belajar mapping

31
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENGOLAHAN DATA Aplikasi dan analisis data spasial dalam SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) TAHUN 2014

Upload: pkm-mamajang

Post on 11-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Analisa GIS

TRANSCRIPT

Page 1: belajar Mapping

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT JENDERAL

PUSAT PENGOLAHAN DATA

Aplikasi dan analisis data

spasial dalam SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS (SIG)

TAHUN 2014

Page 2: belajar Mapping

ii @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang tak terkira sehingga modul pelatihan

aplikasi Sistem Informasi Geografis menggunakan Quantum GIS 2.4.0 ini selesai disusun. Pelatihan ini akan secara nyata

meningkatkan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang SIG di lingkungan

Kementerian Pekerjaan Umum. Peningkatan kapasitas ini sangat penting artinya dalam pengelolaan data dan informasi

geospasial, dan juga sebagai dukungan dalam kegiatan pencantuman koordinat geografis (geotagging) pada lokasi

pelaksanaan paket kegiatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, untuk dapat membantu terlaksananya

program PU melalui Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 13/SE/M/2010 tentang pencantuman koordinat

geografi pada lokasi pelaksanaan paket kegiatan di lingkungan Kementerian PU, serta dalam mendukung percepatan

pelaksanaan prioritas pembangunan Nasional.

SIG merupakan alat bantu dalam mengelola data baik spasial maupun non spasial dan saat ini telah menjadi standar

bagi pengelolaan data terpadu. Sebagai alat bantu, perkembangan SIG berjalan sangat cepat mengikuti perkembangan

sistem pengelolaan data dan perkembangan perangkat keras pengolah data. Pelatihan ini memberikan kesempatan

kepada para petugas dari berbagai bidang di Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperbarui diri dengan

perkembangan yang cepat tersebut. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan pengguna dapat melakukan pekerjaan

- pekerjaan input data dalam SIG, manajemen data spasial, editing dan updating data, serta mampu membuat tampilan

peta dan informasi spasial menggunakan SIG. Modul ini merupakan modul lanjutan dari Modul SIG Dasar yang inisiasi

pembuatannya sudah dimulai pada tahun 2012. Modul ini membahas secara umum aspek analisis (baik analisis data

vektor maupun analisis data raster), manipulasi data spasial di dalam SIG dan aplikasinya untuk berbagai bidang.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan modul

pelatihan ini, dan juga terselenggaranya pelatihan Aplikasi SIG dan pemetaan. Pada akhirnya semoga modul sederhana

ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

Disusun di Jakarta tahun 2014

Pusat Pengolahan Data

Kementerian Pekerjaan Umum

KATA PENGANTAR

Page 3: belajar Mapping

iii @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I ANALISIS DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1

1.1 Sistem Informasi Geografis 1

1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis 1

1.1.2 Elemen SIG 2

1.2 Data Spasial 3

1.2.1 Format Data Spasial 3

1.2.1.1 Data Vektor 3

1.2.1.2 Data Raster 4

1.3 Geoprocessing / Analisis Data Spasial 4

BAB II ANALISIS DATA VEKTOR 5

2.1 Buffer 5

2.2 Clip 7

2.3 Overlay 9

2.4 Dissolve 11

2.5 Query 12

BAB III ANALISIS DATA RASTER 15

3.1 Analisis Kemiringan Lereng 15

3.2 Analisis Aspek lereng 17

3.3 Analisis Hillshade 19

3.4 Interpolasi Spasial 20

3.5 Ekstraksi Kontur dari DEM 23

GLOSARIUM 25

DAFTAR ISI

Page 4: belajar Mapping

1 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

BAB I

ANALISIS DATA SPASIAL DALAM SIG

1.1 Sistem Informasi Geografis

1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).

Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: ” Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang

bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, me-manipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis ”.

Keunggulan utama dari SIG adalah SIG memungkinkan kita untuk melihat, memahami, menanyakan, menginterpretasi dan menampilkan data spasial dalam banyak cara, yang memperlihatkan hubungan, pola dan trend secara spasial, da-lam bentuk peta, globe, laporan dan grafik. SIG mampu membantu dalam pemecahan masalah dengan cara menampil-kan data menggunakan cara yang mudah dipahami dan hasilnya mudah disebarluaskan.

Beberapa pertanyaan dan masalah yang dapat dipecahkan secara efektif dan efisien dengan menggunakan SIG, misal-nya:

1. Dimana saja wilayah yang mengalami penurunan kualitas permukiman ?

2. Jenis pohon apa saja yang dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Rinjani?

3. Apakah setiap kawasan wisata pesisir di Indonesia sudah mengimplementasikan Peringatan Dini Bahaya Tsuna-mi?

4. Bagaimana peluang pasar yang ada apabila di sebuah tempat akan dibangun sebuah toko?

5. Bagaimana perkembangan permukiman di Jakarta dari tahun 1980 sampai 2010?

6. Manakah rute yang tercepat dari Kantor Kementerian PU ke Bandara Sukarno Hatta?

dan beragam pertanyaan dan permasalahan spasial lainnya. Secara singkat fungsionalitas SIG meliputi kemampuan pengukuran (measurement), pemetaan (mapping), pemantauan (monitoring) dan pemodelan (modeling).

Untuk menjawab pertanyaan diatas kita memerlukan data spasial yang menyajikan sebaran indikator permasalahan yang diangkat dalam pertanyaan/permasalahan spasial untuk kemudian dianalisis menggunakan metode/teknik terten-tu. Jika dalam SIG dasar kita mempelajari cara pembuatan peta, esensi data spasial, karakteristik data spasial, akuisisi data, manajemen data, dan aspek kartografi data spasial, maka dalam SIG analisis kita mempelajari mengenai bagaima-na cara memecahkan masalah keruangan atau mengaplikasikan SIG untuk kegiatan tertentu dan menghasilkan output tertentu.

Page 5: belajar Mapping

2 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

1.1.2 Elemen SIG

Gambar 1. Elemen SIG

Sebagai sebuah sistem, SIG terdiri dari beberapa elemen fungsional yang mempunyai tugas - tugas spesifik. Elemen SIG

meliputi input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data serta keluaran informasi.

Data input merupakan elemen yang bertugas mengatur bagaimana data mentah dimasukkan ke dalam SIG. Data

yang dapat menjadi masukan dalam SIG antara lain peta (analog atau dijital), pengukuran lapangan, data GPS, foto

udara dan citra satelit, DEM, data statistik dalam bentuk laporan dan tabel , serta berbagai jenis data lainnya. Teknik

input data ke dalam SIG juga terdapat berbagai macam cara. Untuk data peta dalam bentuk cetak dapat dimasukkan ke

dalam SIG dengan menggunakan teknik dijitasi manual menggunakan digitizer. Sedangkan untuk data peta hasil scan-

ning dapat dimasukkan dalam SIG menggunakan teknik on-screen digitizing atau konversi raster ke vektor. Data foto

udara dan citra satelit dapat diekstrak informasinya menggunakan teknik on-screen digitizing (untuk interpretasi visual)

atau import raster (untuk hasil analisis dijital). Untuk data GPS dapat dimasukkan ke dalam SIG dengan menggunakan

teknik COGO (coordinate geometry) atau menggunakan fasilitas import GPS data dari software SIG. Sedangkan untuk

data statistik dan data spasial dijital lain dapat dimasukkan ke dalam SIG menggunakan fasilitas eksport-import data

yang biasanya tersedia di setiap software.

Setelah dimasukkan ke dalam SIG, data kemudian dikelola dan disimpan dalam sebuah basis data spasial. Proses

pengelolaan data meliputi editing data dan cara penyimpanan data. Editing data diperlukan karena biasanya data

yang masuk ke dalam SIG masih memiliki kesalahan sebagai akibat dari proses input data maupun proses import

datanya. Penyimpanan data terkait bagaimana cara penyimpanan data ke dalam basis data spasial agar nantinya ketika

data dipanggil (retrieval) untuk analisa tertentu dapat berjalan optimal, efektif dan efisien. Terdapat berbagai jenis

model penyimpanan basis data di dalam SIG, masing - masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Manipulasi dan analisis data adalah mengenai bagaimana data diolah dan dianalisis untuk menghasilkan sebuah

informasi. Teknik analisa data di dalam SIG dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu teknik analisis data spasial dan

teknik analisis data atribut. Yang termasuk dalam kategori analisis spasial antara lain pengukuran (measurement),

reklasifikasi spasial (spatial reclassification), analisa jaringan, analisa permukaan (surface analysis), vector geopro-

cessing (overlay, clipping, buffer, extraction, merging), dan raster geoprocessing (filter, reklasifikasi, map algebra,

majority analysis, interpolasi). Sedangkan yang termasuk teknik analisis data atribut antara lain query, join table,

analisa statistik.

Informasi hasil manipulasi dan analisis kemudian ditampilkan dalam berbagai bentuk. Bentuk paling umum dari

keluaran SIG adalah peta, baik dalam bentuk dijital di layar monitor, disket, CD ataupun dalam format cetak

(hardcopy). Bentuk keluaran yang lain bisa berupa tabel, grafik, maupun laporan. Hasil keluaran analisis juga bisa

disimpan kembali dalam basis data yang dapat dimanfaatkan untuk aplikasi lain.

Page 6: belajar Mapping

3 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

1.2 Data Spasial

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geo-

grafis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membu-

atnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut

ini :

1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan

koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum (referensi titik ketinggian terendah) dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang

berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Gambar 2. Data Grafis dan Data Atribut

1.2.1 Format Data Spasial

Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file

satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:

1.2.1.1 Data Vektor

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 3. Data Vektor

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

Page 7: belajar Mapping

4 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

1.2.1.2 Data Raster

Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).

Gambar 4. Data Raster

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran piksel-nya. Dengan kata lain, resolusi piksel meng-gambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap piksel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.

1.3 Geoprocessing/Analisis Spasial

Geoprocessing adalah suatu proses dalam SIG yang digunakan untuk mengolah/melakukan analisa terhadap data spa-sial, dimana pada akhirnya akan menghasilkan data dan informasi yang baru. Bisa dibilang geoprocessing ini adalah aspek yang paling penting di dalam SIG, yang membedakannya dengan kartografi (kartografi hanya berkutat pada teknik pembuatan peta saja). Geoprocessing dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu geoprocessing vector dan geoprocessing raster.

Geoprocessing vector adalah teknik - teknik geoprocessing yang diimplementasikan pada struktu data vektor. Contoh dari teknik geoprocessing vector antara lain clipping , buffering, splitting, merging, dan overlay vector.

Geoprocessing raster adalah teknik - teknik geoprocessing yang diimplementasikan pada struktur data raster. Raster geoprocessing dipecah lagi menjadi operasi berbasis titik (point operation), berbasis piksel tetangga (neighbourhood operation) dan berbasis zona (zonal operation). Yang termasuk dalam kategori point operation antara lain map alge-bra. Sedangkan yang termasuk dalam kategori neighbourhood operation antara lain filter, raster statistics analysis dan majority analysis. Adapun yang termasuk dalam kategori zonal operation adalah zonal statistics analysis.

Gambar 5. Vector Geoprocessing dan Raster Geoprocessing

Page 8: belajar Mapping

5 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, struktur data dalam SIG terdiri dari struktur data raster dan vector. Struktur

data ini akan mempengaruhi bagaimana analisis dalam SIG dilakukan. Analisis data vector berbeda dengan raster,

demikian pula sebaliknya. Namun demikian, kedua jenis analisis dapat digunakan secara bersama dalam memecahkan

masalah keruangan (akan dibahas lebih lanjut di bab IX). Data vector banyak dipakai untuk memetakan fenomena per-

mukaan bumi yang bersifat diskrit (batasnya terlihat jelas di lapangan). Contohnya antara lain jalan, sungai,

penggunaan lahan, batas wilayah.

Adapun yang termasuk dalam kelompok alat analisis data vector antara lain adalah

1. Buffer

2. Clip

3. Overlay (Intersect & Union)

4. Dissolve

5. Query

7.1 Buffer

7.1.1 Tinjauan Teoritis Buffer

Buffering adalah proses pembuatan zona dengan luasan tertentu disekeliling data masukan, sesuai dengan penentuan

jarak oleh operator. Buffering biasanya digunakan untuk menentukan area yang terpengaruh oleh adanya kenampakan

tertentu. Ilustrasi buffer ditunjukkan pada gambar di bawah.

Gambar 2.1 Vector Buffering

BAB II

ANALISIS DATA VEKTOR

Page 9: belajar Mapping

6 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

7.2.2 Studi Kasus Buffer

Dalam sebuah Pemetaan Sempadan Sungai yang melewati Kota Medan, kita diminta untuk memetakan daerah sempa-

dan sungai yang ditentukan sepanjang 100 meter di kiri kanan sungai.

1. Buka Quantum GIS, kemudian Add Layer Sungai Kota Medan di Folder C:\DiklatGIS\AnalisaVektor\Buffer

2. Buka Menu Project, kemudian pilih Project Properties. Pilih Tab CRS, kemudian di menu filter masukkan angka

32647, kemudian klik OK. Proyeksi peta telah diubah dari proyeksi geografis ke UTM zona 47 N (sesuai zona UTM

kota Medan).

3. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Buffer. Kemudian pilih layer sungai_medan_utm

sebagai input, pilih buffer distance dan isikan 200, kemudian klik dissolve buffer result, kemudian simpan di folder

yang sama dengan data masukan sungai_medan_utm. Klik Ok

Page 10: belajar Mapping

7 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

4. Tampilan hasil buffer di Peta adalah sebagaimana nampak pada gambar di bawah.

7.2 Clip

7.2.1 Tinjauan Teoritis Clip

Clipping adalah pemotongan bagian tertentu dari suatu layer peta dengan menggunakan peta lain sebagai bidang

pemotong. Clipping biasanya digunakan untuk memecah data peta besar menjadi bagian—bagian lebih kecil atau

mengekstrak daerah tertentu dari suatu data peta untuk tujuan tertentu. Ilustrasi clipping ditunjukkan pada gambar di

bawah ini.

Gambar . Vector Clipping

7.2.2 Studi Kasus Clip

Melanjutkan studi kasus Buffer pada bagian sebelumnya, setelah kita mengetahui sebaran daerah sempadan sungai,

kita diminta untuk memetakan penggunaan lahan di sepanjang daerah sempadan sungai.

1. Melanjutkan project peta buffer pada langkah sebelumnya, buka Peta penggunaan Lahan Kota Medan di Folder

C:\DiklatGIS\AnalisaVektor\Clip.

Page 11: belajar Mapping

8 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

4. Ubah urutan layer agar layer Buffer berada di atas layer penggunaan lahan.

5. Dari menu Vector pilih Geoprocessing Tools kemudian Clip. Masukkan peta penggunaan lahan sebagai input, buffer

sungai sebagai layer clip, dan simpan lokasi di folder C:\DiklatGIS\AnalisaVektor\Clip\.

6. Hasil Cliping berupa penggunaan lahan di sepanjang sempadan sungai dapat dilihat pada gambar di bawah.

7. Dari hasil di atas, kita dapat memantau dan menyimpulkan bagaimana pemanfaatan lahan di kawasan sempadan

sungai, dan kemungkinan pelanggaran—pelanggarannya, karena sempadang sungai adalah kawasan lindung.

Page 12: belajar Mapping

9 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

7.3 Overlay (Intersect dan Union)

7.3.1 Tinjauan Teoritis Overlay.

Overlay adalah proses pentumpangsusunan dua layer peta atau lebih yang menghasilkan data baru yang menginte-

grasikan informasi dari kedua layer penyusunnya. Overlay digunakan untuk misalnya apabila kita ingin mengetahui

misalnya dimana saja permukiman yang menempati lahan dengan kemiringan lereng relatif datar. Untuk menjawab

pertanyaan diatas kita perlu mengoverlaykan antara peta penggunaan lahan dan peta kemiringan lereng, kemudian

hasilnya di-query. Ilustrasi overlay ditunjukkan seperti pada gambar di bawah.

Gambar . Vector Overlay

Terdapat beberapa macam kategori overlay, namun dua yang paling penting adalah intersect dan union. Intersect ada-

lah penggabungan dua layer dengan hanya menyisakan bagian yang overlap dari kedua layer tersebut sebagai

keluarannya. Sedangkan Union adalah penggabungan dua layer dengan tetap menyisakan seluruh bagian dari kedua

layer masukan. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan intersect dan union dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar . Intersect (kiri) dan Union (kanan)

Page 13: belajar Mapping

10 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

7.3.2 Studi Kasus Overlay (intersect)

Untuk studi kasus overlay, kita diminta memetakan permukiman rawan bencana gunungapi di Kabupaten Garut Jawa

Barat. Kondisi geografis Kabupaten Garut yang dikelilingi beberapa gunung api aktif membuat daerah ini cukup rawan

terhadap ancaman letusan gunungapi. Kita akan memetakan permukiman yang rawan terkena letusan gunung api

menggunakan data masukan sebaran permukiman di Garut dan Peta kawasan rawan bencana gunungapi.

1. Add layer Permukiman Garut dan Rawan Bencana Gunungapi di Folder C:\DiklatGIS\AnalisaVektor\Overlay. Selain

itu add juga layer raster basemap garut di folder yang sama, tapi jangan ditampilkan dulu.

2. Dari menu Vector, klik geoprocessing tools, kemudian pilih intersect, jendela menu intersect akan muncul. Masuk-

kan layer permukiman sebagai input, dan rawan gunungapi sebagai intersect layer (jangan tandai use only select-

ed features). Tentukan lokasi output di folder yang sama dengan input, kemudian klik OK, proses intersect akan

berjalan yang ditunjukkan dengan progress bar di kiri bawah.

Page 14: belajar Mapping

11 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3. Tampilkan hasil intersect di kanvas, atur urutan dan symbol agar layer permukiman rawan bencana berada di atas,

kemudian layer permukiman garut di bawahnya dan layer basemap di urutan paling bawah, seperti contoh pada gam-

bar.

4. Dari hasil analisis kita bisa mengetahui permukiman mana yang rawan bencana, sehingga bisa kita upayakan kegiatan

penanggulangan bencananya.

5. Proses overlay juga menggabungkan data atribut antara layer—layer penyusunnya, sehingga overlay merupakan

salah satu cara untuk memperoleh database spasial yang lengkap dan komprehensif (cek table atribut hasil overlay).

7.4 Dissolve

7.4.1 Tinjauan Teoritis Dissolve.

Dissolve adalah proses penyatuan berbagai kenampakan dari sebuah data menjadi satu berdasarkan atribut tertentu.

Salah satu proses dissolving adalah membuat Peta Admininstrasi Kecamatan dari Peta Administrasi desa. Ilustrasi dis-

solve dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar . Vector Dissolve

Page 15: belajar Mapping

12 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

7.4.2 Studi Kasus Dissolve

Untuk Studi Kasus Dissolve, kita akan membuat Peta Administrasi Kecamatan menggunakan Peta Administrasi Desa

sebagai sumber datanya.

1. Buka data Administrasi Desa Sumatera Utara dari folder C:\DiklatGIS\AnalisaVektor\Dissolve\.

2. Dari Menu Vector, klik Geoprocessing Tools, kemudian pilih Dissolve. Masukan Admin Desa sebagai input, pilih

Kecamatan Sebagai Dissolve Field, kemudian simpan di folder Dissolve. Klik OK.

3. Hasil Dissolve berupa Peta Administrasi Kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah.

7.5 Query

7.5.1 Tinjauan Teoritis Query.

Query dalam terminologi basis data spasial adalah proses pemilihan dan pencarian kenampakan tertentu dari satu atau

lebih data spasial. Proses pemilihan dilakukan menggunakan operator tertentu, baik operator aritmatik (penambahan,

pengurangan, perkalian, pembagian), logical (OR, AND, XOR), kondisional (if, then, else) maupun perbandingan (lebih

dari, kurang dari). Contoh tampilan query builder adalah seperti pada gambar di bawah.

Page 16: belajar Mapping

13 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Gambar . Query Builder

7.5.2 Studi Kasus Query

Untuk Studi Kasus Query, kita akan mencari tahu desa - desa di pulau jawa yang luasnya lebih dari 250 km2.

1. Buka data Administrasi Kecamatan Jawa dari folder C:\DiklatGIS\AnalisaVektor\Query\.

2. Buka table atribut dari layer Kecamatan Jawa, kemudian klik Select Features Using Expression, jendela query editor

akan muncul.

3. Dari kolom Function List, klik Fields and Values, kemudian Klik field AREAKM2_10 sehingga muncul di kolom jendela

SQL, kemudia klik operator lebih dari “>“ . Kemudian isilan 250 di kolom SQL expression (lihat gambar di bawah), lalu

klik OK. Query builder akan mencari record - record yang sesuai, kemudian ditampilkan di kanvas peta. Feature yang

terpilih akan diberi warna kuning.

Page 17: belajar Mapping

14 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3. Anda dapat menyimpan hasil selection/query sebagai layer baru dengan cara, klik kanan nama layer, kemudian klik

save as. Jendela save selection akan muncul. Tentukan format keluaran, lokasi penyimpanan dan pilihan lain seperti

system koordinat (crs), pilihan penyimpanan peta sekaligus data atribut atau hanya peta saja (skip attribute crea-

tion), kemudian centang pilihan save only selected features dan pilihan langsung menampilkan peta setelah disim-

pan (add saved file to map). Cobalah bereksplorasi dengan mencoba query yang lain.

Page 18: belajar Mapping

15 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Di dalam SIG, data raster dan analisis data raster banyak digunakan untuk pemetaan obyek yang bersifat kontinu

(batasnya tidak terlihat jelas di lapangan/ gradual) dan pemodelan spasial, baik statis maupun dinamis. Analisa data

raster banyak menggunakan peta—peta hasil analisa digital citra satelit karena peta raster dan citra satelit mempunyai

struktur data yang sama, yaitu grid cell, sehingga kompatibel satu dengan lainnya. Hal ini berbeda dengan data vector,

dimana agar bisa dianalisis secara bersama, data raster hasil analisa digital citra satelit harus dikonversi dulu ke struktur

data vector. Contoh jenis fenomena permukaan bumi yang biasa dipetakan menggunakan struktur data raster antara

lain topografi, lereng, curah hujan, kelembapan tanah, penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, dan lain—lain. Adapun

yang termasuk dalam analisis data raster antara lain :

1. Analisis Kemiringan Lereng

2. Analisis Arah Lereng

3. Analisis Hillshade

4. Interpolasi Spasial

5. Pembuatan Kontur dari data DEM

3.1 Analisis Kemiringan Lereng

3.1.1 Tinjauan Teoritis Analisis Kemiringan Lereng

Peta kemiringan lereng dapat diturunkan secara otomatis dari data raster ketinggian permukaan bumi atau lebih

dikenal dengan nama DEM (digital elevation model). Kemiringan lereng dihitung dari perbedaan nilai ketinggian antara

satu piksel dengan piksel—piksel tetangganya yang kemudian gradient kemiringannya dihitung menggunakan prinsip

pitagoras dan trigonometri. Contoh derivasi data kemiringan lereng dari data DEM dapat dilihat pada gambar di

bawah.

Gambar . Kemiringan Lereng

BAB III

ANALISIS DATA RASTER

Page 19: belajar Mapping

16 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3.1.2 Studi Kasus Analisis Kemiringan Lereng

Pada praktek ini, digunakan data DEM yang bersumber dari citra satelit ASTER stereo dengan resolusi spasial 15 meter,

yang diunduh secara gratis dari Portal GDEX (http://gdex.cr.usgs.gov). DEM meliput sebagian wilayah Sumatera Utara,

terutama di wilayah Danau Toba dan sekitarnya.

1. Buka file DEM dengan cara Add raster layer dari menu layer dengan direktori data Folder

C:\DiklatGIS\AnalisaRaster\DEM. DEM akan ditampilkan di layar. Tampilan DEM nampak kurang begitu jelas.

2. Data DEM yang kita buka memiliki sistem koordinat geografis. Pada sistem koordinat geografis, nilai koordinat x dan

y menggunakan satuan sudut, sedangkan unit z (ketinggian) menggunakan satuan meter. Perbedaan satuan ini akan

menyebabkan kesalahan dalam perhitungan kemiringan lereng, oleh karena itu data harus ditransformasi ke proyeksi

UTM yang koordinat x dan y nya menggunakan satuan meter. Untuk mentransformasi proyeksi DEM, buka menu Raster

kemudian klik Projections, kemudian pilih Warp (Reproject). Atur lokasi penyimpanan file, kemudian Target SRS pilih

select kemudian cari sistem koordinat UTM zona 47 N, dan resampling method pilih near. Klik OK

.

Page 20: belajar Mapping

17 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

2. Dari menu Raster, pilih Terrain Analysis, kemudian klik Slope. Jendela parameter slope akan muncul. Masukkan

DEM danau toba hasil reproyeksi sebagai input, kemudian tentukan lokasi penyimpanan hasil peta lereng di folder yang

sama. Output format sebagai Geotiff dan Z factor = 1.0. Klik OK, peta lereng akan dibuat secara otomatis

3. Contoh hasil peta lereng seperti gambar di bawah

3.2 Analisis Aspek Lereng

3.2.1 Tinjauan Teoritis Analisis Aspek Lereng

Aspek lereng atau arah hadap lereng merupakan salah satu dari peta turunan yang bisa dihasilkan dari DEM. Peta arah

lereng banyak digunakan dalam pemodelan erosi, iluminasi matahari, koreksi citra satelit, perencanaan infrastruktur,

dan lain—lain. Aspek dikalkulasi dengan cara memfilter DEM dari arah horizontal dan vertical dan kemudian hasilnya

dikombinasikan dan dikonversi menjadi sudut azimuth. Contoh bagaimana DEM dikonversi menjadi peta lereng dapat

dilihat pada gambar di bawah.

Gambar . Aspek Lereng

Page 21: belajar Mapping

18 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3.2.2 Studi Kasus Analisis Aspek Lereng

Melanjutkan sesi sebelumnya tentang peta lereng, kita akan membuat peta aspek menggunakan data DEM yang sama.

1. Klik Menu Raster, kemudian pilih Terrain Analysis, lalu pilih Aspect. Jendela parameter Aspect akan muncul. Ma-

sukkan DEM toba sebagai input, tentukan lokasi output, format pilih Geotiff, dan Z factor = 1, tandai pilihan Add

result to project.

2. Contoh hasil pembuatan Peta Aspect ditampilkan pada gambar di bawah.

Page 22: belajar Mapping

19 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3.3 Analisis Hillshade

3.3.1 Tinjauan Teoritis Analisis Hillshade

Hillshade atau bayangan gunung adalah sebuah peta raster yang menggambarkan bentuk topografi permukaan bumi.

Peta ini diturunkan dari data DEM. Hillshade mensimulasikan bagaimana sinar matahari datang ke permukaan bumi

sehingga terdapat area yang terang (terkena sinar matahari) dan gelap (daerah bayangan/membelakangi matahari).

Dari variasi gelap terang ini bentuk topografi medan muncul, Hillshade banyak dipakai sebagai background peta topo-

grafi dan peta tematik lain untuk memberikan informasi kesan topografi dan permukaan medan. Dari peta hillshade

dapat diketahui mana daerah yang topografinya datar, landai, berombak, berbukit sampai bergunung. Contoh konversi

dari DEM menjadi hillshade dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar . Hillshade

3.3.2 Studi Kasus Hillshade

Melanjutkan hasil analisa kemiringan dan aspek lereng, input yang digunakan adalah DEM danau Toba dan sekitarnya.

1. Klik Menu Raster, kemudian pilih Terrain Analysis, lalu pilih Hillshade. Jendela parameter hillshade akan muncul.

Masukkan DEM toba sebagai input, tentukan lokasi output, format pilih Geotiff, dan Z factor = 1, tandai pilihan

Add result to project. Untuk parameter illumination, Azimuth adalah sudut datang matahari, sedangka vertical

angle adalah ketinggian matahari. Sudut vertical angle 90 berarti matahari berada di atas kepala. Sudut Azimuth

180 berarti matahari berada diselatan. Silahkan diatur sesuai dengan nilai yang diinginkan.

Page 23: belajar Mapping

20 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

2. Hasil pembuatan hillshade ditampilkan seperti gambar di bawah.

3.4 Interpolasi Spasial

3.4.1 Tinjauan Teoritis Interpolasi

Interpolasi adalah salah satu teknis analisis dalam SIG yang ditujukan untuk memprediksi nilai suatu fenomena dalam

suatu area yang tidak diketahui nilainya dengan mendasarkan pada prediksi berdasarkan nilai - nilai yang diketahui dari

area lain dalam wilayah yang bersangkutan. Jenis–jenis fenomena yang biasanya dipetakan dengan cara interpolasi

antara lain elevasi, kelembaban udara, suhu udara, konsentrasi senyawa tertentu dalam udara, sebaran batuan dan

mineral, dan lain - lain. Contoh penerapan interpolasi dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar . Interpolasi

Page 24: belajar Mapping

21 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3.4.2 Studi Kasus Interpolasi

Untuk praktek interpolasi, kita akan menggunakan data titik tinggi hasil survey lapangan di sekitar Banten Tengah dan

mencoba membuat DEM dengan cara interpolasi.

1. Add layer titik tinggi dari folder C:\DiklatGIS\AnalisaRaster\interpolasi\ .

2. Add raster basemap.jpg dari folder yang sama.

3. Dari menu raster , pilih Interpolation. Jendela parameter interpolation akan muncul, pilih layer titik tinggi sebagai

input, klik Add, pilih IDW sebagai interpolation method, atur extent, cell size dan dimensi sesuai gambar, klik OK. QGIS

akan memulai proses interpolasi DEM.

Page 25: belajar Mapping

22 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

4. Hasil interpolasi akan ditampilkan di kanvas, lakukan stretching (dari tab style) dan pembuatan transparansi (dari tab

transparency) di menu properties seperti nampak pada gambar di bawah.

5. Hasil akhir Nampak seperti gambar di bawah.

Page 26: belajar Mapping

23 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

3.5 Pembuatan Kontur dari DEM

3.5.1 Tinjauan Teoritis

Pembuatan kontur dari DEM sebenarnya salah satu bagian dari teknik interpolasi, dimana teknik interpolasi yang

digunakan adalah interpolasi linier. Dengan teknik ini, data kontur dapat diturunkan secara otomatis dari DEM, yang

perlu ditentukan secara manual hanyalah interval kontur yang ingin dihasilkan. Ekstraksi kontur juga merupakan salah

satu contoh operasi konversi raster ke vector, dimana dalam hal ini data raster berupa DEM dikonversi menjadi data

vector kontur. Contoh hasil ekstraksi kontur dari DEM dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar Ekstraksi Kontur

3.5.2 Studi Kasus Ekstraksi Kontur

Melanjutkan hasil analisa kemiringan dan aspek lereng, input yang digunakan adalah DEM danau Toba dan sekitarnya.

Disini kita akan menurunkan data kontur dengan interval tertentu dari DEM danau Toba dan sekitarnya.

1. Klik Menu Raster, kemudian pilih Terrain Analysis, lalu pilih Extraction>Contour. Jendela parameter Contour akan

muncul. Masukkan DEM toba sebagai input, tentukan lokasi output, Interval kontur dalam contoh dipilih 250, tapi

anda dipersilahkan menentukan interval kontur sendiri (makin kecil interval, makin banyak data kontur yang

dihasilkan, konsekuensinya ukuran file, proses ekstraksi dan proses loadingnya menjadi lama). Kemudian tandai

attribute name, hal ini agar nilai ketinggian disimpan di data atribut garis kontur hasil ekstraksi, berikan nama

elevasi. Tandai juga Load into canvas when finished.

Page 27: belajar Mapping

24 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

2. Hasil Kontur sebagaimana nampak pada gambar di bawah. Informasi ketinggian tersimpan dalam data atribut.

Page 28: belajar Mapping

25 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Annotasi Keterangan atau informasi tambahan yang menjelaskan posisi atau titik tertentu. Biasanya anotasi berhubungan dengan keterangan atau kata-kata yang dicetak pada peta yang dibuat.

Atribut Keterangan atau informasi tentang sebuah bentukan/Feature dalam SIG/GIS. Biasanya berbentuk tabel yang masing-masing catatannya mempunyai kaitan dengan bentuk/feature tertentu. Contohnya bentukan/feature sungai mungkin memiliki atribut antara lain: nama sungai, panjangnya, tingkat sedimentasinya, dapat berlayar pada sungai tersebut atau tidak, dan lain sebagainya. Pada data raster, atribut biasanya mengacu kepada nilai sel raster tersebut. Pada umumnya hanya satu atribut saja yang dapat disimpan. Terkadang pada tabel atribut ini tersimpan juga ket-erangan bagaimana sebuah bentukan harus ditampilkan pada ArcMap (misalnya berapa ketebalan garis, warna, jenis font yang digunakan, dan lain sebagainya).

Citra Satelit Foto-foto permukaan bumi atau permukaan benda angkasa lain yang direkam oleh satelit buatan (bukan satelit alam seperti bulan).

Coverage Data tempat menyimpan bentukan/feature geografi. Sebuah coverage menyimpan informasi atau ket-erangan seragam (titik saja, garis saja atau polygon saja) dan biasanya juga sejenis/tematis seperti misalnya jenis tanah, sungai, jalan, tata guna lahan. Selain bentukan/feature, coverage juga menyimpan keterangan dan penjelasannya da-lam atribut maupun anotasi.

Digitasi Sebuah kegiatan untuk merubah bentukan/feature geografi yang berasal dari peta analog ke bentuk digital dalam format GIS/SIG. Proses perubahan ini biasanya menggunakan perangkat meja digitasi atau dapat juga dengan pemindai (scanner).

Domain Sekumpulan nilai yang telah diperiksa keakuratannya dalam sebuah elemen.

Data Attribute Data tabular atau teks yang menjelaskan lebih lengkap mengenai sebuah bentukan/ feature. Penjela-san ini memiliki link/kaitan dan berbeda dengan bentukan/feature yang lainnya.

DBMS Data Base Management System adalah sekumpulan perangkat lunak yang dijalankan pada sekumpulan perangkat keras yang dipergunakan untuk membuat dan mengelola database/basis data berdasarkan aturan tertentu yang sudah direncanakan sebelumnya. DBMS ini data dapat dengan mudah ditambah, disimpan, dirubah, dihapus dan juga dimanfaatkan.

Data Frame Data frame bisa terdiri dari sebuah layer atau lebih. Sebuah peta (dalam layout di ArcGIS) bisa memiliki beberapa data frame (peta utama, inset satu, inset dua, peta pembanding dan lain sebagainya), namun pada data view hanya satu data frame yang dapat ditampilkan pada satu saat. Selain itu dapat mendefinisikan sebuah wilayah geo-grafis, besarnya bagian peta yang akan dipakai untuk menampilkannya, sistem koordinatnya dan berbagai pengaturan tampilan lainnya. Secara umum, cartographer/pembuat peta menyebutnya sebagai map body/tubuh peta.

Data Raster Data yang terdiri sel-sel yang disusun menurut baris dan kolom. Pada masing-masing sel tersebut tersim-pan sebuah nilai tunggal. Data raster biasanya merupakan sebuah gambar (warna-warninya) bisa juga nilai sel tersebut melambangkan sesuatu yang berbeda-beda (seperti tata guna lahan) atau yang berkesinambungan seperti curah hujan dan ketinggian. Sebuah sel data raster hanya mampu menyimpan sebuah keterangan atau nilai saja, untuk mengatasi keterbatasan digunakan beberapa band data raster yang masing- masing menampilkan keterangan yang berbeda (contohnya citra satelit yang ditampilkan dalam komposit band Red Green Blue (RGB) yang terdiri dari 3 band data ras-ter. Masing-masing sel pada data raster mewakili bentuk/kondisi tertentu di alam nyata. Luas wilayah yang diwakilkan oleh sebuah sel (biasanya berbentuk bujur sangkar) yang disebut resolusi.

Data Spasial Data Ruang adalah keterangan tentang lokasi dan bentukannya di permukaan bumi serta keterkaitan satu aspek dengan lainnya. Biasanya data spasial menyimpan koordinat dan topologi dari bentukan tersebut. Definisi lainnya menyebutkan data spasial adalah semua data yang dapat dipetakan.

Data Vektor Data titik, garis atau polygon (daerah/wilayah) yang masing-masingnya dibangun atas sebuah koordinat (titik) atau kumpulan koordinat (garis dan polygon). Data tersebut mewakili benda/obyek tertentu di muka bumi. Misal-nya garis yang mewakilkan jaringan jalan.

GLOSSARIUM

Page 29: belajar Mapping

26 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Data View Sebuah View/jendela pada ArcMap dan ArcReader berfungsi untuk melihat, menampilkan, mengek-splorasi, meng-query data-data geografis dan tidak menampilkan keterangan selain data geografis misalnya legenda, judul dan skala.

Datasets Koleksi atau kelompok data-data yang berkaitan, dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang sama.

Datum Referensi yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran permukaan bumi. Pada ilmu survei dan geodesi, datum merupakan titik referensi di permukaan bumi berikut model asosiasi yang matematis dimana penhitungan koordinat dilakukan.

ESRI Environmental System Research Institute (Inc.) Salah satu perusahan pengembang perangkat lunak Sistem In-formasi Geografis

Feature Bentukan atau gambaran secara sederhana atas benda/fenomena/objek di permukaan bumi yang diseder-hanakan sebagai titik, garis atau polygon (daerah/luasan).

Feature Class Dalam terminologi perangkat lunak ArcGIS, adalah koleksi dari feature/bentukan geografi yang mem-iliki persamaan geometri (seperti hanya titik saja, garis saja atau polygon saja), persamaan atribut dan persamaan refer-ensi ruangnya. Feature Class ini dapat disimpan dalam sebuah geodatabase, shapefile, coverage atau format data lainnya. Feature Class memungkinkan feature/bentukan sejenis digabungkan ke dalam satu unit untuk mempermudah penyimpanannya. Sebagai contoh, jalan utama, jalan pemukiman, jalan negara, jalan propinsi, jalan kecamatan dan lorong dapat dikelompokkan dalam satu feature class yang kita namakan jaringan jalan.

FGDC Federal Geographic Data Commitee ialah organisasi yang didirikan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mengelola, menganggarkan, mengkoordinasikan pengembangan, penggunaan, berbagi pakai dan desiminasi data-data survey, pemetaan dan data keruangan lainnya. Organisasi ini menetapkan standar sebuah metadata keruangan di Amerika Sarikat yang dipakai dalam konteks pengembangan National Spatial Data Infrastructure (NSDI).

Foto Udara Foto permukaan bumi yang diambil dengan kamera yang berada (jauh) di atas permukaan bumi. Baik yang dipegang dengan atau dipasang pada dudukan khusus dari sebuah wahana (pesawat, helikopter, balon udara, roket, layangan dan lainnya). Dalam kaitannya dengan pemetaan, foto udara dilakukan dengan cara-cara tertentu dan hasilnya diproses mengikuti tata cara pengolahan yang baku.

Full Extent Tool yang digunakan pada data view untuk menampilkan sebuah atau beberapa feature secara kese-luruhan.

Georeference Menyelaraskan data geografis sehingga ia dapat tepat berada pada koordinat yang tepat dengan

demikian data tadi dapat dilihat, di-query dan dianalisa serta diperbandingkan dengan data geografis lain yang mem-

iliki cakupan wilayah yang sama. Proses-proses georeference meliputi pergeseran, pemutaran, perubahan skala dan

kadang dibutuhkan warping dan rubber sheeting serta orthorektifikasi.

Georektifikasi Suatu proses penyelarasan citra satelit atau foto udara secara digital terhadap peta yang mencakup

wilayah yang sama. Dalam proses ini tempat-tempat yang dapat ditemukan pada foto udara atau citra satelit misalnya

persimpangan jalan, ditandai baik pada citra maupun peta. Untuk proses ini dibutuhkan paling sedikit tiga pasangan

titik yang dapat dijumpai pada peta dan citra. Kemudian titik ini dijadikan acuan dalam pemrosesan selanjutnya hingga

akhirnya didapatkan citra atau foto udara yang dapat ditampilkan mewakili tempat sebenarnya di permukaan bumi.

Geodatabase Sebuah database yang menyimpan, mengelola suatu data, informasi geografis dan data keruangan

yang lainnya. Tujuan utama pengembangan geodatabase adalah untuk mempermudah pengguna untuk query data.

Misalnya Geodatabase Provinsi NAD yang di dalamnya terdapat kumpulan data Provinsi NAD dengan berbagai feature

(titik, garis, polygon).

GPS Global Positioning System adalah sebuah sistem navigasi yang memanfaatkan satelit NAVSTAR yang dapat di-

pergunakan secara global (di seluruh dunia). Penerima GPS (reveiver) yang dipakai akan menginformasikan koordinat

tempat GPS berada.

ISO Kependekan dari International Organization Standardization. Sebuah federasi dari institusi standarisasi nasional

145 negara di dunia yang bergabung menjadi sebuah organisasi internasional untuk mendefinisikan dan memastikan

kriteria - kriteria tertentu sebagai sebuah standar internasional.

Page 30: belajar Mapping

27 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Layer Representasi visual dari data geografis pada peta digital. Secara konseptual sebuah layer adalah irisan atau strata tertentu atas realitas geografis pada sebuah daerah tertentu yang kurang lebih sejenis atau mempunyai kriteria yang sama maupun mirip. Misalnya jaringan jalan, batas administrasi pemerintahan, batas kawasan taman nasional, sungai.

Layer File Dalam ArcGIS, selain layer - layer yang disimpan sebagai shapefile, coverage atau geodatabase, ada format lain yaitu layer file (*.lyr) sebagai media penyimpanan sebuah layer dan menyimpan keterangan tambahan mengenai tampilan datanya.

Map Tips Sebuah tool kotak kuning yang tampil secara sekilas bila kita menggerakan mouse pada data spasial (titik, garis dan poligon) yang tampil pada data view. Memberikan keterangan secara singkat. Untuk mengaktifkan tool ini, terlebih dahulu field yang akan ditampilkan harus diaktifkan.

Line Dalam kaitannya dengan data vektor, sebuah garis adalah sebuah bentukan yang terhubung oleh dua titik atau lebih. Misalnya jalan.

Metadata Sebuah layer/shapefile/geodatabase menjadi lebih informatif jika metadatanya tersedia. Fungsi metadata adalah sebagai informasi data tersebut, kapan data tersebut dibuat, proyeksi yang digunakan, institusi yang memproduksinya. Contohnya sebuah pada sebuah data tertulis 15414 yang berarti sebuah kode pos, maka angka tadi merupakan informasi yang berarti.

Orthophoto Foto udara yang sudah dikoreksi secara geometris (orthorectified) sehingga skala pada foto tadi men-jadi seragam dan jarak sebenarnya bisa diukur dengan tepat, dalam kata lain orthophoto bisa dianggap sebagai sebuah peta.

Orthorectification Proses untuk menghasilkan sebuah orthophoto melalui rektifikasi.

Pan Salah satu tool yang digunakan untuk menggeser tampilan yang ada pada data view untuk data frame yang aktif.

Peta Tematik Sering juga disebut sebagai peta statistik atau peta dengan tujuan khusus/tertentu yang bertujuan untuk menampilkan pola dari satu tema saja. Misalnya Kepadatan Penduduk, Sebaran Penyakit Malaria, Iklim dan se-bagainya.

Polygon Poligon, secara harfiah diterjemahkan sebagai bentuk bersudut banyak. Dalam GIS istilah poligon adalah kumpulan pasangan koordinat yang menghubungkan paling sedikit tiga titik (vertex) dan titik awal bertemu dengan titik yang paling akhir dan menutup. Misalnya : Batas Administrasi.

Polyline Polyline secara harfiah diterjemahkan sebagai garis yang saling terhubung. Pada GIS, polyline adalah garis yang terhubung satu dengan lainnya yang terpusat pada garis induknya . Misalnya sungai besar yang memiliki anak sungai.

Point Dalam kaitannya dengan data vektor, sebuah titik (vertex) adalah sebuah bentukan yang memiliki koordinat x dan y yang mewakili suatu pusat atau tempat. Misalnya : Ibukota, Negara, Titik Sample.

Proyeksi Adalah cara untuk menggambarkan bentuk permukaan (permukaan bumi) yang melengkung menjadi se-buah bidang datar (peta) dengan proses transformasi matematis yang sistematis. Perlu dicatat bahwa tidak ada satu proyeksipun yang mampu secara sempurna memindahkan bidang lengkung menjadi bidang datar sehingga akan ada aspek yang terdistorsi misalnya jaraknya, luas wilayahnya, bentuknya, arahnya atau kombinasi dari beberapa atau semua aspek tadi.

Rektifikasi Proses transformasi citra atau foto udara dengan persamaan matematis tertentu untuk mendapatkan citra atau foto udara yang planimetris.

RDBMS Relational Database Management System adalah database yang memiliki lebih dari satu tabel didalamnya dan masing - masing tabel berhubungan satu dengan yang lainnya pada satu kolom umum yang sering disebut kolom kunci.

Select Element Gambar panah berwarna hitam pada toolbar berfungsi untuk memilih elemen-elemen pada lay-outing dan memilih label-label manual.

SIG Sistem Informasi Geografis. Berasal dari bahasa Inggris GIS - Geographic Information System adalah sekumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan data yang terintegrasi satu dengan lainnya yang mampu menampilkan, mengel-ola data dan informasi secara geografis, menganalisa hubungannya secara keruangan serta memodelkan proses-proses keruangan. SIG memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan mengorganisasi data keruangan dan informasi lain yang terkait sehingga tidak hanya ditampilkan saja namun dapat dianalisa. Beberapa definisi lain memasukkan un-

Page 31: belajar Mapping

28 @2014, Pusdata, Kementerian Pekerjaan Umum

Bimbingan Teknis Pemetaan dan SIG

Sistem Koordinat Sebuah kerangka referensi yang mengacu kepada sumbu horizontal X dan Y (dua dimensi) dan ketinggian atau kedalaman Z (tiga dimensi) beserta seperangkat aturan- aturannya. Sistem koordinat yang digunakan untuk menentukan posisi dalam konteks ruang.

Symbology Salah satu tab Properties yang memiliki seperangkat konvensi, aturan atau sistem pengkodean yang mendefinisikan bagaimana bentukan/feature geografis ditampilkan lewat simbol - simbol pada sebuah peta.

Skala Perbandingan antara ukuran sesungguhnya dengan ukuran model.

TOC Table of Content adalah daftar berisi data frame, layer-layer yang digunakan pada pada suatu project document. Pada TOC ini juga kita bisa mengontrol layer-layer yang aktif.

Titik Kontrol Dalam survey, titik kontrol atau benchmark adalah titik yang telah diketahui ketinggian dan koordi-natnya. Penanda ini telah dipasang secara khusus permanen oleh surveyor (dari suatu institusi yang berkompeten). Titik kontrol ini biasanya dibentuk menjadi tugu kecil atau kadang-kadang tanda-tanda lain seperti cat untuk titik kontrol bantu.

Toolbar “Tools” Toolbar standar, berfungsi pada penggunaan data frame atau view pada operasi ArcMap atau ArcCatalog.

UTM Universal Transverse Mercator adalah sistem koordinat yang sudah diproyeksikan (Transverse Mercartor) dengan membagi bumi menjadi 60 zona yang berbeda, masing-masing selebar 6°. Zona 1 berada pada 180° Bujur Barat hingga 174° Bujur Barat. Pertambahan zona ke arah timur.

Vertex Pasangan koordinat yang bersama-sama dengan vertex lainnya yang saling terhubung dan membentuk sebuah garis atau poligon. Vertex yang mengawali dan mengakhiri sebuah garis atau poligon disebut juga node.

View Pada ArcGIS, view merupakan cara untuk dapat melihat secara keseluruhan isi dari coverage, shapefile atau geo-database yang dipilih pada Catalog Tree di ArcCatalog. Pada ArcView 3.x adalah salah satu dari lima jenis dokumen yang ada dalam sebuah file project (*.apr). View dipakai untuk menampilkan, meng-query, dan menganalisa tema-tema geografis.

WGS84 World Geographic System 1984 adalah datum dan sistem koordinat yang paling umum digunakan saat ini yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk menggantikan WGS72. Pengukuran GPS juga menggunakan datum dan sistem proyeksi ini.

XML eXtensible Markup Language yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C) sebagai sebuah standar bahasa markup umum terutama untuk menampilkan format text sehingga datanya dapat dibaca oleh berbagai aplikasi computer. XML adalah aturan - aturan untuk membuat format informasi standar dengan menggunakan tag - tag (penanda) sehingga data dan format text dapat dimanfaatkan pada berbagai aplikasi/perangkat lunak.

Zoom In Tool yang digunakan untuk memperbesar view (tampilan) yang ada dalam data frame atau peta.

Zoom Out Tool yang digunakan untuk memperkecil view (tampilan) yang ada dalam data frame atau peta.