak dinikmati oleh masyarakat golongan menengah ke atas yang

pendapatannya seharusnya mampu untuk membeli BBM non subsidi. Artinya

masih banyak pihak-pihak yang tidak berhak akan subsidi BBM tersebut, namun

dalam penggunaannya jika dilihat secara riil, memang tidak dipungkiri bahwa

penikmat subsidi BBM masih didominasi oleh kalangan yang tergolong mampu

yaitu dari sektor transportasi yang memiliki motor dan mobil pribadi. Besarnya

disparitas harga antara BBM bersubsidi dan BBM nonsubsidi memberikan andil

dalam peningkatan penggunaan BBM bersubsidi dimana masyarakat yang

dianggap mampu pada akhirnya akan mengkonsumsi BBM bersubsidi.

Menurut Darmaputera dan Kurnaedy (1999), BBM jenis premium pada

periode tahun 1980 sampai sekarang telah menjadi barang kebutuhan pokok. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam beberapa dasawarsa telah terjadi pergeseran makna

BBM bagi penduduk Indonesia. Dahulu, premium merupakan bahan mewah yang

hanya akan dikonsumsi bila pendapatan relatif tinggi, sekarang penduduk yang

pendapatannya rendahpun mengkonsumsi premium untuk kelangsungan hidupnya

sebagai transportasi (baik perorangan maupun umum) dan telah menjadi barang

Page 21: (bbm) indonesia

6

kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin modern dan

bermobilitas tinggi.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi,

maka akan berdampak terhadap pertumbuhan kepemilikan kendaraan, sistem

transportasi, dan konsumsi BBM. Pertumbuhan ekonomi yang melesat cukup

tinggi ditandai dengan membaiknya ekonomi Indonesia telah membuat konsumsi

BBM juga semakin meningkat karena setiap pertumbuhan ekonomi akan

membutuhkan energi sebagai penggerak roda perekonomian. Pertumbuhan

ekonomi yang mengalami peningkatan membuat penggunaan BBM di berbagai

sektor semakin meningkat. Realisasi penjualan BBM bersubsidi Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1Realisasi Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) BersubsidiMenurut Sektor Tahun 2001 – 2012 (dalam Juta Kilo Liter)

Sumber: Ditjen Migas, 2012

Page 22: (bbm) indonesia

7

Dari Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya dari tahun 2001 sampai

tahun 2012 jumlah realisasi penjualan BBM bersubsidi menunjukkan jumlah yang

semakin meningkat dan konsumsinya di dominasi oleh konsumen dari sektor

transportasi yaitu sebesar 54,90 persen jauh lebih tinggi dibandingkan sektor

lainnya. Peningkatan kebutuhan BBM yang tinggi pada sektor transportasi

disebabkan karena peningkatan jumlah kendaraan yang cukup tinggi, peningkatan

mobilitas perjalanan karena jarak tempat tinggal yang semakin menjauh dari

tempat beraktivitas, kemacetan yang semakin padat serta ditambah harga BBM

yang cenderung masih murah. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya

Mineral Republik Indonesia (ESDM) Nomor 18 Tahun 2013 tentang harga jual

eceran jenis bahan bakar minyak tertentu untuk konsumen pengguna tertentu

dalam negeri menyebutkan terdapat tiga jenis BBM yang disubsidi yaitu jenis

bensin premium, kerosene atau minyak tanah dan minyak solar, namun seiring

dengan program pemerintah yang melakukan konversi minyak tanah ke LPG yang

dimulai tahun 2007 sehingga membuat pengguna minyak tanah terus mengalami

penurunan. Konversi tersebut dilakukan karena biaya produksi pengadaan LPG

lebih murah dari pada minyak tanah.

Alokasi belanja subsidi untuk BBM yang selalu meningkat setiap tahunnya

telah menjadi beban bagi APBN. Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi dapat

dipastikan di saat itu pula muncul polemik. Kebijakan kenaikan harga BBM

bersubsidi sering kali dipolitisasi para elit politik demi mendapatkan simpati

publik. Menaikkan harga BBM bersubsidi sesungguhnya merupakan kebijakan

yang memiliki dampak positif bagi keseimbangan APBN. Jika pemerintah tidak

Page 23: (bbm) indonesia

8

menempuh langkah itu, beban subsidi di dalam APBN akan terus membengkak

(Kumoro, 2013). Anggaran dan realisasi subsidi BBM dalam APBN dapat dilihat

pada Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2Realisasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam APBN

Tahun 2000 – 2012 (dalam Triliun rupiah)

No TahunAggaran Subsidi

BBM dalam APBNRealisasiSubsidiBBM

Defisit/SurplusAnggaran

Subsidi1 2000 51,135 53,810 -2,6752 2001 53,781 68,381 -14,6003 2002 30,462 31,162 -7004 2003 24,512 30,038 -5,5265 2004 63,083 69,025 -5,9426 2005 89,194 95,599 -6,4057 2006 62,732 64,212 -1,4808 2007 55,604 83,792 -28,1889 2008 126,816 139,107 -12,29110 2009 52,392 45,039 7,35311 2010 68,727 82,351 -13,62412 2011 129,724 165,161 -35,43713 2012 123,600 137,380 -13,680

Sumber : Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia), 2012

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari tahun anggaran 2000 sampai

dengan tahun anggaran 2012 menunjukkan jumlah realisasi subsidi BBM selalu

melebihi dari subsidi yang dianggarkan pemerintah dalam anggaran APBN. Pada

tahun 2007 tercatat realisasi subsidi BBM sebesar 83,7 triliun atau 16,6 persen

dari total APBN hingga mencapai 2,5 kali lipat subsidi listrik dan non-energi.

Pada tahun 2007 anggaran subsidi BBM juga mengalami defisit hingga mencapai

28,188 triliun rupiah padahal konsumsi BBM bersubsidi mengalami penurunan

seiring dengan program pemerintah yang melakukan konversi minyak tanah ke

gas, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah (crude oil) dunia.

Page 24: (bbm) indonesia

9

Realisasi besarnya subsidi BBM pada tahun 2008 meningkat lagi hingga

mencapai 139,107 triliun, kondisi ini disebabkan harga minyak mentah dunia

yang mencapai hampir 100 US$ per barel dan terjadinya depresiasi rupiah

terhadap dollar Amerika mencapai Rp. 10,950 per dolar Amerika. Tetapi pada

tahun 2009 realisasi subsidi BBM mengalami penurunan tajam disebabkan oleh

kemerosotan harga minyak dunia yang mencapai di bawah 70 US$ per barrel dan

tahun 2011 subsidi BBM kembali mengalami defisit yang tajam disebabkan oleh

meningkatnya harga minyak dunia mencapai 19,50 persen dari tahun sebelumnya.

Beban subsidi yang ditanggung APBN jumlahnya berfluktuasi dan cenderung

mengalami peningkatan. Disamping itu impor minyak yang akan mempengaruhi

subsidi BBM yang sangat rentan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap

dollar Amerika Serikat (US$) serta harga minyak mentah di pasar internasional.

Beban subsidi yang ditanggung APBN jumlahnya berfluktuasi dan cenderung

mengalami peningkatan. Di samping itu subsidi BBM sangat rentan dengan

fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (US$) serta harga

minyak mentah di pasar dunia.

Besarnya pengaruh subsidi BBM terhadap keseimbangan primer disebabkan

oleh lifting minyak di dalam negeri semakin turun. Padahal harga minyak dan

konsumsi energi masyarakat semakin lama semakin tinggi. Konsumsi atau

penjualan BBM domestik dipengaruhi oleh aktivitas atau kebutuhan konsumen

BBM yaitu sektor transportasi, sektor industri, sektor rumah tangga dan sektor

listrik. Peningkatan konsumsi BBM di Indonesia tumbuh pesat dan tidak diikuti

dengan produksi minyak mentah dalam negeri. Konsumsi BBM bersubsidi yang

Page 25: (bbm) indonesia

10

berlebihan mengakibatkan impor minyak (minyak mentah dan hasil minyak)

meningkat dan pada akhirnya akan berdampak negatif bagi neraca perdagangan.

Selain faktor konsumsi BBM di dalam negeri yang semakin meningkat sehingga

sebagian minyak harus di impor, tetapi juga dilihat dari faktor biaya untuk

memproduksi BBM lewat kilang minyak di Indonesia lebih mahal dan kilang

untuk memproduksi BBM dari segi umur dan teknologinya sudah tua yang

mengakibatkan tidak ekonomisnya lagi dalam memproduksi BBM sehingga

sebagian minyak mentah harus diimpor. Adapun konsumsi minyak baik minyak

yang bersubsidi maupun minyak non subsidi, Produksi minyak di dalam Negara

dan Impor minyak ditunjukkan seperti pada Tabel 1.3

Tabel 1.3Konsumsi Minyak, Produksi Minyak Dalam Negeri Dan Impor Minyak

Tahun 2005-2012 (dalam Juta Barel per Tahun)

Tahun Konsumsi Minyak Produksi Minyakdalam Negeri Impor Minyak

2005 297,802 268,529 164,8422006 374,691 257,821 131,7652007 383,453 244,396 149,4792008 388,107 251,531 153,1052009 379,142 246,289 137,8172010 388,241 241,156 146,9972011 394,052 238,957 157,1552012 479,245 208,453 199,792

Sumber data: Ditjen Migas 2012, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Produksi minyak dalam Negeri

dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan rata – rata 3 persen per

tahun yaitu pada tahun 2005 yang berjumlah 268,529 juta barel dan terus

mengalami penurunan pada tahun berikutnya dan pada tahun 2012 produksi

minyak mencapai 208,453 juta barel per tahun. Jumlah konsumsi minyak

Page 26: (bbm) indonesia

11

masyarakat di Indonesia baik minyak subsidi maupun non subsidi lebih tinggi

jumlahnya daripada jumlah produksi minyak dalam negeri. Hal ini membuat

pemerintah memutuskan mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan akan

BBM di dalam negeri. Impor minyak yang semakin tinggi dengan ketidakpastian

harga minyak dunia yang berfluktuasi membuat ketidakpastian dalam jumlah

subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah.

Kenaikan harga minyak di dalam negeri menggarisbawahi kerentanan

kebijakan subsidi di Indonesia terhadap harga minyak. Kecenderungan subsidi

yang meningkat tajam mencerminkan depresiasi tajam rupiah dan kenaikan

minyak dunia. Mengkonsumsi minyak yang bersubsidi mengarahkan pada

peningkatan permintaan impor dan pengurangan jumlah minyak yang tersedia

untuk di ekspor sehingga subsidi dapat mengakibatkan memburuknya neraca

pembayaran dan dapat meningkatkan negara pada ketergantungan impor minyak.

Meskipun terjadi pengurangan subsidi BBM berturut-turut, namun subsidi terus

membebani anggaran (Mourougane, 2010).

Selain meningkatnya volume konsumsi BBM di dalam negeri, tekanan fiskal

terkait beban subsidi BBM juga bersumber dari faktor eksternal yang berada di

luar kendali Negara Indonesia, khususnya adanya kecenderungan masih relatif

tingginya harga minyak dunia dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu

kecenderungan terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap US dollar juga turut

memberikan kontribusi terhadap meningkatnya beban subsidi BBM. Pelemahan

nilai tukar rupiah tersebut terutama akibat turunnya harga komoditas dunia dan

Page 27: (bbm) indonesia

12

tingginya beban impor telah memberikan tekanan terhadap neraca perdagangan

sehingga memicu pelemahan nilai tukar rupiah.

Kuncoro Toro (2013) mengatakan bahwa meningkatnya harga minyak dunia

merupakan faktor eksternal yang perpengaruh terhadap subsidi BBM. Masalah

yang muncul akibat naiknya harga minyak dunia terhadap APBN adalah

membengkaknya subsidi energi, membesarkan defisit Anggaran, melambatnya

pertumbuhan ekonomi yang berdampak terhadap kemiskinan dan pengangguran.

Perkembangan harga minyak dunia yang dapat mempengaruhi anggaran subsidi

BBM dalam anggaran APBN dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini.

Tabel 1.4Rata – Rata Perkembangan Harga Minyak Dunia, Kurs Dollar

Dan Subsidi BBM (Tahun 2006 – 2012)

TahunRata – rata Harga

Minyak Dunia(USD/barel)

KursDollar(USD)

Subsidi BBM(triliun)

2006 66.25 9,020 64,2122007 72.41 9,419 83,7922008 99.75 10,950 139,1072009 62.09 9,400 45,0392010 79.61 8,991 82,3512011 95.11 9,068 165,1612012 94.15 9,380 137,379

Sumber data: U.S Energy Information Administration (EIA) dan Bank Indonesia(data diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa harga minyak dunia dari tahun

2006 sampai 2012 mengalami peningkatan. Semakin tinggi harga minyak dunia

dan kurs dollar maka kecenderungan anggaran untuk subsidi BBM semakin tinggi

pula. Alokasi subsidi BBM dapat meningkat akibat meningkatnya kurs dollar

setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan harga minyak dunia yang

sangat tinggi dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan

Page 28: (bbm) indonesia

13

keuangan global yang mempengaruhi harga minyak dunia dan terdepresiasinya

nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat bahwa ada beberapa faktor yang

menyebabkan realisasi subsidi BBM di Indonesia selalu melebihi jumlah yang

dianggarkan sehingga subsidi BBM di dalam APBN seringkali disebut sebagai

salah satu beban APBN dan penyebab defisit APBN seperti yang diungkapkan

oleh menteri ESDM yaitu Bapak Jero Wacik dalam berita Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral pada tanggal 30 April 2013 dan pidato kuliah bersama

yang diselenggarakan di Gedung Widya Sabha Kampus Bukit - Jimbaran pada

saat Dies Natalis ke-51 Universitas Udayana Tahun 2013 serta penelitian yang

dilakukan oleh Yusman dan Nurul (2013) tentang konsumsi BBM di Negara

Malaysia yang menyatakan bahwa konsumsi minyak di Malaysia meningkat tajam

sejak bulan Juni tahun 2005, kanaikan harga minyak dunia pada tahun 2007 dan

2008 telah secara substansial meningkatkan anggaran subsidi pemerintah dan

subsidi BBM ini telah membuat beban anggaran di negara ini bertambah serta

memberikan kontribusi defisit yang mencapai 4 persen dari PDB pada tahun 2008

dan meningkat 4,7 persen pada tahun 2009 sehingga menempatkan tekanan pada

anggaran dan mendorong pemerintah Malaysia untuk meninjau kembali kebijakan

subsidi yang diberlakukan.

Faktor yang mempengaruhi subsidi BBM (Susilo (2013) berasal dari internal

yaitu meningkatnya konsumsi BBM sebagai akibat dari semakin meningkatnya

jumlah penduduk, impor minyak sedangkan faktor eksternal seperti kurs dolar dan

fluktuasi harga minyak dunia. Kebijakan pemerintah dalam subsidi BBM yang

Page 29: (bbm) indonesia

14

terlalu besar mengakibatkan anggaran untuk sektor lain akan terabaikan seperti

anggaran untuk sektor pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Melalui uraian

tersebut dikaji masalah subsidi BBM di Indonesia dan faktor – faktor yang

mempengaruhi peningkatan anggaran subsidi yang dianggarkan dalam APBN

setiap tahunnya. Faktor – faktor tersebut mencakup faktor yang bersifat

mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka ada beberapa rumusan masalah

yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana penerapan kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) di

Indonesia ?

2) Apakah jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi

BBM melalui konsumsi BBM subsidi ?

3) Apakah konsumsi BBM subsidi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

subsidi BBM melalui impor minyak ?

4) Apakah harga minyak dunia dan kurs dolar berpengaruh terhadap subsidi

BBM melalui impor minyak ?

5) Apakah jumlah penduduk, konsumsi BBM subsidi, harga minyak dunia, kurs

dolar dan impor minyak berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi

BBM ?

Page 30: (bbm) indonesia

15

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui penerapan dari kebijakan subsidi bahan bakar minyak

(BBM) Indonesia.

2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap

subsidi BBM melalui konsumsi BBM subsidi

3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konsumsi BBM subsidi

terhadap subsidi BBM melalui impor minyak

4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga minyak dunia dan kurs

dolar terhadap subsidi BBM melalui impor minyak

5) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah penduduk, konsumsi

BBM subsidi, harga minyak dunia, kurs dolar dan impor minyak terhadap

subsidi BBM

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan teori – teori tentang subsidi

BBM. Menghasilkan penemuan baru mengenai kebijakan perekonomian dan

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan subsisi BBM

di Indonesia serta berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang akan

diaplikasikan ke masyarakat.

Page 31: (bbm) indonesia

16

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pemerintah dalam pelaksanaan

kebijakan fiskal dalam mempengaruhi perekonomian melalui pilihan –

pilihan pemerintah dalam menentukan besarnya jumlah pengeluaran negara

khususnya pengeluaran dalam hal subsidi BBM yang tertuang dalam

APBN.

Page 32: (bbm) indonesia

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran negara adalah urat nadi bagi suatu negara dalam menjalankan

pemerintahan. Di Indonesia anggaran negara setiap tahun disusun dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN merupakan suatu

daftar yang membuat rincian pendapatan dan pengeluaran Negara untuk suatu

masa tertentu biasanya satu tahun yang di dalamnya terdapat pengeluaran dan

pendapatan Negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan

dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan

nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas

pembangunan secara umum.

Kementerian Keuangan (2011), mengatakan ketidakpastian dihadapi oleh

pemegang kebijakan yakni pemerintah dan DPR dalam menyusun Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBN) pada setiap tahun anggaran. Sumber

ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan perencanaan dan

realisasi APBN adalah :

1) Harga BBM di pasar Dunia

2) Kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC

3) Pertumbuhan ekonomi

4) Inflasi

5) Suku Bunga

Page 33: (bbm) indonesia

18

6) Nilai tukar rupiah terhadap US dolar (USD)

Penetapan angka-angka keenam unsur di atas memegang peranan yang sangat

penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut sebagai asumsi-

asumsi dasar penyusunan RAPBN. Penerimaan dan pengeluaran untuk anggaran

negara lazim disebut pendapatan dan belanja. Dalam proses penyusunan RAPBN,

angka-angka asumsi tersebut ditempatkan sebagai faktor luar yang menentukan

kondisi anggaran, baik sisi pendapatan maupun belanja. Penetapan angka asumsi

dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari wakil-wakil dari Bank lndonesia,

Departemen Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),

Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, dan Badan Pusat Statistik, yang

bersidang secara rutin untuk membahas dan menentukan angka asumsi.

Angka-angka asumsi yang dihasilkan oleh tim tersebut selanjutnya dipakai

sebagai dasar untuk menyusun RAPBN. Angka-angka yang tertera masih berupa

usulan dari pihak eksekutif (pemerintah) kepada pihak legislatif (DPR). RAPBN

ini disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam suatu sidang paripuma yang

merupakan awal dari proses pembahasan RAPBN antara pemerintah dan DPR.

Perubahan terhadap angka asumsi RAPBN sangat mungkin terjadi selama

berlangsungnya proses pembahasan antara Pemerintah dan DPR. Perubahan ini

mencerminkan banyak hal diantaranya (i) Pemerintah dan DPR bertanggungjawab

terhadap keputusan penetapan angka-angka asumsi dalam APBN; (ii) angka

asumsi ditetapkan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan politik; dan (iii) terjadi

pergeseran secara riil status APBN, dari milik pemerintah menjadi milik publik.

Page 34: (bbm) indonesia

19

Secara garis besar APBN terdiri dari 5 (lima) komponen sebagai berikut :

1) Penerimaan Pemerintah dan Hibah

Penerimaan pemerintah diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi Pajak

dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pajak meliputi Pajak

Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan

pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya

PNBP meliputi diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN.

2) Pengeluaran Pemerintah

Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus

ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda dengan

anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai target penerimaan

pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran

merupakan batas pengeluaran yang tidak boleh dilampaui. Secara umum

pengeluaran pemerintah dibedakan menjadi pengeluaran pemerintah pusat dan

pengeluaran pemerintah daerah. Ke dua pengeluaran tersebut dibedakan

menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

Pengeluaran rutin terdiri dari :

(1) Belanja pegawai

(2) Belanja barang

(3) Pembayaran cicilan utang yang meliputi : utang luar negeri dan utang

dalam negeri.

Page 35: (bbm) indonesia

20

(4) Subsidi kepada masyarakat yang meliputi : subsidi bahan bakar minyak

(BBM) dan Non BBM, Pajak ditanggung pemerintah,

Pengeluaran pembangunan terdiri dari :

(1) Pembiayaan rupiah yang pendanaannya bersumber dari dalam negeri dan

dari luar negeri dalam bentuk tabungan pemerintah dan pinjaman program

(2) Pembiayaan Proyek.

3) Keseimbangan Primer dan Keseimbangan Umum

Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu

keseimbangan primer dan keseimbangan umum.

(1) Keseimbangan primer (Primary Balance) adalah total penerimaan

dikurangi belanja, tidak termasuk pembayaran bunga

(2) Keseimbangan umum (Overall Balance) adalah total penerimaan

dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran bunga.

4) Surplus / Defisit Anggaran

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika

penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

5) Pembiayaan

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber

pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi

penerbitan obligasi, penjualan asset dan privatisasi, dan pembiayaan luar

negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman

program dan penjadwalan kembali utang.

Page 36: (bbm) indonesia

21

2.2 Kebijakan Fiskal Dalam Pengeluaran Subsidi BBM

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendapatan

dan pengeluaran negara dengan tujuan untuk mempengaruhi jalannya

perekonomian. Instrumen kebijakan fiskal dapat berupa pemungutan pajak,

pemberian subsidi, mempengaruhi kondisi perekonomian, tingkat pengangguran,

inflasi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, serta pemerataan pendidikan

dan kesehatan. Kebijakan fiskal sebagai pengalokasian anggaran untuk

terlaksananya kegiatan dan program-program pemerintah dalam rangka

mensejahterakan masyarakat (Sudirman, 2011).

Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu :

1) Memantapkan stabilitas ekonomi makro

2) Mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri

3) Meningkatkan pendapatan perkapita

4) Meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi

5) Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran

6) Menstabilkan harga – harga barang, khususnya mengatasi inflasi

Jenis – jenis kebijakan fiskal yaitu :

1) Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy) yaitu menaikkan

belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk

meningkatkan daya beli masyarakat. Kebijakan ini dilakukan pada saat

perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang tinggi.

Kebijakan ekspansi fiskal yang diambil oleh berbagai negara di dunia dalam

Page 37: (bbm) indonesia

22

mengatasi dampak krisis keuangan global antara lain melalui pemberian

stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

2) Kebijakan fiskal kontraktif yaitu menurunkan belanja negara dan menaikkan

tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli

masyarakat dan mengatasi inflasi.

Pengeluaran terbesar fiskal salah satunya adalah berupa subsidi energi,

khususnya BBM. Subsidi merupakan salah satu instrument kebijakan fiskal yang

ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka menjaga pemerataan kehidupan

masyarakat terhadap perekonomian dan pembangunan. Di Indonesia subsidi

merupakan komponen yang sangat penting dalam mengelola pembangunan

Negara. Tujuan utama kebijakan subsidi adalah menjaga kelompok masyarakat

agar tetap mendapatkan pelayanan publik, pembangunan ekonomi dan sosial. Ada

dua model pembiayaan subsidi dalam konteks kebijakan fiskal yaitu :

1) Model subsidi langsung merupakan program subsidi langsung yang diterima

oleh sekelompok target (sasaran) dari program subsidi seperti subsidi beras

untuk masyarakat miskin yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

2) Model subsidi tidak langsung merupakan program subsidi yang dilaksanakan

untuk intervensi terhadap pasar (market intervension), biasanya berupa subsidi

terhadap harga seperti kebijakan subsidi BBM dan subsidi pupuk.

Hal menarik yang perlu dicermati dalam kebijakan fiskal dengan melihat skema

subsidi di Indonesia adalah perlu apresiasi terhadap kebijakan fiskal yang

dilakukan oleh pemerintah dalam memberi ruang yang besar untuk subsidi.

Artinya pemerintah sangat konsen terhadap pemerataan aspek pembangunan

Page 38: (bbm) indonesia

23

karena tujuan utama dari subsidi itu sendiri adalah pemerataan. Bila kebijakan

subsidi tidak hati – hati dilakukan, dimana fungsi dan peran subsidi bagi

pemerataan pembangunan tidak tercapai sedangkan alokasinya semakin membesar

maka ini akan menjadi dilema dalam kebijakan fiskal sehingga subsidi akan

menjadi beban bagi kebijakan fiskal.

Anand dkk (2013) mengemukakan bahwa kenaikan anggaran subsidi BBM

telah memberikan kontribusi terhadap tekanan fiskal di Negara India. Reformasi

kebijakan mengenai subsidi menimbulkan dampak negatif terhadap kesejahteraan

rumah tangga khususnya rumah tangga miskin. Meskipun reformasi (perubahan)

akan menghasilkan penghematan fiskal yang cukup besar namun akibat yang

ditimbulkan dari penghematan tersebut akan menurunkan pendapatan riil rumah

tangga dari semua kelompok masyarakat yang berpendapatan. Pemerintah India

berencana akan berkomitmen untuk mengendalikan subsidi BBM dan

mengeluarkan langkah – langkah baru untuk menurunkan subsidi demi

menyelamatkan ruang fiskal dengan cara : menggunakan harga BBM sesuai

dengan harga minyak dunia, penghapusan subsidi diesel dalam jangka pendek,

penghapusan minyak tanah dan subsidi LPG, dan pemberian subsidi dalam bentuk

tunai yang ditargetkan kepada kaum miskin.

2.3 Permintaan Terhadap Barang Yang Disubsidi

Teori Permintaan merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara

permintaan dan harga. Teori ini memiliki hukum yang disebut hukum permintaan

yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin

banyak permintaan terhadap barang tersebut sebaliknya semakin tinggi harga

Page 39: (bbm) indonesia

24

barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Teori

penawaran menunjukkan jumlah barang atau produk yang ditawarkan atau dijual

pada tingkat harga tertentu. Hukum permintaan berlawanan dengan hukum

penawaran, pada hukum penawaran mengemukakan bahwa jumlah barang yang

dijual berbanding lurus dengan harga barang tersebut.

Dalam penetapan kebijakan subsidi pada sebuah barang atau produk akan

berlaku teori permintaan terhadap barang tersebut. Dari sisi permintaan barang

dalam teori ekonomi adanya subsidi akan membuat harga menjadi lebih rendah

daripada harga keekonomiannya sehingga semakin banyak barang yang terjual.

Dengan harga subsidi akan semakin banyak jumlah permintaan konsumen

terhadap barang atau produk tersebut (Spencer dan Amor, 1993).

2.4 Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)

Subsidi pertama kali dipakai di Inggris pada abad 10 di bawah kekuasaan Raja

Charles II. Namun subsidi baru berkembang pada abad 20, sejak saat itu program-

program subsidi menjadi sebuah cara yang lazim digunakan pemerintah dalam

anggaran keuangannya. Adapun beberapa landasan pokok dalam penerapan

subsidi antara lain :

1) Suatu bantuan yang bermanfaat yang diberikan oleh pemerintah kepada

kelompok-kelompok atau individu – individu yang biasanya dalam bentuk

cash payment atau potongan pajak

2) Diberikan dengan maksud untuk mengurangi beberapa beban dan fokus pada

keuntungan atau manfaat bagi masyarakat

Page 40: (bbm) indonesia

25

3) Subsidi didapat dari pajak yang merupakan salah satu pendapatan negara yang

dipungut oleh pemerintah dan akan kembali lagi ke tangan masyarakat melalui

pemberian subsidi.

Salah satu komoditas yang disubsidi pemerintah adalah bahan bakar minyak.

BBM merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia,

pengolahan dan penyalurannya dikuasai oleh negara. hal ini sesuai dengan pasal

33 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa cabang – cabang produksi yang

penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

negara. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen

atau konsumen agar barang atau jasa yang dihasilkan harganya lebih rendah

dengan jumlah yang dapat dibeli masyarakat lebih banyak. Besarnya subsidi yang

diberikan biasanya tetap untuk setiap unit barang. Dengan adanya subsidi

diharapkan oleh pemerintah harga barang menjadi lebih rendah. Pemerintah disini

menanggung sebagian dari biaya produksi dan pemasaran. Pada hakekatnya

subsidi diberikan untuk membantu golongan masyarakat yang mempunyai

kemampuan lemah, bukan untuk golongan masyarakat yang mempunyai

kemampuan ekonomi lebih tinggi (Susilo, 2013).

Subsidi adalah suatu bentuk keuangan (financial assistance), yang biasanya

dibayar oleh pemerintah, dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga – harga,

atau untuk mempertahankan eksistensi kegiatan bisnis, atau untuk mendorong

berbagai kegiatan ekonomi pada umumnya. Subsidi yang tidak transparan akan

mengakibatkan subsidi besar yang digunakan untuk program cenderung

menciptakan distorsi baru dalam perekonomian (Basri, 2002).

Page 41: (bbm) indonesia

26

Nugroho (2005) mendefinisikan subsidi yang berkaitan dengan subsidi bahan

bakar minyak (BBM) yaitu pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia kepada pertamina, sebagai pemegang monopoli pendistribusian bahan

bakar minyak (BBM) di Indonesia, dalam situasi dimana pendapatan yang

diperoleh PT. Pertamina (persero) dari tugas menyediakan BBM di pasar

domestik lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan

dan mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM).

Menurut Bappenas (2007), subsidi pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai:

(1) alat pemerataan output melalui mekanisme peningkatan elastisitas

permintaan, (2) alat stabilitas harga melalui mekanisme intervensi harga, dan (3)

alat optimalisasi output melalui mekanisme elastisitas penawaran. Bahan bakar

minyak (BBM) adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari pengilangan minyak

mentah. Minyak metah dari perut bumi diolah dalam pengilangan terlebih dahulu

untuk menghasilkan produk – produk minyak yang termasuk didalamnya adalah

bahan bakar minyak.

Subsidi bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu instrument untuk

memeratakan penggunaan energi di masyarakat, terutama masyarakat

berpenghasilan rendah. Kebijakan subsidi diberlakukan pada saat harga suatu

produk energi dinilai tidak sebanding dengan daya beli masyarakat khususnya

masyarakat yang berpenghasilan rendah (Yusgiantoro, 2000).

Susilo (2013) mengungkapkan bahwa semula komoditas BBM yang disubsidi

mencakup premium, minyak bakar, solar dan minyak tanah. Untuk jenis BBM

yang lain yaitu avgas dan avtur tidak disubsidi oleh pemerintah. Dalam

Page 42: (bbm) indonesia

27

perkembangannya BBM yang disubsidi tinggal premium, solar dan minyak tanah.

Sejalan dengan program konversi minyak tanah dengan elpiji, maka pada saat ini

terjadi pengurangan penggunaan minyak tanah yang di gantikan dengan gas.

Subsidi BBM merupakan selisih negatif antara hasil penjualan BBM dengan

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan dan distribusi BBM di dalam

negeri. Seperti yang diketahui bahwa penjualan BBM di dalam negeri sangat

tergantung dengan volume dan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Faktor –

faktor yang mempengaruhi subsidi BBM adalah :

1) Harga minyak mentah di pasar dunia

2) Kemampuan kilang – kilang minyak untuk mengolah minyak mentah

menjadi BBM

3) Impor produk BBM

4) Kurs rupiah terhadap US$

5) Besarnya volume konsumsi BBM dalam negeri

Subsidi BBM berdampak pada harga jual bahan bakar minyak didalam Negeri

menjadi lebih murah dari harga awal sebelum disubsidi, sehingga meringankan

masyarakat dalam memperoleh BBM dan hal itu membuat konsumsi masyarakat

terhadap subsidi BBM semakin meningkat. Dampak negatif yang dapat

ditimbulkan dari subsidi BBM adalah (Susilo, 2013) :

1) Tidak berkeadilan

2) Memberatkan APBN

3) Pemakaian boros, mempercepat Indonesia menjadi net importer

Page 43: (bbm) indonesia

28

4) Energi alternatif sulit berkembang karena tidak dapat bersaing dengan BBM

yang di subsidi

5) Maraknya penyalahgunaan BBM (Penyelundupan dan Pengoplosan)

Tambunan (2006) menyatakan bahwa rendahnya harga BBM membawa dampak

negatif sebagai berikut :

1) Tingginya ketergantungan pada sumber energi minyak bumi yang

ditunjukkan oleh dominasi minyak bumi dalam kombinasi pasokan sumber

energi domestic (energy Mix)

2) Subsidi BBM di APBN mengancam keberlangsungan fiskal (fiscal

sustainability) pemerintah

3) Tidak optimalnya pemanfaatan sumber energi lain, baik fosil energi seperti

gas alam dan batubara yang cadangannya jauh lebih besar dari minyak bumi

maupun energi baru dan terbarukan

4) Maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri sehingga tingkat permintaan

lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan nyata di sektor transportasi,

industri dan rumah tangga

5) Maraknya kegiatan pengoplosan BBM yang merugikan negara dan

konsumen umum

6) Sinyal harga mendistorsi kelayakan investasi di hilir Minyak.

Di Indonesia harga bahan bakar minyak ditentukan oleh pemerintah dan

berlaku sama di seluruh Indonesia. Sebuah perusahaan yang di tugaskan untuk

mengelola penambangan minyak bumi di Indonesia adalah PT. Pertamina

(Persero) dahulu bernama perusahaan pertambangan minyak bumi negara.

Page 44: (bbm) indonesia

29

Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan pertamin dan permina yang

didirikan pada tanggal 10 Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968.

Kegiatan pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan

petrokimia, terbagi ke dalam sektor hulu dan hilir, serta ditunjang oleh kegiatan

anak – anak perusahaan dan perusahaan patungan.

2.5 Landasan Kebijakan Subsidi BBM

1) Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan (3)

2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

3) Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

(ESDM) Nomor 18 Tahun 2013, tentang harga jual eceran minyak bakar

tertentu untuk konsumen pengguna tertentu

4) Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi pada Pasal 7 ayat 2

yang menyatakan pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana

subsidi untuk kelompok masyarakat tidak mampu

5) Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pengendalian

Penggunaan Bahan Bakar Minyak.

2.6 Defisit Anggaran Akibat Subsidi BBM

Anggaran ialah suatu daftar atau pernyataan terperinci tentang penerimaan

dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang

biasanya dalam satu tahun. Dalam anggaran ada dua sisi yaitu sisi penerimaan dan

pengeluaran. Pada sisi penerimaan terdapat sumber penerimaan rutin atau dalam

negeri dan sumber penerimaan pembangunan. Penerimaan rutin terdiri dari

penerimaan pajak langsung, pajak tak langsung dan penerimaan bukan pajak.

Page 45: (bbm) indonesia

30

Pada sisi pengeluaran, pos pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai,belanja barang,subsidi, pembayaran

bunga dan cicilan utang. Pengeluaran pembangunan diperinci menjadi

pengeluaran program pembangunan dan bantuan proyek (Suparmoko, 2000).

Defisit anggaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

kondisi APBN di saat angka belanjanya melebihi jumlah pendapatan. Dalam

Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003, Pasal 12 ayat 3 dan PP Nomor 23

Tahun 2003 dijelaskan bahwa defisit anggaran pemerintah hanya boleh

menyentuh angka maksimal 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika

pemerintah tidak melakukan pengendalian terhadap konsumsi BBM bersubsidi,

maka diperkirakan defisit akan meningkat dan apabila melewati angka 3 persen

dari PDB artinya pemerintah telah melanggar Undang – Undang tersebut,

sehingga akan menimbulkan konsekuensi hukum.

2.7 Kurs Valuta Asing

Kurs valuta asing (foreign exchange rate) dapat didefinisikan sebagai jumlah

uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Sedangkan valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang negara

(foreign currency) yang dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu

negara dengan negara lain. Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang

apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu

negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang

yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini

juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada

Page 46: (bbm) indonesia

31

suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya.

Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai

tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan

ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001).

Bedasarkan perkembangan sistem moneter dunia sejak berlakunya Bretton

Woods System pada tahun 1947, pada umumnya dikenal tiga macam sistem

penetapan kurs valas atau forex rate sebagai berikut ( Hamdy, 2001) :

1) Sistem kurs tetap atau stabil (Fixed Exchange Rate System). Kurs tetap

merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi

suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap

negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas

penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan

kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun

permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya

dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa

negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya.

Dalam kurs tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas

dalam penetapan nilai tukar.

2) Sistem kurs mengambang atau berubah (Floating Exchange Rate System).

Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul konsep baru

yaitu Floating Exchange Rate System. Dalam konsep ini nilai tukar dibiarkan

bergerak bebas. Nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan

Page 47: (bbm) indonesia

32

penawaran valuta tersebut di pasar. Dalam prakteknya terdapat dua jenis

floating exchange rate system yaitu :

(1) Free Floating Exchange Rate System. Dalam sistem ini nilai tukar

dibiarkan bergerak bebas. Pergerakan sepenuhnya tergantung dari

kekuatan penawaran dan permintaan di pasar, Bank sentral tidak

melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi nilai tukar mata

uangnya. Pada sistem ini perubahan nilai tukar tidak akan

mempengaruhi cadangan devisa negara, itu karena begitu ada

perubahan penawaran atau permintaan akan berdampak langsung pada

naik – turunnya nilai tukar valuta.

(2) Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)

Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta.

Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat

ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Bank sentral melakukan

intervensi ini biasanya disebabkan karena ada pergerakan kurs valas

yang dipandang tidak menguntungkan bagi perekonomian negara

tersebut sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah akibat

yang lebih buruk lagi. Pada sistem ini naik turunnya cadangan devisa

ditentukan oleh ada tidaknya intervensi bank sentral ke pasar.

3) Sistem kurs terikat (Pegged Exchange Rate System). Sistem nilai tukar ini

diterapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu negara

dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu.

Page 48: (bbm) indonesia

33

Menurut Triyono (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurs

diantaranya :

1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat yang mempengaruhi konsumsi

masyarakat atas barang – barang yang di inginkan dan dapat mempengaruhi

penawaran dan permintaan kurs valuta asing

2) Perubahan harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan

dalam permintaan dan penawaran ke atas mata uang negara tersebut.

3) Kenaikan harga umum (inflasi) pada dasarnya akan cenderung untuk

menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan ini disebabkan oleh

efek inflasi yang menyebabkan harga-harga di dalam negeri menjadi mahal

dari harga-harga di luar negeri, sehingga inflasi cenderung menambah impor

dan inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri menjadi mahal dari

harga di luar negeri, sehingga inflasi cenderung menambah impor dan ini

menyebabkan barang-barang ekspor menjadi lebih mahal.

4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang

mempengaruhi aliran modal. Semakin banyak modal yang mengalir ke suatu

negara, permintaan atas mata uangnya bertambah, sehingga nilai mata uang

tersebut meningkat. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih

banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat

pengembalian investasi akan lebih tinggi di negara-negara lain.

5) Pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ekonomi akibat dari pertumbuhan

ekonomi inilah yang menentukan merosot atau tidaknya nilai mata uang

tersebut.

Page 49: (bbm) indonesia

34

Menurut Khalwaty (2000) terdapat beberapa jenis kurs atau nilai tukar, yaitu :

1) Kurs Beli (Bid Price) adalah besar satuan mata uang negara lain yang harus

diserahkan untuk membeli tiap unit uang asing kepada Bank atau money

changer.

2) Kurs Jual (selling price) adalah besaran satuan mata uang negara lain yang

akan diterima dari bank atau money changer jika kita membeli mata uang

asing.

3) Kurs Spot adalah nilai valuta asing yang digunakan untuk transaksi spot

dipasar valuta asing.

4) Kurs Forward, adalah nilai tukar yang berlaku dan digunakan untuk transaksi

forwad dipasar valas.

5) Kurs Silang adalah nilai antara dua valas yang diperoleh dari nilai tukar

masing-masing valuta terhadap valuta lain.

6) Kurs Opsi adalah kurs yang ditetapkan dimuka sesuai dengan pendapat

Shapiro (1996) Yaitu, “ Call option give the customer the right to purchase ,

but option give the right to sell the contracted currencies at the expected date”

Suatu kenaikan kurs akan menaikkan harga barang-barang dalam negeri bagi

importir luar negeri. Ini berarti bahwa ekspor menjadi lebih mahal bagi orang-

orang asing karena mereka harus mengorbankan lebih banyak mata uang

negaranya untuk membeli barang-barang dalam negeri dan impor naik karena

barang-barang luar negeri menjadi lebih menarik bagi warga negera dalam negeri.

Jadi jika terjadi penurunan kurs, maka ini berarti bahwa lebih sedikit mata uang

asing yang harus dibayar untuk membeli sejumlah tertentu barang-barang dalam

Page 50: (bbm) indonesia

35

negeri, maka ekspor akan meningkat sedangkan impor menurun karena importir

harus mengorbankan lebih banyak mata uang dalam negaranya untuk membeli

sejumlah tertentu barang-barang luar negeri. Turunnya harga dari barang impor

akan mengakibatkan permintaan menjadi meningkat. Meningkatnya permintaan

mengakibatkan jumlah impor meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa antara

kurs dengan volume impor memiliki hubungan yang negatif (Nopirin, 2009)

2.8 Pertumbuhan Penduduk

Penduduk adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal pada suatu

wilayah geografi serta ruang tertentu yang hidupnya harus patuh terhadap aturan

atau norma yang berlaku, mereka saling berinteraksi secara berkala dan terus

menerus. Masalah penduduk bukan hanya masalah tingkat pertumbuhan yang

akhirnya bermuara pada jumlah penduduk keseluruhan, melainkan lebih dari itu

yaitu menyangkut kepentingan pembangunan, kesehatan, tingkat pendapatan,

pendidikan dan , kesejahteraannya (Nehen, 2012).

Beberapa teori tentang kependudukan adalah sebagai berikut :

1) Teori Malthus (Thomas Robert Malthus) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada

suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan

hidup.

2) Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels) yang menyatakan tekanan

penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan

makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara

kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia

Page 51: (bbm) indonesia

36

semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu

diadakan pembatasan penduduk.

3) Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich) yang menyatakan

sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan

menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat

kontrasepsi.

2.9 Minyak Bumi

Teori puncak minyak atau juga disebut sebagai Teori Puncak Hubbert

(Hubbert Peak Oil) yang dikemukakan oleh Marion King Hubbert pada tahun

1956. Teori ini mengasumsikan tentang pengaruh pengambilan dan penghabisan

jangka panjang dari minyak bumi konvensional (bahan bakar fosil lainnya). Teori

ini mengemukakan pandangan bahwa pada satu masa pengeluaran hasil bahan

bakar minyak berkembang tinggi hingga ke satu puncak. Sesudah sampai ke

puncak maka pengeluaran bahan bakar ini akan terus menurun. Berdasarkan teori

ini, M. Hubbert meramalkan bahwa Indonesia pada tahun 1991 mengalami

konsumsi minyak secara besar –besaran dan pada saat ini pula Indonesia

mencapai puncak (Peak) minyak. Kelangkaan minyak bahkan diramalkan akan

terjadi pada tahun 2020 ke tahun 2030.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Bumi

menyatakan bahwa minyak bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak

terbarukan yang dikuasai oleh Negara serta merupakan komoditas vital yang

menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam

perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal

Page 52: (bbm) indonesia

37

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Petroleum atau minyak bumi

merupakan campuran kompleks dari hidrokarbon cair, suatu senyawa kimia yang

mengandung hidrogen dan karbon, yang terbentuk secara alamiah di cadangan

bawah tanah dalam batuan sedimen. Berasal dari bahasa latin petra, yang berarti

batu, dan oleum, yang berarti minyak, kata “petroleum” sering diartikan dengan

kata “minyak”. Didefinisikan secara luas, minyak mencakup produk primer

(mentah) dan produk sekunder (terolah/produk kilang).

Minyak mentah (crude oil) merupakan satu jenis minyak terpenting yang

diolah menjadi berbagai produk kilang, akan tetapi beberapa bahan baku minyak

lainnya juga dipakai untuk menghasilkan berbagai produk kilang minyak.

Terdapat berbagai macam produk kilang yang dihasilkan dari minyak mentah,

banyak diantaranya untuk keperluan khusus, misalnya bensin kendaraan bermotor

atau pelumas; yang lainnya dipakai untuk menghasilkan panas, seperti

solar/minyak diesel (gas oil) atau minyak bakar (fuel oil).

Kilang minyak (Refinery Oil) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah

minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun

produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia. Produk –

produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak antara lain : minyak bensin

(gasoline), minyak disel, minyak tanah (kerosene). Kilang merupakan fasilitas

industri yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas

pendukungnya. Minyak mentah yang baru dipompakan ke luar dari tanah dan

belum diproses umumnya tidak begitu bermanfaat. Agar dapat dimanfaatkan

secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu di dalam

Page 53: (bbm) indonesia

38

kilang minyak. Departemen Keuangan (2009) menyampaikan bahwa harga dunia

minyak mentah merupakan faktor utama besaran subsidi BBM. Perubahan harga

minyak mentah akan berpengaruh terhadap penerimaan negara, baik penerimaan

sumber daya alam minyak dan Pajak Penghasilan Minyak, maupun penerimaan

negara bukan pajak lainnya.

2.10 Konsumsi

Konsumsi menurut Mankiw (2006) adalah barang atau jasa yang dibeli oleh

rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable

Goods) adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan

dan pakaian. Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang

yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat –alat elektronik, Ketiga,

jasa (Services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu

dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat kedokter.

Menurut James Dusenberry (2000) mengemukakan bahwa pengeluaran

konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan

tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan

banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat

konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi saving (tabungan). Apabila

pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi

bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving (tabungan) akan bertambah

besar dengan pesatnya.

Mankiw (2003), ada banyak faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi

permintaan suatu barang yaitu :

Page 54: (bbm) indonesia

39

1) Harga

Konsumen akan membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan bila

harga barang terlalu tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan

konsumsi dan pembeliannya kepada barang pengganti (barang substitusi) yang

lebih murah harganya.

2) Pendapatan Konsumen

Konsumen tidak akan dapat melakukan pembelian barang kebutuhan bila

pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan

pendapatan akan mendorong konsumen untuk mengubah permintaan akan

barang kebutuhannya

3) Jumlah Konsumen

Pertambahan penduduk akan diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja.

Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal

ini juga akan menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli

masyarakat akan menambah permintaan

4) Selera Konsumen

Perubahan selera dapat dinyatakan ke dalam perilaku pasar. Perubahan selera

konsumen bisa ditujukan oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference

map, tanpa ada perubahan harga barang maupun pendapatan, permintaan akan

sesuatu barang bisa berubah karena perubahan selera.

5) Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang

Perubahan – perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa

Page 55: (bbm) indonesia

40

harga-harga akan naik pada masa depan akan mendorong konsumen membeli

lebih banyak untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Konsumsi bahan bakar merupakan banyaknya bahan bakar yang dipakai

selama proses pembakaran berlangsung. Konsumsi bahan bakar secara umum di

pengaruhi oleh kecepatan pengguna. Pada kecepatan yang semakin meningkat

maka konsumsi atau pemakaian minyak akan semakin banyak. Secara umum

terjadinya peningkatan kebutuhan BBM mempunyai keterkaitan erat dengan

berkembangnya kegiatan ekonomi suatu Negara dan bertambahnya jumlah

penduduk. Di Indonesia peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun dan

pertumbuhan ekonomi terus berlangsung yang ditunjukkan oleh semakin

bertambahnya output baik barang dan jasa serta beragam aktivitas ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat, maka peningkatan kebutuhan akan energi adalah suatu

hal yang tak bisa dihindari.

2.11 Impor

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas

kehendak suka rela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus

mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari

sudut pandang masing-masing dan kemudian menentukan apakah akan dilakukan

pertukaran atau tidak. Pada dasarnya pertukaran atau perdagangan timbul karena

kedua belah pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa

diperoleh dari pertukaran tersebut (Boediono (1993).

Menurut Nopirin (1996) menyatakan perdagangan dunia antar dua negara

akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan

Page 56: (bbm) indonesia

41

permintaan bisa disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan,

kebudayaan, selera, dan sebagainya. Dari segi penawaran disebabkan oleh

perbedaan faktor produksi baik kualitas, kuantitas, maupun dalam hal komposisi

faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi tersebut akan membedakan

tingkat produktivitas tiap negara. jadi perdagangan dunia secara umum dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang mencakup ekspor dan impor, baik

berupa barang maupun jasa yang dilakukan antar negara atas pertimbangan

tertentu (keuntungan) dan dilakukan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun

juga. Pada dasarnya terdapat dua teori yang menerangkan tentang timbulnya

perdagangan dunia :

1) Teori Klasik

(1) Pandangan Kaum Merkantilisme

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu satunya cara bagi

suatu Negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan

sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin melakukan impor. Surplus

ekspor yang dihasilkan selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas

lantakan, atau logam – logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin

banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu Negara, maka semakin

kaya dan kuatlah Negara tersebut. Tetapi tidak setiap Negara dapat

menghasilkan surplus ekspor maka dari itu sebuah Negara hanya dapat

memperoleh keuntungan dengan mengorbankan Negara lain.

Page 57: (bbm) indonesia

42

(2) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith

Teori ini berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi

hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Menurut Smith suatu

Negara akan mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa

menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah

daripada Negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlakdalam

produksi barang. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith

adalah pertama adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Dunia)

dalam menghasilkan sejenis barang dengan adanya pembagian kerja

maka suatu Negara dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih

murah dibandingkan Negara lain. Kedua adanya Spesialisasi Dunia dan

Efisiensi Produksi. Dengan spesialisasi, suatu Negara akan

mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan

sehingga keuntungan mutlak diperoleh bila suatu Negara mengadakan

spesialisasi dalam memproduksi barang. Keuntungan mutlak diartikan

sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja

yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi.

2) Teori Moderen

(1) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David

Ricardo. Menurut teori ini menyatakan bahwa keuntungan komparatif

terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua macam produk yang

dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika

dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.

Page 58: (bbm) indonesia

43

(2) Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart

Mill. Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan

Teori Keunggulan Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik

keseimbangan pertukaran antara dua barang oleh dua negara dengan

perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar

Dalam Negeri (DTD). Maksud Teori Timbal Balik adalah

menyeimbangkan antara permintaan dengan penawarannya, karena baik

permintaan dan penawaran menentukan besarnya barang yang diekspor

dan barang yang diimpor. Suatu negara akan menghasilkan dan

kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative

advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative

disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah

dan mengimpor barang yang jika dihasilkan sendiri mengabiskan ongkos

yang besar.

(3) Teori Heckscher-Ohlin (H-O). Teori ini menjelaskan beberapa pola

perdagangan dengan baik. Negara – negara cenderung untuk mengekspor

barang – barang yang menggunakan faktor produksi yang relative

melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin suatu negara akan

melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut

memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan

keunggulan faktor produksi.

Rahmah (2011) mengatakan bahwa ketergantungan manusia terhadap

ketersediaan energi dewasa ini, memahami bahwa tanpa energi, standar hidup

Page 59: (bbm) indonesia

44

manusia tidak dapat ditingkatkan lagi. Sedemikian vitalnya ketersediaan energi

bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara, menyebabkan hampir semua negara

berlomba-lomba untuk menguasai sumber energi yang disediakan alam dalam

bentuk energi fosil. Seiring pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk yang

mengiringi pertumbuhan ekonomi, menyebabkan eksploitasi sumber energi fosil

yang dilakukan selama ratusan tahun ini telah memberikan lampu kuning.

Indonesia yang semula merupakan anggota negara pengekspor minyak bumi,

diprediksi akan menjadi negara pengimpor energi pada tahun 2030. Pada saat itu,

negeri ini akan mengalami defisit hingga 650 juta barel setara dengan minyak

yang harus ditutupi dengan impor.

Menurut Mankiw (2006) menyebutkan bahwa berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi impor suatu negara salah satunya adalah nilai tukar (kurs) yang

menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata

uang asing. Kurs valuta asing akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan

permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna

melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit

dalam neraca pembayaran dunia.

2.12 Keaslian Penelitian

Ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian yang terkait dengan

subsidi dan minyak. Penelitian sebelumnya dapat menjadi acuan pada penelitian

ini, baik sebagai pembanding dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 60: (bbm) indonesia

45

Hartono dan Resosudarmo (2006) mengatakan bahwa defisit anggaran

nasional Indonesia menjadi perhatian serius dalam anggaran APBN untuk

kebijakan subsidi bahan bakar. Subsidi bahan bakar menyebabkan tekanan yang

signifikan terhadap APBN, oleh karena itu kewajiban Pemerintah Indonesia untuk

merevisi anggaran subsidi bahan bakar minyak dan listrik. Sebagai

konsekuensinya pemerintah Indonesia harus menaikkan harga bahan bakar

minyak untuk menyelamatkan APBN. Meskipun dengan adanya subsidi bahan

bakar minyak tersebut akan dapat membantu rakyat miskin tetapi pada saat yang

sama orang kaya menikmati subsidi tersebut bahkan jumlahnya lebih besar. Oleh

karena itu penting untuk menemukan strategi untuk membantu rakyat miskin.

Aprilta (2011) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Fluktuasi

Minyak Dunia Terhadap Variabel Makroekonomi Dan Kebijakan Subsidi Di

Indonesia (Periode 1980-2010)” yang menggunakan metode analisis VAR (Vector

Autoregression) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan

positif antara fluktuasi atau guncangan harga minyak terhadap subsidi BBM.

Dalam jangka pendek fluktuasi harga minyak tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap subsidi BBM, tetapi dalam jangka panjang berpengaruh positif secara

signifikan.

Layli (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Dampak Kebijakan

Pembatasan Konsumsi BBM Premium di Sektor Angkutan Darat terhadap

Perekonomian Indonesia”. Pada penelitian ini menceritakan rencana kebijakan

pemerintah dalam membatasi konsumsi BBM premium di Sektor Angkutan Darat

dan dampak yang ditimbulkan terhadap output, faktor produksi, sektor produksi,

Page 61: (bbm) indonesia

46

dan distribusi pendapatan rumah tangga. Analisis yang digunakan adalah

multiplier analysis, Koefisien Gini, dan structural path analysis (SPA). Hasil

penelitian ini menunjukkan pembatasan konsumsi BBM premium di Sektor

Angkutan Darat akan memberikan dampak pada penurunan peningkatan output,

penurunan peningkatan pendapatan faktor produksi dan penurunan peningkatan

pendapatan rumah tangga. Tetapi kebijakan ini memberikan dampak pada

membaiknya ketimpangan distribusi pendapatan.

Rivani (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Kebijakan Subsidi BBM

dan Efisiensi Perekonomian” penelitian ini menceritakan bahwa subsidi BBM

merupakan agenda terbesar yang dianggap membebani fiskal, terlebih lagi

produksi minyak Indonesia semakin merosot dan masuk menjadi negara

pengimpor minyak. Resiko yang ditimbulkan berupa pembengkakan subsidi BBM

akan mendorong pelebaran defisit fiskal sehingaa dapat menggangu

perekonomian nasional. Besarnya porsi subsidi BBM dalam APBN juga

mempersempit porsi belanja produktif seperti infrasturktur. Oleh sebab itu

pemerintah pun mulai melakukan sejumlah program yang bisa menghemat

penggunaan BBM bersubsidi salah satunya dengan mengalihkan konsumsi BBM

bersubsidi ke BBM nonsubsidi seperti pertamax tetapi gerakan ini kurang begitu

berjalan dengan sukses mengingat disparitas yang harga antara BBM bersubsidi

dan nonsubsidi. Penelitian ini terdapat dua pilihan agar subsidi BBM dapat

dikendalikan. Opsi pertama yaitu memberikan subsidi tetap (fix subsidy) dalam

tiap liter BBM bersubsidi. Jadi harga BBM bersubsidi akan bergerak mengikuti

pergerakan harga keekonomiannya sehingga akan membuat APBN terbebas dari

Page 62: (bbm) indonesia

47

fluktuasi harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah sehingga cukup memastikan

konsumsi BBM dikendalikan sesuai kuota. Opsi kedua adalah menaikkan harga

BBM bersubsidi secara berkala setiap enam bulan sekali sehingga pada akhirnya

harga BBM bersubsidi mencapai harga keekonomiannya sehingga kenaikan harga

BBM bersubsidi dapat bisa diantisipasi.

Handajani (2009) dengan penelitiannya yang berjudul “ Analisis Gradien

Kepadatan Penduduk Dan Konsumsi BBM” penelitian ini menggunakan analisis

gradien yang membandingkan pola trend (kecenderungan) dari beberapa lokasi

dengan mengamati tingkat kemiringan garis yang menghubungkan antara dua

buah variabel. Dalam hubungan ini analisis gradien digunakan untuk mengamati

hubungan linear antara variabel kepadatan penduduk dan konsumsi premium.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan linear antara kepadatan penduduk

dan konsumsi BBM memiliki pola yang relative sama. Pada penduduk di

perdesaan dengan jumlah penduduk yang rendah dan kepadatan rendah maka

konsumsi BBM akan rendah. Sebaliknya penduduk perkotaan dengan jumlah

penduduk tinggi dan kepadatan tinggi pula akan meningkatkan konsumsi BBM

pertahunnya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya adalah bahwa pada dasarnya penelitian ini menganalisis

tentang permasalahan penyebab meningkatnya jumlah realisasi subsidi BBM

yang melebihi dari anggaran subsidi BBM yang ditetapkan pada APBN. Berbeda

dengan penelitian sebelumnya bahwa umumnya peneliti sebelumnya menganalisis

tentang dampak yang ditimbulkan setelah subsidi BBM tersebut baik dampak

Page 63: (bbm) indonesia

48

terhadap kebijakan peningkatan harga BBM bersubsidi maupun kebijakan

penurunan harga BBM yang dapat mempengaruhi perekonomian serta

kesejahteraan rakyat dan menganalisis tentang dampak akibat besaran subsidi

BBM yang selalu melebihi dari anggaran yang ditetapkan sehingga

mengakibatkan defisit APBN.

Pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Aprilta (2011) yang hanya

menggunakan variabel fluktuasi harga minyak sebagai faktor yang mempengaruhi

kebijakan subsidi BBM di Indonesia sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan beberapa variabel karena tidak hanya fluktuasi harga minyak saja

yang mempengaruhi kebijakan subsidi BBM di Indonesia tetapi ada variabel

lainnya yaitu jumlah penduduk Indonesia yang merupakan subyek yang

mengkonsumsi BBM, sesuai pasal 33 ayat (2) dan (3) yang pada dasarnya

menyatakan bahwa kekayaan alam yang berupa minyak bumi di kuasai oleh

negara dan akan digunakan sebesar besarnya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Selain itu juga terdapat variabel fluktuasi kurs dolar yang

mempengaruhi besaran subsidi, variabel impor minyak yang dikarenakan sampai

saat ini Indonesia lebih dominan mengimpor minyak daripada memperoduksi

minyak di dalam negeri. Pada penelitian ini digunakan analisis jalur untuk

mengetahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung antar variabel –

variabel yang digunakan.

Page 64: (bbm) indonesia

49

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Penelitian ini memaparkan kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

besaran subsidi BBM dalam anggaran APBN setiap tahun mengalami peningkatan

sehingga dapat membebani APBN dan menimbulkan defisit anggaran. Subsidi

BBM merupakan bayaran yang dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam

simulasi di mana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan

BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang

dikeluarkan. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada

masyarakat yang kurang mampu pada umumnya. Tetapi dalam pelaksanaanya

pemakai BBM bersubsidi cenderung lebih dinikmati oleh kalangan masyarakat

menengah ke atas sehingga membuat anggaran dalam APBN yang di keluarkan

pemerintah setiap tahunnya untuk membiayai subsidi terus mengalami

peningkatan.

Pengeluaran subsidi di dalam APBN terdiri dari subsidi energi dan Non

energi. Subsidi Non energi terdiri dari subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi

benih, Public Service Obligation (PSO), kredit program, subsidi minyak goreng,

subsidi pajak, kedelai dan subsidi lainnya. Sedangkan subsidi energi terdiri dari

dua yaitu subsidi listrik dan subsidi BBM. Diantara semua subsidi yang

disebutkan, subsidi yang paling besar jumlahnya di dalam APBN adalah subsidi

BBM. Subsidi BBM ini merupakan beban bagi APBN karena jumlahnya yang

Page 65: (bbm) indonesia

50

selalu meningkat dari yang di anggarkan setiap tahun anggaran. Sehingga subsidi

BBM merupakan beban fiskal yang merupakan salah satu penyumbang defisit

bagi APBN.

Subsidi BBM selama ini dianggap sebagai akar penyebab dari berbagai

permasalahan keuangan dan energi Indonesia. Pada tahun ini subsidi BBM yang

besar dinilai telah sangat membebani anggaran negara. Beban makin membesar

ketika harga minyak mentah dunia melonjak. Seperti diketahui sejak tahun 2008

Indonesia harus mengimpor minyak mentah sebanyak 247 ribu bph dan BBM

sebesar 424 ribu bph. Impor BBM tersebut saat ini sudah meliputi 30 persen dari

kebutuhan BBM dalam negeri (Santosa, 2011)

Faktor Internal yaitu konsumsi BBM dapat mempengaruhi besaran subsidi

BBM dalam anggaran APBN. Meningkatnya konsumsi BBM akibat dari

peningkatan pertumbuhan ekonomi dimana dengan adanya pertumbuhan yang

tinggi pendapatan masyarakat meningkat dan mobilitas masyarakat yang tinggi

sehingga kebutuhan akan energi minyak bertambah dan berpengaruh terhadap

konsumsi BBM sehingga akan berdampak pada kenaikan anggaran subsidi BBM.

Pertumbuhan ekonomi suatu Negara sangat erat kaitannya dengan pasokan

energi, terutama bahan bakar minyak (BBM) Pertumbuhan ekonomi nasional

yang semakin meningkat, membuat daya beli masyarakat dipastikan akan dapat

meningkatkan volume kendaraan, kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan

peningkatan konsumsi BBM, terutama Premium dan Solar (Mundakir, 2012).

Kurs merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait dengan besaran

APBN. Asumsi kurs berhubungan dengan banyaknya transaksi dalam APBN yang

Page 66: (bbm) indonesia

51

terkait dengan mata uang asing seperti penerimaan pinjaman dan pembayaran

utang luar negeri, penerimaan minyak dunia dan pemberian subsidi BBM

(Wibowo dan Amir, 2005).

Kurs mata uang asing, yakni nilai tukarnya terhadap mata uang lain,

tergantung pada permintaan. Jika permintaan akan sebuah mata uang asing

tinggi, maka harganya akan naik terhadap mata uang lainnya. Akan tetapi,

perubahan dalam kondisi politik suatu negara atau menurunnya perekonomian

akibat laju inflasi. Kenaikan laju inflasi di Indonesia mengakibatkan melemahnya

nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (Handayani, 2002).

Nizar (2013) menyimpulkan bahwa Defisit dalam neraca pembayaran

Indonesia salah satunya dapat disebabkan oleh peningkatan impor minyak

(minyak) akibat bertambahnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam

negeri. Peningkatan konsumsi BBM ini menyebabkan membengkaknya subsidi

dalam APBN dan pada akhirnya menambah defisit anggaran.

Faktor eksternal berupa fluktuasi harga minyak dunia yang mempengaruhi

besaran subsidi BBM setiap tahunnya. Kenaikan harga minyak dunia memberikan

masalah tersendiri bagi negara – negara pengimpor minyak. Kenaikan harga

minyak dunia ini menjadi petaka tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Pada

kenyataannya Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu penghasil minyak

dunia sekarang merupakan salah satu negara pengimpor minyak. Kenaikan ini

akan meningkatkan beban anggaran pos subsidi BBM dan akhirnya akan

meningkatkan defisit APBN (Dartanto, 2005).

Page 67: (bbm) indonesia

52

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian kajian terhadap faktor – faktoryang mempengaruhi subsidi BBM Indonesia.

APBN

Pengeluaran Subsidi

Subsidi Non EnergiSubsidi Energi

Subsidi pupuk, subsidibenih, subsidi pangan,

PSO,kredit program,sub.Minyak goreng, subsidipajak,subsidi kedelai,dll

Subsidi BBM

Subsidi Listrik

Dampak Kebijakan SubsidiBBM

1. Naik/turunnya hargaBBM

2. Inflasi3. Pengangguran4. Kesejahteraan rakyat5. Kemiskinan6. Ketahanan APBN7. Dunia usaha (industri

dan perdagangan)8. Penyelundupan BBM9. Pemakaian Boros10. Energi alternative sulit

berkembang

Faktor-faktor yangmempengaruhi

1. Pertumbuhan penduduk2. Komsumsi BBM rakyat3. Harga Minyak Dunia4. Kurs Dolar5. Impor Minyak

Paling tinggi jumlahnya

Page 68: (bbm) indonesia

53

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Suryopratomo (2013) mengatakan Kejanggalan dalam cara berpikir

pemerintah berkaitan dengan pengelolaan BBM. Pemerintah selalu mengatakan

akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Bahkan tahun 2014 ditargetkan 7 persen

konsekuensi dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya

konsumsi BBM. Jika pemerintah mentargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen,

maka konsumsi BBM akan tumbuh diatas 10 persen. Tidak mungkin pertumbuhan

ekonomi tidak meningkatkan konsumsi BBM karena pembangunan ekonomi

membutuhkan energi. Peningkatan konsumsi BBM ini pasti menjadi beban bagi

pemerintah, karena berkaitan dengan besaran subsidi

Kenaikan harga minyak mentah dunia tidak serta merta memberi berkah bagi

Indonesia. Kondisi ini ibarat dua mata pisau. di satu sisi menguntungkan, karena

meningkatnya penerimaan negara dari minyak, namun keuntungan yang diraih

pun tidak terlalu signifikan mengingat produksi minyak dalam negeri cenderung

menurun. Di sisi lain, kenaikan harga minyak juga membawa masalah, sebab

pemberian subsidi dari pemerintah meningkat karena indonesia sendiri merupakan

salah satu negara pengimpor minyak (Hartono,2011).

Berdasarkan karangka berfikir diatas kemudian disusun konsep yang

menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini bahwa subsidi BBM

yang ada dalam anggaran APBN memang sangat diperlukan untuk kesejahteraan

rakyat dimana harga minyak yang disubsidi akan berada dibawah harga

keekonomiannya. Faktor – faktor yang menyebabkan subsidi BBM di Indonesia

semakin hari semakin meningkat sehingga merupakan salah satu penyebab

Page 69: (bbm) indonesia

54

masalah defisit anggaran APBN adalah konsumsi masyarakat Indonesia yang

mengkonsumsi minyak secara berlebihan. Pada dasarnya subsidi diperuntukkan

untuk masyarakat yang kurang mampu tetapi dalam kenyataannya bahwa subsidi

tidak hanya di konsumsi oleh masyarakat yang kurang mampu melainkan

masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas yang seharusnya mampu

membeli BBM yang non subsidi.

Konsumsi BBM yang berlebihan ini akan berdampak pada impor Minyak

yang terus menerus seiring dengan produksi minyak dalam negeri yang semakin

menurun sedangkan kebutuhan minyak dalam negeri semakin hari semakin

meningkat sehingga menuntut pemerintah harus mengimpor minyak untuk

memenuhi kebutuhan akan minyak di dalam negeri dan akhirnya akan berdampak

pada meningkatnya anggaran subsidi BBM pada APBN. Impor minyak yang

dipengaruhi oleh kurs dolar yang menentukan jumlah mata uang yang dibutuhkan

untuk memperoleh mata uang asing karena untuk melakukan pembayaran

terhadap impor minyak menggunakan kurs dolar sebagai alat pembayaran.

Meningkatnya harga minyak dunia disatu sisi dapat menjadi tambahan

penerimaan Indonesia yang berasal dari sektor Minyak untuk minyak yang

diekspor, tetapi disisi lain tingginya harga minyak dunia juga memberikan

kontribusi terhadap naiknya subsidi BBM setiap tahunnya. Hubungan antar

variabel dalam penelitian yang diperkuat oleh penelitian sebelumnya sebagai

berikut :

Hubungan antara konsumsi BBM subsidi dan subsidi BBM adalah menurut

penelitian Iwaro dan Abraham (2010) menyatakan tingkat konsumsi bahan bakar

Page 70: (bbm) indonesia

55

tumbuh setiap tahun dan sekitar 50 tahun cadangan bahan bakar dunia akan habis,

sehingga perlu mencari alternatif sumber energi lainnya. Pada negara - negara

berkembang menunjukkan bahwa konsumsi minyak terus meningkat dengan cepat

karena pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Saat ini tingkat konsumsi bahan

bakar minyak akan terus meningkat di kebanyakan negara berkembang, sementara

pemerintah menghabiskan dana untuk subsidi bahan bakar yang tinggi untuk

menjamin keberlanjutan pembangunan. Sehingga untuk mengatasi masalah ini

diperlukan investasi pada program konservasi energi dan sumber energi

terbarukan.

Pada negara Venezuela, Barrios dan Jose Ramon Morales (2012) negara

Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Harga bensin yang

bersubsidi di negara Venezuela adalah yang termurah di dunia. Banyak

masyarakat Venezuela menilai harga minyak yang murah adalah hak mereka sejak

lahir. Harga bensin di Venezuela hanya US$ 0,06 per liter atau 600 per liter.

Murahnya harga minyak subsidi membuat realisasi subsidi di negara ini mencapai

12,5 miliar dollar AS per tahun atau sekitar 146 triliun. Diperkirakan besarnya

konsumsi minyak bersubsidi menjadi 3.16 persen dari PDB, besaran ini lebih

besar dari semua program sosial (2,30 persen dari PDB). Selain itu 52 persen

konsumsi kendaraan pribadi berbahan bakar minyak yang disubsidi sementara itu

transportasi umum hanya menyarap 30 persen minyak subsidi.

Hubungan antara konsumsi BBM subsidi dan impor minyak adalah menurut

penelitian Mardiana dkk (2013) menyatakan konsumsi minyak Indonesia tumbuh

cepat sementara produksi dalam negeri menurun. Impor minyak pada tahun 2012

Page 71: (bbm) indonesia

56

mencapai sekitar US$ 42 miliar yang setara dengan 22 persen total ekspor. Hal

ini berdampak terhadap ketergantungan terhadap minyak impor dan membuat

neraca pembayaran menjadi defisit. Impor minyak di Indonesia akan lebih

dipengaruhi oleh konsumsi sektor transportasi dan diperkirakan bahwa Indonesia

akan menjadi net importir pada tahun 2030. Cadangan minyak terbatas dan tingkat

produksi yang menurun sehingga tidak cukup untuk mendukung pemenuhan

permintaan minyak dalam negeri akibatnya Indonesia menjadi negara importir dan

meninggalkan keanggotaan OPEC tahun 2008 setelah bergabung tahun 1962.

Prambudia dan Masaru Nakano (2012) meneliti bahwa Negara Malaysia

merupakan negara pengekspor minyak utama sama hal nya seperti Indonesia.

Status Malaysia sebagai eksportir minyak berada di ambang krisis hal ini

disebabkan sumur minyak yang jatuh tempo dan produksi kilang minyak mulai

berkurang. Namun dalam waktu dekat di khawatirkan Malaysia akan menjadi net

oil importer sehingga akan mengganggu keamanan energi Malaysia khususnya

pada aspek ketergantungan impor minyak. Hal ini karena sektor transportasi dan

industri yang masih sangat tergantung pada produk minyak mengingat bahwa

saling mempengaruhi antara perkembangan sektor minyak Malaysia dan sektor

ekonomi. Total impor minyak akan diprediksi diatas 97 persen pada tahun 2030.

Pelaksanaan penghapusan subsidi minyak di negara ini dinilai tidak konsisten.

Negara Malaysia memiliki beberapa pilihan yang dapat menunda ketergantungan

impor minyak dengan cara bekerjasama dengan perusahaan minyak di dalam

negeri untuk mengatur sistem dan mengantisipasi risiko menjadi net oil importer.

Page 72: (bbm) indonesia

57

Hubungan antara impor minyak dengan subsidi BBM adalah menurut

penelitian Ovaga dan Okey. H (2012) menyimpulkan impor minyak merupakan

salah satu tantangan yang dihadapi sektor minyak hilir di Negara Nigeria. Hal

tersebut ditemukan pada penelitian ini bahwa total biaya untuk mengimpor

minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menggambarkan realisasi

jumlah subsidi BBM yang di keluarkan pemerintah. Sehingga penyelesaian

masalah subsidi BBM di Nigeria dapat diselesaikan dengan cara pembangunan

kilang baru dan pembenahan kilang yang sudah ada,jika hal ini ditangani dengan

benar maka impor minyak dapat ditekan, subsidi tidak akan membebani anggaran

dan meminimalkan devisa yang dihabiskan untuk impor minyak.

Hubungan harga minyak dunia dan impor minyak adalah menurut penelitian

Sharma, dkk (2012) mengatakan pertumbuhan ekonomi suatu negara harus di

dukung oleh ketersediaan minyak. Ketergantungan impor terhadap minyak di

Negara India mencapai 80 persen dan kemungkinan akan tumbuh terus. Efek

langsung dari guncangan harga minyak adalah peningkatan biaya produksi akibat

kenaikan biaya bahan bakar. Impor minyak yang tinggi seperti impor produk

minyak bumi akan memiliki dampak besar pada ekonomi India terutama ketika

harga minyak mentah di pasar dunia melonjak naik dan akan menghabiskan

sejumlah devisa. Meskipun harga minyak di masa depan sulit diprediksi, pada

umumnya diperkirakan akan meningkat. Dampak dari kenaikan harga minyak

mentah bagi perekonomian India yaitu dapat meningkatkan inflasi, pemerintah

harus membiayai subsidi yang lebih besar, ekspor menjadi lemah dan penurunan

investasi sehingga berpengaruh terhadap GDP.

Page 73: (bbm) indonesia

58

Hubungan antara harga minyak dunia dengan subsidi BBM adalah menurut

penelitian Shikha Jha, et al (2009) melakukan penelitian terhadap subsidi energi di

32 negara Asia dan kaitannya dengan ketidakpastian kondisi makroekonomi dan

keberlanjutan fiskal Volatilitas dan tingginya harga minyak dunia berpengaruh

terhadap anggaran belanja baik di negara yang menerapkan subsidi atau negara

yang menerapkan pajak terhadap konsumsi BBM dalam negeri. Laporan

Pengembangan Sektor Perdagangan (2011) menyatakan harga BBM di Indonesia

merupakan salah satu yang termurah di Asia Pasifik karena masih

diberlakukannya kebijakan subsidi. Biaya subsidi pada tahun 2008 diproyeksi

mencapai U$ 25 milyar. Kanaikan harga minyak mentah dunia menyebabkan

kenaikan biaya subsidi pemerintah untuk produk – produk energi sebesar 81

persen, atau lebih dari U$ 4,4 milyar. Kenaikan harga minyak dunia pada sekitar

tahun 2007 – 2008 menyebabkan kenaikan defisit pemerintah pusat sedikitnya

sebesar dua pertiga dari 1,5 persen menjadi 2,15 persen dari PDB dan pada tahun

2008 pemerintah Indonesia terpaksa meninjau kembali program subsidi BBM.

Penelitian serupa juga diungkapkan oleh Shahidul Islam (2008) yang meneliti

subsidi di negara Bangladesh yang mampu memproduksi minyak hanya 10 persen

dari kebutuhan minyak sedangkan sisanya di peroleh dari pasar internasional.

Negara ini mengimpor 3,8 juta ton minyak per tahun termasuk 2,1 juta ton solar.

Bangladesh menerapkan sistem subsidi untuk minyak sehingga anggaran

keuangan negara ini sangat ditentukan oleh kenaikan minyak di pasar

internasional. Untuk membiayai subsidi minyak, pemerintah Bangladesh

meminjam dana dari bank-bank BUMN dan bank pembangunan untuk membiayai

Page 74: (bbm) indonesia

59

Bangladesh Petroleum Corporation (BPC), biaya tersebut terdiri dari biaya impor

minyak dari pasar internasional dan mendistribusikannya di pasar domestik

dengan harga yang disubsidi. Ketika terjadi peningkatan tajam kenaikan harga

minyak maka akan membuat subsidi minyak meningkat dan dapat mengakibatkan

defisit fiskal negara hingga mencapai 4,8 persen dari PDB pada tahun 2008.

Hubungan antara kurs dollar dengan impor adalah sebagai berikut : Schryder

dan Gert Peersman (2012) menyatakan bahwa Apresiasi nilai tukar dolar AS

menyebabkan penurunan yang signifikan dalam permintaan minyak pada 65

negara – negara pengimpor minyak dalam artian bahwa apresiasi nilai tukar dolar

AS menyebabkan penurunan permintaan minyak di negara – negara yang tidak

menggunakan dolar AS sebagai alat untuk bertransaksi di negaranya.

Hubungan antara kurs dollar dengan subsidi BBM adalah : Zuhroh dan David

Kaluge (2007) menyatakan pengaruh kejutan nilai tukar terhadap perekonomian

Indonesia menjadi topik menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun

1997 yang telah menyebabkan keseimbangan internal semakin parah.

Melemahnya nilai tukar telah menyebabkan kenaikan yang tinggi pada harga

barang – barang yang mengandung komponen impor. Pada sisi fiskal, depresiasi

rupiah yang tajam telah mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat. Hal

ini terkait dengan membengkaknya pengeluaran operasional yang terkait dengan

valuta asing, seperti pembayaran utang luar negeri serta subsidi untuk BBM.

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan dapat dibuat kerangka konsep penelitian

seperti Gambar 3.2

Page 75: (bbm) indonesia

60

Keterangan : Hubungan satu arahHubungan dua arah (korelasi)

Gambar 3.2 Karangka Konsep Kajian terhadap faktor – faktor yangmempengaruhi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan

hipotesis sebagai berikut :

1) Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi BBM

melalui konsumsi BBM subsidi

2) Konsumsi BBM subsidi berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi

BBM melalui impor minyak

Subsidi BahanBakar Minyak

BBM (Y3)

KonsumsiBBM Subsidi

(Y1)

Impor Minyak(Y2)

Harga MinyakDunia (X2)

Kurs Dolar(X3)

b1

e1

e3

JumlahPenduduk

(X1)

e2

Page 76: (bbm) indonesia

61

3) Harga minyak dunia dan kurs dolar berpengaruh terhadap subsidi BBM

melalui impor minyak

4) Jumlah penduduk, konsumsi BBM subsidi, harga minyak dunia, kurs dolar

dan impor minyak berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi BBM

Page 77: (bbm) indonesia

62

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian. Rancangan juga dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan baik

struktur masalah maupun rencana penyelidikan yang akan dipakai untuk

memperoleh bukti empiris mengenai hubungan – hubungan dalam masalah.

Dalam penelitian ini di pergunakan desain penelitian kuantitatif untuk

menganalisis variabel – variabel dalam penelitian.

Hipotesis dalam rancangan penelitian ini ditentukan variabel – variabel yang

dipergunakan dalam penelitian. Ada enam variabel yaitu jumlah penduduk,

konsumsi bahan bakar minyak (BBM), kurs dolar, impor minyak, harga minyak

dunia dan subsidi BBM. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

pencatatan dari berbagai sumber data yang tersedia di Badan Pusat Statistik

(BPS), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia, U.S Energy

Information Administration (EIA), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM), Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Direktorat

Jenderal (Ditjen Migas), jurnal serta hasil penelitian sebelumnya yang terkait

dengan penelitian ini. Data subsidi bahan bakar minyak (BBM) diambil dari data

Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) maupun data pokok APBN

Page 78: (bbm) indonesia

63

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, data konsumsi BBM di ambil dari

BPS dan Ditjen Migas, data harga minyak dunia diambil dari U.S Energy

Information Administration (EIA) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM), data kurs dolar di dapat dari laporan keuangan pemerintah pusat

(LKPP) dan Bank Indonesia yang merupakan realisasi dari APBN serta data

impor minyak dan jumlah penduduk diambil dari publikasi BPS setiap tahunnya.

Penelitian ini menggunakan analisis jalur untuk menghitung pengaruh

langsung dan tidak langsung antar variabel dengan menggunakan software SPSS

versi 21, hasilnya kemudian diinterpretasikan. Langkah terakhir dari penelitian ini

adalah dengan menyimpulkan hasil penelitian sesuai rumusan masalah dan

hipotesis yang diajukan serta memberikan saran yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan. Rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Kajian Terhadap Faktor – Faktor YangMempengaruhi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia

Rumusan Masalah

Hipotesis

Variabel penelitian :Subsidi bahan bakar minyak (BBM), Jumlah penduduk, konsumsi BBM

subsidi, kurs dolar, harga minyak dunia, impor minyak

Pengumpulan Data :- Bank Indonesia

- Kementerian Keuangan- BPS

- ESDM, BPH Migas, Ditjen Migas- U.S Energy Information Administration

- Jurnal, Buku- Penelitian Sebelumnya

- Internet

Analisis Jalur dan SobelTest dengan SPSS 21

Interpretasi hasildan pembahasan

Simpulan dansaran

Page 79: (bbm) indonesia

64

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini memakai ruang lingkup wilayah Indonesia. Dipilihnya

Indonesia sebagai ruang lingkup penelitian dengan alasan Indonesia masih belum

dapat terlepas dari subsidi BBM. BBM dipilih karena sejak dahulu subsidi bahan

bakar minyak menjadi permasalahan yang tiada hentinya dari tahun ke tahun dan

setiap tahun jumlah subsidi BBM yang dianggarkan dalam APBN selalu

mengalami peningkatan sehingga hal tersebut dapat membebani APBN.

4.3 Identifikasi Variabel

Seperti yang dipaparkan pada kerangka konseptual, studi ini memiliki 3

variabel yaitu variabel eksogen, variabel endogen, dan intervening variable atau

variabel antara, dengan klasifikasi sebagai berikut :

1) Variabel eksogen :

1) Pertumbuhan penduduk (X1)

2) Harga minyak dunia (X2)

3) Kurs dolar (X3)

2) Variabel endogen yaitu subsidi bahan bakar minyak (BBM) (Y3)

3) Variabel antara (Intervening variable)

1) Konsumsi BBM (Y1)

2) Impor minyak (Y2)

4.4 Definisi Operasional Variabel

1) Subsidi bahan bakar minyak (BBM) adalah besaran jumlah subsidi dalam hal

ini adalah realisasi subsidi BBM di dalam APBN setiap tahunnya, data

diambil dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) maupun data

Page 80: (bbm) indonesia

65

pokok APBN Kementerian Keuangan Republik Indonesia setiap tahun pada

periode 1983-2012 dalam triliun rupiah.

2) Jumlah penduduk adalah perubahan jumlah manusia setiap tahun

dibandingkan dengan waktu sebelumnya yang bertempat tinggal di Indonesia

serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku. Data jumlah

penduduk diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) periode 1983-2012 dalam

juta jiwa.

3) Kurs dolar adalah perbandingan nilai atau nilai tukar mata uang Amerika

Serikat (US dolar) terhadap mata uang Indonesia (rupiah). Angka kurs dolar

diambil dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) setiap tahun

periode 1983 – 2012 dalam 1 USD / Rupiah.

4) Harga minyak dunia adalah harga komoditas minyak bahan bakar di pasar

internasional, data diambil dari U.S Energy Information Administration (EIA)

setiap tahun pada periode 1983 – 2012 dalam USD/barel.

5) Konsumsi BBM bersubsidi adalah jumlah konsumsi minyak subsidi dari setiap

kegiatan memanfaatkan dan menghabiskan bahan bakar minyak (BBM) yang

disubsidi oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan. Angka konsumsi BBM

di ambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun pada periode tahun

1983 – 2012 dalam Juta Barel per Tahun.

6) Impor Minyak adalah banyaknya jumlah minyak yang di impor dari luar

negeri ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan minyak di

dalam negeri, data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahunnya

pada periode tahun 1983 - 2012 dalam miliar US $ per tahun.

Page 81: (bbm) indonesia

66

4.5 Jenis dan Sumber Data

1) Jenis Data

Menurut Sugiyono (2003) jenis data di kelompokkan menjadi data

kuantitatif dan data kualitatif. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif dan kualitatif.

(1) Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, yaitu meliputi jumlah

subsidi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia, Konsumsi BBM subsidi,

Kurs dolar, Impor minyak dan harga minyak dunia periode 1983 – 2012.

(2) Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat,

skema, dan gambar contohnya tabel – tabel, diagram analisis jalur, skema

rancangan penelitian, penjelasan dari peneliti sebelumnya maupun

laporan serta publikasi.

2) Sumber data

Riduan (2008) mengatakan jenis data yang dikumpulkan menurut sumber,

umumnya terdiri dari :

(1) Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh peneliti dan

diamati dari sumbernya serta memerlukan pengolahan lebih lanjut

terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari

wawancara mendalam kepada konsumen pengguna BBM bersubsidi

subsidi baik dari kalangan menengah ke atas maupun ke bawah.

(2) Data sekunder adalah data yang pengumpulan dan pengolahannya bukan

dari usaha sendiri, tetapi dilakukan oleh pihak perusahaan atau organisasi.

Page 82: (bbm) indonesia

67

Dalam penyusunan tesis ini dilakukan serangkaian pencatatan guna

mendapatkan data yang diperlukan. Adapun data skunder yang digunakan berupa

subsidi bahan bakar minyak (BBM), jumlah penduduk, konsumsi BBM subsidi,

kurs dolar, impor minyak dan harga minyak dunia periode 1983 – 2012 yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Keuangan (Kemenkeu),

Bank Indonesia, U.S Energy Information Administration (EIA), Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas

Bumi (BPH Migas), Direktorat Jenderal (Ditjen Migas), jurnal serta hasil

penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Metode observasi non partisipan adalah dimana observer tidak ikut di

dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dan secara terpisah

berkedudukan selaku pengamat dan dalam hal ini observer hanya bertindak

sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan.

2) Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman (guide).

Page 83: (bbm) indonesia

68

4.7 Teknik Analisis Data

4.7.1 Analisis Deskriptif

Penerapan statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi perhitungan, tabel,

gambar, rata – rata, rasio dan persentase yang dihitung menggunakan program

exel dan SPSS.

4.7.2 Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur atau analisis lintasan merupakan perluasan dari analisis linier

berganda untuk menaksirkan hubungan kausalitas antar variabel. Pemilihan

analisis jalur dengan pertimbangan bahwa bentuk hubungan sebab akibat yang

muncul dalam studi ini merupakan model yang komplek, yaitu adanya variabel

yang berperan ganda, sebagai variabel independent pada suatu hubungan, namun

menjadi variabel dependen pada hubungan lain mengingat adanya hubungan

kausalitas yang berjenjang. Bentuk hubungan seperti ini membutuhkan alat

analisis yang mampu menjelaskan sistem secara simultan.

Menurut Solimun (2008) Langkah – langkah analisis jalur dapat dilihat pada

uraian berikut :

1) Langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model

berdasarkan konsep dan teori sebagai berikut :

(1) Jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap subsidi BBM melalui

konsumsi BBM subsidi

(2) Konsumsi BBM subsidi berpengaruh signifikan terhadap subsidi BBM

melalui impor minyak

Page 84: (bbm) indonesia

69

b1

b5

b4

b7

b8

b9

b2

b3

b6

(3) Harga minyak dunia dan kurs dolar berpengaruh signifikan terhadap

subsidi BBM melalui impor minyak

(4) Konsumsi BBM subsidi, harga minyak dunia, kurs dolar dan impor

minyak berpengaruh signifikan terhadap subsidi BBM

Hubungan antar variabel berdasarkan uraian tersebut dapat diilustrasikan seperti

Gambar 4.2

Keterangan : Hubungan satu arah

Gambar 4.2 Diagram Jalur Variabel Penelitian Kajian Terhadap Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) diIndonesia

Subsidi BahanBakar Minyak

BBM (Y3)

KonsumsiBBM subsidi

(Y1)

Impor Minyak(Y2)

Harga MinyakDunia (X2)

Kurs Dolar(X3)

b1

e1

e3

JumlahPenduduk

(X1)

e2

Page 85: (bbm) indonesia

70

Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga

membentuk sistem persamaan. Sistem persamaan ini ada yang menamakan sistem

persamaan simultan atau juga ada yang menyebut model struktural. Persamaan

strukturalnya dapat disajikan seperti dibawah ini :

(1) Hubungan antara X1 terhadap Y1

Y1 = b1 X1 + e1……………………………………………………………………………………...…… (4.1)

Keterangan :b1 adalah koefisien jalur X1 dengan Y1X1 adalah jumlah pendudukY1 adalah konsumsi BBM subsidie1 adalah error 1

(2) Hubungan antara X2, X3, dan Y1 terhadap Y2

Y2 = b2 X2 + b3 X3 + b4 Y1 + e2………………………….………………………………………. (4.2)

Keterangan :b2 adalah koefisien jalur X2 dengan Y2b3 adalah koefisien jalur X3 dengan Y2b4 adalah koefisien jalur Y1 dengan Y2X2 adalah harga minyak duniaX3 adalah kurs dolarY1 adalah konsumsi BBM subsidiY2 adalah Impor Minyake2 adalah error 2

(3) Hubungan antara X2, X3, Y1 dan Y2 terhadap Y3

Y3 = b5Y1 + b6 X1 + b7 X2 + b8Y2 +b9X3+ e3…………………………………………. (4.3)

Keterangan :b5 adalah koefisien jalur Y1 dengan Y3b6 adalah koefisien jalur X1 dengan Y3b7 adalah koefisien jalur X2 dengan Y3b8 adalah koefisien jalur Y2 dengan Y3b9 adalah koefisien jalur X3 dengan Y3Y1 adalah Konsumsi BBM subsidiX1 adalah Jumlah pendudukX2 adalah Harga minyak duniaX3 adalah Kurs dolar

Page 86: (bbm) indonesia

71

Y2 adalah Impor minyakY3 adalah subsidi BBMe3 adalah error 3

2) Kedua

Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi yang

melandasi. Prinsip – prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis

jalur sebagai berikut :

(1) Di dalam model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linier dan

aditif.

(2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran

kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal

resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.

(3) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval

(4) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrument pengukuran valid dan

reliabel ) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.

(5) Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar

berdasarkan teori – teori dan konsep – konsep yang relevan. Artinya

model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis

tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel

yang diteliti.

3) Ketiga

Langkah ke tiga di dalam analisis jalur adalah pendugaan parameter atau

koefisien path. Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur pada uraian

sebelumnya dijelaskan.

Page 87: (bbm) indonesia

72

(1) Untuk anak panah bolak – balik koefisiennya merupakan

koefisien korelasi

(2) Untuk anak panah satu arah digunakan perhitungan regresi variabel yang

distandarkan secara parsial pada tiap – tiap persamaan. Metode yang

digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS), yaitu metode kuadrat

terkecil biasa. Hal ini dapat dilakukan mengingat modelnya rekursif

(satu arah). Dari perhitungan ini diperoleh koefisien jalur pengaruh

langsung.

Di dalam analisis jalur di samping ada pengaruh langsung juga terdapat

pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Koefisien beta dinamakan koefisien

jalur merupakan pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung

dilakukan dengan mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh

total dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tak

langsung. Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilakukan perhitungan pengaruh tidak

langsung, pengaruh langsung dan pengaruh total sebagai berikut :

(1) Pengaruh langsung jumlah penduduk terhadap konsumsi BBM subsidi sama

dengan b1

(2) Pengaruh langsung konsumsi BBM terhadap impor minyak sama dengan b4

(3) Pengaruh langsung harga minyak dunia terhadap impor minyak sama

dengan b2

(4) Pengaruh langsung kurs dolar terhadap impor minyak sama dengan b3

(5) Pengaruh langsung konsumsi BBM subsidi terhadap subsidi BBM sama

dengan b5

Page 88: (bbm) indonesia

73

(6) Pengaruh langsung harga minyak dunia terhadap subsudi BBM sama dengan

b6

(7) Pengaruh langsung kurs dolar terhadap subsidi BBM sama dengan b8

(8) Pengaruh langsung impor minyak terhadap subsidi BBM sama dengan b7

(9) Pengaruh tidak langsung jumlah penduduk terhadap subsidi BBM melalui

konsumsi BBM sama dengan b1 x b5

(10) Pengaruh tidak langsung konsumsi BBM subsidi terhadap subsidi BBM

melalui impor minyak sama dengan b4 x b7

(11) Pengaruh tidak langsung harga minyak dunia terhadap subsidi BBM melalui

impor minyak sama dengan b2 x b7

(12) Pengaruh tidak langsung kurs dolar terhadap subsidi BBM melalui impor

minyak sama dengan b3x b7

(13) Pengaruh Total variabel eksogen terhadap variabel endogen didapatkan

dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.

(14) Pendugaan parameter b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 dan b8 dilakukan dengan metode

Ordinary Least Square (OLS),

4) Keempat

Langkah keempat di dalam analisis jalur adalah pemeriksaan validitas model.

Terdapat dua indikator validitas model di dalam analisis jalur yang menentukan

valid tidaknya suatu model, yaitu koefisien determinasi total dan theory triming.

(1) Koefisien Determinasi Total

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan :

………………………………………………………………………..(4.4)

Page 89: (bbm) indonesia

74

Dalam hal ini, interpretasi terhadap sama dengan interpretasi

koefisien determinasi ( R2 ) pada analisis regresi

P yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung

dengan rumus :

P = ……………………………………………………….(4.5)

(2) Theory Triming

Berdasarkan Theory Triming, maka jalur – jalur yang nonsignifikan

dihilangkan sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiris,

kecuali untuk model tertentu yang didukung oleh konsep atau teori.

5) Kelima

Langkah terakhir didalam analisis jalur adalah melakukan interpretasi hasil

analisis, yaitu menentukan jalur – jalur pengaruh yang signifikan dan

mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat, yaitu dengan

membandingkan besarnya koefisien jalur terstandar.

4.7.3 Uji Sobel (Sobel Test)

Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu konsumsi BBM dan

impor minyak. Ghozali (2009) suatu variabel disebut variabel intervening jika

variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independent

dengan variabel dependen. Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan

prosedur uji Sobel (Sobel Test). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji

kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen

(Y) melalui variabel intervening (M). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M

dihitung dengan cara mengalikan jalur X– M (a) dengan jalur M – Y (b) atau ab.

Page 90: (bbm) indonesia

75

Jadi koefisien ab = (c-c’) dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa

mengontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah

mengontrol M. Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb,

besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect) Sab dihitung

dengan rumus dibawah ini:

Keterangan :

……………………………….………...(4.6)

Sab = Standard error pengaruh tidak langsung

a = Koefisien regresi dari variabel independent (X) terhadap variabel

moderator (M)

b = Koefisien regresi dari variabel moderator (M) terhadap variabel

dependen (Y)

Sa = Standard error dari a

Sb = Standard error dari b

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu dihitung nilai t

dari koefisien dengan rumus sebagai berikut:

……………………………………………………………………......(4.7)

Hasil nilai z hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai z tabel, jika

nilai z hitung > nilai z tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi.

Page 91: (bbm) indonesia

76

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Penerapan Kebijakan Subsidi Bahan Bakar Minyak di Indonesia

5.1.1 Subsidi BBM di Indonesia dan Beberapa Negara di Dunia

Bahan bakar minyak (BBM) adalah salah satu energi yang terbentuk dari

fosil di bawah perut bumi dan di abad moderen ini BBM dijadikan salah satu

kebutuhan primer yang sangat penting bagi penduduk dunia dan hampir seluruh

kebutuhan dunia tergantung pada sumber daya alam yang tidak terbarukan ini.

Arus teknologi yang semakin pesat dan mengalami kemajuan ternyata membuat

minyak untuk bahan bakar semakin dibutuhkan sebagai penggeraknya. Sebagian

pasokan bahan bakar digunakan untuk konsumsi industri, kebutuhan transportasi

dan rumah tangga. Mengingat diberbagai negara belum tentu ditemukan sumber

minyak sehingga eksplorasi dan eksploitasi dilakukan diseluruh belahan dunia

termasuk melakukan ekspansi ke negara – negara berkembang untuk mendapatkan

sumber minyak. Pesatnya pertumbuhan ekonomi, bertambahnya jumlah penduduk

dan pengembangan wilayah dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan dan

pemenuhan energi terutama bahan bakar minyak disemua sektor pengguna energi

secara dunia juga semakin besar.

Potensi kekayaan alam yang dimiliki oleh negara – negara penghasil minyak

membuat negara tersebut menerapkan kebijakan subsidi harga untuk energi

terutamanya adalah bahan bakar minyak. Subsidi BBM menjadi jalan keluar bagi

suatu negara untuk membantu masyarakatnya dalam menghadapi tekanan biaya

hidup sehari – hari. Kebanyakan negara yang menerapkan sistem subsidi untuk

Page 92: (bbm) indonesia

77

minyak bumi adalah negara – negara berkembang yang memiliki jumlah

penduduk banyak dengan berbagai permasalahan hidup.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang cukup kaya akan

cadangan minyak bumi dan masih menerapkan subsidi BBM untuk rakyatnya.

Sesuai dengan rumusan konstitusi negara yang tertuang dalam UUD 1945 pasal

33 ayat 2 dan 3 bahwa kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia harus

dikelola dengan sebaiknya agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dahulu Indonesia memang kaya akan sumber minyak bumi. Booming minyak

terjadi pada saat kepemerintahan presiden Soeharto yaitu sekitar tahun 1976,

sehingga pemerintahan orde baru menerapkan kebijakan subsidi untuk BBM

dengan tujuan agar masyarakat bawah dapat menikmati rejeki atas melimpahnya

minyak bumi. Adapun negara-negara yang menerapkan sistem subsidi untuk

bahan bakar minyak dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1Grafik Negara Di Dunia Yang Menerapkan Sistem Subsidi BBM

Tahun 2012 (dalam miliar Dolar AS)

Sumber data: U.S Energy Information Administration (EIA) (data diolah), 2012

Page 93: (bbm) indonesia

78

Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa selain Indonesia masih terdapat

beberapa negara yang memberikan subsidi minyak kepada rakyatnya. Dari

beberapa negara tersebut, Indonesia berada di ranking ke sembilan dalam besaran

pemberian subsidi minyak pada tahun 2012 yaitu sebesar 15.9 miliar USD setelah

negara Uni Emirat Arab. Dari grafik tersebut menggambarkan kebanyakan negara

– negara berkembang dan kaya sumber minyak masih menerapkan sistem subsidi

BBM. Berbeda hal nya dengan negara maju seperti Amerika, Eropa, dan Jepang

tidak memberikan subsidi, bahkan mereka menerapkan pajak yang sangat tinggi

untuk bahan bakar, dimana pajak BBM di negara maju bisa mencapai lebih dari

100 persen dari harga keekonomian minyak tersebut sehingga di negara maju

pendapatan yang sangat besar diperoleh dari pajak bahan bakar minyak.

5.1.2 Ketergantungan Indonesia sebagai Negara impor minyak

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, namun

hingga kini Indonesia masih saja melakukan impor sumber daya alam dari negara

lain. Sebagai negara berkembang, Indonesia belum mampu mengolah minyak

mentah secara mandiri. Hingga akhirnya impor minyak adalah salah satu langkah

yang dinilai tepat oleh negara untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri.

Impor minyak merupakan salah satu impor yang membuat neraca perdagangan

Indonesia mengalami tekanan dan defisit. Hal tersebut disebabkan oleh

kemudahan dalam mendapatkan alat transportasi dan kemajuan ekonomi membuat

pertumbuhan kebutuhan konsumsi BBM nasional terus meningkat melampaui

produksi BBM, hal itu menyebabkan volume impor minyak mentah maupun

BBM terus membesar sehingga dapat menimbulkan ancaman fiskal yang terkait

Page 94: (bbm) indonesia

79

dengan pemberian subsidi minyak. Produksi dan konsumsi minyak Indonesia

tahun 1965 – 2012 (dalam juta barel per hari) ditunjukkan seperti Gambar 5.2.

Gambar 5.2Grafik Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia

Tahun 1965-2012 (dalam juta barel per hari)

Sumber data: Statistik Indonesia (BPS) (data diolah), 2012

Pada Gambar 5.2 terlihat bahwa produksi minyak bumi di Indonesia pada

awal era booming minyak mengalami peningkatan dan pada saat itu Indonesia

masih mampu untuk memenuhi kebutuhan minyak di dalam negeri bahkan

penerimaan negara yang terbesar berasal dari sektor migas karena adanya ekspor

minyak yang lebih banyak ke luar negeri. Tetapi kondisi sekitar tahun 2000

menggambarkan tingkat produksi minyak mulai mengalami trend penurunan

dimana tingkat produksi mencapai 1,4 juta barel per hari (bph), disaat bersamaan

tingkat konsumsi BBM nasional meningkat terus hingga produksi minyak dalam

negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan pada tahun

2003 indonesia telah menjadi importir minyak.

bph

Konsumsi

Produksi

Page 95: (bbm) indonesia

80

5.1.3 Kebijakan Harga BBM Bersubsidi dari Pemerintahan Orde Barusampai Era Reformasi

Persoalan ekonomi Indonesia dimulai dari pemerintahan orde baru dengan

diberikannya subsidi. Kebijakan subsidi BBM merupakan warisan dari

pemerintahan orde baru dan bahkan pada masa itu perekonomian orde baru

memang menonjolkan subsidi BBM. Pada masa orde baru subsidi diberikan

secara besar-besaran dan salah satu sumber dana yang dijadikan untuk membiayai

subsidi tersebut berasal dari utang. Adanya subsidi tersebut membuat harga

minyak di Indonesia lebih murah dari harga keekonomiannya. Perkembangan

harga BBM bersubsidi Indonesia tahun 1991 – 2013 ditunjukkan Tabel 5.1.

Tabel 5.1Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Indonesia

Tahun 1991-2015 (Dalam Ribu Rupiah)

Sumber data: Kementerian ESDM (data diolah), 2015

Bulan / Tahun

Bensin Premium Minyak Tanah Minyak SolarPemerintahan dibawah

KepemimpinanPresiden

Harga(Rp/liter)

Kenaikan(%)

Harga(Rp/liter)

Kenaikan(%)

Harga(Rp/liter)

Kenaikan(%)

Tahun 1991 550 200 300 Soeharto

8 Januari 1993 700 27.28% 280 40% 380 26.67% Soeharto5 Mei 1998 1,200 71.43% 350 25% 600 57.90% Soeharto15 Mei 1998 1,000 -16.67% 280 -20.00% 550 -8.33% Soeharto1 Oktober 2000 1,150 15.00% 350 25.00% 600 9.10% Abdurrahman Wahid16 Juni 2001 1,450 26.09% 400 14.28% 900 50.00% Abdurrahman Wahid17 Januari 2001 1,550 6.90% 600 50.00% 1,150 27.78% Megawati Soekarno. P2 Januari 2003 1,810 16.77% 700 16.67% 1,890 64.35% Megawati Soekarno. P1 Maret 2005 2,400 32.60% 2,200 214.30% 2,100 11.11% Susilo Bambang. Y1 Oktober 2005 4,500 87.50% 2,000 -9.10% 4,300 104.80% Susilo Bambang. Y24 Mei 2008 6,000 33.30% 2,500 25% 5,500 27.90% Susilo Bambang. Y1 Desember 2008 5,500 -8.33% 2,500 0% 5,500 0% Susilo Bambang. Y15 Desember 2008 5,000 -9.10% 2,500 0% 4,800 -12.70% Susilo Bambang. Y15 Januari 2009 4,500 -10% 2,500 0% 4,500 -6.25% Susilo Bambang. Y22 Juni 2013 6,500 44.45% 2,500 0% 5,500 22.23% Susilo Bambang. Y18 Nov. 2014 8,500 30.76% 2,500 0% 7,500 36.36 % Joko Widodo1 Januari 2015 7,600 -10,58 % 2,500 0% 7,250 -3,33 % Joko Widodo

Page 96: (bbm) indonesia

81

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat Tahun 1998 pada masa pemerintahan Presiden

Soeharto terjadi peningkatan harga minyak dalam negeri akibat krisis moneter

yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan memuncak pada tahun 1998,

Pemerintah pada tanggal 5 Mei 1998 memutuskan untuk menaikkan harga BBM

sehingga harga bensin premium menjadi Rp 1.200/liter, harga minyak tanah Rp

350/liter dan harga minyak solar Rp 600/liter. Tetapi pada pertengahan tahun 1998

terjadi penurunan harga premium, minyak tanah dan minyak solar masing –

masing 16.67 persen, 20 persen dan 8.33 persen penurunan disebabkan oleh aksi

demo oleh mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto mencabut Keppres 69

Tahun 1998 tentang kenaikan BBM, dan lalu menerbitkan Keppres 78 Tahun

1998 untuk menurunkan kembali harga minyak tersebut. (Kementerian Sekretariat

Negara Republik Indonesia, 2012).

Pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid tercatat dua kali

kenaikan harga BBM bersubsidi yaitu pada tanggal 1 Oktober 2000 dan 16 Juni

2001 hal ini disebabkan oleh harga minyak mentah mengalami kenaikan mencapai

USD 20,26 /barrel dibanding harga minyak tahun 1998 sebesar USD 10,40/

barrel, sementara itu nilai tukar rupiah tahun 2000 mencapai Rp. 9.585/USD Pada

pertengahan tahun 2001 harga minyak mentah naik menjadi USD 25,95/barrel dan

nilai tukar rupiah mencapai Rp. 9.400/USD sehingga pemerintah memutuskan

untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Masa pemerintahan Presiden Megawati

Soekarnoputri tercatat kembali dua kali kenaikan harga BBM yaitu pada tanggal

17 Januari 2002 dan tanggal 2 Januari 2003. Harga rata – rata minyak mentah

tahun 2002 mencapai USD 26.15 / barrel dibanding harga minyak tahun 2001 dan

Page 97: (bbm) indonesia

82

nilai tukar rupiah sebesar Rp. 9.655/USD sedangkan Harga rata – rata minyak

mentah tahun 2003 mencapai USD 30.99 / barrel dibanding harga minyak tahun

2002 dan nilai tukar rupiah sebesar Rp. 8.465/USD.

Kebijakan serupa dilakukan oleh Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono,

harga bensin kembali diturunkan Rp 500 di awal Desember 2008 setelah kenaikan

Rp 1.500 di bulan Mei 2008 dan menurunkannya kembali sebanyak 2 kali,

masing-masing Rp 500 pada tahun 2008. Sebelumnya, pemerintahan Susilo

Bambang Yudhoyono telah menaikkan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yaitu

dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 serta solar dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300,

kenaikan kembali terjadi pada 24 Mei 2008 saat krisis global melanda Indonesia.

Naiknya harga minyak dunia dan terdepresiasinya rupiah membuat pemerintah

tidak dapat menjual BBM kepada masayarakat dengan harga yang sama dengan

harga sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN untuk

subsidi minyak menjadi lebih tinggi dan menimbulkan defisit APBN. Sesuai

dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 12 Ayat ayat 3 dan PP

Nomor 23 Tahun 2003 Pemerintah melakukan penyesuaian anggaran untuk

mencegah defisit melebihi 3 persen dari PDB, maka pemerintah mengambil

langkah untuk menaikkan harga BBM pada tanggal 22 Juni tahun 2013 sesuai

pengumuman nomor : 07 Pm/12/MEM/2013 tahun 2013.

Pada pemerintahan baru dengan terpilihnya presiden Bapak Joko Widodo

kenaikan harga minyak subsidi kembali mengalami peningkatan. Padahal pada

bulan november tersebut harga minyak dunia mengalami trend penurunan tetapi

dengan alasan efisiensi untuk mengalihkan subsidi minyak menjadi subsidi yang

Page 98: (bbm) indonesia

83

lebih produktif seperti perbaikan dalam infrastruktur dan meningkatkan subsidi

bagi petani menjadikan harga minyak yang disubsidi dinaikkan masing – masing

sebesar Rp. 2000 untuk premium dan solar pada 18 November Tahun 2014.

5.1.4 Belanja Subsidi BBM Dibandingkan Dengan Belanja PemerintahPusat Lainnya.

Belanja pemerintah pusat merupakan belanja yang digunakan untuk

membiayai kegiatan pembangunan antara lain : belanja pegawai, belanja barang,

belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi energi dan non energi, belanja

hibah, belanja sosial dan belanja lainnya. Belanja subsidi dialokasikan dalam

rangka meringankan beban masyarakat untuk memperoleh kebutuhan dasar dan

menjaga agar produsen mampu menghasilkan produk. Subsidi energi

menunjukkan beban fiskal yang signifikan bagi pemerintah Indonesia dan terus

membentuk komponen tunggal terbesar dari pengeluaran negara. Realisasi belanja

pemerintah tahun 2005 – 2013 ditunjukkan seperti Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2005-2013(dalam Triliun Rupiah)

Sumber data: Kementerian Keuangan (data diolah), 2013

Page 99: (bbm) indonesia

84

Dari Gambar 5.3 pengeluaran pemerintah pusat berdasarkan klasifikasi

belanja, porsi terbesar pengeluaran pemerintah dari tahun ke tahun di dominasi

oleh belanja subsidi energi dimana lonjakan terjadi pada tahun 2008 sejumlah

Rp.223.013 dengan proporsi belanja subsidi BBM sebesar Rp. 139.106 Triliun

rupiah dan subsidi listrik sebesar Rp. 83.906 Triliun lonjakan terjadi disebabkan

oleh krisis global yang berdampak bagi perekonomian Indonesia, kemudian

subsidi energi mengalami menurun sangat tajam di tahun 2009 sebesar Rp.

94.585,9 Triliun dimana besaran subsidi BBM mencapai Rp. 45.039 Triliun dan

subsidi listrik sebesar Rp. 49.546,5 Triliun, untuk tahun tahun berikutnya realisasi

subsidi selalu mengalami kenaikan karena meningkatnya konsumsi masyarakat.

Proporsi belanja terbesar kedua adalah belanja pegawai sedangkan belanja yang

paling rendah adalah belanja bantuan sosial (Laporan Bank Indonesia, 2013)

5.1.5 Konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia

Menurut Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia (ESDM) Nomor 18 Tahun 2013 tentang harga jual eceran jenis bahan

bakar minyak tertentu untuk konsumen pengguna tertentu dalam negeri

menyebutkan terdapat tiga jenis BBM yang disubsidi yaitu jenis bensin premium,

kerosene atau minyak tanah dan minyak solar. PT. Pertamina sebagai perusahaan

pemerintah yang di percaya untuk pendistribusian minyak yang bersubsidi ke

masyarakat mempunyai kewajiban yang harus ditaati demi kesejahteraan rakyat,

dalam artian Pertamina memberikan kesediaan dan kelancaran BBM jenis minyak

tanah, bensin premium, dan minyak solar untuk keperluan rumah tangga, usaha

kecil, perikanan dan transportasi. Pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa masyarakat

Page 100: (bbm) indonesia

85

Indonesia dari tahun 2006 sampai 2012 cenderung lebih banyak mengkonsumsi

BBM bersubsidi jenis premium yaitu sebesar 54,50 persen. Premium merupakan

bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor bermesin bensin seperti

mobil dan sepeda motor. Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan

mobilitas penduduk maka semakin meningkat pula penggunaan premium sebagai

bahan bakar penggerak transportasi sedangkan jenis BBM berupa minyak tanah

dari tahun ke tahun mulai mengalami penurunan seiring dengan konversi minyak

tanah ke LPG tahun 2007. Jenis bahan bakar minyak (BBM) yang disubsidi

pemerintah Indonesia tahun 2006-2012 seperti Tabel 5.2.

Tabel 5.2Jenis Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Yang Di Subsidi

Pemerintah Indonesia Tahun 2006 - 2012 (dalam Juta Kiloliter)

Sumber: Ditjen Migas, 2012

Pesatnya pertumbuhan ekonomi selalu didukung oleh ketersediaan energi

terutama bahan bakar minyak. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menandakan

cerminan masyarakat suatu negara menjadi lebih maju dan tingkat pendapatan

masyarakatnya yang meningkat. Hal tersebut akan membuat masyarakat menjadi

TahunJenis BBM

Premium Solar Minyak Tanah2006 16.867.876 10.727.455 10.350.5672007 17.945.765 10.923.452 9.934.5602008 19.579.870 11.824.345 7.923.5642009 21.278.908 12.130.892 4.734.5602010 22.913.986 13.240.567 2.334.5682011 25.586.876 14.534.560 1.745.6782012 28.278.781 15.623.435 1.234.593Total 152.452.062 89.004.706 38.258.090

Persentase 54.50 31.82 13.67

Page 101: (bbm) indonesia

86

lebih konsumtif terhadap benda-benda yang mewah salah satunya adalah

meningkatnya penjualan kendaraan. Mobilitas masyarakat yang tinggi dari tempat

tinggal ke tempat beraktivitas dapat berakibat pada meningkatnya kendaraan yang

akan berlalu lalang di jalanan sehingga penggunaan BBM bersubsidi juga akan

mengalami peningkatan. Jenis kendaraan transportasi darat pengguna BBM

bersubsidi tahun 2005 sampai tahun 2012 ditunjukkan seperti Tabel 5.3

Tabel 5.3Transportasi Darat Pengguna BBM Bersubsidi

Tahun 2005 – 2012 (dalam Unit)

Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah), 2012

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa transportasi darat yang menggunakan BBM

bersubsidi paling banyak pada tahun 2005 sampai 2012 adalah pada kendaraan

sepeda motor sebanyak 78,55 persen, mobil sebesar 11,94 persen, truk sebanyak

6,61 persen, dan bis sebanyak 2,92. Kebanyakan pada jenis kendaraan yang

disebutkan diatas menggunakan jenis bahan bakar baik premium maupun solar

yang merupakan salah satu minyak yang disubsidi oleh pemerintah.

TahunJenis Kendaraan (unit)

Mobil Bis Truk Sepeda Motor2005 5.076.230 1.110.255 2.875.116 28.531.8312006 6.035.291 1.350.047 3.398.956 32.528.7582007 6.877.229 1.736.087 4.234.236 41.955.1282008 7.489.852 2.059.187 4.452.343 47.683.6812009 7.910.407 2.160.973 4.552.343 52.767.0932010 8.891.041 2.250.109 4.687.789 61.078.1882011 9.548.866 2.254.406 4.958.738 68.839.3412012 10.432.259 2.273.821 5.286.061 76.381.183Total 62.261.175 15.194.885 34.445.582 409.765.203Persentase 11.94 2.92 6.61 78.55

Page 102: (bbm) indonesia

87

5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian

5.2.1 Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Di Indonesia

Pada hakikatnya subsidi merupakan instrument fiskal yang bertujuan untuk

memastikan terlaksananya peran negara dalam aktivitas ekonomi guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Dalam satu

dekade terakhir, porsi subsidi BBM selalu lebih dari 50 persen terhadap total

subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Subsidi BBM kian besar pada terjadi

penurunan lifting minyak domestik dan sisi permintaan terus naik seiring dengan

naiknya pertumbuhan konsumsi BBM terutama oleh kendaraan bermotor.

Perkembangan realisasi subsidi BBM di Indonesia pada tahun 1983 – 2012

ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4Perkembangan Realisasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)

Di Indonesia Tahun 1983 – 2012 (dalam Triliun)

Tahun SubsidiBBM Tahun Subsidi BBM

1983 700 1998 28,6071984 607 1999 40,9231985 850 2000 53,8101986 550 2001 68,3811987 602 2002 31,1621988 582 2003 30,0381989 907 2004 69,0251990 815 2005 95,5991991 930 2006 64,2121992 1,692 2007 83,7921993 1,280 2008 139,1071994 1,687 2009 45,0391995 1,145 2010 82,3511996 1,416 2011 165,1611997 9,814 2012 137,379

Sumber : Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia), 2012

Page 103: (bbm) indonesia

88

Pada Tabel 5.4 terlihat bahwa realisasi subsidi BBM mengalami peningkatan

yang sangat tajam yang terjadi pada tahun 1997 kemudian terus meningkat di

tahun 1998 dan tahun – tahun berikutnya. Hal in disebabkan oleh krisis moneter

pada pertengahan tahun 1997 di Thailand dan mencapai puncaknya pada tahun

1998 yang melanda negara – negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk

Indonesia. Ketika krisis melanda Thailand, nilai bath terhadap dolar mengalami

depresiasi dan menyebabkan nilai dolar menguat. Penguatan nilai tukar dolar

berimbas ke rupiah. Sekitar bulan Juli 1997, di Indonesia terjadi depresiasi nilai

tukar rupiah, nilai rupiah terus terdepresiasi. Di bulan Agustus 1997 nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah dan sejak saat itu posisi mata

uang Indonesia mulai tidak stabil. Pada tahun 2008 subsidi BBM meningkat lagi

hal ini disebabkan oleh krisis ke dua yang melanda Indonesia yaitu gejolak krisis

keuangan global yang berasal dari Amerika Serikat pada tahun 2007 mulai

dirasakan dampaknya di seluruh dunia, termasuk negara berkembang tidak

terkecuali Indonesia pada tahun 2008.

5.2.2 Perkembangan Konsumsi BBM Bersubsidi Indonesia

Menurut jenis energi konsumsi energi BBM merupakan konsumsi energi

tertinggi yang diikuti oleh biomas, gas, listrik dan batubara (Kementerian ESDM,

2009). Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak ini, salah satunya disebabkan

oleh pertumbuhan ekonomi yang di iringi oleh adanya perkembangan industri

yang semakin pesat. Meskipun saat ini sumber daya alam sebagai sumber untuk

memperoleh bahan bakar minyak semakin hari semakin mengalami kelangkaan,

bahan bakar minyak ini akan tetap mengalami peningkatan kebutuhan setiap

Page 104: (bbm) indonesia

89

tahunnya. Perkembangan konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia Tahun 1983 –

2012 ditunjukkan oleh Tabel 5.5.

Tabel 5.5Perkembangan Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi

Di Indonesia Tahun 1983 – 2012 (dalam juta barel per tahun)

Tahun KonsumsiBBM Tahun Konsumsi

BBM1983 5,813 1998 283,6101984 3,105 1999 557,7001985 5,535 2000 888,3601986 4,725 2001 996,3901987 5,523 2002 425,3701988 4,435 2003 296,4651989 10,145 2004 547,1251990 13,435 2005 949,3151991 24,185 2006 888,3651992 66,054 2007 528,1451993 45,430 2008 656,2051994 82,510 2009 435,3001995 29,300 2010 2375,9601996 84,120 2011 4359,9001997 91,495 2012 2398,225

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Berdasarkan Tabel 5.5 bahwa konsumsi BBM mulai mengalami peningakatan

pada tahun 1998. Pertumbuhan kendaraan yang semakin meningkat

mengakibatkan pengunaan BBM bersubsidi pada sektor transportasi juga akan

mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 pertumbuhan kendaraan mengalami

peningkatan sebesar 45 persen dari tahun sebelumya. Kondisi konsumsi BBM

bersubsidi pada tahun 2007 mengalami penurunan ini disebabkan oleh karena

waktu itu pemerintah melakukan program konversi minyak tanah ke LPG

sehingga hal tersebut membuat pengguna bahan bakar minyak terutama minyak

tanah mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2008 terjadi penurunan

Page 105: (bbm) indonesia

90

konsumsi BBM bersubsidi terkait dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga

BBM bersubsidi di dalam negeri sehingga permintaan minyak terjadi penurunan.

5.2.3 Jumlah Penduduk

Terdapat hubungan erat antara manusia dan energi. Meningkatnya aktifitas

manusia dan besarnya tuntutan untuk mendapatkan kepraktisan dan kenyamanan

hidup berakibat pada meningkatnya konsumsi energy terutama bahan bakar

minyak. Subsidi bahan bakar minyak merupakan salah satu bentuk perhatian

pemerintah kepada rakyatnya. Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan

bahan bakar minyak mempunyai keterkaitan erat dengan semakin berkembangnya

kegiatan ekonomi dan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan

jumlah penduduk Indonesia tahun 1983 – 2012 ditunjukkan pada Tabel 5.6

Tabel 5.6Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun 1983 – 2012 (dalam juta jiwa)

Tahun JumlahPenduduk Tahun Jumlah

Penduduk1983 158,083,573 1998 201,559,5671984 161,580,865 1999 203,625,4571985 165,154,785 2000 206,264,5951986 167,881,346 2001 207,995,3681987 170,654,786 2002 212,003,4751988 173,472,567 2003 215,276,6851989 176,336,980 2004 217,854,2351990 179,378,946 2005 219,205,3671991 182,222,698 2006 222,192,3471992 185,254,289 2007 225,642,1251993 188,359,108 2008 228,523,4361994 191,523,808 2009 231,369,5631995 194,754,808 2010 237,641,3261996 197,353,900 2011 244,775,7961997 199,445,007 2012 257,516,167

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Page 106: (bbm) indonesia

91

Pada Tabel 5.6 terlihat bahwa jumlah penduduk dalam kurun waktu tahun

1983-2012 terus mengalami peningkatan dan lebih dari setengah jumlah penduduk

Indonesia bermukim di Pulau Jawa. Pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000

hingga 2012 tersebut jumlah penduduk Indonesia telah mengalami peningkatan

kurang lebih 15 persen yaitu sekitar 30 juta jiwa lebih. Dengan jumlah penduduk

yang selalu meningkat tersebut, maka diperkirakan permintaan terhadap

kendaraan bermotor pun juga akan meningkat ditambah lagi dengan pertumbuhan

ekonomi yang semakin tinggi sehingga keberadaan kendaraan sangat penting bagi

masyarakat, efektif dan efisien dari setiap kegiatan mobilitas masyarakat.

5.2.4 Harga Minyak Dunia

Fluktuasi harga minyak dunia seringkali mempengaruhi kinerja sektor

industri pengolahan dan kondisi makroekonomi Indonesia. Kenaikan harga

minyak dunia merupakan salah satu fenomena yang pada beberapa tahun terakhir

ini sangat menghawatirkan bagi bangsa Indonesia. Hal ini tidak lepas dari

besarnya ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi yang bersifat tidak

terbarukan ini dapat mempengaruhi kondisi anggaran subsidi BBM dalam APBN.

Di dalam negeri kenaikan harga minyak dunia direspon oleh pemerintah dengan

menaikkan harga BBM. Peningkatan harga BBM tersebut menjadi ganjalan yang

sangat serius bagi pemulihan perekonomian nasional dan pertumbuhan ekonomi

sektoral, khususnya sektor industri.

Kebutuhan energi untuk memutar roda perekonomian semakin tinggi dan

dalam proses produksinya banyak menggunakan minyak sebagai bahan bakar.

Tingkat kapasitas kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan minyak

Page 107: (bbm) indonesia

92

juga berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus meningkat.

Perkembangan harga minyak dunia tahun 1983 – 2012 ditunjukkan pada Tabel 5.7

Tabel 5.7Perkembangan Harga Minyak Dunia

Tahun 1983 – 2012 (dalam USD/Barel)

Sumber : U.S Energy Information Administration (EIA), 2012

Dalam beberapa tahun terakhir ini harga minyak dunia terus mengalami

pergerakan yang fluktuatif. Hal ini tidak lepas karena adanya krisis finansial

global yang terjadi pada tahun 2008 sehingga mempengaruhi tingkat harga

minyak dunia. Pentingnya minyak bumi sebagai input produksi menyebabkan

fluktuasi harga minyak bumi sangat sensitive terhadap kondisi perekonomian

Indonesia. Pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa gejolak harga minyak dunia sudah

terlihat sejak tahun 2003. Pada tahun 2003 harga minyak dunia menyentuh angka

30.99 US per barrel dan pada tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

menurunnya kapasitas cadangan. Pada pertengahan 2008, harga minyak dunia

Tahun Harga MinyakDunia Tahun Harga Minyak

Dunia1983 23.66 1998 10.401984 29.44 1999 19.301985 27.89 2000 20.261986 26.05 2001 25.951987 19.15 2002 26.151988 18.96 2003 30.991989 20.58 2004 41.471990 24.50 2005 56.701991 21.50 2006 66.251992 20.58 2007 72.411993 18.48 2008 99.751994 17.19 2009 62.091995 28.40 2010 79.611996 22.03 2011 95.111997 20.61 2012 94.15

Page 108: (bbm) indonesia

93

sudah menyentuh angka 99.75 USD per barrel ini merupakan harga minyak dunia

tertinggi yang pernah terjadi sepanjang sejarah.

5.2.5 Kurs Dolar

Fluktuasi nilai tukar dolar Amerika terhadap Rupiah Indonesia dianggap

sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.

Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi kebijakan subsidi BBM di

Indonesia. Indonesia yang merupakan negara yang masih mengimpor minyak dari

luar mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari

melonjaknya realisasi subsidi BBM setiap tahun. Perkembangan kurs dolar

periode tahun 1983 – 2012 seperti Tabel 5.8.

Tabel 5.8Perkembangan Kurs Dolar Periode

Tahun 1983 – 2012 (dalam ribu rupiah)

Tahun Kurs Dolar Tahun Kurs Dolar

1983 700 1998 10,3501984 758 1999 8,6851985 890 2000 9,5851986 1,110 2001 9,4001987 1,641 2002 9,6551988 1,650 2003 8,4651989 2,795 2004 9,0181990 1,901 2005 9,8301991 1,992 2006 9,0201992 2,015 2007 9,4191993 2,110 2008 10,9501994 2,200 2009 9,4001995 2,308 2010 9,9911996 2,383 2011 8,7791997 8,325 2012 9,380

Sumber : LKPP Bank Indonesia, 2012

Page 109: (bbm) indonesia

94

Pada Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa pada tahun 1990 nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat adalah sebesar Rp. 1,901 per dollar AS,

kemudian melemah sebesar 91 point atau berada pada level Rp.1,992 per dollar

AS. Hal senada juga terjadi pada tahun 1992 yang melemah berada pada level Rp.

2,015 per dollar AS. Meningktnya ekspor dan perdagangan luar negeri

menyebabkan kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar pada tahun 1993

menguat 8.58 persen atau 198 point pada level Rp. 2,110 per dollar AS namun,

menguatnya rupiah terhadap dollar AS tidak dapat dipertahankan di tahun 1994,

1995, dan 1996 yaitu melemah pada level Rp. 2,200 di tahun 1994, Rp. 2,308 di

tahun 1995 dan Rp. 2,383 di tahun 1996 per dollar AS. Melemahnya nilai tukar

rupiah pada tiga tahun ini disebabkan kurangnya persediaan uang dollar di

Indonesia sedangkan permintaan akan dollar terus meningkat. Selain itu,

meningkatnya nilai impor juga berpotensi mempengaruhi nilai tukar rupiah

terhadap dollar pada tiga tahun terakhir tersebut.

5.2.6 Impor Minyak

Indonesia merupakan Negara penghasil minyak, banyak sumber – sumber

minyak yang dimiliki. Peranan minyak dilihat dari kepentingan perekonomian

Indonesia masih tetap besar. Walaupun pada saatnya Indonesia akan terpaksa

menjadi negara net importir minyak karena jumlah hasil produksi minyak mentah

Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kebutuhannya. Defisit neraca

perdagangan bagi Indonesia merupakan dampak dari tingginya impor minyak

yang dilakukan oleh pemerintah. Perkembangan impor minyak Indonesia

ditunjukkan pada Tabel 5.9.

Page 110: (bbm) indonesia

95

Tabel 5.9Perkembangan Impor Minyak Indonesia

Tahun 1983 – 2012 (miliar USD)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Berdasarkan Tabel 5.9 perkembangan nilai impor minyak Indonesia pada

tahun 1993 mulai mengalami lonjakan sebesar 12,170.6 miliar USD atau naik

sebesar 99,03 persen dari tahun 1992 dan terus mengalami kenaikan pada tahun

berikutnya. Pada tahun 1998 impor minyak penurunan sebesar 10,653.7 miliar

USD atau sebesar 46 persen penyebab penurunan impor tersebut adalah

terdepresianya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada saat krisis.

5.3 Validitas Model

Terdapat dua indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu koefisien

determinasi total dan theory trimming. Berdasarkan hasil regresi pada lampiran

1,2,3 dan 4 validitas model dapat diuji sebagai berikut :

Tahun ImporMinyak Tahun Impor Minyak

1983 1,144.8 1998 10,653.71984 2,696.8 1999 13,681.11985 3,275.6 2000 16,019.51986 1,086.4 2001 15,471.81987 1,067.9 2002 26,525.81988 2,909.0 2003 17,610.91989 1,195.2 2004 28,732.21990 1,920.4 2005 27,457.71991 2,310.3 2006 18,962.91992 6,115.0 2007 20,553.01993 12,170.6 2008 11,932.81994 12,367.4 2009 18,980.71995 12,910.8 2010 27,412.71996 15,595.5 2011 40,701.51997 19,924.1 2012 42,564.2

Page 111: (bbm) indonesia

96

1) Koefisien Determinasi Total

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan

koefisien determinasi total R2gabungan = 1 – (P1)2 (P2)2 (P3)2, dimana P

merupakan standard error of estimate dari model regresi, dihitung dengan

rumus :

P =

Besarnya nilai masing – masing P sesuai dengan rumus diatas adalah sebagai

berikut : P1 = 0,652 P2 = 0,307 P3 = 0,205

R2gabungan = 1 – (P1)2 (P2)2 (P3)2

= 1 – (0,652)2 (0,307)2 (0,205)2

= 1 – 0,0017 = 0,998

Koefisien determinasi total sebesar 0,998 dapat disimpulkan bahwa model

sangat valid. Keberagaman atau variasi data yang dapat dijelaskan oleh model

adalah 99,8 persen dijelaskan oleh model yang meliputi variabel jumlah

penduduk, harga minyak dunia, kurs dolar, konsumsi BBM subsidi, dan impor

minyak sedangkan sisanya 0,2 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar

model.

2) Theory Triming

Uji validasi koefisien jalur pada setiap jalur untuk pengaruh langsung

dilakukan dengan pengujian koefisien regresi variabel yang dibakukan secara

parsial. Dalam penelitian ini Theory Triming tidak diberlakukan karena model

penelitian yang disusun didukung oleh konsep dan teori yang dijabarkan

sebagai berikut.

Page 112: (bbm) indonesia

97

0,758

0,257

0,607

0,325

0,343

0,354

0,255

0,188

0,562

*0,182

Keterangan : Hubungan satu arah

* Tidak signifikan

Gambar 5.4 Diagram Jalur Variabel Hasil Penelitian Kajian TerhadapFaktor – Faktor Yang Mempengaruhi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)Indonesia

5.4 Analisis Diagram Jalur Penelitian

5.4.1 Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini digunakan sebagai

prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan

menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel

Subsidi BahanBakar Minyak

BBM (Y3)

KonsumsiBBM Subsidi(Y1)

Impor Minyak(Y2)

Harga MinyakDunia (X2)

Kurs Dolar(X3)

b1

e1

e3

JumlahPenduduk

(X1)

e2

Page 113: (bbm) indonesia

98

dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang

dari 0,05. Uji linier pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini :

Tabel 5.10Rangkuman Hasil Uji Linieritas

Sumber : Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12

Hasil dari output SPSS pada uji linier Tabel 5.10 dapat disimpulkan bahwa

semua variabel penelitian memiliki hubungan yang linier dan signifikan pada

tingkat signifikansi 0,05 atau α = 5 persen.

5.4.2 Hubungan Antar Variabel Penelitian

Pada penelitian ini dipergunakan analisis jalur untuk menganalisa model

struktural. Tanda panah satu arah digunakan perhitungan regresi variabel yang

distandarkan, secara parsial pada tiap – tiap persamaan. Metode yang digunakan

adalah ordinary least square (OLS), yaitu metode kuadrat terkecil biasa. Hal ini

dapat dilakukan mengingat modelnya rekursif (satu arah). Pengaruh variabel

eksogen terhadap variabel endogen dibedakan menjadi pengaruh langsung,

pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Berdasarkan diagram jalur pada

gambar 5.4 dihasilkan 3 persamaan struktural seperti di bawah ini :

Variabel R2 F Signifikansi Keterangan

X1 Y1 0,945 84,545 0,000 SignifikanY1 Y2 0,945 76,909 0,000 SignifikanX2 Y2 0,747 82.604 0,000 SignifikanX3 Y2 0,462 24.035 0,000 SignifikanY1 Y3 0,975 86.771 0,000 SignifikanX2 Y3 0,722 72.886 0,000 SignifikanX3 Y3 0,712 69,383 0,000 SignifikanY2 Y3 0,989 79.217 0,000 Signifikan

Page 114: (bbm) indonesia

99

1) Hubungan antara X1 terhadap Y1

Y1 = b1 X1 + e1

2) Hubungan antara X2, X3, dan Y1 terhadap Y2

Y2 = b2 X2 + b3 X3 + b4 Y1 + e2

3) Hubungan antara X2, X3, Y1 dan Y2 terhadap Y3

Y3 = b5Y1 + b6 X1 + b7 X2 + b8Y2 +b9X3+ e3

Rangkuman dari hasil analisis korelasi ditunjukkan pada Tabel 5.10 berikut ini

Tabel 5.11Rangkuman Hasil Analisis Korelasi

Sumber : Lampiran 1

Hasil dari output SPSS pada Tabel 5.11 dapat disimpulkan bahwa semua data

penelitian memiliki hubungan pada tingkat signifikansi 0,05 atau α = 5 persen

sehingga analisis jalur dapat diterapkan pada model karena semua variabel

memiliki hubungan yang signifikan.

5.4.3 Koefisien Jalur dan Signifikansi Hubungan Antar Variabel

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor

yang mempengaruhi subsidi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia. Koefisien

Korelasi Koef.Korelasi

ArahKorelasi Sig. (2-tailed) Keterangan

X1 Y1 0,758 Positif 0,000 SignifikanY1 Y3 0,905 Positif 0,000 SignifikanY1 Y2 0,923 Positif 0,000 SignifikanX2 Y2 0,857 Positif 0,000 SignifikanX2 Y3 0,886 Positif 0,000 SignifikanX3 Y2 0,680 Positif 0,000 SignifikanX3 Y3 0,761 Positif 0,000 SignifikanY2 Y3 0,946 Positif 0,000 SignifikanX2 X3 0,562 Positif 0,001 Signifikan

Page 115: (bbm) indonesia

100

jalur pada penelitian ini diperoleh dari hasil perhitungan regresi dengan metode

regresi sederhana dengan menggunakan program SPSS terhadap model persamaan

struktural 1, 2, dan 3 kemudian hasilnya ditampilkan pada Tabel 5.12 berikut ini

Tabel 5.12Ringkasan Koefisien Jalur dan Signifikansi Hubungan Antar Variabel

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Subsidi BBM Indonesia

Regresi

Koef.Reg.

StandarStandard

Error t hitung P.ValueKeterangan

X1Y1 0,758 0,118 6,153 0,000 SignifikanX1Y3 0,182 0,088 1,488 0,150 Tidak SignifikanY1 Y3 0,257 0,005 2,295 0,031 SignifikanY1 Y2 0,607 0,069 5,630 0,000 SignifikanX2Y2 0,255 0,611 2,388 0,025 SignifikanX2 Y3 0,325 0,744 3,683 0.001 SignifikanX3 Y2 0,188 0,987 2,507 0,019 SignifikanX3 Y3 0,354 0,068 4,038 0,000 SignifikanY2 Y3 0,343 0,011 2,442 0,022 Signifikan

Sumber : Lampiran 2, 3, dan 4 (data diolah)

Berdasarkan ringkasan pada Tabel 5.12, maka jawaban atas hipotesis yang

ada adalah sebagai berikut :

1) Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi BBM

Hasil pengujian pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan

persamaan sebagai berikut :

Y1 = 0,758 X1

Hipotesis 1

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah penduduk (X1)

Page 116: (bbm) indonesia

101

berpengaruh postif dan signifikan terhadap konsumsi BBM (Y1) pada α = 0,05.

Nilai R2 sebesar 0,575 berarti 57,5 persen variasi dari konsumsi BBM (Y1)

mampu dijelaskan oleh variasi jumlah penduduk (X1) sedangkan sisanya sebesar

42,5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

2) Pengaruh Konsumsi BBM, Harga Minyak Dunia, dan Kurs Dolar TerhadapImpor Minyak

Hasil pengujian pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan

persamaan sebagai berikut :

Y2 = 0,607Y1 + 0,255X2 + 0,188X3

Hipotesis 2

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel konsumsi BBM (Y1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor minyak (Y2) pada α = 0,05

Hipotesis 3

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel harga minyak dunia (X2)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor minyak (Y2) pada α = 0,05.

Hipotesis 4

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel kurs dolar (X3) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap impor minyak (Y2) pada α = 0,05.

Page 117: (bbm) indonesia

102

Nilai R2 sebesar 0,906 berarti 90,6 persen variasi dari impor minyak (Y2) mampu

dijelaskan oleh variasi konsumsi BBM (Y1), harga minyak dunia (X2) dan kurs

dolar (X3) sedangkan sisanya sebesar 9,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan ke dalam model.

3) Pengaruh Konsumsi BBM, Harga Minyak Dunia, Kurs Dolar dan ImporMinyak Terhadap Subsidi BBM

Hasil pengujian pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan

persamaan sebagai berikut :

Y3 = 0,257Y1 + 0,182X1 + 0,325X2 + 0,354X3 + 0,343Y2

Hipotesis 5

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel konsumsi BBM (Y1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi BBM (Y3) pada α = 0,05.

Hipotesis 6

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah penduduk (X1) tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi BBM (Y3) pada α = 0,05.

Hipotesis 7

Hasil pengujian menunjukkan secara parsial melalui uji t (p-value) dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi (sig) dapat disimpulkan bahwa variabel harga minyak dunia (X2)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi BBM (Y3) pada α = 0,05.

Page 118: (bbm) indonesia

103

Hipotesis 8

Hasil pengujian secara parsial melalui uji t (p-value) dengan membandingkan t-

hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom signifikansi (sig)

dapat disimpulkan bahwa variabel impor minyak (Y2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap subsidi BBM (Y3) pada α = 0,05.

Hipotesis 9

Hasil pengujian secara parsial melalui uji t (p-value) dengan membandingkan t-

hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai pada kolom signifikansi (sig)

dapat disimpulkan bahwa variabel kurs dolar (X3) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap subsidi BBM (Y3) pada α = 0,05.

Nilai R2 sebesar 0,958 berarti 95,8 persen variasi dari subsidi BBM (Y3) mampu

dijelaskan oleh variasi konsumsi BBM (Y1), jumlah penduduk (X1) harga minyak

dunia (X2) , kurs dolar (X3) dan impor minyak (Y2) sedangkan sisanya sebesar 4,2

persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

5.4.4 Pengaruh Tidak Langsung Masing – Masing Variabel InterveningMelalui Uji Sobel

Uji ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel mediasi atau intervening

dalam sebuah model. Hasil pengujian sobel dapat dilihat pada Tabel 5.13 sebagai

berikut :

Page 119: (bbm) indonesia

104

Tabel 5.13Ringkasan Pengujian Pengaruh Tidak Langsung Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Subsidi BBM Indonesia

Hubungan Melalui Koef.Regresi SE z Hitung z Tabel P Value

X1 Y3 Y1 0,7132 0,6268 5,6317 1,96 0,034

Y1 Y3 Y2 0,4252 0,7753 6,4227 1,96 0,000

X2 Y3 Y2 0,5822 0,9473 7,4884 1,96 0,022

X3 Y3 Y2 0,6437 0,3517 5,2585 1,96 0,038

Sumber : Lampiran 13, 14, 15 dan 16 (data diolah)

Berdasarkan pada Tabel 5.13 maka untuk menjawab hipotesis pengaruh tidak

langsung dapat dijelaskan sebagai berikut :

Hipotesis 9

Pengaruh jumlah penduduk terhadap subsidi BBM melalui konsumsi BBM

Berdasarkan pada Tabel 5.13 dapat dilihat pengujian analisis Sobel menunjukkan

bahwa besarnya z – hitung adalah 5,6317 lebih besar dari z – tabel (1,96) dengan

tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

mediasi variabel konsumsi BBM subsidi dalam hubungannya dengan variabel

jumlah penduduk dan subsidi BBM.

Hipotesis 10

Pengaruh konsumsi BBM Subsidi terhadap subsidi BBM melalui impor minyak.

Berdasarkan pada Tabel 5.13 dapat dilihat pengujian analisis Sobel menunjukkan

bahwa besarnya z – hitung adalah 6,4227 lebih besar dari z – tabel (1,96) dengan

tingkat signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

Page 120: (bbm) indonesia

105

mediasi variabel impor minyak dalam hubungannya dengan variabel konsumsi

BBM dan subsidi BBM.

Hipotesis 11

Pengaruh harga minyak dunia terhadap subsidi BBM melaui impor minyak.

Berdasarkan pada Tabel 5.13 dapat dilihat pengujian analisis Sobel menunjukkan

bahwa besarnya z – hitung adalah 7,4884 lebih besar dari z – tabel (1,96) dengan

tingkat signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

mediasi variabel impor minyak dalam hubungannya dengan variabel harga

minyak dunia dan subsidi BBM.

Hipotesis 12

Pengaruh kurs dolar terhadap subsidi BBM melalui impor minyak

Berdasarkan pada Tabel 5.13 dilihat pengujian Sobel menunjukkan besarnya z –

hitung adalah 5,2585 lebih besar dari t – tabel (1,96) dengan tingkat signifikansi

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh mediasi variabel impor

minyak dalam hubungannya dengan variabel kurs dolar dan subsidi BBM.

5.4.5 Koefisien Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, danPengaruh Total Antar Variabel.

Berdasarkan Gambar 5.4 tentang diagram jalur variabel hasil penelitian, maka

terdapat pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total dari

masing – masing variabel disajikan dalam tabel berikut ini.

Page 121: (bbm) indonesia

106

Tabel. 5.14Ringkasan Koefisien Hubungan Langsung, Tidak Langsung,

dan Total Antar Variabel

Sumber : Lampiran 2, 3, dan 4 (data diolah)

Dari hasil ringkasan Tabel 5.14 dilihat bahwa pengaruh tidak langsung

jumlah penduduk (X1) terhadap variabel subsidi BBM (Y3) melalui konsumsi

BBM subsidi (Y1) dan impor minyak (Y2) diperoleh dari b1 x b4 x b8 yaitu 0,758

x 0,607 x 0,343 = 0,158.

5.5 Pembahasan

5.5.1 Pengaruh jumlah penduduk terhadap subsidi BBM melalui konsumsiBBM Subsidi

Berdasarkan Tabel 5.12 menunjukkan bahwa jumlah penduduk tidak

berpengaruh secara langsung terhadap subsidi BBM. Hal ini menunjukkan

bahwa peningkatan jumlah penduduk belum tentu akan meningkatkan subsidi

Variabel Y1 Y2 Y3

X1PL 0,758 - 0,182

PTL - 0,460 0,194PT 0,758 0,460 0,376

Y1PL - 0,607 0,257

PTL - - 0,208PT - 0,607 0,465

X2PL - 0,255 0,325

PTL - - 0,087PT - 0,255 0,412

X3PL - 0,188 0,354

PTL - - 0,064PT - 0,188 0,418

Y2PL - - 0,343

PTL - - -PT - - 0,343

Page 122: (bbm) indonesia

107

BBM apabila BBM bersubsidi tidak di konsumsi. Tetapi jumlah penduduk

berpengaruh tidak langsung terhadap subsidi BBM melalui konsumsi BBM

subsidi hal ini disebut sebagai full mediasi (Hair et al, 2006). Jumlah penduduk

secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi BBM

subsidi. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan penduduk akan membuat

pengguna BBM subsidi akan meningkat untuk memenuhi kebutuhannya

ditambah lagi dengan mobilitas yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang

meningkat membuat masyarakat akan semakin membutuhkan minyak untuk

melakukan aktivitas mereka. Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang memiliki jumlah penduduk padat terutama di daerah

perkotaan yang merupakan pusat aktivitas masyarakatnya.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang diungkapkan oleh

Handajani (2009) yang mengungkapkan kepadatan penduduk akan

meningkatkan konsumsi terhadap BBM itu sendiri dimana pada penduduk di

perdesaan dengan jumlah penduduk yang rendah dan kepadatan rendah maka

konsumsi BBM akan rendah. Sebaliknya penduduk perkotaan dengan jumlah

penduduk tinggi dan kepadatan tinggi pula akan meningkatkan konsumsi BBM

pertahunnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Quang Dao

(2012) yang menggunakan data dari Bank Dunia dan menggunakan sampel dari

empat puluh tiga negara berkembang dengan hasil bahwa pada negara

berkembang dengan banyak jumlah penduduk mengemukakan bahwa

pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan

Page 123: (bbm) indonesia

108

penggunaan sumber daya energi baik sumber minyak, listrik dan batu bara. Rata

– rata peningkatan PDB yang cenderung meningkat hingga 6 sampai 7 persen

setiap tahun menandakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat.

Untuk menopang perekonomian tersebut dibutuhkan energy terutama minyak

bakar sebagai penunjang kegiatan ekonomi, tanpa ketersediaan minyak untuk

menggerakkan industri yang menghasilkan barang dan jasa, membangun

infrastruktur hingga keperluan rumah tangga, maka pertumbuhan dan

peningkatan taraf hidup masyarakat tidak akan berjalan. Berdasarkan penelitian

kebutuhan minyak pada negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk

yang banyak akan meningkat dengan laju pertumbuhan rata – rata tahunan

sebesar 5,2 persen, dari 674 juta SBM (setara barel minyak).

Penelitian ini juga serupa terjadi di negara cina, Zhang (2008)

mengungkapkan cina merupakan salah satu negara ketiga terbesar di dunia

dengan daratan yang mencapai 9.600.000 kilometer persegi. Cina telah

berkembang pesat sejak masa lalu dengan pertumbuhan populasi penduduk

nomor satu tertinggi di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa.

Negara ini juga sangat padat dan banyak orang kaya dan miskin. Selain itu,

infrastruktur jalan negara ini adalah kelas atas dan persentase yang signifikan

dari populasi mampu membeli kendaraan untuk digunakan pada jalan tersebut.

Pertumbuhan yang luar biasa terutama disebabkan oleh fakta bahwa mayoritas

penduduk yang bekerja sangat keras dan banyak industri memiliki tenaga kerja

yang memadai. Faktor-faktor ini telah membuat konsumsi BBM negara menjadi

tinggi dengan perkiraan konsumsi menjadi 9,400 juta barel per hari.

Page 124: (bbm) indonesia

109

Sebagai mayarakat yang melakukan aktivitas ekonomi tentunya pasti akan

memilih membeli BBM dengan harga subsidi daripada harga non subsidi karena

dari segi harga lebih terjangkau. Seperti kutipan wawancara berikut pada tanggal

23 Oktober 2014 dengan Bapak Ngurah Aryawan, salah satu masyarakat yang

bertempat tinggal di jalan Imam Bonjol.

“Saya tinggal di Denpasar dan sehari hari menjalani pekerjaan sebagaikaryawan di bidang teknologi informasi (I T) di hotel Aston-Nusa Dua. Sayaberangkat dari denpasar ke nusa dua menggunakan kendaraan sepeda motor.Sepeda motor jenis vario saya isi dengan premium bersubsidi kira-kira dua harisekali saya habiskan Rp. 20.000 untuk membeli premium bersubsidi. Saya lebihmemilih menggunakan minyak bersubsidi jenis premium karena harganya lebihmurah daripada pertamax yang tidak disubsidi. Pernah suatu ketika dimanapremium di beberapa SPBU pada waktu lalu mengalami kekosongan dan denganterpaksa saya membeli pertamax yang seharga Rp. 12.250 per liter dengan uangbensin Rp.20.000 saya hanya mendapatkan satu seperempat liter saja sehinggapada kilometer motor masih menunjukkan jarum merah, itu sebabnya sayamenjadi salah satu pengguna dari BBM bersubsidi karena selain harganya lebihterjangkau dan akan menghemat pengeluaran bulanan saya”

Peningkatan jumlah penduduk yang dibarengi dengan perkembangan

teknologi saat ini dengan berbagai kemudahan hidup membuat pengguna

kendaraan baik mobil maupun motor semakin hari kian meningkat jumlahnya.

Produksi mobil yang menggunakan teknologi canggih dengan berbagai merek

dan fasilitas yang ada di dalamnya mengundang minat masyarakat yang berasal

dari golongan mampu ingin memiliki mobil baru, bahkan dengan pendapatan

yang tinggi dan gaya hidup masa kini, seorang masyarakat pun dapat membeli

kendaraan jenis mobil maupun sepeda motor lebih dari satu untuk menunjang

aktivitasnya sehingga hal tersebut juga pasti akan membutuhkan BBM sebagai

bahan bakarnya. Berikut wawancara kepada salah satu pegawai negeri sipil yang

memegang jabatan sebagai Kepala Sub. Bagian program pada Lembaga

Page 125: (bbm) indonesia

110

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana pada

tanggal 25 Oktober 2014 dengan Bapak Putu Yadnya, SE.

“ Saya punya dua buah mobil untuk menunjang aktivitas saya sehari – hari.Satu mobil merek mobilio dan satunya lagi mobil fortuner. Tetapi yang sayasering pakai untuk berkendara ke kantor yaitu mobil merek mobilio. Untukmobil fortuner saya menggunakan pertamax karena memang jenis BBM inicocok dengan spesifikasi mesin dari fortuner sedangkan mobil merek mobiliosaya menggunakan minyak premium bersubsidi karena harganya lebih murahdari pada premium non subsidi. Dalam seminggu untuk berkendara daridenpasar ke tempat bekerja (pulang pergi) dengan asumsi tidak keluar kota sayamenghabiskan Rp. 400.000 untuk premium bersubsidi. Beberapa waktu lalu sayasempat mengisi dengan pertamax tetapi yang terjadi justru mobil saya malahbermasalah. Saya tidak melakukan konversi dari BBM ke BBG sesuai dengansaran dari pemerintah karena biaya konversi dari BBM ke BBG bukanlah halyang mudah dan memelukan biaya yang lumayan tinggi”

Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tergolong

mempunyai pendapatan yang mapan kebanyakan merasa tidak akan puas dengan

memiliki satu kendaraan saja, dengan tingkat pendapatan yang semakin sejahtera

akan mempengaruhi gaya hidup mereka. Demi menghemat pengeluaran BBM

untuk kendaraan, mereka memutuskan mengisinya dengan BBM bersubsidi

padalah larangan penggunaan BBM bersubsidi bagi golongan masyarakat

mampu oleh pemerintah telah diumumkan di berbagai media tetapi tetap saja hal

tersebut terjadi dengan alasan bahwa menggunakan BBM bersubsidi lebih hemat

biaya daripada menggunakan BBM non subsidi. Walaupun konversi dari BBM

ke BBG dianjurkan oleh pemerintah tetapi hal tersebut bukanlah perkara mudah.

Berbeda dengan konversi minyak tanah ke elpiji. Pada konversi minyak

tanah, komponen berupa kompor dibagikan kepada masyarakat dan tabung gas

disediakan secara gratis, sehingga masyarakat hanya mengganti kompor minyak

tanah dan memakai kompor gas. Sedangkan konversi BBM ke BBG pada

Page 126: (bbm) indonesia

111

kendaraan untuk transportasi khususnya mobil harus datang ke bengkel untuk

pergantian komponen – komponen mesin seperti alat konversi, apalagi

perbedaan tahun produksi pada mobil maka berbeda pula teknologi yang

digunakan untuk proses konversi tersebut misalnya seperti sistem injeksi, belum

lagi masalah minimnya ketersediaan bengkel khusus untuk kendaraan pemakai

BBG mengakibatkan masyarakat malas untuk pindah ke BBG. Walaupun

pemakaian BBG sendiri memiliki berbagai keunggulan seperti harga BBG yang

lebih murah daripada BBM, volume pemakaian BBG lebih irit dibandingkan

dengan BBM dan BBG merupakan bakan bakar ramah lingkungan tetapi

masalah yang dihadapi adalah sulitnya mengajak masyarakat untuk

mengkonversi dari BBM ke BBG karena dari sisi keamanan belum ada jaminan

dari pemerintah bahwa penggunaan BBG aman untuk sektor transportasi dan

sulitnya mencari stasiun pengisian bahan bakar gas yang terjangkau (Harian

Kompas, 24 Nopember 2014).

Kendaraan Dinas untuk para pejabat merupakan transportasi yang tidak boleh

menggunakan BBM bersubsidi. Di beberapa instansi pemerintah kebijakan ini

sudah mulai di terapkan baik untuk kendaraan motor maupun mobil seperti

wawancara dengan Bapak Nyoman Subadri yang menjabat sebagai Kepala

Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng pada tanggal 8 November 2014.

“ Kendaraan Dinas yang saya gunakan untuk menjalankan tugas sehari-hariadalah Isuzu Panther yang mempunyai mesin diesel. Bahan bakar yangdigunakan yaitu solar. Tetapi karena solar merupakan BBM yang disubsidipemerintah sehingga mobil dinas yang sering saya pakai tidak boleh memakaisolar. Di Buleleng kebanyakan SPBU jarang ada yang menjual pertamax yangmerupakan bahan bakar non subsidi sehingga saat ini saya menggunakanpertamina dex sebagai bahan bakar mobil dinas saya. Dalam satu bulan saya bisamenghabiskan hingga kira – kira dua juta rupiah untuk membeli pertamina dex

Page 127: (bbm) indonesia

112

tergantung pemakaian dan semua itu ditanggung dari anggaran pemerintah.Untuk membeli minyak tersebut saya gunakan dana sendiri dan kemudian notadari pembelian tersebut diserahkan ke bagian keuangan untuk pengganti uangyang telah saya keluarkan”

Berdasarkan wawancara di atas, sebagai seorang pejabat di sebuah instansi

pemerintahan yang menggunakan kendaraan dinas wajib menggunakan BBM

non Subsidi. Larangan memakai BBM subsidi bagi kendaraan dinas ini sesuai

dengan Peraturan Menteri nomor 1 tahun 2003 tentang kendaraan dinas untuk

semua pegawai negeri tidak boleh memakai BBM bersubsidi jenis premium dan

solar. Tujuan dari pelarangan memakai BBM bersubsidi jenis premium untuk

pembatasan pemakaian agar kuota BBM bersubsidi tidak terlampaui.

Pada dasarnya transportasi umum sangat berperan untuk mengurangi

konsumsi BBM bersubsidi. Angkutan umum merupakan salah satu solusi untuk

menghemat penggunaan BBM bersubsidi dan dapat dijadikan sebagai pemecah

masalah kemacetan pada kota – kota besar. Sejalan dengan peningkatan

pendapatan masyarakat, banyak orang yang mampu membeli kendaraan pribadi.

Banyak alasan untuk memiliki kendaraan pribadi, antara lain karena masalah

privasi dan kenyamanan. Namun dibalik kebaikannya, kepemilikan kendaraan

pribadi terlalu banyak juga menimbulkan banyak masalah. Berikut kutipan

wawancara dengan salah satu pengguna jasa transportasi umum yaitu Ibu Putu

Sri Sumarthini pada tanggal 21 November 2014, pegawai Univesitas Udayana

yang bertugas di bukit – jimbaran.

“Saya bertempat tinggal di Denpasar dan menjadi salah satu pegawaipengguna angkutan umum Trans Sarbagita. Dahulu Udayana masihmenyediakan bis kantor untuk transportasi dan sekarang bis kantor sudah tidaktersedia lagi dan diganti dengan Trans Sarbagita. Saya menunggu di halte sekitarjam 7 pagi menunggu bus lewat. Awalnya sedikit orang yang berminat untuk

Page 128: (bbm) indonesia

113

menaiki sarbagita ini tapi lama kelamaan penumpang angkutan ini semakinbanyak, tidak hanya pegawai saja bahkan mahasiswa yang akan mengikutikuliah di kampus bukit juga ikut menjadi penumpang sehingga yang terjadiadalah kami harus berdesak-desakan di dalam bis. Untuk menunggu armada bisselanjutnya membutuhkan waktu untuk menunggu dan kami harus berkejarandengan jam kerja jadi dengan terpaksa ikut berdesakan di dalam. Lama kelamansaya memutuskan tidak menggunakan bis lagi selain karena sering berdesakandan akan menghabiskan waktu untuk menunggu bis. Akhirnya saat ini sayamenggunakan kendaraan pribadi terkadang membawa mobil dan kadang jugamenggunakan sepeda motor agar lebih praktis”

Dari wawancara diatas menunjukkan bahwa fasilitas transportasi umum

sangat penting untuk menunjang aktivitas masyarakat. Keberangkatan angkutan

umum yang tidak sesuai jadwal dan terbatasnya armada transportasi umum

akhirnya membuat pengguna angkutan umum beralih menggunakan kendaraan

pribadi. Belum lagi aspek pemeliharaan fasilitas di dalamnya, seperti tempat

duduk menjadi catatan tersendiri yang menjadi faktor mengapa banyak

masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Dari hal tersebut

sebenarnya sudah tergambar langkah apa yang harus diambil oleh pemerintah

untuk menyelesaikan berbagai permasalahan transportasi yang terjadi di negeri

ini untuk mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi.

5.5.2 Pengaruh konsumsi BBM subsidi, harga minyak dunia, dan kursdolar terhadap subsidi BBM melalui impor minyak

Berdasarkan Tabel 5.12 dan 5.13 Konsumsi BBM subsidi secara langsung

berpengaruh signifikan terhadap impor minyak dan memiliki pengaruh tidak

langsung terhadap subsidi BBM melalui impor minyak hal ini disebut parsial

mediasi (Hair et al, 2006). Hal ini memperjelas bahwa konsumsi minyak yang

tinggi oleh masyarakat Indonesia akan meningkatkan impor minyak untuk

memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri mengingat bahwa sampai saat ini

Page 129: (bbm) indonesia

114

sumber daya minyak Indonesia mulai menipis dan rendahnya partisipan dari

investor yang ingin membangun kilang – kilang minyak baru karena kilang

minyak lama dalam kondisi tua serta sumur minyak yang mulai mengering.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mardiana dkk (2013)

menyatakan konsumsi minyak Indonesia tumbuh cepat sementara produksi dalam

negeri menurun. Impor minyak pada tahun 2012 mencapai sekitar US$ 42 miliar

yang setara dengan 22 persen total ekspor. Hal ini berdampak terhadap

ketergantungan terhadap minyak impor dan membuat neraca pembayaran menjadi

defisit. Impor minyak di Indonesia akan lebih dipengaruhi oleh konsumsi sektor

transportasi dan diperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi net importir pada

tahun 2030. Cadangan minyak terbatas dan tingkat produksi yang menurun

sehingga tidak cukup untuk mendukung pemenuhan permintaan minyak dalam

negeri akibatnya Indonesia menjadi negara importir dan meninggalkan

keanggotaan OPEC tahun 2008 setelah bergabung tahun 1962.

Kondisi tersebut sama halnya dengan penelitian yang diungkapkan oleh

Prambudia dan Masaru Nakano (2012) yang melakukan penelitian di Negara

Malaysia mengungkapkan bahwa Negara Malaysia merupakan negara

pengekspor minyak utama sama hal nya seperti Indonesia. Status Malaysia

sebagai eksportir minyak berada di ambang krisis hal ini disebabkan sumur

minyak yang jatuh tempo dan produksi kilang minyak mulai berkurang. Sektor

transportasi dan industri yang masih sangat tergantung pada produk minyak

mengingat bahwa saling mempengaruhi antara perkembangan sektor minyak

Malaysia dan sektor ekonomi.

Page 130: (bbm) indonesia

115

Data Tabel 5.12 dan 5.13 menunjukkan bahwa harga minyak dunia secara

langsung berpengaruh signifikan terhadap impor minyak dan memiliki pengaruh

tidak langsung terhadap subsidi BBM melalui impor minyak hal ini disebut parsial

mediasi (Hair et al, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa ketika harga minyak dunia

meningkat maka Indonesia yang merupakan negara yang masih mengimpor

minyak akan terkena dampaknya terutama dalam anggaran APBN. Hal ini sejalan

dengan penelitian Sharma, dkk (2012) pertumbuhan ekonomi suatu negara harus

di dukung oleh ketersediaan minyak. Ketergantungan impor terhadap minyak di

Negara India mencapai 80 persen dan kemungkinan akan tumbuh terus. Efek

langsung dari guncangan harga minyak adalah peningkatan biaya produksi akibat

kenaikan biaya bahan bakar. Impor minyak yang tinggi seperti impor produk

minyak bumi akan memiliki dampak besar pada ekonomi India terutama ketika

harga minyak mentah di pasar dunia melonjak naik dan akan menghabiskan

sejumlah devisa. Meskipun harga minyak di masa depan sulit diprediksi, pada

umumnya diperkirakan akan meningkat.

Kurs dolar secara langsung berpengaruh signifikan terhadap impor minyak

dan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap subsidi BBM melalui impor

minyak disebut parsial mediasi (Hair et al, 2006) yang terlihat pada Tabel 5.12

dan 5.13. Hal ini menunjukkan bahwa kurs dolar berpengaruh postif terhadap

impor minyak dimana Indonesia merupakan Negara yang melakukan perdagangan

baik ekspor dan impor tentunya tergantung dari fluktuasi kurs dolar tersebut. Saat

harga minyak dunia meningkat maka nilai impor minyak dalam USD juga akan

meningkat karena untuk membeli harga minyak dunia dalam bentuk dollar.

Page 131: (bbm) indonesia

116

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori kurs yang menyatakan dalam perdagangan

internasional kurs dolar dan impor mempunyai hubungan yang negatif tetapi

dalam penelitian ini variabel kurs dolar mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan hal ini disebabkan oleh produk yang di impor adalah minyak bumi jadi

berapapun nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, Indonesia akan tetap mengimpor

minyak untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri. Berbeda dengan

penelitian yang diungkapkan oleh Schryder dan Gert Peersman (2012) yang

menyatakan bahwa apresiasi nilai tukar dolar AS menyebabkan penurunan yang

signifikan dalam permintaan minyak pada 65 negara – negara pengimpor minyak

(tidak termasuk Indonesia) dalam artian bahwa apresiasi nilai tukar dolar AS

menyebabkan penurunan permintaan minyak di negara – negara yang tidak

menggunakan dolar AS sebagai alat untuk bertransaksi di negaranya.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut diatas, hal yang serupa juga

diungkapkan oleh menteri ESDM Jero Wacik pada saat kuliah bersama yang

bertempat di Gedung Widya Sabha Kampus Bukit-Jimbaran dalam acara Dies

Natalis Universitas Udayana ke 51.

“ Dunia sekarang menghadapi tiga hal yang berat yaitu pertama adalahpangan, kedua energy, yang ketiga air. Produksi mobil pada tahun 2013dianggarkan 900 ribu dan motor 7 juta sepeda motor tetapi pada akhir bulanSeptember produksi berubah menjadi 1,2 juta mobil. Kebutuhan energy naikseiring dengan semakin maju tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Dahulu waktuZaman Bapak Subroto menjabat sebagai menteri ESDM kita memproduksiminyak 1,6 juta barel per hari, kebutuhan kita waktu itu sekitar 800 ribu barel perhari, jadi kita masih memiliki kelebihan minyak makanya kita ekspor, kitatermasuk eksportir country dan masuk ke dalam anggota OPEC. Sekarangkondisinya terbalik produksi minyak kita semakin mengecil akibat sumber minyaksemakin mengecil tinggal hanya 800 – 900 ribu barel per hari sehingga tidakmampu mencukupi kebutuhan minyak masyarakat jadi kita sekarang menjadiimportir oil country. Makin mahal harga minyak makin sedikit jumlahnya atauada konflik di Negara lain akan mempengaruhi supply minyak ke Indonesia.

Page 132: (bbm) indonesia

117

Sekarang per hari kita mengimpor BBM 150 juta dolar kira – kita satu setengahtriliun per hari mengimpor BBM. Solusinya adalah dengan merubah dari bahanbakar minyak menjadi gas, tapi itu hal yang tidak mudah dalam pelaksanaannyabanyak masyarakat yang tidak setuju konversi dari BBM ke BBG, kesadaranmasyarakat harus di galakkan”

Hasil kuliah bersama tersebut memberikan keterangan bahwa tingkat

kesejahteraan masyarakat saat ini dan yang akan datang akan mempengaruhi

penggunaan minyak untuk bahan bakar khususnya bahan bakar yang disubsidi.

Produksi mobil yang tidak terkendali menunjukkan antusias masyarakat Indonesia

akan kepemilikan kendaraan sangat tinggi, tidak mungkin produksi mobil tidak

dibarengi oleh ketersediaan minyak sebagai bahan bakarnya apalagi sumber

minyak mulai menipis sehingga impor minyak harus dilakukan sehingga hal

tersebut akan mempengaruhi realisasi subsidi BBM pada APBN.

5.5.3 Analisis pengaruh konsumsi BBM subsidi , harga minyak dunia, kursdolar dan impor minyak terhadap subsidi BBM

Berdasarkan Tabel 5.12 menunjukkan bahwa Konsumsi BBM berpengaruh

signifikan terhadap subsidi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya

konsumsi BBM akan menambah realisasi subsidi BBM dalam APBN. Seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah

kendaraan maka konsumsi BBM pun melonjak dari tahun ke tahun. Hal ini serupa

dengan penelitian yang dilakukan oleh Iwaro dan Abraham (2010) menyatakan

tingkat konsumsi bahan bakar tumbuh setiap tahun dan sekitar 50 tahun cadangan

bahan bakar dunia akan habis, sehingga perlu mencari alternatif sumber energi

lainnya. Pada negara - negara berkembang menunjukkan bahwa konsumsi minyak

terus meningkat dengan cepat karena pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Saat ini tingkat konsumsi bahan bakar minyak akan terus meningkat di

Page 133: (bbm) indonesia

118

kebanyakan negara berkembang, sementara pemerintah menghabiskan dana untuk

subsidi bahan bakar yang tinggi untuk menjamin keberlanjutan pembangunan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang terjadi di negara Venezuela,

Barrios dan Jose Ramon Morales (2012) negara Venezuela memiliki cadangan

minyak terbesar di dunia. Harga bensin yang bersubsidi di negara Venezuela

adalah yang termurah di dunia. Banyak masyarakat Venezuela menilai harga

minyak yang murah adalah hak mereka sejak lahir. Harga bensin di Venezuela

hanya US$ 0,06 per liter atau 600 per liter. Murahnya harga minyak subsidi

membuat realisasi subsidi di negara ini mencapai 12,5 miliar dollar AS per tahun

atau sekitar 146 triliun. Diperkirakan besarnya konsumsi minyak bersubsidi

menjadi 3.16 persen dari PDB, besaran ini lebih besar dari semua program sosial

(2,30 persen dari PDB). Selain itu 52 persen konsumsi kendaraan pribadi

berbahan bakar minyak yang disubsidi sementara itu transportasi umum hanya

menyarap 30 persen minyak subsidi.

Harga minyak dunia pada Tabel 5.12 menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap subsidi BBM. Ini menunjukkan bahwa subsidi BBM di

Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi harga minyak internasonal terutama

pada saat ini Indonesia merupakan negara yang masih mengimpor minyak dari

luar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Harga minyak dunia sangat

menentukan jumlah realisasi subsidi BBM dalam tahun APBN. Bahkan harga

minyak dunia tidak hanya berimplikasi terhadap besarnya pemberian subsidi

BBM tetapi juga berdampak pada penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Peningkatan maupun penurunan harga minyak dunia disebabkan antara lain oleh

Page 134: (bbm) indonesia

119

permintaan dan pasokan, stok minyak, situasi perekonomian dunia, kapasitas

produksi cadangan OPEC, cuaca dan gangguan terhadap suplai.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shikha Jha, et al

(2009) melakukan penelitian terhadap subsidi energi di 32 negara Asia dan

kaitannya dengan ketidakpastian kondisi makroekonomi dan keberlanjutan fiskal

Volatilitas dan tingginya harga minyak dunia berpengaruh terhadap anggaran

belanja baik di negara yang menerapkan subsidi atau negara yang menerapkan

pajak terhadap konsumsi BBM dalam negeri. Penelitian ini memperkuat

penelitian yang dilakukan oleh Aprilta (2011) dengan penelitian yang berjudul

“Analisis Dampak Fluktuasi Minyak Dunia Terhadap Variabel Makroekonomi

Dan Kebijakan Subsidi Di Indonesia (Periode 1980-2010)” yang menggunakan

metode analisis VAR (Vector Autoregression) dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa adanya hubungan positif antara fluktuasi atau guncangan harga minyak

terhadap subsidi BBM. Dalam jangka pendek fluktuasi harga minyak tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap subsidi BBM, tetapi dalam jangka panjang

berpengaruh positif secara signifikan.

Penelitian serupa juga diungkapkan oleh Listiyanto (2008) yang

mengungkapkan melonjaknya harga minyak dunia telah menyebabkan instabilitas

perekonomian di banyak negara. Berbeda dengan negara pengekspor minyak yang

mendapatkan keuntungan karena meningkatnya windfall profit, negara pengimpor

sampai harus mempertaruhkan kredibilitas pemerintahannya akibat lonjakan harga

minyak ini. Di Indonesia sendiri, melambungnya harga minyak menyebabkan

pembengkakan anggaran subsidi BBM yang diperkirakan bisa mencapai Rp. 190

Page 135: (bbm) indonesia

120

triliun. Kondisi ini memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan

subsidi BBM terlebih lagi pengurangan subsidi ini terjadi di saat masyarakat

sudah terbebani oleh meningkatnya harga komoditas pangan dunia. Selain akan

mendorong inflasi, hal ini tentu akan menurunkan tingkat aksesibilitas masyarakat

terhadap kebutuhan pangan.

Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan negara Bangladesh yaitu

Shahidul Islam (2008) yang meneliti subsidi di negara Bangladesh yang mampu

memproduksi minyak hanya 10 persen dari kebutuhan minyak sedangkan sisanya

di peroleh dari pasar internasional. Negara ini mengimpor 3,8 juta ton minyak per

tahun termasuk 2,1 juta ton solar. Bangladesh menerapkan sistem subsidi untuk

minyak sehingga anggaran keuangan negara ini sangat ditentukan oleh kenaikan

minyak di pasar internasional. Untuk membiayai subsidi minyak, pemerintah

Bangladesh meminjam dana dari bank-bank BUMN dan bank pembangunan

untuk membiayai Bangladesh Petroleum Corporation (BPC), biaya tersebut

terdiri dari biaya impor minyak dari pasar internasional dan mendistribusikannya

di pasar domestik dengan harga yang disubsidi. Ketika terjadi peningkatan tajam

kenaikan harga minyak maka akan membuat subsidi minyak meningkat dan dapat

mengakibatkan defisit fiskal negara hingga mencapai 4,8 persen dari PDB pada

tahun 2008

Tabel 5.12 menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs dollar

terhadap subsidi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya kurs dolar

terutama harga dolar Amerika Serikat akan memberikan pengaruh terhadap

Subsidi BBM. nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat

Page 136: (bbm) indonesia

121

membuat subsidi BBM akan meningkat pula. Ketergantungan kurs dolar terhadap

subsidi BBM mengingat bahwa kebutuhan BBM di dalam negeri sebagian

memang masih harus diimpor, sehingga penguatan maupun pelemahan rupiah

yang terjadi sangat mempengaruhi anggaran subsidi BBM.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zuhroh dan David Kaluge (2007)

menyatakan pengaruh kejutan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia

menjadi topik menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 yang

telah menyebabkan keseimbangan internal semakin parah. Melemahnya nilai

tukar telah menyebabkan kenaikan yang tinggi pada harga barang – barang yang

mengandung komponen impor. Pada sisi fiskal, depresiasi rupiah yang tajam telah

mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat. Hal ini terkait dengan

membengkaknya pengeluaran operasional yang terkait dengan valuta asing,

seperti pembayaran utang luar negeri serta subsidi untuk BBM.

Impor minyak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subsidi BBM. Hal

ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan Indonesia dalam menyediakan minyak

dalam bentuk BBM maupun Non BBM disebabkan salah satunya oleh

kemampuan produksi minyak dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan minyak dalam negeri sehingga membuat pemerintah memutuskan

untuk melakukan kebijakan impor minyak yang tentunya akan menambah jumlah

realisasi subsidi BBM. penelitian ini sama hal nya dengan penelitian yang

dilakukan di negara Nigeria yaitu Ovaga dan Okey. H (2012) menyimpulkan

bahwa impor minyak merupakan salah satu tantangan yang dihadapi sektor

minyak hilir di Negara Nigeria. Hal tersebut ditemukan pada penelitian ini bahwa

Page 137: (bbm) indonesia

122

total biaya untuk mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

menggambarkan realisasi jumlah subsidi BBM yang di keluarkan pemerintah.

Sehingga penyelesaian masalah subsidi BBM di Nigeria dapat diselesaikan

dengan cara pembangunan kilang baru dan pembenahan kilang yang sudah ada,

jika hal ini ditangani dengan benar maka impor minyak dapat di tekan, subsidi

tidak akan membebani anggaran dan meminimalkan devisa yang dihabiskan untuk

impor minyak. Beberapa hasil penelitian tersebut diperkuat oleh pernyataan dari

Sekretaris Ditjen Migas, Hufron Asrofi dalam berita Economy Okezone pada

tanggal 5 September 2014 :

“ Tingginya impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak belum tentudisebabkan oleh produksi yang terus menurun, namun hal ini juga dikarenakantingginya konsumsi BBM seiring meningkatnya populasi kendaraan. KebutuhanBBM yang meningkat menandakan pertumbuhan ekonomi nasional jugamengalami hal serupa. Hal ini salah satu bentuk konsekuensi sehinggapetumbuhan konsumsi BBM tak terhindarkan. Bertumbuhnya angka pendudukmemberi pengaruh terhadap peningkatan konsumsi BBM. Dari pasangan suamiistri punya anak kemudian beli motor setelah itu beli mobil ini bentukkonsekuensi dari peningkatan kebutuhan BBM. Melalui tumbuhnya ekonominasional dan angka jumlah penduduk membuat pemerintah melakukan perbaikandalam pembangunan infrastruktur seperti jalan dan sarana prasarana lain yangmemberikan pengaruh terhadap pengguna BBM”

Pernyataan tersebut membuktikan bahwa tidak hanya penurunan produksi

yang membuat Indonesia mengimpor minyak tetapi perilaku konsumen juga

berperan dalam peningkatan minyak bersubsidi. Hal tersebut merupakan salah

satu alasan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Terdapat tiga keuntungan

jika pemerintah mengatasi tekanan subsidi BBM yaitu menurunkan defisit

anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), menurunkan impor, dan

mengurangi utang negara.

Page 138: (bbm) indonesia

123

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil simpulan dengan

mempergunakan α = 0,05 adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan subsidi BBM pada zaman pemerintahan orde baru pada tahun

1977 hingga saat ini minyak merupakan kebutuhan pokok untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Melimpahnya produksi minyak dan

meningkatnya pendapatan negara dari ekspor minyak sangat membuat negara

Indonesia ini sangat kaya sehingga mampu untuk menetapkan sistem subsidi

untuk minyak. Sampai saat ini subsidi BBM pun masih berlaku walaupun

produksi mengalami penurunan dan impor minyak selalu melebihi kuota

sehingga berbagai bentuk solusi untuk memecahkan persoalan ini dilakukan

salah satunya dengan berusaha untuk mengurangi subsidi untuk minyak.

2) Jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap subsidi

BBM melalui konsumsi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah konsumsi energi untuk

melakukan berbagai aktivitas ekonomi salah satunya adalah BBM. Jumlah

penduduk yang meningkat dan dibarengi dengan peningkatan aktivitas

ekonomi akan meningkatkan konsumsi BBM bersubsidi yang dilakukan oleh

masyarakat. Peningkatan konsumsi BBM bersubsidi tentunya akan

menambah besar nilai subsidi BBM yang dianggarkan pada APBN.

Page 139: (bbm) indonesia

124

3) Konsumsi BBM subsidi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

subsidi BBM melalui impor minyak dengan efek size paling besar. Hal ini

menunjukkan bahwa konsumsi BBM yang tinggi dan tidak didukung oleh

produksi minyak di dalam negeri akan menyebabkan minyak harus diimpor

demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan impor minyak akan

berdampak pada meningkatnya pengeluaran subsidi BBM karena sebagian

besar BBM yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dipenuhi melalui

mekanisme impor.

4) Harga minyak dunia dan kurs dolar memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap subsidi BBM melalui impor minyak. Variabel kurs dolar merupakan

variabel yang memiliki efek size paling besar berpengaruh secara langsung

terhadap subsidi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai

Negara yang sampai saat ini masih menerapkan sistem subsidi dan sebagai

salah satu Negara importir minyak setelah keluar dari anggota OPEC sangat

tergantung dari harga minyak dunia dan tergantung dari peningkatan nilai

kurs dolar (nilai tukar dolar terhadap rupiah) akan meningkatkan nilai impor,

karena transaksi impor minyak dilakukan dalam dolar. Pemerintah harus

membayar minyak lebih mahal untuk volume yang sama karena adanya

kenaikan kurs dolar Amerika Serikat akan meningkatkan nilai impor minyak

dan berpengaruh ke subsidi BBM berupa penambahan nilai rupiah dari

subsidi BBM.

5) Konsumsi BBM subsidi, harga minyak dunia, kurs dolar dan impor minyak

berpengaruh positif dan signifikan secara langsung terhadap subsidi BBM

Page 140: (bbm) indonesia

125

sedangkan variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh secara langsung

terhadap subsidi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk

tidak mempengaruhi subsidi BBM apabila penduduk tersebut tidak

melakukan konsumsi atas minyak yang bersubsidi. Kurs dolar memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap impor minyak. Hal ini

menunjukkan bahwa bahan bakar minyak merupakan salah satu kebutuhan

pokok masyarakat dalam menunjang berbagai aktifitas ekonomi yang

dilaksanakan. Menguatnya kurs dolar tidak akan menurunkan nilai impor

sepanjang kebutuhan akan minyak didalam negeri terus meningkat, maka

impor minyak akan terus dilakukan.

6.2 Saran

1) Pemerintah perlu meningkatkan lifting minyak untuk mengurangi impor

minyak dengan cara mengekplorasi sumur-sumur baru untuk

menggantikan sumur-sumur tua yang liftingnya terus mengalami

penurunan dan meningkatkan investasi dalam pembangunan kilang-kilang

minyak di Indonesia untuk mempertahankan ketahanan energy nasional.

2) Aktivitas masyarakat yang memiliki mobilitas yang tinggi sehingga

konsumi BBM yang meningkat akan berdampak pada besaran subsidi

BBM. Usaha yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi

konsumsi BBM subsidi adalah menyediakan jumlah moda transportasi

umum yang memadai, murah dan nyaman dengan tujuan mengalihkan

penggunaan kendaraan pribadi sehingga konsumsi BBM dapat ditekan.

Page 141: (bbm) indonesia

126

3) Pada dasarnya subsidi masih sangat diperlukan di Indonesia mengingat

bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah

penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan tetapi untuk

penggunaan dari subsidi BBM belum mencapai sasaran dari penerima

subsidi tersebut sehingga kedepannya subsidi BBM sebaiknya dialihkan ke

sektor-sektor produktif seperti infrastruktur, pertanian, kesehatan dan

pendidikan. Kalaupun pemerintah tetap mempertahankan subsidi BBM,

sebaiknya yang mendapatkan subsidi adalah masyarakat yang memang

memerlukan seperti para nelayan, dan sektor UMKM yang menggunakan

mesin untuk melakukan proses produksi. Pemerintah juga dapat

memberikan subsidi kepada yang berhak menerima (subsidi kepada orang)

bukan kepada barang atau produk seperti BBM melainkan subsidi kepada

masyarakat dapat berupa BLSM, subsidi kesehatan dan pendidikan karena

pada dasarnya masyarakat miskin tidak terlalu membutuhkan BBM

sehingga akhirnya subsidi tersebut kebanyakan di konsumsi oleh

masyarakat mampu.

4) Mengendalikan produksi industri otomotif di Indonesia sebab jumlah

kendaraan bermotor dan mobil merupakan faktor utama masalah

menigkatnya realisasi subsidi BBM di Indonesia.

5) Mengenakan pajak progresif yang tinggi bagi kepemilikan kendaraan

pribadi (mobil dan motor) dengan harapan agar masyarakat dapat

mempertimbangkan kepemilikan kendaraan bermotor maupun mobil lebih

Page 142: (bbm) indonesia

127

dari yang dimiliki sehingga dapat mengurangi jumlah konsumsi BBM dan

mengatasi kemacetan.

6) Meningkatkan usaha untuk mengembangkan energy terbarukan untuk

mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang merupakan energi tidak

dapat diperbaharui. Meskipun pemerintah selalu menggalakkan energy gas

(BBG) sebagai pengganti BBM akan tetapi upaya program pemerintah

tersebut belum berhasil salah satu nya disebabkan oleh kendala dalam hal

teknologi, layanan purna jual yang sangat jarang dan kurangnya kesadaran

masyarakat untuk memakai BBG (ketakutan pengguna BBG). Jika

pemerintah ingin serius mengurangi pemakaian BBM dan menggantinya

dengan BBG maka hendaknya dukungan dan sosialisasi dari pemerintah

harus ditingkatkan tentang pemakaian BBG serta meningkatkan standar

pengawasan dan keamanan pemakain BBG tersebut. Keberadaan standar

serta regulasi yang mengikutinya sangat penting untuk menjamin

terlaksananya keamanan kendaraan yang menggunakan BBG.

7) Produksi mobil yang akan dipasarkan di Indonesia untuk masyarakat

sebaiknya dimodifikasi sesuai dengan spesifikasi mesin yang

menggunakan BBG sehingga penggunaan minyak sebagai bahan bakar

dapat di tekan.

8) Untuk menunjang penggunaan BBG sebaiknya pemerintah menjamin

ketersediaan konverter kit dan membangun infrastruktur lebih banyak lagi

untuk stasiun pengisian BBG. Selama ini stasiun pengisian BBG terbatas

jumlahnya dan penempatannya tidak menyebar.

Page 143: (bbm) indonesia

128

DAFTAR PUSTAKA

Alfianto, B.E. 2006. “Hubungan Kausalitas antara Konsumsi Energi dan AktivitasEkonomi di Indonesia”. (tesis). Depok : Universitas Indonesia

Anand, Rahul, David Coady, Adil Mohammad,Vimal Thakoor and JamesP.Walsh. 2013. The Fiscal And Welfare Impacts Of Reforming FuelSubsidies In India. International Monetary Fund Working Paper In Asiaand Pacific Department. WP/13/128. May 2013

Aprilta, Fanny. 2011. “Analisis Dampak Fluktuasi Harga Minyak Dunia TerhadapVariabel Makroekonomi Dan Kebijakan Subsidi Di Indonesia (Periode1980-2010)”. (tesis). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik, 2013. www.bps.go.id diakses 5 Juni 2013

Bank Indonesia, 2013. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. www.bi.go.id,diakses 10 Juni 2013

Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan BagiKebangkitan Ekonomi Indonesia. Erlangga. Jakarta

Berita Okezone. 2014. Negara Tak Bisa Larang Masyarakat Beli Mobil. diakses17 Nopember 2014.

Berita Aktual.co terhangat terpercaya. 2014. Antisipasi Jebolnya Kuota, GubernurBI: Terapkan Subsidi Tetap. diakses 27 Nopember 2014

Barrios Douglas and Jose Ramon Morales. 2012. Rethinking The Taboo :Gasoline Subsidies In Venezuela. Harvard Kennedy School OfGovernment. March.

Boediono.1993. Merenungkan Kembali Mekanisme Transmisi Moneter diIndonesia. Dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (1) 1 : h : 1-5

Darmaputera, Arya W dan Dendy Kurnaedy. 1999. Konsumsi BBM Premium DiIndonesia Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal BinaEkonomi, Nopember.

Dartanto, Teguh. 2012. Reducing Fuel Subsidies and The Implication On FiscalBalance and Poverty in Indonesia : A Simulation Analysis. Working PaperIn Economics and Business. Vol. II, No. 6/2012

Page 144: (bbm) indonesia

129

Dartanto, Teguh. 2005. BBM, Kebijakan Energi, Subsidi, dan Kemiskinan diIndonesia. Jurnal Inovasi. Vol. 5/XVII/November 2005

Didu, Said. 2013. Ketidakadilan Subsidi BBM Bagai Api dalam Sekam. BeritaSatu. 04 Februari 2013.

Dao, Quang Minh. 2012. Population And Economic Growth In DevelopingCountries. International Journal Of Academic Research In Business AndSocial Sciences. Januari 2012. Vol 2 No. 1. ISSN: 2222-6990.

Ditjen Minyak. 2013. http://www.Minyak.esdm.go.id. diakses 5 Juni 2013

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak.Jakarta.2009. Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Beserta Peraturan – Peraturan Pelaksanaannya

Dumairy. 2004. Perekonomian Indonesia. Cetakan Kelima. Penerbit Erlangga.Jakarta

Ernita, Dewi, Syamsul Amar dan Efrizal Syofyan. 2013. Analisis PertumbuhanEkonomi, Investasi, dan Konsumsi Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi.Januari 2013, Vol I No. 2.

Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang :Universitas Diponogoro.

Hartono, D dan B.P Resosudarmo. 2006. Analisis Dampak Kebijakan HargaEnergi terhadap Perekonomian dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta :Aplikasi Model Komputasi Keseimbangan Umum. Jurnal Ekonomi danPembangunan Indonesia, 5(1) : 83-102

Hartono, Djoko Setyo. 2011. Dampak Kenaikan Harga BBM Di Pasar DuniaTantangan Bagi Perekonomian Indonesia. Jurnal UniversitasMuhammadiyah Semarang. Vol. 7 (2). Maret 2011

Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Dunia : Teori dan Kebijakan Keuangan Dunia.Ghalia Indonesia. Jakarta

Hair, Joseph, William C Black, Barry J Babin and Rolph E. Anderson. 2010.Multivariate Data Analysis 7th Ed. New Jersey:Pearson Education.

Handajani, Mudjiastuti. 2009. Analisis Gradien Kepadatan Penduduk danKonsumsi BBM. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. No. 2 Vol. 11. Juli2009

Page 145: (bbm) indonesia

130

Imam, Adlin. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Impor BarangKonsumsi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Padang. Maret : 1 – 12

Iwaro Joseph dan Abraham Mwasha. 2010. Towards Energy Sustainability In TheWorld : The Implications Of Energy Subsidy For Developing Countries.International Journal Of Energy And Environment. Vol.1, Issue 4. PP.705-714

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2013. Kepastian Harga BBMSedang Dimatangkan. arsip berita 30 April 2013

Khalwaty, Tajul, 2000. Inflasi dan Solusinya. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

Kementerian Keuangan. 2011. Buku Saku Perkembangan Utang Luar NegeriPemerintah Indonesia Edisi September 2011, Kemenkeu, Jakarta

Kumoro, Bawono. 2013. Subsidi BBM dan Uji Nyali Pemerintah. The HabibieCenter Article. 06 Mei 2013

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Dunia : Pengantar Ekonomidan Bisnis Global. Jogjakarta : BPFE

Laporan Pengembangan Sektor Perdagangan. 2011. Perkembangan, Pemicu danDampak Harga Komoditas : Implikasinya Terhadap PerekonomianIndonesia Edisi Bulan Maret 2011. Bank Dunia. Jakarta

Layli, Fashihatul. 2012. “Dampak Kebijakan Pembatasan Konsumsi BBMPremium Di Sektor Angkutan Darat Terhadap Perekonomian Indonesia”.(tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.

Listiyanto, Eko.2008. Kenaikan Harga Minyak Dunia : Penyebab dan DampaknyaTerhadap Subsidi Energi di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi PolitikQuarterly Review Of The Indonesian Economy. Juli.Vol.9. No. 3.ISSN :1410-2625.

Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Udayana University Press.Denpasar.

Nasir, Muhammad dan Harry Maulana. 2010. Faktor – Faktor YangMempengaruhi Impor Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. 1 (1).Juli : 10 – 16.

Page 146: (bbm) indonesia

131

Nizar, Muhammad Afdi. 2013. Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap DefisitTransaksi Berjalan Di Indonesia. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BadanKebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI. Jakarta

Nopirin. 1996. Ekonomi Dunia. Yogyakarta. BPFE UGM

Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Buku 2 Edisi I. Yogyakarta : BPFE UGM

Nugroho, Hanan. 2005. Apakah Persoalannya pada Subsidi BBM : Tinjauanterhadap masalah subsidi BBM, Ketergantungan Pada Minyak Bumi,Manajemen Energi Nasional, dan Pembangunan Infrastruktur Energi.Jurnal

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. SalembaEmpat. Jakarta

Mardiana. Dwi Atty, Zulkifli Husin, Muhammad Zilal Hamzah,Rs. TrijanaKartoatmodjo. 2013. Economy Growth and Oil Import Requirement inIndonesia. Journal Of Energy Technologies and Policy. Vol.3. No.11. ISSN2224-3232.

Milton H.Spencer dan Orley M. Amos, Jr. 1993. Contemporary Economics. Edisike-8.Worth Publishers. New York

Mourougane, Annabelle. 2010. Phasing Out Energy Subsidies In Indonesia.OECD Economics Department Working Papers, No.808. OECD Publishing

Mundakir, Ali. 2012. Pertamina : Pertumbuhan Ekonomi Picu KenaikanKonsumsi BBM. Sentana Online. www.sentanaonline.com, diakses 19Agustus 2013

Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Jakarta. PT. Refika Aditama

Ovaga dan Okey H (Ph.D).2012. Subsidy In The Downstream Oil Sector And TheFate Of The Masses In Nigeria. Kuwait Chapter Of Arabian Journal OfBussiness And Management Review. Vol.1. No.6. February

Paramita, Niken Purwanto. 2013. Subsidi BBM Sebagai Penyebab Defisit NeracaPerdagangan. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik. April 2013. Vol.5.No.7. 13-16

Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM)Nomor 18 Tahun 2013. Tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar

Page 147: (bbm) indonesia

132

Minyak Tertentu Untuk Konsumen Pengguna Tertentu Di Dalam Negeri.diakses 12 pebruari 2014.

Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak Bumi Nomor. 06 Tahun 2013. TentangPenggunaan Sistem Teknologi Informasi Dalam Penyaluran Bahan BakarMinyak, diakses 12 Pebruari 2014.

Prambudia, Yudha dan Masaru Nakano. 2012. Exploring Malaysia’sTransformation To Net Oil Importer And Oil Import Dependence. EnergiesJournal. Vol 5 2012.

Rahyuda, I Ketut, I Gusti Wayan Murjana Yasa dan Ni Nyoman Yuliarmi, 2004.Metodologi Penelitian. Fakultas Ekonomi Unud. Denpasar

Rahmah, Andi. 2011. Memastikan Kecukupan Energi Berkelanjutan Bagi Rakyat.Jurnal Kebijakan Publik. April (1-5), Edisi 14

Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabet. Bandung

Rivani, Edmira. 2014. Kebijakan Subsidi BBM Dan Efisiensi Perekonomian.Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol VI No, 09/I/P3DI/Mei 2014

Toro, Kuncoro. 2012. Inilah Dampak Meroketnya Harga Minyak Dunia.Blogdetik.com.April 2012

Todaro.M.P, 2006. Pembangunan Ekonomi edisi ke sembilan. Penerbit Erlangga,Jakarta

Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Dunia dan Neraca Pembayaran : Teoridan Temuan Empiris. Jakarta : LP3ES

U.S Energy Information Administration (EIA). http://www.eia.gov/. diakses 5Juni 2013

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001. Tentang Minyakdan Gas Bumi. diakses 12 Pebruari 2014

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007. Tentang Energi.Diakses 12 Pebruari 2014

Wibowo, Tri dan Amir Hidayat. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi NilaiTukar Rupiah. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan. DepartemenKeuangan.Vol 2. Maret.

Widjojo, Prasetiyo. 2013. Keseimbangan APBN digoyahkan Besaran SubsidiBBM. Bisnis Jatim. 2013

Page 148: (bbm) indonesia

133

Santosa, Awan. 2011. Dimensi Kerakyatan Dalam Subsidi BBM. JurnalKebijakan Publik. April (7-20), Edisi 14

Sarwono Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS.Yogyakarta : Andi Offset

Schryder, Selien De and Gert Peersman.2012.The U.S Dollar Exchange Rate AndDemand For Oil. Article. November

Sharma Anshul, Gurmeet Singh, Manisha Sharma, Pooja Gupta. 2012. Impact OfCrude Oil Price On Indian Economy. International Journal Of SocialSciences and Interdisiplinary Research. Vol. 1 No.4. April. ISSN 22773630.

Solimun. 2008. Memahami Metode Kuantitatif Mutakhir : Structure EquationModel dan Partial Least Square. Brawijaya University Press. Malang

Sihombing, Desmawati. 2010. “ Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri TerhadapPertumbuhan Ekonomi Indonesia (skripsi). Medan : Universitas SumateraUtara

Sudirman, I Wayan. 2011. Kebijakan Fiskal dan Moneter. Teori dan Empirikal.Kencana. Jakarta

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif danR&D). CV Alfabeta. ISSN: 978-979-8433-24-5

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Bina Grafika. KualaLumpur

Susanti,Eva. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PertumbuhanEkonomi Indonesia”. (tesis). Medan : Universitas Sumatera Utara

Suparmoko, 2000. Pengantar Ekonomi Makro. BPFE. Yogyakarta

Suryopratomo. 2013. Harga Dari Ketidakjelasan Kebijakan BBM. Berita MetroView. Kamis, 21 Maret 2013

Suyana Utama, Made. 2012. Metode Kuantitatif: Buku Ajar. Fakultas Ekonomi.Universitas Udayana. Denpasar.

Syamsuri, Teddy. 2013. Tolak Pengendalian BBM bersubsidi yang melencengdari Konstitusi. Lensa Indonesia. April 2013

Sri Susilo, Y. 1999. Konsekuensi Ekonomi Pengurangan Subsidi BBM :Pendekatan Model Keseimbangan Umum Terapan. UGM. Yogyakarta.

Page 149: (bbm) indonesia

134

Sri Susilo, Y.2013. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Dan PerekonomianIndonesia. Pustaka Baru.Yogyakarta

Shahidul Islam M. 2008. The Third Oil Shock : The Path Forward ForBangladesh. Journal Institute Of South Asian Studies National UniversityOf Singapore. No.71 Date 10 June 2008.

Shikha Jha,P Quising, and S. Camingue. 2009. Macroeconomic Uncertainties,Oil Subsidies, and Fiscal Sustainability in Asia. ADB Economics WorkingPaper Series. Asian Development Bank, Manila

Yusman Nora Bt Mohamed Yusoff dan Nurul Wahilah Bt Abdul Latif. 2013.Measuring The Effects Of World Oil Price Change On Economic Growthand Energy Demand In Malaysia : An ARDL Bound Testing Approach.International Journal Of Trade, Economics And Finance.Vol 4. No. 1.February

Yusgiantoro, Purnomi. 2000. Ekonomi Energi Teori dan Praktek. LP3ES. Jakarta

Zhang, Zhong Xiang. 2014. Energy Price, Subsidies and Tax Reform in China.Original Article of Asia and The Pacific Policy Studies. Vol. 1 No. 3.September.

Zuhroh Idah dan David Kaluge. 2007. Dampak Pertumbuhan Nilai Tukar RiilTerhadap Pertumbuhan Neraca Perdagangan Indonesia (Suatu AplikasiModel Vector Autoregressive, VAR). Journal Of Indonesian AppliedEconomics. Vol. 1 No. 1.Oktober 59-73

Page 150: (bbm) indonesia

135

Lampiran 1

Hasil Korelasi Antar Variabel

Correlations

Jumlah

Penduduk

Harga

Minyak

Dunia

Kurs

Dollar

Konsumsi

BBM

Impor

minyak

Subsidi

BBM

Jumlah Penduduk Pearson Correlation 1 .784** .858** .758** .845** .862**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

Harga Minyak Dunia Pearson Correlation .784** 1 .562** .818** .857** .886**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

Kurs Dollar Pearson Correlation .858** .562** 1 .575** .680** .761**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

Konsumsi BBM Pearson Correlation .758** .818** .575** 1 .923** .905**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

Impor minyak Pearson Correlation .845** .857** .680** .923** 1 .946**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

Subsidi BBM Pearson Correlation .862** .886** .761** .905** .946** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 151: (bbm) indonesia

136

Lampiran 2

Hasil Regresi Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi BBM

Regression

REGRESSION/MISSING LISTWISE/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)/NOORIGIN/DEPENDENT Y1/METHOD=ENTER X1.

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Jumlah

Penduduk

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Konsumsi BBM

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .758a .575 .560 651.0135

a. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 160.000 1 160.666 37.856 .000b

Residual 112.502 28 420.518

Total 275.000 29

a. Dependent Variable: Konsumsi BBM

b. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk

Page 152: (bbm) indonesia

137

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -51261.414 940188.813 -5.452 .000

Jumlah Penduduk .029 .005 .758 6.153 .000

a. Dependent Variable: Konsumsi BBM

Page 153: (bbm) indonesia

138

Lampiran 3

Hasil Regresi Pengaruh konsumsi BBM, Harga Minyak Dunia, dan KursDolar Terhadap Impor Minyak

Regression

REGRESSION/MISSING LISTWISE/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)/NOORIGIN/DEPENDENT Y2/METHOD=ENTER X2 X3 Y1.

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Konsumsi BBM,

Kurs Dollar,

Harga Minyak

Dunia

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .952a .906 .895 203873.90087

a. Predictors: (Constant), Konsumsi BBM, Kurs Dollar, Harga Minyak

Dunia

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 104.223 3 344.408 83.587 .000b

Residual 109.029 26 57.655

Total 115.252 29

a. Dependent Variable: Impor minyak

b. Predictors: (Constant), Konsumsi BBM, Kurs Dollar, Harga Minyak Dunia

Page 154: (bbm) indonesia

139

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -190098.179 85397.496 -2.226 .035

Harga Minyak Dunia 60.981 25.611 .255 2.388 .025

Kurs Dollar 30.051 11.987 .188 2.507 .019

Konsumsi BBM .389 .069 .607 5.630 .000

a. Dependent Variable: Impor minyak

Page 155: (bbm) indonesia

140

Lampiran 4

Hasil Regresi Pengaruh konsumsi BBM, Harga Minyak Dunia, Kurs Dolardan Impor Minyak Terhadap Subsidi BBM Indonesia

Regression

REGRESSION/MISSING LISTWISE/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)/NOORIGIN/DEPENDENT Y3/METHOD=ENTER Y1 X2 X3 Y2.

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Impor minyak,

Kurs Dollar,

Harga Minyak

Dunia,

Konsumsi BBM,

Jumlah

Pendudukb

. Enter

a. Dependent Variable: Subsidi BBM

b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .979a .958 .949 10824.17455

a. Predictors: (Constant), Impor minyak, Kurs Dollar, Harga Minyak

Dunia, Konsumsi BBM, Jumlah Penduduk

Page 156: (bbm) indonesia

141

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 638.710 5 127.742 109.056 .000b

Residual 281.657 24 117.611

Total 666.367 29

a. Dependent Variable: Subsidi BBM

b. Predictors: (Constant), Impor minyak, Kurs Dollar, Harga Minyak Dunia, Konsumsi BBM,

Jumlah Penduduk

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 38933.142 37609.060 1.035 .311

Jumlah Penduduk .000 .000 .182 1.488 .150

Harga Minyak Dunia 588.297 159.744 .325 3.683 .001

Kurs Dollar 4.314 1.068 .354 4.038 .000

Konsumsi BBM .013 .005 .257 2.295 .031

Impor minyak .026 .011 .343 2.442 .022

a. Dependent Variable: Subsidi BBM

Page 157: (bbm) indonesia

142

Lampiran 5

Uji Linearitas Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi BBM

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Konsumsi BBM

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .945 84.545 1 28 .000 810.656 4.839

The independent variable is Jumlah Penduduk.

Page 158: (bbm) indonesia

143

Lampiran 6

Uji Linearitas Konsumsi BBM Terhadap Impor Minyak

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Impor minyak

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .945 76.909 1 28 .000 .338 .092

The independent variable is Konsumsi BBM.

Page 159: (bbm) indonesia

144

Lampiran 7

Uji Linearitas Harga Minyak Internasional Terhadap Impor Minyak

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Impor minyak

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .747 82.604 1 28 .000 .036 .399

The independent variable is Harga Minyak Dunia

Page 160: (bbm) indonesia

145

Lampiran 8

Uji Linearitas Kurs Dolar Terhadap Impor Minyak

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Impor minyak

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .462 24.035 1 28 .000 1806.606 108.784

The independent variable is Kurs Dollar.

Page 161: (bbm) indonesia

146

Lampiran 9

Uji Linearitas Konsumsi BBM Subsidi Terhadap Subsidi BBM

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Subsidi BBM

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .975 86.771 1 28 .000 66.383 328.745

The independent variable is Konsumsi BBM.

Page 162: (bbm) indonesia

147

Lampiran 10

Uji Linearitas Harga Minyak Dunia Terhadap Subsidi BBM

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Subsidi BBM

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .722 72.886 1 28 .000 62.859 1381.954

The independent variable is Harga Minyak Dunia

Page 163: (bbm) indonesia

148

Lampiran 11

Uji Linearitas Kurs Dolar Terhadap Subsidi BBM

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Subsidi BBM

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .712 69.383 1 28 .000 76.258 9.253

The independent variable is Kurs Dollar.

Page 164: (bbm) indonesia

149

Lampiran 12

Uji Linearitas Impor Minyak Terhadap Subsidi BBM

Curve Fit

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Subsidi BBM

Equation Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .989 79.217 1 28 .000 66.238 3497.982

The independent variable is Impor minyak.

Page 165: (bbm) indonesia

150

Lampiran 13

Pengaruh Jumlah Penduduk (X1) Terhadap Subsidi BBM (Y3) MelaluiKonsumsi BBM Subsidi (Y1)

VARIABLES IN SIMPLE MEDIATION MODEL

Y Y3X X1M Y1

DESCRIPTIVES STATISTICS AND PEARSON CORRELATIONSMean SD Y3 X1 Y2

Y3 32250,4320 24253,578 1,0000 ,8341 ,8732X1 63224,5640 2452,6353 ,5332 1,0000 ,7321Y1 16,14675 13,1530 ,7854 ,7623 1,0000

SAMPLE SIZE30

DIRECT And TOTAL EFFECTSCoeff s.e. t Sig(two)

b(YX) 8,3220 1,1209 7,4353 ,0000b(MX) ,0034 ,0009 76,7584 ,0000b(YM.X) 2234,8582 130,6042 33,5725 ,0000b(YX.M) ,5678 ,2431 1,5378 ,0374

INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTIONValue s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two)

Effect ,7132 ,6268 4,2466 10,3823 5,6317 ,0340

FAIRCHILD ET AL. (2009) VARIANCE IN Y ACCOUNTED FOR BY INDIRECTEFFECT:

,81422

***************************** NOTES**********************************

------ END MATRIX -----

Page 166: (bbm) indonesia

151

Lampiran 14Pengaruh Harga Minyak Dunia (X2) Terhadap Subsidi BBM (Y3) MelaluiImpor Minyak (Y2)

VARIABLES IN SIMPLE MEDIATION MODELY Y3X X2M Y2

DESCRIPTIVES STATISTICS AND PEARSON CORRELATIONSMean SD Y3 X2 Y2

Y3 37262,553 32245,722 1,0000 ,7421 ,8732X2 28,9730 23,4363 ,6422 1,0000 ,7431Y2 16,1478 13,5612 ,8835 ,6531 1,0000

SAMPLE SIZE30

DIRECT And TOTAL EFFECTSCoeff s.e. t Sig(two)

b(YX) 1472,8432 153,7624 5,4272 ,0000b(MX) ,2854 ,5328 3,0564 ,0000b(YM.X) 2721,8634 148,8432 33,8432 ,0000b(YX.M) 42,3830 54,7432 ,3273 ,0287

INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTIONValue s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two)

Effect ,5822 ,9473 1279,4682 1883,5262 7,4884 ,0220

FAIRCHILD ET AL. (2009) VARIANCE IN Y ACCOUNTED FOR BY INDIRECTEFFECT:

,6352

****************************** NOTES**********************************

------ END MATRIX -----

Page 167: (bbm) indonesia

152

Lampiran 15Pengaruh Kurs Dollar (X3) Terhadap Subsidi BBM (Y3) Melalui ImporMinyak (Y2)

VARIABLES IN SIMPLE MEDIATION MODELY Y3X X3M Y2

DESCRIPTIVES STATISTICS AND PEARSON CORRELATIONSMean SD Y3 X3 Y2

Y3 35383,531 33547,834 1,0000 ,6372 ,8943X3 4742,4000 2843,8538 ,9352 1,0000 ,6582Y2 15,1378 14,4743 ,4752 ,9482 1,0000

SAMPLE SIZE30

DIRECT And TOTAL EFFECTSCoeff s.e. t Sig(two)

b(YX) 7,3640 1,21207 7,4398 ,0000b(MX) ,0047 ,0009 8,5383 ,0000b(YM.X) 5227,8744 132,8242 25,3737 ,0000b(YX.M) ,8965 ,4642 2,7384 ,0343

INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTIONValue s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two)

Effect ,6437 ,3517 7,2585 17,4637 5,2585 ,0380

FAIRCHILD ET AL. (2009) VARIANCE IN Y ACCOUNTED FOR BY INDIRECTEFFECT:

,6223

***************************** NOTES**********************************

------ END MATRIX -----

Page 168: (bbm) indonesia

153

Lampiran 16Pengaruh Konsumsi BBM Subsidi (Y1) Terhadap Subsidi BBM (Y3)Melalui Impor Minyak (Y2)

VARIABLES IN SIMPLE MEDIATION MODELY Y3X Y1M Y2

DESCRIPTIVES STATISTICS AND PEARSON CORRELATIONSMean SD Y3 Y1 Y2

Y3 35352,431 32255,432 1,0000 ,6754 ,8754Y1 145,3573 148,4681 ,6742 1,0000 ,7814Y2 14,1354 14,5742 ,8733 ,8538 1,0000

SAMPLE SIZE30

DIRECT And TOTAL EFFECTSCoeff s.e. t Sig(two)

b(YX) 456,5384 7,8653 43,6744 ,0000b(MX) ,0840 ,0056 42,7352 ,0000b(YM.X) 5738,9644 153,6577 15,6482 ,0000b(YX.M) 6554,8459 14,6427 7,7533 ,0000

INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTIONValue s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two)

Effect ,4252 ,7753 148,3854 458,3489 6,4227 ,0000

FAIRCHILD ET AL. (2009) VARIANCE IN Y ACCOUNTED FOR BY INDIRECTEFFECT:

,9670

****************************** NOTES**********************************

------ END MATRIX -----

Page 169: (bbm) indonesia

154

LampiranData Penelitian

TahunJumlahPenduduk(Jiwa)

HargaMinyakDunia (USD)

Kursdollar(Rupiah)

KonsumsiBBM(Barrel)

ImporMinyak(USD)

SubsidiBBM(Triliun)

1983 158083573 23.66 700 5813 1144.8 7001984 161580865 29.44 758 3105 2696.8 6071985 165154785 27.89 890 5535 3275.6 8501986 167881346 26.05 1110 4725 1086.4 5501987 170654786 19.15 1641 5523 1067.9 6021988 173472567 18.96 1650 4435 2909.0 5821989 176336980 20.58 2795 10145 1195.2 9071990 179378946 24.5 1901 13435 1920.4 8151991 182222698 21.5 1992 24185 2310.3 9301992 185254289 20.58 2015 66054 6115.0 16921993 188359108 18.48 2110 45430 12170.6 12801994 191523808 17.19 2200 82510 12367.4 16871995 194754808 28.4 2308 29300 12910.8 11451996 197353900 22.03 2383 84120 15595.5 14161997 199445007 20.61 8325 91495 19924.1 98141998 201559567 10.4 10350 283610 10653.7 286071999 203625457 19.3 8685 557700 13681.1 409232000 206264595 20.26 9585 888360 16019.5 538102001 207995368 25.95 9400 996390 15471.8 683812002 212003475 26.15 9655 425370 26525.8 311622003 215276685 30.99 8465 296465 17610.9 300382004 217854235 41.47 9018 547125 28732.0 690252005 219205367 56.7 9830 949315 27457.7 955992006 222192347 66.25 9020 888365 18962.9 642122007 225642125 72.41 9419 528145 20553.0 837922008 228523436 99.75 10950 656205 11932.8 1391072009 231369563 62.09 9400 435300 18980.7 450392010 237641326 79.61 9991 2375960 27412.7 823512011 244775796 95.11 8779 4359900 40701.5 1651612012 257516167 94.15 9380 2398225 42564.2 137379