berdampak pada pelayanan medis tertentu yang spesialisasi - sub
TRANSCRIPT
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
SALINAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 42TAHUN 2016
TENTANG
PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA DI DALAM STANDAR KOMPETENSI
BIDANG SPESIALISASI BERBEDA UNTUK DOKTER DAN DOKTER GIGT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Menimbang bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dan kedokteran gigi yang cepat dapat
berdampak pada pelayanan medis tertentu yang
dilakukan oleh Dokter Spesialis - Sub Spesialis dan
Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis dari jenis
spesialisasi - sub spesialisasi yang berbeda;
bahwa Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia dan
Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia memerlukan
keterlibatan Konsil Kedokteran Indonesia dalam bentuk
Nota Kesepahaman di dalam pengaturan pemberian
kewenangan klinis pada pelayanan kedokteran tertentu
yang dilakukan oleh Dokter Spesialis - Sub Spesialis dan
Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis dari jenis
spesialisasi - sub spesialisasi yang berbeda;
bahwa dalam memberikan kewenangan klinis pada
pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi tertentu yang
dilakukan oleh Dokter Spesialis Sub Spesialis dan
Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis dari jenis
spesialisasi - sub spesialisasi yang berbeda
a.
b
c
d
membutuhkan dokumen berupa Buku Putih yang
disusun bersama kolegium terkait;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
tentang Pengesahan Kompetensi yang Sama di dalam
Standar Kompetensi Bidang Spesialisasi Berbeda untuk
Dokter dan Dokter Gigi;
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
755/MENKES IPER/IV / 2Ol1 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 259);
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun
2Ol2 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
3a\;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA DI DALAM
STANDAR KOMPETENSI BIDANG SPESIALISASI BERBEDA
UNTUK DOKTER DAN DOKTER GIGI.
Mengingat : 1
Menetapkan
c
a\,
4
-2-
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini yang
dimaksud dengan:
1. Buku Putih Pelayanan Kedokteran/Kedokteran Gigr
Spesialistik (tuhite papefl, selanjutnya disebut dengan
Buku Putih adalah dokumen yang memuat kriteria
kompetensi klinis yang sama Dokter Spesialis - Sub
Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis untuk
melakukan pelayanan kedokteran spesialistik tertentu.
2. Dokter Spesialis - Sub Spesialis dan Dokter gigi Spesialis
- Sub Spesialis adalah lulusan pendidikan kedokteran
dan kedokteran g1g1 dari pencabangan ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Kolegium terkait dan Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Konsil Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya disingkat
KKI adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural,
dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil
Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.
4. Kolegium Kedokteran Spesialis adalah badan pengampu
ilmu yang dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk profesi
Dokter Spesialis - Sub Spesialis terkait.
5. Kolegium Kedokteran Gigi Spesialis adalah badan
pengampu ilmu yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
untuk profesi Dokter Gigi Spesialis - Sub spesialis
terkait.
6. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya
disingkat MKKI adalah suatu organisasi (majelis) yang
anggotanya terdiri dari ketua-ketua kolegium ilmu
kedokteran yang ketuanya dipilih dari para anggota
majelis tersebut dikukuhkan oleh Muktamar Ikatan
Dokter Indonesia, MKKI, dan Kolegium ilmu kedokteran
merupakan satu kesatuan.
-4-
7. Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia adalah
suatu organisasi (majelis) yang anggotanya terdiri dari
ketua-ketua kolegium ilmu kedokteran gtCr yang
ketuanya dipilih dari para anggota majelis tersebut
dikukuhkan oleh Hasil Kongres Persatuan Dokter Gigi
Indonesia, MKKGI, dan Kolegium ilmu kedokteran gigi
merupakan satu kesatuan.
8. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
9. Sertifikat Kompetensi Dokter Spesialis - Sub Spesialis/
Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis adalah surat tanda
pengakuan terhadap kemampuan seorang Dokter
Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis - Sub
Spesialis untuk menjalankan Praktik Kedokteran di
seluruh Indonesia yang diterbitkan oleh Kolegium terkait
setelah lulus Uji Kompetensi atau Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (Continuing Professional Deuelopm.ent/ CPQ
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Komite Medik adalah perangkat Rumah Sakit untuk
menerapkan tata kelola klinis (clinical gouemancel agar
staf medis di Rumah Sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi
medis.
1 I . Kewenangan K1inis (Cliniral Priuilege), selanjutnya
disebut kewenangan klinis adalah hak khusus seorang
staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam lingkungan Rumah Sakit untuk
suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis (clinrcal appointmenQ.
Pasal 2
Peraturan ini bertujuan untuk:
a. menjamin mutu pelayanan kedokteran/tindakan
kedokteran tertentu yang dilakukan oleh Dokter Spesialis
5-
b
c
d
- Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis dari
jenis Spesialisasi yang berbeda di Rumah Sakit demi
melindungi keselamatan pasien.
memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis -Sub Spesialis dan Rumah Sakit dalam melakukan
pelayanan spesialistik tertentu.
memberikan panduan pada kolegium dalam membuat
Buku Putih.
memberikan kejelasan dalam pemberian kewenangan
klinis Dokter Spesialis - Sub Spesialis/ Dokter Gigi
Spesialis - Sub Spesialis pada pelayanan
kedokteran/tindakan kedokteran dalam kompetensi
klinis yang sama dari beberapa disiplin ilmu kedokteran/
ilmu kedokteran gigr di Rumah Sakit.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Buku Putih memuat kriteria kompetensi klinis yang
harus dimiliki oleh setiap Dokter Spesialis - Sub
Spesialis/ Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis yang akan
melakukan pelayanan kedokteran/tindakan kedokteran
pada kompetensi klinis yang sama dari beberapa disiplin
ilmu kedokteran/ilmu kedokteran gigi di Rumah Sakit.
(21 Kriteria kompetensi klinis dalam Buku Putih meliputi:
a. pendidikan formal ilmu kedokteran/ilmu kedokteran
gigi dan disiplin ilmu kedokteran/ilmu kedokteran
gigi terkait;
b. pelatihan formal;
c. pengalaman menangani kasus secara baik dalam
periode tertentu.
BAB II
PENYUSUNAN BUKU PUTIH
-6
Pasal 4
Kolegium terkait menyusun dan menetapkan bersama kriteria
kompetensi klinis Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter
Gigi Spesialis - Sub Spesialis untuk dapat melakukan
pelayanan kedokteran/tindakan kedokteran dengan
kompetensi klinis yang sama di Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan aspek:
a. disiplin ilmu kedokteran/ilmu kedokteran gigi terkait;
b. pendekatansistemik;
c. pendekatan organ;
d. pendekatan mekanisme tindakan.
Pasal 5
Kriteria tentang cara memperoleh kompetensi klinis yang
sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat berbeda
pada masing-masing spesialis sesuai proses pendidikan
spesialisasi dari setiap kolegium.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan
Pasal 6
(1) Setiap kolegium Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis
yang menetapkan kompetensi yang sama dengan
kolegium spesialis lainnya wajib menyusun kriteria
kompetensi klinis masing-masing.
(2\ Kriteria kompetensi klinis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun, disepakati, dan ditetapkan bersama
oleh Kolegium terkait dan MKKI/MKKGI menjadi BukuPutih, dengan tata cara sebagai berikut:
a. MKKI/MKKGI membentuk komite ad hoc untukmenyelesaikan masalah kompetensi klinissebagimana dimaksud dalam Peraturan KKI iniuntuk direkomendasikan dalam rancangan Buku
Bagian Kedua
Persiapan Penyusunan
7-
b
Putih.
Setiap pembentukan komite ad hoc sebagaimana
dimaksud dalam huruf a di atas MKKI/MKKGI
melaporkannya secara tertulis kepada KKI dengan
tembusan kepada seluruh kolegium yang terkait
dalam komite ad hoc.
MKKI/MKKGI dan Kolegium terkait menentukan
kolegium yang akan terlibat dalam komite a.d hoc
sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas.
Kolegium terkait menunjuk secara tertulis
perwakilan tetap yang diberi wewenang untuk
terlibat dalam komite ad hoc sebagaimana dimaksud
dalam huruf a di atas.
Ketua MKKI/MKKGI memimpin persidangan Komite
ad hoc sebagaimana dimaksud dalam huruf a di
atas.
Undangan untuk menghadiri setiap persidangan
Komite ad hoc sebagaimana dimaksud dalam huruf
a disampaikan oleh Ketua MKKI/MKKGI kepada
setiap kolegium paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua
puluh empat) jam sebelum persidangan dilakukan,
dengan tembusan kepada KKI sebagai
pemberitahuan.
Buku Putih ditetapkan secara musyawarah dan
mufakat dalam waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak dibentuknya Komite ad hoc
sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas.
Dalam hal telah tercapai kesepakatan tentang Buku
Putih MKKI/MKKGI melakukan pemberitahuan
secara tertulis kepada KKI untuk meminta
pengesahan Buku Putih tersebut kepada KKL
Dalam hal tidak tercapai kesepakatan dalam jangka
waktu sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam
huruf e di atas MKKI/MKKGI melakukan
pemberitahuan secara tertulis kepada KKI untuk
ditangani lebih lanjut.
c
d
e
f
h
1
8-
Pasal 7
(1) Ketua KKI membentuk Tim KKI untuk penyusunan Buku
Putih setelah menerima pemberitahuan tertulis dari
MKKI/MKKGI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) huruf i diatas atau setelah tidak tercapai kesepakatan
dalam jangka waktu sebagaimana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (21 huruf g di atas.
(2) Persidangan Tim KKI untuk penyusunan Buku Putih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan tata cara sebagai berikut:
a. KKI mengundang Kolegium terkait dan
MKKI/MKKGI untuk melakukan pembahasan dan
penetapan bidang pelayanan kedokteran/tindakan
kedokteran yang akan disusun dalam Buku Putih.
b. Ketua Kolegium terkait dan Ketua MKKI/Ketua
MKKGI bersama Ketua KKI menandatangani berita
acara kesepakatan Buku Putih yang telah disetujui
oleh yang hadir.
(3) Buku Putih yang telah ditetapkan bersama oleh
Kolegium terkait dan disahkan oleh KKI wajib ditaati dan
menjadi dasar dalam pemberian kewenangan klinis bagi
Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis -
Sub Spesialis untuk dapat melakukan pelayanan
kedokteran/tindakan kedokteran pada kompetensi klinis
yang sama dari beberapa disiplin ilmu kedokteran/ilmu
kedokteran gigi di Rumah Sakit.
Pasal 8
KKI mengundang MKKI dan MKKGI bersama kolegiumnya
paling sedikit 2 (dua) kali setahun untuk membahas berbagai
hal yang terkait dengan Buku Putih atau hal lain yang terkait
dengan peningkatan mutu profesi.
-9
Bagian Keempat
Perubahan
Pasal 9
(1) Buku Putih dapat dikembangkan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran/
kedokteran gigi serta peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal terdapat perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran/kedokteran gigi serta peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka
wajib dilakukan penyesuaian Buku Putih dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
Bagian Kesatu
Pengajuan
Pasal l0(1) Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis -
Sub Spesialis yang mengajukan permohonan untukmendapatkan kewenangan klinis agar berwenang
melakukan pelayanan kedokteran/tindakan kedokteran
pada kompetensi klinis yang sama dari beberapa disiplin
ilmu kedokteran/ilmu kedokteran gigi di Rumah Sakit
wajib membuktikan pemenuhan kriteria kompetensi
klinis sesuai dengan Buku Putih.
(2) Komite medik wajib melakukan verifikasi permohonan
dan bukti pemenuhan kriteria kompetensi klinissebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik sebagai
kompetensi dasar spesialis (kompetensi utama spesialis)
maupun kompetensi tambahan.
- 10-
Bagian Kedua
Penilaian dan Pengakuan
Pasal l1
(1) Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis -
Sub Spesialis yang telah memiliki kewenangan klinis,
berwenang melakukan pelayanan di Rumah Sakit tempat
yang bersangkutan melakukan praktik kedokteran.
(2\ Masing-masing Dokter Spesialis - Sub Spesialis/ Dokter
Gigi Spesialis - Sub Spesialis yang memiliki kewenangan
klinis dalam memberikan pelayanan kedokteran/
tindakan kedokteran di Rumah Sakit harus sesuai
dengan ketentuan dalam Buku Putih.
(3) Fasilitas atau instalasi untuk pelayanan
kedokteran/tindakan kedokteran di Rumah Sakit
ditetapkan oleh Kepala Rumah Salit yang bersangkutan
dan dapat dimanfaatkan secara aman dan optimal oleh
Dokter Spesialis - Sub Spesialis/ Dokter Gigi Spesialis -
Sub Spesialis dari beberapa disiplin ilmu kedokteran/
ilmu kedokteran gigi sesuai dengan Buku Putih.
Pasal 12
(1) Setiap Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kedokteran/tindakan kedokteran pada kompetensi klinis
yang sama dari beberapa disiplin ilmu kedokteran harus
berdasarkan Buku Putih.
(21 Komite medik di Rumah Sakit atau tim yang dibentuk
oleh Kepala Rumah Sakit menerbitkan rekomendasi
kewenangan klinis bagi Dokter Spesialis - Sub Spesialis/
Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis untuk dapat
melakukan pelayanan kedokteran/tindakan kedokteran
pada kompetensi klinis yang sama dari beberapa disiplin
ilmu kedokteran/ilmu kedokteran gigi melalui proses
kredensial dan rekredensial dengan berdasarkan Br.rkr.r
Putih.
(3) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Kepala Rumah Sakit menerbitkan surat
- 1l -
penugasan klinis (clinical appointmenQ sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelayanan sesuai kompetensi klinis sebagaimana
tertuang dalam Buku Putih dilakukan oleh KKI, MKKI,
MKKGI dan Kolegium terkait.
(2) Komite Medik melakukan pengawasan terhadap
pelayanan kedokteran/tindakan kedokteran pada
kompetensi klinis yang sama dari beberapa disiplin ilmu
kedokteran/ilmu kedokteran gigi yang berbeda di Rumah
Sakit yang dilakukan oleh Dokter Spesialis - Sub
Spesialis/ Dokter Gigi Spesialis - Sub Spesialis.
(3) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan KKI
ini.
l4l Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Dokter
Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi Spesialis - Sub
Spesialis yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam
Peraturan KKI ini dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketua Komite Medik melalui Kepala Rumah Sakit
melaporkan secara tertulis pelanggaran yang dilakukan
oleh Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter Gigi
Spesialis - Sub Spesialis sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ke Kolegium terkait dan KKL
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
-12-
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
Pada saat Peraturan KKI ini berlaku, Kolegium terkait yang
telah menyu.sun Buku Putih wajib menyesuaikan dengan
Peraturan KKI ini paling lama 1 (satu) tahun sejak
diundangkan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Kolegium terkait yang tidak menaati ketentuan dalam
Peraturan KKI ini, Dokter Spesialis - Sub Spesialis/Dokter
Gigi Spesialis - Sub Spesialis yang disiplin ilmunya diampu
oleh Kolegium tersebut tidak dilindungi oleh hukum dalam
melakukan pelayanan kedokteran/ tindakan kedokteran pada
kompetensi klinis yang sama di Rumah Sakit.
Pasal 16
Peraturan KKI ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
-13-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan KKI ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Mei 2016
KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
BAMBANG SUPzuYATNO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 856
Salinan sesuai dengan aslinyaKONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
Sekretaris Konsil Kedokteran Indonesia,
ttd
AstridNIP. 19570 130 198503200 r
ttd
ttd
-t4-
LAMPIRAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 42TAHUN 2016
TENTANG
PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA DI
DALAM STANDAR KOMPETENSI BIDANG
SPESIALISASI BERBEDA UNTUK DOKTER DAN
DOKTER GIGI
PEDOMAN PENYUSUNAN BUKU PUTIH
NAMA PELAYANAN (SESUAI rCD-1O-CM)
LATAR BELAKANG:
o Pengertian dan batasan pelayanan (ditekankan dalam prosedur tindakan).
. Lingkup layanan dan rincian layanan (sejarah, indikasi, kontraindikasi,
komplikasi).
. KomPetensi ideal secara umum dokter/dokter gigi pemberi layanan (telah
terlatih untuk melakukan pelayanan tersebut dan memperoleh pengakuan
kompetensi oleh kolegium terkait).
o Mendiskripsikan kompetensi ideal secara umum.
SPESIALISASI YANG TERI(AIT:
o Sebutkan semua spesialisasi yang dianggap memiliki kompetensi untukmelakukan pelayanan ini. Sesuai dengan pengakuan yang diberikankolegium terkait.
REKOMENDAST KOLEGIUM/ORGANTSAST pROFEST:
o Konsensus-konsensus yang telah dicapai oleh kolegium terkait.o Rekomendasi spesifik kolegium terkait dengan kriteria kompetensi
(nasional).
REKO.MENDASI KOLEGIUM/ORGANISASI PROFESI YANG TERI(AIT:o Rekomendasi spesifik kolegium terkait dengan kriteria kompetensi (kalau
ada). Referensi dari kolegium/organisasi profesi di luar negeri(internasional).
KRITERIA:
Kriteria berikut ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman komite medis di
-15-
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
r Latar Belakang Pendidikan Formal:
Durasi jenis pendidikan formal yang dibutuhkan untuk memperoleh
kompetensi untuk melakukan pelayanan.
r Pelatihal Formal (minimal):
Jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan untuk memperoleh kompetensi
untuk melakukan pelayanan ini. Yang diakui oleh kolegium terkait.
. Pengalaman:
Jumlah minimal kasus yang pernah ditangani dengan baik dalam masa
pendidikan.
. Referensi:
Rujukan dari senter tertentu atau referensi yang kredibel
o Penugasan Kembali:
Jumlah minimal kasus yang pernah ditangani dengan baik dalam kurun
waktu 12 (dua belas) bulan terakhir yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kompetensi dalam melakukan pelayanan.
o DisclaimerfWewanti/Menjadi Perhatian
Penjelasan tentang outconte, prognosis dan komplikasi, risiko.
KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
BAMBANG SUPRIYATNO
ttd