bio energi 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi kita semakin lama semakin berubah karena perubahan iklim, ada
juga yang rusak dikarenakan adanya global warming yang bisa dibilang sudah
semakin parah. Namun tidak ada kata terlambat untuk menyelamatkan bumi kita
ini dan mencegah yang akan terjadi asalkan kita selalu berusaha. Hampir seluruh
rakyar di Indonesia ini masih memakai bahan bakar minyak untuk kebutuhan
transportasi, padahal bahan bakar minyak juga menjadi salah satu masalah di
global warming ini karena menimbulkan banyak jenis polusi.
Kebutuhan energi di dunia hingga detik ini cenderung dipenuhi dengan
bahan bakar fosil. Masih banyaknya penggunaan mesin industri dan transportasi
penunjang perekonomian dunia yang umumnya masih memerlukan minyak bumi
sebagai bahan bakar penggeraknya. Energy Information Administration (EIA)
memperkirakan pemakaian energi dunia hingga tahun 2025 akan masih
didominasi bahan bakar fosil yakni minyak, gas alam dan batubara.
Kebutuhan akan sebuah energi bagi suatu negara adalah sesuatu yang
mutlak. Energi menjadi penggerak dalam roda perekonomian suatu negara.
Berkurangnya pasokan energi, sekecil apapun itu akan menggoyahkan pilar
perekonomian negara bersangkutan. Berlimpahnya energi pada suatu negara akan
membuat negara tersebut dengan mudah membangun kekuatan ekonominya.
Dengan ekonomi yang kuat didukung pemerintahan yang berakhlak, sudah dapat
dipastikan kesejahteraan dari rakyatnya dari berbagai golongan akan terjamin.
Krisis energi serta melambungnya harga minyak akhir-akhir ini
mendesak setiap negara untuk mencari alternatif energi yang mampu
menggantikan keberadaan sumber energi yang selama ini digunakan secara
meluas dalam berbagai aspek kehidupan. Semua kajian tentang energi hayati (bio)
kini kembali dibuka setelah hampir lebih dari satu abad dibungkam oleh
1
“kerajaan” minyak bumi. Penelitian tentang produksi energi terbarukan pun
banyak bermunculan akibat keberadaan energi dunia yang semakin berkurang.
Akhirnya ditemukan alternatif untuk mengurangi asap kendaraan yang
berlebihan. Para peneliti menemukan alternatif nya yaitu Bahan Bakar Bioenergi.
Bioenergi adalah energi yang berasal dari biomassa yang merupakan bahan
organik seperti kayu, tumbuhan, atau limbah hewan. Sementara biomassa adalah
masalah tanaman dan kotoran hewan yang dapat dipanen untuk membuat
bioenergi dalam bentuk listrik, panas, uap dan bahan bakar. Jadi, bioenergi dapat
menghasilkan listrik, panas, uap dan sebagainya.
Di berbagai negara seperti Amerika, Kanada, Selandia Baru, atau pun
Australia bioenergi pun sudah ada di negara-negara masing-masing. Di Indonesia
sebenarnya terdapat keterbatasan dengan bahan bakar minyak yang tersedia, jadi
diperlukan strategi untuk menjadikan bahan bakar minyak yang ada sebagai
cadangan di tahun mendatang. Kampanye hemat energi sebenarnya sudah lama
dilakukan, namun kesadaran dari masyarakat masih sangat kurang, sehingga
seharusnya bersamaan dengan kampanye hemat energi yang terus dilakukan,
pemerintah juga mengupayakan penggunaan bahan bakar bioenergi yang sudah
terlebih dahulu tersedia dan diberlakukan secara meluas dan merata. Biogas
misalnya, merupakan salah satu jenis bioenergi dari kotoran hewan yang melalui
serangkaian proses mampu diubah menjadi gas yang bermanfaat. Selain dapat
digunakan untuk memasak, penerangan, dengan sedikit teknologi dapat pula
menggerakkan generator listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik. Energi ini di
beberapa tempat seperti di wilayah Dieng telah berhasil menggerakkan aktivitas
ekonomi rakyat. Dan berbagai macam bioenergi sudah diupayakan di Indonesia
ini.
Perlu diketahui bahwa bahan bakar bioenergi sangat ramah lingkungan.
Dengan adanya bioenergi seperti ini, kita dapat mengurangi ketergantungan bahan
bakar minyak yang dapat menyebabkan pemanasan global. Sudah cukup banyak
perusahan di Indonesia yang sudah berlakukan bioenergi tersebut.
2
Perkembangan penelitian di bidang bioenergi, bukanlah barang baru di
dunia ini. Penjajakan peluang aplikasi bioenergi untuk di industrialisasi telah lama
didengungkan, dan sekarang telah memasuki tahapan produksi secara massal dan
siap di komersialisasikan. Diharapkan dalam beberapa tahun mendatang,
bioenergi akan menjadi alternatif dan mampu bersaing dengan minyak dan gas
bumi (migas) dalam mempertahankan ketahanan energi di dunia.
Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah, mempunyai potensi
untuk menjadi lumbung bioenergi dunia. Potensi yang benar-benar tidak dapat
diabaikan adalah tersedianya lahan yang luas untuk membudidayakan tanaman-
tanaman yang potensial sebagai sumber bahan baku bioenergi. Akan sangat
disayangkan jika melimpahnya potensi ini tidak dimanfaatkan untuk menghindari
krisis energi serta menjaga keberlangsungan energi maupun sumber daya yang tak
terbarukan sehingga alam ini akan tetap terjaga kelestariannya .
1.2 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
tentang bebagai macam limbah dan cara pembuatan bioenergi dari limbah.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang munculnya energy alternatif ?
2. Apa pengertian dari bioenergi ?
3. Apa saja macam - macam dari bioenergi ?
4. Apa pengertian limbah dan jenisnya?
5. Bagaimana pemanfaatan limbah dalam bioenergi?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Munculnya Energi Alternatif
Pemanfaatan energi alternatif yang gencar digalakkan akhir-akhir ini
sebenarnya bukanlah tanpa alasan. Pada tahun 2010, diperkirakan sebesar 23
Juta kL bensin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun
pertamina hanya mampu memasok sekitar 16 Jt kL/tahun dan cenderung
konstan, padahal setiap tahun kebutuhan masyarakat terus meningkat sebesar
10 %. Akibatnya, pemerintah kewalahan memenuhi kebutuhan bensin dalam
negeri. Selain itu, semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil dan emisi
karbon juga menjadi salah satu pendorong utama (Sardi Duryatmo, 2012)
Berdasarkan hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) paling mutakhir tentang kondisi energi di Indonesia. Jika tidak ada
eksplorasi baru, menurut kalkulasi ESDM, cadangan minyak bumi sekitar 9,7
barel dan diperkirakan akan habis 15 tahun lagi. Untuk cadangan batubara
sekitar 50 miliar ton (3% potensi dunia) diperkirakan dapat digunakan
sedikitnya 150 tahun mendatang. Untuk cadangan panas bumi sekitar 27 ribu
MW (40% potensi dunia) dan gas 60 tahun lagi. Sedangkan untuk Tenaga air
sekitar 75 ribu MW (0,02% potensi dunia). Jika pemerintah tidak berinisiatif
mencari bahan terbarukan, maka negeri ini akan semakin terpuruk dalam hal
pemenuhan energi. Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak
(BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat
Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin
dikembangkan di Indonesia (ESDM, 2011)
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya alam
yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat
potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki
potensi sumber daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang
4
memadai. Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan
lahan yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi optimalisasi
produksi dapat mendukung kelayakan pengembangan biofuel (bioenergi).
Biofuel adalah bahan bakar dari sumber hayati (renewable energy).
Biofuel, apabila diartikan untuk pengganti BBM, maka biofuel merupakan
salah satu bentuk energi dari biomassa dalam bentuk cair, seperti biodiesel,
bioethanol dan biooil. Di Indonesia ada 49 jenis tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Beberapa tanaman yang potensial
sebagai penghasil bioenergi adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kapas,
kanola, dan rapeseed untuk biodiesel, serta ubi kayu, ubi jalar, tebu, sorgum,
sagu, aren, nipah, dan lontar untuk bioetanol. Selain potensial sebagai
penghasil bioenergi, beberapa komoditas tersebut, seperti kelapa sawit,
kelapa, kapas, ubi kayu, tebu, dan sagu, juga merupakan komoditas sumber
bahan pangan dan pakan. Pengembangan komoditas sumber bahan pangan
sebagai bahan baku bioenergi dipandang kurang etis karena berkompetisi
dengan bahan pangan dan pakan (Ibrahim, 2007)
Agar target diversifikasi energi tahun 2025 mendatang yang meningkatkan
porsi energi terbarukan menjadi 5 % dari total kebutuhan energi nasional
maka gebrakan perlu dirintis dari sekarang. Jika saat ini 23 Juta kL bensin
diperlukan maka setidaknya 1,15 juta kL bioetanol perlu diproduksi. Saat ini
bioetanol yang diproduksi baru mencapai 187.800 kL/tahun atau baru 16 %
dari target seharusnya. Untuk itu Indonesia memang perlu usaha keras untuk
mencapainya. Pengembangan Etanol sebagai bahan bakar telah dilakukan
BBPT dengan telah memiliki Pilot Plant Etanol berkapasitas 8000 liter per
hari dengan kadar 99%. Hanya mampu memproduksi Fuel Grade Ethanol
(FGE) 50 liter/ hari . Satu unit mesin FGE dengan kapasitas 60 kilo liter/ hari
memerlukan investasi sekitar 7,5 juta USD. Kebutuhan mendesak masyarakat
terhadap kecukupan energi yang berkelanjutan tentunya menjadi
pertimbangan yang cukup bagi pemerintah dalam memutuskan kemana
5
bangsa ini akan menggantungkan kebutuhan energinya di masa yang akan
datang (Sardi Duryatmo, 2012)
B. Bioenergi
Bioenergi merupakan salah satu sumber energi yang berasal dari biomassa
(sampah organik). Indonesia sebagai negara agraris yang terletak di daerah
khatulistiwa merupakan negara yang kaya akan potensi bioenergi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam bentuk cair (biodiesel, bioethanol),
gas (biogas) dan padat maupun sebagai listrik (Hernawati, dkk, 2007).
Bioenergi yang merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak
dianggap sebagai penyelamat dunia karena sifatnya yang non polutif dan
dapat terbaharui. Bumi yang semakin tua makin diselimuti udara kotor yang
merusak lingkungan menuntut manusia untuk mencari solusi akan hal
tersebut, sehingga dalam perjalanannya muncul Protokol Kyoto sebagai
wadah bagi negara-negara maju untuk memecahkan masalah lingkungan
akibat dari pembuangan emisi gas buang bahan bakar minyak (Hernawati,
dkk, 2007).
Sekarang ini tersedia beberapa jenis energi pengganti minyak bumi yang
ditawarkan, antara lain tenaga baterai, panas bumi, tenaga laut, tenaga
matahari, tenaga angin, batu bara, nuklir, gas, biofuel. Di antara jenis-jenis
energi alternatif tersebut, bioenergi dirasa cocok untuk mengatasi masalah
energi karena kelebihannya (Erliza Hambali,dkk, 2008)
Kelebihannya, selain bisa diperbarui adalah ramah lingkungan, dapat
terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan kontinuitas bahan
bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang cukup
sederhana, yaitu dapat dilakukan melalui budidaya tanaman penghasil biofuel
dan memelihara ternak. Hal ini berbeda dengan energi alternatif lainnya,
seperti :
1. Tenaga baterai yang terbilang mahal dan rumit
2. Batu bara yang memiliki efek karbon yang berbahaya dan bersifat tidak
terbarukan
6
3. Gas yang memerlukan investasi besar
4. Panas bumi yang tidak sederhana dan tidak murah
5. Energi laut, walau potensial di Indonesia, tapi masih dalam tahap
percobaan dan penelitian
6. Energi angin yang hanya cocok di daerah yang berangin kencang
(kecepatan minimum angin rata-rata4m/detik)
7. Energi surya yang dibilang energi gratis tapi masih mahal dalam
pelaksanaannya
8. Energi nuklir yang masih kontroversial.
(Erliza Hambali, dkk. 2008)
Indonesia dengan keterbatasan sumber daya alamnya tidak mungkin bisa
keluar dari ketergantungan penggunaan Bahan Bakar Minyak selama masih
menganggap minyak bumi sebagai satu-satunya sumber energi yang dipakai.
Sebaliknya, dengan memanfaatkan lahan subur yang masih menganggur
untuk diolah menjadi lahan produktif sehingga bisa ditanami berbagai sumber
energi alternatif. Sangat disayangkan sekali apa yang terjadi di negeri ini,
walaupun data-data statistik menyebutkan bahwa kekayaan Sumber Daya
Alam berlimpah, tetapi belum mampu mengeksplorasi kekayaan tersebut
dengan maksimal sehingga menjadi andalan pendapatan negara.
Saat ini pengembangan bioenergi telah sampai pada generasi keempat
yakni mengubah vegoil dan biodiesel menjadi gasoline. Generasi pertama
pengembangan bioenergi ini dinilai kurang etis karena berkompetisi dengan
bahan pangan dan pakan menjadi vegetable oil, biodiesel, bio-alcohol, biogas,
solid biofuel, dan syngas. Pemanfaatan bahan diluar pangan dan pakan
dimulai pada generasi kedua diantaranya menggunakan limbah, cellulose dan
tanaman yang didedikasikan untuk pengembangan energi (dedicated energy
crops), yang mengubah biomass menjadi liquid technology. Generasi ketiga
7
pengembangan biofuel adalah oligae yang berasal dari algae (Hernawati, dkk,
2007).
Selain itu, pemanfaatan bioenergi saat ini bahkan telah sampai pada
pengembangan bahan bakar pesawat terbang. The Embraer EMB 202
Ipanema merupakan pesawat pertama yang berbahan bakar ethanol dan
banyak dimanfaatkan di lahan pertanian (agricultural aircraft). Selain itu,
telah dikembangkan juga syngas berbahan dasar kayu yang dimanfaatkan
sebagai generator (Hernawati, dkk, 2007).
Pada tahun 2005 negara di belahan Amerika Selatan telah memproduksi
16.3 milyar liter ethanol, menyumbang 33.3 persen produksi dunia dan 42
persen produksi ethanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Negara
yang telah menggunakan BE 10 (campuran 10% ethanol dan 90% BBM),
diantaranya AS, Kanada, India, Thailand, China, Filipina dan Jepang. Hanya
Brasil yang telah menggunakan BE 20. Adanya teknologi hybrid saat ini,
Brazil tidak ada lagi kendaraan yang hanya menggunakan gasoline tetapi
telah memakai 20-25 % ethanol (E25). Dari data yang didapatkannya,
sebanyak 3 juta mobil telah beroperasi menggunakan 100 % ethanol dan 6
juta mobil berteknologi hybrid (flexible-fuels vehicles) (Hernawati, dkk,
2007).
Langkah-langkah antisipatif juga telah dilakukan negara-negara maju
untuk menghadapi krisis energi dimasa yang akan datang dengan cara
mengarahkan kebijakan energi strategis untuk beralih dari energi fosil ke
energi terbarukan terutama bioenergi. Pemerintah Australia mengatur
kebijaksanaan pemakaian biofuel untuk transportasi, industri serta
pembangkit tenaga listrik. Di USA, akhir 2005 produksi Biodiesel AS
mencapai 4 miliar galon dan akan meningkat menjadi 8 miliar galon pada
2012. Selain itu, pada tahun 2005 Belanda juga mengambil kebijaksanaan
untuk impor 400 ribu ton kelapa sawit dari Indonesia untuk dikonversi
menjadi biodiesel. Selain negara-negara tersebut diatas, Indonesia juga
mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 2006,
Untuk mendorong Departemen Pertanian melakukan penyediaan dan
8
pengembangan bahan baku BBN untuk mengurangi ketergantungan terhadap
BBM. Pada tahun pada tahun 2025, pemerintah Indonesia menargetkan
penggunaan biofeul sebesar 5 % (ESDM, 2011)
Potensi bioenergi yang berasal dari limbah biomassa di Indonesia
diperkirakan mencapai 49.810 MW. Berdasarakan data yang ada pemanfaatan
bioenergy hingga saat ini baru mencapai sekitar 1,618 MW atau sekitar
3,25% dari potensi yang ada (ESDM, 2011)
Sesungguhnya melalui pemanfaatan teknologi bioenergi, Indonesia tidak
hanya dapat meningkatkan ketahanan energinya, namun juga mempunyai
kesempatan yang besar di dalam memberikan kontribusi terhadap penyediaan
energi bersih kepada masyarakat dunia.
Penyediaan energi bersih kepada masyarakat dunia tersebut antara lain
melalui penyediaan biodiesel. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di
dunia, Indonesia seharusnya mempunyai potensi untuk menjadi salah satu
penghasil biodiesel terbesar.
Saat ini, kapasitas terpasang biodiesel yang berasal dari kelapa sawit telah
mencapai 3,9 juta kL/tahun. Selain minyak kelapa sawit, limbah dari industri
kelapa sawit juga memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi sumber
energi (ESDM, 2011)
Industri lain yang mempunyai potensi dalam pengembangan bioenergi
adalah industri gula untuk pengolahan bioetanol dan penyediaan tenaga listrik
nasional. Oleh karena itu, sejak akhir 2008, Pemerintah melalui Kementerian
ESDM telah memberlakukan kewajiban pemanfaatan biodiesel dan
bioethanol secara bertahap terutama pada sektor transportasi darat (ESDM,
2011)
Selain biodiesel dan bioethanol, Indonesia juga memiliki potensi biogas,
terutama dari limbah hewan ternak. Potensi biogas skala rumah tangga yang
berasal dari limbah hewan ternak diperkirakan mencapai 1(satu) juta unit alat
penghasil biogas dari limbah hewan ternak. Dengan mengolah limbah
tersebut maka limbah yang umumnya adalah masalah berubah menjadi
berkah karena menghasilkan biogas yang sangat bermanfaat. Jika potensi
9
tersebut dimaksimalkan, maka Indonesia akan mampu menghemat sekitar 700
ribu ton elpiji atau setara dengan 900 juta liter minyak tanah. Saat ini,
konsumsi elpiji ukuran 3 kilogram mencapai 3 juta ton per bulan (ESDM,
2011)
C. Macam – Macam Bioenergi
Bioenergi adalah energi yang bersumber dari biomassa – materi organik
berusia relatif muda yang berasal dari makhluk hidup atau produk dan limbah
industri budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan
perikanan) (Ibrahim, 2007).
Bioenergi adalah sumber energi terbarukan, yaitu sumber energi yang
dapat tersedia kembali dalam jangka waktu tahunan, tidak seperti minyak
bumi atau batu bara yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.
Bioenergi juga ramah lingkungan karena tidak menambah jumlah karbon
dioksida ke atmosfer karena bahan mentahnya berasal dari organisme hidup
yang mendapatkan karbonnya dari atmosfer. Selain itu bahan bakar berbasis
bioenergi umumnya minim kandungan sulfur atau berbagai macam logam
berat yang lazim digunakan sebagai aditif pada bahan bakar berbasis fosil
(Ibrahim, 2007).
Bioenergi sebenarnya bukanlah suatu bentuk energi yang asing.
Masyarakat di desa ada yang masih menggunakan kayu bakar. Meski terkesan
kuno, banyak bentuk bioenergi lain yang lebih modern. Biodiesel, bioetanol
dan biogas adalah beberapa di antaranya. Biodiesel bahkan sudah digunakan
secara tidak langsung dalam bentuk peanut oil ketika Rudolf Diesel menguji
coba mesin dieselnya (Ibrahim, 2007).
Berikut penjelasan dari macam – macam dari bioenergi yaitu
1. Biomassa
Biomassa merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai
sampah dan sering dimusnahkan dengan cara di bakar. Terkadang kita tidak
tahu bahwa banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari sisa-sisa makanan atau
barang yang kita anggap sebagai sampah. Biomassa tersebut dapat diolah
10
menjadi bioarang, yang merupakan bahan bakar yang memiliki nilai kalor
yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, saat ini sedang digencarkan pemanfaatan sampah sebagai bahan baku
dalam teknologi biomassa untuk diolah sehingga dapat digunakan sebagai
sumber energi. Atau batok kelapa sawit yang dijadikan briket yang saat ini
pengembangannya mulai dilirik oleh para peneliti (Erliza Hambali, 2008).
2. Biodiesel
Penelitian di bidang biodiesel sejauh ini terus berkembang dengan
memanfaatkan beragam lemak nabati dan hewani untuk mendapatkan
bahan bakar hayati (biofuel) dan dapat diperbaharui (renewable). Biodiesel
merupakan bahan bakar yang memiliki sifat menyerupai minyak
diesel/solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena menghasilkan emisi
gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu
bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah, memiliki cetane
number yang lebih tinggi, pembakaran lebih sempurna, memiliki sifat
pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable)
sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic) (Erliza Hambali, 2008)
Biodiesel adalah suatu metil ester asam lemak yang dapat berasal dari
minyak lemak nabati via proses metanolisis atau asam lemak bebas via
proses esterifikasi bersama dengan metanol. Di Indonesia, potensi bahan
baku biodiesel sangat melimpah. Saat ini Indonesia adalah negara
penghasil minyak nabati terbesar di dunia, bahan baku minyak nabati
meliputi asam lemak dari kelapa sawit, jarak pagar, kelapa, sirsak, srikaya,
kapuk, karet dan alga. Biodiesel dapat digunakan langsung pada mesin
diesel yang sudah ada sebagai campuran untuk minyak diesel berbasis
petroleum (petrodiesel) atau sebagai komposisi utama bahan bakar pada
mesin diesel yang sudah dimodifikasi (Erliza Hambali, 2008)
11
3. Bioetanol
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat,
pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak
tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol
sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920-an bahan bakar dari
petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan
menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini,
dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan
perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan
(Anonim, 2011)
Untuk menganti premium, alternatifnya adalah gasohol (gasoline-
alkohol) yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Bioetanol
dapat dibuat dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti
jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, nira bergula dari tebu, aren, siwalan dan
nipah, serta bahan berselulosa dari kayu, batang pisang, jerami dan bagas.
Dari beberapa bahan baku tersebut, diketahui bahwa tanaman jagung
merupakan pakan unggulan untuk bahan utama bioetanol karena selain
dari segi ekonomis tergolong murah, jumlah hasil bioetanol yang
dihasilkan jagung ternyata lebih besar diantara tanaman lain (Ibrahim,
2007)
Dari bahan-bahan mentah ini, bioetanol diproduksi via proses
fermentasi alkoholik menggunakan bakteri Saccharomyces cerevisiae.
Setelah bahan baku diatas melalui proses fermentasi, dihasilkanlah etanol.
Dan dari etanol dapat dibuat etanol 99,5% atau fuel grade ethanol yang
bisa digunakan untuk campuran gasohol. Di dalam etanol, terdapat 35%
oksigen yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran mesin dan juga
meningkatkan angka oktan seperti zat aditif Methyl Tertiary Buthyl Ether
(MTBE) dan Tetra Ethyl Lead (TEL). Selain itu, etanol juga bisa terurai
sehingga dapat mengurangi emisi gas buang berbahaya (Ibrahim, 2007)
12
Bioetanol dapat digunakan pada mesin bensin yang sudah ada tanpa
modifikasi sebagai campuran bensin/gasohol (sampai dengan 22%-volum)
atau pada mesin bensin khusus yang telah disesuaikan sebagai bahan bakar
etanol berhidrat (85-95%-volum dan sisanya air). Saat ini, mesin bensin
khusus ini hanya ada di pasar Brasil yang memang telah mengembangkan
bioetanol sejak tahun 1970-an (Anonim, 2011)
Saat ini (Bio)Etanol dipakai secara luas di Brazil dan Amerika Serikat.
Semua kendaraan bermotor di Brazil, saat ini menggunakan bahan bakar
yang mengandung paling sedikit kadar ethanol sebesar 20 %. Pertengahan
1980, lebih dari 90 % dari mobil baru, dirancang untuk memakai
(Bio)Etanol murni (Anonim, 2011)
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh
kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan
(Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle)
yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etanol.
(Bio)Etanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa
mengubah mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan
kadar (Bio)Etanol lebih dari 99,5%. Perbandingan (Bio)Etanol pada
umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total bahan bakar.
Pencampuran (Bio)Etanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%),
sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan
(Bio)Etanol. (Bio)Etanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117,
sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional
memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol
dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan
di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead
(TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) (Anonim, 2011).
4. Biogas
13
Peluang pengembangan bioenergi khususnya biogas, juga
dimungkinkan untuk berkembang di Indonesia baik untuk aplikasi industri
skala kecil dan menengah. Berbagai sampah organik dan limbah-limbah
agroindustri merupakan bahan baku yang potensial untuk diolah menjadi
biogas melalui pemanfaatan teknologi anaerobik. Pada prinsipnya,
teknologi anaerobik adalah proses dekomposisi biomassa secara
mikrobiologis dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen), sehingga dapat
disimpulkan bahwa, biogas adalah gas produk akhir pencernaan/degradasi
anaerobik (dalam lingkungan tanpa oksigen) oleh bakteri-bakteri (Erliza
Hambali, 2008).
Secara garis besar bahan baku yang diperlukan adalah biomassa (residu
mahluk hidup), mikroorganisme, dan air. Produk utama dari biogas ini
adalah gas metana (54-80%-volum) dan pupuk organik. Gas metana telah
dikenal luas sebagai bahan baku ramah lingkungan, karena dapat terbakar
sempurna sehingga tidak menghasilkan asap yang bepengaruh buruk
terhadap kualitas udara. Karena sifatnya tersebut, gas metana merupakan
gas yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan mulai dari memasak, hingga penggerak turbin pembangkit
listrik tenaga uap. Biogas dapat diperoleh dari kotoran sapi, kotoran kuda,
batang dan daun jagung, jerami dan sekam padi, rumput gajah dan enceng
gondok (Erliza Hambali, 2008)
D. Pengertian Limbah dan Jenisnya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan
manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak
negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Air limbah
industri maupun rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan baik
akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
14
Pengelompokan limbah berdasarkan jenis senyawa antara lain
1. Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan. Contohnya limbah
bahan atau sisa tumbuhan dan hewan. Sedangkan
2. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal dari sumber alam.
Limbah dapat dikelompokkan berdasarkan wujudnya menjadi 3 antara
lain:
1. Limbah cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan berupa air
beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun
terlarut dalam air.
2. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah yang terbanyak lingkungan . biasanya
limbah padat disebut sebagai sampah.
3. Limbah gas
Limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam
senyawa kimia. Misalnya karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2),
nitrogenoksida (NOx), asam klorida (HCl), sulfurdioksida (SOx), metan
(CH4), ammonia (NH3), klorin (Cl2). Limbah gas yang dibuang ke udara
biasanya mengandung partikel-partikel bahan padatan, disebut materi
partikulat.
Dan pengelompokan limbah berdasarkan sumber adalah limbah domestic,
limbah industri, limbah pertanian dan limbah pertambangan. Limbah
domestic merupakan limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman
penduduk. Limbah industry adalah buangan hasil proses industry. Limbah
pertambangan berasal dari kegiatan pertambangan.
(Muhammad Zainal A., 2010)
15
E. Pemanfaatan Limbah dalam Bioenergi
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghambat pemanasan
global yang telah diikrarkan dalam “Protokol Kyoto” tahun 1997 adalah
mengurangi emisi gas efek rumah kaca. Bioenergi menjadi salah satu hal
yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi pengganti yang ramah
lingkungan dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
minyak yang mahal dan terbatas (Erliza Hambali, 2008)
Bioenergi selain dapat dihasilkan dari tanaman yang memang sengaja
dibudidayakan untuk produksi bioenergi juga dapat diusahakan dari
pengolahan limbah yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia.
Sehingga, diharapkan selain dapat mengurangi emisi gas efek rumah kaca
juga mengurangi masalah lingkungan dan meningkatkan nilai dari limbah itu
sendiri.
1. Bioenergi limbah peternakan sapi
Pengolahan limbah peternakan melalui proses fermentasi perlu
digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu
jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak
yang mahal dan terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan
menjadikan peluang usaha bagi peternak karena produknya terutama
pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat.
Sumber daya energi mempunyai peran penting dalam semua aspek
pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan
kegiatan industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka
panjang, peran energi akan lebih berkembang untuk mendukung
pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Meskipun
Indonesia adalah salah satu negara penghasil batu bara, minyak bumi dan
gas, namun dengan berkurangnya cadangan minyak dan penghapusan
16
subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan yang
menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.
Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi biogas pada prinsipnya
menggunakan metode dan peralatan yang sama dengan pengolahan biogas
dari biomassa yang lain. Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik
pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk
menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis
pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak
petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas
kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan
dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-an,
proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia
selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus
dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya,
seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini telah melakukan
berbagai riset dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara
berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju
seperti Jerman.
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan
proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik
(tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan
(Nandiyanto, 2007). Menurut Haryati (2006), proses pencernaan anaerobik
merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan
organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada
kondisi tanpa udara, bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang
mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan
sampah organik rumah tangga.
17
Gas metan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H
yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas metan yang dihasilkan kemudian
dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa
digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah
yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan potongan-potongan kecil sisa-
sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya serta air yang cukup banyak.
Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C : N,
temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan. Kondisi
optimum yaitu pada temperatur sekitar 32 – 35°C atau 50 – 55°C dan pH
antara 6,8 – 8 . Pada kondisi ini proses pencernaan mengubah bahan
organik dengan adanya air menjadi energi gas.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerobik juga
memberikan beberapa keuntungan lain yaitu menurunkan nilai COD dan
BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen organic,
bakteri coliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, dan bau.
Proses pencernaan anaerobik, yang merupakan dasar dari reaktor biogas
yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri metanogenik
dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami
terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran
binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga.
Digester dapat dibuat dari bahan plastik Polyetil Propilene (PP), fiber
glass atau semen, sedangkan ukuran bervariasi mulai dari 4 – 35 m3.
Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran ternak 3
ekor sapi.
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan (Digester) Biogas seperti terjabar
dalam Seri Bioenergi Pedesaan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian
18
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Departemen Pertanian tahun 2009 sebagai berikut :
1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2
(bahan biogas).
2. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian
(inlet) hingga bahan yang dimasukkan ke digester ada sedikit yang
keluar melalui lubang pengeluaran (outlet), selanjutnya akan
berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.
3. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester
sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang
menggunakan bahan plastik, penampung biogas akan terlihat
mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan.
Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas
dapat dioperasikan.
4. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu
sebanyak kira-kira 10% dari volume digester. Sisa pengolahan bahan
biogas berupa sludge secara otomatis akan keluar dari lubang
pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas.
Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai
pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun
kering.
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau
digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator
listrik, patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dan lain
sebagainya.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan limbah ternak
yang tepat antara lain:
19
a. Menciptakan kondisi kegiatan atau usaha budidaya sapi perah dan
produksi susu berjalan secara optimal.
b. Meniadakan unsur pencemar di dalam lokasi kegiatan.
c. Menghasilkan produk susu yang lebih berkualitas karena lingkungan
usaha bersih dan sehat.
d. Menghindari gangguan lingkungan berupa pencemaran di lokasi
peternakan dan lingkungan sekitar.
e. Menciptakan kondisi yang harmonis dengan masyarakat sekitar.
(Erliza Hambali, 2008)
2. Bioenergi dari Jagung
Sumber energi terbarukan yang berasal dari komoditas jagung di
Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Studi mengenai
pengembangan potensi sumber energi terbarukan yang berasal dari
komoditas jagung telah dilakukan di berbagai negara. Potensi pemanfaatan
dan pengembangan sumber energi terbarukan tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut:
Bahan Bakar Padat
Sifat tongkol jagung yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengeringkan 6 ton
jagung dari kadar air 32.5% sampai 13.7% bb selama 7 jam
diperlukan sekitar 30 kg tongkol jagung kering per jam (Alkuino
2000).
Dalam bentuk arang (char), efisiensi penggunaan energi tongkol
jagung dapat ditingkatkan. Proses pembentukan arang (carbonization)
menggunakan prinsip dasar proses pirolisa cepat/karbonasi cepat,
dimana terjadi proses pembakaran pada suhu berkisar 150-6000 C
dengan udara yang sangat terbatas.
20
Kandungan energi tongkol jagung: 3.500–4.500 kkal/ kg atau 14.7-
18.9 MJ/kg, suhu pembakaran dapat mencapai 205oC Sedangkan
sumber pustaka lain menyebutkan bahwa dengan karbonisasi tongkol
jagung, kandungan energinya dapat mencapai 32 MJ/kg (Watson,
1988 dalam Prostowo, dkk., 1998; Mochidzuki, et al., 2002).
Energi termal dari hasil pembakaran merupakan teknologi konversi
biomasa yang paling tua, dan menghasilkan efisiensi panas hanya
sekitar 12% (Manurung, 2004).
Pemanfaatan panas langsung yang paling banyak dilakukan orang
adalah untuk memasak atau pengeringan dengan menggunakan
tungku. Jika panas yang dihasilkan dipergunakan untuk memanaskan
ketel uap maka dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga
mekanis atau listrik.
(Erliza Hambali, 2008)
3. Bioethanol dari Tetes Tebu dan Singkong
a. Bioethanol dari Tetes Tebu
Cara paling mudah membuat bioetanol adalah dengan bahan yang
banyak mengandung gula, contohnya adalah tetes tebu atau molases.
Tetes tebu merupakan produk samping dari pabrik tebu yang memiliki
kadar gula sangat tinggi (>50%). Pembuatan bioetanol dari tetes tebu
hanya melewati dua tahap utama saja.
Jika kesulitan mendapatkan tetes/molasses, bioetanol dapat juga
dibuat dengan menggunakan gula pasir. Prosedur umumnya sama
seperti yang sudah dijelaskan di atas, hanya mengganti tetes dengan
gula pasir. Yang perlu diperhatikan adalah kadar gulanya kurang lebih
14%. Jadi untuk setiap 1 kg gula pasir dapat ditambahkan kurang lebih
7.1 liter air.
21
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari
tetes/molasses antara lain adalah tetes tebu/molasses (kadar gula
50%), urea, NPK, fermipan (ragi roti) dan air.
Peralatan yang diperlukan adalah fermentor dan alat suling
(distilator). Untuk fermentor bisa menggunakan jerigen atau galon air
mineral. Sedangkan untuk penyulingan bisa menggunakan alat suling
yang dibuat sendiri. Prinsipnya adalah bioethanol diuapkan pada suhu
sekitar 80 0C, dan selanjutnya uap ini diembunkan. Embun ini adalah
ethanol yang sudah mencari kembali. Bioethanol ditampung di botol.
Bioethanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah
ethanol yang tidak mengandung air atau istilahnya ethanol kering.
Untuk membuat ethanol kering mungkin perlu dilakukan distilasi
berulang-ulang. Apalagi alat distilator yang digunakan sangat
sederhana. Dan pada distilasi terakhir ditambahkan kapur tohor (kapur
bagunan) secukupnya.
Ciri bioethanol kering adalah jika dicampur dengan bensin tidak
terbentuk dua lapisan. Jika terbentuk dua lapisan, berarti masih ada
campuran air.
Langkah-langkah pembuatan bioetanol
1. Pengenceran Tetes Tebu
Kadar gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi,
oleh karena itu perlu diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang
diinginkan kurang lebih adalah 14 %. Misal: larutkan 28 kg (atau
22.5 liter) molasses dengan 72 liter air. Aduk hingga tercampur
merata. Volume airnya kurang lebih 94.5 L. Masukkan ke dalam
fermentor.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%,
22
penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya.
Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.
2. Penambahan Urea dan NPK
Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi. Kebutuhan hara
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan
NPK sebanyak 14 gr. Gerus urea dan NPK ini sampai halus,
kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan diaduk.
3. Penambahan Ragi
Bahan aktif ragi roti adalah khamir Saccharomyces cereviseae
yang dapat memfermentasi gula menjadi etanol. Ragi roti mudah
dibeli di toko-toko bahan-bahan kue atau di supermarket.
Sebaiknya tidak menggunakan ragi tape, karena ragi tape terdiri
dari beberapa mikroba. Kebutuhan ragi roti adalah sebanyak 0.2%
dari kadar gula dalam larutan molasses. Untuk contoh di atas
kebutuhan raginya adalah sebanyak 28 gr.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian
diaduk-aduk perlahan hingga tempak sedikit berbusa. Setelah itu
baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup rapat.
4. Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan
dimasukkan ke dalam fermentor. Kalau anda menggunakan
fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan
tampak gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam
fermentor. Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2 yang
23
dihasilkan selama proses fermentasi. Kadang-kadang terdengar
suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama proses
fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH
nya dipertahankan 4.5 – 5. Proses fermentasi berjalan kurang lebih
selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari. Salah satu tanda bahwa
fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya
gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan
fermentasi kurang lebih 7% – 10 %.
5. Distilasi dan Dehidrasi
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke
dalam evaporator atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya
dipertahankan antara 79 – 81 0C. Pada suhu ini etanol sudah
menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke
distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator.
Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%.
Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi
lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau
penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan
kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada
etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar
airnya kurang lebih 99.5%.
b. Bioethanol dari Singkong
Sebagai alternatif pengganti bensin premium, Singkong dapat diolah
menjadi bioethanol. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu
sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum
difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih
24
sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus
sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan gliikoamilase
yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana.
Setelah menjadi gula, baru difermentasi menjadi etanol.
Cara pembuatan bioethanol dari singkong adalah sebagai berikut :
1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan.
Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal
16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya
agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai
cadangan bahan baku.
3.Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas
120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter.
Panaskan gaplek hingga 100"C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek
sampai menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki
sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi
glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan
memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur
pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10%
dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml.
Sebclum digunakan, Aspergillus dimasukkan pada bubur gaplek yang
telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek.
Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air
dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu,
lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum
difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu
adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces
unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar
gula lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang
25
diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar
mencapai kadar gula maksimum.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan
Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi
berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar
fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32"C dan pH 4,5—5,5.
7. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan
terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil
fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring
berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk
memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan
campuran air dan etanol pada suhu 78"C atau setara titik didih etanol.
Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik
didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air
sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam
bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol
kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu
dipanaskan 100"C. Pada suhu ilu, etanol dan air menguap. Uap
keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya
berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga
diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. Sepuluh liter
etanol 99%, membutuhkan 120— 130 lifer bir yang dihasilkan dari 25
kg gaplek .
(Erliza Hambali, 2008)
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menilik pada potensi negara Indonesia yang besar terutama untuk
ketersediaan bahan baku, sudah sepantasnya negara Indonesia berani
memproklamirkan diri sebagai negara lumbung bioenergi dunia. Berbagai
tantangan kedepannya dalam pengembangan bioenergi ini, terutama pada
aspek modal/investasi, perangkat hukum, pengembangan teknologi,
permasalahan hambatan sosial, dan keterbatasan pasar dan penguna,
hendaknya menjadi komitmen dan tanggung jawab bersama pemerintah,
masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk mencari solusinya. Diharapkan
dalam beberapa dekade ke depan, Indonesia dapat menjadi macan dunia
dalam bidang energi. Dalam mencapai harapan tersebut, harus disadari bahwa
keberhasilan tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil kerja
keras dari semua pihak/stakeholders.
Bioenergi adalah sumber energi terbarukan, yaitu sumber energi yang
dapat tersedia kembali dalam jangka waktu tahunan, tidak seperti minyak
bumi atau batu bara yang membutuhkan waktu jutaan tahun. Bioenergi juga
ramah lingkungan karena tidak menambah jumlah karbon dioksida ke
atmosfer – bahan mentahnya berasal dari organisme hidup yang mendapatkan
karbonnya dari atmosfer. Biodiesel, bioetanol dan biogas adalah beberapa
contoh di antara banyaknya jenis bioenergi yang dipakai kini.
Contoh pemanfaatan limbah dalam bioenergi adalah biogas dari limbah
peternakan sapi, serta bioethanol dari jagung, tetes debu dan singkong.
27