bersumber dari: asysyariah/syariah.php?menu=detil&id_online=943
DESCRIPTION
Hafalan Al-Qur`an Untuk Anak Kecil Anak Kecil Lewat di Depan Orang Shalat Wanita Keluar Rumah Ikut Suaminya Berdakwah. Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ. Bersumber dari: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=943. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
HAFALAN AL-QUR`AN UNTUK ANAK
KECIL
ANAK KECIL LEWAT DI DEPAN ORANG
SHALAT
WANITA KELUAR RUMAH IKUT SUAMINYA
BERDAKWAH
Bersumber dari: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=943
Microsoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZMicrosoft PowerPoint By [email protected]&JuRaiZ
1
Bolehkah ayah dan ibu mengajarkan hafalan Al-Qur’an
kepada anak mereka yang masih kecil, sementara
keduanya tahu si anak terkadang melantunkan surat
yang dihafalnya di kamar mandi saat buang hajat, atau
si anak membacanya dengan cara yang tidak pantas
(terhadap Al-Qur’anul Karim), dalam keadaan si anak
telah berulang kali diperingatkan?
2
Jawab:
Fadhilatusy Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-’Utsaimin rahimahullahu
menjawab, “Iya, sepantasnya ayah dan ibu membacakan Al-Qur’anul Karim
kepada anak mereka agar si anak menghafalnya dan keduanya memperingatkan
si anak agar tidak membaca Al-Qur’an di tempat yang tidak sepantasnya. Kalau
toh anak-anak tetap melakukannya maka mereka belum mukallaf (belum
dibebani syariat, belum terkena perintah dan larangan, pen.). Mereka tidak
berdosa. Ketika ayah atau ibu mendengar si anak membacanya di tempat yang
tidak layak, hendaknya menerangkan bahwa hal itu tidak boleh.
Anak kecil harus dihasung untuk banyak menghafal Al-Qur’an. Disebutkan dalam
Shahih Al-Bukhari tentang ‘Amr ibnu Salamah Al-Jarmi1 yang menjadi imam bagi
kaumnya, padahal usianya baru enam atau tujuh tahun. Dan itu terjadi di masa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Majmu’ah As’ilah Tuhimmu Al-Usrah Al-
Muslimah, hal. 151)
3
1 ‘Amr bin Salamah menuturkan kelengkapan kisahnya: Kami bermukim di
dekat sebuah mata air yang biasa dilewati orang-orang. Suatu ketika
serombongan musafir yang berkendaraan melewati kami. Kami pun bertanya
kepada mereka, “Bagaimana kabarnya orang-orang? Ada apa dengan mereka?
Bagaimana dengan lelaki yang sedang ramai pemberitaannya?” Mereka
menjawab, “Lelaki itu mengaku Allah-lah yang mengutusnya dan memberi
wahyu kepadanya. Allah mewahyukan kepadanya ini dan itu (dengan
membacakan wahyu Al-Qur’an yang mereka maksud).” Aku pun menghafal
wahyu berupa ayat-ayat Al-Qur’an tersebut seakan-akan menempel dalam
dadaku. Sementara itu kabilah-kabilah Arab menunda keislaman mereka
sampai Fathu Makkah. Mereka mengatakan, “Biarkan dia dan kaumnya. Bila dia
menang atas kaumnya berarti memang dia nabi yang benar.” Tatkala terjadi
Fathu Makkah, setiap kaum bersegera masuk Islam. Ayahku mendahului
kaumku dalam berislam. Saat ayahku datang dari menemui Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Demi Allah! Aku datang kepada kalian dari sisi
nabi yang haq (benar-benar seorang nabi).
4
Nabi itu berkata, “Shalatlah kalian shalat ini di waktu itu dan shalat itu di waktu ini.
Apabila datang waktu shalat, hendaklah salah seorang dari kalian menyerukan
adzan dan hendaknya orang yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya
mengimami kalian.” Mereka pun melihat siapa yang paling banyak hafalannya.
Ternyata tidak ada seorang pun dari kaumku yang paling banyak hafalannya
melainkan aku, karena sebelumnya aku mendapatkannya dari rombongan
musafir. Kaumku pun memajukan aku di hadapan mereka untuk mengimami
mereka, padahal saat itu usiaku masih enam atau tujuh tahun. Saat mengimami
mereka aku mengenakan pakaian yang pendek. Bila aku sujud, pakaian itu
terangkat dari bagian bawah tubuhku. Seorang wanita dari kampung (yang ikut
shalat bersama jamaah) lalu berkata, “Tidakkah kalian menutupkan dari kami
pantat pembaca Al-Qur’an kalian itu?” Kaumku lalu membelikan untukku pakaian
dan mereka pakaikan kepadaku. Tidaklah aku bergembira memperoleh sesuatu
sebagaimana gembiraku mendapat pakaian tersebut.” (HR. Al-Bukhari) –pen.
5
Anak Kecil Lewat di Depan Orang Shalat
Apakah seorang ibu harus menahan anaknya yang
masih kecil lewat di hadapannya saat ia sedang
shalat, padahal itu terjadi berulang-ulang di tengah
shalat? Tentunya berulang-ulangnya mencegah si
anak lewat dapat menghilangkan kekhusyukan dalam
shalat. Sementara jika si ibu shalat sendirian tanpa
menempatkan si anak di dekatnya, si ibu (tentu)
mengkhawatirkan anaknya (karena tidak ada yang
menjaganya).
6
Jawab:
Syaikh yang mulia, Muhammad ibnu Shalih
Al-’Utsaimin rahimahullahu kembali menjawab,
“Tidak ada dosa bagi si ibu membiarkan anaknya
lewat di hadapannya bila memang si anak sering lalu
lalang dan si ibu sendiri khawatir shalatnya
terganggu bila terus-menerus mencegah si anak,
sebagaimana hal ini dikatakan ahlul ilmi
rahimahumullah. Akan tetapi, sepantasnya ketika si
ibu hendak shalat, hendaknya memberikan sesuatu
kepada anaknya yang bisa dijadikannya sebagai
mainan (sehingga si anak asyik dengan
benda/mainan tersebut, pen.)
7
sementara si anak berada di sekitar/dekat dengan
ibunya. Karena bila seorang anak diberi sesuatu
yang bisa dijadikannya sebagai mainan, biasanya
mainan itu membuatnya lupa terhadap yang lain.
Namun bila si anak terus menggelayuti (nggendholi,
Jw.) ibunya karena merasa lapar atau haus, yang
lebih utama si ibu menunda shalatnya hingga ia
selesai menunaikan kebutuhan anaknya (menyuapi
makan atau memberi minum). Setelah itu ia
menghadapkan dirinya kepada amalan shalatnya.”
(Majmu’ah As’ilah Tuhimmu Al-Usrah Al-Muslimah,
hal. 151-152)
8
Wanita Keluar Rumah Ikut Suaminya
BerdakwahAda sekelompok orang dari kalangan da’i biasa keluar
berdakwah ke kota lain di waktu-waktu tertentu. Safar
dakwahnya tersebut terkadang sampai berhari-hari atau
sampai sepekan. Mereka mengajarkan kaum muslimin
tentang perkara agama mereka, di mana kaum lelakinya
bermajelis di salah satu masjid sedangkan para wanitanya
mendengarkan ta’lim dengan bermajelis di rumah salah
seorang mereka. Apakah disenangi bagi wanita ikut keluar
berdakwah (menyertai suaminya)? Padahal dengan
keluarnya tersebut, ia harus meninggalkan anak-anaknya
dengan dititipkan pada salah seorang kerabatnya?
9
Jawab:
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz ibnu Abdillah ibnu Baz
rahimahullahu menjawab pertanyaan yang senada dengan soal di
atas. Kata beliau, “Bila mereka yang keluar berdakwah tersebut
memiliki ilmu seperti yang ditunjukkan dalam Al-Kitab dan As-
Sunnah tentang perkara tauhid dan hukum-hukum syariah yang
lain, maka apa yang mereka lakukan itu sangat bagus. Sama saja,
apakah waktu safar dakwahnya itu singkat ataupun lama,
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
<ِم<يَن; ِل AْسCِمA اْل ِم<َن; <ي Iِن <َّن ِإ َو;َق;اَل; <ًحPا َص;اْل َو;َع;ِم<َل; اْلِلِه< <ْل;ى ِإ َد;َع;ا AَنIِم<ِم PاًلAَق;ْو Cَن ;ْحAْس; َأ Aَو;ِم;َن
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru (mengajak manusia) kepada Allah dan mengerjakan amal
shalih serta berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri.” (Fushshilat: 33)
10
Cُم; ;َعAِل َأ ُهCْو; Iَك; َّب َر; Iَّن> ِإ Cْس;َنAْح; َأ ُه<ي; <ي Iِت <اْل َّب AُمCُهA اَد<ْل َو;َج; ;ِة< ِن Aًح;ْس; اْل Aِم;ْوAَع<َظ;ِة< َو;اْل Aِم;ِة< Aًح<ْك <اْل َّب jَك; َّب َر; <يَل< ِب َس; <ْل;ى ِإ CُعAاَد
;ِد<يَن; AِمCُهAِت <اْل َّب Cُم; ;َعAِل َأ َو;ُهCْو; <ِه< <يِل ِب َس; Aَع;َن Iَض;َل Aِم;َن> َّب
“Ajaklah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat
yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)
<يَن; ِر<ِك AْشCِمA اْل ِم<َن; ;ا ;َّن َأ َو;ِم;ا اْلِلِه< Aًح;اَّن; ِب Cَو;َس <ي ;َع;ِن Iِب اَّت َو;ِم;َن< ;ا ;َّن َأ xٍة ;ِص<يِر; َّب َع;ِل;ى اْلِلِه< <ْل;ى ِإ ;َدAَعCْو َأ <يِل<ي ِب َس; ُه;ِذ<ِه< AَلCَق
Katakanlah (ya Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak manusia kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.”
(Yusuf: 108)
11
Juga berdasar sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
> Iَع;ُم اْلِن CِرAِمCْح ;َك; ْل Cْوَّن; ;ْك ي Aَّن; َأ Aِم<َن َخ;يِر� َو;اْح<ِدPا P َجCًال َر; <َك; َّب Cاْلِلِه ;ُهAِد<َي; ي Aَّن; َأَل; َف;ْو;اْلِلِه<،
“Maka Demi Allah! Bila Allah memberi hidayah lewat dirimu
satu orang saja, maka itu lebih baik bagimu daripada engkau
memiliki unta merah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus
para da’i illallah (yang menyeru kepada jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala) ke negeri Yaman dan kepada
mayoritas kabilah Arab. Tidak ada larangan bila orang yang
berdakwah tersebut menyertakan istrinya. Wallahu waliyyut
taufiq.” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, 9/296)
DI BUAT AGAR MUDAH DI BACA DOWNLOAD POWERPOINT INI DI
HTTP://MYSALAFY.WORDPRESS.COM
SUMBER ARTIKEL INI BISA DI LIHAT DIHTTP://ASYSYARIAH.COM/SYARIAH.PHP?
MENU=DETIL&ID_ONLINE=943