berita 2

15
Selain dikenal sebagai syahrut tarbiyah dan syahrus shabr , Ramadhan juga dikenal sebagai syahrul jihad; bulan Jihad. Barangkali saat mendengar kata terakhir ini –jihad- sebagian besar umat Islam sendiri telah berpandangan negatif sebagai akibat dari stigma Barat dan media pada jihad Islam. Selain juga akibat penerapan yang salah dari segelintir orang yang mengatasnamakan jihad untuk melegitimasi aksi terorisme mereka. Maka, tema jihad menjadi amat menarik sekaligus urgen untuk dibahas di bulan Ramadhan ini. Setidaknya urgensi tema Ramadhan sebagai Syahrul Jihad ini menemukan 2 momentum. Pertama, adanya aksi terorisme pengeboman di hotel JW Marriot dan Rizt Carlton yang masih diperbincangkan sampai hari ini. Jaringan teroris Mega Kuningan ini memang berhasil diungkap. Sebagian ditangkap. Bahkan Ibrahim yang menjadi salah satu tersangka tewas. Lalu dilakukan pencarian DPO Syaifudin Jaelani atau Syaifudin Zuhri, Bagus Budi Pranoto, Muhammad Syahrir, dan Aryo Sudarto, serta otak teroris Noordin M. Top. Sampai hari ini media massa juga masih sering memberitakan aksi terorisme yang menewaskan beberapa korban di hotel JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega Kuningan ini. Kedua, adanya reaksi berlebihan aparat yang cenderung menggeneralisir aktifis Islam dan gerakan Islam. Munculnya kecurigaan yang over estimate terhadap umat yang berupaya menegakkan syariat terkesan sejalan dengan skenario Barat yang menempatkan Islam sebagai lawan. Pengawasan aparat pada ceramah- ceramah tarawih hanyalah satu bentuk dari bukti adanya reaksi berlebihan ini. Sungguh, betapa menyedihkannya bahwa aktifitas dakwah harus diawasi dan dicurigai. Namun kita yakin dengan firman Allah SWT: َ ن يِ رِ ك اَ مْ ل اُ رْ يَ خُ َ اَ وُ َ اَ رَ كَ مَ وا وُ رَ كَ مَ وOrang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS. Ali Imran : 54)

Upload: sapti-martalia

Post on 17-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Selain dikenal sebagai syahrut tarbiyah dan syahrus shabr, Ramadhan juga dikenal sebagai syahrul jihad; bulan Jihad. Barangkali saat mendengar kata terakhir ini jihad- sebagian besar umat Islam sendiri telah berpandangan negatif sebagai akibat dari stigma Barat dan media pada jihad Islam. Selain juga akibat penerapan yang salah dari segelintir orang yang mengatasnamakan jihad untuk melegitimasi aksi terorisme mereka.

Maka, tema jihad menjadi amat menarik sekaligus urgen untuk dibahas di bulan Ramadhan ini. Setidaknya urgensi tema Ramadhan sebagai Syahrul Jihad ini menemukan 2 momentum. Pertama, adanya aksi terorisme pengeboman di hotel JW Marriot dan Rizt Carlton yang masih diperbincangkan sampai hari ini. Jaringan teroris Mega Kuningan ini memang berhasil diungkap. Sebagian ditangkap. Bahkan Ibrahim yang menjadi salah satu tersangka tewas. Lalu dilakukan pencarian DPO Syaifudin Jaelani atau Syaifudin Zuhri, Bagus Budi Pranoto, Muhammad Syahrir, dan Aryo Sudarto, serta otak teroris Noordin M. Top. Sampai hari ini media massa juga masih sering memberitakan aksi terorisme yang menewaskan beberapa korban di hotel JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega Kuningan ini.

Kedua, adanya reaksi berlebihan aparat yang cenderung menggeneralisir aktifis Islam dan gerakan Islam. Munculnya kecurigaan yang over estimate terhadap umat yang berupaya menegakkan syariat terkesan sejalan dengan skenario Barat yang menempatkan Islam sebagai lawan. Pengawasan aparat pada ceramah-ceramah tarawih hanyalah satu bentuk dari bukti adanya reaksi berlebihan ini. Sungguh, betapa menyedihkannya bahwa aktifitas dakwah harus diawasi dan dicurigai. Namun kita yakin dengan firman Allah SWT:

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS. Ali Imran : 54)

Latar Belakang Ramadhab sebagai Syahrul JihadSaudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT,Ramadhan disebut sebagai syahrul jihad bukanlah tanpa alasan. Sejak awal puasa diwajibkan kepada umat Islam dalam bulan Ramadhan, sejak saat itu pula aktifitas jihad banyak dicatat oleh sejarah justru menemukan kemenangannya pada bulan Ramadhan, pada saat umat Islam berpuasa, pada saat sebagian mujahidin juga berjihad dengan tetap berpuasa! Subhaanallah, Allaahu akbar!

Simaklah kembali perang Badar. Ia terjadi pada bulan Ramadhan bertepatan dengan tahun diwajibkannya puasa Ramadhan, yakni tahun 2 H. 313 pasukan Islam berhasil mengalahkan 1000 pasukan kafir Quraisy yang bersenjatakan lengkap. Kemenangan gemilang pertama yang diraih umat Islam ini kemudian menjadi penguat eksistensi kaum muslimin di Madinah dan pembuka bagi kemenangan-kemenangan Islam berikutnya. Adakah pakar militer saat itu yang bisa memprediksi bahwa Rasulullah dan para sahabatnya bisa memenangkan peperangan? Dan kemenangan jihad ini terjadi di bulan Ramadhan!

Ikhwani wa akhwati fillah rahimakumullah,6 tahun kemudian terjadi peristiwa yang jauh lebih besar dan mempesona. Inilah penaklukan paling indah dalam sejarah umat manusia. Penaklukan tanpa korban jiwa. Kemenangan besar tanpa tetesan darah! Sepuluh ribu pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah memasuki Makkah dengan tenang, menang tanpa perlawanan. Bukan hanya kemenangan secara fisik yang membuat pasukan Makkah tidak berani memberontak, tetapi juga kemenangan jiwa sehingga keimanan masuk ke jiwa-jiwa mayoritas penduduk Makkah menggantikan seluruh kekufuran dan permusuhan mereka. Maka, tak ada satupun yang membela saat 360-an berhala di sekeliling kabah dihancurkan. Tak ada yang meratapi atau melakukan demontrasi saat berhala-berhala itu dilenyapkan. Sebab, sesaat sebelum dilenyapkan dari masjidil haram, Allah telah melenyapkan dari hati mereka. Inilah jihad dan kemenangan besar yang juga terjadi di bulan Ramadhan.

650 tahun kemudian juga terjadi peperangan yang dikenal dengan nama Ain Jaluth. Pasukan Islam melawan pasukan Tartar. Dua tahun sebelumnya Tartar di bawah pimpinan Hulako Khan telah menyerang Baghdad. Maka, bulan-bulan berikutnya adalah masa penderitaan dan kekalahan kaum muslimin, jatuhnya Baghdad, serta terbunuhnya khalifah. Hingga akhirnya jihad dikumandangkan yang terkenal dengan sebutan Perang Ain Jaluth. Kaum muslimin berhasil menuai kemenangan atas Tartar. Dan ini juga terjadi pada bulan Ramadhan.

Masih banyak sejarah jihad yang dimenangkan kaum muslimin di bulan Ramadhan.Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia ditumbangkan. Pada Ramadhan tahun 53 H, umat Islam memasuki pulau Rhodes di Eropa. Pada bulan Ramadhan tahun 91 H, umat Islam memasuki selatan Andalusia. Pada Ramadhan tahun 92 H., umat Islam keluar dari Afrika dan membuka Andalus dengan komandan Thariq bin Ziyad.Dan, inilah alasannya, mengapa Ramadhan juga disebut sebagai syahrul jihad.

Definisi JihadIkhwatal iman hafidzakumullah,Syaikh Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah menjelaskan arti jihad. Secara bahasa jihad berarti: mencurahkan kesungguhan, mengerahkan kekuatan secara maksimal. Sedangkan menurut terminologi, kata jihad mempunyai makna: mengorbankan jiwa dan harta dalam rangka membela agama Allah dan melawan musuh-musuhnya.

Karenanya, mayoritas ayat dan hadits Nabi saat menggunakan kata jihad, yang dimaksud adalah penegrtian yang kedua. Meskipun ada pembagian atau macam-macam jihad yang bersumber dari hadits Nabi juga.

Keutamaan JihadAyyuhal muslimun rahimakumullah,Jihad merupakan ibadah yang memiliki keutamaan luar biasa di sisi Allah SWT. Diantara keutamaan itu adalah:

Pertama, derajat yang tinggi melebihi ibadah lain.Suatu ketika pada hari Jumat Numan bin Basyir berada di sisi mimbar Rasulullah SAW. Lalu ada orang berkata, Aku tak peduli, setelah aku masuk Islam tidaklah aku beramal melainkan memberi minum orang yang menjalankan ibadah haji, yang lain berkata Aku tak peduli, setelah aku masuk Islam tidaklah aku beramal melainkan memakmurkan masjidil haram. Yang lain berkata, Jihad membela agama Allah lebih utama dari apa yang kalian katakan. Lalu Umar RA menegur mereka seraya berkata, Kamu jangan berdebat mengeraskan suaramu di mimbar Rasulullah SAW.

Setelah selesai shalat Jumat Numan bin Basyir masuk ke rumah Rasulullah SAW dan minta fatwa kepada beliau. Lalu Allah SWT menurunkan ayat-Nya:

*

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. At-Taubah : 19-20)

Sesungguhnya, amatlah wajar jika jihad memiliki nilai lebih dari pada ibadah lain sebab jihad menggabungkan amal maaliyah dan amal nafsiyah, maka pengorbanannya sangat luar biasa, berkurangnya atau habisnya harta; resikonya juga sangat tinggi, kehilangan nyawa!

Kedua, pahala ribath (berjaga) dalam jihad lebih baik dari dunia seisinyaRasulullah SAW bersabda:

Berjaga-jaga di perbatasan satu hari membela agama Allah itu lebih baik dari pada dunia seisinya. (HR. Bukhari)

Ketiga, selamat dari api nerakaRasulullah SAW bersabda:

Tidaklah akan disentuh oleh api neraka, dua kaki hamba yang berdebu karena membela agama Allah. (HR. Bukhari)

Keempat, Jihad dan syahid adalah cita-cita RasulullahRasulullah SAW bersabda:

Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku senang sekali bila aku terbunuh fi sabilillah, lalu aku dihidupkan lalu aku terbunuh lalu aku dihidupkan lagi lalu aku terbunuh, lalu aku dihidupkan lagi lalu aku terbunuh. (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah cita-cita Rasulullah SAW. Meskipun cita-cita syhahid itu tidak terwujud, tetapi ia tetap menjadi motivasi bagi umatnya untuk berjihad dan syahid. Dengan jihad itulah tegak izzul Islam wal muslimin, dan saat jihad hilang dari sejarah umat maka yang terjadi adalah keterhinaan dan kekalahan.

Macam-macam JihadIbnul Qayyim dalam Zaadul Maad telah mengemukakan macam-macam jihad : jihad qital (jihad perang atau jihad dengan tangan) sampai jihad bil lisan, dan antara keduanya ada berbagai jihad dalam bentuknya masing-masing. Maka, yang kemudian populer di zaman sekarang adalah 3 macam jihad sebagai berikut:

Pertama, Jihad dengan tangan.Inilah yang paling utama. Yaitu berjihad dalam rangka membela agama Allah dengan tangan melalui perang (qital). Paling utama karena memang ia membutuhkan dua kesiapan sekaligus; harta dan jiwa. Dan inilah yang dimaksudkan oleh Allah di banyak ayat-Nya termasuk firman-Nya:

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111)

Secara tegas, penggunaan langsung kata qital dan kewajibannya ada pada firman Allah SWT:

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)

Jihad model ini memiliki syarat-syarat tertentu. Ia tidak sama dengan apa yang diklaim oleh para teroris yang meledakkan bom di Indonesia; termasuk bom JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega, Kuningan.

Jihad qital ini saat bersifat ekspansif ia bersifat fardhu kifayah yang biasanya diwakili oleh para tentara Islam dengan diorganisir oleh daulah atau khilafah Islam. Sedangkan saat bersifat defensif, ia menjadi farlu ain bagi penduduk setempat yang diserang atau dijajah. Jika penduduk setempat tidak mampu mengusir penjajah/imperalis tersebut, maka kewajiban itu meluas kepada umat Islam di sekitarnya, demikian seterusnya sampai umat Islam mampu memenangkan peperangan. Ini mirip dengan Indonesia saat menghadapi penjajahan Belanda dan mirip pula dengan Palestina yang menghadapi penjajahan Israel sampai saat ini. Dan inilah yang membuat para ulama memperbolehkan bom syahid (media banyak menyebut bom bunuh diri) sebagaimana dulu para pejuang kemerdekaan Indonesia juga diperbolehkan melawan senapan Belanda dengan bambu runcing.

Jihad qital, sesuai namanya hanya boleh terjadi di wilayah perang, bukan wilayah damai sebagaimana ia juga hanya boleh dilakukan saat berhadapan dengan musuh orang-orang kafir harbi. Di sinilah letak kesalahan aksi terorisme seperti peledakan bom JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega, Kuningan kemarin. Andaikan aksi serupa dilakukan di Israel terhadap pasukan Israel yang menjajah Palestina, tentu akan menemukan pembenarannya, jika niatnya jihad fi sabilillah.

Kedua, Jihad dengan lisanMembela Islam dengan sungguh-sungguh menggunakan lisan juga termasuk jihad. Bahkan jika ia dilakukan di depan penguasa yang zalim dengan cara yang tepat, ia termasuk jihad yang paling utama. Rasulullah SAW bersabda:

Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. (HR. Abu Dawud)

Ketiga, Jihad dengan penaKedudukannya juga serupa dengan jihad bil lisan. Inilah yang telah dilakukan para ulama. Dengan kitab-kitabnya, mereka telah melakukan pembelaan sungguh-sungguh terhadap Islam. Dengan penanya, mereka telah menjaga kemuliaan Islam dan umatnya. Dengan tulisannya, mereka telah mengobati penyakit umat, melawan syubhat yang ditimbulkan orang-orang kafir dan munafik, serta mendidik umat.

Berniat Jihad mulai sekarangMaasyiral muslimin hafidzakumullah,Terakhir kalinya, marilah kita niatkan diri kita untuk berjihad membela agama Allah SWT. Kita memang belum bertemu dengan kesempatan jihad qital. Walau demikian Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu berniat mendapatkannya suatu saat nanti. Itulah yang kita tangkap dari sabda Rasulullah SAW:

Barangsiapa yang mati dan belum berjihad dan tidak bertekad untuk berjihad, maka dia mati di atas cabang dari kemunafikan. (HR. Muslim)

Kalaupun sampai mati kita tidak mendapatkan kesempatan berjihad qital membela agama Allah, minimal kita telah memiliki niat dan tekad untuk itu. Serta kita telah berupaya melakukan jihad dalam bentuknya yang lain baik dengan lisan maupun dengan pena. Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk menanamkan komitmen ini, dan barangkali juga sangat tepat apa yang dikatakan oleh sebuah maqalah:Jika engkau belum mampu meneteskan darah untuk Islam,teteskanlah keringat dan air mata untuknya!

amaah shalat Idul-Fithri yang berbahagia,Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri sendiri, kemudian kepada para jamaah, hendaklah kita tetap bertakwa kepada Allah Taala dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Allah Taala telah menganugerahkan kepada kita dn (agama) yang mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam menjadi agama kita, dan sungguh, Allah Taala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (Qs al-Midah/5:3).Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga pojok-pojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan gunung-gunung, semua membesarkan asma Allah Taala, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke dalam hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Taala, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu ibadah di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Taala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, sementara itu masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.Ketahuilah! Akidah kita merupakan akidah yang paling kuat, amalan kita merupakan amalan yan paling sempurna, dan tujuan hidup kita merupakan tujuan yang paling mulia. Akidah kita, yaitu beriman kepada Allah Taala, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari akhir dan beriman terhadap takdir Allah, takdir yang buruk maupun takdir baik.Kita beriman kepada Allah Taala, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Karena kita dapat menyaksikan tanda-tanda-Nya pada segala sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah itu Ahad. Hanya satu.Pada diri manusia terdapat tanda, di langit, di bumi, pada perputaran siang dan malam, pada tiupan angin, pada arak-arakan awan yang diterbangkan antara langit dan bumi, dan pada semua makhluk, sungguh terdapat tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah Taala, menunjukkan kemahakuasaan-Nya, rububiyah-Nya, keluasan ilmu, hikmah, dan menunjukkan kemahamurahan Allah Taala. Karena alam raya ini tidak mungkin ada dengan sendirinya atau ada dengan tiba-tiba. Alam raya ini pasti ada yang menciptakan dan mengaturnya. Dia-lah Allah Rabbul-lamin yang tidak sekutu bagi-Nya.Jamaah shalat Idul-Fithri yang berbahagia,Amalan kita, juga merupakan amalan yang paling sempurna, karena kita beramal di bawah bimbingan cahaya Allah Taala dan dengan pedoman yang jelas, mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para khulafa`ur-rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk. Oleh karena itu, hendaklah kita berjalan sebagaimana mestinya. Tegakkan dan jagalah shalat, karena shalat merupakan tiang agama! Seseorang yang meninggalkan shalat, maka dia tidak mendapatkan kebaikan apapun dalam Islam. Jagalah shalat, dan jangan mengabaikannya. Barangsiapa meninggalkan dan mengabaikan shalat, berarti ia termasuk yang disebutkan firman Allah Taala, . Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (Q.s. Maryam/19: 59-60).Jamaah shalat Idul-Fithri yang berbahagia,Begitu pula, hendaklah kita tunaikan zakat sebagaimana mestinya, jangan mengurangi. Berikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya. Ingatlah, zakat ini sangat penting untuk kita tunaikan. Karena dalam banyak ayat, perintah menunaikan zakat disandingkan dengan perintah melaksanakan shalat. Oleh karena itu, kita jangan bakhil dalam memberikan zakat. Jika berbuat bakhil, maka pada hari Kiamat nanti, harta itu akan dipikulkan di pundak sebagai balasan bagi orang orang yang bakhil.Sebagai kaum Muslimin, kita juga diperintahkan untuk berpuasa dan menunaikan haji. Maka, hendaklah kita jalankan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Taala.Dan semua ini merupakan rukun Islam. Seseorang yang mengamalkan dan menjaga rukun-rukun ini, ia akan diberi kemudahan oleh Allah Taala dalam melakukan amalan-amalan lainnya yang merupakan bagian dari rukun-rukun itu. Dia akan merasa lapang dadanya manakala harus menjalankan perintah Allah Taala ataupun jika harus menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi, sebaliknya seseorang yang tidak melaksanakan dan tidak menjaga rukun-rukun ini, maka jiwanya akan sesak. Dia akan merasa berat dan sulit dalam melakukan amalan-amalan lainnya. Oleh karena itu, kita berdoa, semoga Allah Taala menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang diberi kemudahan untuk menjalani perintah Allah Taala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian, kita akan mendapatkan akhir yang menggembirakan. Yaitu berupa ridha Allah Taala dan kebahagiaan abadi di akhirat.Allah Taala berfirman, Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs an-Nahl/16: 97).Jamaah shalat Idul-Fithri yang berbahagia,Jika kita bertanya kepada seseorang tentang harapannya, maka tentu ia mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia, dan meninggal dengan membawa nama yang harum. Kemudian, jika dibangkitkan oleh Allah, ia berharap agar dibangkitkan dalam keadaan selamat dari siksa. Harapan ini, pasti akan didapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah, yang beramal shalih dengan ikhlas. Hal itu sangat mudah dicapai oleh orang-orang yang diberi kemudahan oleh Allah Taala. Maka janganlah kita menunda untuk menggapainya. Segeralah melangkah, dengan selalu berpegang teguh dengan agama kita yang mulia ini. Karena sesungguhnya, berpegang teguh dengan agama, akan menjamin kehidupan yang baik dan pahala yang besar. Sebuah kehidupan penuh kemenangan, kemuliaan dan kesejahteraan.Satu bukti yang paling besar dan telah nyata, yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diutus di tengah-tengah sebuah kaum yang ummi dan terbelakang. Namun tatkala kaum ini berpegang teguh dengan agama ini, tidak lama kemudian, mereka berubah menjadi yang terdepan dalam ilmu, perilaku dan peradabannya. Setelah sebelumnya menjadi kaum yang hina, kemudian mereka memimpin manusia dengan penuh kemuliaan. Mereka menjadi yang terdepan setelah sebelumnya terbelakang. Dan agama yang dipegangi pemimpin itu senantiasa terjaga dalam Kitab Allah Taala dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.Oleh karena itu, jika saat ini kaum Muslimin berpegang teguh dengan dinul-Islam dengan benar, mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan, niscaya kaum Muslimin akan pemimpin di bumi ini, sebagaimana para pendahulu mereka.Allah Taala berfirman, . Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang maruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Qs al-Hajj/22:40-41).Akan tetapi, yang sangat menyesalkan, banyak kandungan syariat Islam yang diremehkan kaum Muslimin. Banyak kaum Muslimin yang menyimpang dan berpaling dari ajaran Islam, kemudian lebih memilih pedoman-pedoman yang bukan milik Allah Taala. Akibatnya, banyak yang kemudian tersesat, dan bahkan menyesatkan. Tersesat dari kebenaran, sehingga umat tercerai-berai. Simpul persatuannya mulai terlepas satu per satu. Kaum Muslimin menjadi sasaran para musuh, dan menjadi kaum yang hina setelah sebelumnya mulia. Kaum Muslimin menjadi kaum yang lemah setelah sebelumnya kuat. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Maka menjadi kewajiban kita untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Yaitu membulatkan tekad untuk berpegang teguh dengan syariat yang telah ditetapkan Allah Taala, mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan mengikuti jalan para khulafa`ur-rasyidin. Karena dari sanalah kita akan mendapatkan kembali dinul-Islam dengan segala kebaikannya.Di antara kebaikan agama ini, yaitu adanya hari raya yang membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan bulan haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat Idul-Fithri. Dengan hati gembira, penuh suka cita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari Allah Taala. Anugerah besar, berupa keberhasilan melaksanakan puasa saat siang hari bulan Ramadhan dan shalat pada malam harinya. Dan kini, saat berbahagia itu datang. Seluruh kaum Muslimin mengagungkan Allah Taala, berdzikir memuji-Nya, dan membuktikan rasa cinta dan rasa syukurnya kepada Allah yang bergelora dalam dadanya. Kaum Muslimin erbaik sangka kepada Allah Taala, karena Allah Taala itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Dengan berharap bisa mendapatkan semua kebaikan dari Allah Taala, karena Allah Taala pemilik semua kebaikan. Mereka pun memohon kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepada mereka beramal, agar Allah berkenan menerima amalan yang telah mereka perbuat, dan berharap agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang beruntung.Jamaah shalat Idul-Fithri yang berbahagia,Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan nasihat kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada para wanita.Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah Taala pada urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita menjaga aturan-aturan Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah wanita yang taat dan menjaga apa yang harus dijaganya saat suami tidak ada. Seorang wanita jangan silau dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang senang keluar rumah (misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan norak, bau semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan pakaian tipis transparan.Ingatlah! Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, () Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat (lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta meliuk-liuk. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga. (H.R. Muslim).Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke pasar, maka berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki, jangan bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada anakmu, dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan juga kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita, Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah kalian. Kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al Bukhari Muslim).