bertengkar dengan orang tua

4
**Bertengkar dengan orang tua Ini juga pertanyaan favorit banyak orang. Bertengkar dengan orang tua. Satu-dua, atau sebenarnya banyak, bahkan ada yang sampai kabur dari rumah. Dan lebih banyak lagi yang merajuk mengurung diri di kamar berhari-hari. Melakukan boikot, mogok bicara. Mencari perhatian dengan cara-cara tertentu, untuk bilang, sy sedang marah, protes, demo. Lantas kalau sudah begitu, apa yang harus kita lakukan saat bertengkar dengan orang tua? Saya tidak punya jawaban baiknya (lagi-lagi); saya hanya bisa memberikan kaki-kaki, pondasi pemikiran yang semoga saja bermanfaat. Dan itulah gunanya tulisan ini memang, mencatat beberapa konsep yang harus kita pahami, sehingga kita memiliki landasan kokoh untuk membentuk pemahaman yang baik, here we go: 1. Kita selalu spesial bari orang tua kita Ada 7 milyar penduduk bumi saat ini. Apalah artinya seorang Bambang, Puteri, Agus, Siti, tere liye, tidak penting. Bicara soal kaya, banyak orang lebih kaya dibanding kita. Bicara soal pintar, banyak orang di luar sana yang lebih pintar. Juga soal tampan, cantik, apapun, 7 milyar penduduk bumi, 1 orang anak manusia yg sedang pegang HP/laptop, baca notes ini, well yeah, apalah artinya. Tapi itu jika kita memahaminya dari sisi negatif. Jika kita mau memahaminya dari sisi postifi, hei, tentu saja semua orang itu spesial. Dan sungguh,

Upload: imamtaufik

Post on 14-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

afadsfsefv

TRANSCRIPT

**Bertengkar dengan orang tuaIni juga pertanyaan favorit banyak orang. Bertengkar dengan orang tua. Satu-dua, atau sebenarnya banyak, bahkan ada yang sampai kabur dari rumah. Dan lebih banyak lagi yang merajuk mengurung diri di kamar berhari-hari. Melakukan boikot, mogok bicara. Mencari perhatian dengan cara-cara tertentu, untuk bilang, sy sedang marah, protes, demo.Lantas kalau sudah begitu, apa yang harus kita lakukan saat bertengkar dengan orang tua?Saya tidak punya jawaban baiknya (lagi-lagi); saya hanya bisa memberikan kaki-kaki, pondasi pemikiran yang semoga saja bermanfaat. Dan itulah gunanya tulisan ini memang, mencatat beberapa konsep yang harus kita pahami, sehingga kita memiliki landasan kokoh untuk membentuk pemahaman yang baik, here we go:1. Kita selalu spesial bari orang tua kitaAda 7 milyar penduduk bumi saat ini. Apalah artinya seorang Bambang, Puteri, Agus, Siti, tere liye, tidak penting. Bicara soal kaya, banyak orang lebih kaya dibanding kita. Bicara soal pintar, banyak orang di luar sana yang lebih pintar. Juga soal tampan, cantik, apapun, 7 milyar penduduk bumi, 1 orang anak manusia yg sedang pegang HP/laptop, baca notes ini, well yeah, apalah artinya.Tapi itu jika kita memahaminya dari sisi negatif. Jika kita mau memahaminya dari sisi postifi, hei, tentu saja semua orang itu spesial. Dan sungguh, kita semua amat spesial bagi orang tua kita. Bagi mereka, kita paling pintar, paling tampan/cantik, paling oke. Kita adalah segalanya bagi mereka. Bagaimana mungkin kita lupa soal itu?Ini pondasi pertama yang penting sekali dipegang semua orang. Bahkan dalam situasi orang tuanya memang jahat, kita tidak bisa mengabaikan fakta universal, bahwa semua orang tua menganggap anak2nya spesial. Pegang dengan baik konsep ini, pikirkan dalam-dalam. Sambil buang jauh2 prasangka, penilaian negatif, pikiran jelek sebaliknya. Ingat, mau setidak berdaya kita, tidak berharga kita, bagi orang tua, kita tetaplah spesial, mereka tidak akan menyerah.2. Tidak ada orang tua yang sempurnaAyolah, mana ada orang tua yang sempurna di dunia ini? Bahkan meski orang tua kita kayak Pangeran William, atau Bill Gate, atau Om Mario Teguh, tetap saja mereka tidak sempurna. Tapi yakinkan dalam-dalam, percayailah: setiap malam, sebelum tidur, mereka selalu memperbarui janji menjadi orang tua yang sempurnaSelalu begitu. Kita saja yang tidak tahu. Berapa banyak tangisan mereka tumpah, berapa banyak doa yang mereka panjatkan. Berapa banyak pengorbanan yang telah mereka lakukan. Kita saja yang abai untuk menyadarinya. Apesnya masalah ini, orang2 saat dia tidak tahu, tidak menyadarinya, justeru memilih untuk menilai yang tidak2, berprasangka buruk, bukan sebaliknya bergegas mencari paham dari sisi yang positif. Semoga kita tidak demikian.3. Nasehat, suruhan, larangan orang tua selalu benarIni pondasi yang benar2 memerlukan perenungan. Jadi begini, setiap orang tua memberikan nasehat, atau suruhan, atau larangan, maka kalimat2 dari mereka selalu memiliki dua sisi. Sisi pertama adalah substansi atau isi dari nasehat, suruhan dan larangan tersebut. Ini sisi yang paling nampak, gampang dilihat. "Jangan keluar malam2", "Nggak boleh kuliah disitu", "Jangan kebanyakan main internetan", atau, "belajarlah yang giat", atau "jaga adik2mu", itu nampak sekali, tidak butuh kecerdasan untuk melihat substansi atau isinya. Dan inilah sisi yang paling banyak diributkan saat terjadi pertengkaran.Padahal, ada sisi kedua, yaitu: kasih sayang, kepedulian. Nah, inilah sisi yang sering diabaikan. Ketika sebuah nasehat keluar, bahkan ketika sebuah perintah disampaikan oleh orang tua, mereka sungguh sedang peduli, sedang menunjukkan kasih sayangnya. Tidak ada orang tua--penjahat sekalipun--yang ingin mencelakai anak-anaknya. "Menikahlah dengan mister x" misalnya, secara substansi boleh jadi tidak oke, tidak jaman lagi, tapi mana ada orang tua yang berniat buruk menjodohkan anaknya.Nah, sebuah nasehat, sebuah larangan, suruhan, jika dia secara substansi/isinya salah (misalnya orang tua ngotot atas pilihan sekolah), maka dia mustahil salah pula di sisi keduanya, kasih sayang, kepedulian. Pegang konsep ini dengan kokoh, maka kita bisa lebih mudah mengatasi setiap ada perbedaan pendapat dengan orang tua. Karena kita yakin, mereka sayang, jadi kita bisa mengatasinya dengan kasih sayang pula. Bisa didiskusikan. Terkadang, suruhan dan larangan mereka, justeru menunggu kita untuk membuktikan bahwa kita punya pilihan yang lebih mantap, kita saja yang berpikir tidak-tidak.Itulah tiga pondasi konsep yang harus kita kuasai. Dengan tiga pondasi tersebut, pertanyaannya sekarang: apakah kita masih memerlukan nasehat bagaimana cara mengatasi pertengkaran dengan orang tua? Rasa2nya tidak ya. Pegang ketiga2nya, maka akan tumbuh dengan sendirinya pemahaman yg baik tersebut. Berakar kokoh dari pemikiran, rimbun oleh pemahaman.Saya akan menutup tulisan ini dengan: Jika kita tahu sedikit saja apa yang telah orang tua lakukan untuk kita, maka yang kita tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kita"--Tere Liye