bimo lbm 2kgd
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
1/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
SGD LBM 2 MODUL KEGAWAT DARURATAN
“Sesak naas he!a" #an $usin%&
STE' ()* Se!u"kan #era+a" sesak naas ,
Dera+a" sesak naas
Tin%ka" Dera+a" Kri"eria
- Normal Ti#ak a#a kesuli"an !ernaas
ke.uali #en%an ak"if"as !era"
) Rin%an Ter#a$a" kesuli"an !ernaas/ naas
$en#ek0$en#ek ke"ika "er!uru0
!uru a"au ke"ika !er+alan menu+u
$un.ak lan#ai
2 Se#an% Ber+alan le!ih lam!a" #ari$a#a
ke!an1akan oran% !erusia sama
karena suli" !ernaas a"au harus!erhen"i !er+alan un"uk !ernaas
Bera" Berhen"i !er+alan se"elah 3-
me"er 4)-- 1ar#5 un"uk !ernaas
a"au se"elah !er+alan !e!era$a
meni"
6 San%a" !era" Terlalu suli" un"uk !ernaas !ila
menin%%alkan rumah a"au suli"
!ernaas ke"ika memakai
!a+u7mem!uka !a+u
S1l8ia A$/ Sorraine MW*2---*'a"ofsiolo%i konse$ klinis 'roses0$roses
'en1aki"* 6"h e#* 9akar"a : EG;
Klasifikasi sesak napasa* $ira"or1 #1s$noe : kesukaran !ernaas =ak"u eks$irasi 1an%#ise!a!kan suli"n1a u#ara keluar #ari $aru*
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
2/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
.* ;ar#ia. #1s$noe : #1s$noe 1an% #ise!a!kan $rimer $en1aki" +an"un%*
#* E>er"ional #1s$noe : #1s$noe 1an% "im!ul aki!a" olahra%a*e* E>$ansional #1s$noe : #1s$noe 1an% #ise!a!kan oleh kesuli"an
e>$ansi ron%%a "hora>*
* 'aro>1smal #1s$noe : #1s$noe 1an% "er+a#i se=ak"u ? =ak"u !aik$a#a malam mau$un sian% hari/ #an "er+a#in1a se.ara seran%an*%* Or"hos"a"i. #1s$noe : #1s$noe 1an% !erkuran% $a#a =ak"u $osisi
#u#uk*4'rinsi$ Ga=a" 'aru@ Dr* * Ta!rani Ra!/ Direk"ur ;hes" ;lini. 'ekan!aru@
EG;5
2* Men%a$a $asien sesak naas #an $usin% se"elah
#i!erikan ke"orola. ,
Ketorolac Tromethamine adalah suatu NSAID. Ia memiliki aktifitas anti-inflamasi,
analgetik dan antipiretik. Cara kerjanya diperkirakan denganmenghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan melalui penghambatan
siklooksigenase, enzim yang mengkatalisis pembentukan
prekursorprostaglandin endoperoksida! dari asam arakhidonat.
http"##$$$.obatinfo.%om#&'('#'(#)e*ola%-injeksi.html
Hipersensitivitas tipe I, merupakan suatu reaksi tipe %epat immediate immune
reaction! terhadap suatu antigen tertentu. Sel mast dan basopil sangat berperan pada
reaksi tipe ini. Setelah terekspose antigen, sel mast dan basopil melakukan prosesdegranulasi, kemudian mengeluarkan substan tertentu yang akan memi%u terjadinya
inflamasi +ambar (A!. Antigen akan berinteraksi dengan molekul Ig yang terikat
dengan afinitas tinggi dengan suatu reseptor pada permukaan sel mast, disebut
sebagai crystallizable reseptor %!. al inilah yang akan memi%u terjadinya
degranulasi. Sel mast yang tergranulasi akan mengeluarkan berbagai mediator
inflamasi diantaranya histamine, proteoglycans, protease serine, dan leukotrine.
/elepasan mediator inflamasi se%ara %epat akan bermanifestasi klinis berupa urtikaria,
kemerahan, hay fever , dan angioedema bengkak pada bibir, kelopak mata,
tenggorokan, dan lidah!. Semua manifestasi tersebut sering dikenal dengan istilah
reaksi anaphilaksis atau alergi. /ada beberapa kasus, reaksi alergi atau anaphilaksis
ini, bermanifestasi berat, sehingga dapat menghalangi jalan nafas airway! atau
menyebabkan terjadinya aritmia jantung.
http"##$$$.idijembrana.or.id#inde).php0module1artikel2kode1(3
MEKANIME
http://www.obatinfo.com/2010/01/xevolac-injeksi.htmlhttp://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15http://www.obatinfo.com/2010/01/xevolac-injeksi.htmlhttp://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
3/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
454N+AN DN+AN I/67NSI
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
4/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
454N+AN D+ 568N98S/AS:
http"##$$$.hidupkusehat.%om#antiinflamasi-nonsteroid-ains.html
AINS bekerja terhadap metabolism prostaglandin dengan mencegah
siklooksigenase. osfolipase A mema%u penglepasan asam arakhidonat dari fosfolipid
di membrane sel. Asam arakhidonat merupakan substrat untuk produksi
eikosanoid, leukotrien, tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin.
ase terpenting dalam sintesis prostaglandin adalah produksi /+& melalui
oksigenase. Dua dari isoenzim tersebut sudah diketahui, C8; ( dan C8; &.
COX 1 produksi /+ yang menunjukkan fungsi fisiologik sebagai berikut
http://www.hidupkusehat.com/antiinflamasi-nonsteroid-ains.htmlhttp://www.hidupkusehat.com/antiinflamasi-nonsteroid-ains.html
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
5/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
• 6egulasis resistensi perifer dan arus darah ginjal serta eliminasi sodium
• Sitoproteksi mukosa lambung dengan meningkatkan arus mu%us dan
men%egah sekresi asam
• :eningkatkan sensiti*itas reseptor sakit
• 5ronkodilatasi
COX diinduksi monosit, maktofag, sel endotel dan sino*osit oleh rangsang
inflamasi. ndotoksin atau I
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
6/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
7/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
* Men%a$a $asien #i!arin%kan #an kaki #iele8asi ,'osisi "ren#ele!ur% a"au !er!arin% #en%an ke#ua"un%kai #ian%ka" 4#i%an+al #en%an kursi 5 akanmem!an"u menaikan 8enous re"urn sehin%%a
"ekanan #arah iku" menin%ka"*Patofsiologi dan Penatalaksanaan Syok Anaflaktik
!osisi !asien
/asien dengan masalah Airway dan !reathing diposisikan duduk tegak sit up!
sehingga akan membuat pernafasan lebih mudah. "erbaring lurus #lying flat $
dengan atau tanpa menaikkan kaki #leg elevation$, digunakan untuk pasien
dengan tekanan darah rendah #masalah sirkulasi$. =angan posisikan pasien duduk
atau berdiri jika mereka merasa seperti mau pingsan, dapat mengakibatkan henti
jantung cardiac arrest !. /asien yang masih bernafas tetapi tidak sadar, diposisikanmiring satu sisi on their side! untuk recovery. /asien hamil diposisikan miring ke kiri
untuk men%egah terjadinya kompresi %a*al *ena %a*a!.
http"##$$$.idijembrana.or.id#inde).php0module1artikel2kode1(3
6* 7 meni"/ TD
-7C- mm%/ N )2->7meni" #en%an isi #an "e%an%an
kuran% ,Kesa#aran somnolen karena hi$oksia/
http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
8/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
RR 6->7meni" se!a%ai kom$ensasi "u!uh un"uk
menin%ka"kan oksi%en #an 8en"ilasi $erusi TD -7C-mm% se!a%ai eek #ari 8aso#ila"asiN )2->7meni" se!a%ai u$a1a kom$ensasi +an"un% un"uk
menin%ka"kan ;O/ isi #an "e%an%an kuran% karena#am$ak #ari 8aso#ila"asi
C* Men%a$a "er#a$a" akral #in%in ,Karena me"a!olisme #i #aerah $erier menurun aki!a"
"i#ak a#an1a oksi%en un"uk me"a!olisme sehin%%a
$anas 1an% #ihasilkan menurun Ti#ak a#an1a oksi%en sam$ai ke #aerah $erier aki!a"
a#an1a 8asokon"riksi #aerah $erier*
* Men%a$a "er#a$a" naas .u$in% hi#un%/ re"raksi
su!.os"al/ =heein% 4F5/ ase eks$irasi meman+an% ,Naas .u$in% hi#un% #an re"raksi su!.o"al u$a1a un"uk
menin%ka"kan $ernaasanWheein% 4F5 karena #am$ak !ronkos$asme/ saa"
ins$irasi a#a o"o"0o"o" !an"u $ernaasan semen"ara
saa" eks$irasi "i#ak a#a sehin%%a $a#a saa" eks$irasi
#i!an"u oleh #a1a .om$lien.e $aru =heein% #an
eks$irasi meman+an%
Wheein% saa" eks$irasi !ronkus men1em$i"
#i"am!ah $em!en%kakan aki!a" $roses inamasi
sehin%%a u#ara 1an% mele=a"i !ronkus akan
!er%esekan #an "er#en%ar =heein%(* Men%a$a "er#a$a" muka ke!iru0!iruan ,
Karena hi$oksia oksi%en 1an% !erika"an #en%an !menurun sianosis 4"am$ak ke!iru0!iruan5
* Men%a$a $a#a ke#ua kelo$ak ma"a "am$ak
an%ioe#ema #an ur"ikaria #iseluruh "u!uh ,An%ioe#ema #an ur"ikaria karena $enin%ka"an
$ermea!ili"as 8askuler "an$a a#a kerusakan #i ma"a
sehin%%a eks"ra8asasi .airan $lasma #ari
eks"ra8askuler ke in"ers"isial
3* Men%a$a #i!erikan in+eksi a#renalin
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
9/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
Adrenalin adalah obat terpenting untuk penanganan reaksi anaphilaksis. Sebagai suatu
agonist reseptor alpha, adrenalin mela%an vasodilatasi peri&er dan mengurangi
oedema. Dengan akti*itas reseptor beta, adrenalin mendilatasi bronchial airway,
meningkatkan kekuatan kontaksi miokardiak, serta menekan pengeluaran
histamine dan leukotrin. /ada mast sel terdapat reseptor beta"# adrenergic, reseptor ini dapat menghambat akti*asi mast sel, sehingga dengan pemberian adrenalin pada
fase a$al, akan mengurangi tingkat keparahan suatu reaksi alergi 'ang dimediasi
oleh Ig( +ambar >!. /emberian se%ara intramuskular adalah rute terbaik untuk
penanganan reaksi anaphilaksis. 7empat terbaik injeksi adalah sisi anterolateral dari
sepertiga paha bagian tengah anterolateral aspect of the middle third of the thigh!.
!emberian secara subkutan atau inhaler tidak direkomendasikan, karena
kurang e&ekti& dibandingkan I).
http"##$$$.idijembrana.or.id#inde).php0module1artikel2kode1(3
Knapa intramuscular * absorpsi lebih cepat.
/emberian se%ara intramuskular adalah rute terbaik untuk penanganan reaksi
anaphilaksis. 7empat terbaik injeksi adalah sisi anterolateral dari sepertiga paha
bagian tengah anterolateral aspect of the middle third of the thigh!. /emberian se%ara
subkutan atau inhaler tidak direkomendasikan, karena kurang efektif dibandingkan
I:.
Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati
syok anafilaksis. 8bat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah,
menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus, dan meningkatkan akti*itas otot
jantung. Adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamin dan mediator
lain yang poten. :ekanisme kerja adrenalin adalah meningkatkan cA)! dalam sel
mast dan baso&il sehingga menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan
histamine dan mediator lainnya. Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan
memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos
bronkus. Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan *asokonstriksi pembuluh darah
arteri dan memi%u denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah
naik seketika dan berakhir dalam $aktu pendek.
/emberian adrenalin se%ara intramuskuler pada lengan atas, paha, ataupun sekitar lesi pada sengatan serangga merupakan pilihan pertama pada penatalaksanaan syok
anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang %epat setelah pemberian intramuskuler.
/ada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik
dari pada pemberian subkutan. 5erikan ',3 ml larutan ( "(''' ',>-',3 mg! untuk
orang de$asa dan ','( ml#kg 55 untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa
kali tiap 3-(3 menit, sampai tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan.
Adrenalin sebaikn'a tidak diberikan secara intravena kecuali pada keadaan
tertentu sa+a misaln'a pada saat s'ok #mengancam n'a%a$ ataupun selama
anestesia. /ada saat pasien tampak sangat kesakitan serta kemampuan sirkulasi dan
absorbsi injeksi intramuskuler yang benar-benar diragukan, adrenalin mungkindiberikan dalam injeksi intra*ena lambat dengan dosis 3'' m%g 3 ml dari
http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
10/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
pengen%eran injeksi adrenalin ("(''''! diberikan dengan ke%epatan ('' m%g#menit
dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan. /ada anak-anak dapat diberi dosis ('
m%g#kg 55 ',( ml#kg 55 dari pengen%eran injeksi adrenalin ("(''''! dengan injeksi
intra*ena lambat selama beberapa menit. 5eberapa penulis menganjurkan pemberian
infus kontinyu adrenalin &-? ug#menit. Indi*idu yang mempunyai resiko tinggi untuk
mengalami syok anafilaksis perlu memba$a adrenalin setiap $aktu dan selanjutnya perlu diajarkan %ara penyuntikkan yang benar. /ada kemasan perlu diberi label, pada
kasus kolaps yang %epat orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. /amela,
adrenalin, draholik!
)-* Men%a$a #ok"er mem$er"im!an%kan $em!erian
in+eksi kor"ikos"eroi# #an an"ihis"amin,
9ortikosteroid digunakan untuk menurunkan respon keradangan, kortikosteroid tidak
banyak membantu pada tata laksana akut anafilaksis dan hanya digunakan pada reaksi
sedang hingga berat untuk memperpendek episode anafilaksis atau men%egahanafilaksis berulang. +lukokortikoid intra*ena baru diharapkan menjadi efektif
setelah ?-@ jam pemberian. :etilprednisolon (&3 mg intra*ena dpt diberikan tiap ?-@
jam sampai kondisi pasien stabil yang biasanya ter%apai setelah (& jam!, atau
hidrokortison intra*ena -(' mg#9g 55, dilanjutkan dengan 3 mg#kg55 setiap @ jam,
atau deksametason &-@ mg#kg 55.
/engobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaksis, obat-obat yang
sering dimanfaatkan adalah antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator.
!emberian antihistamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan
peningkatan peningkatan permeabilitas vaskular 'ang diakibatkan oleh
pelepasan mediator dengan cara menghambat pada tempat reseptormediatortetapi bukan bukan merupakan obat pengganti adrenalin. 7ergantung beratnya
penyakit, antihistamin dapat diberikan oral atau parenteral. /ada keadaan anafilaksis
berat antihistamin dapat diberikan intra*ena. 4ntuk A& seperti simetidin >'' mg!
atau ranitidin (3' mg! harus dien%erkan dengan &' ml NaCl ',B dan diberikan
dalam $aktu 3 menit. 5ila penderita mendapatkan terapi teofilin pemakaian simetidin
harus dihindari sebagai gantinya dipakai ranitidin. Anti histamin yang juga dapat
diberikan adalah dipenhidramin intra*ena 3' mg se%ara pelan-pelan 3-(' menit!,
diulang tiap @ jam selama ? jam.
))* Men%a$a !ila kon#isi mem!uruk/ #ok"ermem$er"im!an%kan #i!erikan ino"ro$i. #an
8aso$ressor $a#a $asien "erse!u" ,
Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian %airan, dapat diberikan
*asopresor melalui %airan infus intra*ena.
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
11/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
Indikasi *asopressor "
5ila penggantian %airan yang tepat gagal untuk mengembalikan tekanan darah dan
perfusi organ yang adekuat, terapi *asopressor harus segera dilakukan. 7erapi
*asopressor juga dibutuhkan untuk menjaga perfusi organ menghadapi hipotensi yang
mengan%am nya$a bahkan ketika fluid %hallenge masih berlangsung dan hipo*olemia
belum terkoreksi sepenuhnya.
Anestesiologi 9 4ndip 5ab ;E Syok dan /engelolaan emodinamik &B
Indikasi inotropik "
Saat terjadi keadaan hipotensi meskipun pemberian %airan telah kita lakukan,
agent*asopressor sering kita gunakan.
7ujuan penggunaan agent *asopressor adalah untuk meningkatkan mean arterial pressure :A/!. Indikasi pemberian agent *asopressor adalah pada keadaan septik
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
12/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
syok yang refrakter terhadap resusitasi *olume yang adekuat. Indikasi lainnya
meliputi penanganan *asodilatory sho%k saat %ardiopulmonary bypass, anaphyla)is,
*as%ular surgery %arotid endartere%tomy!, drug o*erdoses tri%y%li% antidepressant!
danspinal %ord trauma.
Sedangkan agent inotropik merupakan agent yang memiliki efek meningkatkan
kontraktilitas jantung. 9ontraktilitas jantung yang terganggu dapat menurunkan
%ardia% output sehingga tidak dapat memberikan perfusi maupun hantaranoksigen
yang %ukup ke jaringan.
dr. :ade Supradnya$ati , /ublished by yehezkielFyesi
)2* Se!u"kan +enis ? +enis s1ok ,
• S1ok meru$akan sin#rom klinin 1an% #i"an#ai
%%uan sis"em sirkulasi sehin%%a $erusi #anoksi%enasi +arin%an menurun
• 9enis2 n1a a#a C 1ai"u :
A* S1ok hi$o8olemi H s1ok aki!a" !erkuran%n1a
8olume in"ra8askuler* Bisa krena "rauma/
$er#arahan/ #llB* S1ok kar#io%enik H s1ok aki!a" ke%a%alam
$om$a +an"un% meski$un 8olume in"ra8askuler
masih a#ekua"* Karena em!oli $aru/ #isri"mia/
;* S1ok se$"ik H s1ok aki!a" sis"em inama"ori
res$on "erha#a$ ineksi* Karena "e"anusD* S1ok neuro%eni H s1ok aki!a" ke%a%alam
sis"em sara #alam mem$er"ahankan "onus
8asomo"or $erier* Misal .i#era aku" me#ulla
s$inalisE* S1ok anaflak"ik H s1ok aki!a" reaksi aler%i
he!a" "erha#a$ $ro"ein asin% * misal #ari
o!a"2an/ "oksin seran%%a/ makanan/ #ll
)* DD
Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi imunologis (reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat
menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan dan kulit. Jika reaksi tersebut cukup hebat sehingga menimbulkan syok disebut
sebagai syok anafilaktik yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu syok anafilaktik adalah suatu tragedi dalam dunia kedokteran, yang
membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Tanpa pertolongan yang cepat dan tepat, keadaan ini dapat menimbulkan malapetaka yang
berakibat ganda. Disatu pihak penderita dapat meninggal seketika, dilain pihak dokternya dapat dikenai sanksi hukum yang digolongkan
sebagai kelalaian atau malpratice. Test kulit yang merupakan salah satu upaya guna menghindari kejadian ini tidak dapat diandalkan, sebab
ternyata dengan test kulit yang negatif tidak menjamin 100 % untuk tidak timbulnya reaksi anafilaktik dengan pemberian dosis penuh.
Selain itu, test kulit sendiri dapat menimbulkan syok anafilaktik pada penderita yang amat sensitif. Olehnya itu upaya menghindaritimbulnya syok anafilaktik ini hampir tertutup bagi profesi dokter yang selalu berhadapan dengan suntikan. Satu-satunya jalan yang dapat
menolong kita dari malapetaka ini bukan menghindari penyuntikan, karena itu merupakan senjata ampuh buat kita, tapi bagaimana kita
http://www.scribd.com/yehezkiel_yesihttp://www.scribd.com/yehezkiel_yesihttp://www.scribd.com/yehezkiel_yesi
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
13/16
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
14/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
Sistem pernafasan
Gangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung tersumbat atau batuk saja yang kemudian segera diikuti dengan udema laring dan
bronkospasme. Kedua gejala terakhir ini menyebabkan penderita nampak dispnue sampai hipoksia yang pada gilirannya menimbulkan
gangguan sirkulasi, demikian pula sebaliknya, tiap gangguan sirkulasi pada gilirannya menimbulkan gangguan respirasi. Umumnya
gangguan respirasi berupa udema laring dan bronkospasme merupakan pembunuh utama pada syok anafilaktik.
Sistem sirkulasi
Biasanya gangguan sirkulasi merupakan efek sekunder dari gangguan respirasi, tapi bisa juga berdiri sendiri, artinya terjadi gangguan
sirkulasi tanpa didahului oleh gangguan respirasi. Gejala hipotensi merupakan gejala yang menonjol pada syok anafilaktik. Hipotensi terjadi
sebagai akibat dari dua faktor, pertama akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer dan kedua akibat meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler sehingga selain resistensi pembuluh darah menurun, juga banyak cairan intravaskuler yang keluar keruang interstitiel (terjadi
hipovolume relatif).Gejala hipotensi ini dapat terjadi dengan drastis sehingga tanpa pertolongan yang cepat segera dapat berkembang
menjadi gagal sirkulasi atau henti jantung.
Gangguan kulit.
Merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan pada reaksi anafilaktik. Walaupun gejala ini tidak mematikan namun gejala ini amat
penting untuk diperhatikan sebab ini mungkin merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala yang lebih berat berupa gangguan nafas
dan gangguan sirkulasi. Oleh karena itu setiap gangguan kulit berupa urtikaria, eritema, atau pruritus harus diwaspadai untuk kemungkinan
timbulnya gejala yang lebih berat. Dengan kata lain setiap keluhan kecil yang timbul sesaat sesudah penyuntikan obat,harus diantisipasiuntuk dapat berkembang kearah yang lebih berat.
Gangguan gastrointestinal
Perut kram,mual,muntah sampai diare merupakan manifestasi dari gangguan gastrointestinal yang juga dapat merupakan gejala prodromal
untuk timbulnya gejala gangguan nafas dan sirkulasi.
Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik
Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik
Pengelolaan Anafilaksis dan syok Anafilaksis
Secara umum terapi anafilaksis bertujuan :
1. Mencegah efek mediator• Menghambat sintesis dan pelepasan mediator
http://1.bp.blogspot.com/-bA_443WFBds/TxVLTqw0GRI/AAAAAAAAARM/jM--lN_RkhM/s1600/ScreenHunter_02+Jan.+17+18.08.jpg
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
15/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
• Blokade reseptor
2. Mengembalikan fungsi organ dari perubahan patofisiologik akibat efek mediator.
Titik tangkap terapi berdasarkan perubahan patofisiologi
Penanganan syok anafilaktik
I. Terapi medikamentosa (7,8,9)
Prognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan diagnose dan pengelolaannya.
1.Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Hal ini disebabkan 3 faktor yaitu :
• Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia yang merupakan
pembunuh utama.
• Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan cepat naik
kembali.
• Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP sehingga produksi dan pelepasan chemical
mediator dapat berkurang atau berhenti.
Dosis dan cara pemberiannya.
0,3 – 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 5 – 10 menit. Dosis ulangan umumnya
diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara
intravenous setelah 0,1 – 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spoit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan. Pemberian
subkutan, sebaiknya dihindari pada syok anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit,
sehingga absorbsi obat tidak terjadi.
2.Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan
perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.
3. Antihistamin dan kortikosteroid.
Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, sebab keduanya hanya
mampu menetralkan chemical mediators yang lepas dan tidak menghentikan produksinya. Dapat diberikan setelah gejala klinik mulai
membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah
difenhidramin HCl 5 – 20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5 – 10 mg IV atau hidrocortison 100 –
250 mg IV.
Obat obat yang dibutuhkan :
• Adrenalin
• Aminofilin
• Antihistamin
• Kortikosteroid
II. Terapi supportif
Terapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan terapi medikamentosa dan sebaiknya dilakukan secara bersamaan. (10,11,12)
1. Pemberian Oksigen
http://4.bp.blogspot.com/-KDSzggr5KV8/TxVGW_VoZjI/AAAAAAAAARE/DZ72t_W2lFo/s1600/ScreenHunter_01+Jan.+17+17.57.jpg
-
8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd
16/16
Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD
Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian O2 3 – 5 ltr / menit harus dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim
tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
2. Posisi Trendelenburg
Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi ) akan membantu menaikan venous return
sehingga tekanan darah ikut meningkat.
3.Pemasangan infus.
Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan darah masih tetap rendah maka pemasangan infus sebaiknya dilakukan. Cairan
plasma expander (Dextran) merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia,
Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai cairan pengganti. Pemberian cairan infus sebaiknya dipertahankan sampai tekanan
darah kembali optimal dan stabil.
4. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP)
Seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner segera harus dilakukan sesuai dengan falsafah
ABC dan seterusnya. Mengingat kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok anafilaktik selalu ada, maka sewajarnya ditiap ruang
praktek seorang dokter tersedia selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga perangkat resusitasi(Resucitation kit ) untuk
memudahkan tindakan secepatnya.
Perangkat yang dibutuhkan :
• Oksigen
• Posisi Trendelenburg (kursi)
• Infus set dan cairannya
• Resusitation kit
Penegahan
1. Kewaspadaan
Tiap penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat yang telah dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin, anestesi lokal dll ) harus
selalu waspada untuk timbulnya reaksi anfilaktik.Penderita yang tergolong resiko tinggi (ada riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-
penyakit alergi lainnya) harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba menyuntikan obat yang sama bila sebelumnya pernah ada riwayat
alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti dengan preparat lain yang lebih aman.
2. Test kulit
Test kulitmemang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum pemberian obat bagi penderita yang dicurigai. Tindakan ini tak dapat
diandalakan dan bukannya tanpa resiko tapi minimal kita dapat terlindung dari sanksi hukum. Pada penderita dengan resiko amat tinggi
dapat dicoba dengan stracth test dengan kewaspadaan dan persiapan yang prima.3. Pemberian antihistamin dan kortikosteroid .
Sebagai pencegahan sebelum penyuntikan obat, juga merupakan tindakan yang aman, selain itu hasilnyapun dapat diandalkan.
4. Pengetahuan, keterampilan dan peralatan.
Early diagnosis dan early treatment secara lege-artis serta tersedianya obata-obatan beserta perangkat resusitasi lainnya merupakan modal
utama guna mengelola syok anafilaktik yang mungkin tidak dapat dihindari dalam praktek dunia kodokteran.
Masalah hukum
Walaupun test kulit tidak memberi jaminan 100 % namun demi kepentingan, test kulit sebaiknya dilakukan sebelum menyuntikan obat-
obatan yang telah pernah dilaporkan sebagai obat yang dapat menimbulkan syok anafilaksis.Seandainya test kulit negatif dan pada
pemberian dosis pernah terjadi syok anafilaksis kemudian tak dapat tertolong maka pertanyaannya adalah :
1. Sudahkah kita melakukan tugas kita dengan baik yakni menggunakan standar profesi yang optimal ? Disini dituntut
pengetahuan dan keterampilan dalam bertindak.
2. Tersediakah obat-obatan perfection dan peralatan yang lengkap untuk melakukan RKP yang sempurna. Disini dituntuttersedianya obat-obatan perfection dan peralatan yang lengkap untuk bertindak sesuai dengan standar profesi yang muktahir.
Jika semuanya telah kita lakukan dengan sempurna, maka paling tidak beban moril akan jauh lebih rendah dan terhindar dari tuntutan
hukum.
a*