bentuk fisik benteng keraton buton

Upload: ran-mantong

Post on 06-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    1/7

    Kondisi Fisik Benteng Keraton Buton

    Letak Benteng

    Benteng Keraton Buton atau Benteng Keraton Wolio merupakan Benteng yang terletak di

    Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Benteng Keraton

    Buton memiliki luas sebesar 23.375 hektar dan mendapat penghargaan dari Museum Rekor

    Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record  pada September 2006 sebagai benteng terluas

    di dunia.

    Peta Benteng Keraton Buton

    Sumber: Digitasi Kelompok Peta

    Posisi benteng berada pada ketinggian 114 Meter dari permukaan laut. Tinggi benteng antara

    2 hingga 3 meter serta ketebalan 1,5 hingga 2 meter. Sebenarnya, jumlah benteng di seluruh

    wilayah Kesultanan Buton sesuai dengan jumlah 72 Kadie (wilayah kecil). Setidaknya ada

    72 benteng yang ada, namun benteng Kraton Buton di kelurahan Melai adalah yang terbesar

    sebagai pusat Pemerintahan Kesultanan Buton.

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    2/7

     

    Sejarah Terbentuknya Benteng

    Latar belakang dibangunnya Benteng Keraton Buton adalah sebagai usaha pertahanan dari

    adanya serangan dari luar baik itu dari bajak laut ataupun dari kerajaan lain seperti Kerajaan

    Gowa dan Ternate yang ingin menguasai daerah Kesultanan Buton yang merupakan jalur

     perdagangan yang strategis. Selain untuk mempertahankan wilayahnya dari gangguan musuh,

     pembangunan benteng juga berguna sebagai pembatas antara komplek kesutanan dan

     perumahan penduduk.

    Benteng Keraton Buton mulai dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La

    Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya, benteng tersebut hanya

    dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan

    tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan

    masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV

    yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin (1578-1615), benteng berupa

    tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen untuk meningkatkan pertahanan

    wilayahnya karena makin banyaknya bajak laut yang menyerang warganya, salain itu juga

     pada masa sultan ini dibangun bastion atau baluara yang berisi meriam untuk sebagai senjata

    untuk menyerang musuh sekaligus untuk mempertahankan wilayahnya.

    Pada masa kekuasaan Sultan Buton ke-VI, La Buke atau Sultan Gafatul Wadudu (1632-

    1645), terjadi perubahan secara besar-besaran. Pada tahun 1634, ia memerintahkan ribuan

     prajurit dan seluruh wargnnya agar membangun benteng besar di puncak Bukit Wolio, yaitu

    dengan cara menghubung-hubungkan seluruh bangunan yaitu 16  Baluara  dalam satu

    rangkaian yang utuh. Yang menjadi arsitek pembangunan benteng secara utuh ini adalah

    Perdana Menteri Maa Waponda. Ia mendesain rancangan denah bangunan benteng dengandasar huruf “dal”. Dasar dari desain tersebut karena sang menteri melihat bahwa ada salah

    satu sudut yang tidak bisa dipertemukan. Sudut tersebut kebetulan berada tepat di atas sebuah

    tebing yang sangat curam.

    Proses pembangunan benteng ini mirip dengan proses pembangunan Candi Borobudur di

    Jawa. Bahan baku utama yang digunakan adalah batu-batu gunung. Agar bisa saling melekat

    kuat, tumpukan batu tersebut dilekatkan dengan menggunakan putih telur yang dicampur

    dengan kapur, dan pasir yang diolah menjadi adonan dengan campuran rumput laut. Seluruh

     penduduk Kesultanan Buton turut serta membantu proses pembangunan benteng. Baik laki-

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    3/7

    laki maupun perempuan. Laki — laki membanu dalam mencari batu gunung dan menumpuk

     batu tersebut, sedangkan perempuan bertugas mengumpulkan pasir di pantai.

    Benteng ini dibangun dalam kurun waktu sekitar lima puluh tahun, melampaui tiga masa

    sultan yang berbeda. Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadaan

    Benteng Keraton Buton memberi pengaruh besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun

    waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman

    musuh.

    Bentuk Arsitektur Benteng

    Benteng Keraton Buton terbuat dari batu kapur/gunung. Jika dilihat dari atas, dengan

     bangunan bagian selatan sebagai kepalanya, maka terlihat bahwa bangunan benteng

     berbentuk huruf “dal ” dalam Aksara Arab. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang yang

    disebut lawa dan 16 emplasemen meriam atau baluara, benteng ini terletak di puncak bukit

    yang cukup tinggi dengan lereng terjal. Bentuk benteng ini mengikuti kontur tanah, dan

     bentuknya dipengeruhi oleh letak bastion/baluara yang sudah lebih dulu ada dibanding

    keberadaan benteng

    Pintu masuk benteng terdiri atas 12 pintu menurut Masyarakat Buton mencerminkan jumlahlubang itu sama dengan lubang tubuh manusia, yaitu dua lubang mata, dua lubang hidung,

    dua lubang telinga, satu lubang anus, satu lubang mulut, satu lubang kecing, satu saluran

    sperma, satu lubang pusat, dan satu lubang keringat atau pori-pori. Seluruh lawa ini dapat

    ditemukan disekeliling pagar benteng sejauh 2.740 meter. Ke-12 Lawa ini juga mewakili

     jumlah kampung yang berada di sekeliling Benteng, setiap kampung memiliki 1 lawa menuju

     benteng, nama lawa disesuaikan dengan nama setiap kampung yang dimasukinya.

    Contoh pintu masuk/lawa yang berada dalam benteng

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    4/7

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    5/7

    Masyarakat yang Tinggal Dalam Benteng

    Benteng ini mengelilingi perkampungan adat asli Buton dengan rumah-rumah yang masih

    mempertahankan ciri khas rumah adat Buton yang terdiri dai 3 dusun yaitu Baluwu, Peropa,

    Dete. Benteng Keraton Buton berisi perkampungan yang dihuni oleh kaum Bangsawan yaitu

    Kaumu dan rakyat biasa yaitu Walaka. Kaumu adalah golongan bangsawan yang berhak

    menjadi sultan, sedangkan walaka adalah golongan yang menjadi dewan legislatif yang

    mengangkat sultan.

    Suasana klasik saat memasuki kawasan benteng Kraton masih tetap terjaga. Kondisinya tak

    ubahnya masa kesultanan. Meski aktivitas warga mulai dipengaruhi oleh modernisasi, masih

     banyak rumah yang mempertahankan bentuk asli rumah adat Buton namun ada juga rumahyang sudah lebih modern dengan menggunakan material batu dan semen, namun masih

    terdapat ciri khas rumah adat Buton.

    Dalam kawasan Benteng Keraton Buton memeng terdapat aturan dalam membangun rumah,

    yaitu harus memilki ciri khas rumah adat Buton yaitu rumah panggung, adapun masyarakat

    yang membangun rumah batu hanya diperbolehkan menggunakan material batu dan semen

     pada bagian bawah rumah. Bagian atas rumah harus terbuat dari kayu dan atapnya harus

    mencirikan rumah adat Buton

    .

    Contoh rumah di dalam Benteng Keraton Buton yang masih tradisional

    Sumber: survei langsung 2016

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    6/7

     

    Contoh rumah dalam Bengteng Keraton Buton yang sudah modern

    Sumber: survei langsung 2016

    Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat di dalam benteng, dulunya keadaan

    di dalam Benteng sangatlah padat, sehingga atap setiap rumah bisa bersentuhan. Namun pada

    masa Sultan Muh. Idrus (1824-1851 M) terjadi kebakaran hebat, sehingga banyak masyarakat

    yang tadinya tinggal di dalam benteng pindah mencari daerah lain. Sebagian pindah ke

    daerah atas yang sekarang dikenal dengan Baadia dan sebagian lagi pindah menuju daerah

     bawah yang sekarang menjadi Kota Baubau.

    Bagian-Bagian Benteng

    Benteng dalam benteng terdiri atas permukiman warga, istana-istana sultan, ruang terbuka,

     pusat keagamaan, balai pertemuan (baruga), sekolah, puskemas, kantor pemerintahan, dan

     peninggalan-peninggalan sejarah serta kebudayaan Kesultanan Buton.

    Bekas istana sultan Baruga

  • 8/18/2019 Bentuk Fisik Benteng Keraton Buton

    7/7

     

    Mesjid Raya Keraton Tiang Bendera

    Bangunan dalam Benteng Keraton Buton

    Sumber: survei langsung 2016

    Di zaman Kesultanan Buton bagian luar benteng terdiri dari parit sebagai jebakan bagi musuh

    yang akan menyerang keraton, tumbuhan-tumbuhan beracun untuk menggalau musuh dan

     perkampungan warga. Namun sekarang parit-parit yang berupa lubang memanjang di

    sepanjang bagian selatan luar benteng tersebut sudah tidak difungsikan lagi dan mulai

    ditumbuhi dengan tanaman-tanaman liar.

    Parit bekas pertahanan Kesultanan Buton

    Sumber: survei langsung 2016