bekisting

67
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar B elakang Penulisan Dewasa ini, industri konstruksi mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai jenis bahan sebagai struktur utamanya. Beton bertulang merupakan salah satu di antara sejumlah jenis bahan yang digunakan sebagai pendukung utama suatu bangunan. Keberhasilan pekerjaan struktur beton dapat dicapai tergantung pada pekerjaan konstruksi acuan dan perancah. Pekerjaan konstruksi acuan dan perancah sangat mempengaruhi bentuk dan mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian bagi beton, antara lain: perubahan dimensi/bentuk beton, hilangnya air semen yang menyebabkan beton menjadi keropos. Sesuai dengan fungsinya sebagai konstruksi pembantu yang bersifat sementara, maka pekerjaan konstruksi acuan dan perancah harus sesederhana mungkin, artinya perkerjaan acuan dan perancah harus mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan pada beton juga pada bahan konstruksi acuan dan perancah itu sendiri. Di samping itu, setelah dilepasnya acuan dan perancah, haruslah menghasilkan ukuran, bentuk dan elevasi seperti yang telah direncanakan. Walaupun dalam pekerjaan acuan dan perancah menggunakan bahan dan alat yang beraneka ragam dan sederhana, namun 1 | Laboratorium Konstruksi Acuan dan Perancah

Upload: augistanirvana

Post on 26-Dec-2015

172 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

bekisting acuan perancah

TRANSCRIPT

Page 1: BEKISTING

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar B elakang Penulisan

Dewasa ini, industri konstruksi mengalami perkembangan yang sangat pesat

dengan berbagai jenis bahan sebagai struktur utamanya. Beton bertulang merupakan salah

satu di antara sejumlah jenis bahan yang digunakan sebagai pendukung utama suatu

bangunan.

Keberhasilan pekerjaan struktur beton dapat dicapai tergantung pada pekerjaan

konstruksi acuan dan perancah. Pekerjaan konstruksi acuan dan perancah sangat

mempengaruhi bentuk dan mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah

yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian bagi beton, antara lain: perubahan

dimensi/bentuk beton, hilangnya air semen yang menyebabkan beton menjadi keropos.

Sesuai dengan fungsinya sebagai konstruksi pembantu yang bersifat sementara,

maka pekerjaan konstruksi acuan dan perancah harus sesederhana mungkin, artinya

perkerjaan acuan dan perancah harus mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan

pada beton juga pada bahan konstruksi acuan dan perancah itu sendiri. Di samping itu,

setelah dilepasnya acuan dan perancah, haruslah menghasilkan ukuran, bentuk dan elevasi

seperti yang telah direncanakan.

Walaupun dalam pekerjaan acuan dan perancah menggunakan bahan dan alat yang

beraneka ragam dan sederhana, namun mempunyai tujuan akhir yang sama, yaitu ingin

menghasilkan bentuk dan mutu beton sesuai dengan yang telah direncanakan.

Acuan dan perancah merupakan suatu komponen dalam pengerjaan struktur beton

yang sangat penting. Acuan dan perancah (bekisting) berfungsi sebagai alat acuan yang di

dukung oleh alat perancah. Alat perancah seperti scafolding sering dipergunakan sebagai

alat pendukung yaitu untuk menopang cetakan plat lantai, balok, dll.

Acuan dan perancah merupakan komponen kunci dari industri konstruksi beton,

yang dengan sendirinya membentuk segmen penting dari keseluruhan pasar konstruksi.

Beton konstruksi digunakan dalam hampir setiap sektor termasuk transportasi, energi,

utilitas dan bangunan industri, komersial dan perumahan. Oleh karena itu, kami meninjau

pekerjaan konstruksi acuan dan perancah dalam sebuah proyek dan membuat laporan ini

untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dari konstruksi acuan dan

perancah dan mengidentifikasi cara menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

1 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 2: BEKISTING

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan laporan acuan dan perancah ini agar mahasiswa dapat

menambah pengetahuannya mengenai acuan dan perancah dimulai dari dasar teori tentang

konstruksi acuan dan perancah, metode pelaksanaan konstruksi acuan dan perancah,

jumlah bahan yang digunakan,tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai time-schedule yang

telah ditetapkan.

1.3. Identifikasi Masalah

Permasalahan-permasalahan yang akan penulis bahas dalam laporan ini, di

antaranya:

1) Perhitungan struktur konstruksi acuan dan perancah

2) Gambar konstruksi acuan dan perancah

3) Metode pelaksanaan konstruksi acuan dan perancah

4) Perhitungan jumlah bahan

5) Tenaga kerja yang dibutuhkan

6) Jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi acuan dan perancah

1.4. Lokasi Peninjauan

Penulis melakukan peninjauan pekerjaan konstruksi acuan dan perancah pada

proyek pembangunan apartemen dan hotel La Grande Jalan Merdeka No. 31 dengan

kontraktor PT. Wika Realty.

1.5. Metoda Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan deskriptif yaitu metode

yang digunakan untuk membuat suatu karya tulis dengan cara mengumpulkan data dari

hasil praktek kerja, tinjauan lapangan serta mengambil data analisis untuk menunjang

penyusunan laporan.

2 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 3: BEKISTING

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini terbagi atas lima bab utama, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN yang berisi Latar Belakang Masalah, Maksud

dan Tujuan Penulisan, Identifikasi Masalah , Lokasi Peninjauan, Sistematika Penulisan.

BAB II PERMASALAHAN yang berisi, Acuan dan Perancah sloof, Acuan

dan Perancah Balok , Acuan dan Perancah Kolom, Acuan dan Perancah Pondasi.

BAB III PEMBAHASAN KONTRUKSI ACUAN DAN PERANCAH yang

berisi Pendahuluan, Perencanaan Pekerjaan Acuan dan Perancah, Tipe Konstruksi

Acuan dan Perancah Cor di Tempat (Cast In Site), Macam-macam Pekerjaan

Konstruksi Acuan dan Perancah, Pembongkaran , Syarat Acuan dan Perancah,

Pabrikasi Acuan dan Perancah, Pekerjaan acuan dan Perancah, Pekerjaan Pengukuran,

Pelaksanaan sistem konstruksi acuan dan perancah

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH yang berisi perhitungan Acuan dan

Perancah Pondasi, Gambar Konstruksi Acuan dan Perancah, Metode Pelaksanaan

Konstruksi Acuan dan Perancah, Perhitungan Jumlah Bahan Konstruksi Acuan dan

Perancah, Tenaga Kerja yang Dibutuhkan, dan time-schedule.

BAB V PENUTUP yang berisi Kesimpulan dan Saran

3 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 4: BEKISTING

BAB II

PERMASALAHAN

Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan mal atau

cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki apabila betonnya

telah menjadi keras.

Acuan perancah pada pekerjaan beton merupakan konstruksi yang berperan terhadap

hasil akhir pekerjaan. Hal tersebut disebabkan apabila terjadi kegagalan pada perancangan

dan pengerjaannya dapat menyebabkan kurang baiknya penampilan penampang beton

setelah perancah dilepas atau bahkan kesalahan dalam perhitungan dan pemilihan jenis

perancah dapat menyebabkan akibat fatal berupa keruntuhan.

Kerusakan terhadap beton yang disebabkan kurang baiknya pekerjaan acuan dan

perancah, antara lain:

1. Ukuran tidak sesuai perencanaan

2. Acuan dan perancah yang tidak kokoh akan mengakibatkan beton berubsh bentuk

3. Acuan dan perancah yang kurang rapat (bocor) akan mengakibatkan beton menjadi

keropos

Bagian-bagian pada acuan adalah papan cetakan, dan pengaku cetakan, sedangkan

bagian-bagian pada perancah adalahtiang acuan, penyokong, dab baji. Scaffolding adalah

suatu bagian dari perancah yang berfungsi untuk menyangga acuan pelat atau acuan balok.

Scaffolding terdiri dari beberapa tiang baja yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan

ketinggiannya dapat disetel sesuai dengan konstruksi yang dirancang.

Walaupun acuan dan perancah merupakan pekerjaan konstruksi yang bersifat

sementara, namun mempunyai fungsi yang cukup penting dalam sebuah konstruksi

bangunan, antara lain:

1. Memberi bentuk kepada konstruksi beton

2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan

3. Menopan beton sebelum sampai dengan konstruksi cukup keras dan mampu

memikul berat sendiri maupun beban luar

4. Mencegah hilang nya air semen (air pencampur) pada saat pengecoran

5. Sebagai isolasi panas pada beton

4 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 5: BEKISTING

Karena pekerjaan acuan dan perancah sangat mempengaruhi mutu dan kekuatan

beton, maka ada beberapa hal penting yang haru diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan

acuan dan perancah, yaitu:

1. Harus bebas dari kotoran

2. Adukan beton harus mudah dituangkan

3. Keamanan dalam pelaksanaan

4. Hasil akhir/finishing

2.1 Acuan dan Perancah Sloof

Acuan dan perancah ini digunakan untuk cetakan sloof, tapi semua itu tergantung

kepada apakah cetakan itu harus dilepaskan dalam satu bagian ataukah dinding-dinding

sisi cetakannya dilepaskan dan dasarnya tidak perlu menggunakan multiplek atau

papan karena sudah langsung ke tanah, sisi cetakan harus berimpit dengan dengan

papan dasar.

Dalam pembuatan acuan dan perancah sloof ini hal yang terpenting adalah

cetakan harus kokoh dan mudah dilepaskan.

2.2 Acuan dan Perancah Balok

Acuan dan perancah ini digunakan untuk cetakan balok, tapi semua itu tergantung

kepada apakah cetakan itu harus dilepaskan dalam satu bagian ataukah dinding-dinding

sisi cetakannya dilepaskan dan dasarnya dibiarkan dalam tempat sampai beton

menghasilkan cukup kuat, sisi cetakan harus berimpit dengan dengan papan dasar.

Acuan dan perancah balok dapat diperkuat dengan kawat pengikat, dengan

syarat-syarat :

1. Balok yang tingginya melebihi 60 cm harus diikat

2. Papan dasar mempunyai lebar/ukuran yang sama seperti ukuran balok yang

akan dibuat

3. Sisi cetakan harus berimit dengan papan dasar cetakan.

4. Pasak baji harus berimpit dengan papan balok.

5 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 6: BEKISTING

5. Papan segitiga harus menekan pada balok pendukung/penyangga.

6. Papan-papan segitiga harus ditempatkan dan dipasang pada sudut-sudut

cetakan.

2.3 Acuan dan Perancah Kolom

Acuan dan perancah kolom persegi

Karena tingkat pengecoran di dalam kolom sangat tinggi serta tekana penuh

yuang bekerja pada cetakan akibat adukan beton bertambah sebanding dengan tingkat

ketetapan pengecoran, untuk itu suatu cetakan kolom harus benar-benar

diangker/dikakukan dengan kokoh, karena tekanan penuh lebih besar pada dasar

cetakan daripada diatasnya, pengaku harus dipasang lebih dekat satu sama lain pada

sadar cetakan daripada jarak-jarak pengaku diatasnya.

2.4 Acuan dan Perancah Pondasi

2.4.1 Acuan dan Perancah pondasi jalur

Acuan dan Perancah ini diletakan di dalam tanah dengan sudut gesek tanah yang

baik (bahan kuat) pondasi jalur ini dapat dibuat tanpa cetakan dibawah permukaan

tanah, penggaliannya dapat dikurangi sampai ukuran pondasi sebenarnnya. Untuk

mengamankan sudut-sudut parit, letakan selembar papan sepanjang kedua belah sisi.

2.4.2 Acuan dan Perancah Pondasi landasan/dermaga

Di dalam acuan dan perancah ini tanah harus juga digali, yang bertujuan untuk

membentuk cetakan pijakan/ kedudukan dari dinding beton, kalu tidak demikian

cetakan harus dibuat dengan keempat sisinya harus dibangun dan didirikan pada pelat-

pelat, dan semua batang-batang penguat harus pada tempatnya sebelum ikatan kawat

dipasang. Semua paku cetakan harus dimasukan/dipakukan dari luar, jika cetakan dapat

dikakukan/disekor, maka tidak dibutuhkan kawat pengikat.

2.5. Acuan Dan Perancah Tangga

Bekisting tangga mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari bekisting

lainnya. Secara umum, bekisting tangga menyerupai bekisting kolom balok dan bekisting

lantai. Tangga mempunyai lebar terbatas yang berarti memerlukan papan acuan samping di

6 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 7: BEKISTING

sepanjang tangga itu sendiri. Tangga membentang miring menghubungkan lantai bawah ke

lantai atas, serta mempunyai bagian pendukung yang disebut ibu tangga atau boom dan

trap-trap yang disebut anak tangga atau trede. Semua itu membutuhkan acuan atau cetakan

yang memenuhi syarat. Jika direncanakan menggunakan bordes posisinya harus jelas,

misalnya elevasinya, terletak pada anak tangga yang ke berapa, panjangnya berapa dan

sebagainya.

Bagian-bagian bekisting tangga antara lain:

1. Papan acuan tangga tidak jauh berbeda dengan papan acuan balok maupun lantai.

2. Papan cauan samping tangga juga mirip dengan papan acuan samping pada balok.

Selain sebagai papan acuan samping untuk lantai tangga, juga berfungsi untuk papan

acuan samping anak tangga, maka lebarnya harus mencukupi.

3. Pengaku, penjepit, dan sekur acuan sama seperti pada bekisting balik.

4. Papan optrede berfungsi untuk membentuk anak tangga terutama bagian tegaknya.

Papan optrede terbuat dari papan 2/20 yang dipotong sesuai dengan lebar anak tangga

dan dibelah sesuai dengan ukuran optredenya. Papan optrede ini didukung oleh papan

acuan samping dan diperkuat dengan klos agar tidak bergeser dan lepas dari posisinya.

Ukuran optrede dan antrede sebelumnya telah direncanakan dan dapat dilukis pada

papan acuan samping dengan menggunakan waterpass dan penggaris, selanjutnya

papan optrede bisa dipasang mengikuti tanda yang ada.

5. Pengaku papan optrede merupakan balok kayu yang dipasang pada sepanjang tangga di

atas tengah-tengah papan optrede. Kegunaannya adalah untuk memperkaku papan

optrede agar tidak terjadi lendutan ke arah mendatar akibat tekanan samping beton

ataupun injakan oleh para pekerja. Selain itu, juga berguna untuk menyediakan tempat

pijakan bagi para pekerja.

6. Gelagar pada bekisting tangga banyak kesamaannya dengan bekisting lantai atau balok.

Yang berbeda adalah elevasinya, bahwa tangga mempunyai permukaan lantai yang

miring. Jadi penyetelannya disesuaikan dengan kemiringan tangga.

7. Tiang perancah dan sekur merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan,

karena perancah dapat berdiri dengan kuat dan kaku karena adanya sekur. Tiang

perancah dipotong sesuai dengan ketinggian setiap bagian lantai tangga dan dipasang

pada jarak tertentu. Untuk selanjutnya tentang pemasangan tiang perancah dan sekur

sama seperti pada bekisting balok maupun lantai.

7 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 8: BEKISTING

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pendahuluan

Salah satu bagian dalam pekerjaan beton adalah pekerjaan acuan dan perancah

(Form work) atau umumnya disebut bekisting.

3.1.1 Definisi form work menurut (The Concrete Society, 1986):

Adalah suatu struktur/konstruksi yang pada umumnya adalah bersifat sementara,

tetapi ada yang bersifat permanen baik secara keseluruhan atau sebagian, digunakan

sebagai sarana pengecoran beton untuk mencetak beton sesuai bentuk dan ukuran yang

diperlukan dan mendukung beton tersebut hingga mengeras dan mampu mendukung beban

konstruksi.

Terdiri dari bagian utama yaitu panel cetakan yang dalam hal ini disebut acuan,

dan konstruksi pendukung/penyokong yang menahan panel cetakan yang disebut

perancah.

Pekerjaan acuan dan perancah jika tidak direncanakan dan dikerjakan dengan baik

dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap pekerjaan beton, Antara lain seperti

ambruknya konstruksi acuan perancah, ukuran dan bentuk beton tidak sesuai, mutu beton

turun/tidak sesuai dengan mutu rencana.

Selain itu efisiensi dari segi pemakaian material yang direalisasikan pada jumlah

pemakaian ulang (reuse) materialnya baik untuk cetakan maupun perancahnya akan sangat

penting dalam menakan biaya (ekonomis), di samping efektifitas pada pelaksanaannya.

3.1.2. Jenis Acuan dan Perancah

Menurut jenis cara pelaksanaan konstruksi, acuan dan perancah (formwork) dibagi atas :

1. Acuan dan perancah untuk dicor di tempat (formwork for in site pouring);

membutuhkan desain perencanaan yang tepat dan proses pelaksanaan yang benar

dan control yang baik.

2. Acuan dan perancah untuk beton pracetak/precast (formwork for precast concrete);

akurasi ukuran dan kualitas beton dapat dikontrol lebih mudah.

8 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 9: BEKISTING

3. Acuan dan perancah permanen (permanent formwork); material acuan/cetakan

dapat merupakan bagian yang memperkuat dari struktur beton, contoh : halfslab

precast, plat spandek. Atau berfungsi sebagai kemudahan pelaksanaan dan dapat

sebagai pelindung, contoh : cetakan kolom bulat dari PVC/plastic, pasangan bata

(untuk pondasi), dan lain-lain.

3.2 Perencanaan Pekerjaan Acuan dan Perancah

Merencanakan konstruksi acuan dan perancah harus memenuhi kriteria dan syarat-

syarat yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh hasil pekerjaan beton

(structural) yang dibagi menjadi dua, yaitu :

Kualitas secara visual/tampak perrmukaan (kelurusan, ketegakan, elevasi,

kesesuaian bentuk, dimesi dan kehalusan atau kerataan permukaan)

Kualitas mutu beton setelah dicor (dituang) sampai dengan mengeras sesuai

dengan mutu beton rencana.

Maka kriteria dan syarta terpenting yang harus dipenuhi oleh Konstruksi Acuan dan

Perancah adalah :

1. Kontruksi harus kuat atau kokoh agar tidak ambruk.

2. Konstruksi harus kaku untuk menjadikan dimensi beton yang tepat dan rata (syarat

defleksi maksimum)

3. Konstruksi harus stabil (tidak bergoyang/bergetar) agar mutu beton dapat terjaga

selama masa curing time sampai dengan beton tersebut keras.

4. Mudah dikerjakan dan ekonomis (sesuai skala dan kondisi proyek).

5. Harus rapat pada cetakan agar tidak bocor air semen yang dapat merubah sifat dan

kekuatan beton.

6. Harus mudah dibongkar sehingga bahan acuan dan perancah dapat digunakan ulang

(reuse) secara optimal dan minim sampah (waste), di samping itu juga agar tidak

merusak permukaan dan mutu beton.

Acuan Perancah Jenis Cor di Tempat (Cast In Site)

Terkait dengan tuntutan akan hasil akhir serta nilai ekonomis dari pekerjaan acuan

dan perancah, maka hingga saat ini dapat dipilih, dari tiga system yang saat ini dipakai

di Indonesia yaitu : system konvensional, semi-modern, dan modern. System konstruksi

acuan dan perancah tersebut perbedaan utamanya adalah dari jenis material/komponen

9 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 10: BEKISTING

acuan/cetakan dan perancah/konstruksi pendukung yang digunakan serta metode

konstruksinya.

System Konvensional

Bahan utama untuk acuan maupun perancah adalah kayu; papan dan

balok kayu (4/6 ; 5/7 ; 5/10 ), system perkuatan sepenuhnya

menggunakan paku.

Relative lebih sulit pengerjaan/pembongkaran, sehingga waktu

pengerjaan lama.

Perakitan dan pemasangan system manual set

Umumnya hanya untuk satu kali penggunaan (reuse rendah), dan waste

tinggi.

System Semi-modern

Bahan acuan papan lapis kualitas standar atau lapis khusus

(phenolic/melamine resin), untuk perancah balok kayu, steger steel prop,

main frame, girder, hory beam, dan lain-lain.

System perkuatan dengan menggunakan sekrup, tie form/tie rod dan

wale/sabuk pengikat, paku digunakan seperlunya.

Relative mudah pengerjaan dan pembongkaran, sehingga waktu cukup

efektif.

Perakitan dan pemasangan dapat dengan cara manual set dan atau crane

set.

Dapat digunakan berulang kali cukup banyak (reuse sedang).

System Modern

Bahan acuan papan lapis khusus (phenolic/melamine resin), metal

(besi/aluminium), atau plastic materials. Sedangkan untuk perancah

komponen perlengkapan produk paten fabrikasi, seperti : steel prop,

main frame, girder, hory beam, climbing, bracing system, dan lain-lain.

System perkuatan menggunakan tie form/tie rod dan wale/sabuk

pengikat, coupling, sekrup, serta mur baut, tanpa paku.

Mudah pemasangan dan pembongkaran, waktu dapat sangat efektif.

Dapat digunakan berulang kali lebih banyak daripada system semi-

modern (reuse tinggi).

Perakitan dan pemasangan umumnya dengan cara crane set.

10 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 11: BEKISTING

Umumnya menggunakan alat bantu angkat crane, serta system hydraulic.

Pertimbangan dalam pemilihan system acuan dan perancah serta metode jenis

system :

1. Jumlah penggunaan ulang

2. Target waktu (terkait Overall Cost)

3. Kualitas hasil akhir (terkait Overall Cost)

4. Kualitas hasil akhir (kerataan dan kehalusan)

5. Metode pelaksanaan (manual atau crane set)

6. Keamanan

Yang termasuk biaya Overall Cost

Biaya alat dan material

Upah pekerja

Biaya overheads

Biaya tidak terduga (contingency)

Penyimpanan dan perbaikan (jika ada)

3.3. Macam-macam Pekerjaan Konstruksi Acuan dan Perancah

3.4.1. Pondasi

Bagian-bagian utama bekisting pondasi, yaitu:

1. Papan acuan pondasi terdiri atas papan 2/20 yang disambung sampai mencapai ukuran

yang dikehendaki. Papan acuan pondasi ini hanya bagian kedua belah sisi. Kualitas

permukaan beton tidak begitu dituntut karena nantinya akan terurug oleh tanah,

walaupun demikian, kerapatan sambungan acuan tidak boleh diabaikan karena akan

berpengaruh terhadap jumlah air yang ada pada beton, yaitu hilangnya air pencampur

tersebut. Gaya yang bekerja merupakan tekanan ke samping dari beton yang baru

dituang dan berangsur-angsur akan berkurang dan pada suatu saat akan menjadi nol

sesuai dengan tingkat perkembangan ikatan dan pengerasan pada beton.

2. Patok berfungsi mendukung papan acuan agar tidak bergerak dan beerdiri kokoh pada

tempatnya. Patok ini terdiri atas bahan kaso 4/6, 5/7 atau dolken yang ditancapkan

masuk ke dalam tanah sampai kokoh kedudukannya.

11 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 12: BEKISTING

3. Penggantung pada umumnya ada pada bekisting pondasi menerus, yaitu bagian ini

berupa gelagar dari papan 2/20 yang dipasang melintang di atas acuan untuk

menggantungkan acuan.

4. Penjepit berfungsi untuk menjepit acuan kolom. Bagian ini berupa papan 2/20 atau

kaso 4/6, 5/7 dipasang mengapit keempat sisi acuan. Dengan adanya penjepit ini

diharapkan acuan ujung bawah kolom dapat berdiri tegak dan tidak bergeser ke

samping.

Mengingat kedudukan pondasi berada di bawah permukaan tanah, sehingga penampilan

permukaan bukanlah merupakan suatu yang harus dicapai, yang penting adalah kepadatan

dari sisi pelaksanaan pengecoran. Dengan demikian, bahan acuan dan perancah bekas pada

pekerjaan lainnya yang masih layak pakai dapat dimanfaatkan untuk pembuatan acuan

pondasi. Sebagai alternative pekerjaan pembuatan acuan dan jika memungkinkan dapat

dilaksanakan dengan memanfaatkan permukaan tanah dan tanah galian sebagai acuan,

sehingga tidak perlu lagi bahan avuan dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan segera.

Selain itu, dapat juga acuan dengan pasangan batako berukuran 10 x 20 x 40 cm, disusun

miring dengan tebal pasangan ½ batu dan setelah beton mengeras pasangan batako tadi

tidak dilepas lagi. Untuk mewujudkan struktur pondasi sesuai dengan bentuk, kedudukan,

ketinggian yang diinginkan digunakan bahan sebagai berikut:

Bahan acuan dibuat dari papan 2/20 yang dipotong dan disambung sesuai dengan

kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

Bahan perancah dari bahan kayu berukuran kaso 4/6 atau 5/7, bahan ini juga dipotong

sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai bahan pengaku dapat digunakan papan atau kaso, disesuaikan dengan

kebutuhan.

Bahan perangkai atau alat sambung dipakai paku 4 – 5 cm.

Bahan-bahan tersebut dipotong-potong dan sebagian dirangkai di tempat lain dan

kemudian pasang di tempat beton akan dibentuk.

Papan duga (stake out) adalah suatu acuan atau pedoman yang dibuat dan dipakai

untuk menentukan ukuran bangunan. Ukuran yang dimaksud adalah ukuran ke arah

mendatar misalnya jarak as pondasi/dinding, ke arah vertical misalnya kedalaman pondasi,

ketinggian lantai, ketinggian kuda-kuda dan sebagainya. Papan duga merupakan pekerjaan

pendahuluan sebelum bangunan dibuat dan keberadaannya hanya sementara, sehingga

setelah bangunan berdiri atau sudah tidak difungsikan lagi papan duga dibongkar.

12 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 13: BEKISTING

Papan duga dengan bangunan sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan

bekisting, namun untuk mendapat pondasi harus ada lebih dahulu papan duganya. Segala

ukuran pada pondasi diambil dari papan duga, misalnya as, kedalaman, lebar, panjang, dan

sebagainya. Papan duga berupa papan berukuran 2/20 yang dipasang pada posisi miring

dan horizontal. Didukung oleh pato-patok pada jarak tertentu mengelilingi rencana

bangunan yang akan dibuat. Tetapi dapat juga dibuat hanya pada tempat-tempat tertentu,

misalnya pada sudut bangunan dan jalur-jalur pondasi/dinding.

Syarat-syarat utama papan duga, antara lain:

1. Patok harus kokoh, tidak bergerak ke arah mendatar maupun tegak (masuk ke dalam

tanah).

2. Papan duga harus lurus dan horizontal, mempunyai ketinggian tertentu dari permukaan

tanah asli.

3. Berjarak 1 sampai dengan 2 m dari tepi galian pondasi.

4. Membentuk segi empat siku.

Ketinggian atau elevasi papan duga terhadap elevasi lantai (peil + 0,00 m) bisa di

atas misalnya + 25 cm, ataupun sama dengan ketinggian lantai. Mengingat begitu

pentingnya papan duga dalam penentuan ukuran bangunan, maka tidak boleh diganggu,

misalnya diduduki, ditimbun bahan bangunan dan sebagainya. Titik-titik penting pada arah

mendatar langsung diletakkan pada papan duga, as pondasi diukur dan diberi tanda berupa

segitiga dari cat berwarna mencolok (merah) atau diberi dua buah paku dipasang miring

dan dapat juga digergaji dengan kedalaman 1 mm. Benang as pondasi dapat ditarik dari

kedua papan duga yang berhadapan dan diberi pemberat menggantung bebas agar benang

tetap tegang. Benang pada as inilah yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan ukuran-

ukuran pondasi.

Bagian utama papan acuan, yaitu:

1. Patok yang digunakan kaso 4/6, 5/7 atau dolken berdiameter 8 – 10 cm, merupakan

pendukung papan-papan duganya agar bisa berada pada posisinya.

2. Papan yang digunakan 2/20, merupakan bagian titik penting arah horizontal diletakkan.

3. Penyokong atau sekur, adalah bagian papan duga untuk menyokong patok apabila

terlalu tinggi agar kokoh kedudukannya.

13 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 14: BEKISTING

3.3.1.1. Pekerjaan Bekisting Pondasi Menerus

Dalam pondasi ini selain acuan pondasi itu sendiri juga dibuat acuan balok sloof

pada bagian atasnya. Pada bagian pendukung acuan diikatkan ke penggantung, sehingga

kedudukan acuan yang miring menjadi kuat. Selain itu, diperlukan sekur-sekur secukupnya

untuk memperkokoh acuan pondasi. Pada kedua ujung luar dan di luar galian dipasang

papan duga guna mendapatkan ukuran-ukuran pondasi baik ke arah mendatar maupun

vertical. Benang sangat berguna untuk mendapatkan kelurusan dan elevasi setiap bagian

acuan, maka benang hendaknya ditarik sampai mencapai ketegangan tertentu agar tidak

melendut. Selain itu, untuk mendapatkan ukuran lebar bagian atas yang kontinyu

diperlukan papan sebagai klam yang dipasang zig-zag di sisi atas acuan.

3.3.1.2. Pekerjaan Bekisting Pondasi Setempat

Pondasi setempat pada gedung akan selalu berhubungan dengan balok sloof yang

terletak dibagian bawah kolom berdekatan dengan telapak pondasi di bawah lantai, dan

biasanya sloof ditumpu langsung oleh pondasi menerus dari batu kali. Gambar di bawah ini

merupakan bekisting pondasi telapak yang terletak pada sudut bangunan.

3.3.1.3. Pekerjaan Bekisting Pondasi Setempat Pada Basement

Pondasi setempat ini adalah hampir sama dengan pondasi setempat yang telah

dibahas, yang membedakan adalah balok yang mengikat antara pondasi yang satu dengan

lainnya. Pada pondasi ini, balok pengikat menyatu dengan telapak pondasi dan tentunya

mempunyai kedalaman yang lebih di banding pondasi telapak biasa. Balok pengikat

berfungsi untuk mengikat antara pondasi yang satu dengan lainnya agar tidak terjadi

pergeseran, sedangkan pada pondasi biasa mendukung berat dinding yang ada di atasnya

dan menyalurkan ke pondasi. Gambar di bawah ini merupakan bekisting pondasi telapak

yang terletak pada sudut bangunan.

14 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 15: BEKISTING

3.3.2. Kolom

Bagian-bagian bekisting kolom diantaranya adalah :

1. Acuan merupakan bagian bekisting yang berhubungan dan membentuk langsung

terhadap kolom beton yang dibuat. Papan acuan dipilhkan dari bahan yang cukup halus

dan rata. Untuk mendapatkan hubungan yang rapat, bahan acuan dipilih papan yang

lurus dan diserut. Papan-papan acuan dibelah dan dirangkai sesuai dengan bentuk

kolom yang akan dibuat, khusus untuk kolom yang berpenampang bulat dan bukan segi

empat perlu diperhatikan khusus terutama dalam menyediakan papan-papan

perangkainya.

2. Papan perangkai atau klam merupakan bagian bekisting yang berfungsi untuk untuk

merangkaikan papan-papan acuan. Papan perangkai dipasang pada jarak-jarak tertentu

melalui proses perhitungan, sehingga dengan jarak tersebut setelah mendapatkan

tekanan samping masih dalam kondisi layak.

3. Penguat atau pengaku tegak merupakan bagian bekisting yang menempel langsung

klem di sisi luar acuan. Pengaku tersebut dari kayu kaso 4/6 atau 5/7 dan dipilih bahan

yang lurus. Apabila bekisting membentuk kolom segi empat, maka setiap sisi dipasang

minimum 2 batang atau dengan jarak tertentu sesuai dengan perhitungan perencanaan.

Pengaku inilah yang akan memperkaku atau menambah kekuatan papan acuan secara

keseluruhan.

4. Penguat atau pengaku mendatar terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 yang terletak

diluar pengaku tegak. Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan kolom sekaligus

menopang tekanan samping beton, sehingga semua gaya-gaya yang disebabkan oleh

pengaruh pengecoran dapat dieliminasi dan tidak perlu sekur penyangga. Jika dipasang

sekur penyangga, hanya dipakai agar bekisting dapat berdiri dengan kokoh dan tegak.

Bahan pengaku dipotong sepanjang yang diperlukan, dipasang tepat pada klam papan

acuan dengan jarak-jarak tertentu di sekelilingnya, menempel langsung pada pengaku

tegak serta diperkuat dengan paku agar papan acuan tidak lepas dari kedudukannya dan

kuat mendukung gaya-gaya horizontal.

5. Sekur terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 yang dipasang pada bagian ujung atas dan

bawah bekisting kolom. Apabila kolom menggunakan bekisting tunggal dalam arti

tidak mengkombinasikan dengan bekisting balok maupun lantai, maka sekur perlu

dipasang. Tetapi, jika kolom dikombinasikan dengan bekisting balok dan laitai, maka

tidak perlu memasang sekur, karena antara bekisting kolom dan balok serta lanti

merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur-sekur perancah, sehingga cukup

15 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 16: BEKISTING

memperkokoh kedudukan bekisting kolom. Pada ujung bagian bawah sekur dipasang

balok beton atau balok kayu yang sudah diperkokoh sebagai tumpuan sekur yang ada.

Dalam pelaksanaan pemasangan acuan selalu berkaitan dengan pekerjaan pembesian,

agar tidak saling terganggu, maka acuan yang akan dipasang dirangkai pada ketiga

sisinya (khusus acuan kolom segi empat), kemudian apabila pembesian kolom sudah

berdiri baru dipasang sisi satunya lagi.

Pada bagian dasar kolom yang pengecorannya dilaksanakan di lantai dua ke atas,

dipasang mal atau penentu (semacam proil) yang bertujuan untuk memudahkan

pemasangan papan acuan, menempatkan as kolom dan mencegah gaya geser.

Acuan kolom yang diabuat dengan ketinggian tertentu sangat sulit diambil jika ada

kotoran yang masuk kedalamnya, apalagi acuan mempunyai ukuran yang terbatas dan

banyak tulangan yang telah dirangkai. Bahan lain selain bahan beton merupakan bahan

asing, jika ikut serta dalam pencampuran dapat mengurangi kekuatan atau kalau

berhubungan dengan udara luar akan menjadi peratara yang dapat menghantarkan

pengaruh-pengaruh yang mempunyai sifat merusak besi beton, contohnya kayu. Oleh

karena itu benda-benda sepertin ini harus dihilangkan. Berdasarkan PBI 1971 halaman 48

disyaratkan bahwa pada cetakan kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan

perlengkapan - perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji,

potongan-potongan kawat pengikat dan lain-lain.

Suatu syarat yang harus dipenuhi dalam dalam pengecoran adalah bila bidang

kontak beton (acuan dalam) sudah bebas dai bahan-bahan yang tidak dibutuhkan, misalnya

adanya serbuk gergaji, potongan-potongan atau sisa kayu, dan adanya peralatan yang jatuh

ke dasr kolom. Keadaan seperti itu tidak boleh terjadi sampai saat pengecoran

dilaksanakan, maka untuk mengatasinya harus dibuat lubang sementara dibagian samping

dasr kolom, yang nantinya setelah bagian dasar kolom dibersihkan, lubang pembersih

tersebut ditutup kembali dan diperkuat. Lubang tersebut berukuran 15 x 15 cm yang dibuat

dengan digergaji dan harus dipersiapkan penutupnya. Pengecoran kolom, balok dan lantai

biasanya dilakukan secara terpisah dengan urutan pengecoran pertama adalah kolom,

setelah bekisiting kolom dibongkar dilakukan pengecoran kedua yaitu pengecoran balok

dan lantai yang menumpang di ujung kolom (sisi balok bagian bawah) secara bersamaan.

Dengan dilaksanakan pengecoran sacara bertahap terbeut berarti kolom dicor dua tahap

yang dapat memperpendek tinggi jatuh pengecoran. Pekerjaan bekisting kolom segi empat

merupakan bentuk kolom yang sering dilaksanakan karena mudah dalam pelaksanaan baik

pembuatan bekistingnya maupun pekerjaan finishingnya. Selain itu, ditinjau dari analisis

16 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 17: BEKISTING

strukturnya juga lebih menguntungkan. Apabila penampang kolom bukan merupakan segi

empat, yang perlu mendapat perhatian adalah pada waktu penyetelan acuannya, bentuk

tersebut akan mempunyai posisi tersendiri. Papan acuan selain dari papan 2/20 dapat juga

dari kayu lapis 18 mm yang dipotong-potong sesuai kebutuhan.

Pekerjaan bekisting kolom segi delapan perlu diperhitungkan lebih dahulu lebar

setiap sisinya setelah diketahui diagonal terpanjangnya. Setiap bagian acuan dibelah miring

pada kedua sisi panjangnya menuju titik pusat (as) kolom dan diperhitungkan pula bahwa

beton yang akan dicetak berada di bagian dalam. Klam dibentuk dari papan 3/20 memuat 2

lembara acuan, dalam sekeliling acuan ada 4 bagian klam yang dibuat seemikian rupa,

sehingga setelah dirangkai akan membentuk bidang bujur sangkar bagian dalamnya terisi

oleh acuan kolom segi delapan. Hubungan antara klam dengan oapan acuan dipaku dari

arah dalam acuan minimum 2 buah pku. Untuk menyatukan klam yang ada dipakai papan

2/10 yang sudah dipotong pendek, dipasang di atas klam tegak lurus terhadap arah

sambungan. Sebagai pengaku digunakan kaso 4/6 atau 5/7 yang dipasang pada tepi klam

minimum 2 batang di sepanjang acuan kolom. Dari bentuk kolom berpenampang segi

delapan, maka dapat dikembangkan kolom berpenampang segi banyak beraturan lainnya.

Pekerjaan bekisting kolom lingkaran terdiri atas sususan papan tebal 2 cm dan lebar

3 cm yang disusun pada klam membentuk lingkaran. Klam ini sama halnya dengan acuan

kolom segi delapan yaitu dipotong-potong dan dibentuk lengkungannya. Bagian lengkung

membentuk busurseperempat lingkaran merupakan sisi luar acuan dan tumpuan papan-

papan tersebut serta dipaku dari arah dalam.

3.3.2.1. Balok

Bagian-bagian bakisting balok, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Papan acuan dan papan perangkai atau klam sama halnya dengan papan acuan kolom

dalam hal penyambungan maupun perangkaiannya, yang membedakan adalah

kedudukan dari acuan balok yang mendatar.

Papan acuan balok terdiri atas dua macam, yaitu;

Papan acuan samping mendapat gaya berupa tekanan samping dan diperlukan bahan

pengaku tambahan dan penyangga agar mampu berada di tempat kedudukannya.

Papan acuan bawah mendapat tekanan akibat berat sendiri beton balok, dan ditopang

oleh gelagar.

2. Gelagar adalah bagian pendukung langsung dari papan acuan bagian bawah yang dapat

dipakai dari bahan papan 2/20, balok 4/6, 5/7, 5/10, 6/12, 8/12, dan sebagainya. Untuk

17 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 18: BEKISTING

balok yang tidak terlalu berat digunakan gelagar dari bahan papan 2/20 dengan batang

tiang pendukungnya, atau bias juga menggunakan gelagar berukuran balok dengan satu

tiang pendukung di tengahnya serta dilengkapi sekur gelagar dengan tiang pada kedua

bentangnya agar tidak miring (stabil).

3. Pengaku acuan dipasang pada sisi luar samping atas acuan balok agar acuan menjadi

lebih kaku. Pengaku ini dari bahan papan 2/20 atau kaso 4/5 dipasang sepanjang acuan

balok, dipaku secukupnya tetapi tidak tembus ke dalam acuan.

4. Penjepit berfungsi untuk menjaga agar acuan samping balok bagian bawah tidak

bergeser keluar akibat tekanan beton segar waktu pengecoran. Penjepit dipasang

sepanjang bagian luar bawah acuan samping kedua sisinya. Papan ini dipakai dari

bahan kaso atau papan 2/19, pada waktu memasangnya harus didorongkan ke dalam

agar mendesak acuan sehingga menjadi rapat. Penjepit dipakukan secukupnya pada

gelagar.

5. Sekur acuan berfungsi mempertahankan acuan samping agar tetap tegak walaupun

mendapat gaya tekanan dari dalam acuan. Bahan sekur ini menggunakan kaso atau

papan 2/20 dipasang miring menyokong bagian atas acuan balok dan bagian bawah

berhubungan dengan gelagar serta tiang kemudian diperkuat memakai paku.

6. Tiang perancah menggunakan bahan kaso atau dolken berdiameter 8 – 10 cm, jika

digunakan hanya satu tiang berarti balok beton yang ditopangnya tidak begitu berat,

sehingga tiang dipasang di tengah-tengah dan untuk menjaga kestabilannya dipakai dua

batang sekur yang dipakukan ke gelagar dan ketiangnya itu sendiri. Apabila digunakan

dua buah tiang, maka dipasang di bawah acuan balok pada bagian luar atau ujung

gelagar. Jika gelagar dari bahan berukuran balok, maka hubungan antara tiang dengan

gelagar memakai klam. Ini berarti tiang harus dipotong di bawah gelagar dan kedua

bagian tersebut harus mempunyai ukuran penampang yang sama untuk mendapatkan

smabungan yang kuat. Jika gelagar dari papan, maka hubungan antara gelagar dengan

tiang cukup dipaku dengan minimum memakai 2 buah paku, papan menempel pada

tiang yang berarti tiang perancah bias lebih tinggi lagi. Tiang yang lebih tinggi ini

dapat dimanfaatkan sebagai tumpuan sekur atau penyetop papan acuan balok, atau jika

balok dikombinasikan dengan acuan lantai, maka dapat dipakai juga sebagai tiang

perancah lantai.

7. Sekur tiang perancah akan memperkokoh kedudukan bekisting balok. Sekur ada dua,

yaitu sekur miring dan sekur horizontal. Sekur miring sangat penting dalam mencegah

goyangan-goyangan, dipasang menghubungkan beberapa tiang perancah. Jika

18 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 19: BEKISTING

panjangnya tidak mencukupi, maka dipasang lagi dengan bahan yang baru disambung

dan sejajar dengan sekur miring yang telah ada. Sekur horizontal berfungsi untuk

menjaga agar tidak terjadi pergeseran horizontal antara tiang perancah yang satu

dengan yang lainnya. Bahan sekur biasanya dibuat dari bahan papan 2/20. bahan ini

dipilih karena mudah dipaku dan bias lebih dari satu paku. Dengan demikian, jika

menggunakan 2 buah paku yang mempunyai jarak yang cukup, maka akan lebih kokoh.

8. Papan alas perancah mencegah penurunan tiang ke dalam tanah, baik untuk balok yang

berukuran besar (berat) maupun kecil (ringan). Papan alas ini dibuat dari bahan papan

2/20.

3.3.3. Slab (plat lantai)

Bekisting lantai merupakan bekisting yang terdiri atas sebuah bidang yang rata dan

mendatar, yang didukung oleh tiang yang memadahi serta mempunyai kekuatan yang

cukup dalam mendukung beban yang ada pada saat pelaksanaan. Kekakuan bekisting ini

tidak boleh diabaikan karena beban pelaksanaan pengecoran sangat bervariasi, misalnya

terjadi penumpukan material beton segar yang dituangkan dari bucket maupun pompa

beton, sehingga terjadi konsentrasi pembebanan. Apabila bekisting tidak cukup kaku, maka

akan berakibat runtuhnya ke arah samping bekisting tersebut karena pada suatu titik

mengalami pembebanan yang melampaui kapasitas dan di lain tempat dengan beban yang

sangat minim atau bahkan tanpa ada beban.

Papan acuan lantai merupakan bagian bekisting yang mempunyai kontak langsung

dengan beton terutama pada sisi bawah lantai. Dengan adanya kontak langsung ini perlu

dipersiapkan secara khusus terhadap permukaan acuan agar didapat hasil akhir yang

memuaskan. Hasil akhir yang diharapkan merupakan cerminan dari permukaan acuan dan

akan tampak jelas dari ruangan di bawahnya. Apabila permukaan acuan kasar, maka hasil

akhir permukaan beton juga kasar. Permukaan yang demikian biasanya tidak di finishing

dan diperuntukkan pada ruangan yang ditutup plafon pada bagian atasnya, sehingga tidak

tampak lagi dari bawahnya. Untuk ruangan yang tidak ditutup plafon perlu disiapkan

bahan-bahan yang cukup rata dan halus, sehingga hasil akhir permukaan beton tidak perlu

difinishing atau walaupun difinishing tidak memerlukan penambahan pekerjaan yang

berarti. Finishing secara tradisional dengan memplester akan mengalami banyak kesulitan

karena selain posisinya yang tidak menguntungkan juga permukaan yang rata serta bahan

beton akan sedikit sulit untuk dilaksanakan.

Bagian-bagian bekisting lantai, diantaranya adalah sebagai berikut:

19 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 20: BEKISTING

1. Acuan merupakan bahan yang langsung menentukan bentuk penampang dan kualitas

permukaan, dapat dipakai bahan sebagai berikut.

a. Papan

Bahan papan yang umum digunakan berukuran 2 x 20 x 400 cm dari jenis kayu

borneo yang banyak beredar di pasaran. Papan disusun memanjang bersilang

dengan gelagar, hubungan papan cukup diadu atau tanpa menggunakan sambungan.

Oleh karena itu, sisi yang berhubungan harus betul-betul menyambung atau rapat.

Untuk memperoleh kondisi demikian, maka sisi bagian tebal harus diserut/diketam

dan dipakukan di atas gelagar. Jika panjang papan tidak mencukupi pada seluruh

panjang bentang acuan, maka papan perlu disambung agar seluruh permukaan

tertutup oleh papan. Penyambungan papan harus tepat pada gelagar dan diletakkan

berselang-seling agar permukaan acuan menjadi kokoh dan tidak terjadi kebocoran.

b. Papan acuan dari kayu lapis

Kayu lapis atau plywood tebal dapat dipakai sebagai bahan acuan, jenis bahan ini

mempunyai ukuran 1,8 x 122 x 244 cm. Keuntungan menggunakan bahan ini

adalah dapat menghasilkan permukaan beton yang lebih halus, mudah dalam

pelaksanaannya karena tidak banyak terdapat sambungan, sehingga menghasilkan

bekisting yang stabil, dan dapat dipakai berulang-ulang. Jika ditinjau dari segi

harga bahan, maka penggunaan kayu lapis akan lebih mahal jika dibandingkan

dengan papan kayu. Perencanaan jarak gelagar harus disesuaikan dengan ukuran

kayu lapisnya, tidak dibenarkan setiap kali harus memotongnya guna mendapatkan

ukuran sesuai penempatan sambungan acuan di atas gelagar.

2. Gelagar bekisting merupakan pendukung langsung papan acuan yang dipasang dengan

jarak tertentu berdasarkan perhitungan dengan mempertimbangkan tebal papan acuan,

tebal lantai beeton, serta beban-beban saat pelaksanaan. Gelagar dapat terbuat dari

bahan papan 2/20 x 400 cm, yang dipakukan pada tiang perancah. Gelagar dari kayu

berukuran balok 4/6 x 400 cm ataupun 5/7 x 400 cm (dipilih kayu yang lurus). Bentuk

sambungannya memakai klam pada kedua sisinya dan diperlukan pemakaian paku.

Penyetelan gelagar dengan menggunakan selang plastik berisi air dan benang. Selang

plastik berguna untuk menentukan elevasi pedoman pada tepi acuan, sedangkan benang

digunakan untuk menentukan elevasi pada bagian tengah gelagar. Ketinggian sisi atas

dapat ditentukan dari tinggi lantai dikurangi tebal lantai dan tebal papan acuan.

3. Tiang perancah diapakai bahan kayu berpenampang bulat (dolken) berdiameter 8 – 10

cm atau kaso 4/6, 5/7, yang dipasang mendukung gelagar pada jarak tertentu.

20 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 21: BEKISTING

Pemotongan tiang perancah disesuaikan dengan ketinggian gelagar dan jangan sampai

ketinggian tiang perancah melebihi ketinggian gelagar yang nantinya akan

mengganggu papan acuan.

4. Sekur bekisting lantai memperkokoh kedudukan lantai agar tidak mengalami

pergeseran horizontal pada bagian atas bekisting. Macam-macam sekur yang

digunakan adalah sama dengan sekur bekisting balok. Hal yang perlu diperhatikan

adalah sekur miring yang harus dipasang menyilang atau tegak lurus terhadap arah

gelagar, agar didapat suatu system bekisting lantai yang kokoh dan merupakan satu

kesatuan.

5. Papan landasan dipasang pada dasar tiang perancah. Acuan lantai dituntut agar betul-

betul waterpass, maka sebagai tindakan awal untuk mencapai tujuan perlu diperbaiki

lebih dulu permukaan tanah dasarnya. Supaya tiang perancah tidak mengalami

penurunan yang disebabkan oleh kurang kuatnya daya dukung tanah dasar setelah

dibebani, maka bidang tekan alas tiang acuan diperluas agar didapat daya dukung yang

lebih besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasang papan landasan memanjang

pada seluruh deretan tiang perancah, yang sebelumnya tanah dasar telah diratakan

secukupnya.

3.4.4.Tangga

Bekisting tangga mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari bekisting

lainnya. Secara umum, bekisting tangga menyerupai bekisting kolom balok dan bekisting

lantai. Tangga mempunyai lebar terbatas yang berarti memerlukan papan acuan samping di

sepanjang tangga itu sendiri. Tangga membentang miring menghubungkan lantai bawah ke

lantai atas, serta mempunyai bagian pendukung yang disebut ibu tangga atau boom dan

trap-trap yang disebut anak tangga atau trede. Semua itu membutuhkan acuan atau cetakan

yang memenuhi syarat. Pada bagian lantai, pengaturan perancahnya seperti perancah

lantai, namun tiang perancah tangga mempunyai ukuran yang berbeda-beda dikarenakan

bentuk tangga yang miring. Apabila tangga didukung oleh lantai, maka cetakan samping

berfungsi sebagai acuan anak tangga, sehingga lebarnya harus diperhitungkan supaya

lebarnya bias mencukupi. Jika direncanakan menggunakan bordes posisinya harus jelas,

misalnya elevasinya, terletak pada anak tangga yang ke berapa, panjangnya berapa dan

sebagainya.

Bagian-bagian bekisting tangga antara lain:

8. Papan acuan tangga tidak jauh berbeda dengan papan acuan balok maupun lantai.

21 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 22: BEKISTING

9. Papan cauan samping tangga juga mirip dengan papan acuan samping pada balok.

Selain sebagai papan acuan samping untuk lantai tangga, juga berfungsi untuk papan

acuan samping anak tangga, maka lebarnya harus mencukupi.

10. Pengaku, penjepit, dan sekur acuan sama seperti pada bekisting balik.

11. Papan optrede berfungsi untuk membentuk anak tangga terutama bagian tegaknya.

Papan optrede terbuat dari papan 2/20 yang dipotong sesuai dengan lebar anak tangga

dan dibelah sesuai dengan ukuran optredenya. Papan optrede ini didukung oleh papan

acuan samping dan diperkuat dengan klos agar tidak bergeser dan lepas dari posisinya.

Ukuran optrede dan antrede sebelumnya telah direncanakan dan dapat dilukis pada

papan acuan samping dengan menggunakan waterpass dan penggaris, selanjutnya

papan optrede bisa dipasang mengikuti tanda yang ada.

12. Pengaku papan optrede merupakan balok kayu yang dipasang pada sepanjang tangga di

atas tengah-tengah papan optrede. Kegunaannya adalah untuk memperkaku papan

optrede agar tidak terjadi lendutan ke arah mendatar akibat tekanan samping beton

ataupun injakan oleh para pekerja. Selain itu, juga berguna untuk menyediakan tempat

pijakan bagi para pekerja.

13. Gelagar pada bekisting tangga banyak kesamaannya dengan bekisting lantai atau balok.

Yang berbeda adalah elevasinya, bahwa tangga mempunyai permukaan lantai yang

miring. Jadi penyetelannya disesuaikan dengan kemiringan tangga.

14. Tiang perancah dan sekur merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan,

karena perancah dapat berdiri dengan kuat dan kaku karena adanya sekur. Tiang

perancah dipotong sesuai dengan ketinggian setiap bagian lantai tangga dan dipasang

pada jarak tertentu. Untuk selanjutnya tentang pemasangan tiang perancah dan sekur

sama seperti pada bekisting balok maupun lantai.

3.4. Pembongkaran

Pembongkaran merupakan pekerjaan akhir dari pekerjaan bekisting, kecerobohan

pada pembongkaran dapat berakibat fatal terhadap struktur beton yang baru saja

dihilangkan system pendukungnya. Pekerjaan bekisting bukan merupakan pekerjaan

struktur pada beton, namun jika dilaksanakan dengan sembarangan saat pembongkaran

akan berpengaruh terhadap hasil akhir bentuk beton maupun terhadap pembiayaan.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan, diantaranya sebagai berikut:

Bekisting dibongkar sebelum beton cukup umur. Hal ini akan berakibat runtuhnya

struktur beton dan terjadi kerusakan pada permukaan berupa bercak-bercak dan

22 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 23: BEKISTING

terkelupas pada permukaan beton yang berhubungan dengan bekisting karena ikatan

antara material beton belum cukup kuat. Di lain pihak, masih adanya ikatan antara

beton dengan papan acuan.

Pelepasan sambungan dilakukan dengan paksa, misalnya pelepasan memakai palu

tanpa dilepas terlebih dahulu pakunya, sehingga dapat mengakibatkan bahan menjadi

rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

Pelepasan bagian-bagian bekisting tidak dilakukan secara berurutan yang sesuai

dengan tingkat keselamatan dan keamanan kerja. Hal ini dapat menimbulkan

kecelakaan kerja.

Bahan bekas bekisting tidak segera dikumpulkan pada tempat tertentu, maka akibatnya

ruang kerja menjadi sempit.

Berdasarkan peraturan beton bertulang Indonesia tahun 1971, pada Bab 5.8 halaman 54 –

55 disebutkan antara lain sebagai berikut:

1. Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan

system cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk

memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya, maka bila

tidak ditentukan lain cetakan dan acuan baru boleh dibongkar setelah beton berumur 3

minggu. Apabila dalam hal ini ada jaminan bahwa setelah cetakan dan acuan dibongkar

beban yang bekerja pada bagian konstruksi itu tidak akan melampaui 50 % dari beban

rencana total, maka pembongkaran cetakan dan acuan itu dapat dilakukan setelah beton

berumur 3 minggu. Jika tidak ditentukan lain cetakan samping dari balok, kolom dan

dinding boleh dibongkar setelah 3 hari.

2. Pada bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan dan acuan akan bekerja

beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan atau akan terjadi keadaan

yang lebih berbahaya dari pada keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan dan acuan

dari bagian-bagian konstruksi itu boleh dibongkar selama pekerjaan tetap berlangsung.

Pembongkaran cetakan dan acuan dari konstruksi-konstruksi yang langsung akan

memikul praktis seluruh beban rencana, seperti pada atap-atap atau busur-busur harus

dilakukan dengan sangat hati-hati.

3. Cetaka-cetakan balok dpat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya

telah dibongkar ectakannya dan dari penglihatan ternyata baik pembetonannya.

Pekerjaan pembongkaran harus dipersiapkan sejak awal yaitu sambungan-

sambungan dibuat sederhana namun cukup kuat, sesuai dengan yang dipersyaratan dalam

pekerjaan bekisting. Selain itu, permukaan acuan yang berhubungan dengan beton

23 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 24: BEKISTING

diperhalus dan dilapisi bahan-bahan seperti cat, oli, plastik. Penghematan dapat dilakukan

dengan jalan memakai ulang bahan-bahan yang masih layak, maka pekerjaan

pembongkaran snagat berperan. Membongkar bekisting asal roboh akan berakibat banyak

bahan menjadi rusak yang berarti akan menjadi limbah yang tak dapat dimanfaatkan dalam

pekerjaan yang sama.

Agar tujuan dapat tercapai, maka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Secara umum, bekisting harus dilepas setelah beton cukup umur mencapai 21 hari.

Kenyataan di lapangan umur 21 hari sulit untuk dipenuhi karena pelaksanaan terikat

oleh waktu kontrak. Untuk mengatasinya agar dapat dilepas sebelum waktunya

dilakukan dengan berbagai metode, misalnya dengan memasang penunjang pada jarak

tertentu pada sisi bawah beton (lantai). Acuan pada bagian samping dapat dilepas pada

umur kurang lebih 3 hari setelah pengecoran, sebab bagian ini tidak mendukung beban

setelah beton mengeras.

Pelepasan dimulai dari bagian sekur, kemudian dilanjutkan pada bagian yang lain

seperti perancah, gelagar, dan akhirnya papan acuan.

Untuk struktur balok dan lantai, pembongkaran dimulai dari tengah menuju ke tepi,

dengan maksud agar tidak terjadi penurunan atau defleksi mendadak karena berat

sendiri yang akhirnya dapat berakibat retaknya struktur tersebut.

3.5. Syarat Acuan dan Perancah

Kerusakan terhadap beton yang disebabkan kurang baiknya pekerjaan acuan dan perancah

antara lain:

1. Ukuran tidak sesuai dengan perencanan

2. Acuan dan perancah yang tidak kokoh (bergerak) berakibat beton berubah bentuk.

3. Acuan dan perancah yang kurang rapat (bocor) berakibat beton menjadi keropos.

Fungsi acuan dan perancah dalam sebuah konstruksi bangunan, antara lain:

1. Memberi bentuk kepada konstruksi beton

2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan

3. Menopang beton sebelum sampai dengan konstruksi cukup keras dan mampu memikul

berat sendiri maupun beban luar

4. Mencegah hilangnya air semen (air pencampur) pada saat pengecoran

5. Sebagai isolasi panas pada beton

24 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 25: BEKISTING

Untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana, maka ada beberapa persyaratan

yang harus diperhatikan dalam pekerjaan acuan dan perancah, yaitu:

1. Harus cukup kuat menahan beban beton basah, berat pekerja, berat sendiri, dan

pengaruh kejut, kokoh/kaku.

2. Mudah dibongkar, sambungan harus rapat (tidak bocor).

3. Harus teliti dalam perencanaan.

4. Material/ bahan-bahan yang digunakan harus mudah dikerjakan

5. Ekonomis (waktu dan biaya)

3.6. Pabrikasi Acuan dan Perancah

Pabrikasi acuan dan perancah (bekisting) adalah pengolahan bahan-bahan yang

diperlukan nantinya dalam perakitan bekisting. Dalam hal ini, bahan utama dalam

pabrikasi bekisting adalah kayu triplek/ tripblok, phenolic film atau pelapis atau bekisting

yang terbuat dari baja.

Pekerjaan utama dalam pabrikasi bekisting adalah membuat cetakan yang harus

disesuaikan dengan tipe balok girder yang digunakan yaitu type I, Yang perlu diperhatikan

dalam pabrikasi bekisting ini adalah ukuran-ukuran yang harus disesuaikan dengan ukuran

balok girder dalam bentuk jadi, sehingga ukuran tebal selimut dapat disesuaikan dengan

rakitan pembesian yang telah ada. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan

bekisting ini adalah system sambungan yang mungkin dilakukan karena ada bentuk-bentuk

yang khusus seperti belokan, lingkaran, sudut dan lain-lain atau karena ada keterbatasan

jumlah bahan. Agar syarat-syarat sebuah bekisting dapat dicapai maka diperlukan

pengawasan terhadap pabrikasi bekisting dalam pengerjaannya. Pabrikasi bekisting sendiri

dilakukan tidak terlalu lama dengan pengerjaan rakitan untuk menjaga kekuatan material.

Penyimpanan bagian-bagian bekisting pun perlu diperhatikan agar pada suatu saat material

tersebut masih dapat digunakan untuk pekerjaan lainnya.

3.7. Pekerjaan acuan dan Perancah

Proses Pemilihan Sistem Konstruksi Acuan dan Perancah

1. Tipe acuan dan perancah

Dalam pelaksanaannya, acuan dan perancah diklasifikasikan menjadi dua kelompok

menurut penerapannya, yaitu:

a. Acuan dan perancah untuk dicor di tempat, terdiri dari:

25 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 26: BEKISTING

Tipe acuan dan perancah vertikal, dimana tekanan horizontal beton menjadi

faktor utama. Tipe ini digunakan untuk struktur dinding dan kolom dengan

ketebalan dinding antara 0,15 – 0,30 m dan tingginya antara 6,00 – 7,00 m.

Tipe acuan dan perancah horizontal, dimana tekanan beton tidak dominan.

Sebagai contoh pembetonan lantai, balok-balok dengan tinggi 50 cm, gelagar

jembatan, dan struktur kantilever.

Tipe acuan dan perancah yang spesial (khusus), misalnya untuk pembuatan

tangga dan terowongan.

b. Acuan untuk beton precast, artinya beton dibentuk di dalam acuan di salah satu

tempat, kemudian elemen-elemen beton tersebut diangkut ke tempat pelaksanaan

untuk dipasang (dirakit), dengan prinsip:

Cetakan mempunyai toleransi yang sangat akurat. Pada umumnya mempunyai

kekuatan yang tinggi dan defleksi yang sangat rendah.

Cetakan dimana tekanan terhadap bending dan defleksi menjadi faktor utama,

misalnya dinding tipis vertikal.

Dalam merencanakan konstruksi acuan dan perancah yang akan dipergunakan

untuk pekerjaan struktur, perlu dipertimbangkan pemilihan sistem konstruksi acuan

dan perancah yang sesuai dengan lingkup pekerjaan strukturnya tersebut.

2. Sistem konstruksi acuan dan perancah terdiri dari 3 jenis, yaitu:

a. Sistem Tradisional

Acuan dan perancah tipe ini biasanya dipergunakan untuk satu kali atau lebih,

dengan bentuk tidak beraturan atau tidak khusus. Bahan yang dipergunakan dapat

berupa bahan organis, bahan buatan atau gabungan keduanya. Depresiasi perancah

tipe ini sangat tinggi karena banyak volume bahan yang terbuang pada proses

pembuatannya serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak serta berpengalaman.

Pengabungan jenis bahan akan dapat mengurangi jumlah tenaga kerja serta tingkat

depresiasinya tinggi.

b. Semi Sistem

Tipe ini umumnya dirancang untuk suatu pekerjaan dengan ukuran-ukuran dan

untuk suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan, biasanya untuk satu kali atau

lebih penggunaan. Karena memungkinkan untuk digunakan berulang-ulang, maka

biaya investasi yang dipergunakan dan upah kerjanya tidak terlalu tinggi. Acuan

yang termasuk tipe seperti ini adalah cetakan untuk komponen pracetak.

26 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 27: BEKISTING

b. Sistem Modern

Tipe ini merupakan perkembangan terakhir dari tipe tradisional dan tipe semi

sistem, tujuannya agar dapat digunakan untuk berbagai komponen, bentuk serta

perbedaan ukuran geometris bangunan. Biasanya sistem ini dilengkapi dengan

gambar kerja yang dapat dengan mudah dipasang oleh tingkat keterampilan

pekerja. Selain itu, perancah tipe ini dibuat untuk penanggulangan yang cukup

besar, sehingga bahan yang dipergunakan harus memiliki kualitas yang cukup

tinggi. Untuk meningkatkan kecepatan kerja, perancah ini dilengkapi dengan

berbagai alat bantu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Perancah ini

memerlukan investasi yang tinggi, tetapi hanya memerlukan tenaga kerja yang

sedikit.

27 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 28: BEKISTING

Diagram Alir Pemilihan Sistem Acuan dan Perancah

Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan untuk menentukan sistem acuan dan perancah

yang akan digunakan:

1. Desain Struktur Bangunan

Sebelum menentukan sistem yang akan dipakai dalam sebuah konstruksi acuan dan

perancah, terlebih dahulu harus diperhatikan desain struktur bangunan yang akan

dikerjakan. Untuk bangunan yang dirancang dengan banyak shear wall, maka sistem

yang dipergunakan harus mampu mempercepat pekerjaan shear wall, sehingga tidak

menghambat pekerjaan pelat dan balok didaerah shear wall tersebut. Penggunaan table

form/flying form sangat mungkin untuk desain bangunan dengan bentang balok yang

panjang atau flat slam.

2. Waktu Pelaksanaan

Pemilihan sistem dalam konstruksi acuan dan perancah juga sangat dipengaruhi oleh

jangka waktu yang tersedia. Dengan mengetahui jangka waktu yang tersedia untuk

28 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Konstruksi Acuan dan Perancah

yang Digunakan

WaktuWaktuWaktu

BiayaBiayaBiaya

Pemilihan TipeKekuatanKekuatan

Struktur Beton yang Direncanakan

Jenis konstruksi Acuan dan Perancah

Sistem ModernSemi SistemSistem Konvensional

Page 29: BEKISTING

menyelesaikan suatu proyek maka dapat ditentukan sistem yang akan dipergunakan

sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengantisipasi cycle time yang singkat dari lantai ke

lantai perlu diperhatikan kemudahan dan kecepatan bongkar pasang sistem yang

digunakan.

3. Alat Angkat

Alat angkat yang tersedia dilapangan juga mempengaruhi dalam penentuan sistem yang

akan digunakan dalam konstrusi acuan dan perancah. Untuk sistem tradisional dan

setengah sistem dapat menggunakan tenaga manusia sebagai alat angkut, tetapi untuk

sistem modern harus tersedia alat angkut yang modern (mesin).

4. Metoda Pekerjaan Core Wall

Pekerjaan core wall dapat dilakukan seperti pekerjaan kolom (bersama lantai) atau

mendahului lantai (climbing ahead). Untuk metoda pekerjaan yang dilakukan

bersamaan dengan lantai, maka acuan dan perancah harus dipindahkan/disimpan dalam

waktu tahap pekerjaan form work pelat dan balok, sehingga diperhatikan kecepatan

pasangan. Ada dua sistem climbing yang digunakan, yaitu sistem climbing biasa

(perpindahannya menggunakan cranea) dan sistem climbing otomatis yang

perpindahannya menggunakan alat hidrolic (automatic climbing system atau jump

form).

5. Pertimbangan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan akan menentukan type acuan dan perancah yang paling sesuai

dipergunakan. Jika pekerjaan mempunyai bentuk yang sangat rumit diperlukan

pekerjaan khusus sehingga type perancah sistem penuh tidak dapat dipergunakan.

Untuk perumahan masal dimana komponen struktur yang digunakan seragam, maka

type perancah setengah sistem sangat baik untu digunakan. Untuk bangunan tinggi,

dimana kebanyakan tinggi lantai dan komponen kebanyakan typical, perancah type

sistem penuh sangat ideal untuk digunakan, karena dapat dipergunakan berulang-ulang.

6. Pertimbangan Penguasaan Teknologi dan Ketersediaan Peralatan

Ketersediaan peralatan dan penguasaan teknologi di suatu lokasi dapat mempengaruhi

pertimbangan untuk pemilihan tipe acuan dan perancah yang akan dipergunakan.

Semakin tinggi teknologi yang dikuasai akan memberikan keleluasaan dalam

pemilihan jenis perancah yang akan dipergunakan. Penguasaan teknologi bahan akan

memungkinkan untuk menciptakan berbagai bentuk komponen struktur yang akan

diciptakan. Bahan-bahan buatan yang berbasis kimia memungkinkan untuk penguasaan

teknologi, secara otomatis akan mendorong kemampuan industri bangunan, ilmu teknik

29 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 30: BEKISTING

sipil dan arsitektur. Ketersedian peralatan juga menentukan kepresisian komponen

yang akan dibuat, dimana akan sangat membantu bila menggunakan perancah sistem

penuh. Disamping hal tersebut diatas, penguasaan teknologi beton juga diperlukan

untuk penentuan dalam pemilihan tipe acuan dan perancah. Penggunaan bahan adhitive

dalam campuran beton dapat memperpendek waktu penggunaan perancah, sehingga

mengurangi biaya perancah.

7. Pertimbangan Ekonomi

Pertimbangan ekonomi merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menentukan

jenis acuan dan perancah, sebab sebagai konstruksi sementara maka harus dipilih

sistem yang paling efesien untuk suatu pekerjaan. Jika hanya dipergunakan satu kali,

maka mengakibatkan harga kostruksi bangunan menjadi sangat tinggi. Jenis komponen

bangunan akan menentukan pemilihan teknologi acuan dan perancah yang lebih

ekonomis, misalnya komponen tangga.

Pada komponen tangga biasanya bahan acuan dan perancah akan lebih ekonomis jika

dibandingkan dengan komponen lainnya. Untuk itu komponen tangga dari bahan

pracetak akan lebih ekonomis dibandingkan dengan pembuatan langsung ditempat.

Bahan perancah dari kayu akan mempunyai nilai ekonomis jika digunakan untuk

bangunan bertingkat rendah (volume pekerjaan relatip kecil) sehingga kemungkinan

pemakaian secara berulang-ulang sangat terbatas.

Biaya pekerjaan acuan dan perancah ditentukan oleh faktor ukuran komponen,

kekakuan komponen, performance komponen yang diharapkan, bentuk struktur, tinggi

bangunan, dan komponen.

Upaya untuk meredusi biaya pekerjaan ini dapat dilakukan dengan merencanakan

bentuk yang sederhana, typical, melakukan organisasi penggunaan dan proses

pengerjaan perancah yang teratur dengan baik.

Dari hasil penelitian untuk pengerjaan komponen beton dan beton bertulang pada suatu

bangunan memerlukan biaya diperkirakan 26 % - 40 % dari jumlah biaya konstruksi.

Jika dirinci lebih lanjut maka diperkirakan biaya masing-masing komponen bahan yang

diperlukan untuk pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

Komponen acuan dan perancah = 25 % - 54 %

Komponen tulangan = 30 % - 50 %

Komponen campuran beton = 16 % - 25 %

Jika persyaratan kekakuan diperlukan, maka biaya pekerjaan acuan dan perancah akan

bertambah. Pertambahan persyaratan kekakuan yang diperoleh dari perbandingan besar

30 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 31: BEKISTING

lendutan dan bentang rencana sebesar 0,001 akan menghasilkan pertambahan biaya

perancah sebesar 30 % dari harga nominalnya.

3.8. Pekerjaan Pengukuran

Secara garis besar pekerjaan pengukuran terbagi manjadi beberapa tahap, yaitu

diantaranya:

a. Menentukan letak pile cup dan sloof

Letak pile cup dan sloof ditentukan dari papan duga atau stake out, dimana papan duga

tersebut telah dibuat pada waktu menentukan titik as bangunan.

b. Menentukan letak kolom

Hal yang penting dalam pengukuran adalah titik perletakan kolom pada lokasi yang

telah ditentukan. Selain itu keakuratan dan ketegakkan suatu kolom sangat dituntut dan

tidak dapat diabaikan, sehingga memerlukan suatu ketelitian dan kecermatan dalam

pelaksanaannya. Untuk menentukan letak kolom pada lantai dasar (basement),

dilakukan setelah lantai tersebut dicor dan betonnya telah kering, dimana posisi kolom

berpatokan pada as bangunan dari papan duga, kemudian dicek dengan theodolith.

c. Pengukuran ketinggian balok

d. Pengukuran as balok

e. Menetukan ketinggian pelat lantai

3.9. Pelaksanaan Sistem Konstruksi Acuan dan Perancah

Untuk merealisasikan perencanaan konstruksi acuan dan perancah dengan sistem yang

dipilih, maka harus disusun suatu rencana kerja berdasarkan:

a. Kesinambungan kelompok kerja

Jumlah jam kerja untuk suatu pekerjaan akan ditentukan oleh banyaknya pekerjaan

yang harus dikerjakan dan oleh ketentuan waktu yang berhubungan dengan pekerjaan

tersebut.

Metoda yang semakin banyak digunakan untuk menentukan secara rasional jangka

waktu pelaksanaan pekerjaan adalah metoda analitis. Namun hal ini memerlukan

pengetahuan khusus, antara lain:

Penganalisaan berbagai pekerjaan.

Penentuan waktu pekerjaan.

Penentuan frekuensi dari berbagai pekerjaan.

Penentuan banyaknya orang yang melaksanakan berbagai pekerjaan.

Penentuan tambahan upah atas waktu pekerjaan netto

31 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 32: BEKISTING

b. Pemasangan yang minimal

Pemasangan konstruksi acuan dan perancah ditentukan oleh perbandingan masa

perputaran pembangunan kasar/satuan (cycle time). Masa perputaran konstruksi acuan

dan perancah adalah periode konstruksi acuan dan perancah tersebut sedang berisi

rangkaian jangka waktu untuk:

Menyetel konstruksi acuan dan perancah.

Memasang tulangan.

Pengecoran.

Masa pengecoran.

Pembongkaran sebagian atau seluruhnya.

Mengangkut

c. Jangka waktu pemasangan yang optimal, antara lain dipengaruhi oleh:

Kesinambungan kelompok-kelompok kerja secara optimal.

Pemasangan konstruksi acuan dan perancah yang minimal.

Penguasaan alat-alat angkut secara maksimal.

4.2. Gambar Konstruksi Acuan dan Perancah

32 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 33: BEKISTING

Bekisting Sistem Plat

33 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 34: BEKISTING

34 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 35: BEKISTING

35 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 36: BEKISTING

4.3. Metode Pelaksanaan Konstruksi Acuan dan Perancah

Sistem pelaksanaan pengecoran yang dilaksanakan adalah metode kaki

meja. Sistem kaki meja adalah system dimana kolom dan pelat lantai dicor secara

bersamaan. Jadi pekerjaan konstruksi acuan dan perancah untuk kolom dan pelat

lantai pun dibangun secara bersamaan.

Namun, pada system kaki meja pun ditemukan beberapa kendala. Salah

satunya adalah pada saat vertikalisasinya. Kesulitan ditemukan karena letak kolom

dan pelat lantai yang berhimpit sehingga sulit untuk vertikalisasinya. Kelebihan

system kaki meja ini adalah pekerjaan menjadi lebih cepat, dan waktu pun jadi

lebih efektif dan efisien.

36 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 37: BEKISTING

37 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 38: BEKISTING

38 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 39: BEKISTING

39 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 40: BEKISTING

40 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 41: BEKISTING

41 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 42: BEKISTING

4.4. Kebutuhan Bahan untuk Konstruksi Acuan dan Perancah

Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional,

maka direncanakanlah sistem bekisting plat yang terbuat dari plat baja

dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting plat ini memang biayanya jauh

lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting

ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya

sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan,

bekisting plat ini menjadi jauh lebih murah.

PT. Wika Realty memiliki 10 unit bekisting plat untuk kolom, dan satu set

bekisting plat untuk shear wall. Bahan untuk bekisting adalah plat baja dengan tebal 5 mm

yang difabrikasi di sekitar lokasi proyek itu sendiri.

Kebutuhan plat untuk 1 unit bekisting kolom 60x100 :

0,6 x 3,15 = 1,89 m2

1 x 3,15 = 3,15 m2

(1,89) 2 + (3,15)2 = 10,08 m2

42 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 43: BEKISTING

4.5. Kebutuhan Pekerja untuk Konstruksi Acuan dan Perancah Kolom

1. Pembuatan acuan perancah 1 kolom ukuran 60x100 menghabiskan waktu 1,5 jam.

2. Waktu produktif pekerja membuat acuan dan perancah dalam 1 hari adalah 8 jam.

3. Satu hari bekerja (2 pekerja) dapat menyelesaikan ± 5 kolom

4. Satu kolom diselesaikan oleh 2 orang pekerja,jadi acuan dan perancah kolom waktu

yang di butuhkan untuk menyelesaikan.

Lantai 1-10 Hotel

13 kolom 19,5 jam = 2,44 ≈ 3 hari

Lantai 1-10 Apartemen

24 kolom 36 jam = 4,5 ≈ 5 hari

1 hari = 8 jam = 5 kolom

1 kolom = 2 pekerja

Untuk Hotel pekerjaan kolom harus selesai 3 hari jadi pekerja yang

dibutuhkan untuk menyelasaikan 13 kolom dalam 3 hari berjumlah

13 kolom5 kolom

× 2 pekerja=5,2≈ 6 pekerja

Untuk Apartemen pekerjaan kolom harus selesai 5 hari jadi pekerja yang

dibutuhkan untuk menyelasaikan 24 kolom dalam 5 hari berjumlah

24 kolom5kolom

×2 pekerja=9,6 ≈ 10 pekerja

Total pekerja untuk acuan dan perancah kolom hotel dan apartemen : 6+10=16

pekerja

Jadi, jumlah kebutuhan pekerja untuk lantai 1-10 hotel dan apartemen adalah 16

pekerja.

43 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 44: BEKISTING

4.6. Jadwal Pekerjaan ( time-schedule ) Acuan dan Perancah

Acuan dan perancah untuk kolom dapat dibongkar setelah 8 jam

pengecoran.

Acuan dan perancah untuk balok dapat dibongkar setelah 14 hari namun

masih membutuhkan support seperti scaffolding.

Menurut peninjauan di lapangan pada proyek Hotel dan Apartemen La

Grande, pekerjaan acuan perancah untuk kolom, balok, dan plat lantai dapat

mencapai 7 hari per lantai (floor-to-floor)

44 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 45: BEKISTING

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Perencanaan acuan dan perancah mrupakan salah satu bagian yang penting

untuk melaksanakan proses konstruksi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan

hasil beton yang sesuai dengan perencanaan. Namun pekerjaan ini memerlukan

biaya yang cukup besar tetapi dengan biaya tersebut kita dapat menentukan bahan-

bahan yang dibutuhkan secara ekonomis. Menurut penulis, pekerjaan konstruksi

acuan dan perancah dengan menggunakan sistem pelat lebih efisien dan efektif

daripada sistem konvensional. Selain itu dari hasil pengecoran yang didapatkan,

sistem pelat lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional.

5.2. Saran

Dalam pembuatan acuan dan perancah perlu diperhatikan pemilihan bahan

yang sesuai dengan perencanaan dan harus diperhatikan kerapatan dan kekuatan

dari acuan dan perancahnya. Selain itu, dalam pembuatan acuan dan perancah yang

terpenting harus kuat dan mudah untuk dibongkar

Kita juga harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan, agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

45 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h

Page 46: BEKISTING

LAMPIRAN

46 | L a b o r a t o r i u m K o n s t r u k s i A c u a n d a n P e r a n c a h