bekisting
DESCRIPTION
bekisting acuan perancahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar B elakang Penulisan
Dewasa ini, industri konstruksi mengalami perkembangan yang sangat pesat
dengan berbagai jenis bahan sebagai struktur utamanya. Beton bertulang merupakan salah
satu di antara sejumlah jenis bahan yang digunakan sebagai pendukung utama suatu
bangunan.
Keberhasilan pekerjaan struktur beton dapat dicapai tergantung pada pekerjaan
konstruksi acuan dan perancah. Pekerjaan konstruksi acuan dan perancah sangat
mempengaruhi bentuk dan mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah
yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian bagi beton, antara lain: perubahan
dimensi/bentuk beton, hilangnya air semen yang menyebabkan beton menjadi keropos.
Sesuai dengan fungsinya sebagai konstruksi pembantu yang bersifat sementara,
maka pekerjaan konstruksi acuan dan perancah harus sesederhana mungkin, artinya
perkerjaan acuan dan perancah harus mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan
pada beton juga pada bahan konstruksi acuan dan perancah itu sendiri. Di samping itu,
setelah dilepasnya acuan dan perancah, haruslah menghasilkan ukuran, bentuk dan elevasi
seperti yang telah direncanakan.
Walaupun dalam pekerjaan acuan dan perancah menggunakan bahan dan alat yang
beraneka ragam dan sederhana, namun mempunyai tujuan akhir yang sama, yaitu ingin
menghasilkan bentuk dan mutu beton sesuai dengan yang telah direncanakan.
Acuan dan perancah merupakan suatu komponen dalam pengerjaan struktur beton
yang sangat penting. Acuan dan perancah (bekisting) berfungsi sebagai alat acuan yang di
dukung oleh alat perancah. Alat perancah seperti scafolding sering dipergunakan sebagai
alat pendukung yaitu untuk menopang cetakan plat lantai, balok, dll.
Acuan dan perancah merupakan komponen kunci dari industri konstruksi beton,
yang dengan sendirinya membentuk segmen penting dari keseluruhan pasar konstruksi.
Beton konstruksi digunakan dalam hampir setiap sektor termasuk transportasi, energi,
utilitas dan bangunan industri, komersial dan perumahan. Oleh karena itu, kami meninjau
pekerjaan konstruksi acuan dan perancah dalam sebuah proyek dan membuat laporan ini
untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dari konstruksi acuan dan
perancah dan mengidentifikasi cara menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
1 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan laporan acuan dan perancah ini agar mahasiswa dapat
menambah pengetahuannya mengenai acuan dan perancah dimulai dari dasar teori tentang
konstruksi acuan dan perancah, metode pelaksanaan konstruksi acuan dan perancah,
jumlah bahan yang digunakan,tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai time-schedule yang
telah ditetapkan.
1.3. Identifikasi Masalah
Permasalahan-permasalahan yang akan penulis bahas dalam laporan ini, di
antaranya:
1) Perhitungan struktur konstruksi acuan dan perancah
2) Gambar konstruksi acuan dan perancah
3) Metode pelaksanaan konstruksi acuan dan perancah
4) Perhitungan jumlah bahan
5) Tenaga kerja yang dibutuhkan
6) Jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi acuan dan perancah
1.4. Lokasi Peninjauan
Penulis melakukan peninjauan pekerjaan konstruksi acuan dan perancah pada
proyek pembangunan apartemen dan hotel La Grande Jalan Merdeka No. 31 dengan
kontraktor PT. Wika Realty.
1.5. Metoda Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan deskriptif yaitu metode
yang digunakan untuk membuat suatu karya tulis dengan cara mengumpulkan data dari
hasil praktek kerja, tinjauan lapangan serta mengambil data analisis untuk menunjang
penyusunan laporan.
2 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam laporan ini terbagi atas lima bab utama, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN yang berisi Latar Belakang Masalah, Maksud
dan Tujuan Penulisan, Identifikasi Masalah , Lokasi Peninjauan, Sistematika Penulisan.
BAB II PERMASALAHAN yang berisi, Acuan dan Perancah sloof, Acuan
dan Perancah Balok , Acuan dan Perancah Kolom, Acuan dan Perancah Pondasi.
BAB III PEMBAHASAN KONTRUKSI ACUAN DAN PERANCAH yang
berisi Pendahuluan, Perencanaan Pekerjaan Acuan dan Perancah, Tipe Konstruksi
Acuan dan Perancah Cor di Tempat (Cast In Site), Macam-macam Pekerjaan
Konstruksi Acuan dan Perancah, Pembongkaran , Syarat Acuan dan Perancah,
Pabrikasi Acuan dan Perancah, Pekerjaan acuan dan Perancah, Pekerjaan Pengukuran,
Pelaksanaan sistem konstruksi acuan dan perancah
BAB IV PENYELESAIAN MASALAH yang berisi perhitungan Acuan dan
Perancah Pondasi, Gambar Konstruksi Acuan dan Perancah, Metode Pelaksanaan
Konstruksi Acuan dan Perancah, Perhitungan Jumlah Bahan Konstruksi Acuan dan
Perancah, Tenaga Kerja yang Dibutuhkan, dan time-schedule.
BAB V PENUTUP yang berisi Kesimpulan dan Saran
3 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
BAB II
PERMASALAHAN
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan mal atau
cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki apabila betonnya
telah menjadi keras.
Acuan perancah pada pekerjaan beton merupakan konstruksi yang berperan terhadap
hasil akhir pekerjaan. Hal tersebut disebabkan apabila terjadi kegagalan pada perancangan
dan pengerjaannya dapat menyebabkan kurang baiknya penampilan penampang beton
setelah perancah dilepas atau bahkan kesalahan dalam perhitungan dan pemilihan jenis
perancah dapat menyebabkan akibat fatal berupa keruntuhan.
Kerusakan terhadap beton yang disebabkan kurang baiknya pekerjaan acuan dan
perancah, antara lain:
1. Ukuran tidak sesuai perencanaan
2. Acuan dan perancah yang tidak kokoh akan mengakibatkan beton berubsh bentuk
3. Acuan dan perancah yang kurang rapat (bocor) akan mengakibatkan beton menjadi
keropos
Bagian-bagian pada acuan adalah papan cetakan, dan pengaku cetakan, sedangkan
bagian-bagian pada perancah adalahtiang acuan, penyokong, dab baji. Scaffolding adalah
suatu bagian dari perancah yang berfungsi untuk menyangga acuan pelat atau acuan balok.
Scaffolding terdiri dari beberapa tiang baja yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan
ketinggiannya dapat disetel sesuai dengan konstruksi yang dirancang.
Walaupun acuan dan perancah merupakan pekerjaan konstruksi yang bersifat
sementara, namun mempunyai fungsi yang cukup penting dalam sebuah konstruksi
bangunan, antara lain:
1. Memberi bentuk kepada konstruksi beton
2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopan beton sebelum sampai dengan konstruksi cukup keras dan mampu
memikul berat sendiri maupun beban luar
4. Mencegah hilang nya air semen (air pencampur) pada saat pengecoran
5. Sebagai isolasi panas pada beton
4 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Karena pekerjaan acuan dan perancah sangat mempengaruhi mutu dan kekuatan
beton, maka ada beberapa hal penting yang haru diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
acuan dan perancah, yaitu:
1. Harus bebas dari kotoran
2. Adukan beton harus mudah dituangkan
3. Keamanan dalam pelaksanaan
4. Hasil akhir/finishing
2.1 Acuan dan Perancah Sloof
Acuan dan perancah ini digunakan untuk cetakan sloof, tapi semua itu tergantung
kepada apakah cetakan itu harus dilepaskan dalam satu bagian ataukah dinding-dinding
sisi cetakannya dilepaskan dan dasarnya tidak perlu menggunakan multiplek atau
papan karena sudah langsung ke tanah, sisi cetakan harus berimpit dengan dengan
papan dasar.
Dalam pembuatan acuan dan perancah sloof ini hal yang terpenting adalah
cetakan harus kokoh dan mudah dilepaskan.
2.2 Acuan dan Perancah Balok
Acuan dan perancah ini digunakan untuk cetakan balok, tapi semua itu tergantung
kepada apakah cetakan itu harus dilepaskan dalam satu bagian ataukah dinding-dinding
sisi cetakannya dilepaskan dan dasarnya dibiarkan dalam tempat sampai beton
menghasilkan cukup kuat, sisi cetakan harus berimpit dengan dengan papan dasar.
Acuan dan perancah balok dapat diperkuat dengan kawat pengikat, dengan
syarat-syarat :
1. Balok yang tingginya melebihi 60 cm harus diikat
2. Papan dasar mempunyai lebar/ukuran yang sama seperti ukuran balok yang
akan dibuat
3. Sisi cetakan harus berimit dengan papan dasar cetakan.
4. Pasak baji harus berimpit dengan papan balok.
5 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
5. Papan segitiga harus menekan pada balok pendukung/penyangga.
6. Papan-papan segitiga harus ditempatkan dan dipasang pada sudut-sudut
cetakan.
2.3 Acuan dan Perancah Kolom
Acuan dan perancah kolom persegi
Karena tingkat pengecoran di dalam kolom sangat tinggi serta tekana penuh
yuang bekerja pada cetakan akibat adukan beton bertambah sebanding dengan tingkat
ketetapan pengecoran, untuk itu suatu cetakan kolom harus benar-benar
diangker/dikakukan dengan kokoh, karena tekanan penuh lebih besar pada dasar
cetakan daripada diatasnya, pengaku harus dipasang lebih dekat satu sama lain pada
sadar cetakan daripada jarak-jarak pengaku diatasnya.
2.4 Acuan dan Perancah Pondasi
2.4.1 Acuan dan Perancah pondasi jalur
Acuan dan Perancah ini diletakan di dalam tanah dengan sudut gesek tanah yang
baik (bahan kuat) pondasi jalur ini dapat dibuat tanpa cetakan dibawah permukaan
tanah, penggaliannya dapat dikurangi sampai ukuran pondasi sebenarnnya. Untuk
mengamankan sudut-sudut parit, letakan selembar papan sepanjang kedua belah sisi.
2.4.2 Acuan dan Perancah Pondasi landasan/dermaga
Di dalam acuan dan perancah ini tanah harus juga digali, yang bertujuan untuk
membentuk cetakan pijakan/ kedudukan dari dinding beton, kalu tidak demikian
cetakan harus dibuat dengan keempat sisinya harus dibangun dan didirikan pada pelat-
pelat, dan semua batang-batang penguat harus pada tempatnya sebelum ikatan kawat
dipasang. Semua paku cetakan harus dimasukan/dipakukan dari luar, jika cetakan dapat
dikakukan/disekor, maka tidak dibutuhkan kawat pengikat.
2.5. Acuan Dan Perancah Tangga
Bekisting tangga mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari bekisting
lainnya. Secara umum, bekisting tangga menyerupai bekisting kolom balok dan bekisting
lantai. Tangga mempunyai lebar terbatas yang berarti memerlukan papan acuan samping di
6 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
sepanjang tangga itu sendiri. Tangga membentang miring menghubungkan lantai bawah ke
lantai atas, serta mempunyai bagian pendukung yang disebut ibu tangga atau boom dan
trap-trap yang disebut anak tangga atau trede. Semua itu membutuhkan acuan atau cetakan
yang memenuhi syarat. Jika direncanakan menggunakan bordes posisinya harus jelas,
misalnya elevasinya, terletak pada anak tangga yang ke berapa, panjangnya berapa dan
sebagainya.
Bagian-bagian bekisting tangga antara lain:
1. Papan acuan tangga tidak jauh berbeda dengan papan acuan balok maupun lantai.
2. Papan cauan samping tangga juga mirip dengan papan acuan samping pada balok.
Selain sebagai papan acuan samping untuk lantai tangga, juga berfungsi untuk papan
acuan samping anak tangga, maka lebarnya harus mencukupi.
3. Pengaku, penjepit, dan sekur acuan sama seperti pada bekisting balik.
4. Papan optrede berfungsi untuk membentuk anak tangga terutama bagian tegaknya.
Papan optrede terbuat dari papan 2/20 yang dipotong sesuai dengan lebar anak tangga
dan dibelah sesuai dengan ukuran optredenya. Papan optrede ini didukung oleh papan
acuan samping dan diperkuat dengan klos agar tidak bergeser dan lepas dari posisinya.
Ukuran optrede dan antrede sebelumnya telah direncanakan dan dapat dilukis pada
papan acuan samping dengan menggunakan waterpass dan penggaris, selanjutnya
papan optrede bisa dipasang mengikuti tanda yang ada.
5. Pengaku papan optrede merupakan balok kayu yang dipasang pada sepanjang tangga di
atas tengah-tengah papan optrede. Kegunaannya adalah untuk memperkaku papan
optrede agar tidak terjadi lendutan ke arah mendatar akibat tekanan samping beton
ataupun injakan oleh para pekerja. Selain itu, juga berguna untuk menyediakan tempat
pijakan bagi para pekerja.
6. Gelagar pada bekisting tangga banyak kesamaannya dengan bekisting lantai atau balok.
Yang berbeda adalah elevasinya, bahwa tangga mempunyai permukaan lantai yang
miring. Jadi penyetelannya disesuaikan dengan kemiringan tangga.
7. Tiang perancah dan sekur merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan,
karena perancah dapat berdiri dengan kuat dan kaku karena adanya sekur. Tiang
perancah dipotong sesuai dengan ketinggian setiap bagian lantai tangga dan dipasang
pada jarak tertentu. Untuk selanjutnya tentang pemasangan tiang perancah dan sekur
sama seperti pada bekisting balok maupun lantai.
7 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pendahuluan
Salah satu bagian dalam pekerjaan beton adalah pekerjaan acuan dan perancah
(Form work) atau umumnya disebut bekisting.
3.1.1 Definisi form work menurut (The Concrete Society, 1986):
Adalah suatu struktur/konstruksi yang pada umumnya adalah bersifat sementara,
tetapi ada yang bersifat permanen baik secara keseluruhan atau sebagian, digunakan
sebagai sarana pengecoran beton untuk mencetak beton sesuai bentuk dan ukuran yang
diperlukan dan mendukung beton tersebut hingga mengeras dan mampu mendukung beban
konstruksi.
Terdiri dari bagian utama yaitu panel cetakan yang dalam hal ini disebut acuan,
dan konstruksi pendukung/penyokong yang menahan panel cetakan yang disebut
perancah.
Pekerjaan acuan dan perancah jika tidak direncanakan dan dikerjakan dengan baik
dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap pekerjaan beton, Antara lain seperti
ambruknya konstruksi acuan perancah, ukuran dan bentuk beton tidak sesuai, mutu beton
turun/tidak sesuai dengan mutu rencana.
Selain itu efisiensi dari segi pemakaian material yang direalisasikan pada jumlah
pemakaian ulang (reuse) materialnya baik untuk cetakan maupun perancahnya akan sangat
penting dalam menakan biaya (ekonomis), di samping efektifitas pada pelaksanaannya.
3.1.2. Jenis Acuan dan Perancah
Menurut jenis cara pelaksanaan konstruksi, acuan dan perancah (formwork) dibagi atas :
1. Acuan dan perancah untuk dicor di tempat (formwork for in site pouring);
membutuhkan desain perencanaan yang tepat dan proses pelaksanaan yang benar
dan control yang baik.
2. Acuan dan perancah untuk beton pracetak/precast (formwork for precast concrete);
akurasi ukuran dan kualitas beton dapat dikontrol lebih mudah.
8 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
3. Acuan dan perancah permanen (permanent formwork); material acuan/cetakan
dapat merupakan bagian yang memperkuat dari struktur beton, contoh : halfslab
precast, plat spandek. Atau berfungsi sebagai kemudahan pelaksanaan dan dapat
sebagai pelindung, contoh : cetakan kolom bulat dari PVC/plastic, pasangan bata
(untuk pondasi), dan lain-lain.
3.2 Perencanaan Pekerjaan Acuan dan Perancah
Merencanakan konstruksi acuan dan perancah harus memenuhi kriteria dan syarat-
syarat yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh hasil pekerjaan beton
(structural) yang dibagi menjadi dua, yaitu :
Kualitas secara visual/tampak perrmukaan (kelurusan, ketegakan, elevasi,
kesesuaian bentuk, dimesi dan kehalusan atau kerataan permukaan)
Kualitas mutu beton setelah dicor (dituang) sampai dengan mengeras sesuai
dengan mutu beton rencana.
Maka kriteria dan syarta terpenting yang harus dipenuhi oleh Konstruksi Acuan dan
Perancah adalah :
1. Kontruksi harus kuat atau kokoh agar tidak ambruk.
2. Konstruksi harus kaku untuk menjadikan dimensi beton yang tepat dan rata (syarat
defleksi maksimum)
3. Konstruksi harus stabil (tidak bergoyang/bergetar) agar mutu beton dapat terjaga
selama masa curing time sampai dengan beton tersebut keras.
4. Mudah dikerjakan dan ekonomis (sesuai skala dan kondisi proyek).
5. Harus rapat pada cetakan agar tidak bocor air semen yang dapat merubah sifat dan
kekuatan beton.
6. Harus mudah dibongkar sehingga bahan acuan dan perancah dapat digunakan ulang
(reuse) secara optimal dan minim sampah (waste), di samping itu juga agar tidak
merusak permukaan dan mutu beton.
Acuan Perancah Jenis Cor di Tempat (Cast In Site)
Terkait dengan tuntutan akan hasil akhir serta nilai ekonomis dari pekerjaan acuan
dan perancah, maka hingga saat ini dapat dipilih, dari tiga system yang saat ini dipakai
di Indonesia yaitu : system konvensional, semi-modern, dan modern. System konstruksi
acuan dan perancah tersebut perbedaan utamanya adalah dari jenis material/komponen
9 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
acuan/cetakan dan perancah/konstruksi pendukung yang digunakan serta metode
konstruksinya.
System Konvensional
Bahan utama untuk acuan maupun perancah adalah kayu; papan dan
balok kayu (4/6 ; 5/7 ; 5/10 ), system perkuatan sepenuhnya
menggunakan paku.
Relative lebih sulit pengerjaan/pembongkaran, sehingga waktu
pengerjaan lama.
Perakitan dan pemasangan system manual set
Umumnya hanya untuk satu kali penggunaan (reuse rendah), dan waste
tinggi.
System Semi-modern
Bahan acuan papan lapis kualitas standar atau lapis khusus
(phenolic/melamine resin), untuk perancah balok kayu, steger steel prop,
main frame, girder, hory beam, dan lain-lain.
System perkuatan dengan menggunakan sekrup, tie form/tie rod dan
wale/sabuk pengikat, paku digunakan seperlunya.
Relative mudah pengerjaan dan pembongkaran, sehingga waktu cukup
efektif.
Perakitan dan pemasangan dapat dengan cara manual set dan atau crane
set.
Dapat digunakan berulang kali cukup banyak (reuse sedang).
System Modern
Bahan acuan papan lapis khusus (phenolic/melamine resin), metal
(besi/aluminium), atau plastic materials. Sedangkan untuk perancah
komponen perlengkapan produk paten fabrikasi, seperti : steel prop,
main frame, girder, hory beam, climbing, bracing system, dan lain-lain.
System perkuatan menggunakan tie form/tie rod dan wale/sabuk
pengikat, coupling, sekrup, serta mur baut, tanpa paku.
Mudah pemasangan dan pembongkaran, waktu dapat sangat efektif.
Dapat digunakan berulang kali lebih banyak daripada system semi-
modern (reuse tinggi).
Perakitan dan pemasangan umumnya dengan cara crane set.
10 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Umumnya menggunakan alat bantu angkat crane, serta system hydraulic.
Pertimbangan dalam pemilihan system acuan dan perancah serta metode jenis
system :
1. Jumlah penggunaan ulang
2. Target waktu (terkait Overall Cost)
3. Kualitas hasil akhir (terkait Overall Cost)
4. Kualitas hasil akhir (kerataan dan kehalusan)
5. Metode pelaksanaan (manual atau crane set)
6. Keamanan
Yang termasuk biaya Overall Cost
Biaya alat dan material
Upah pekerja
Biaya overheads
Biaya tidak terduga (contingency)
Penyimpanan dan perbaikan (jika ada)
3.3. Macam-macam Pekerjaan Konstruksi Acuan dan Perancah
3.4.1. Pondasi
Bagian-bagian utama bekisting pondasi, yaitu:
1. Papan acuan pondasi terdiri atas papan 2/20 yang disambung sampai mencapai ukuran
yang dikehendaki. Papan acuan pondasi ini hanya bagian kedua belah sisi. Kualitas
permukaan beton tidak begitu dituntut karena nantinya akan terurug oleh tanah,
walaupun demikian, kerapatan sambungan acuan tidak boleh diabaikan karena akan
berpengaruh terhadap jumlah air yang ada pada beton, yaitu hilangnya air pencampur
tersebut. Gaya yang bekerja merupakan tekanan ke samping dari beton yang baru
dituang dan berangsur-angsur akan berkurang dan pada suatu saat akan menjadi nol
sesuai dengan tingkat perkembangan ikatan dan pengerasan pada beton.
2. Patok berfungsi mendukung papan acuan agar tidak bergerak dan beerdiri kokoh pada
tempatnya. Patok ini terdiri atas bahan kaso 4/6, 5/7 atau dolken yang ditancapkan
masuk ke dalam tanah sampai kokoh kedudukannya.
11 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
3. Penggantung pada umumnya ada pada bekisting pondasi menerus, yaitu bagian ini
berupa gelagar dari papan 2/20 yang dipasang melintang di atas acuan untuk
menggantungkan acuan.
4. Penjepit berfungsi untuk menjepit acuan kolom. Bagian ini berupa papan 2/20 atau
kaso 4/6, 5/7 dipasang mengapit keempat sisi acuan. Dengan adanya penjepit ini
diharapkan acuan ujung bawah kolom dapat berdiri tegak dan tidak bergeser ke
samping.
Mengingat kedudukan pondasi berada di bawah permukaan tanah, sehingga penampilan
permukaan bukanlah merupakan suatu yang harus dicapai, yang penting adalah kepadatan
dari sisi pelaksanaan pengecoran. Dengan demikian, bahan acuan dan perancah bekas pada
pekerjaan lainnya yang masih layak pakai dapat dimanfaatkan untuk pembuatan acuan
pondasi. Sebagai alternative pekerjaan pembuatan acuan dan jika memungkinkan dapat
dilaksanakan dengan memanfaatkan permukaan tanah dan tanah galian sebagai acuan,
sehingga tidak perlu lagi bahan avuan dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan segera.
Selain itu, dapat juga acuan dengan pasangan batako berukuran 10 x 20 x 40 cm, disusun
miring dengan tebal pasangan ½ batu dan setelah beton mengeras pasangan batako tadi
tidak dilepas lagi. Untuk mewujudkan struktur pondasi sesuai dengan bentuk, kedudukan,
ketinggian yang diinginkan digunakan bahan sebagai berikut:
Bahan acuan dibuat dari papan 2/20 yang dipotong dan disambung sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
Bahan perancah dari bahan kayu berukuran kaso 4/6 atau 5/7, bahan ini juga dipotong
sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai bahan pengaku dapat digunakan papan atau kaso, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Bahan perangkai atau alat sambung dipakai paku 4 – 5 cm.
Bahan-bahan tersebut dipotong-potong dan sebagian dirangkai di tempat lain dan
kemudian pasang di tempat beton akan dibentuk.
Papan duga (stake out) adalah suatu acuan atau pedoman yang dibuat dan dipakai
untuk menentukan ukuran bangunan. Ukuran yang dimaksud adalah ukuran ke arah
mendatar misalnya jarak as pondasi/dinding, ke arah vertical misalnya kedalaman pondasi,
ketinggian lantai, ketinggian kuda-kuda dan sebagainya. Papan duga merupakan pekerjaan
pendahuluan sebelum bangunan dibuat dan keberadaannya hanya sementara, sehingga
setelah bangunan berdiri atau sudah tidak difungsikan lagi papan duga dibongkar.
12 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Papan duga dengan bangunan sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan
bekisting, namun untuk mendapat pondasi harus ada lebih dahulu papan duganya. Segala
ukuran pada pondasi diambil dari papan duga, misalnya as, kedalaman, lebar, panjang, dan
sebagainya. Papan duga berupa papan berukuran 2/20 yang dipasang pada posisi miring
dan horizontal. Didukung oleh pato-patok pada jarak tertentu mengelilingi rencana
bangunan yang akan dibuat. Tetapi dapat juga dibuat hanya pada tempat-tempat tertentu,
misalnya pada sudut bangunan dan jalur-jalur pondasi/dinding.
Syarat-syarat utama papan duga, antara lain:
1. Patok harus kokoh, tidak bergerak ke arah mendatar maupun tegak (masuk ke dalam
tanah).
2. Papan duga harus lurus dan horizontal, mempunyai ketinggian tertentu dari permukaan
tanah asli.
3. Berjarak 1 sampai dengan 2 m dari tepi galian pondasi.
4. Membentuk segi empat siku.
Ketinggian atau elevasi papan duga terhadap elevasi lantai (peil + 0,00 m) bisa di
atas misalnya + 25 cm, ataupun sama dengan ketinggian lantai. Mengingat begitu
pentingnya papan duga dalam penentuan ukuran bangunan, maka tidak boleh diganggu,
misalnya diduduki, ditimbun bahan bangunan dan sebagainya. Titik-titik penting pada arah
mendatar langsung diletakkan pada papan duga, as pondasi diukur dan diberi tanda berupa
segitiga dari cat berwarna mencolok (merah) atau diberi dua buah paku dipasang miring
dan dapat juga digergaji dengan kedalaman 1 mm. Benang as pondasi dapat ditarik dari
kedua papan duga yang berhadapan dan diberi pemberat menggantung bebas agar benang
tetap tegang. Benang pada as inilah yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan ukuran-
ukuran pondasi.
Bagian utama papan acuan, yaitu:
1. Patok yang digunakan kaso 4/6, 5/7 atau dolken berdiameter 8 – 10 cm, merupakan
pendukung papan-papan duganya agar bisa berada pada posisinya.
2. Papan yang digunakan 2/20, merupakan bagian titik penting arah horizontal diletakkan.
3. Penyokong atau sekur, adalah bagian papan duga untuk menyokong patok apabila
terlalu tinggi agar kokoh kedudukannya.
13 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
3.3.1.1. Pekerjaan Bekisting Pondasi Menerus
Dalam pondasi ini selain acuan pondasi itu sendiri juga dibuat acuan balok sloof
pada bagian atasnya. Pada bagian pendukung acuan diikatkan ke penggantung, sehingga
kedudukan acuan yang miring menjadi kuat. Selain itu, diperlukan sekur-sekur secukupnya
untuk memperkokoh acuan pondasi. Pada kedua ujung luar dan di luar galian dipasang
papan duga guna mendapatkan ukuran-ukuran pondasi baik ke arah mendatar maupun
vertical. Benang sangat berguna untuk mendapatkan kelurusan dan elevasi setiap bagian
acuan, maka benang hendaknya ditarik sampai mencapai ketegangan tertentu agar tidak
melendut. Selain itu, untuk mendapatkan ukuran lebar bagian atas yang kontinyu
diperlukan papan sebagai klam yang dipasang zig-zag di sisi atas acuan.
3.3.1.2. Pekerjaan Bekisting Pondasi Setempat
Pondasi setempat pada gedung akan selalu berhubungan dengan balok sloof yang
terletak dibagian bawah kolom berdekatan dengan telapak pondasi di bawah lantai, dan
biasanya sloof ditumpu langsung oleh pondasi menerus dari batu kali. Gambar di bawah ini
merupakan bekisting pondasi telapak yang terletak pada sudut bangunan.
3.3.1.3. Pekerjaan Bekisting Pondasi Setempat Pada Basement
Pondasi setempat ini adalah hampir sama dengan pondasi setempat yang telah
dibahas, yang membedakan adalah balok yang mengikat antara pondasi yang satu dengan
lainnya. Pada pondasi ini, balok pengikat menyatu dengan telapak pondasi dan tentunya
mempunyai kedalaman yang lebih di banding pondasi telapak biasa. Balok pengikat
berfungsi untuk mengikat antara pondasi yang satu dengan lainnya agar tidak terjadi
pergeseran, sedangkan pada pondasi biasa mendukung berat dinding yang ada di atasnya
dan menyalurkan ke pondasi. Gambar di bawah ini merupakan bekisting pondasi telapak
yang terletak pada sudut bangunan.
14 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
3.3.2. Kolom
Bagian-bagian bekisting kolom diantaranya adalah :
1. Acuan merupakan bagian bekisting yang berhubungan dan membentuk langsung
terhadap kolom beton yang dibuat. Papan acuan dipilhkan dari bahan yang cukup halus
dan rata. Untuk mendapatkan hubungan yang rapat, bahan acuan dipilih papan yang
lurus dan diserut. Papan-papan acuan dibelah dan dirangkai sesuai dengan bentuk
kolom yang akan dibuat, khusus untuk kolom yang berpenampang bulat dan bukan segi
empat perlu diperhatikan khusus terutama dalam menyediakan papan-papan
perangkainya.
2. Papan perangkai atau klam merupakan bagian bekisting yang berfungsi untuk untuk
merangkaikan papan-papan acuan. Papan perangkai dipasang pada jarak-jarak tertentu
melalui proses perhitungan, sehingga dengan jarak tersebut setelah mendapatkan
tekanan samping masih dalam kondisi layak.
3. Penguat atau pengaku tegak merupakan bagian bekisting yang menempel langsung
klem di sisi luar acuan. Pengaku tersebut dari kayu kaso 4/6 atau 5/7 dan dipilih bahan
yang lurus. Apabila bekisting membentuk kolom segi empat, maka setiap sisi dipasang
minimum 2 batang atau dengan jarak tertentu sesuai dengan perhitungan perencanaan.
Pengaku inilah yang akan memperkaku atau menambah kekuatan papan acuan secara
keseluruhan.
4. Penguat atau pengaku mendatar terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 yang terletak
diluar pengaku tegak. Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan kolom sekaligus
menopang tekanan samping beton, sehingga semua gaya-gaya yang disebabkan oleh
pengaruh pengecoran dapat dieliminasi dan tidak perlu sekur penyangga. Jika dipasang
sekur penyangga, hanya dipakai agar bekisting dapat berdiri dengan kokoh dan tegak.
Bahan pengaku dipotong sepanjang yang diperlukan, dipasang tepat pada klam papan
acuan dengan jarak-jarak tertentu di sekelilingnya, menempel langsung pada pengaku
tegak serta diperkuat dengan paku agar papan acuan tidak lepas dari kedudukannya dan
kuat mendukung gaya-gaya horizontal.
5. Sekur terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 yang dipasang pada bagian ujung atas dan
bawah bekisting kolom. Apabila kolom menggunakan bekisting tunggal dalam arti
tidak mengkombinasikan dengan bekisting balok maupun lantai, maka sekur perlu
dipasang. Tetapi, jika kolom dikombinasikan dengan bekisting balok dan laitai, maka
tidak perlu memasang sekur, karena antara bekisting kolom dan balok serta lanti
merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur-sekur perancah, sehingga cukup
15 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
memperkokoh kedudukan bekisting kolom. Pada ujung bagian bawah sekur dipasang
balok beton atau balok kayu yang sudah diperkokoh sebagai tumpuan sekur yang ada.
Dalam pelaksanaan pemasangan acuan selalu berkaitan dengan pekerjaan pembesian,
agar tidak saling terganggu, maka acuan yang akan dipasang dirangkai pada ketiga
sisinya (khusus acuan kolom segi empat), kemudian apabila pembesian kolom sudah
berdiri baru dipasang sisi satunya lagi.
Pada bagian dasar kolom yang pengecorannya dilaksanakan di lantai dua ke atas,
dipasang mal atau penentu (semacam proil) yang bertujuan untuk memudahkan
pemasangan papan acuan, menempatkan as kolom dan mencegah gaya geser.
Acuan kolom yang diabuat dengan ketinggian tertentu sangat sulit diambil jika ada
kotoran yang masuk kedalamnya, apalagi acuan mempunyai ukuran yang terbatas dan
banyak tulangan yang telah dirangkai. Bahan lain selain bahan beton merupakan bahan
asing, jika ikut serta dalam pencampuran dapat mengurangi kekuatan atau kalau
berhubungan dengan udara luar akan menjadi peratara yang dapat menghantarkan
pengaruh-pengaruh yang mempunyai sifat merusak besi beton, contohnya kayu. Oleh
karena itu benda-benda sepertin ini harus dihilangkan. Berdasarkan PBI 1971 halaman 48
disyaratkan bahwa pada cetakan kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan
perlengkapan - perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji,
potongan-potongan kawat pengikat dan lain-lain.
Suatu syarat yang harus dipenuhi dalam dalam pengecoran adalah bila bidang
kontak beton (acuan dalam) sudah bebas dai bahan-bahan yang tidak dibutuhkan, misalnya
adanya serbuk gergaji, potongan-potongan atau sisa kayu, dan adanya peralatan yang jatuh
ke dasr kolom. Keadaan seperti itu tidak boleh terjadi sampai saat pengecoran
dilaksanakan, maka untuk mengatasinya harus dibuat lubang sementara dibagian samping
dasr kolom, yang nantinya setelah bagian dasar kolom dibersihkan, lubang pembersih
tersebut ditutup kembali dan diperkuat. Lubang tersebut berukuran 15 x 15 cm yang dibuat
dengan digergaji dan harus dipersiapkan penutupnya. Pengecoran kolom, balok dan lantai
biasanya dilakukan secara terpisah dengan urutan pengecoran pertama adalah kolom,
setelah bekisiting kolom dibongkar dilakukan pengecoran kedua yaitu pengecoran balok
dan lantai yang menumpang di ujung kolom (sisi balok bagian bawah) secara bersamaan.
Dengan dilaksanakan pengecoran sacara bertahap terbeut berarti kolom dicor dua tahap
yang dapat memperpendek tinggi jatuh pengecoran. Pekerjaan bekisting kolom segi empat
merupakan bentuk kolom yang sering dilaksanakan karena mudah dalam pelaksanaan baik
pembuatan bekistingnya maupun pekerjaan finishingnya. Selain itu, ditinjau dari analisis
16 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
strukturnya juga lebih menguntungkan. Apabila penampang kolom bukan merupakan segi
empat, yang perlu mendapat perhatian adalah pada waktu penyetelan acuannya, bentuk
tersebut akan mempunyai posisi tersendiri. Papan acuan selain dari papan 2/20 dapat juga
dari kayu lapis 18 mm yang dipotong-potong sesuai kebutuhan.
Pekerjaan bekisting kolom segi delapan perlu diperhitungkan lebih dahulu lebar
setiap sisinya setelah diketahui diagonal terpanjangnya. Setiap bagian acuan dibelah miring
pada kedua sisi panjangnya menuju titik pusat (as) kolom dan diperhitungkan pula bahwa
beton yang akan dicetak berada di bagian dalam. Klam dibentuk dari papan 3/20 memuat 2
lembara acuan, dalam sekeliling acuan ada 4 bagian klam yang dibuat seemikian rupa,
sehingga setelah dirangkai akan membentuk bidang bujur sangkar bagian dalamnya terisi
oleh acuan kolom segi delapan. Hubungan antara klam dengan oapan acuan dipaku dari
arah dalam acuan minimum 2 buah pku. Untuk menyatukan klam yang ada dipakai papan
2/10 yang sudah dipotong pendek, dipasang di atas klam tegak lurus terhadap arah
sambungan. Sebagai pengaku digunakan kaso 4/6 atau 5/7 yang dipasang pada tepi klam
minimum 2 batang di sepanjang acuan kolom. Dari bentuk kolom berpenampang segi
delapan, maka dapat dikembangkan kolom berpenampang segi banyak beraturan lainnya.
Pekerjaan bekisting kolom lingkaran terdiri atas sususan papan tebal 2 cm dan lebar
3 cm yang disusun pada klam membentuk lingkaran. Klam ini sama halnya dengan acuan
kolom segi delapan yaitu dipotong-potong dan dibentuk lengkungannya. Bagian lengkung
membentuk busurseperempat lingkaran merupakan sisi luar acuan dan tumpuan papan-
papan tersebut serta dipaku dari arah dalam.
3.3.2.1. Balok
Bagian-bagian bakisting balok, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Papan acuan dan papan perangkai atau klam sama halnya dengan papan acuan kolom
dalam hal penyambungan maupun perangkaiannya, yang membedakan adalah
kedudukan dari acuan balok yang mendatar.
Papan acuan balok terdiri atas dua macam, yaitu;
Papan acuan samping mendapat gaya berupa tekanan samping dan diperlukan bahan
pengaku tambahan dan penyangga agar mampu berada di tempat kedudukannya.
Papan acuan bawah mendapat tekanan akibat berat sendiri beton balok, dan ditopang
oleh gelagar.
2. Gelagar adalah bagian pendukung langsung dari papan acuan bagian bawah yang dapat
dipakai dari bahan papan 2/20, balok 4/6, 5/7, 5/10, 6/12, 8/12, dan sebagainya. Untuk
17 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
balok yang tidak terlalu berat digunakan gelagar dari bahan papan 2/20 dengan batang
tiang pendukungnya, atau bias juga menggunakan gelagar berukuran balok dengan satu
tiang pendukung di tengahnya serta dilengkapi sekur gelagar dengan tiang pada kedua
bentangnya agar tidak miring (stabil).
3. Pengaku acuan dipasang pada sisi luar samping atas acuan balok agar acuan menjadi
lebih kaku. Pengaku ini dari bahan papan 2/20 atau kaso 4/5 dipasang sepanjang acuan
balok, dipaku secukupnya tetapi tidak tembus ke dalam acuan.
4. Penjepit berfungsi untuk menjaga agar acuan samping balok bagian bawah tidak
bergeser keluar akibat tekanan beton segar waktu pengecoran. Penjepit dipasang
sepanjang bagian luar bawah acuan samping kedua sisinya. Papan ini dipakai dari
bahan kaso atau papan 2/19, pada waktu memasangnya harus didorongkan ke dalam
agar mendesak acuan sehingga menjadi rapat. Penjepit dipakukan secukupnya pada
gelagar.
5. Sekur acuan berfungsi mempertahankan acuan samping agar tetap tegak walaupun
mendapat gaya tekanan dari dalam acuan. Bahan sekur ini menggunakan kaso atau
papan 2/20 dipasang miring menyokong bagian atas acuan balok dan bagian bawah
berhubungan dengan gelagar serta tiang kemudian diperkuat memakai paku.
6. Tiang perancah menggunakan bahan kaso atau dolken berdiameter 8 – 10 cm, jika
digunakan hanya satu tiang berarti balok beton yang ditopangnya tidak begitu berat,
sehingga tiang dipasang di tengah-tengah dan untuk menjaga kestabilannya dipakai dua
batang sekur yang dipakukan ke gelagar dan ketiangnya itu sendiri. Apabila digunakan
dua buah tiang, maka dipasang di bawah acuan balok pada bagian luar atau ujung
gelagar. Jika gelagar dari bahan berukuran balok, maka hubungan antara tiang dengan
gelagar memakai klam. Ini berarti tiang harus dipotong di bawah gelagar dan kedua
bagian tersebut harus mempunyai ukuran penampang yang sama untuk mendapatkan
smabungan yang kuat. Jika gelagar dari papan, maka hubungan antara gelagar dengan
tiang cukup dipaku dengan minimum memakai 2 buah paku, papan menempel pada
tiang yang berarti tiang perancah bias lebih tinggi lagi. Tiang yang lebih tinggi ini
dapat dimanfaatkan sebagai tumpuan sekur atau penyetop papan acuan balok, atau jika
balok dikombinasikan dengan acuan lantai, maka dapat dipakai juga sebagai tiang
perancah lantai.
7. Sekur tiang perancah akan memperkokoh kedudukan bekisting balok. Sekur ada dua,
yaitu sekur miring dan sekur horizontal. Sekur miring sangat penting dalam mencegah
goyangan-goyangan, dipasang menghubungkan beberapa tiang perancah. Jika
18 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
panjangnya tidak mencukupi, maka dipasang lagi dengan bahan yang baru disambung
dan sejajar dengan sekur miring yang telah ada. Sekur horizontal berfungsi untuk
menjaga agar tidak terjadi pergeseran horizontal antara tiang perancah yang satu
dengan yang lainnya. Bahan sekur biasanya dibuat dari bahan papan 2/20. bahan ini
dipilih karena mudah dipaku dan bias lebih dari satu paku. Dengan demikian, jika
menggunakan 2 buah paku yang mempunyai jarak yang cukup, maka akan lebih kokoh.
8. Papan alas perancah mencegah penurunan tiang ke dalam tanah, baik untuk balok yang
berukuran besar (berat) maupun kecil (ringan). Papan alas ini dibuat dari bahan papan
2/20.
3.3.3. Slab (plat lantai)
Bekisting lantai merupakan bekisting yang terdiri atas sebuah bidang yang rata dan
mendatar, yang didukung oleh tiang yang memadahi serta mempunyai kekuatan yang
cukup dalam mendukung beban yang ada pada saat pelaksanaan. Kekakuan bekisting ini
tidak boleh diabaikan karena beban pelaksanaan pengecoran sangat bervariasi, misalnya
terjadi penumpukan material beton segar yang dituangkan dari bucket maupun pompa
beton, sehingga terjadi konsentrasi pembebanan. Apabila bekisting tidak cukup kaku, maka
akan berakibat runtuhnya ke arah samping bekisting tersebut karena pada suatu titik
mengalami pembebanan yang melampaui kapasitas dan di lain tempat dengan beban yang
sangat minim atau bahkan tanpa ada beban.
Papan acuan lantai merupakan bagian bekisting yang mempunyai kontak langsung
dengan beton terutama pada sisi bawah lantai. Dengan adanya kontak langsung ini perlu
dipersiapkan secara khusus terhadap permukaan acuan agar didapat hasil akhir yang
memuaskan. Hasil akhir yang diharapkan merupakan cerminan dari permukaan acuan dan
akan tampak jelas dari ruangan di bawahnya. Apabila permukaan acuan kasar, maka hasil
akhir permukaan beton juga kasar. Permukaan yang demikian biasanya tidak di finishing
dan diperuntukkan pada ruangan yang ditutup plafon pada bagian atasnya, sehingga tidak
tampak lagi dari bawahnya. Untuk ruangan yang tidak ditutup plafon perlu disiapkan
bahan-bahan yang cukup rata dan halus, sehingga hasil akhir permukaan beton tidak perlu
difinishing atau walaupun difinishing tidak memerlukan penambahan pekerjaan yang
berarti. Finishing secara tradisional dengan memplester akan mengalami banyak kesulitan
karena selain posisinya yang tidak menguntungkan juga permukaan yang rata serta bahan
beton akan sedikit sulit untuk dilaksanakan.
Bagian-bagian bekisting lantai, diantaranya adalah sebagai berikut:
19 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
1. Acuan merupakan bahan yang langsung menentukan bentuk penampang dan kualitas
permukaan, dapat dipakai bahan sebagai berikut.
a. Papan
Bahan papan yang umum digunakan berukuran 2 x 20 x 400 cm dari jenis kayu
borneo yang banyak beredar di pasaran. Papan disusun memanjang bersilang
dengan gelagar, hubungan papan cukup diadu atau tanpa menggunakan sambungan.
Oleh karena itu, sisi yang berhubungan harus betul-betul menyambung atau rapat.
Untuk memperoleh kondisi demikian, maka sisi bagian tebal harus diserut/diketam
dan dipakukan di atas gelagar. Jika panjang papan tidak mencukupi pada seluruh
panjang bentang acuan, maka papan perlu disambung agar seluruh permukaan
tertutup oleh papan. Penyambungan papan harus tepat pada gelagar dan diletakkan
berselang-seling agar permukaan acuan menjadi kokoh dan tidak terjadi kebocoran.
b. Papan acuan dari kayu lapis
Kayu lapis atau plywood tebal dapat dipakai sebagai bahan acuan, jenis bahan ini
mempunyai ukuran 1,8 x 122 x 244 cm. Keuntungan menggunakan bahan ini
adalah dapat menghasilkan permukaan beton yang lebih halus, mudah dalam
pelaksanaannya karena tidak banyak terdapat sambungan, sehingga menghasilkan
bekisting yang stabil, dan dapat dipakai berulang-ulang. Jika ditinjau dari segi
harga bahan, maka penggunaan kayu lapis akan lebih mahal jika dibandingkan
dengan papan kayu. Perencanaan jarak gelagar harus disesuaikan dengan ukuran
kayu lapisnya, tidak dibenarkan setiap kali harus memotongnya guna mendapatkan
ukuran sesuai penempatan sambungan acuan di atas gelagar.
2. Gelagar bekisting merupakan pendukung langsung papan acuan yang dipasang dengan
jarak tertentu berdasarkan perhitungan dengan mempertimbangkan tebal papan acuan,
tebal lantai beeton, serta beban-beban saat pelaksanaan. Gelagar dapat terbuat dari
bahan papan 2/20 x 400 cm, yang dipakukan pada tiang perancah. Gelagar dari kayu
berukuran balok 4/6 x 400 cm ataupun 5/7 x 400 cm (dipilih kayu yang lurus). Bentuk
sambungannya memakai klam pada kedua sisinya dan diperlukan pemakaian paku.
Penyetelan gelagar dengan menggunakan selang plastik berisi air dan benang. Selang
plastik berguna untuk menentukan elevasi pedoman pada tepi acuan, sedangkan benang
digunakan untuk menentukan elevasi pada bagian tengah gelagar. Ketinggian sisi atas
dapat ditentukan dari tinggi lantai dikurangi tebal lantai dan tebal papan acuan.
3. Tiang perancah diapakai bahan kayu berpenampang bulat (dolken) berdiameter 8 – 10
cm atau kaso 4/6, 5/7, yang dipasang mendukung gelagar pada jarak tertentu.
20 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Pemotongan tiang perancah disesuaikan dengan ketinggian gelagar dan jangan sampai
ketinggian tiang perancah melebihi ketinggian gelagar yang nantinya akan
mengganggu papan acuan.
4. Sekur bekisting lantai memperkokoh kedudukan lantai agar tidak mengalami
pergeseran horizontal pada bagian atas bekisting. Macam-macam sekur yang
digunakan adalah sama dengan sekur bekisting balok. Hal yang perlu diperhatikan
adalah sekur miring yang harus dipasang menyilang atau tegak lurus terhadap arah
gelagar, agar didapat suatu system bekisting lantai yang kokoh dan merupakan satu
kesatuan.
5. Papan landasan dipasang pada dasar tiang perancah. Acuan lantai dituntut agar betul-
betul waterpass, maka sebagai tindakan awal untuk mencapai tujuan perlu diperbaiki
lebih dulu permukaan tanah dasarnya. Supaya tiang perancah tidak mengalami
penurunan yang disebabkan oleh kurang kuatnya daya dukung tanah dasar setelah
dibebani, maka bidang tekan alas tiang acuan diperluas agar didapat daya dukung yang
lebih besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasang papan landasan memanjang
pada seluruh deretan tiang perancah, yang sebelumnya tanah dasar telah diratakan
secukupnya.
3.4.4.Tangga
Bekisting tangga mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari bekisting
lainnya. Secara umum, bekisting tangga menyerupai bekisting kolom balok dan bekisting
lantai. Tangga mempunyai lebar terbatas yang berarti memerlukan papan acuan samping di
sepanjang tangga itu sendiri. Tangga membentang miring menghubungkan lantai bawah ke
lantai atas, serta mempunyai bagian pendukung yang disebut ibu tangga atau boom dan
trap-trap yang disebut anak tangga atau trede. Semua itu membutuhkan acuan atau cetakan
yang memenuhi syarat. Pada bagian lantai, pengaturan perancahnya seperti perancah
lantai, namun tiang perancah tangga mempunyai ukuran yang berbeda-beda dikarenakan
bentuk tangga yang miring. Apabila tangga didukung oleh lantai, maka cetakan samping
berfungsi sebagai acuan anak tangga, sehingga lebarnya harus diperhitungkan supaya
lebarnya bias mencukupi. Jika direncanakan menggunakan bordes posisinya harus jelas,
misalnya elevasinya, terletak pada anak tangga yang ke berapa, panjangnya berapa dan
sebagainya.
Bagian-bagian bekisting tangga antara lain:
8. Papan acuan tangga tidak jauh berbeda dengan papan acuan balok maupun lantai.
21 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
9. Papan cauan samping tangga juga mirip dengan papan acuan samping pada balok.
Selain sebagai papan acuan samping untuk lantai tangga, juga berfungsi untuk papan
acuan samping anak tangga, maka lebarnya harus mencukupi.
10. Pengaku, penjepit, dan sekur acuan sama seperti pada bekisting balik.
11. Papan optrede berfungsi untuk membentuk anak tangga terutama bagian tegaknya.
Papan optrede terbuat dari papan 2/20 yang dipotong sesuai dengan lebar anak tangga
dan dibelah sesuai dengan ukuran optredenya. Papan optrede ini didukung oleh papan
acuan samping dan diperkuat dengan klos agar tidak bergeser dan lepas dari posisinya.
Ukuran optrede dan antrede sebelumnya telah direncanakan dan dapat dilukis pada
papan acuan samping dengan menggunakan waterpass dan penggaris, selanjutnya
papan optrede bisa dipasang mengikuti tanda yang ada.
12. Pengaku papan optrede merupakan balok kayu yang dipasang pada sepanjang tangga di
atas tengah-tengah papan optrede. Kegunaannya adalah untuk memperkaku papan
optrede agar tidak terjadi lendutan ke arah mendatar akibat tekanan samping beton
ataupun injakan oleh para pekerja. Selain itu, juga berguna untuk menyediakan tempat
pijakan bagi para pekerja.
13. Gelagar pada bekisting tangga banyak kesamaannya dengan bekisting lantai atau balok.
Yang berbeda adalah elevasinya, bahwa tangga mempunyai permukaan lantai yang
miring. Jadi penyetelannya disesuaikan dengan kemiringan tangga.
14. Tiang perancah dan sekur merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan,
karena perancah dapat berdiri dengan kuat dan kaku karena adanya sekur. Tiang
perancah dipotong sesuai dengan ketinggian setiap bagian lantai tangga dan dipasang
pada jarak tertentu. Untuk selanjutnya tentang pemasangan tiang perancah dan sekur
sama seperti pada bekisting balok maupun lantai.
3.4. Pembongkaran
Pembongkaran merupakan pekerjaan akhir dari pekerjaan bekisting, kecerobohan
pada pembongkaran dapat berakibat fatal terhadap struktur beton yang baru saja
dihilangkan system pendukungnya. Pekerjaan bekisting bukan merupakan pekerjaan
struktur pada beton, namun jika dilaksanakan dengan sembarangan saat pembongkaran
akan berpengaruh terhadap hasil akhir bentuk beton maupun terhadap pembiayaan.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan, diantaranya sebagai berikut:
Bekisting dibongkar sebelum beton cukup umur. Hal ini akan berakibat runtuhnya
struktur beton dan terjadi kerusakan pada permukaan berupa bercak-bercak dan
22 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
terkelupas pada permukaan beton yang berhubungan dengan bekisting karena ikatan
antara material beton belum cukup kuat. Di lain pihak, masih adanya ikatan antara
beton dengan papan acuan.
Pelepasan sambungan dilakukan dengan paksa, misalnya pelepasan memakai palu
tanpa dilepas terlebih dahulu pakunya, sehingga dapat mengakibatkan bahan menjadi
rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
Pelepasan bagian-bagian bekisting tidak dilakukan secara berurutan yang sesuai
dengan tingkat keselamatan dan keamanan kerja. Hal ini dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.
Bahan bekas bekisting tidak segera dikumpulkan pada tempat tertentu, maka akibatnya
ruang kerja menjadi sempit.
Berdasarkan peraturan beton bertulang Indonesia tahun 1971, pada Bab 5.8 halaman 54 –
55 disebutkan antara lain sebagai berikut:
1. Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan
system cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya, maka bila
tidak ditentukan lain cetakan dan acuan baru boleh dibongkar setelah beton berumur 3
minggu. Apabila dalam hal ini ada jaminan bahwa setelah cetakan dan acuan dibongkar
beban yang bekerja pada bagian konstruksi itu tidak akan melampaui 50 % dari beban
rencana total, maka pembongkaran cetakan dan acuan itu dapat dilakukan setelah beton
berumur 3 minggu. Jika tidak ditentukan lain cetakan samping dari balok, kolom dan
dinding boleh dibongkar setelah 3 hari.
2. Pada bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan dan acuan akan bekerja
beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan atau akan terjadi keadaan
yang lebih berbahaya dari pada keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan dan acuan
dari bagian-bagian konstruksi itu boleh dibongkar selama pekerjaan tetap berlangsung.
Pembongkaran cetakan dan acuan dari konstruksi-konstruksi yang langsung akan
memikul praktis seluruh beban rencana, seperti pada atap-atap atau busur-busur harus
dilakukan dengan sangat hati-hati.
3. Cetaka-cetakan balok dpat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya
telah dibongkar ectakannya dan dari penglihatan ternyata baik pembetonannya.
Pekerjaan pembongkaran harus dipersiapkan sejak awal yaitu sambungan-
sambungan dibuat sederhana namun cukup kuat, sesuai dengan yang dipersyaratan dalam
pekerjaan bekisting. Selain itu, permukaan acuan yang berhubungan dengan beton
23 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
diperhalus dan dilapisi bahan-bahan seperti cat, oli, plastik. Penghematan dapat dilakukan
dengan jalan memakai ulang bahan-bahan yang masih layak, maka pekerjaan
pembongkaran snagat berperan. Membongkar bekisting asal roboh akan berakibat banyak
bahan menjadi rusak yang berarti akan menjadi limbah yang tak dapat dimanfaatkan dalam
pekerjaan yang sama.
Agar tujuan dapat tercapai, maka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Secara umum, bekisting harus dilepas setelah beton cukup umur mencapai 21 hari.
Kenyataan di lapangan umur 21 hari sulit untuk dipenuhi karena pelaksanaan terikat
oleh waktu kontrak. Untuk mengatasinya agar dapat dilepas sebelum waktunya
dilakukan dengan berbagai metode, misalnya dengan memasang penunjang pada jarak
tertentu pada sisi bawah beton (lantai). Acuan pada bagian samping dapat dilepas pada
umur kurang lebih 3 hari setelah pengecoran, sebab bagian ini tidak mendukung beban
setelah beton mengeras.
Pelepasan dimulai dari bagian sekur, kemudian dilanjutkan pada bagian yang lain
seperti perancah, gelagar, dan akhirnya papan acuan.
Untuk struktur balok dan lantai, pembongkaran dimulai dari tengah menuju ke tepi,
dengan maksud agar tidak terjadi penurunan atau defleksi mendadak karena berat
sendiri yang akhirnya dapat berakibat retaknya struktur tersebut.
3.5. Syarat Acuan dan Perancah
Kerusakan terhadap beton yang disebabkan kurang baiknya pekerjaan acuan dan perancah
antara lain:
1. Ukuran tidak sesuai dengan perencanan
2. Acuan dan perancah yang tidak kokoh (bergerak) berakibat beton berubah bentuk.
3. Acuan dan perancah yang kurang rapat (bocor) berakibat beton menjadi keropos.
Fungsi acuan dan perancah dalam sebuah konstruksi bangunan, antara lain:
1. Memberi bentuk kepada konstruksi beton
2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopang beton sebelum sampai dengan konstruksi cukup keras dan mampu memikul
berat sendiri maupun beban luar
4. Mencegah hilangnya air semen (air pencampur) pada saat pengecoran
5. Sebagai isolasi panas pada beton
24 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana, maka ada beberapa persyaratan
yang harus diperhatikan dalam pekerjaan acuan dan perancah, yaitu:
1. Harus cukup kuat menahan beban beton basah, berat pekerja, berat sendiri, dan
pengaruh kejut, kokoh/kaku.
2. Mudah dibongkar, sambungan harus rapat (tidak bocor).
3. Harus teliti dalam perencanaan.
4. Material/ bahan-bahan yang digunakan harus mudah dikerjakan
5. Ekonomis (waktu dan biaya)
3.6. Pabrikasi Acuan dan Perancah
Pabrikasi acuan dan perancah (bekisting) adalah pengolahan bahan-bahan yang
diperlukan nantinya dalam perakitan bekisting. Dalam hal ini, bahan utama dalam
pabrikasi bekisting adalah kayu triplek/ tripblok, phenolic film atau pelapis atau bekisting
yang terbuat dari baja.
Pekerjaan utama dalam pabrikasi bekisting adalah membuat cetakan yang harus
disesuaikan dengan tipe balok girder yang digunakan yaitu type I, Yang perlu diperhatikan
dalam pabrikasi bekisting ini adalah ukuran-ukuran yang harus disesuaikan dengan ukuran
balok girder dalam bentuk jadi, sehingga ukuran tebal selimut dapat disesuaikan dengan
rakitan pembesian yang telah ada. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan
bekisting ini adalah system sambungan yang mungkin dilakukan karena ada bentuk-bentuk
yang khusus seperti belokan, lingkaran, sudut dan lain-lain atau karena ada keterbatasan
jumlah bahan. Agar syarat-syarat sebuah bekisting dapat dicapai maka diperlukan
pengawasan terhadap pabrikasi bekisting dalam pengerjaannya. Pabrikasi bekisting sendiri
dilakukan tidak terlalu lama dengan pengerjaan rakitan untuk menjaga kekuatan material.
Penyimpanan bagian-bagian bekisting pun perlu diperhatikan agar pada suatu saat material
tersebut masih dapat digunakan untuk pekerjaan lainnya.
3.7. Pekerjaan acuan dan Perancah
Proses Pemilihan Sistem Konstruksi Acuan dan Perancah
1. Tipe acuan dan perancah
Dalam pelaksanaannya, acuan dan perancah diklasifikasikan menjadi dua kelompok
menurut penerapannya, yaitu:
a. Acuan dan perancah untuk dicor di tempat, terdiri dari:
25 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Tipe acuan dan perancah vertikal, dimana tekanan horizontal beton menjadi
faktor utama. Tipe ini digunakan untuk struktur dinding dan kolom dengan
ketebalan dinding antara 0,15 – 0,30 m dan tingginya antara 6,00 – 7,00 m.
Tipe acuan dan perancah horizontal, dimana tekanan beton tidak dominan.
Sebagai contoh pembetonan lantai, balok-balok dengan tinggi 50 cm, gelagar
jembatan, dan struktur kantilever.
Tipe acuan dan perancah yang spesial (khusus), misalnya untuk pembuatan
tangga dan terowongan.
b. Acuan untuk beton precast, artinya beton dibentuk di dalam acuan di salah satu
tempat, kemudian elemen-elemen beton tersebut diangkut ke tempat pelaksanaan
untuk dipasang (dirakit), dengan prinsip:
Cetakan mempunyai toleransi yang sangat akurat. Pada umumnya mempunyai
kekuatan yang tinggi dan defleksi yang sangat rendah.
Cetakan dimana tekanan terhadap bending dan defleksi menjadi faktor utama,
misalnya dinding tipis vertikal.
Dalam merencanakan konstruksi acuan dan perancah yang akan dipergunakan
untuk pekerjaan struktur, perlu dipertimbangkan pemilihan sistem konstruksi acuan
dan perancah yang sesuai dengan lingkup pekerjaan strukturnya tersebut.
2. Sistem konstruksi acuan dan perancah terdiri dari 3 jenis, yaitu:
a. Sistem Tradisional
Acuan dan perancah tipe ini biasanya dipergunakan untuk satu kali atau lebih,
dengan bentuk tidak beraturan atau tidak khusus. Bahan yang dipergunakan dapat
berupa bahan organis, bahan buatan atau gabungan keduanya. Depresiasi perancah
tipe ini sangat tinggi karena banyak volume bahan yang terbuang pada proses
pembuatannya serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak serta berpengalaman.
Pengabungan jenis bahan akan dapat mengurangi jumlah tenaga kerja serta tingkat
depresiasinya tinggi.
b. Semi Sistem
Tipe ini umumnya dirancang untuk suatu pekerjaan dengan ukuran-ukuran dan
untuk suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan, biasanya untuk satu kali atau
lebih penggunaan. Karena memungkinkan untuk digunakan berulang-ulang, maka
biaya investasi yang dipergunakan dan upah kerjanya tidak terlalu tinggi. Acuan
yang termasuk tipe seperti ini adalah cetakan untuk komponen pracetak.
26 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
b. Sistem Modern
Tipe ini merupakan perkembangan terakhir dari tipe tradisional dan tipe semi
sistem, tujuannya agar dapat digunakan untuk berbagai komponen, bentuk serta
perbedaan ukuran geometris bangunan. Biasanya sistem ini dilengkapi dengan
gambar kerja yang dapat dengan mudah dipasang oleh tingkat keterampilan
pekerja. Selain itu, perancah tipe ini dibuat untuk penanggulangan yang cukup
besar, sehingga bahan yang dipergunakan harus memiliki kualitas yang cukup
tinggi. Untuk meningkatkan kecepatan kerja, perancah ini dilengkapi dengan
berbagai alat bantu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Perancah ini
memerlukan investasi yang tinggi, tetapi hanya memerlukan tenaga kerja yang
sedikit.
27 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Diagram Alir Pemilihan Sistem Acuan dan Perancah
Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan untuk menentukan sistem acuan dan perancah
yang akan digunakan:
1. Desain Struktur Bangunan
Sebelum menentukan sistem yang akan dipakai dalam sebuah konstruksi acuan dan
perancah, terlebih dahulu harus diperhatikan desain struktur bangunan yang akan
dikerjakan. Untuk bangunan yang dirancang dengan banyak shear wall, maka sistem
yang dipergunakan harus mampu mempercepat pekerjaan shear wall, sehingga tidak
menghambat pekerjaan pelat dan balok didaerah shear wall tersebut. Penggunaan table
form/flying form sangat mungkin untuk desain bangunan dengan bentang balok yang
panjang atau flat slam.
2. Waktu Pelaksanaan
Pemilihan sistem dalam konstruksi acuan dan perancah juga sangat dipengaruhi oleh
jangka waktu yang tersedia. Dengan mengetahui jangka waktu yang tersedia untuk
28 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Konstruksi Acuan dan Perancah
yang Digunakan
WaktuWaktuWaktu
BiayaBiayaBiaya
Pemilihan TipeKekuatanKekuatan
Struktur Beton yang Direncanakan
Jenis konstruksi Acuan dan Perancah
Sistem ModernSemi SistemSistem Konvensional
menyelesaikan suatu proyek maka dapat ditentukan sistem yang akan dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengantisipasi cycle time yang singkat dari lantai ke
lantai perlu diperhatikan kemudahan dan kecepatan bongkar pasang sistem yang
digunakan.
3. Alat Angkat
Alat angkat yang tersedia dilapangan juga mempengaruhi dalam penentuan sistem yang
akan digunakan dalam konstrusi acuan dan perancah. Untuk sistem tradisional dan
setengah sistem dapat menggunakan tenaga manusia sebagai alat angkut, tetapi untuk
sistem modern harus tersedia alat angkut yang modern (mesin).
4. Metoda Pekerjaan Core Wall
Pekerjaan core wall dapat dilakukan seperti pekerjaan kolom (bersama lantai) atau
mendahului lantai (climbing ahead). Untuk metoda pekerjaan yang dilakukan
bersamaan dengan lantai, maka acuan dan perancah harus dipindahkan/disimpan dalam
waktu tahap pekerjaan form work pelat dan balok, sehingga diperhatikan kecepatan
pasangan. Ada dua sistem climbing yang digunakan, yaitu sistem climbing biasa
(perpindahannya menggunakan cranea) dan sistem climbing otomatis yang
perpindahannya menggunakan alat hidrolic (automatic climbing system atau jump
form).
5. Pertimbangan Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan akan menentukan type acuan dan perancah yang paling sesuai
dipergunakan. Jika pekerjaan mempunyai bentuk yang sangat rumit diperlukan
pekerjaan khusus sehingga type perancah sistem penuh tidak dapat dipergunakan.
Untuk perumahan masal dimana komponen struktur yang digunakan seragam, maka
type perancah setengah sistem sangat baik untu digunakan. Untuk bangunan tinggi,
dimana kebanyakan tinggi lantai dan komponen kebanyakan typical, perancah type
sistem penuh sangat ideal untuk digunakan, karena dapat dipergunakan berulang-ulang.
6. Pertimbangan Penguasaan Teknologi dan Ketersediaan Peralatan
Ketersediaan peralatan dan penguasaan teknologi di suatu lokasi dapat mempengaruhi
pertimbangan untuk pemilihan tipe acuan dan perancah yang akan dipergunakan.
Semakin tinggi teknologi yang dikuasai akan memberikan keleluasaan dalam
pemilihan jenis perancah yang akan dipergunakan. Penguasaan teknologi bahan akan
memungkinkan untuk menciptakan berbagai bentuk komponen struktur yang akan
diciptakan. Bahan-bahan buatan yang berbasis kimia memungkinkan untuk penguasaan
teknologi, secara otomatis akan mendorong kemampuan industri bangunan, ilmu teknik
29 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
sipil dan arsitektur. Ketersedian peralatan juga menentukan kepresisian komponen
yang akan dibuat, dimana akan sangat membantu bila menggunakan perancah sistem
penuh. Disamping hal tersebut diatas, penguasaan teknologi beton juga diperlukan
untuk penentuan dalam pemilihan tipe acuan dan perancah. Penggunaan bahan adhitive
dalam campuran beton dapat memperpendek waktu penggunaan perancah, sehingga
mengurangi biaya perancah.
7. Pertimbangan Ekonomi
Pertimbangan ekonomi merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menentukan
jenis acuan dan perancah, sebab sebagai konstruksi sementara maka harus dipilih
sistem yang paling efesien untuk suatu pekerjaan. Jika hanya dipergunakan satu kali,
maka mengakibatkan harga kostruksi bangunan menjadi sangat tinggi. Jenis komponen
bangunan akan menentukan pemilihan teknologi acuan dan perancah yang lebih
ekonomis, misalnya komponen tangga.
Pada komponen tangga biasanya bahan acuan dan perancah akan lebih ekonomis jika
dibandingkan dengan komponen lainnya. Untuk itu komponen tangga dari bahan
pracetak akan lebih ekonomis dibandingkan dengan pembuatan langsung ditempat.
Bahan perancah dari kayu akan mempunyai nilai ekonomis jika digunakan untuk
bangunan bertingkat rendah (volume pekerjaan relatip kecil) sehingga kemungkinan
pemakaian secara berulang-ulang sangat terbatas.
Biaya pekerjaan acuan dan perancah ditentukan oleh faktor ukuran komponen,
kekakuan komponen, performance komponen yang diharapkan, bentuk struktur, tinggi
bangunan, dan komponen.
Upaya untuk meredusi biaya pekerjaan ini dapat dilakukan dengan merencanakan
bentuk yang sederhana, typical, melakukan organisasi penggunaan dan proses
pengerjaan perancah yang teratur dengan baik.
Dari hasil penelitian untuk pengerjaan komponen beton dan beton bertulang pada suatu
bangunan memerlukan biaya diperkirakan 26 % - 40 % dari jumlah biaya konstruksi.
Jika dirinci lebih lanjut maka diperkirakan biaya masing-masing komponen bahan yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
Komponen acuan dan perancah = 25 % - 54 %
Komponen tulangan = 30 % - 50 %
Komponen campuran beton = 16 % - 25 %
Jika persyaratan kekakuan diperlukan, maka biaya pekerjaan acuan dan perancah akan
bertambah. Pertambahan persyaratan kekakuan yang diperoleh dari perbandingan besar
30 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
lendutan dan bentang rencana sebesar 0,001 akan menghasilkan pertambahan biaya
perancah sebesar 30 % dari harga nominalnya.
3.8. Pekerjaan Pengukuran
Secara garis besar pekerjaan pengukuran terbagi manjadi beberapa tahap, yaitu
diantaranya:
a. Menentukan letak pile cup dan sloof
Letak pile cup dan sloof ditentukan dari papan duga atau stake out, dimana papan duga
tersebut telah dibuat pada waktu menentukan titik as bangunan.
b. Menentukan letak kolom
Hal yang penting dalam pengukuran adalah titik perletakan kolom pada lokasi yang
telah ditentukan. Selain itu keakuratan dan ketegakkan suatu kolom sangat dituntut dan
tidak dapat diabaikan, sehingga memerlukan suatu ketelitian dan kecermatan dalam
pelaksanaannya. Untuk menentukan letak kolom pada lantai dasar (basement),
dilakukan setelah lantai tersebut dicor dan betonnya telah kering, dimana posisi kolom
berpatokan pada as bangunan dari papan duga, kemudian dicek dengan theodolith.
c. Pengukuran ketinggian balok
d. Pengukuran as balok
e. Menetukan ketinggian pelat lantai
3.9. Pelaksanaan Sistem Konstruksi Acuan dan Perancah
Untuk merealisasikan perencanaan konstruksi acuan dan perancah dengan sistem yang
dipilih, maka harus disusun suatu rencana kerja berdasarkan:
a. Kesinambungan kelompok kerja
Jumlah jam kerja untuk suatu pekerjaan akan ditentukan oleh banyaknya pekerjaan
yang harus dikerjakan dan oleh ketentuan waktu yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut.
Metoda yang semakin banyak digunakan untuk menentukan secara rasional jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan adalah metoda analitis. Namun hal ini memerlukan
pengetahuan khusus, antara lain:
Penganalisaan berbagai pekerjaan.
Penentuan waktu pekerjaan.
Penentuan frekuensi dari berbagai pekerjaan.
Penentuan banyaknya orang yang melaksanakan berbagai pekerjaan.
Penentuan tambahan upah atas waktu pekerjaan netto
31 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
b. Pemasangan yang minimal
Pemasangan konstruksi acuan dan perancah ditentukan oleh perbandingan masa
perputaran pembangunan kasar/satuan (cycle time). Masa perputaran konstruksi acuan
dan perancah adalah periode konstruksi acuan dan perancah tersebut sedang berisi
rangkaian jangka waktu untuk:
Menyetel konstruksi acuan dan perancah.
Memasang tulangan.
Pengecoran.
Masa pengecoran.
Pembongkaran sebagian atau seluruhnya.
Mengangkut
c. Jangka waktu pemasangan yang optimal, antara lain dipengaruhi oleh:
Kesinambungan kelompok-kelompok kerja secara optimal.
Pemasangan konstruksi acuan dan perancah yang minimal.
Penguasaan alat-alat angkut secara maksimal.
4.2. Gambar Konstruksi Acuan dan Perancah
32 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
Bekisting Sistem Plat
33 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
34 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
35 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
4.3. Metode Pelaksanaan Konstruksi Acuan dan Perancah
Sistem pelaksanaan pengecoran yang dilaksanakan adalah metode kaki
meja. Sistem kaki meja adalah system dimana kolom dan pelat lantai dicor secara
bersamaan. Jadi pekerjaan konstruksi acuan dan perancah untuk kolom dan pelat
lantai pun dibangun secara bersamaan.
Namun, pada system kaki meja pun ditemukan beberapa kendala. Salah
satunya adalah pada saat vertikalisasinya. Kesulitan ditemukan karena letak kolom
dan pelat lantai yang berhimpit sehingga sulit untuk vertikalisasinya. Kelebihan
system kaki meja ini adalah pekerjaan menjadi lebih cepat, dan waktu pun jadi
lebih efektif dan efisien.
36 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
37 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
38 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
39 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
40 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
41 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
4.4. Kebutuhan Bahan untuk Konstruksi Acuan dan Perancah
Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional,
maka direncanakanlah sistem bekisting plat yang terbuat dari plat baja
dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting plat ini memang biayanya jauh
lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting
ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya
sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan,
bekisting plat ini menjadi jauh lebih murah.
PT. Wika Realty memiliki 10 unit bekisting plat untuk kolom, dan satu set
bekisting plat untuk shear wall. Bahan untuk bekisting adalah plat baja dengan tebal 5 mm
yang difabrikasi di sekitar lokasi proyek itu sendiri.
Kebutuhan plat untuk 1 unit bekisting kolom 60x100 :
0,6 x 3,15 = 1,89 m2
1 x 3,15 = 3,15 m2
(1,89) 2 + (3,15)2 = 10,08 m2
42 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
4.5. Kebutuhan Pekerja untuk Konstruksi Acuan dan Perancah Kolom
1. Pembuatan acuan perancah 1 kolom ukuran 60x100 menghabiskan waktu 1,5 jam.
2. Waktu produktif pekerja membuat acuan dan perancah dalam 1 hari adalah 8 jam.
3. Satu hari bekerja (2 pekerja) dapat menyelesaikan ± 5 kolom
4. Satu kolom diselesaikan oleh 2 orang pekerja,jadi acuan dan perancah kolom waktu
yang di butuhkan untuk menyelesaikan.
Lantai 1-10 Hotel
13 kolom 19,5 jam = 2,44 ≈ 3 hari
Lantai 1-10 Apartemen
24 kolom 36 jam = 4,5 ≈ 5 hari
1 hari = 8 jam = 5 kolom
1 kolom = 2 pekerja
Untuk Hotel pekerjaan kolom harus selesai 3 hari jadi pekerja yang
dibutuhkan untuk menyelasaikan 13 kolom dalam 3 hari berjumlah
13 kolom5 kolom
× 2 pekerja=5,2≈ 6 pekerja
Untuk Apartemen pekerjaan kolom harus selesai 5 hari jadi pekerja yang
dibutuhkan untuk menyelasaikan 24 kolom dalam 5 hari berjumlah
24 kolom5kolom
×2 pekerja=9,6 ≈ 10 pekerja
Total pekerja untuk acuan dan perancah kolom hotel dan apartemen : 6+10=16
pekerja
Jadi, jumlah kebutuhan pekerja untuk lantai 1-10 hotel dan apartemen adalah 16
pekerja.
43 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
4.6. Jadwal Pekerjaan ( time-schedule ) Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah untuk kolom dapat dibongkar setelah 8 jam
pengecoran.
Acuan dan perancah untuk balok dapat dibongkar setelah 14 hari namun
masih membutuhkan support seperti scaffolding.
Menurut peninjauan di lapangan pada proyek Hotel dan Apartemen La
Grande, pekerjaan acuan perancah untuk kolom, balok, dan plat lantai dapat
mencapai 7 hari per lantai (floor-to-floor)
44 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perencanaan acuan dan perancah mrupakan salah satu bagian yang penting
untuk melaksanakan proses konstruksi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan
hasil beton yang sesuai dengan perencanaan. Namun pekerjaan ini memerlukan
biaya yang cukup besar tetapi dengan biaya tersebut kita dapat menentukan bahan-
bahan yang dibutuhkan secara ekonomis. Menurut penulis, pekerjaan konstruksi
acuan dan perancah dengan menggunakan sistem pelat lebih efisien dan efektif
daripada sistem konvensional. Selain itu dari hasil pengecoran yang didapatkan,
sistem pelat lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional.
5.2. Saran
Dalam pembuatan acuan dan perancah perlu diperhatikan pemilihan bahan
yang sesuai dengan perencanaan dan harus diperhatikan kerapatan dan kekuatan
dari acuan dan perancahnya. Selain itu, dalam pembuatan acuan dan perancah yang
terpenting harus kuat dan mudah untuk dibongkar
Kita juga harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan, agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
45 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h
LAMPIRAN
46 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h