bedah ortognatik

14
BEDAH ORTHOGNATI Bagian Bedah Mulut, FKG - Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin PENDAHULUAN Sistem Stomatognati meliputi beberapa subsistem dan melibatkan fungsi fisik maupun psikologis serta merupakan peranan berbagai organ dan jaringan. Semua organ/jaringan ini harus berfungsi dalam keadaan keseimbangan (equilibrium theory). Apabila salah satu jaringan tidak mendapat gaya yang seimbang maka terjadilah anomali (Moyers, 1966). Salah satu kelainan dari sistem Stomatognati yang digolongkan ke dalam kelainan pertumbuhan dan perkembangan adalah DISGNATI. Sebagai batasannya dapat disebutkan bahwa disgnati adalah : Sindrom kelainan pertumbuhan dan perkembangan dentoskeletal dimana hubungan rahang beserta gigi antara rahang atas dan rahang bawah, dan/atau antara rahang dengan tulang fasial, 1

Upload: rinaldi-inal

Post on 09-Dec-2015

98 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Bedah

TRANSCRIPT

Page 1: Bedah Ortognatik

BEDAH ORTHOGNATI

Bagian Bedah Mulut, FKG - Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin

PENDAHULUAN

Sistem Stomatognati meliputi beberapa subsistem dan melibatkan fungsi

fisik maupun psikologis serta merupakan peranan berbagai organ dan

jaringan. Semua organ/jaringan ini harus berfungsi dalam keadaan

keseimbangan (equilibrium theory). Apabila salah satu jaringan tidak

mendapat gaya yang seimbang maka terjadilah anomali (Moyers, 1966).

Salah satu kelainan dari sistem Stomatognati yang digolongkan ke dalam

kelainan pertumbuhan dan perkembangan adalah DISGNATI. Sebagai

batasannya dapat disebutkan bahwa disgnati adalah : Sindrom kelainan

pertumbuhan dan perkembangan dentoskeletal dimana hubungan rahang

beserta gigi antara rahang atas dan rahang bawah, dan/atau antara rahang

dengan tulang fasial, maupun jaringan lunak yang tidak seimbang secara

fungsional maupun estetik. 

Kasus disgnati yang merupakan kelainan dentoskeletal yang ekstrim dan

sulit untuk dirawat dengan ortodonti saja harus dirawat secara kombinasi

antara orthodonti dan bedah orthodonti/orthognati.

BEDAH ORTHOGNATI didefinisikan sebagai perawatan kombinasi antara

perawatan dengan cara pembedahan dengan perawatan ortodontik dengan

tujuan untuk memperbaiki maloklusi (dental) dan kelainan fasial (skeletal)

yang disebabkan oleh kelainan yang parah dalam ukuran, bentuk, dan

hubungan antara kedua rahang dengan basis kranial. Perawatan ini juga

sering dilakukan untuk memperbaiki kelainan kongenital dan anomali yang

1

Page 2: Bedah Ortognatik

terjadi pada tulang skeletal dan kasus-kasus dengan pertumbuhan rahang

yang tidak harmonis (kraniomaksilofasial) (Jacobsen, 1985)

TUJUAN BEDAH ORTHOGNATI

Koreksi melalui Bedah Orthognati dimaksudkan untuk

mencapai :Keseimbangan fungsionil sistem stomatognati, keseimbangan

dalam estetik, keseimbangan psikologis serta kestabilan jangka panjang

pada hasil pembedahan (Henderson, 1985).

INDIKASI BEDAH ORTHOGNATI

Tuinzing (1990) membagi indikasi perawatan bedah orthognatik menjadi

tiga faktor, sebagai berikut :

1. Faktor somatik/ fungsional

2. Faktor nonsomatik/faktor estetik/ psikogen

3. Kombinasi kedua faktor tersebut seringkali ditemukan

Faktor fungsional terdiri dari : Gangguan oklusi dan fungsi pengunyahan.

Kelainan-kelainan sekunder yang dapat diakibatkan oleh disoklusi, misal

keluhan gastrointestinal. Trauma pada palatum dan jaringan periodontium

gigi anterior atas pada retrognati yang disertai palatal/deep bite. Asimetri

dan deviasi merupakan hal sering terjadi. Ketidak seimbangan rahang dan

relasi gigi juga dapat menyebabkan kelainan sendi temporomandibuler.

Pada prognati yang ekstrim pengucapan konsonan bilabial, labiodental dan

linguodental kurang sempurna. Pada orang tua yang lama tidak bergigi yang

menyulitkan pembuatan protesa penuh. Faktor psikologis merupakan hal

2

Page 3: Bedah Ortognatik

yang harus dianalisa dengan sangat hati-hati untuk menggali ekspektasi

pasien.

KONTRA INDIKASI

Proffit, White (1970), Caldwell (1976), Neuner (1976) dan Tuinzing

(1979) menyarankan syarat umur terendah pada perawatan bedah

orthognatik adalah 18 tahun.

ANALISA DAN DIAGNOSA

Untuk mencapai hasil perawatan yang maksimal maka harus

dipertimbangkan tiga komponen utama dari kompleks fasial yaitu dental,

skeletal dan jaringan lunak. Untuk mencapai hasil perawatan yang

maksimal analisis dilakukan secara masing-masing maupun dalam

hubungan antara ketiga komponen tsb.

A. ANALISA DENTAL :

Secara klinis dilakukan pemeriksaan gigi mengenai : Kerusakan dan

rencana perawatannya, jumlah gigi yang ada maupun yang impaksi,

keseimbangan bentuk dan ukuran gigi dengan lengkung. Apakah ukuran

gigi seimbang dengan lengkung. Kurva Spee diperlukan untuk kestabilan

hasil operasi dan fungsi TMJ yang normal. Analisa klinis ditunjang oleh

analisa ronsenologis.

B. ANALISA SKELETAL

Pemeriksaan klinis skeletal meliputi komponen-komponen tulang rahang

dan wajah termasuk rasio, simetri dan kesejajaran yang berimbang. Gejala

3

Page 4: Bedah Ortognatik

pada TMJ seringkali merupakan hal yang menonjol. Tetapi sebaliknya,

pembedahan dapat menimbulkan keluhan TMJ. Pemeriksaan

C. ANALISA JARINGAN LUNAK

Ukuran dan dimensi jaringan lunak sangat berhubungan dengan “rangka”

tulang di bawahnya. Tentukan profil wajah apakah konkaf , konveks atau

straight. Bibir akan berubah pada pembedahan rahang terutama rahang atas.

Hidung harus dianalisa mengenai kemiringannya, lebar basis ala serta

bentuk dorsum hidung serta kedalaman sudut nasolabialis. Ukuran lidah

penting untuk diketahui.

2. ANALISA MODEL

Model diperlukan untuk model studi dan simulasi bedah (mock surgery).

Simulasi bedah dilakukan dengan memindahkan perhitungan sefalometri

pada model untuk menilai interdigitasi maskimal.

PERAWATAN DENGAN “TEAM APPROACH”

Kebanyakan perawatan kelainan yang mengenai skeletal atau fasial ini

bukan hanya perawatan yang merubah relasi gigi melainkan juga relasi

rahang, bahkan relasi kranial. Tidak kalah pentingnya adalah perbaikan

terhadap kontur dan keadaan jaringan lunak fasial. Oleh karena itu

perawatan disgnati dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari SPESIALIS

ORTODONTI, BEDAH MULUT, PERIODONTI, PROSTODONTI DAN

PEDODONTI SERTA BEDAH PLASTIK DAN PSIKOLOG.

4

Page 5: Bedah Ortognatik

Seorang SpKGA sebaiknya memantau pertumbuhan dan

perkembangan dentoskeletal pasien bila didapatkan kebiasaan buruk yang

sulit dihilangkan.

Maloklusi yang terjadi pada disgnati dapat disertai kelainan

periodontal berupa periodontitis dengan resesi gusi maupun kegoyangan.

Keadaan ini harus diperbaiki dulu oleh seorang spesialis periodonti sebelum

perawatan ortodonti dimulai

Seringkali gigi yang akan dirawat secara ortodontik mengalami

kerusakan yang cukup parah dan harus diperbaiki secara prostodontik

dengan jacket/crown, terutama pada pasien-pasien celah bibir dan langit-

langit. Pasca bedah dan perawatan ortodonti biasanya akan didapatkan sisa

ruangan yang harus diisi oleh protesa.

Pasca bedah dapat terjadi perubahan-perubahan jaringan lunak yang

secara estetis kurang menguntungkan. Keadaan-keadaan ini dapat

diperbaiki melalui Bedah Plastik.

Apabila pasien merasa terganggu yang tidak sejalan dengan kadar

kelainan maka sebaiknya pasien tersebut ditangani psikolog dulu agar

keluhan dan keinginannya proporsionil.

Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada penderita pada usia

pertumbuhan adalah perawatan dengan alat alat-alat yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial misalnya : Headgear, Facial Mask

atau Dellaire, dan berbagai macam alat fungsional.

Pada kasus disgnati yang tidak ekstrim terutama pada orang dewasa,

perawatan ortodonti ditujukan tidak untuk memperbaiki harmoni rahang,

hanya relasi gigi yang diperbaiki sehingga penampilan wajah terlihat lebih

baik (camouflage).

5

Page 6: Bedah Ortognatik

Pada perawatan bedah ortognatik, hasil yang baik dapat dicapai bila

ahli ortodonti dan ahli bedah mulut bekerja sama.

Catatan medik memuat kesehatan umum dan gigi dan dilengkapi

dengan catatan medik ortodontik, model studi, panoramic dan foto lateral

sefalometri (jika diperlukan foto frontal) dan foto intra/ekstra oral

(Tuinzing, 1990; Bunyan, 1991).

Hasil analisa ini disimpulkan dalam hubungannya dengan sudut bidang

mandibula sebagai berikut (Tuinzing, 1998):

AA Mandibular prognatism Mandibular prognatism

BB Mandibular prognatism dengan openbite Mandibular prognatism dengan openbite

CC Mandibular retrognatism dengan sudut mandibula datar atau normal Mandibular retrognatism dengan sudut mandibula datar atau normal

DD Relative mandibular retrognatism Relative mandibular retrognatism

EE Absolut mandibular retrognatism dengan sudut mandibula curam Absolut mandibular retrognatism dengan sudut mandibula curam

(high mandibular plane/HMP)(high mandibular plane/HMP)

FF Laterognathic Laterognathic

KLASIFIKASI DAN RENCANA TERAPI BEDAH ORTHOGNATI

A. RELASI DENTOSKELETAL KELAS I/NETROPOSISI :

Keluhan pasien dapat berupa : masalah dental saja seperti : gigi besar,

dental open bite/deepbite dan tidak didapatkan masalah rahang yang berat

baik relasi maupun fungsi. Masalah psikologis dapat ada ataupun tidak.

Umumnya bukan indikasi kuat untuk perawatan bedah.

6

Page 7: Bedah Ortognatik

Jenis pembedahan dapat berupa anterior segmental osteotomi dan

genioplasti.

B. RELASI DENTOSKELETAL KELAS II/RETROGNATI :

Karena BO terutama mengoreksi kelainan skeletal maka terlebih dahulu

ditentukan kelainan skeletal yang ada, yaitu dalam relasi Antero-Posterior,

Supero-Inferior, Disgnati Medio – Lateral dan kombinasi antara ketiganya.

C. RELASI DENTOSKELETAL KELAS III/PROGNATI :

Sama seperti pada relasi dentoskeletal Kl II maka komponen kelainan

skeletal pada Kl. III dapat mengenai relasi Disgnati Antero-Posterior,

Disgnati Supero-Inferior, Disgnati Medio – Lateral serta kombinasi dari

ketiganya.

BEBERAPA TEHNIK BEDAH ORTHOGNATI :

1. Osteotomi maksila Le Fort I.

Pemotongan tulang maksila dilakukan untuk dapat menggeser maksila ke

ventral, superior dan inferior. Juga dapat dilakukan sedikit perputaran

sagital dan horizontal. Pergerakkan ke dorsal sulit tapi dapat dilakukan

tidak dimungkinkan.

2. Osteotomi segmental.

7

Page 8: Bedah Ortognatik

Diindikasikan pada kasus disgnati ringan atau hanya mengenai sebagian

rahang.

3. Osteotomi mandibula split sagital.

Tulang dibelah pada ramus secara sagital menjadi segmen lateral dimana

prosesus kondilus berada dan segmen medial dimana seluruh lengkung gigi

berada. Segmen medial ditarik ke ventral sesuai rencana dan difiksasi pada

tempatnya yang baru dengan sekrup.

4.Osteotomi ramus mandibula vertikal.

Tulang dipotong vertikal secara tuntas dari insisura mandibularis sampai

angulus mandibula. Segmen anterior didorong ke posterior sesuai hasil

analisa sehingga ramus menjadi 2 lempeng tulang yang berimpit. Fiksasi

dilakukan dengan intermaksilari dan skeletal.

5.Genioplasti/chinplasty.

Prosesus mentalis dipotong dan ukurannya dapat dikurangi , ditambah,

digeser ataupun diputar pada keadaan dagu asimetri atau deviasi.

8

Page 9: Bedah Ortognatik

KEPUSTAKAAN

1. Epker, B.N.,Fish, L.C. 1986 : Dentofacial deformities. Vol. II,The C.V.

Mosby C., St Louis.

2. Garliener, Daniel., 1976 : Myofunctional Therapy. W.B. Saunders Co.,

Philadelpphia

3. Henderson, Derek , 1985 : Orthognathic Surgery. Wolfe Medical

Publications Ltd., London.

4. Moyers, Robert E., 1988 : Handbook of Orthodontics. 4 th ed., Year

Book Medical Publishers Inc., Chicago, London.

5. Proffit, W.R., White Jr., R.P., 1991. Surgical Orthodontic Treatment.

The C.V. Mosby Co., St. Louis.

6. Sarver, David M., 1998. Esthetic Orthodontics and Orthognathic

Surgery. The C.V. Mosby Co., St. Louis.

7. Tuinzing,D.B., Greebe R.B., et.al. 1993 : Surgical Orthodontics. VU

University Press, Amsterdam.

BANDUNG, 16 AGUSTUS 2011

9

Page 10: Bedah Ortognatik

PREVIEW KULIAH BEDAH ORTHOGNATI DSP 9

10