benzodi a zep in
DESCRIPTION
benzoTRANSCRIPT
Tugas Bimbingan
Benzodiazepin
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Syiah KualaRumah Sakit Jiwa Banda Aceh
Oleh:Aulia RachmanPanji Anugerah
Ridha Chaharsyah Mulya
Pembimbing :dr. Rina Hastuti Lubis, Sp.KJ
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BLUD RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDINBANDA ACEH
2015Pendahuluan
1
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP).
Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu menyebabkan hilangnya kesadaran, keadaan
anestesi, koma, dan mati.
Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur yang menyerupai tidur
fisiologis.
Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat lain yang tidak
termasuk obat golongan depresan SSP. Walaupun obat tersebut merupakan penekanan SSP,
secara tersendiri obat tersebut memperlihatkan efek yang lebih spesifik pada dosis yang jauh
lebih kecil daripada dosis yang dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum.
Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedative, khususnya golongan
benzodiazepine diindikasikan juga sebagai pelemas otot, antiepilepsi, antiansietas (anticemas),
dan sebagai penginduksi anestesi.
Definisi
Benzodizepin merupakan salah satu obat yang bekerja di system saraf pusat, bersifat hipnotik dan
sedative. Hipnotik dan sedative merupakan golongan obat antidepresi susunan saraf pusat (SSP).
Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma atau
mati. Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktifitas mental, menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi sehingga menenangkan.
Indikasi& Posologi
Penggunaan untuk terapi atau indikasi serta posologi (cara pemberian/bentuk sediaan), dan
dosis) beberapa benzodiazepine yang ada di pasaran dapat dilihat pada tabel berikut :
Nama obat Bentuk Penggunaan Keterangan t ½ (jam) Dosis (mg)
2
(nama Dagang) sediaan Terapi (sebagai contoh)
Hipnotik-sedatif
Alprazolam(XANAX)
Oral Ansietas Gejala putus obat yang terjadi cukup berat
12,0 ± 2,0 --
Klorodiazepoksid(LIBRIUM)
Oral, im, iv
Ansietas, penanganan ketergantungan alcohol, anestesi premedikasi
Lama kerja panjang, akibat metabolit aktifnya, dan menurun secara bertahap
10,0 ± 3,4 5,0 – 100,0; 1-3 x/hari
Klonazepam(KLONOPIN)
Oral Gejala bangkitan, tambahan terapi pada mania akut, dan kelainan pergerakan tertentu
Terjadi toleransi terhadap efek antikonvulsi
23,0 ± 5,0 --
Klorazepat(TRAXENE)
Oral AnsietasGejala bangkitan
Prodrug; aktif setelah diubah menjadi nordazepam
2,0 ± 0,9 3,75 – 20,0;2-4 x/hari
Diazepam(VALIUM)
Oral, Iv, Im, rectal
Ansietas, status epilepsy, relaksasi otot, anestesi pre medikasi.
Prototip benzodiazepine
43,0 ± 13,0
5,0 – 10,03-4 x/hari
Estazolam(PROZOM)
oral Insomnia Efek sampingnya menyerupai triazolam
10,0 ± 24,0
1,0 – 2,0
Flurazepam(DALMANE)
Oral Insomnia Pada penggunaan kronik terjadi akumulasi metabolit aktif
74,0 ± 24,0
15,0 – 30,0
Halazepam (PAXIPAM)
Oral Ansietas Aktif terutama sebab diubah jadi metabolit nordazepam
14,0 --
Lorazepam(ATIVAN)
Oral, im, iv
Ansietas, anestesi, pre medikasi
Hanya dimetabolisme lewat konjugasi
14,0 ± 5,0 2,0 – 4,0
Midazolam(VERSED)
Iv, im Pre anestesi dan intraoperatif-
Benzodiazepin yang sangat
1,9 ± 0,6 -- *
3
anestesi cepat diinaktifkan
Oksazepam(SERAX)
Oral ansietas Hanya dimetabolisme lewat konjugasi
8,0 ± 2,4 15,0 – 30,0; **3-4 x/hari
Quazepam (DORAL)
Oral Insomnia Pada penggunaan kronik terjadi akumulasi metabolit aktif
39.0 7,5 – 15,0
Temazepam(RESTORIL)
Oral Insomnia Hanya dimetabolisme lewat konjugasi
11,0 ± 6,0 7,5 – 30,0
Triazolam(HALCION)
Oral insomsia Benzodiazepine yang sangat cepat diinaktifkan : dapat menimbulkan gangguan di siang hari.
2,9 ± 1,0 0,125 – 0,25
Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya, dan
tidak selalu sesuia dengan indikasi yang dipasarkan. Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai
antikonvulsi harus memiliki waktu paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam
otak agar dapat mengatasi status epilepsi secara cepat. Benzodiazepin dengan waktu paruh yang
pendek diperlukan sebagai hipnotik, walaupun memiliki kelemahan yaitu peningkatan
penyalahgunaan dan dan berat gejala putus obat setelah penggunaannya secara kronik. Sebagai
ansietas, benzodiazepine harus memiliki waktu paruh yang panjang, meskipun disertai risiko
neuropsikologik disebabkan akumulasi obat.
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot,
dan antikonvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer :
vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine tertentu secara IV, dan
blockade neuromuscular yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi.
4
Susunan Saraf Pusat. Walaupun benzodiazepine mempengaruhi semua tingkatan aktivitas
saraf, namun beberapa derivate benzodiazepine pengaruhnya lebih besar terhadap SSP dari
derivate yang lain. Benzodiazepine tidak mampu menghasilkan tingkat depresi saraf sekuat
golongan barbiturate atau anestesi umum. Peningkatan dosis benzodiazepine menyebabkan
depresi SSP yang meningkat dari sedasi ke hypnosis, dan dari hypnosis ke stupor, keadaan ini
sering dinyatakan sebagai efek ansetesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar
memperlihatkan efek anestesi umum yang spesifik, karena kesadaran pasien tetap bertahan dan
relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai. Beberapa benzodiazepine
menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak otot normal, obat ini mengurangi kekakuan
pada pasien cerebral palsy. Efek relaksasi otot diazepam 10 kali lebih selektif dibandingkan
meprobamat, namun tingkat selektifitas ini tidak jelas terlihat pada manusia.
Farmakokinetik
Sifat farmakokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi
penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Golongan benzodiazepine
menurut lama kerjanya dapat dibagi dalam 4 golongan : 1) senyawa yang bekerja sangat cepat;
2) senyawa yang bekerja cepat, dengan t ½ kurang dari 6 jam, termasuk dalam golongan ini
triazolam dan nonbenzodazepine : zolpidem dan zolpiklon, 3) senyawa yang bekerja sedang,
dengan t ½ antara 6-24 jam, termasuk golongan ini yaitu estazolam dan temazepam; dan 4)
senyawa yang bekerja dengan t ½ lebih lama dari 24 jam, termasuk golongan ini yaitu
flurazepam, diazepam dan quazepam. Benzodiazepine dan metabolit aktifnya terikat pada protein
plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan dengan sifat lipofiliknya, berkisar dari 70%
(alprazolam) sampai 99% (diazepam). Kadarnya pada cairan serebrospinal (CSF) kira-kira sama
dengan kadar obat bebas dalam plasma. Metabolisme benzodiazepine terjadi dalam tiga tahap,
yaitu : 1) desalkilasi; 2) hidroksilasi; 3) konjugasi.
Efek Samping
Benzodiazepin dosis hipnotik pada kadar puncak dapat menimbulkan efek samping berikut :
a. kepala ringan
b. malas/tak bermotivasi
c. lamban
5
d. inkordiansi motorik
e. ataksia
f. gangguan fungsi mental dan psikomotorik
g. gangguan koordinasi berpikir
h. bingung
i. disaritria
j. amnesia anterograd
Kemampuan motorik lebih dipengaruhi dibandingkan kemampuan berpikir. Semua efek
tersebut dapat sangat mempengaruhi keterampilan mengemudi dan kemampuan psikomotor
lainnya. Interaksi dengan etanol dapat menimbulkan depresi berat. Efek residual terlihat pada
beberapa benzodiazepine dan berhubungan erat dengan dosis yang diberikan. Intensitas dan
insiden intoksikasi SSP umumnya meningkat sesuai dengan usia pasien; farmakokinetik dan
farmakodinamik obat.
Efek samping lain yang relatif lebih umum terjadi ialah lemas, sakit kepala, pandangan
kabur, vertigo, mual, dan muntah diare, nyeri epigastrik, nyeri sendiri, nyeri dada, dan pada
beberapa pasien dapat mengalami inkontinensia. Benzodiazepin dengan efek antikonvulsi
kadang-kadang malah meningkatkan frekuensi bangkitan pada pasien epilepsy. Perubahan pola
tidur pasien juga dapat terjadi pada pemberian hipnotik –benzodiazepin.
Efek Samping Penghentian Obat
Putus zat benzodiazepine adalah penghentian (pengurangan) penggunaan benzodiazepine
yang telah berlangsug lama dan memanjang. Keparahan sindrom putus zat yang disebabkan oleh
benzodiazepine bervariasi secara signifikan tergantung dosis rata-rata dan dosis penggunaan, tapi
sindrom putus zat ringan bahkan dapat terjadi setelah penggunaan jangka pendek benzodiazepine
dosis relatif rendah. Sindrom putus zat yang signifikan mungkin terjadi pada penghentian dosis,
contohnya dalam kisaran 40 mg sehari untuk diazepam, meski 10 sampai 20 mg sehari, bila
dikonsumsi selama sebulan, juga dapat mengakibatkan sindrom putus zat bila pemberian obat
dihentikan. Awitan gejala putus zat biasanya terjadi 2 sampai 3 hari setelah penghentian
penggunaan, tapi dengan obat kerja lama, seperti diazepam, latensi sebelum awitan mungkin 5
sampai 6 hari.
6
Gejala putus zat benzodiazepine : insomnia, mual dan muntah, tampak lemah, letih dan
dizzines, takikardi, tekanan darah meningkat, ansietas, depresi, iritabel, tremor kasar pada
tangan, lidah dan kelopak mata, kadang terjadi, agitas,
Gejala lainnya meliputi disforia, intoleransi terhadap cahaya terang dan suara keras,
gangguan persepsi singkat (ilusi atau halusinasi visual, taktil atau auditorik), tinnitus, fatigue,
depersonalisasi dan derealisasi, pandangan kabur, kedutan otot (biasanya pada dosis diazepam 50
mg per hari atau lebih). Gejala yang jarang terjadi tetapi membutuhkan perhatian khusus setelah
putus zat seperti hipotensi ortostatik, kejang (biasanya terjadi pada penggunaan benzodiazepine
bersama dengan alkohol) dan timbulnya delirium.
Metabolisme dan Interaksi Obat
Metabolisme hati menyangkut biotransformasi semua benzodiazepin. Dua jalur utama
yang terlibat adalah oksidasi mikrosomal, termasuk N-dealkilasi atau hidroksilasi alifatik, dan
konjugasi oleh glucuronides yang diekskresikan dalam urin. Pola dan tingkat metabolisme
tergantung pada obat yang dikonsumsi individu. Untuk benzodiazepine dengan kelompok
substituen pada posisi 1 atau 2 cincin diazepine, tahap pertama dari metabolisme melibatkan
penghapusan substituen dengan pembentukan biologis N-desalkylated dari compunds aktif.
Nordiazepam merupakan metabolit utama untuk biotransformasi clorazepate, diazepam,
halazepam dan prazepam.
3-OG benzodiazepin -oxazepam, lorazepam dan temazepam-oleh group 3-OHvirtue, bisa
langsung terkonjugasi. Metabolit glukuronida yang farmakologi inaktif dan diekskresikan dalam
urin.The 7-nitro, clonazepam, dan nitrazepam, dimetabolisme oleh reduksigroup 7-nitro untuk
membentuk amina aktif yang kemudian diasetilasi sebelum diekskresikan. Alprazolam dan
triazolam dimetabolisme oleh hidroksilasi awal dari kelompok metil pada cincin triazolo
menyatu. Midazolam dengan cepat dimetabolisme, terutama oleh hidroksilasi awal dari group
metil pada cincin imidazolo menyatu. Karena benzodiazepin tampaknya tidak menginduksi
sintesis enzim hati mikrosomal hati, pemberian jangka panjang biasanya tidak memicu
peningkatan metabolismeobat lain atau benzodiazepin. Oksidasi (yang menghasilkan metabolit
aktif) dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, gangguan hati dan inhibisi enzim hati oleh obat
lain (cimetidine, kontrasepsi oral, isoniazid, fenitoin, propanolol, disulfiram). Konjugasi
dipengaruhi oleh faktor tersebut, dan karena itu, benzodiazepin metabolit oleh konjugasi lebih
7
aman untuk digunakan pada orang tua atau pada pasien dengan penyakit hati. Insufisiensi ginjal
dapat mengganggu ekskresi metabolit glucoronide menyebabkan akumulasi , tetapi ini belum
terbukti memiliki konsekuensi farmakologikarena metabolit inaktif. Meskipun benzodiazepin
tidak berbahaya pada keadaan overdosis ketika dikonsumsi, mereka berpotensiterhadap
efekdepresi CNS lainnya (misalnya Alkohol) dan terkadang memiliki efek letal.
Kesimpulan
Benzodiazepine adalah kelas obat yang memiliki anxiolytic, hipnotis, muscle relaxant dan
sifat antikonvulsan. Mereka telah digunakan klinisidi seluruh dunia selama lebih dari tiga dekade
dalam pengobatan gejala kecemasan dan gangguan, insomnia, dan berbagai penggunaan medis
lainnya.
Benzodiazepin banyak digunakan oleh pria dan wanita, dan orang-orang dari segala usia.
Wanita menggunakannya sekitar dua kali lebih sering, dan penggunaan meningkat secara
substansial di antara populasi lansia. Gunakan pada anak relatif jarang. Sekitar satu setengah
penggunaan benzodiazepine dalam pengobatan gangguan mental, dan sekitar satu-setengah
untuk masalah medis umum.
Benzodiazepin diindikasikan untuk mengobati gangguan kecemasan, induksi tidur,
relexation otot dan penarikan alkohol. Dalam pengobatan tersebut umumnya harus jangka
pendek (yaitu kurang dari tiga puluh hari). Benzodiazepin efektif untuk beberapa gangguan
kecemasan persisten (dan kadang-kadang kronis), termasuk gangguan panik dan gangguan
kecemasan umum. Benzodiazepine sebagai mood stabiliser juga sangat efektif dalam pengobatan
kecemasan, agitasi, dan insomnia terkait dengan depresi berat.
Secara umum, profil efek samping untuk benzodiazepin jinak, dan kematian akibat
overdosis sangat jarang bila tidak ada hal lain yang terlibat. Efek samping yang umum termasuk
rasa kantuk dan sedasi, gangguan psikomotor, dan gangguan kognitif.
Benzodiazepin biasanya tidak direkomendasi selama kehamilan, especiallly di trisemester
pertama, dan harus digunakan hanya dengan indikasi yang ketat.
8
Daftar Pustaka
1. Gunawan dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru, 2007.
2. Departemen Kesehatan. Pedoman deteksi dini gangguan jiwa bagi petugas puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2003.
3. Kaplan & Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC, 2010
4. Kepmenkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI, 2010.
9