bimbingan rohani islam dalam dan pengemis di...
TRANSCRIPT
BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN ETOS KERJA BAGI GELANDANGAN
DAN PENGEMIS DI PANTI SOSIAL BINA KARYA ( PSBK ) “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Ahmad Syatibi NIM: 1113052000064
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H./2018 M.
i
ABSTRAK
Ahmad Syatibi, Bimbingan Rohani Islam Dalam Menumbuhkan Etos Kerja Bagi Gelandangan dan Pengemis Di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi. Dibawah Bimbingan M. Jufri Halim, M.Si.
Warga binaan merupakan orang-orang penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial dan mendapatkan pembinaan di Panti Sosial. Salah satu upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi adalah dengan diadakan bimbingan rohani Islam agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan etos kerja bagi warga binaan (WB) khususnya gelandangan, pengemis, pedagang asongan, pemulung, dan joki.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing rohani Islam, dan 6 orang warga binaan yang menjadi terbimbing dalam kegiatan rohani Islam.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses bimbingan rohani Islam diawali dengan pembukaan, salam, ice breaking, dzikir dan do’a, penyampaian materi, tanya jawab, penutup, dan diakhiri dengan salam-salaman. Metode yang digunakan oleh pembimbing rohani Islam diantaranya: metode ceramah, tanya jawab, nonton bareng, serta metode do’a dan dzikir. Pembimbing rohani Islam memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan, yaitu dengan merubah padangan mereka tentang bagaimana bekerja dalam Islam, merubah sikap mereka dengan menanamkan norma hukum, sosial, agama, dan memotivasi agar warga binaan bekerja lebih mandiri kedepannya. Tapi pada kenyataannya beberapa warga binaan yang menjadi informan pada penelitian ini etos kerjanya hanya sampai pada tahap sadar dan masih ragu untuk meninggalkan pekerjaan lama mereka. Sehingga menurut hemat penulis pendampingan dan pengawasan pasca pembinaan menjadi penting untuk di tindak lanjuti agar warga binaan tidak kembali ke jalan.
Kata Kunci : Bimbingan Rohani Islam, Etos Kerja
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan sekalian alam Allah SWT,
yang berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis lantunkan
kepada idola dan suri tauladan kita Nabi Muhammad Saw. Sang
pembawa risalah kebenaran, kebaikan, dan keindahan..
Dengan selesainya skripsi dengan judul “Bimbingan
Rohani Islam Dalam Menumbuhkan Etos Kerja Bagi
Gelandangan dan Pengemis Di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A Sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai
Wakil Dekan I Bidang Akademik dan, Dr. Hj. Roudhonah,
M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
dan Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Dra Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE,
M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Bimbingan
dan Penyuluhan Islam. Terimakasih atas segala nasihat,
arahan, dan motivasi selama ini.
iii
3. Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku dosen penasehat akademik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ,
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama proses
perkuliahan berlangsung.
5. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu proses administrasi yang
dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini.
6. Yang terhormat dan tersayang Ayahanda H. Mursidih (Alm)
dan Ibunda HJ. Hoiro semoga Allah SWT melimpahkan
karunia nikmat dan kemuliaan sebagai balasan atas cinta
kasih dan pengorbanan yang telah diberikan secara tulus
kepada penulis.
7. Bapak M. Jufri Halim, M.Si selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar dan ikhlas mengorbankan waktunya, serta
memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi
yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
8. Seluruh Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
9. Kepala Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi beserta staf, khususnya Bapak Endin dan Ibu Angke
selaku pembimbing rohani Islam.
10. Kepada para Warga Binaan yang ada di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi dan para alumni
PSBK.
iv
11. Kakak-Kakak tercinta Ashari, Muhammad Hamzah,
Muhammad Anas dan kakak tersayang Aqidah dan Anisah,
yang menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat temen sekosan Adam Yuliawan, Imam
Qolyubi, Muhammad Irfan, Budi Setiawan, dan sahabat-
sahabat Eleventh ciputat, Kuncir, Dabuy, Bagol, Acil, Ramos,
Dekom, Dhiah, Atun, Canmi, Ulfah yang telah yang telah
memberikan semangat dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Temen-temen BPI 2013 terutama Dzikri, Gembul, Wira, Ejot,
Majid, Caya, Imez, Qibti, Tiara yang tak henti-hentinya selalu
memberikan support dan motivasi. Dan semua temen BPI
angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang memberikan semangat sehingga selesainya skripsi ini.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya namun telah berpartisipasi, dengan tidak
mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Pada akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT,
penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT
selalu bersama kita dalam menjalani kehidupan yang diridhoi-
Nya.
Jakarta, 17 Mei 2018
Ahmad Syatibi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR TABEL………………………………………........vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………..viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..…………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …..…………………....10
D. Metodelogi Penelitian …..…………………………… 11
1. Pendekatan dan Metode Penelitian ..………....….. 11
2. Subjek dan Objek Penelitian .……………....…..... 13
3. Waktu dan Tempat Penelitian .…... …………....... 14
4. Sumber Data Penelitian ..……………………….... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ..……………... ……... 14
6. Teknik Analisis Data ..……………....…………….16
7. Teknik Penulisan ..………....……………………...18
E. Tinjauan Pustaka............................................................18
F. SistematikaPenulisan......................................................21
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Bimbingan Rohani Islam ..………...................23
1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam...................... 23
2. Tujuan Bimbingan Rohani Islam ........................... 31
3. Fungsi Bimbingan Rohani Islam............................ 34
4. Metode Bimbingan Rohani Islam........................... 35
vi
B. Konsep Etos Kerja.........................................................39
1. Pengertian Etos Kerja.............................................. 39
2. Asas-asas Etos Kerja Islami .....................................43
3. Fungsi Etos Kerja..................................................... 45
4. Ciri Etos Kerja Islami .............................................. 46
C. Gelandangan dan Pengemis........................................... 47
1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis................... 47
2. Faktor Munculnya Gelandangan dan Pengemis....... 48
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA
KARYA (PSBK) “PANGUDI LUHUR” BEKASI.
A. Profile Lembaga .................……………………........... 53
B. Sejarah Berdirinya......................................................... 53
C. Visi dan Misi.................................................................. 54
D. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi.................................. 55
E. Landasan Hukum........................................................... 56
F. Struktur Organisasi........................................................ 57
G. Komposisi Pegawai …………………………………...59
H. Sarana dan Garapan Lembaga........................................61
I. Persyaratan Calon Keluarga Binaan Sosial ...................62
J. Waktu dan Kapasitas Pelayanan ....................................62
K. Proses Rehabilitasi Sosial.............................................. 63
L. Pembiayaan Operasional............................................... 65
M. Kerjasama Lintas Sektoral ............................................65
N. Sarana dan Prasarana…………………………………..66
O. Pembimbing Pondok Tahun 2018................................ 67
P. Warga Binaan Angkatan I............................................. 68
Q. Warga Binaan Angkatan II ............................................69
vii
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Identifikasi Informan ………………............................. 71
1. Pembimbing.............................................................. 72
2. Warga Binaan ............................................................74
B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam..................................83
1. Waktu dan Tempat Pelaksaan................................... 83
2. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Islam............... 87
C. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan................... 91
1. Metode Ceramah...................................................... 91
2. Metode Tanya Jawab............................................... 92
3. Metode Client Centered........................................... 94
4. Metode Nonton Bareng........................................... 95
5. Metode Do’a Dzikir................................................. 96
D. Analisis Bimbingan Rohani Islam dalam Menumbuhkan
Etos Kerja Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti
Sosial Bina Karya (PSBK)“Pangudi Luhur” Bekasi
….................................................................................... 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………...............…………………...… 109
B. Saran………………………………...........………...…110
DAFTARPUSTAKA ............................................................. 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................... 117
1. Transkip Hasil Wawancara
2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
3. Daftar Hadir Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
4. Dokumentasi
viii
DAFTAR TABEL
Table 1 Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan Jabatan..60
Tabel 2 Komposisi Pegawai Munurut Pendidikan......................61
Table 3 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Golongan...........61
Table 4 Pembimbing Pondok Tahun 2018..................................68
Table 5 Jumlah Warga Binaan Angkatan I Tahun 2018.............69
Table 6 Jumlah Warga Binaan Angkatan II Tahun 2018 ...........70
Tabel 7 Pembimbing Rohani Islam.............................................72
Table 8 Warga Binaan Sosial berdasarkan jenis kelamin...........75
Table 9 Terbimbing Berdasarkan Usia.......................................75
Table 10 Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi WBS.................76
Table 11 Terbimbing Berdasarkan Asal Daerah........................77
Table 12 Jadwal Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi....................................86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Panti …....................................57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan gelandangan dan pengemis
merupakan salah satu permasalahan sosial yang sulit
ditangani. Banyaknya jumlah gelandangan dan pengemis
yang kerap kali terlihat memadati setiap perempatan dan
ruas-ruas jalan utama bukan hanya tidak sedap dipandang,
melainkan menjadi isu serius yang perlu dicarikan jalan
keluarnya bersama.
Kondisi di atas belum ditambah dengan kenyataan
bahwa sebagian besar gelandangan dan pengemis di kota
Jakarta dan bahkan di beberapa kota besar lainnya adalah
notabene bukan orang penduduk setempat. Pada tingkat
ekstrem, kegiatan mengemis merupakan aktivitas rutin yang
terorganisasi dengan baik seperti temuan sebuah stasiun TV
setahun yang lalu yang melaporkan adanya oknum anak
pejabat yang turut aktif mengelola organisasi pengemis,
selain itu, serbuan para PMKS ( Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial), istilah khusus yang digunakan pada
para pekerja sosial yang “diimport” dari luar kota Jakarta
menyebabkan sulitnya menerapkan cara atau perlakuan yang
tepat untuk membina mereka.
Menariknya, munculnya gelandangan dan pengemis
tidak hanya menjadi masalah di negara-negara berkembang
2
seperti Indonesia, Filipina, Bangladesh, atau Thailand, kasus
yang sama juga terjadi pula diberbagai negara maju.
Dengan adanya masalah ini, maka sebagai seorang
penyuluh agama perlu melakukan suatu bimbingan Islam
bagi gelandangan dan pengemis supaya mereka dapat
berpartisipasi positif membangun kehidupan yang lebih baik
lagi.
Menurut teori motivasi Abraham Maslow yang
merupakan suatu hirarki kebutuhan, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan
kebersamaan, kebutuhan harga diri dan terakhir kebutuhan
aktualisasi diri. Maslow berpendapat bahwa susunan hirarki
kebutuhan merupakan organisasi yang mendasari motivasi
manusia. Semakin individu mampu memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya yang relatif lebih tinggi, maka individu itu
akan semakin mampu mencapai individualitasnya, artinya
lebih matang kepribadiannya. 1
Dasar utama masalah gelandanganan dan pengemis
adalah faktor ekonomi, yang dimana mereka tidak memiliki
pekerjaan dan tempat tinggal. Maka salah satu pemberdayaan
yang pertama-tama dapat dilakukan sebagai seorang
penyuluh adalah memotivasi mereka untuk menumbuhkan
etos kerja, lalu membimbing mereka dengan menggali
kemampuan atau bakat yang dimiliki, agar para gelandangan
dan pengemis bisa hidup dengan layak karena memiliki
1 A.H. Maslow, Motivation and Personality, (New York: Harper &
Row Publishere, 1970), h. 28.
3
keahlian. Dan dengan bekerja akan menghasilkan sesuatu
guna memenuhi kebutuhan mereka. Manusia bekerja untuk
memenuhi kebutuhannya, karena bekerja sangat penting
untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Dalam etos kerja terkandung gairah atau semangat
yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal,
lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas
kerja yang sesempurna mungkin. Etos menyangkut semangat
hidup, termasuk semangat bekerja, menuntut ilmu
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan agar dapat
membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Manusia tidak dapat memperbaiki hidupnya tanpa semangat
kerja, pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang
pekerjaan yang ditangani.2
Dengan demikian, etos kerja berkaitan erat dengan
harapan serta cara dirinya memberikan makna terhadap
pekerjaan itu sendiri. Tampaklah bahwa dalam etos kerja ada
semacam kandungan “spirit” atau semangat yang
menggelegak untuk mengubah sesuatu menjadi lebih
bermakna. Lebih jauh, seseorang yang memiliki etos kerja, ia
tidak mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau
membiarkan penyimpangan yang akan membinasakan.3
2 Sudirman Tebba, Bekerja dengan Hati (Bagaimana Membangun
Etos Kerja dengan Spiritualitas Religius), (Ciputat: Pustaka irVan, 2009), h.
11-12. 3 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002), h. 21.
4
Islam sendiri memerintahkan pada kita untuk
bekerja keras dan meminta-minta alias pengemis adalah
suatu pekerjaan yang hina. Dari abu Hurairah, ia berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda,
ثىب انه ش حذ ثىب ح ثه ثك ث أ ه ع بة ش ه اث ه ع م ق ع ه ع ث حذ
للا ض س – ح ش ش ب ث أ ع م س و أ ف ع ه ث ه م ح انش ذ ج ع ن م ذ ج ع
لن طت احذكم م ه س ه ع للا ه ص للا ل س س بل ق ل ق – ى ع
شي ظ مىع ) اخشج جزمخ عه ا ش مه ان سأل احذ فعط خ
ع مه كزبة انج )انجخبس
“Telah bercerita Yahya bin Bakir bercerita
kepada Laits dari Uqail dari Ibnu Sihab dari Abi Ubaid
Maula Abdurrahman bin „Auf sesungguhnya telah
mendengar dari Abu Hurairah r.a. Dia berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Mencari kayu bakar seberkas lalu dipikul
di atas punggungnya terus dijual itu lebih baik bagi
seseorang daripada mengemis kepada orang lain yang
kadang-kadang diberinya atau tidak. (HR. Bukhori no.
2074).
Rasulullah memberikan motivasi yang sangat
kuat kepada kita bahwa para pekerja adalah kekasih
Allah, bahkan neraka sekalipun telah mengharamkan
orang-orang yang bekerja keras. Rasulullah bersabda,
س س د إ ه ث للا ذ ج ب ع ى ث ذ ح بل ق ش م و ه اث خ ج ش ث أ ه ث ش ك ث ث ب أ ى ث ذ ح
ج ش ع ال ه ع بن ج ح ه ث ح ه ث ذ م ح م ه ع بن م ث ع ه ث خ ع ث س ه ع
س بل : ق بل ق ح ش ش ث أ ه ع انمؤمه :م ه س ه ع للا ه ص للا ل س
5
ك ف ف ع أحت إن للا مه انمؤمه انض ش خ ،ش خ م انق
ء ش ك بث ص إن أ ،ز ج ع ر ل بلل ث ه ع ز اس ك ع ف ى ب م ه ع ص ش ح ا
ز ك بن ك ذ ه ع ف و أ ن م ق ر ل ف ز ك ا م ع ف بء ب ش م للا س ذ ق م ق ه ك ن ا
. (ساي مسهم). بن ط انش م م ع ح ز ف ر ن ن ئ ف
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu
Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata: telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari
Rabi‟ah bin „Utsman dari Muhammad bin Yahya bin
Habban dari Al A‟raj dari Abu Hurairah dia berkata:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai
oleh Allah Subhanahu Wa Ta‟ala daripada orang mukmin
yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat
kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang
berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah
Azza Wa Jalla dan janganlah kamu mengatakan
seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu. Tetapi
katakanlah ini sudah takdir Allah dan apa yang
dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena
sesungguhnya ungkapan kata “law” (seandainya) akan
membukakan jalan bagi godaan syetan. (HR. Muslim no.
34).
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.
11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial, terdapat tujuh sasaran prioritas antara lain:
kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, keterpencilan, dan
penyimpangan perilaku, korban bencana; dan/atau korban
tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.4
4 Pusat Penyuluhan Sosial, Bersama Penyuluh Sosial Kita Bangun
Indonesia Sejahtera, (Kementrian Sosial RI, 2013), h.i.
6
Sebagaimana diamanatkan konstitusi,
gelandangan dan pengemis adalah warga Negara yang
patut dan wajib mendapat perlindungan dari Negara, dan
diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
Selain upaya yang sama dilakukan juga oleh pemerintah
DKI Jakarta, melalui Keputusan Kepala Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta Nomor 105 Tahun 2012, mengenai
prosedur penampungan , pembinaan dan penyaluran
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil
penertiban/penjangkauan sosial di DKI Jakarta.5
Oleh karena untuk menanggulangi banyaknya
PMKS khususnya di wilayah DKI Jakarta, diperlukan
adanya penertiban sosial dan panti penampungan
sementara sebelum dirujuk ke panti pelayanan dan
rehabilitasi sosial.
Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi adalah suatu lembaga penampungan para
gelandangan dan pengemis se-Provinsi Jawa Barat.
Lembaga ini berdiri sejak 4 Oktober 1961 berawal dengan
nama (Komando Penampungan Pendidikan dan
Penyaluran Tuna Karya) seluruh Jawa dibekasi
(KOP.3.T.K.). Lalu terus berganti nama sampai akhirnya
pada tahun 2009 Keputusan Mesos RI No.
14/HUK/KEP/1994 Tentang penamaan UPT
Pusat/Panti/Sasana Berubah menjadi Panti Sosial Bina
5 Brosur, Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Nomor 105 Tahun 2012.
7
Karya “Pangudi Luhur” Bekasi sampai saat ini. Peraturan
Menteri Sosial RI No. 106/HUK/2009 Tentang Organisasi
dan tata cara kerja Panti Sosial lingkungan Departemen
Sosial. Visi dari lembaga ini adalah terselenggaranya
pelayanan rehabilitasi sosial bagi gelandangan pengemis
dan orang terlantar secara profesional di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi. Dan memiliki
beberapa misi yaitu, melaksanakan pelayanan rehabilitasi
sosial bagi gelandangan pengemis dan orang terlantar
sesuai dengan norma, standar prosedur dan kriteria yang
berlaku, meningkatkan manajemen untuk mendukung
pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan
pengemis dan orang terlantar di dalam panti yang
akuntabel, dan melaksanakan perencanaan program
rehabilitasi sosial bagi gelandangan, pengemis, dan orang
terlantar yang efektif dan efisien.
PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi dalam Satu
Tahun Anggaran memberikan pelayanan rehabilitasi
sosial sebanyak 600 orang tuna sosial, terbagi dalam 2
(dua) angkatan, yaitu penerimaan pada Bulan Januari dan
Bulan Juli, masing-masing masa pelayanan 6 (enam)
bulan.
Ada banyak program pembinaan di Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, salah
satunya adalah Bimbingan Rohani Islam yang menjadi
fokus penelitian penulis. Dimana penulis ingin mencari
tahu sejauh mana Bimbingan Rohani Islam dalam
8
menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial.
Menarik untuk diteliti karena pada dasarnya Agama
berfungsi sebagai tuntunan dan pegangan hidup yang
dapat memberikan pencerahan dan pengalaman ruhaniah
seseorang sehingga akan menumbuhkan kekuatan baik
mental spiritual bagi PMKS dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang dihadapi.
Kefitrahan agama bagi manusia menunjukan
bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama,
karena agama merupakan kebutuhan fitrah manusia.
Selama manusia memiliki perasaan takut dan cemas,
selama itu pula manusia membutuhkan agama. Kebutuhan
manusia akan agama tidak dapat diartikan dengan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga
dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek
material. Kebutuhan manusia akan materi tidak dapat
menggantikan peran agama dalam kehidupan manusia.6
Agama berperan sebagai motivasi dalam
mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas,
seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan dengan
latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur
kesucian serta ketaatan. Apabila mereka meyakini Tuhan
Maha Kuasa, mengatur dan mengendalikan alam maka
segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah
ataupun peristiwa sosial, dilimpahkan tanggung jawab
6 Dr. Marzuki, M.ag, Konsep Manusia dan Agama, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta), h. 24.
9
pada Tuhan. Tetapi sebaliknya jika mereka melihat
adanya kekacauan, kerusuhan, ketidak adilan,
percekcokan, di alam seolah-olah tanpa kendali maka
mereka merasa kecewa terhadap Tuhan.7
Dengan adanya kegiatan bimbingan rohani islam
yang diharapkan dapat membina para gelandangan dan
pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi di bidang keagamaan sehingga memiliki
ketahanan spiritual, pola piker, akhlak yang sesuai dengan
syariat agama islam terutama dalam motivasi untuk
bekerja lebih giat dari pada sebelumnya. Karena dengan
pemahaman dan pengamalan agama yang baik,
diharapkan para gelandangan dan pengemis di Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi yang
ada di panti bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan
memiliki daya juang yang lebih tinggi dalam hal bekerja.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
“Bimbingan Rohani Islam Dalam Menumbuhkan Etos
Kerja Bagi Gelandangan Dan Pengemis Di Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan penulis, maka
penelitian ini dibatasi hanya untuk melihat “Bimbingan
7 Zakiah Dardjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003),
h. 87.
10
Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja Bagi
Gelandangan dan Pengemis Di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi.
2. Perumasan Masalah
Adapun masalah yang akan peneliti lakukan adalah:
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani Islam dalam
menumbuhkan etos kerja bagi Gelandangan dan
Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi?
b. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan bimbingan
rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi?
c. Bagaimana bimbingan rohani Islam dalam
menumbuhkan etos kerja bagi Gelandangan dan
Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui Bagaimana proses bimbingan rohani
Islam dalam menumbuhkan etos kerja bagi
Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi?
b. Untuk mengetahui Metode apa yang digunakan dalam
kegiatan bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan
etos kerja bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi?
11
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
khususnya bagi masyarakat dan para gelandangan dan
pengemis yang telah mengikuti program bimbingan
rohani Islam dan dapat dijadikan sumbangan pemikiran
bagi Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi untuk dapat diaplikasikan pada program
keterampilan.
b. Secara Praktis
Penelitian ini dapat menambah wawasan
penulis, berkaitan dengan konsep maupun metodologi,
serta dapat menjadi acuan, apakah program bimbingan
rohani Islam dapat menjadi alternatif pendidikan dan
mampu menjadi jembatan bagi gelandangan dan
pengemis dalam meningkatkan sumber daya manusia
yang terampil dan berkualitas.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah cara kerja untuk memahami suatu
objek. Maka metodologi ini sangat perlu dirumuskan dengan
jelas mengingat bahwa suatu penelitian tanpa menempuh
prosedur yang benar tepat maka hasilnya tidak akan akurat
seperti apa yang di harapkan. Dalam penelitian ini, peneliti
memilih melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang
dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa
12
kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti.8
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis
berupaya menghimpun data, mengolah data dan menganalisis
data dengan tujuan dapat memperoleh gambaran atau
informasi yang luas dan mendalam tentang bimbingan rohani
Islam yang menjadi fokus penelitian ini. Menurut Arikunto
pendekatan kualitatif menitik beratkan pada data-data
penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui
pengamatan dan wawancara.9
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
“penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati,
pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh), dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable
atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian
dari suatu keutuhan.”10
Pada hakekatnya penelitian kualitatif ini
mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi
8 Bagong Suyanto Sutinahal, Metode Penelitian Sosial, berbagai
Alternatif Penelitian, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), h. 166. 9 Suharsini Sukanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), h. 10. 10
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.
13
dengan mereka, berusaha memahami fenomena yang
terjadi di sekitar mereka serta untuk mengetahui aktivitas
yang sedang mereka lakukan ataupun sebagai upaya untuk
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
menurut perspektif peneliti sendiri.
Untuk itu penulis pada penelitian ini terjun
langsung ke lapangan guna mengamati situasi, orang-
orang atau perilaku yang berkaitan erat dengan tujuan
penelitian yaitu guna mengetahui mengenai proses
Bimbingan Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos
Kerja Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian ini adalah kepala pengurus bidang
bimbingan kerohanian islam, dua orang petugas
pembimbing rohani islam, dan enam orang
gelandangan dan pengemis.
b. Objek penelitian ini adalah Bimbingan Rohani Islam
dalam Menumbuhkan Etos Kerja Bagi Gelandangan
dan Pengemis di Panti Sosian Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi.
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan
subjek yang digunakan yaitu porpose sampling dan
yang dimaksud disini adalah “teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu,
misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang
14
apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.”11
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi. Jl. H. M.
Djojomartono No. 19 Bekasi. yang dilakukan sejak
Januari 2018 sampai dengan Mei 2018.
4. Sumber Data Penelitian
a. Data primer, yaitu data yang berasal langsung dari
sumbernya, baik dari kepala pengurus bidang
bimbingan kerohanian islam, petugas pembimbing
rohani islam, para gelandangan dan pengemis sebagai
penunjang kelengkapan data dengan cara observasi
atau pun wawancara.
b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung, berupa
catatan riwayat warga binaan serta dokumen-dokumen
yang dapat menunjang kelengkapan data untuk
penelitian.
5. Teknik Pegumpulan Data
a. Wawancara
Esterberg mengemukakan bahwa “wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D,
(Bandung: CV AFABETA, 2009), h. 218-219.
15
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”12
Dalam penelitian ini penulis mengadakan
wawancara langsung yaitu dengan bertukar informasi
melalui tanya jawab kepada pembimbing rohani islam,
para warga binaan sosial untuk memberikan informasi
atau keterangan sesuai dengan tujuan penelitian yang
menangani bimbingan rohani Islam gelandangan dan
pngemis atau yang disebut warga binaan sosial.
b. Observasi
Berdasarkan pemahaman dari Marsall bahwa
melalui observasi peneliti dapat mengetahui mengenai
perilaku dan makna dari perilaku tersebut.”13
Pada
penelitian ini pengumpulan data akan dilakukan
dengan menggunakan teknik observasi dimana penulis
dapat mempelajari tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut atau situasi tertentu yang erat
kaitannya dengan tujuan penelitian pada saat kegiatan
bimbingan rohani Islam tersebut dilakukan terhadap
para warga binaan Sosial.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan pada penelitian ini
bertujuan untuk mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah yang terkait dengan
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D,
(Bandung: CV AFABETA, 2009), h. 231. 13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D,
(Bandung: CV AFABETA, 2009), h. 226.
16
penelitian berupa catatan formal, foto ataupun buku-
buku yang berkaitan dengan subjek atau objek
penelitian .
6. Tekhnik Analisis Data
Setalah data terkumpul dan informasi yang
dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka
selanjutnya penulis melaksanakan analisis terhadap data
dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut,
penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu
mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara
sistematik, faktual dan akurat yang disertai dengan
petikan wawancara yang akan dipaparkan oleh penulis
dalam BAB IV.
Nasir mengemukakan analisis data merupakan
bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.14
Ada berbagai cara untuk menganalisa data dan
mendeskripsikan data, tetapi secara garis besarnya ada
beberapa langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data. Yaitu dimana penulis melakukan
penelitian langsung, dengan memilih data yang
relevan, kemudian mengamati bagaimana proses
bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan etos
kerja bagi gelandangan dan pengemis yang
14
Moh Nasir D, Metode Penelitian, (Jakarta: Graha Indonesia, 1993), h. 405
17
dilakukan oleh Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi. Dan bagaimana hasil
yang dicapai dalam kegiatan bimbingan rohani
Islam dalam menumbuhkan etos kerja bagi
gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh
Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi.
b. Penyajian data. Setelah data mengenai bimbingan
rohani Islam yang dilakukan bagi gelandangan dan
pengemis dalam menumbuhkan etos kerja
diperoleh, maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar,
bagan, tabel dan lain sebagainya yang terangkum
dalam skripsi ini.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan.
Pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan
dari tema atau judul tersebut, sehingga
memudahkan untuk menarik kesimpulan pada bab
penutup.
Analisis data melibatkan upaya mengindentifikasi
ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa ini
diperoleh berdasarkan fenomena yang tampak pada
pemberian bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan
etos kerja di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi.
18
7. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah dalam penelitian skripsi,
maka peneliti menggunakan teknik penulisan yang
didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”
yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2013-2014.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah mengadakan survey ke perpustakaan utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menentukan
beberapa skripsi sebagai inspirasi penulis penelitian yang
membahas tentang:
1. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam
Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta
Pusat. Chintiya Puspita Sari. Hasil penelitian skripsinya
menunjukan bahwa pelaksaaan bimbingan rohani Islam
memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan etos
kerja anggota kepolisian yang setiap hari semakin giat
dalam menjalankan tugasnya. Metode yang digunakan
dalam melakukan bimbingan adalah metode ceramah.
2. Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan
Pengetahuan Keagamaan Pemulung Di Yayasan Amal
Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan. Eka Camalia
Nurhidayati. Hasil penelitian skripsinya bahwa
pembimbing agama berperan sebagai teladan,
memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya diri
ibu-ibu pemulung, penyelenggara program edukasional,
pembangkit kesadaran masyarakat, membangun
kedekatan emosional, dan advokatif dengan memberikan
19
materi keagamaan meliputi aqidah, syariah dan akhlak
bagi ibu-ibu pemulung di Yayasan Amal Media Insani.
3. Peran Pembimbing Dalam Menanamkan Norma-Norma
Kehidupan Bagi Warga Binaan Di Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 6 Cengkareng. Siti Fatimatuz Zahra
Al-Hasyim. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui
metode yang digunakan pembimbing dalam menanamkan
norma-norma kehidupan bagi warga binaan sosial adalah
metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian
tugas, metode pembiasaan, metode keteladanan, metode
sosiodrama, dan metode demonstrasi. Disini juga terlihat
peran pembimbing sangat berperan dalam menanamkan
norma-norma kehidupan terutama norma agama yaitu
penanaman nilai-nilai sosial yaitu rasa kasih sayang dan
saling menghargai terhadap guru dan pembimbing bahkan
sesama warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 6 Cengkareng.
4. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom
Oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur.
Fenny Oktaviany. Pengembangan Masyarakat Islam tahun
1431 H./2010M. Skripsi ini memberikan kesimpuln
bahwa dari segi peningkatan kreatifitas dan keterampilan
anak-anak. Meskipun sekolah otonom ini baru berjalan
satu tahun akan tetapi perubahan anak-anak pun sudah
dapat dilihat oleh para staf sanggar maupun dirasakan
sendiri oleh anak-anak tersebut.
20
5. Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya
Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komring Ilir
Prvinsi Sumatra Selatan. Rodi Hanedi. Program Study
Pengembangan Masyarakat Islam Tahun 1436H./2014M.
Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa hasil dari
pengolahan data menggambarkan bahwa etos kerja
masyarakat pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya dengan
upaya peningkatan kesejahteraan sosial memiliki
hubungan signifikan.
Dari kelima penelitian di atas yang membedakan
dengan penelitian lainnya adalah bimbingan rohani Islam
dalam menumbuhkan etos kerja bagi gelandangan dan
pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)”Pangudi
Luhur” Bekasi. Dalam penelitian ini membahas mengenai
bagaimana peran pembimbing rohani Islam dalam
merubah pandangan, nilai-nilai, persepsi, dan sikap warga
binaan sosial. Dimana warga binaan sosial ini merupakan
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan
etos kerjanya terbilang cukup minim. Sehingga perlu
adanya upaya untuk menumbuhkan etos kerja bagi
gelandangan dan pengemis salah satunya dengan
mengadakan bimbingan seputar bekerja yang baik
didalam Islam, bagaimana melakukan muamalah yang
sesuai syariat, dan lain sebagainya. Ini semua
disampaikan dengan bahasa-bahasa agama, oleh
pembimbing rohani Islam di Panti.
21
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Teori,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Konsep Bimbingan Rohani Islam, Konsep Etos
Kerja, Faktor-faktor Munculnya Gelandangan dan
Pengemis, Pengertian Gelandangan dan Pengemis.
BAB III : Gambaran Umum Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi.
Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi, Fungsi dan
Tujuan, Program Kerja dan Struktur Organisasi
Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi.
BAB IV : Analisa Bimbingan Rohani Islam dalam
Menumbuhkan Etos Kerja Bagi Gelandangan Dan
Pengemis Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
luhur” Bekasi.
Dalam rangka membimbing gelandangan dan
pengemis dalam menumbuhkan etos kerja, :
Analisa Bimbingan Rohani Islam dalam
Menumbuhkan Etos Kerja Islam Bagi
Gelandangan Dan Pengemis Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi luhur” Bekasi, Analisa
22
Identitas Informan, Subjek Penelitian dan Analisis
Hasil Temuan tersebut.
BAB V : Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil
keseluruhan temuan dan analisis yang dilakukan
oleh penulis.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Bimbingan Rohani Islam
1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak pernah
terlepas dari berbagai masalah yang ada di dalam
hidupnya, baik masalah yang ringan maupun berat.
Manusia harus mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang ada, dalam menyelesaikan masalah tersebut manusia
memerlukan bimbingan dengan tujuan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik
dan terarah.
Berbagai para ahli mendefinisikan tentang istilah
bimbingan, secara etimologi Istilah bimbingan merupakan
terjemahan dari kata guidance yang berarti menunjukan,
memberikan jalan, menuntun, bantuan, arahan, dan
petunjuk.
Kata kerja dari guidance adalah to guide yang
artinya menunjukan, menuntun, mempedomani, menjadi
petunjuk jalan, dan mengemudikan. Dari berbagai
pengertian itu maka yang paling umum digunakan adalah
pengertian “memberikan bimbingan, bantuan, dan
arahan”.15
15
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 5.
24
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bimbingan
adalah petunjuk untuk mengerjakan sesuatu, tuntunan atau
pimpinan.16
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
jelas tentang pengertian bimbingan dibawah ini penulis
akan memperlihatkan pengertian bimbingan diantaranya:
a. Menurut DR. Rachman Natawidjaja “Bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan
demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri
secara optimal sebagai makhluk sosial.17
b. Jear Book Of Education18
mengemukakan bahwa
bimbingan adalah suatu proses membantu individu
melalui usahanya sendiri untuk dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial.
16
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 152. 17
Rachman Natawidjaja, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1990). 18
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 25.
25
c. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya “Bimbingan
Penyuluhan di Sekolah” menyatakan bahwa
bimbingan bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu-individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan
individu-individu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.19
d. Menurut Dra. Hallen A, M.Pd. Dalam buku
“Bimbingan dan Konseling”, bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan yang terus menerus dari
seorang pembimbing, yang dipersiapkan kepada
individu yang membutuhkannya dalam rangka
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya
secara optimal dengan menggunakan berbagai macam
media dan tekhnik bimbingan dalam suasana asuhan
yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga
individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun lingkungannya.20
e. Menurut W.S. Wingkel memaparkan bimbingan
berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang
dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan
dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntunan-tuntunan hidup. Bantuan itu bersifat psikis
19
Bimo Walgito, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta:
Andi Offiset, 1993), Cet. Ke-2, h. 4. 20
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quatum Teaching,
2005), Cet. Ke-3, h. 8.
26
(kejiwaan) bukan pertolongan finansial, media, dan
lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini,
seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah
yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan
untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya
kelak.21
Dari beberapa pendapat tersebut penulis dapat
mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan atau pertolongan secara
berkesinambungan yang diberikan kepada individu atau
kelompok individu yang membutuhkan bantuan dalam
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapinya serta
membantu individu atau sekelompok individu memahami
diri dan lingkungannya agar mereka dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya sendiri dalam
upaya mengatasi berbagai permasalahan.
Dari uraian diatas penulis memahami bahwa
bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari
berbagai persoalan atau kesulitan, bimbingan ini bersifat
mencegah (prefentive). Juga dapat diberikan untuk
mengatasi berbagai kesulitan atau permasalahan yang
telah menimpa individu, bimbingan ini bersifat
penyembuhan (korektif).
Selanjutnya pengertian Rohani secara Harfiyah
berasal dari bahasa Arab yang diawali dari kata Ruh yang
21
W.S. Wingkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah,
(Jakarta: Gramedia, 1989), h. 17.
27
berarti jiwa, perkataan rohani sama artinya dengan hati,
kalbu, jiwa yang mewujudkan sebagai unsur pribadi yang
tidak bisa dilihat oleh panca indera tetapi gejala dalam
kerjanya dapat dirasakan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer dijelaskan bahwa rohani adalah
“kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam budi pekerti seseorang serta melalui
hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran
agama yang dianutnya.22
Menurut Jamaludin Kafie, dalam bukunya
“Psikologi Dakwah”, menjelaskan rohani adalah bagian
dari yang ghoib, dengan roh ini manusia dapat mengenal
dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta menyadari
keberadaan orang lain (Berkepribadian, berkebutuhan,
dan berkeprimanusiaan), serta tanggung jawab atas segala
tingkah lakunya.23
Roh menurut Imam Ghazali seperti yang dikutip
oleh Jamaludin Kafie mengatakan bahwa roh itu
mempunyai dua pengertian, yaitu: roh jasmani dan roh
rohani. Roh jasmani yaitu zat halus yang berpusat di
ruang hati dan menjalar keseluruh ruang urat nadi
(pembuluh darah) selanjutnya tersebar keseluruh tubuh,
karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat
22
Salim dan Yenny, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, h.
12-13. 23
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Penerbit Indh,
1993), h. 16.
28
merasakan berbagai macam perasaan serta dapat berfikir
atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan.24
Dari pernyataan diatas penulis dapat
mendefinisikan bahwa rohani adalah jiwa, hati dan qalbu
dari manusia yang keberadaannya tidak terlihat tetapi
gejalanya dapat dirasakaan, dengan roh ini manusia hidup
sebagai makhluk Tuhan serta menyadari dirinya memiliki
nilai keimanan dan ketaqwaan.
Pengertian islam sebagai suatu agama yang berasal
dari wahyu Tuhan, menurut Arifin melihat islam sebagai
agama dari dua aspek yaitu: (a) Aspek Subyektif (pribadi
manusia), ialah tingkah laku manusia yang dijiwai oleh
nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat
mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada
pola hubungan dengan masyarakat dan alam sekitarnya,
(b) Aspek Obyektif (doktrinair), berupa peraturan yang
bersifat ilahi yang menuntun orang-orang berakal budi ke
arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia,
dan menuju kebahagiaan di akhirat.25
Menurut Prof. DR. Harun Nasution menyatakan
islam agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
untuk masyarakat manusia kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja,
24
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Penerbit Indh,
1993), h. 16 25
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-4.
29
tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai
aspek itulah al-Quran dan Hadits.26
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Tuhan
(Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan ajaran-ajarannya yang bersumber dari al-Quran
dan Hadits untuk membawa manusia mencapai
kebahagian didunia dan juga akhirat.
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada
agama Islam, dimana Islam memiliki arti yaitu sebagai
suatu agama yang berasal dari wahyu Tuhan. Konsep atau
doktrin ajarannya murni berasal dari firman (wahyu)
Tuhan, yang diturunkan melalui utusan-Nya yang sangat
terpercaya (Rasul). Ajarannya berlaku secara universal
bagi seluruh manusia, dalam ajarannya sudah tercakup
segala aspek kehidupan yang mengatur hubungan manusia
dengan makhluk yang lainnya (flora dan fauna). Sehingga
agama Islam disebut pula sebagai agama yang
mengandung dan membawa “rahmat” bagi alam semesta
(rahmat lil alamin)
Seperti yang dikemukakan oleh A. Gaffar Ismail
bahwa agama Islam adalah “...ajaran yang berisi
kelengkapan dari pelajaran-pelajaran meliputi
kepercayaan, tata tertib pergaulan hidup, tata tertib
penghidupan pribadi, seremoni peribadatan, peraturan-
26
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
UI Press, 1987), Jilid 1, h. 24.
30
peraturan Tuhan, bangunan budi pekerti yang utama, dan
menjelaskan rahasia penghidupan yang kedua
(akhirat)...”.27
Berdasarkan teori mengenai Islam yang telah
dikemukakan oleh A. Gaffar Ismail, dapat dijelaskan di
sini bahwa di dalam ajaran Islam banyak mengandung
pelajaran-pelajaran yang baik, berguna untuk kebaikan di
dunia ataupun di akhirat. Maka dapat dikatakan bahwa
Islam merupakan agama yang membawa ajaran-ajaran
yang bersumber langsung dari Tuhan yang erat kaitannya
mengenai peraturan-peraturan bagi kehidupan manusia di
dunia untuk mencapai kebaikan dunia dan akhirat serta
menjelaskan rahasia penghidupan di akhirat kelak.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa mengingat rohani erat kaitannya hubungan
manusia dengan Tuhan. Maka bimbingan rohani Islam
merupakan sebuah kegiatan pemberian bantuan yang
bersifat psikis guna menuntun, mengarahkan dapat berupa
nasehat yang baik dengan pendekatan agama dan sesuai
dengan kebutuhan ataupun permasalahan dari individu
ataupun kelompok.
Terkait dengan nasehat agama apabila ditelusuri
menurut pandangan psikologi, nasehat agama ibarat
sebuah bimbingan (guidance).28
Dalam ajaran Islam pun
27
M, Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian Uin jakarta, 2008), h. 13. 28
Zakiah Daradjat, Psikologi Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang,
2002), h. 5.
31
Allah SWT mengajarkan untuk saling nasehat menasehati
seperti yang tersirat dalam firman Allah SWT : QS. Al-
„Ashr ayat 3.
ا اص ر ا ثبنحق اص ر بنحبد ا انص عمه ا ه آمى ﴿ ال انز
جش ﴾ ) (3انعصش: ثبنص
Artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”.29
Berdasarkan isi ayat tersebut di atas maka dapat
dipahami bahwa di dalam ajaran agama Islam setiap umat
manusia dianjurkan untuk saling nasehat menasehati
sebagai amalan soleh dan upaya mencapai kebenaran serta
menetapi kesabaran. Oleh karena itu nasehat agama ibarat
sebagai bimbingan.
Dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat
mendefinisikan bahwa bimbingan rohani Islam adalah
proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat
menjalankan hidupnya dengan selaras, serasi dan
seimbang, sesuai dengan ajaran Agama Islam dan
petunjuk sang Khalik Allah SWT sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Tujuan Bimbingan Rohani Islam
a. Tujuan Bimbingan Rohani Islam
Dalam melaksanakan bimbingan rohani Islam
terhadap individu maupun kelompok agar mendapatkan
29
Ahmad Hatta, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Ababun
Nuzul dan Terjemahan, h. 601.
32
hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari pelaksanaan
kegiatan bimbingan rohani Islam tersebut.
Menurut Drs. Samsul Munir, M.A secara umum
dan luas program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan
sebagai berikut:
1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan
hidup pribadi.
2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan
yang efektif dan produktif dalam masyarakat.
3) Membantu individu dalam mencapai hidup
bersama dengan individu-individu yang lain.
4) Membantu individu dalam mencapai harmoni
antara cita-cita dan kemampuan yang
dimilikinya.30
Sedengkan menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed,
tujuan bimbingan agama adalah dimaksudkan untuk
membantu si terbimbing supaya memiliki religious
reference (sumber pegangan keagamaan) dalam
memecahkan problem.31
Menurut Hamdani Bakran adz-Dzaky menjelaskan
bahwa tujuan dari bimbingan Islam adalah sebagai berikut
:
30
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), Cet. 1, h. 38. 31
Arifin, Pokok-pokok Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), h. 29.
33
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan,
perbaikan, kesehatan dan keberhasilan jiwa
dan mental. Jiwa menjadi tenang, lapang dada,
dan mendapat pencerahan taufik dan hidayah
dari Allah SWT.
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan
perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang
memberikan manfaat bagi dirinya, lingkungan
keluarga maupun sosial.
3) Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada
individu dan berkembang rasa toleransi,
kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa
kasih sayang.
4) Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada
individu, sehingga muncul dan berkembang
rasa ingin untuk taat pada Allah, ketulusan
mematuhi segala perintah-Nya dan tabah
menerima ujian-Nya.
5) Untuk menghasilkan potensi ilahiyah sehingga
fungsi diri sebahai khalifah dimuka bumi ini
dapat terlaksana dengan baik dan benar.32
Oleh sebab itu, tujuan dari bimbingan rohani Islam
ialah suatu kegiatan bimbingan yang dapat memberikan
pemahaman mengenai ajaran-ajaran ke Islaman sesuai
32
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,
(Yogyakarta: PT. Fajar Pustaka Baru, 2001), Cet. Ke-2, h. 221.
34
dengan ketentuan Al-Quran dan As Sunnah untuk
membantu memecahkan masalah yang timbul.
3. Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi, dalam bukunya
“ Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”,
menyebutkan bahwa fungsi bimbingan adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi Preventif
Dalam hal ini bimbingan berfungsi sebagai
pencegahan terhadap timbulnya masalah.
b. Fungsi Pemahaman
Dalam hal ini bimbingan berfungsi sebagai sumber
yang dapat menghasilkan pemahaman-pemahaman
tentang suatu hal guna mendapatkan informasi lebih
dari permasalahan.
c. Fungsi Perbaikan
Dalam hal ini bimbingan berfungsi dalam
menghasilkan solusi atau jalan keluar dari berbagai
permasalahan dengan tujuan memecahkan masalah
yang dihadapi.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Dalam hal ini fungsi bimbingan dapat memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
terarah dan berkelanjutan dan dapat mengembangkan
segala potensi yang dimiliki.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa
keberhasilan suatu bimbingan dapat dilihat dari terlaksana
35
sesusai fungsinya, fungsi dari bimbingan rohani Islam
yaitu sebagai sumber yang memberikan pemahaman,
sebagai upaya memelihara dan membantu
mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang
memberikan arahan sesuai dengan ajaran Islam (Al-
Quran) dalam memelihara diri sehingga terhindar dari
berbagai masalah, serta sebagai sumber yang dapat
memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia
dengan Tuhan.33
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa fungsi
dari bimbingan rohani Islam adalah untuk memberikan
arahan dan pemahaman keagamaan kepada individu dan
sekelompok individu sesuai dengan ajaran agama Islam,
agar arahan dan pemahaman tersebut dapat membantu
individu atau sekelompok individu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, dan mendapatkan kebahagiaan
dunia dan juga kebahagiaan akhirat.
4. Metode Bimbingan Rohani Islam
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos,
yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu meta ialah
menuju, memulai, mengikuti, dan kata hodos ialah cara
jalan, atau arah. Metode dalam bahasa Arab disebut
dengan istilah uslub, tarikh, minhaj, dan nizam.34
33
Ahmad Hatta, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Abuban
Nuzul dan Terjemahan, h. 601. 34
Elyas Anten, Injililizi Arabi, (Mesir: Elyas Modern Press, 1951), h.
438.
36
Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa
pula diartikan sebagai segala sesuatu atau cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan.35
Dari uraian diatas metode dapat diartikan
dengan cara sistematik yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Agar dalam proses bimbingan yang dilakukan
sesuai dengan harapan maka seorang pembimbing harus
dapat memahami tekhnik dan metode apa yang harus
dilakukan dalam memberikan bimbingan kepada klien.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam
memberikan bimbingan rohani Islam, berikut penulis akan
memberikan uraian beberapa metode bimbingan rohani
Islam diantaranya:
a. Metode Interview (Wawancara)
Adalah salah satu cara atau tekhnik yang
digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui
mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang
ada pada diri terbimbing atau klien.36
Menurut W.S. Wingkel, interview
(wawancara) informasi merupakan suatu alat untuk
memperoleh fakta/data/informasi, jadi terjadi
pertemuan di bawah empat mata dengan tujuan
35
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, hal. 120. 36
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, hal. 122.
37
mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan.37
Sebagai salah satu cara untuk memperoleh fakta,
metode wawancara masih tetap banyak dimanfaatkan
kerena interview bertujuan pada fakta apa yang
dikehendaki.
b. Group Guidance (Bimbingan Kelompok)
Adalah cara yang digunakan untuk
mengungkapkan jiwa dan pembinaan melalui kegiatan
ceramah dan seminar. Dalam metode ini pembimbing
mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan
instruksional, misalnya bertindak sebagai struktur atau
sumber ahli bagi berbagai macam pengetahuan atau
informasi.38
Tujuan utama dari bimbingan kelompok ini
adalah penyebaran informasi mengenai penyesuaian
diri dengan berbagai kehidupan klien. Dengan
menggunakan bimbingan kelompok seorang
pembimbing dan terbimbing akan dapat berinteraksi
sosial dan dapat mengembangkan sikap saling perduli
dan memperhatikan antara satu dengan yang lainnya,
dengan begitu akan terasa ikatan kekeluargaan dan
menumbuhkan sikap kebersamaan.
37
W.S. wingkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah,
(jakarta: Gramedia, 1989), h. 59. 38
W.S. Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, h.
129.
38
c. Metode Direktif
Adalah salah satu tekhnik yang diberikan dan
digunakan bagi klien yang tidak mengerti masalahnya
dan mengalami kesulitan dalam memahami dan
memecahkannya.39
Pada metode ini pembimbing memberikan
arahan dan memberikan secara langsung jawaban-
jawaban terhadap faktor-faktor yang dianggap
menjadi timbulnya masalah pada diri terbimbing.
d. Metode Non- Direktif
Metode ini disebut dengan “client centered”,
dilakukan dengan tidak mengarahkan melainkan
memberikan kesempatan kepada klien, sebab pada
tekhnik ini pelayanan bimbingan dan konseling
memang lebih banyak berpusat pada diri klien sendiri
dan pembimbing hanya membantu memberikan
dorongan dalam memecahkan masalah. Seorang
pembimbing harus mendengarkan permasalahan
dengan baik, memberikan waktu dan kesempatan
kepada klien dalam menceritakan permasalahan yang
di hadapinya.
Dalam metode non directif ini juga terdapat
metode edukatif yaitu merupakan cara pengungkapan
perasaan yang dilakukan dengan menggunakan cara
persuasif (mengajak) sekelompok individu dalam
39
W.S. Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, h.
130.
39
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif
sesuai dengan permasalahan yang ada.
B. Konsep Etos Kerja
1. Pengertian Etos Kerja
Etos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya
yaitu pandangan hidup yang khas dari suatu golongan.40
Etos yang berasal dari bahasa Yunani, dapat mempunyai
arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap
serta persepsi terhadap penilaian terhadap penilaian
bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan
“ethic” yaitu, pedoman, moral, dan perilaku, atau dikenal
pula etiket yang artinya cara bersopan santun.41
Selain itu definisi-definisi etos dari beberapa
sumber dalam buku “Etos kerja Islami” diantaramya:
a. Dalam buku Websters Worl University Dictionary
dijelaskan etos ialah sifat dasar atau karakter yang
merupakan kebiasaan dan watak bangsa atau ras.
b. Koentjoroningrat mengemukakan pandangannya
bahwa etos merupakan watak khas yang tampak
dari luar dan terlihat oleh orang lain.
c. Dalam Hand Book of Psycology Term, etos
diartikan sebagai pandangan khas suatu kelompok
sosial, sistem nilai yang melatarbelakangi adat
istiadat dan tata cara suatu komunitas.
40
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 428. 41
H, Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi muslim, (Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-2, h. 21.
40
d. Menurut Nurcholish Majid, etos berasal dari
bahasa Yunani (ethos) ialah karakter dan sikap,
kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang
bersifat khusus tentang seorang individu atau
sekolompok manusia. Etos juga berarti jiwa suatu
kelompok manusia yang daripadanya berkembang
pandangan bangsa itu sehubungan dengan baik
dan buruk, yaitu etika.42
e. Drs. H. Toto Tasmara juga mengartikan etos
adalah norma serta cara dirinya mempersepsi,
memandang dan meyakini sesuatu.43
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai
thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang
disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai
cita-cita yang positif.44
Dari beberapa definisi-definisi mengenai etos
diatas, menurut penulis dapat disimpulkan bahwa etos
adalah cara pandang, konsep, keyakinan, sistem nilai dan
seterusnya yang dimiliki seseorang atau kelompok yang
disertai dengan semangat dan kemauan yang tinggi guna
mewujudkan suatu harapan.
42
DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2004), h. 25-26. 43
DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2004), h. 22. 44
Musa Asy‟arie, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi
Ummat, (Yogyakarta: Lesfi, 1997), Cet. Ke-1, h. 3.
41
Selanjutnya pengertian kerja dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, adalah kegiatan melakukan sesuatu,
yang dilakukan atau diperbuat untuk mencari nafkah.45
Pengertian bekerja dalam arti luas adalah bentuk
usaha yang dilakukan oleh manusia, baik dalam hal materi
maupun non materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal
yang berkaitan dengan hal materi maupun keakheratan.46
Dalam buku Membudayakan Etos Kerja Islami,
Maka bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya
yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh
aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah SWT
yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul
ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan
bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan
dirinya.47
Menurut Ahmad Janan Asifudin, kerja merupakan
aktifitas sengaja, bermotif dan bertujuan. Pengertian kerja
biasanya terkait dengan penghasilan atau upah
45
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 428. 46
Ilah Fadhilah, Skripsi “Hubungan Antara Pembinaan Agama
dengan Motivasi Kerja Di Komunitas Pemulung Jurang Mangu Barat”,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 28. 47
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 25.
42
memperoleh hasil, baik bersifat material atau non
material.48
Etos Kerja, menurut Mochtar Buchori dapat
diartikan sebagai suatu sikap dan pandangan terhadap
kerja, kebiasaan kerja: ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai
cara kerja yang dimiliki seseorang atau kelompok manusia
atau suatu bangsa.49
Etos Kerja adalah sifat, watak, dan kualitas
kehidupan batin manusia, moral, dan gaya estetik serta
suasana batin mereka. Ia merupakan sikap mendasar
terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam
kehidupan nyata. Etos kerja adalah pancaran dari sikap
hidup manusia yang mendasar terhadap kerja.50
Dari sejumlah definisi dan penjelasan diatas,
penulis bisa menangkap bahwa etos kerja artinya
pandangan, nilai, dan sikap mendasar yang dimiliki
seseorang atau kelompok tertentu mengenai bekerja yang
kemudian memancar dan direfleksikan dalam kehidupan
nyata. Misalnya seseorang yang merasa bahwa bekerja itu
adalah suatu penghormatan, kinerjanya akan lebih tinggi
jika dibandingkan yang hanya sekedar bekerja. Begitu
juga dengan orang yang merasa bahwa bekerja itu bukan
semata-mata untuk mencari uang, tapi juga sebagai usaha
48
DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, h. 27. 49
Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: IKIP Press, 1994), h.6. 50
Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: IKIP Press, 1994), h.6.
43
untuk menggapai ridho Allah SWT dan bernilai ibadah
sehingga dengan sendirinya orang-orang tersebut
melakukan hal-hal dalam pekerjaan dengan tulus dan
totalitas. Contohnya: berangkat dan pulang kerja tepat
pada waktunya, mengetahui bahwa pekerjaan meminta-
minta dilarang dalam Islam maka ia lebih memilih untuk
berusaha lebih baik lagi.
2. Asas-Asas Etos Kerja Islami51
Apa yang dimaksud dengan kerja? Makna
“bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang
sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset,
fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus
menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai
bagian dari masyarakat yang terbaik (khoiro ummah) atau
dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa dengan
bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Dari rumusan ini tampak bahwa etos kerja itu
dapat didefinisikan sebagai: cara pandang yang diyakini
seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya,
tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan
oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat
luhur.
51
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), h. 45-46.
44
Islam adalah ajaran yang mendorong umatnya
untuk memiliki semangat bekerja dan beramal, serta
menjauhkan dari sifat malas.
Rasulullah SAW. Bersabda:
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah
pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya
kesadaran, terlilit hutang, dan dikendalikan orang lain.
Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari
fitnah (ketika) hidup dan mati”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
“carilah oleh kalian semua rezeki di muka bumi”. (HR.
Thabrani)
Bagi kaum muslimin, bekerja dalam rangka
mendapatkan rezeki yang halal dan memberikan
kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT.
ن سزشد ن انمؤمى ن سس ا فسش للا عمهكم قم اعمه ﴿
ن ﴾ )انزثخ: إن عبنم ان انشبدح فىجئكم ثمب كىزم رعمه ت (501غ
“Dan katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan”. (at-Taubah: 105)
ل ا مه فضم للا ﴿ فئرا قضذ انص اثزغ ا ف الس ح فبوزشش
ن ﴾ ) انجمعخ: شا نعهكم رفهح ا للا كث اركش 50)
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka
bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia
45
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”. (al-Jumu’ah: 10)
3. Fungsi Etos kerja
Lapangan mu‟amalah adalah aspek dimana
manusia berhubungan secara horizontal antara satu
dengan yang lainnya dalam lapangan ekonomi, sosial,
kemasyarakatan, dan nilai-nilai dalam rangka memenuhi
hajat hidup di dunia fana ini. Untuk mencapai
kebahagiaan yang dijanjikan Allah SWT haruslah manusia
rajin bekerja dan berbuat sungguh-sungguh sehingga
dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sungguh banyak ayat-ayat yang bertebaran dalam
Al-Qur‟an yang mengundang manusia agar bermain dan
mendorong mereka rajin bekerja.52
Dengan memiliki etos kerja diharapkan umat Islam
khususnya diharapkan supaya umat Islam menjadi umat
yang rajin, cekatan, dan tangkas bekerja guna
memproduksi kebaikan dan kebajikan sebanyak
mungkin.53
Selain itu etos kerja memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pendorong timbulnya perbuatan
b. Penggairah dalam aktivitas
52
Hamzah Ya‟qub, Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal
dan Haram dalam Syari’at islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2001), h. 7 53
Hamzah Ya‟qub, Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal
dan Haram dalam Syari’at islam, h. 9
46
c. Penggerak, seperti mesin pada mobil. Besar dan
kecilnya mempengaruhi motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.54
4. Ciri Etos Kerja Muslim
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati
etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya
yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat
mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah,
suatu panggilan dan perintah Allah yang akan
memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai
bagian dari manusia pilihan (khoiro ummah),
diantaranya:55
a. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership)
b. Selalu berhitung
c. Menghargai waktu
d. Tidak pernah puas berbuat kebaikan (positive
improvements)
e. Hidup hemat dan efisien
f. Memiliki jiwa wiraswasta
g. Memiliki insting bertanding dan bersaing
h. Keinginan untuk mandiri (independent)
i. Haus memiliki sifat keilmuan
j. Berwawasan makro – universal
k. Memperhatikan kesehatan dan gizi
54
A. Tarbani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989), Cet. Ke-8, h. 63 55
H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf), Cet. Ke-2, h. 29-61
47
l. Ulet, pantang menyerah
m. Berorientasi pada produktivitas
n. Memperkaya jaringan silaturrahmi
C. Gelandangan dan Pengemis (gepeng)
1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis
Istilah „gepeng” merupakan singkatan dari kata
gelandangan dan pengemis. Menurut Departemen Sosial
R.I (19992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta
tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap
di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat
umum.56
“Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat
penghasilan dari meminta-minta di muka umum dengan
berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari
orang lain.57
Gelandangan dan pengemis adalah seseorang yang
hidup menggelandang dan sekaligus mengemis.58
Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan
berasal dari gelandang yang berarti selalu mengembara,
atau berkelana (lelana). Dengan strata demikian maka
gelandangan merupakan orang-orang yang tidak
56
Departemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali,
Gelandangan-pengemis di Kecamatan Kubu Kabupaten Karang Asem, h.2 57
Departemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali,
Gelandangan-pengemis di Kecamatan Kubu Kabupaten Karang Asem, h.2 58
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat
Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007).
Standar Pelayanan minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan
dan Pengemis, h.5
48
mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang
tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum
serta tidur di sembarang tempat.59
Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali, dkk,.
(1990) diberikan tiga gambaran umum gelandangan,
yaitu:
a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh
masyarakat,
b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak
ramai,
c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan
dalam kemiskinan dan keterasingan.60
2. Faktor-faktor munculnya Gelandangan dan
Pengemis
Masalah sosial dan ekonomi sulit dihindari
keberadaannya dalam kehidupan bermasyarakat, yang
berada di daerah perkotaan adalah pemicu munculnya
gelandangan dan pengemis merupakan akumulasi dan
interaksi dari berbagai masalah yang ada seperti halnya
kemiskinan, pendidikan yang rendah, minimnya
keterampilan kerja yang dimiliki, lingkungan sosial
budaya, kesehatan dan lain sebagainya. Adapun gambaran
permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
59
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus
Saptono Iqbali, Gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten
Karang Asem, h. 1-2 60
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus
Saptono Iqbali, Gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten
Karang Asem, h. 3.
49
a. Faktor Kemiskinan
Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan
jangkauan pelayanan umum sehingga tidak dapat
mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga
secara layak.
b. Faktor Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan
pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala
untuk memperoleh pekerjaan yang layak.
c. Faktor Keterampilan Kerja
Pada umumnya gelandangan dan pengemis
tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan
tuntutan pasar kerja.
d. Faktor Sosial Budaya
Ada beberapa faktor sosial budaya yang
mempengaruhi seseorang menjadi gelandangan dan
pengemis..
e. Rendahnya Harga diri
Rendahnya harga diri pada sekolompok orang,
mengakibatkan tidak adanya rasa malu untuk meminta-
minta.
f. Sikap Pasrah pada Nasib
Mereka menganggap bahwa kemiskinan dan
kondisi mereka sebagai gelandangan dan pengemis
adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk
melakukan perubahan.
50
g. Kebebasan dan Kesenangan Hidup Menggelandang
Ada kenikmatan tersendiri bagi sebagian besar
gelandangan dan pengemis yang hidup
menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat
oleh peraturan dan norma yang kadang-kadang
membebani mereka, sehingga mengemis adalah salah
satu mata pencaharian.
h. Masalah Kesehatan
Dari segi kesehatan, gelandangan dan pengemis
termasuk kategori warga negara dengan tingkat
kesehatan fisik yang rendah. Akibatnya rendahnya gizi
makanan dan terbatasnya akses pelayanan kesehatan.
Selain permasalahan diatas ada berbagai dampak
yang ditimbulkan oleh gelandangan dan pengemis antara
lain:
i. Masalah Lingkungan
Gelandangan dan pengemis pada umumnya
tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah
yang sebenarnya dilarang dijadikan tempat tinggal,
seperti : taman-taman, bawah jembatan dan pinggiran
kali. Oleh karena itu kehadiran mereka di kota-kota
besar sangat mengganggu ketertiban umum,
ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan
kota.
j. Masalah Kependidikan
Gelandangan dan pengemis yang hidupnya
berkeliaran dijalan-jalan dan tempat umum,
51
kebanyakan tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK)
yang tercatat dikelurahan (RT/RW) setempat dan
sebagian besar mereka hidup bersama sebagai suami
istri tanpa ikatan pernikahan yang sah.
52
53
BAB III
Gambaran Umum PSBK
(Panti Sosial Bina Karya) “Pangudi Luhur” Bekasi
A. Profil Lembaga
Panti sosial bina karya “Pangudi Luhur” adalah
satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pelayanan
dan Rehabilitasi Sosial Departemen sosial RI berdasarkan
Peraturan Menteri Sosial nomor : 106 / HUK / 2009.
Yang mempunyai tugas bimbingan rehabilitasi sosial
terhadap Gelandangan Pengemis dan Orang Terlantar agar
mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, sebagai rujukan, pengkajian dan
penyiapan standar pelayanan serta rujukan.61
B. Sejarah Berdirinya
1. Tanggal 04 Oktober 1961 dengan nama “Komando
Penampungan Pendidikan dan Penyaluran Tuna
Karya” seluruh jawa di Bekasi (KOP.3.T.K)
2. Tahun 1974 berubah menjadi PRTK (Panti
Rehabilitasi Tuna Karya)
3. Tahun 1987 tercetus ide Mensos (Ibu Nani Sudarsono)
yang dinamakan LIPOSOS. Muncul 2 Program
LIPOSOS (uji coba) dan PRTK. Kedua Program
tersebut tetap berjalan. Diresmikan PRPGOT dengan
SK Mensos RI. No 41/HUK/KEP/XI/89 tanggal 01
November 1989 perubahan nama menjadi Panti
61
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
54
Rehabilitasi Gelandangan dan Orang terlantar
(PRPGOT) H. Moeljadi Djojomartono Bekasi
dibawah naungan Kantor Wilayah Departemen Sosial
Propinsi Jawa Barat.
SK Mensos RI No. 14/HUK/KEP/1994 tentang
Penanaman UPT pusat/pantu/sarana berubah nama
menjadi Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur”
Bekasi Sampai saat ini.
C. Visi dan Misi
Visi
“Meningkatnya pelayanan rehabilitasi sosial bagi
gelandangan, pengemis dan orang terlantar secara
profesional di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur”
Bekasi agar mampu berperan aktif, bermartabat yang
memiliki kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat”
Misi
1. Menyusun perencanaan program rehabilitasi sosial
bagi gelandangan, pengemis dan orang telantar secara
transparan.
2. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
gelandangan, pengemis dan orang terlantar sesuai
dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang
berlaku.
3. Peningkatan manajemen untuk mendukung pelayanan
dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan, pengemis
dan orang terlantar di dalam panti yang akuntabel.
55
4. Meningkatkan Sumber Daya Manusia PSBK “Pangudi
Luhur” Bekasi.
D. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi Panti
1. Tugas Pokok
Tugas pokok Panti Sosial Bina Karya,
memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial
yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif dalam
bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan
keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi
para gelndangan, pengemis dan orang terlantar agar
mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar
pelayanan dan rujukan.62
2. Tujuan
Terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan
penghidupan sosial bagi gelandangan dan pengemis yang
meliputi pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan
diri, tanggung jawab sosial, serta mau dan mampu
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
3. Fungsi
a. Penyusunan perencanaan program, evaluasi dan
pelaporan
b. Pelaksanaan Observasi, Identifikasi, Motivasi,
Seleksi, Registrasi, Assesment, dan Rujukan.
62
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
56
c. Rehabilitasi Sosial yang meliputi Bimbingan Fisik,
Mental, Sosial, dan keterampilan terhadap
Gelandangan, Pengemis dan orang terlantar
beserta keluarganya.
d. Resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
e. Layanan data, informasi dan Advokasi Sosial.
f. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar
pelayanan.
g. Pelaksanaan urusan Tata Usaha.
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 27 dan Pasal 34.
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
3. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 31
tahun 1980 Tentang Penanggulangan gelandangan dan
pengemis.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial.
5. Peraturan Menteri Sosial RI No. 106/HUK/2009
Tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Panti Sosial
dilingkungan Departemen Sosial.
6. Keputusan Presiden RI Nomor 40 Tahun 1983
Tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan
dan Pengemis.
57
7. Keputusan Menteri Sosial RI No. 30/HUK/1996
Tentang Rehabilitasi Gelandangan dan Pengemis
didalam Panti Sosial.63
F. Struktur Organisasi PSBK
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor.
106/HUK/2009 tertanggal 30 September 2009, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan
Departemen Sosial RI. Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” dipimpin oleh seorang kepala panti
dibantu oleh salah satu kepala subbagian tata usaha, dua
kepala seksi dan kelompok jabatan fungsional. Adapun
struktur organisasi di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi adalah sebagaimana bagan di
bawah ini.
Struktur Organisasi
Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi64
63 Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
58
Keterangan bagan struktur organisasi PSBK “Pangudi
Luhur” Bekasi
1. Kepala Panti
Mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasi dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
gelandangan dan pengemis.
2. Sub. Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana
pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan,
perlengkapan umum dan rumah tangga serta
kehumasan.
3. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial
bertugas yaitu menyiapkan bahan rencana program
kegiatan tahunan pemberian informasi dan advokasi,
pengkajian dan penyiapan standar pelayanan serta
melakukan pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial.
4. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Mempunyai tugas melakukan registrasi, observasi,
identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan
diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar
pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan,
resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjutan.
5. Koordinator Jabatan Fungsional
64
Sumber: Tata Usaha PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Tahun 2018
59
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabataan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kepala Instalasi Produksi
Mempunyai tugas kegiatan keterampilan kerja yang
bersifat ekonomi, produktif bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial pasca rehabilitasi agar mampu
berperan aktif dalam masyarakat.
G. Komposisi pegawai
1. Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan
Jabatan
Pegawai Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi adalah berjumlah 62 orang, yang
terdiri dari laki-laki 24 orang dan perempuan 38 orang
yang terbagi kedalam jabatan strukturan dan fungsional.
Komposisi pegawai PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi,
menurut kedudukan dan jabatan ditunjukan di bawah ini :
Table 1. Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan
Jabatan
No Kedudukan Struktural Fungsional Jumlah
1 Kepala Panti 1 Orang - 1 Orang
2 Ka. Subbag
TU
1 Orang - 1 Orang
3 Ka. Sie
Rehsos
1 Orang - 1 Orang
4 Ka. Sie PAS 1 Orang - 1 Orang
5 Sub. Bagian
Tata Usaha
20 Orang - 20 Orang
60
6 Seksi
Rehsos
14 Orang 14 Orang
7 Seksi PAS 5 Orang 5 Orang
8 Pekerja
Sosial
- 17 Orang 17 Orang
9 Penyuluh - 1 Orang 1 Orang
10 Arsiparis - 1 Orang 1 Orang
Jumlah 43 Orang 19 Orang 62 Orang
Sumber Data : Ka. Sub. Tata Usaha. 2018.
2. Komposisi Pegawai Munurut Tingkat Pendidikan
Komposisi pegawai menurut pendidikan di Panti
Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi pada tahun
2018, ditunjukan di bawah ini :
Tabel 2. Komposisi Pegawai Munurut Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Sarjana S2 1 Orang
2 Sarjana S1 13 Orang
3 Sarjana Muda/D3 10 Orang
4 SLTA 32 Orang
5 SLTP -
6 SD 2 Orang
Jumlah 58 Orang
Sumber Data: Ka.SUB. Tata Usaha. 2018.
3. Komposisi Pegawai Munurut Tingkat Golongan
Komposisi pegawai menurut tingkat golongan
kepegawaian di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur”
Bekasi pada tahun 2018, ditunjukan di bawah ini :
61
Table 3. Komposisi Pegawai Menurut Tingkat
Golongan
No Golongan Jabatan
1 Golongan IV 3 Orang
2 Golongan III 44 Orang
3 Golongan II 13 Orang
4 Golongan I 2 Orang
Jumlah 62 Orang
Sumber Data: Ka.SUB. Tata Usaha. 2018.
H. Sasaran dan Garapan Lembaga
1. Gelandangan
Gelandangan adalah seseorang yang hidup
dalam keadaan tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan tetap serta mengembara di tempat umum
sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan
yang layak dalam masyaraakat.
2. Pengemis
Pengemis adalah seseorang yang mendapatkan
penghasilan dengan meminta-minta di tempat umum
dengan berbagai cara alasan untuk mendapatkan belas
kasihan dari orang lain.
3. Keluarga Gelandangan dan Pengemis
Keluarga Gelandangan dan Pengemis adalah
saudara atau family dari Gelandangan dan Pengemis.
4. Anak yang orang tuanya menjadi gelandangan dan
pengemis
5. Pemulung gelandangan
6. Pengemis gelandangan
62
7. Pedagang asongan gelandangan.65
I. Persyaratan Calon Keluarga Binaan Sosial
1. Sehat jasmani ( tidak mempunyai penyakit menular
atau kronis )
2. Sehat rohani ( tidak mempunyai penyakit jiwa )
3. Tidak sedang berurusan dengan penegak hukum
4. Usia produktif ( secara fisik mampu bekerja keras )
5. Tidak dalam keadaan hamil
6. Sudah bekeluarga atau masih bujangan
7. Bersedia mengikuti program pelayanan panti.66
J. Waktu dan Kapasitas Pelayanan
Dalam 1 (satu) tahun anggaran memberikan
layanan sosial sebanyak 600 orang Tuna Sosial beserta
keluarganya. Sementara inin pembinaan terhadap
Gelandangan dan Pengemis selama 6 (enam) bulan. Ada
wacana pelaksanaan pembinaan selama 1 (satu) tahun.67
1. Perkembangan kepribadian klien belum matang.
2. Kemampuan keterampilan belum memadai.
3. Penyiapan penyaluran yang disesuaikan dengan
penerimaan lapangan kerja.
4. Berdasarkan pertimbangan professional pelaksanaan
pelayanan dapat diakhiri sebelum batas waktu yang
ditentukan.
65
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. 66
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. 67
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
63
K. Proses Rehabilitasi Sosial
Proses Rehabilitasi yang diterima Keluarga Binaan
Sosial meliputi :68
1. Rehabilitasi Sosial
Proses rehabilitasi sosial antara lain :
a. Tahap Pendekatan Awal
Pada tahap ini Pekerja Sosial melaksanakan :
1) Informasi dan sosialisasi program
2) Identifikasi masalah
3) Konsultasi dan Motivasi
4) Seleksi Penerimaan
b. Tahap Penerimaan atau Pemanggilan
Proses tahap Penerimaan meliputi :
1) Registrasi: Registrasi dilaksanakan kepada
Keluarga Binaan Sosial yang telah lolos seleksi.
2) Penelaahan dan pengungkapan masalah (Need
Assesment).
3) Penempatan pada program.
c. Tahap Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan Latihan
Keterampilan Kerja
1) Bimbingan Fisik dan Mental meliputi :
a. Peraturan Baris Berbaris (PBB)
b. Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
c. Out Bond
d. Etika/ Budi Pekerti
e. Kebersihan Lingkungan /K3
68
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
64
f. Pemerikasaan Kesehatan
2) Bimbingan sosial, meliputi :
a. Pertemuan Pagi
b. Bimbingan Perorangan
c. Dinamika Kelompok
d. Bimbingan Kelompok
e. Diskusi Kelompok
f. Kesehatan Masyarakat
g. Hidup Bermasyarakat
h. HIV / AIDS
i. Kesenian
j. Komunikasi
k. Kewirausahaan
3) Bimbingan Rohani Islam, meliputi :
a. Pendidikan Agama
b. Bimbingan Perorangan
c. Praktek Wudhu dan Sholat
d. Hafalan Surat-Surat Pendek
4) Bimbingan Keterampilan, meliputi :
a. Pembuatan Tahu/Tempe Tahun 1986
b. Olahan Pangan Tahun 1995
c. Pembuatan Batako Tahun 1992
d. Menjahit Tahun 1961
e. Tata Rias Kecantikan Tahun 1996
f. Sablon dan Desain Grafis Tahun 1996
g. Montir Motor Tahun 1961
h. Pertukangan Las Tahun 1961
65
i. Pertukangan Kayu Tahun 1961
j. Montir Mobil Tahun 2008
k. Pertanian Tahun 2008
2. Resosialisasi
Resosialisasi, meliputi :69
a) Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat.
b) Bimbingan sosial hidup bermasyarat.
c) Bimbingan bantuan stimulan usaha produktif.
d) Penyaluran.
3. Bimbingan Lanjut
Bimbingan Lanjut, meliputi :70
a) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat.
b) Bantuan pengembangan usaha/kerja.
c) Bimbingan pemantapan usaha/kerja.
L. Pembiayaan Operasional
Anggaran dan pembiayaan pada PSBK “Pangudi
Luhur” Bekasi sepenuhnya diperoleh dari Departemen
Sosial.71
M. Kerjasama Lintas Sektoral
Dalam melaksanakan rehabilitasi sosial, PSBK
“Pangudi Luhur” Bekasi bekerja sama dengan berbagai
instansi terkait antara lain.72
1. Dinas Nakertrans Kota Bekasi
2. Kantor Kependudukan Kabupaten Bekasi
69
Sumber: Tata Usaha PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Tahun 2018 70
Sumber: Tata Usaha PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Tahun 2018 71
Sumber: Tata Usaha PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Tahun 2018 72
Sumber: Tata Usaha PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi Tahun 2018
66
3. Dinas Kependudukan Kota Bekasi
4. Kandep Agama Kota Bekasi
5. KUA kecamatan Bekasi Timur
6. Kepolisian
7. Badan/Kantor/Dinas Sosial Sejawa Barat
8. Dan beberapa perusahaan tempat PSBK di sekitar
Bekasi.
N. Sarana dan Prasarana
1. Sarana
a) Luas Tanah : 51.616 M2
b) Kantor : 1 Unit, 55,3 M2
c) R. Keterampilan : 2 Unit, 260 M2 +
120 M2 = 380 M2
d) R. Kelas : 1 Unit, 309 M2
e) Aula : 2 Unit, 240 M2 +
309 M2 = 549 M2
f) Bengkel : 1 Unit, 429 M2
g) Gudang : 1 Unit, 96 M2
h) Poliklinik : 1 Unit, 70 M2
i) Pondok/Asramah : 34 Unit
Pondok / Asramah WB
1) Type 21 : 14 Unit (@ 5 Pintu)
2) Type 18 : 20 Unit (@ 5 Pintu)
3) M C K : 6 Unit (@ 20 Pintu)
j) MCK : 6 Unit
k) TPA : 1 Unit
67
l) Wisma Tamu : 1 Unit, 72 M2
m) Rumah Dinas : 34 Unit
n) Mushola : 1 Unit
o) Lahan Pertanian : 3000 M2
2. Prasarana
a) Pelaratan Kantor
b) Peralatan Praktek Keterampilan
c) Peralatan Kesenian
d) Mobilitas
1) Roda 6 : 3 Unit
2) Roda 4 : 3 Unit
3) Roda 2 : 6 Unit
e) Telephon / Fax
f) Aiphone
g) Penerangan Listrik
h) Air Jet Pump
Luas Tanah 3 Panti : 15.616 M2
Luas PSBK seluruhnya : 51.616 M2
Luas tanah untuk bangunan : 44.412 M2
Luas tanah untuk sarana : 4.204 M2
Tanah kosong Pertanian : 3.000 M2
O. Pembimbing Pondok Tahun 2018
Koordinator Pekerja Sosial : Bapak Irwan
Setiawan
68
Table 4. Pembimbing Pondok Tahun 2018
Pondok Pembimbing
Anggrek 3 Nia Dania
Aster 1 Nana Sumarna
Aster 2 Nana Sumarna
Aster 3 Nana Sutisna
Cempaka 1 Sri Wibowo Murtini
Cempaka 2 Sri Wibowo Murtini
Cempaka 3 Kusmirah
Cempaka 4 Raden Hartadi
Cemara 1 Tri Hartati
Cemara 2 Tri Hartati
Cemara 3 Martina T.
Cemara 4 Indra Guntur
Beringin 1 Sumino
Beringin 2 Sumino
Beringin 3 Nuni Suryah
Beringin 4 Yustina W.
Angsara 1 Cahya K.
Angsara 2 Cahya K.
Dahlia 1 Suhartiningsih
Dahlia 2 Suhartiningsih
Dahlia 3 Dedeh Rusmini
Sumber Data: Irawan Setiawan (Koordinator Peksos),
2018
P. Jumlah Warga Binaan Angkatan 1 Tahun 2018
Table 5. Jumlah Warga Binaan Angkatan 1 Tahun
2018
Keterangan Pria Wanita Jumlah
WBS
Potensial
Kepala
Keluarga
63 Orang 63 Orang
Isteri 63 Orang 63 Orang
Singel
(Bujang)
56 Orang 40 Orang 96 Orang
WBS Non
69
Potensial
Anak-Aanak 33 Anak 45 Anak 78 Anak
Jumlah WB 300 Orang
Sumber Data: Ka.SUB. Rehabilitasi Sosial. 2018.
Q. Jumlah Warga Binaan Angkatan II 2018
Table 6. Jumlah Warga Binaan Angkatan II Tahun
2018
Keterangan Pria Wanita Jumlah
WBS
Potensial
Kepala
Keluarga
Orang Orang
Isteri Orang Orang
Singel
(Bujang)
Orang Orang Orang
WBS Non
Potensial
Anak-Aanak Anak Anak Anak
Jumlah WB 300 Orang
Sumber Data: Ka.SUB. Rehabilitasi Sosial. 2018.
71
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
Kegiatan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi ini merupakan kegiatan
wajib yang harus diikuti oleh seluruh WBS yang sudah terjadwal
dan merupakan kegiatan yang dapat memberikan motivasi dan
bimbingan pada warga binaan sosial (WBS) agar mereka bisa
mendapat pencerahan dan mau meninggalkan profesi lama
mereka (mengemis, mengamen, joki, gelandangan, pedagang
asongan) dengan bekerja mencari nafkah sesuai syariat Islam dan
minimal mereka tidak kembali ke jalan lagi.
Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan yang
penulis dapatkan selama penelitian yang berlangsung di Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, diantaranya
identifikasi informan penelitian, pelaksanaan bimbingan rohani
Islam, metode apa saja dalam menumbuhkan etos kerja bagi
gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi.
A. Identifikasi Informan
Hasil data lapangan yang saya temukan di lembaga,
secara tertulis warga binaan sosial yang tercatat seluruhnya
berjumlah 300 orang, akan tetapi kondisi di lapangan saat
pelaksanaannya tidak seluruhnya mengikuti bimbingan rohani
Islam karena berbagai macam alasan. Sehingga yang rutin
mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam hanya berjumlah 56
72
orang, yang terdiri dari 50 orang anak-anak dan 6 orang dewasa
atau orang tua.
Berdasarkan hal tersebut, maka saya menetapkan 6 orang
dewasa atau orang tua untuk menjadi informan dalam penelitian
ini untuk memperkuat hasil penelitian, maka saya menambahkan
dua informan lagi yaitu pembimbing rohani Islam di Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi. Berikut dibawah
ini penjelasan lebih jelasnya:
1. Pembimbing Rohani Islam
Tabel 7
Pembimbing Rohani Islam73
No Nama Usia Jabatan Pendidikan Bimbingan
yang
diberikan
1.
2.
Ustadz
Endin Sihab
Angke
Khoirunnisa
30
Tahun
37
Tahun
Pembimbing
Rohani
Islam
Staff
Bimbingan
Dan
Penyaluran
LIPIA
(Semester
IV) Jurusan
Syariah
UIN
Bandung
(Manajemen
Dakwah)
- Ketauhidan
- Fiqh
Shalat,
Puasa,
Mualamalah,
Rukun Iman,
Rukun
Islam,
Motivasi
Kerja
- Terapi
Stress
- Terapi
Do‟a dan
Dzikir
- Motivasi
Hidup dan
73
Wawancara langsung dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff
Bimbingan dan Penyaluran, Di Bekasi pada Kamis, 23 Januari 2018.
73
Kerja
- Konseling
Individu
-Praktek
Sholat
berjama‟ah
- Bimbingan
baca Al-
Qur‟an
Deskripsi mengenai pembimbing rohani Islam di Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi yaitu:
a. Ustadz Endin Sihab
Ustadz Endin Sihab adalah salah satu pembimbing
rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi. Ustadz Endin lahir di Basanlian Lombok
Timur, pada tanggal 16 September 1988 berusia 30 tahun.
Sekarang Ustadz Endin sedang menempuh pendidikan
lanjutan di LIPIA mengambil jurusan Syariah semseter IV
(empat). Beliau menjadi pembimbing rohani Islam di panti
sejak tahun 2014 hingga sekarang, jadi kurang lebih sudah 4
tahunan. Sejarah Ustadz Endin bisa menjadi pembimbing
rohani Islam di panti awalnya beliau datang ke Jakarta untuk
kuliah pada tahun 2011. Setelah tiga tahun ada rekannya
meminta Ustadz untuk memberikan bimbingan ke panti.
Dengan niat untuk belajar berdakwah dan berharap mendapat
Ridho dari Allah SWT akhirnya Ustadz Endin memutuskan
74
untuk menjadi pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi sampai sekarang.74
b. Ibu Angke Khoirunnisa S.Sos.I
Ibu Angke adalah salah satu staff di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi menduduki jabatan
sebagai Staff Bimbingan Rohani Islam. Beliau dikenal oleh
banyak orang dengan nama panggilan Bu Angke. Bu Angke
lahir di Bandung, 21 Mei 1981 dan berusia 37 tahun.
Pendidikan terakhir beliau yaitu S1 di Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati atau dikenal dengan nama UIN
Bandung Jurusan Manajemen Dakwah. Sejarah bisa menjadi
pembimbing rohani Islam di panti karena awalnya beliau PNS
(Pegawai Negeri Sipil) bagian Bimbingan dan Penyaluran. Di
panti ini masih sangat kekurangan pembimbing rohani Islam,
sebagai Sie. Bimbingan dan Penyaluran beliau merasa
memiliki tanggung jawab untuk memberikan bimbingan baik
agama, sosial, hukum, dan motivasi kepada warga binaan
sosial (WBS). Selain itu basic beliau yang erat dengan dakwah
dan kuliah di Jurusan Manajemen Dakwah jugalah yang
membuat kecintaan beliau untuk menyampaikan pesan-pesan
Islam kepada warga binaan sosial (WBS) di panti.75
Beliau
menjadi pembimbing rohani Islam di panti sejak tahun 2012
hingga sekarang, jadi kurang lebih sudah 6 tahun.
2. Warga Binaan Sosial
74
Wawancara pribadi dengan Ustadz Endin Sihab, Pembimbing
Rohani Islam, Bekasi, Di Bekasi pada Kamis, 23 Januari 2018. 75
Wawancara langsung dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff
Bimbingan dan Penyaluran, Di Bekasi pada Kamis, 23 Januari 2018.
75
Adapun deskripsi mengenai warga binaan sosial yang
menjadi informan adalah sebagai berikut:
Table 8
Warga Binaan Sosial berdasarkan jenis
kelamin76
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 3 Orang
2 Perempuan 3 Orang
Jumlah 6 Orang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa informan laki-laki
berjumlah 3 orang dan informan perempuan berjumlah 3 orang.
Table 9
Terbimbing Berdasarkan Usia77
No Usia Jumlah
1 20-25 37 Orang
2 26-31 9 Orang
3 32-37 3 Orang
4 38-42 1 Orang
5 43-48 6 Orang
6 49-53 -
7 54-59 -
8 60-64 -
Jumlah 56 Orang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas
terbimbing berada dikisaran usia 43-48 tahun, yang mana pada
usia ini dapat dikatakan sebagai usia produktif.
76
Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, Periode Januari 2018. 77
Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, Periode Januari 2018.
76
Table 10
Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi WBS78
No Klasifikasi WBS Jumlah
1 Pengamen 6 Orang
2 Joki 2 Orang
3 Pemulung 5 Orang
4 Pengemis 29 Orang
5 Gelandangan 10 Orang
6 Pedagang Asongan 4 Orang
Total 56 Orang
Table 11
Terbimbing Berdasarkan Asal Daerah79
No Asal Daerah Jumlah
1 Jakarta 10 Orang
2 Padang 1 Orang
3 Tanggerang 3 Orang
4 Jawa Barat 8 Orang
5 Jawa Tengah 26 Orang
6 Jawa Timur 6 Orang
7 Palembang 1 Orang
8 Lampung 1 Orang
Jumlah 56 Orang
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
terbimbing yang mengikuti bimbingan adalah WBS yang berusia
43-48 tahun dan memiliki klasifikasi pekerjaan sebagai pengemis,
gelandangan, joki, pemulung, pengamen, dan pedagang asongan.
78
Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, Periode Januari 2018. 79
Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, Periode Januari 2018.
77
Terbimbing yang menjadi sampel penelitian penulis
adalah yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam
berjumlah 6 orang. Terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan.
Dengan jenis klasifikasi PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial), yaitu pengemis, gelandangan, joki,
pemulung, pengamen, dan pedagang asongan. Klasifikasi ini
diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil pengamatan penulis
selama dilapangan karena WBS dengan klasifikasi lainnya tidak
dapat dijadikan objek penelitian karena keterbatasan waktu atau
mental dari WBS itu sendiri. Adapun terbimbing yang ada di
Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi yang
telah penulis wawancarai diantaranya:
a. Ahmad Rumaidin
Pak Rumaidin berusia 45 tahun lahir di Semarang, 2
Juni 1973. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara,
sayangnya beliau berstatus belum menikah walau di usia yang
tidak muda lagi. Pendidikan terakhir Pak Rumaidin yaitu
Sekolah Teknik, ini setara dengan tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Pak Rumaidin tinggal di Pekayon. Bekerja
sebagai pedagang asongan yang menjual ID-Card, gantungan,
casing HP, dan lain-lain. Dengan penghasilan sehari-harinya
berkisar antara Rp. 50.000,-sampai dengan Rp. 100.000,-.
Pak Rumaidin ada di panti sejak tanggal 5 januari
2018. Latar belakang Pak Rumaidin bisa masuk ke panti
karena di bawa oleh dua orang SATPOL PP yang sedang
melakukan razia, dan akhirnya Pak Rumaidin dibawa ke Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi karena
78
berjualan di tempat yang dilarang yaitu JPO (Jembatan
Penyebrangan Orang) di daerah Bekasi.
Ini pertama kalinya Pak Rumaidin terjaring razia oleh
SATPOL PP, walaupun begitu Pak Rumaidin masih nyaman
berjualan di jembatan karena ingin mengumpulkan modal
untuk buka usaha. Tapi berdasarkan pengakuan dari Pak
Rumaidin, setelah keluar dari panti dia tidak akan mau lagi
jualan ditempat yang terlarang. Dia memilih untuk membuka
usaha lain misalnya kios makanan dengan cara menyewa.80
b. Andi Susandi
Bapak Andi, tinggal di Lapak Pemulung daerah
Kalimalang. Lahir di Palembang, 9 April 1970 usianya 48
tahun. Merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pak Andi
memiliki dua orang anak, yaitu SD kelas lima dan balita
berusia 5 tahun dan istrinya merupakan ibu rumah tangga.
Pendidikan terakhir Pak Andi yaitu SMA di daerah
Palembang.
Pekerjaan sehari-hari Pak Andi yaitu bekerja di proyek
dari jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore dengan gaji Rp.
50.000,- per hari. Karena Pak Andi memiliki dua anak dan
satu istri yang menjadi tanggungannya, Pak Andi memilih
untuk mencari tambahan dengan cara memulung setelah
pulang kerja di proyek kira-kira 1 sampai 2 jam-an.
Malangnya hari itu tanggal 10 Dessember 2017, Pak Andi
80
Hasil wawancara dengan Ahmad Rumaidin, WBS di Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
79
dibawa oleh SATPOL PP ke panti saat sedang tertidur di
taman karena kelelahan.81
c. Yasin
Pak Yasin berusia 44 tahun lahir di Jepara, 17 Juli
1974. Merupakan anak ke pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan terakhir Pak Yasin yaitu Sekolah Dasar (SD). Pak
Yasin tinggal di Bulak Kapal. Bekerja sebagai pedagang
asongan yang menjual sarung tangan, masker, gantungan,
casing HP, casan HP dan lain-lain. Dengan penghasilan sehari-
harinya berkisar antara Rp. 40.000,-sampai dengan Rp.
70.000,-.
Pak Yasin ada di panti sejak tanggal 24 Desember
2017. Latar belakang Pak Yasin bisa masuk ke panti karena
dirazia oleh SATPOL PP karena sedang berjualan, dan
akhirnya Pak Yasin dibawa ke Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi karena berjualan di tempat
yang di yaitu JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) di daerah
Bekasi.
Ini pertama kalinya Pak Yasin terjaring razia oleh
SATPOL PP, walaupun begitu Pak Yasin masih nyaman
berjualan di jembatan karena ingin mengumpulkan modal
untuk buka usaha. Tapi berdasarkan pengakuan dari Pak
Yasin, setelah keluar dari panti dia tidak akan mau lagi jualan
ditempat yang terlarang. Dia memilih untuk menyewa ruko
81
Hasil wawancara dengan Andi, WBS di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
80
untuk dapat membuka usahanya kembali, supaya tidak
terjaring razia lagi.82
d. Marlina
Ibu Marlina berusia 43 tahun, lahir di Lebak Banten
pada tanggal 24 Oktober 1975. Merupakan anak ke tiga dari
empat bersaudara. Bu Marlina tinggal di Tambun.
Pendidikan terakhirnya lulus SD, di SDN Jati Rejo Subang
Jawa Barat. Bu Marlina memiliki 2 orang anak dan 3 orang
cucu.
Bu Marlina masuk ke panti pada tanggal 9 Desember
2017. Pagi itu Bu Marlina sedang berjalan dengan suaminya
Pak Kaming mau menuju ke rumahnya setelah mengemis di
salah satu perumahan. Ternyata ketika hendak menyebrang
jalan tiba-tiba ada mobil Dinas Sosial (Dinas Sosial),
akhirnya mereka berdua terjaring razia dan dibawa ke panti.
Menurut pengakuan Bu Marlina dia terpaksa
mengemis karena untuk membatu suaminya yang tuna netra.
Baru 20 hari dia di Bekasi, biasanya Bu Marlina tinggal di
kampung. Suaminya sudah 7 tahun mengemis dan tidak
pernah terjaring razia karena minta-mintanya di perumahan.
Suaminya memiliki penuntun orang Tegal, tetapi sedang
pulang kampung. Terpaksa Bu Marlina yang menggantikan
untuk menemani suaminya mengemis. Penghasilan
82
Hasil wawancara dengan Yasin, WBS di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
81
mengemis Bu Marlina Rp. 30.000,- sampai dengan Rp.
60.000,-83
.
e. Desil Viani
Bu Desil, lahir di Garut tanggal 27 Desember 1971
usianya sekarang sudah 47 tahun. Bu Desil merupakan anak
terakhir dari dua bersaudara. Tempat tinggal Bu Desil di
daerah Bintara, dia tinggal dengan anak terakhirnya
sedangkan anak pertama dan keduanya bekerja di
Yogyakarta. Bu Desil memiliki pendidikan terakhir yaitu
SMP di Garut.
Bu Desil ada di panti sejak tanggal 19 Desember 2017,
dia dirazia oleh SATPOL PP karena sedang berjualan di
Harapan Indah. Kegiatan sehari-hari Bu Desil yaitu
berdagang dan mulung. Dia berjualan kopi, mie, rokok,
permen, dan lain-lain dari jam 09.00 s.d 17.00 WIB setelah
itu Bu Desil melanjutkan kegiatannya dengan memulung dari
jam 19.00 s.d 04.00 WIB di daerah Harapan Indah sampai
daerah stasiun Bekasi dengan berjalan kaki. Pagi-paginya dia
pulang dulu ke kontrakan untuk menyiapkan perlengkapan
anaknya sekolah.
Bu Desil melakukan ini untuk menghidupi kebutuhan
sehari-harinya juga kebutuhan anak terakhirnya. Suaminya
telah meninggal dunia karena tabrakan di daerah Sumedang,
sehingga Bu Desil harus memenuhi kebutuhan ekonominya
sendirian. Penghasilan yang diperoleh Bu Desil untuk
83
Hasil wawancara dengan Marlina, WBS di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
82
berdagang Rp. 20.000,- s.d Rp. 30.000,- dan penghasilan
untuk mulung Rp. 35.000,- per hari.84
f. Rokayah
Ibu Rokayah, lahir di Garut pada tanggal 23 Oktober
1975. Ibu Rokayah berusia 43 tahun dan merupakan anak
terakhir dari tiga bersaudara. Pendidikan terakhir Bu
Rokayah hanya Sekolah Dasar (SD) saja, karena waktu itu di
desanya pendidikan masih minim. Alamat rumahnya di
daerah Cikarang.
Bu Rokayah berada di panti sejak tanggal 27
Desember 2017, dia terjaring razia oleh SATPOL PP disaat
jalan pulang menuju ke rumah. Bu Rokayah dan suaminya
dibawa oleh SATPOL PP karena melanggar ketertiban
umum Pemda Bekasi yaitu mengemis. Ibu Rokayah
mengemis bersama suaminya, dimana Bu Rokayah sebagai
penuntun suaminya yang berdasarkan informasi ternyata tuna
netra. Bu Rokayah baru saja datang dari kampung, karena
suaminya sudah lama tidak mencari nafkah.
Suami Bu Rokayah sudak tidak bisa melihat sejak 7
tahun yang lalu, sehingga suaminya tidak bisa bekerja seperti
biasa. Karena kebutuhan sehari-hari yang mendesak,
akhirnya suami Bu Rokayah memilih untuk datang ke Bekasi
untuk mengemis. Suaminya memiliki seorang teman yang
untuk menemani saat mengemis (penuntun), tapi sekarang
84
Hasil wawancara dengan Desil , WBS di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
83
sedang pulang kampung sehingga suaminya kembali pulang
ke kampung.
Karena terlalu lama di kampung membuat Bu
Rokayah dan keluarga, merasa kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Ini memaksa Bu Rokayah untuk
ikut suaminya ke Bekasi untuk mengemis, sayangnya baru
satu minggu di Bekasi Bu Rokayah terjaring razia oleh
SATPOL PP dan dibawa ke panti sosial. Pendapatan sehari-
hari Bu Rokayah dan suami dari hasil mengemis berkisar
antara Rp. 30.000,- sampai dengan Rp. 40.000,- per hari.85
B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan rohani Islam diberikan
kepada warga binaan secara intensif oleh Ustadz Endin
dan Ibu Angke. Mereka memiliki jadwal bimbingan yang
berbeda, dimana Ibu Angke sekaligus Staff Bimbingan
dan Penyaluran memiliki andil untuk bertanggung jawab
memberikan bimbingan untuk warga binaan.
Untuk jadwal bimbingan rohani Islam yang
dipimpin oleh Ustadz Endin dilaksanakan pada hari Senin
mulai pukul 10.00-11.30 WIB, di aula PSBK atau di
musholla. Sebagaimana yang Ustadz Endin kemukakan
dalam wawancara:
85
Hasil wawancara dengan Rokayah, WBS di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
84
“Awal-awalnya kegiatan bimbingan rohani Islam disini,
di Aula hari Senin dari jam 10.00 WIB sampai dengan
jam 11.30 WIB. Terus sering juga kita melaksanakannya
di Ruang Bimbingan WBS/ di Musholla PSBK.”86
Dalam penyampaian materi bimbingan rohani
Islam Ustadz Endin sering kali didampingi oleh Ibu
Angke, atau Staff Bimbingan Penyaluran lainnya. Ini
dikarenakan butuh penjagaan ekstra untuk
mengkondisikan suasana, yakni agar WBS tetap fokus
dalam mengikuti kegiatan bimbingan. Selain itu sebelum
Ustadz Endin menyampaikan materi, biasanya ada
pembukaan atau pengarahan-pengarahan terlebih dahulu
dari Ibu Angke, Bapak Irwan Setiawan, atau Ibu CH.
Iriani Rahayuningsiwi selaku kepala panti.87
Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan rohani
Islam yang dipimpin oleh Ibu Angke, sebagaimana yang
diungkapkan dalam pernyataan berikut:
“Tempatnya di Aula PSBK setiap pagi, memberikan
motivasi, terapi doa dan dzikir, terapi psikososial, terapi
SEFT (Spiritual Emosional Freedom Treatment) dimana
kita mulai dengan dzikir kemudian menarik nafas sambil
berdoa agar ketegangan WBS menurun. Lalu baca surah-
surah pendek, Al-Ikhlas, An-Nas, dan lain-lain.
Pelaksanaannya setiap Senin, Rabu, Kamis.
Emmm...sering juga bimbing doa di ruang makan, tapi
sebelumnya dimotivasi dulu tentang bersyukur kepada
Allah SWT. Sering juga dilakanakan bimbingan shalat di
Musholla di asrama WBS atau di Aula. Setiap Senin
86
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Endin Sihab, Pembimbing
Rohani Islam, Bekasi, 23 Januari 2018. 87
Observasi di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi, 23 Januari s.d 15 Mei 2018.
85
juga mendampingi Ustadz Endin menyampaikan
ceramah. Bimbingan itu paling lama 45 menit. Dan
seminggu tiga kali, kalau cuma satu kali engga efisien
mereka takut lupa.” 88
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa tempat pelaksanaan bimbingan rohani Islam yang
dipimpin oleh Ibu Angke yaitu di Aula PSBK,
bimbingan diberikan kepada warga binaan sosial (WBS)
setiap hari Senin, Rabu, Kamis. Ibu Angke juga
memberikan bimbingan di ruang makan, yaitu
bimbingan doa, dan menanamkan rasa syukur kepada
warga binaan sosial (WBS); memberikan bimbingan
shalat berjama‟ah di Musholla; motivasi hidup dan
motivasi bekerja di aula, dan lain sebagainya. Untuk
lamanya waktu pelaksanaan bimbingan, yaitu 45 menit
dengan intensitas waktu seminggu 3 kali agar WBS tidak
lupa dengan materi yang disampaikan.
JADWAL BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Table 12
Jadwal Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi89
No Waktu Jenis
bimbingan
Deskripsi Tujuan
1 Senin,
Pukul
07.30
Terapi
Strees
-Bentuk
terapinya
Dengan
-Agar hilang
ketegangannya,
dan kembali
88
Wawancara dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff Bimbingan dan
Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Bekasi 23 Januari 2018. 89
Wawancara dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff Bimbingan dan
Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Di Bekasi pada Selasa, 23 Januari
2018.
86
s.d
08.00
WIB
mengintruksikan
kepada WBS
untuk mengikuti
gerakan
pembimbing,
menyentuh
anggota tubuh
tertentu.
Dimulai dari
kepala, wajah
dan tangan.
Materi yang
disampaikan
juga sifatnya
universal, ada
agama, sosial,
ekonomi, dan
lain-lain.
-WBS diajak
untuk berlari-
lari kecil
dilapangan.
normal, tenang,
dan
dimudahkan
segala
masalahnya.
-Untuk
meningkatkan
ukhuwah
islamiyah atau
silaturahim
antar WBS,
sekaligus
silaturahim
Terapi doa
dan dzikir
WBS diajak
untuk
mendengar
lantunan ayat
suci Al-Qur‟an
dan mengikuti
lantunan doa
dan dzikir yang
pembimbing
ucapkan.
Agar WBS
mendapatkan
ketenangan
batin dengan
senantiasa
mengingat
Allah SWT.
Motivasi
Hidup
Penyampaian
materi dan
memberikan
semangat
kepada WBS
agar Senantiasa
mensyukuri
hidup.
Agar WBS
tidak terus-
menerus
menyalahkan
keadaan dan
mau berubah
mind set untuk
tidak kembali
87
ke jalan.
2 Senin,
10.00-
11.30
WIB
Ceramah
Agama
Ustadz Endin
menyampaikan
materi-materi
yang berkaitan
dengan agama
Islam.
Agar
pengetahuan
WBS
bertambah dan
perilakunya
berubah agar
lebih normatif.
3 Rabu,
10.00-
12.00
WIB
Motivasi
hidup,
tujuan
hidup,
kultum,
konsultasi,
cerita
tentang
masalah
WBS
Pembimbing
melakukan
bimbingan yang
sifatnya
informal,
misalnya
mendatangi
asrama WBS
dan sharing
dengan mereka.
Untuk
mengetahui
masalah WBS
dan
memberikan
masukan-
masukan
kepada mereka.
4 Kamis,
10.00-
12 WIB
-Terapi
Stress
-Terapi Doa
dan Dzikir
-Motivasi
Hidup
Kita mulai
dengan
mengumpayaka
n WBS untuk
mengenali
keluarganya,
kita juga
menyampaikan
tentang
Bagaimana kita
harus sabar, dan
memiliki
penerimaan
yang baik.
Agar WBS bisa
senang, dan
gembira melalui
waktu-waktu di
panti dan
memiliki
harapan-
harapan untuk
kehidupan yang
lebih baik
kedepannya.
2. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Setiap kegiatan pasti memiliki tata cara atau prosedur
tertentu agar tujuan dari kegiatan tersebut bisa tercapai sesuai
dengan apa yang direncanakan. Begitu juga dengan proses
88
bimbingan rohani Islam yang ada di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, berikut adalah pernyataan-
pernyataan dari beberapa informan mengenai proses bimbingan
rohani Islam.
Bu Marlina mengemukakan:
“Prosesnya pertama berdoa terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir,
shalawatan dulu, baru ceramah seputar ibadah sholat, puasa,
tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya jawab deh Dek....”90
Ustadz Endin juga mengungkapkan:
“Proses pertama ya dimulai dengan memuji Allah SWT,
dan selalu menyadarkan mereka tentang banyaknya nikmat
Allah SWT yang diberikan untuk dihayati dan pikirkan dari
pada kita selalu mengeluh karena kekurangan. Setelah itu
menyampaikan materi tentang tauladan Rasulullah, sikap-
sikap beliau kepada istri, anak-anak, keluarga, dan
tetangganya. Mudah-mudahan itu bisa dijadikan contoh
oleh WBS. Baru kita sampaikan materi pada hari itu, baru
tanya jawab, lalu istirahat makan-makan snack. Ada juga
reward bagi WBS yang bisa menjawab. Kalau games-games
dan doa-doa itu setiap pagi sudah diberikan sama Ibu
Angke. Setelah itu kita tutup dengan doa penutup dan
salam.”91
Proses bimbingan yang dilakukan oleh Ustadz Endin,
pertama yaitu dengan memuji Allah SWT melalui dzikir, doa,
agar mereka menyadari banyaknya nikmat yang Allah SWT
berikan kepada mereka. Sehingga warga binaan sosial tidak lagi
mengeluh dan marah dengan kondisi mereka saat ini. Setelah itu
dilanjutkan dengan penyampaian materi keagamaan, mengadakan
90
Wawancara dengan Ibu Marlina, WBS di Panti Sosial Bna Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018. 91
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Endin Sihab, Pembimbing
Rohani Islam, Bekasi, 23 Januari 2018.
89
forum tanya jawab, istirahat makan snack, dan ditutup dengan
doa dan salam.
Berikut proses bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Ibu
Angke:
“Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar
mereka Apa kabar hari ini? Mereka jawab: Alhamdulillah
sehat, Allahu Akbar, kemudian agar WBS konsentrasi kita
ice breaking dulu, terus doa dan dzikir susunannya membaca
dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-
Nas, doa-doa belajar, doa kesehatan, doa ketenangan, doa
orang tua, doa dunia akhirat, istigfar, habis itu kita semua
mendoakan WBS. Kalau pagi-pagi ditambah motivasi dan
terapi kemudian gerak-gerak...oyaa sebelum mulai sambil
nunggu WBS kumpul semua kita setel murotal, nasyid, lagu-
lagu islami. Penyampaian materinya sedikit, kalau ada waktu
sedikit boleh juga curhat, cerita baru deh salam-salaman,
doa, penutup.”92
Berdasarkan analisis penulis dari hasil wawancara dan
observasi di lapangan bahwa proses bimbingan yang dipimpin
oleh Ibu Angke diawali menyetel lagu-lagu islami, atau murotal
agar WBS merasakan ketenangan batin ini dilakukan sambil
menunggu WBS berkumpul. Kemudian bimbingan dimulai
dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dengan jawaban
yang telah disepakati sebelumnya yaitu dengan menjawab
“Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar”.
Selanjutnya adalah mengkondisikan WBS agar mereka
fokus mengikuti bimbingan yaitu dengan ice breaking misalnya
yel-yel, ikrar, atau games. Contoh ikrarnya “Saya berjanji tidak
92
Wawancara dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff Bimbingan dan
Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Di Bekasi pada Selasa, 23 Januari
2018.
90
akan mengemis lagi, saya berjanji akan berusaha, saya berjanji
tidak akan ke jalan lagi”. Lalu membimbing WBS untuk berdoa
dan berdzikir, susunannya dimulai dari membaca dua kalimat
syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa
belajar, doa kesehatan, doa ketenangan, doa orang tua, doa dunia
akhirat, istigfar, setelah itu mendoakan warga binaan sosial
(WBS) agar mereka merasa bahwa masih ada orang-orang yang
peduli dengan mereka. Kalau bimbingan dilakukan pagi hari,
bimbingan ditambah dengan motivasi dan terapi agar badan WBS
bergerak dan ketegangan stress mereka menurun. Menyampaikan
materi bimbingan dan jika ada sisa waktu WBS diizinkan untuk
bertanya, curhat, baru penutup dengan doa, shalawat, dan saling
bersalaman-salaman. Untuk bimbingan hari Senin setelah
bersalam-salaman WBS diwajibkan mengikuti kegiatan shalat
berjama‟ah, dimana Imam, Adzan, dan Qomatnya dilakukan oleh
WBS untuk melatih mereka disiplin, dan menjadi seorang
pemimpin.
Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan penulis
menyimpulkan bahwa pembimbing rohani Islam memiliki peran
sangat penting dalam menumbuhkan etos kerja pada warga
binaan sosial (WBS) ini terlihat dari proses bimbingan rohani
Islam di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi yang terlaksana dengan baik dan terstruktur, sehingga
terbimbing ikut antusias dalam mengikuti bimbingan rohani
Islam.
91
C. Metode yang digunakan dalam Bimbingan Rohani Islam
Metode dalam bimbingan sangat diperlukan agar materi
yang disampaikan oleh pembimbing dimengerti oleh terbimbing
(WBS). Adapun metode yang digunakan oleh pembimbing rohani
Islam di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur”
Bekasi dalam menumbuhkan etos kerja pada gelandangan dan
pengemis sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Pembimbing menggunakan metode ceramah atau
tausiyah dengan lama waktu kurang lebih 60 menit. Metode ini
dalam keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sama
dengan metode bimbingan kelompok, yaitu dimana ada kontak
ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar
mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta
menggunakan kesempatan untuk tanya jawab. Pembimbing
mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan
instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau
sumber ahli bagi berbagai macam pengetahuan atau informasi.
Begitu juga dengan yang dilakukan oleh pembimbing
dalam membimbing warga binaan sosial (WBS) yaitu dengan
menyampaikan materi dengan tema tertentu kepada warga
binaan sosial (WBS). Materi yang disampaikan disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan warga binaan sosial (WBS)
yang menjadi terbimbing saat itu, karena warga binaan sosial
92
(WBS) yang menjadi sasaran bimbingan itu sangat bervariasi
dan berganti-ganti.93
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab, adalah salah satu metode yang
digunakan dalam bimbingan rohani Islam. Metode ini biasanya
digunakan saat pembimbing telah selesai menyampaikan
materi keagamaan. Warga binaan sosial (WBS) diberi
kesempatan untuk bertanya kepada pembimbing jika ada
materi yang kurang jelas dan belum di mengerti. Pembimbing
tidak memberikan batasan jumlah pertanyaan, dan
diperbolehkan untuk bertanya diluar konteks materi saat hari
itu. Biasanya pertanyaan akan langsung dijawab oleh
pembimbing rohani Islam saat itu juga, dan terkadang pihak
panti menyediakan hadiah untuk warga binaan sosial (WBS)
yang aktif bertanya selama kegiatan bimbingan berlangsung.
Contoh pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibu Desil
dalam mengikuti bimbingan yang dipimpin oleh Ibu Angke,
yaitu: “Bu, nama saya Desil mau tanya apa perbedaan rukun
iman, rukun Islam, dengan tauhid?.” Pembimbing (Ibu Angke)
langsung menjawab: “Tauhid itu ilmu tentang bagaimana kita
mengesakan Tuhan, diantaranya kita harus menyakini rukun
iman dan rukun Islam. Tidak hanya mengerti dan paham saja
juga mengamalkannya.”94
93
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, Bekasi, 19 Maret 2018. 94
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, 23 Januari s.d 15 Mei 2018.
93
Selain itu pertanyaan yang dilontarkan WBS lain dalam
bimbingan yang dipimpin oleh Ustadz Endin, yaitu: “Kok
kami ditangkap sih Ustadz...memangnya ada tidak larangan
mengemis, joki, memulung, dan mengamen dalam Al-
Qur’an?” Pembimbing (Ustadz Endin) juga langsung
menjawab:
“Islam melarang kita untuk melakukan pekerjaan-perkerjaan
yang disetarakan dengan „joki‟. Seperti tadi kita kan disuruh
taat kepada Allah SWT dan Rasulullah, nah ini semua menjadi
dasar kita untuk menaati pemimpin kita walaupun pemimpin
itu merupakan orang yang dzalim atau bahkan tidak pernah
shalat. Selama dia tidak memerintahkan kita untuk bermaksiat
kepada Allah SWT misalnya membunuh orang, atau yang lain
itu baru tidak boleh. Nah...kalau demi kenyamanan kita
bersama, untuk ketertiban masyarakat itu wajib kita ta‟ati
meskipun pemerintah itu tidak sepenuhnya baik.95
Metode tanya jawab yang dilakukan oleh pembimbing,
sangat menunjang dalam kegiatan bimbingan rohani Islam.
Kita bisa tau sejauh mana konsentrasi warga binaan sosial
(WBS) dalam mengikuti bimbingan dan bagaimana daya
tangkap warga binaan sosial (WBS). Sayangnya, metode yang
digunakan pembimbing masih menggunakan metode satu arah
yaitu terbimbing bertanya dan pembimbing menjawab. Pada
season ini terbimbing lainnya tidak diikut sertakan dalam
berkomentar, memberikan tanggapan, dan memberikan
95
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, 23 Januari s.d 15 Mei 2018.
94
jawaban terhadap pertanyaan atau pembahasan yang sedang
dibahas.
3. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada
keadaan terbimbing)
Metode ini sering disebut juga dengan nondirective
(tidak mengarahkan). Dalam metode ini terdapat pandangan
bahwa terbimbing sebagai makhluk yang bulat memiliki
kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari
kemantapan diri sendiri (self consistency).
Dari hasil observasi dan wawancara langsung di
lapangan penulis menemukan bahwa metode ini sama dengan
bimbingan yang sifatnya informal. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Angke sebagai pembimbing rohani
Islam:
“Untuk bentuknya bimbingannya ada yang bimbingan
klasikal, individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di
morning meeting saling kumpul untuk mengenal satu
sama lain dan silaturahim, jadi sifatnya informal dan
formal. Kalau formal kan ceramah-ceramah gitu, nah
kalau yang informal itu mengingatkan untuk ibadah,
tegur-teguran, ngobrol agar sadar, dan senantiasa
berdoa.”96
Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa bimbingan
rohani Islam di panti juga menggunakan metode Client
Centered, dimana pembimbing melakukan bimbingan yang
sifatnya informal (agak santai) misalnya: Ngobrol-ngobrol
dengan warga binaan sosial (WBS) mengenai penyebab
96
Wawancara dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff Bimbingan dan
Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Bekasi, Selasa, 23 Januari 2018.
95
mereka masuk ke panti, harapan-harapan kedepan setelah
keluar dari panti, kemudian mengarahkan mereka apakah ingin
bekerja, ikut pulang ke kampung halaman, atau menunggu
diurus keluarga. Setelah itu baru didata, jika ada yang mau
bekerja makan disalurkan ke panti-panti sosial lainnya agar
mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam. Tapi jika ada
yang belum tertarik bekerja dan merasa kurang termotivasi
maka pembimbing akan memberikan pengarahan-pengarahan
lebih lanjut.
4. Nonton Bareng
Metode ini merupakan salah satu cara menyampaikan
pesan yang digunakaan oleh pembimbing rohani Islam melalui
film, atau video-video motivasi yang mengandung unsur
hiburan dan edukasi. Sehingga selain warga binaan sosial
(WBS) mendapatkan hiburan melalui film yang ditayangkan
tapi warga binaan sosial (WBS) juga bisa mendapatkan
hikmah dari apa yang mereka tonton.
Film-film yang ditayangkan biasanya yang bernuansa
islami atau memiliki nilai edukasi yang cukup baik seperti:
Negeri Lima Menara, Hafalan Shalat Delisa, Laskar Pelangi,
Alangkah Lucunya Negeri Ini, dan lain-lain. Ada juga video-
video berdurasi pendek antara 10 sampai 15 menit,
diantaranya video mengenai Anak Durhaka, Renungan Untuk
Apa Kita Hidup, Belajar dari Seekor Katak Tuli, Jangan
Menyerah, Motivasi Sukses, dan lain sebagainya.97
97
Observasi dalam kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi.
96
Kegiatan nonton bareng ini cukup menarik perhatian,
dan membuat warga binaan sosial (WBS) antusias dalam
mengikuti bimbingan. Kegiatan ini juga mampu membuat
warga binaan sosial (WBS) mendapatkan inspirasi-inspirasi
mengenai kehidupan mereka setelah keluar dari panti, karena
mendapatkan motivasi hidup, bekerja, dan ibadah dari apa
yang ditayangkan.
5. Metode Do‟a dan Dzikir
Sebelum materi bimbingan disampaikan pembimbing
menggunakan metode dzikir dan do‟a. Metode ini dilakukan
secara bersama-sama, dimana pembimbing membaca kalimat-
kalimat dzikir atau do‟a kemudian warga binaan sosial (WBS)
mengikuti apa yang pembimbing ucapkan. Metode ini
bertujuan agar warga binaan sosial (WBS) merasakan
ketenangan batin, dan menurunkan tingkat stress mereka.98
Metode yang digunakan oleh Ustadz Endin selaku
pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi untuk menumbuhkan etos kerja pada
warga binaan sosial (WBS) adalah metode ceramah, metode
tanya jawab, dan metode nonton bareng dengan terbimbing.
Sedangkan metode yang digunakan Ibu Angke Khorunnisa
selaku pembimbing rohani Islam dan Staff Bimbingan dan
Penyaluran adalah metode ceramah, tanya jawab, Client
Centered Method, nonton bareng, dan metode do‟a dan dzikir.
98
Wawancara dengan Ibu Angke Khoirunnisa, Staff Bimbingan dan
Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Bekasi, pada Selasa, 23 Januari
2018.
97
Metode ini mereka terapkan kepada warga binaan
sosial (WBS) agar mereka mampu menyerap materi yang
disampaikan dengan cepat dan agar apa yang disampaikan
lebih mudah diaplikasikan dalam kehidupan terbimbing. Dari
hasil wawancara dan observasi dapat dilihat bahwa
pembimbing rohani Islam sangat penting dalam menumbuhkan
etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) yaitu dari metode-
metode yang mereka gunakan dalam menyampaikan materi
bimbingan, yang bertujuan agar WBS lebih mudah menerima
dan mengaplikasikan materi yang telah pembimbing berikan.
D. Analisis Bimbingan Rohani Islam dalam Menumbuhkan
Etos Kerja bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
Bimbingan rohani Islam adalah proses pemberian
bantuan kepada individu agar dapat menjalankan hidupnya
dengan selaras, serasi dan seimbang, sesuai dengan ajaran
Agama Islam dan petunjuk sang Khalik Allah SWT sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pada penelitian ini penulis fokus untuk membahas
mengenai bimbingan rohani Islam, terutama pelaksanaan
bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja bagi
Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi. Sehingga pada bagian ini
penulis berusaha melihat sejauh mana keberhasilan subjek
dalam program bimbingan rohani Islam yang dilaksanakan
dapat menumbuhkan etos kerja yang baik bagi Gelandangan
dan Pengemis.
98
a. Ahmad Rumaidin
Pak Rumaidin berusia 45 tahun lahir di Semarang,
2 Juni 1973. Merupakan anak ke tiga dari empat
bersaudara, sayangnya beliau berstatus belum menikah
walau di usia yang tidak muda lagi. Pendidikan terakhir
Pak Rumaidin yaitu Sekolah Teknik, ini setara dengan
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pak Rumaidin
tinggal di Pekayon. Bekerja sebagai pedagang asongan
yang menjual ID-Card, gantungan, casing HP, dan lain-
lain. Dengan penghasilan sehari-harinya berkisar antara
Rp. 50.000,-sampai dengan Rp. 100.000,-.
Pak Rumaidin ada di panti sejak tanggal 5 januari
2018. Latar belakang Pak Rumaidin bisa masuk ke panti
karena di bawa oleh dua orang SATPOL PP yang sedang
melakukan razia, dan akhirnya Pak Rumaidin dibawa ke
Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
karena berjualan di tempat yang dilarang yaitu JPO
(Jembatan Penyebrangan Orang) di daerah Bekasi.
Ini pertama kalinya Pak Rumaidin terjaring razia
oleh SATPOL PP, walaupun begitu Pak Rumaidin masih
nyaman berjualan di jembatan karena ingin mengumpulkan
modal untuk buka usaha.
b. Andi Susandi
Bapak Andi, tinggal di Lapak Pemulung daerah
Kalimalang. Lahir di Palembang, 9 April 1970 usianya 48
tahun. Merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pak Andi
memiliki dua orang anak, yaitu SD kelas lima dan balita
99
berusia 5 tahun dan istrinya merupakan ibu rumah tangga.
Pendidikan terakhir Pak Andi yaitu SMA di daerah
Palembang.
Pekerjaan sehari-hari Pak Andi yaitu bekerja di
proyek dari jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore dengan
gaji Rp. 50.000,- per hari. Karena Pak Andi memiliki dua
anak dan satu istri yang menjadi tanggungannya, Pak Andi
memilih untuk mencari tambahan dengan cara memulung
setelah pulang kerja di proyek kira-kira 1 sampai 2 jam-an.
Malangnya hari itu tanggal 10 Dessember 2017, Pak Andi
dibawa oleh SATPOL PP ke panti saat sedang tertidur di
taman karena kelelahan.
Dalam pengamatan penulis mereka merupakan
warga binaan yang aktif dalam mengikuti kegiatan
bimbingan Rohani Islam.
Menurut bapak Rumaidin dan bapak Andi selama
mereka mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam mereka
merasa tenang.
“saya selalu rutin mengikuti kegiatan bimbingan
rohani Islam, karena setiap saya mengikuti bimbingan
ini saya merasa tenang, menjadi jauh lebih baik dan
bekerja pun menjadi tanpa beban, karena itu kegiatan
bimbingan rohani Islam disini harus terus
dilaksanakan”.
Bapak Rumaidin dan bapak Andi merasakan
adanya perbedaan ketika mendapat bimbingan dia merasa
tenang, menjadi jauh lebih baik dan bekerja tanpa beban.
Karena sudah dijelaskan bahwa tujuan dari bimbingan
100
salah satunya adalah membantu individu dalam mencapai
kebahagian hidup pribadi.
Ketenangan dan ketentraman merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja para warga
binaan sosial, jika mereka merasa tenang dan tentram, maka
dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tanpa beban.
c. Yasin
Pak Yasin berusia 44 tahun lahir di Jepara, 17 Juli
1974. Merupakan anak ke pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan terakhir Pak Yasin yaitu Sekolah Dasar (SD).
Pak Yasin tinggal di Bulak Kapal. Bekerja sebagai
pedagang asongan yang menjual sarung tangan, masker,
gantungan, casing HP, casan HP dan lain-lain. Dengan
penghasilan sehari-harinya berkisar antara Rp. 40.000,-
sampai dengan Rp. 70.000,-.
Pak Yasin ada di panti sejak tanggal 24 Desember
2017. Latar belakang Pak Yasin bisa masuk ke panti karena
dirazia oleh SATPOL PP karena sedang berjualan, dan
akhirnya Pak Yasin dibawa ke Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi karena berjualan di
tempat yang di yaitu JPO (Jembatan Penyebrangan Orang)
di daerah Bekasi.
d. Marlina
Ibu Marlina berusia 43 tahun, lahir di Lebak Banten
pada tanggal 24 Oktober 1975. Merupakan anak ke tiga dari
empat bersaudara. Bu Marlina tinggal di Tambun.
Pendidikan terakhirnya lulus SD, di SDN Jati Rejo Subang
101
Jawa Barat. Bu Marlina memiliki 2 orang anak dan 3 orang
cucu.
Bu Marlina masuk ke panti pada tanggal 9
Desember 2017. Pagi itu Bu Marlina sedang berjalan
dengan suaminya Pak Kaming mau menuju ke rumahnya
setelah mengemis di salah satu perumahan. Ternyata ketika
hendak menyebrang jalan tiba-tiba ada mobil Dinas Sosial
(Dinas Sosial), akhirnya mereka berdua terjaring razia dan
dibawa ke panti.
Menurut pengakuan Bu Marlina dia terpaksa
mengemis karena untuk membatu suaminya yang tuna
netra. Baru 20 hari dia di Bekasi, biasanya Bu Marlina
tinggal di kampung. Suaminya sudah 7 tahun mengemis
dan tidak pernah terjaring razia karena minta-mintanya di
perumahan. Suaminya memiliki penuntun orang Tegal,
tetapi sedang pulang kampung. Terpaksa Bu Marlina yang
menggantikan untuk menemani suaminya mengemis.
Penghasilan mengemis Bu Marlina Rp. 30.000,- sampai
dengan Rp. 60.000,-.
Dalam pengamatan penulis mereka merupakan
warga binaan yang aktif dalam mengikuti kegiatan
bimbingan Rohani Islam.
Menurut bapak Yasin dan ibu Marlina sebelum
mendapatkan bimbingan, mereka merasa bekerja hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“sebelum saya mengikuti bimbingan saya merasa
bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup aja,
102
tapi setelah saya mengikuti bimbingan rohani Islam
saya sadar bahwa bekerja merupakan salah satu cara
kita beribadah kepada Allah SWT, dengan kita bekerja
berarti kita telah melaksanakan kewajiban kita sebagai
umat manusia, dan saya tidak akan mau lagi berjualan
ditempat yang terlarang dan mengemis. Saya memilih
untuk membuka usaha lain misalnya membuka kios
makanan dengan cara menyewa dan akan bekerja
lebih giat lagi”.
Disini terlihat bahwa bimbingan rohani Islam ini
membantu mengarahkan warga binaan sosial ke arah yang
lebih baik. Karena tujuan bimbingan adalah membantu
individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat.
Dari keterangan diatas maka terlihat bahwa
kegiatan bimbingan rohani Islam yang dilakukan dapat
memberikan pencerahan untuk menuntun seseorang
menemukan arah dan tujuan hidup.
e. Desil Viani
Bu Desil, lahir di Garut tanggal 27 Desember 1971
usianya sekarang sudah 47 tahun. Bu Desil merupakan
anak terakhir dari dua bersaudara. Tempat tinggal Bu
Desil di daerah Bintara, dia tinggal dengan anak
terakhirnya sedangkan anak pertama dan keduanya
bekerja di Yogyakarta. Bu Desil memiliki pendidikan
terakhir yaitu SMP di Garut.
Bu Desil ada di panti sejak tanggal 19 Desember
2017, dia dirazia oleh SATPOL PP karena sedang
berjualan di Harapan Indah. Kegiatan sehari-hari Bu Desil
103
yaitu berdagang dan mulung. Dia berjualan kopi, mie,
rokok, permen, dan lain-lain dari jam 09.00 s.d 17.00
WIB setelah itu Bu Desil melanjutkan kegiatannya
dengan memulung dari jam 19.00 s.d 04.00 WIB di
daerah Harapan Indah sampai daerah stasiun Bekasi
dengan berjalan kaki. Pagi-paginya dia pulang dulu ke
kontrakan untuk menyiapkan perlengkapan anaknya
sekolah.
Bu Desil melakukan ini untuk menghidupi
kebutuhan sehari-harinya juga kebutuhan anak
terakhirnya. Suaminya telah meninggal dunia karena
tabrakan di daerah Sumedang, sehingga Bu Desil harus
memenuhi kebutuhan ekonominya sendirian. Penghasilan
yang diperoleh Bu Desil untuk berdagang Rp. 20.000,- s.d
Rp. 30.000,- dan penghasilan untuk mulung Rp. 35.000,-
per hari.99
f. Rokayah
Ibu Rokayah, lahir di Garut pada tanggal 23
Oktober 1975. Ibu Rokayah berusia 43 tahun dan
merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Pendidikan
terakhir Bu Rokayah hanya Sekolah Dasar (SD) saja,
karena waktu itu di desanya pendidikan masih minim.
Alamat rumahnya di daerah Cikarang.
Bu Rokayah berada di panti sejak tanggal 27
Desember 2017, dia terjaring razia oleh SATPOL PP
99
Hasil wawancara dengan Desil , WBS di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur”, Bekasi pada tanggal 9 Mei 2018.
104
disaat jalan pulang menuju ke rumah. Bu Rokayah dan
suaminya dibawa oleh SATPOL PP karena melanggar
ketertiban umum Pemda Bekasi yaitu mengemis. Ibu
Rokayah mengemis bersama suaminya, dimana Bu
Rokayah sebagai penuntun suaminya yang berdasarkan
informasi ternyata tuna netra. Bu Rokayah baru saja
datang dari kampung, karena suaminya sudah lama tidak
mencari nafkah.
Suami Bu Rokayah sudak tidak bisa melihat sejak
7 tahun yang lalu, sehingga suaminya tidak bisa bekerja
seperti biasa. Karena kebutuhan sehari-hari yang
mendesak, akhirnya suami Bu Rokayah memilih untuk
datang ke Bekasi untuk mengemis. Suaminya memiliki
seorang teman yang untuk menemani saat mengemis
(penuntun), tapi sekarang sedang pulang kampung
sehingga suaminya kembali pulang ke kampung.
Karena terlalu lama di kampung membuat Bu
Rokayah dan keluarga, merasa kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ini memaksa Bu
Rokayah untuk ikut suaminya ke Bekasi untuk mengemis,
sayangnya baru satu minggu di Bekasi Bu Rokayah
terjaring razia oleh SATPOL PP dan dibawa ke panti
sosial. Pendapatan sehari-hari Bu Rokayah dan suami dari
hasil mengemis berkisar antara Rp. 30.000,- sampai
dengan Rp. 40.000,- per hari.
105
Dalam pengamatan penulis mereka merupakan warga
binaan yang aktif dalam mengikuti kegiatan bimbingan Rohani
Islam.
Menurut ibu Desil dan ibu Rokayah kegiatan
bimbingan rohani Islam dapat memberikan motivasi dalam
bekerja dan menumbuhkan etos kerja.
“saya sangat antusias dalam mengikuti kegiatan
bimbingan rohani Islam ini, karena setiap kali saya
mengikuti kegiatan ini saya sangat bersemangat dalam
menjalankan tugas dan kewajiban saya selama di
panti. Kegiatan ini sangat positif dilakukan karena
dapat memberikan motivasi bagi kami para warga
binaan sosial, oh iya selain itu saya merasa memiliki
etos kerja saya semakin baik setelah mengikuti
kegiatan ini.
Dari keterangan diatas terlihat bahwa kegiatan
bimbingan rohani Islam dapat memberikan motivasi dan
menumbuhkan etos kerja. Karena di dalam kegiatan
bimbingan dapat memberikan solusi dan membantu
mengembangkan dirinya.
Dari hasil wawancara dan observasi langsung di
lapangan kepada enam responden yang terdiri dari tiga orang
laki-laki dan tiga orang perempuan warga binaan sosial penulis
menemukan bahwa gelandangan dan pengemis memiliki
harapan dan cita-cita hidup yang tinggi setelah mengikuti
bimbingan rohani Islam di Panti Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi. Secara keseluruhan mereka berharap setelah
ini hidupnya jauh lebih baik dari sebelumnya, seperti lebih
rajin melaksanakan ibadah sholat wajib dan sunah,
106
meninggalkan segala aktivitas yang dilarang oleh agama,
setelah itu kedepannya saya pun ingin mencari pekerjaan yang
halal, agar hidup menjadi lebih berkah”. Dari ungkapan
mereka semua, terlihat bahwa bimbingan rohani Islam dapat
merubah hidup warga binaan sosial (WBS) menjadi lebih baik
melalui materi-materi keagmaan yang disampaikan. Semangat
dan harapan warga binaan yang sangat tinggi sekali, itu
disebabkan faktor dorongan pembimbing di Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi.
Hal itu dibenarkan oleh Ibu Angke Khoirunnisa dan
Ustadz Endin selaku pembimbing agama di Panti Sosial Bina
Karya, yang mengatakan bahwa pembimbing rohani Islam
disini sebelum menyampaikan materi keagamaan kepada
warga binaan sosial, terlebih dahulu melakukan identifikasi
masalah apa saja yang dihadapi oleh masing-masing warga
binaan. Langkah ini dilakukan agar pembimbing agama dapat
memberikan solusi yang tepat kepada warga binaan sosial.
Adapun pembimbing memberikan ilustrasi atau contoh kasus
dari kisah-kisah Nabi. Dengan begitu diharapkan kita tetap
berusaha bagaimanapun kondisi kehidupan kita. Kita harus
tetap semangat dan tidak pasrah dengan masalah hidup yang
dihadapi dan tetap berusaha untuk menjalani hidup.
Dari ungkapan diatas terlihat bahwa bimbingan rohani
Islam yang diberikan kepada warga binaan sosial melalui
bimbingan rohani Islam diharapkan seorang pembimbing bisa
menyampaikan materi-materi yang sesuai dengan kondisi
107
warga binaan sosial dengan bahasa-bahasa agama. Sehingga
mereka mendapatkan ketenangan batin.
Dari hasil wawancara di atas juga dapat terlihat,
pertama-tama yang dilakukan oleh pembimbing adalah
mengupayakan agar terbimbing dapat menerima dengan ikhlas
bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari sekenario Tuhan,
dimana Allah SWT tidak akan memberikan cobaan diluar
batas kemampuan orang tersebut. Setelah itu baru diberikan
materi untuk meningkatkan etos kerja masing-masing warga
binaan sosial(WBS, misalnya agar kedepan setelah keluar dari
panti dapat bekerja lebih baik lagi dari sekarang.
108
Bagan Bimbingan Rohani Islam Dalam
Menumbuhkan Etos Kerja Bagi Gelandangan Dan
Pengemis Di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi
Luhur” Bekasi
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Islam
1. Terapi Stress
2. Terapi Do‟a dan Dzikir
3. Motivasi Hidup
4. Ceramah Agama
Metode Bimbingan Rohani Islam
1. Metode Ceramah
2. Metode Tanya Jawab
3. Metode Nonton Bareng
4. Metode Do‟a dan Dzikir
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi tentang bimbingan
rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja bagi
gelandangan dan pengemis adalah sebagai berikut:
1. Prosesnya bimbingan rohani Islam di panti diawali
dengan mengucapkan salam terlebih dahulu,
menanyakan kabar mereka, kemudian agar warga
binaan konsentrasi diberikakan ice breaking, lalu
dilanjutkan dengan do‟a dan dzikir susunannya yaitu
dengan membaca dua kalimat syahadat, shalawat,
membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-
doa pendek, istigfar, baru menyampaikan materi,
tanya jawab, penutup, salam-salaman sambil
bershalawat untuk meningkatkan ukhuwah antar
warga binaan.
2. Metode-metode yang digunakan dalam bimbingan
rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi diantaranya: metode
ceramah, metode tanya jawab, metode client centered,
metode nonton bareng, serta metode do‟a dan dzikir.
3. Pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi telah melakukan
beberapa upaya dalam menumbuhkan etos kerja bagi
110
warga binaan di Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi, yaitu dengan menyampaikan
materi-materi yang berkaitan dengan etos kerja, dan
metode yang di sesuaikan dengan kondisi warga
binaan. Kemudian perlu ada pendampingan dan
pengawasan lebih lanjut untuk meningkatkan etos
kerja warga binaan dan meminimalisir angka PMKS
di Indonesia.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai bimbingan
rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja bagi
gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya
(PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi, penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Untuk pembimbing kedepannya lebih banyak
menggunakan metode bimbingan yang interaktif,
materi-materi, dan pelatihan-pelatihan kerja yang di
sesuaikan dengan kondisi warga binaan sosial di panti.
2. Melakukan pengawasan yang lebih baik lagi kepada
para warga binaan agar kegiatan yang dilakukan dapat
diikuti secara maksimal.
3. Untuk benar-benar meningkatkan etos kerja bagi
warga binaan, kegiatan bimbingan rohani Islam
diharapkan lebih ditingkatkan intensitasnya, dan
diadakan pendampingan serta pengawasan lebih lanjut
untuk mengontrol warga binaan yang telah
mendapatkan bimbingan dan telah keluar dari panti
111
agar tidak kembali lagi di jalanan dan menjadi
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
113
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Maslow. 1970. Motivation and Personality. New York:
Harper & Row Publishere.
Aziz, Ali. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.
Brosur, Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI
Jakarta. Nomor 105 Tahun 2012.
Daradjat, Zakiah. 2003. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
Departemen Sosial R.I. 1992. Dalam Studi Kasus Saptono Iqbali,
Gelandangan-pengemis di Kecamatan Kubu Kabupaten
Karang Asem.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila
Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Departemen Sosial RI .2007. Standar Pelayanan minimal
Pelayanan dan Rehabilitasi Ssosial Gelandangan dan
Pengemis.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.
Kafie, Jamaludin. 1993. Psikologi Dakwah. Surabaya:
Penerbit Indah.
Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
dan Efektivitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraan
Pemerintah. Desa Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Marzuki. 2003. Konsep Manusia dan Agama. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penilitian Kualitatif Edisi
Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
114
M. Luthfi. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan
(Konseling) Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.
Pusat Penyuluhan Sosial. 2013. Bersama Penyuluh Sosial Kita
Bangun Indonesia Sejahtera, Kementrian Sosial RI.
Soedjono. 1974. Pathologi Sosial Gelandangan, Penyalahgunaan
Narkotika, Alkoholisme, Prostitusi/Pelacuran, Penyakit Jiwa,
Kejahatan dll. Bandung: Penerbit Alumni.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan
R7D. Bandung: CV AFABETA.
Suharsini, Sukanto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.
Sutinahal, Bagong Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial,
berbagai Alternatif Penelitian. Jakarta: Prenada Media Grup.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta:
Gema Insani Press.
Tebba, Sudirman. 2009. Bekerja dengan Hati (Bagaimana
Membangun Etos Kerja dengan Spiritualitas Religius).
Ciputat: Pustaka irvan.
Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Walgito, Bimo. 1993. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah.
Yogyakarta: Andi Offiset.
A, Hallen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quatum
Teaching.
Wingkel, S. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Menengah. Jakarta: Gramedia.
115
Arifin. 1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. Jakarta: Golden Terayon Press.
Nasution, Harun. 1987. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya.
Jakarta: UI Press.
Daradjat, Zakiah. 2002. Psikologi Islam. Jakarta: PT Bulan
Bintang.
Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam.
Jakarta: Amzah.
Arifin. 1979. Pokok-pokok Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang.
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, M. 2001. Konseling dan
Psikoterapi Islam. Yogyakarta: PT. Fajar Pustaka Baru.
Anten, Elyas. 1951. Injililizi Arabi. Mesir: Elyas Modern Press.
Tasmara, Toto. 1995. Etos Kerja Pribadi muslim. Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf.
Janan Asifudin, Ahmad. 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Asy‟arie, Musa. 1997. Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi
Ummat. Yogyakarta: Lesfi.
Fadhilah, Ilah. 2013. Skripsi “Hubungan Antara Pembinaan
Agama dengan Motivasi Kerja Di Komunitas Pemulung
116
Jurang Mangu Barat”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Buchori, Mochtar. 1994. Penelitian Pendidikan dan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: IKIP Press.
Hafidhuddin, Didin. 2003. Islam Aplikatif. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ya‟qub, Hamzah. 2001. Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan
Yang Halal dan Haram dalam Syari’at islam. Jakarta:
Pedoman Ilmu jaya.
Rusyan, Tarbani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN
1
HASIL WAWANCARA UNTUK PEMBIMBING (1)
Nama : Ustadz Endin Sihab
Usia : 30 Tahun
Agama : Islam
1. Berapa lama Bapak/Ibu bertugas menjadi pembimbing
di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Saya menjadi pembimbing rohani Islam di panti sejak tahun
2014 hingga sekarang, jadi kurang lebih sudah 4 tahunan.
2. Bagaimana Bapak/Ibu merancang materi bimbingan
rohani islam?
Pertama yaa dimulai dengan memuji Allah SWT, dan selalu
menyadarkan mereka tentang banyaknya nikmat Allah yang
diberikan untuk dihayati dan pikirkan dari pada kita selalu
mengeluh karena kekurangan. Setelah itu menyampaikan
materi tentang tauladan Rasulullah, sikap-sikap beliau
kepada istri, anak-anak, keluarga, dan tetangganya. Mudah-
mudahan itu bisa dijadikan contoh oleh WBS. Baru kita
sampaikan materi pada hari itu, baru tanya jawab, lalu
istirahat makan-makan snack. Ada juga reward bagi WBS
yang bisa menjawab. Kalau games-games dan do’a-do’a itu
setiap pagi sudah diberikan sama Ibu Angke. Setelah itu kita
tutup dengan do’a penutup dan salam.
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan evaluasi terhadap
etos kerja bagi warga binaan di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Kita harapkan mereka bisa jadi pribadi sosial yang mandiri,
walaupun sulit yaaa...kita sendiri saja kadang masih butuh
orang lain. Tapi kita tetap berharap semoga kita semua bisa
jadi pribadi yang lebih baik didunia maupun diakhirat.
Mudah-mudahan saja kita bisa membantu memberikan
solusi. Karena apa yang terjadi itu sudah sesuai dengan apa
yang Allah SWT takdirkan, dan Allah SWT juga
memberikan kita suatu masalah sesuai dengan apa yang kita
mampu dan kekuatan kita menghadapi masalah tersebut.
Tinggal bagaimana kita tetap percaya kepada Allah SWT.
Dan WBS mulai yang tadinya tidak bisa shalat, mulai shalat,
membacakan iqra. Dan selama berdirinya panti ini setelah
ada bimbingan rohani Islam ada kegiatan shalat berjamaah
untuk WBS. Kalau untuk sampai tau masing-masing WBS
bekerja atau tidak setelah keluar dari panti saya tidak terlalu
memperhatikan. Serta memberikan motivasi dalam berkerja,
jangan bermalas-malasan.
HASIL WAWANCARA UNTUK PEMBIMBING (2)
Nama : Angke Khoirunnisa, S. Sos.I
Usia : 37 Tahun
Agama : Islam
1. Berapa lama Bapak/Ibu bertugas menjadi pembimbing
di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Sayamenjadi pembimbing rohani Islam di panti sejak tahun
2012 hingga sekarang, jadi kurang lebih sudah 6 tahun.
2. Bagaimana Bapak/Ibu merancang materi bimbingan
rohani islam?
Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar
mereka “Apa kabar hari ini, Alhamdulillah sehat, Allahu
Akbar”, kemudian agar WBS konsentrasi kita ice breaking
dulu, terus do’a dan dzikir susunannya membaca dua kalimat
syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, do’a-
do’a, istigfar, abis itu semua kita mendo’akan WBS. Kalau
pagi-pagi ditambah motivasi dan terapi kemudian gerak-
gerak...oyaa sebelum mulai sambil nunggu WBS kumpul
semua kita setel murotal, nasyid, lagu-lagu islami. Kalau hari
senin setelah ceramah dilanjutkan dengan shalat berjamaah.
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan evaluasi terhadap
etos kerja bagi warga binaan di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Kita harapkan mereka dengan mengikui bimbingan WBS
bisa mendapat ketenangan batin. Terus ada juga sesi curhat,
sehingga WBS bisa menyampaikan apa masalah mereka
hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya juga
menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT
dimanapun dan seberat apapun masalah yang mereka hadapi.
Biasakan berdo’a dan dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya.
Untuk sikap biasanya kita juga biasakan untuk ikrar/
perjanjian bahwa WBS tidak akan mengemis lagi, tidak akan
melanggar ketertiban lagi. Ya mudah-mudahan mereka diluar
kan mereka pasti teringat ikrar tersebut untuk mengingat
Allah SWT, ibadah sama Allah dan tidak ke jalan lagi.
Sikapnya juga berubah, karena kapok dan tidak mau ke jalan
lagi...biasanya yang sudah sebulan di panti. Dan selalu
memotivasi dalam bekerja dengan pendapatan yang halal.
HASIL WAWANCARA UNTUK TERBIMBING
Nama : Ahmad Rumaidin
Usia : 45 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pedagang Asongan
1. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan rohani
islam?
Bimbingan rohani islam itu, seperti bimbingan keagamaan.
Contohnya belajar rukun iman dan rukun islam, serta
memotivasi untuk bekerja.
2. Apa bentuk program bimbingan rohani islam yang
dilaksanakan di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Programnya itu ceramah, sesi tanya jawab, diskusi
kelompok, ada juga konsultasi individu...tapi saya belom
pernah. Terus kita disuruh berdo’a, baca Al-Fatihah,
shalawat Nabi, kemudian baru diberikan pengarahan-
pengarahan.
3. Bagaimana antusias saudara dalam mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Bagus, karena saya kan banyak kekurangan dari segi agama.
Lalu menambah motivasi kan seperti tadi tentang motivasi
kerja..jadi pedagang yang jujur.
4. Apa harapan hidup saudara setelah mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
harapan saya kedepannya hari esok lebih baik dari pada
sekarang.
5. Bagaimana pandangan saudara dalam memaknai
pekerjaan?
Pekerjaan seperti yang telah disampaikan oleh Ustadz Endin,
bekerjalah karena Allah semata. Bekerjalah kamu seolah-
olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu
seolah-olah kamu akan mati besok. Arti dari bekerja adalah
tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, seperti
yang dikatakan Ustadz Endin nanti pada akhir zaman di
Padang Mashyar Allah tidak akan melihat atau menghadap
kepada orang yang meminta-minta...mereka datang kesana
dengan tidak dilapisi daging sekalipun, wajahnya rata. Orang
meminta-minta itu termasuk orang yang pemalas.
6. Bagaimana cara saudara dalam menghindari perilaku
menyimpang?
Memahami hukum-hukum agama, agar hidup saya selalu
menjadi lebih baik lagi dari hari kemarin.
HASIL WAWANCARA UNTUK TERBIMBING
Nama : Andi Susandi
Usia : 48 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pemulung
1. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan rohani
islam?
Bimbingan keislaman seperti belajar wudhu, mengaji, dan
belajar sholat.
2. Apa bentuk program bimbingan rohani islam yang
dilaksanakan di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Programnya do’a-do’a, pengarahan-pengarahan, materi,
tanya jawab, terus penutup.
3. Bagaimana antusias saudara dalam mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Baik dek, yang tadinya saya tidak tahu jadi tahu. Dan yang
tadinya saya tidak bisa jadi bisa.
4. Apa harapan hidup saudara setelah mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Ya semoga saya tambah ingat kepada Allah SWT, dan bisa
lebih mandiri kedepannya untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Bagaimana pandangan saudara dalam memaknai
pekerjaan?
Perkerjaan itu istilahnya pertama untuk diri sendiri, kedua
untuk anak dan istri. Kadang-kadang untuk bantu-bantu
orang tua sedikit, orang tua saya kan masih ada yang
perempuan, mertua juga masih ada. Ingin lebih maju lagi
dalam bertanggung jawab, baik secara jasmani dan rohani.
6. Bagaimana cara saudara dalam menghindari perilaku
menyimpang?
Menerapkan dasar-dasar ilmu agama selama saya di panti.
Agar hidup saya menjadi lebih baik.
HASIL WAWANCARA UNTUK TERBIMBING
Nama : Yasin
Usia : 44 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pedagang Asongan
1. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan rohani
islam?
Lebih kebimbingan mental sepertinya mas.
2. Apa bentuk program bimbingan rohani islam yang
dilaksanakan di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Programnya itu seperti praktek wudhu, praktek sholat,
belajar iqro yang umumnya sebagai pemula seperti saya ini
mas.
3. Bagaimana antusias saudara dalam mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Bagus dan seneng mas, karena kan saya awalnya engga tau
agama. Setelah di panti saya diajarin sama Ustadz Endin dan
saya seneng jadi bisa, yang tadinya saya engga bisa jadi bisa
mas.
4. Apa harapan hidup saudara setelah mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Semoga lebik baik lagi aja mas dari hari kemarin-kemarin.
5. Bagaimana pandangan saudara dalam memaknai
pekerjaan?
Ya mencari nafkah yang halal mas, dan mendapatkan
keberkahan.
6. Bagaimana cara saudara dalam menghindari perilaku
menyimpang?
Banyak ibadah mas, taat kepada Allah SWT aja mas, seperti
yang dikatakan Ustadz Endin. Dan takut akan siksa Allah
SWT.
HASIL WAWANCARA UNTUK TERBIMBING
Nama : Marlina
Usia : 43 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pengemis
1. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan rohani
islam?
Ya paling diteringin rukun islam, dan rukun iman, dan nikah.
2. Apa bentuk program bimbingan rohani islam yang
dilaksanakan di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Berdo’a terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir, shalawatan dulu,
baru ceramah seputar ibadah shalat, puasa, tentang sabar,
tentang kerja terus baru tanya jawab deh mas.
3. Bagaimana antusias saudara dalam mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Tertarik, karena jadwalnya sudah terjadwal gitu mas.
4. Apa harapan hidup saudara setelah mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Harapannya kalau sudah keluar dari panti pengen engga
dijalan lagi, engga mau minta-minta lagi, saya kapok mas.
Ga apa-apalah momong-momong anak aja, atau balik ke
kampung mau bertani aja. Pengen pulang aja.
5. Bagaimana pandangan saudara dalam memaknai
pekerjaan?
Perkerjaan itu yang penting halal, yang penting dapat uang,
kalau di kampung mah bisa tani, tapi musim-musiman mas.
6. Bagaimana cara saudara dalam menghindari perilaku
menyimpang?
Banyakin ibadah aja si mas.
HASIL WAWANCARA UNTUK TERBIMBING
Nama : Desil Viani
Usia : 47 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pedagang Asongan
1. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan rohani
islam?
Ya kaya masalah rumah tangga, bahwa istri jangan
membantah suami.
2. Apa bentuk program bimbingan rohani islam yang
dilaksanakan di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Berdo’a dulu, lalu ceramah, tentang pekerjaan yang dilarang
dalam Islam, motivasi kerja, tanya jawab...saya sering nanya
juga misalnya nanya “apa perbedaan rukun iman, rukun
Islam, dengan tauhid.
3. Bagaimana antusias saudara dalam mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Alhamdulillah bagus, ingin lebih baik lagi, rajin shalat.
4. Apa harapan hidup saudara setelah mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Semoga ada hikmahnya, setelah keluar dari sini saya akan
kembali kesini untuk membagi rizki untuk teman-teman
saya.
5. Bagaimana pandangan saudara dalam memaknai
pekerjaan?
Bekerja itu wujud tanggung jawab saya sebagai orang tua,
karena saya memikul beban anak-anak saya tanpa Ayah.
Bekerja itu untuk masa depan anak-anak saya, saya pengen
mereka sukses dan bisa beli rumah sendiri tanpa bantuan.
6. Bagaimana cara saudara dalam menghindari perilaku
menyimpang?
Kalau ada temen yang ngajak engga baik, bilang aja udah
engga atau pura-pura sakit. Dan saya harus memilih temen
yang baik buat saya nanti kedepannya.
HASIL WAWANCARA UNTUK TERBIMBING
Nama : Rokayah
Usia : 43 Tahun
Agama : Islam
Klasifikasi : Pengemis
1. Apa yang saudara ketahui tentang bimbingan rohani
islam?
Bimbingan tentang keagamaan.
2. Apa bentuk program bimbingan rohani islam yang
dilaksanakan di PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi?
Baca do’a kemudian dzikir, pengarahan-pengarahan, terus
ada tanya jawab, sama penutup, do’a-do’a lagi.
3. Bagaimana antusias saudara dalam mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Alhamdulillah, menarik diikuti dengan senang dapat
merubah nasib, tidak jenuh, dan hati merasa gembira.
4. Apa harapan hidup saudara setelah mengikuti program
bimbingan rohani islam di PSBK “Pangudi Luhur”
Bekasi?
Yah kedepan saya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi,
biar nanti ga balik ke jalan...pengennya ga minta-minta di
jalan lagi dek. Pengen ngumpulin modal buat buka usaha,
dagang nasi uduk atau gorengan. Cuma masih suka bingung
ini...suami ga bisa ngeliat, jadi susah nyari nafkahnya.
5. Bagaimana pandangan saudara dalam memaknai
pekerjaan?
Bekerja itu untuk menambah penghasilan, memenuhi
kebutuhan ekonomi, dan untuk masa depan anak-anak saya.
6. Bagaimana cara saudara dalam menghindari perilaku
menyimpang?
Diamalkan ilmu-ilmu yang sudah saya dapat di panti, dan
jangan pernah mengeluh dek. Intinya banyakin ibadah aja
sama Allah SWT dek.
Dokumentasi
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Bimbingan Rohani Islam dengan Tema:
“Menumbuhkan Etos Kerja Islami Bagi Warga Binaan Sosial
(WBS) di Ruang Kelas Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
“Pangudi Luhur” Bekasi”
Metode Bimbingan Rohani Islam Ceramah dengan Menggunakan
Slide
Dokumentasi
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Dipimpin Ustadz Endin Sihab
di Aula PSBK “Pangudi Luhur”Bekasi
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Dipimpin Ustadz Endin Sihab
di Musholla PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi
Dokumentasi
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam
Bimbingan Wudhu Dipimpin oleh Ustadz Endin Di Aula Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
Bimbingan Ibadah Shalat Wajib Berjama’ah Di Aula Panti Sosial
Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
Dokumentasi
Observasi Dan Wawancara Dengan Informan
Wawancara dengan Ibu Angke Khoirunnisa di PSBK “Pangudi
Luhur” Bekasi
Wawancara dengan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSBK
“Pangudi Luhur” Bekasi
Daftar Hadir Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Panti Sosial Bina
Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi
Maket Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi