bioekonomi sumberdaya udang dogol di perairan cirebon, jawa
TRANSCRIPT
BIOEKONOMI SUMBERDAYA UDANG DOGOL DI PERAIRAN CIREBON, JAWA BARAT
HERUL PATUROHMAN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Bioekonomi Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon, Jawa Barat adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2014
Herul Paturohman NIM C44080041
ABSTRAK HERUL PATUROHMAN. Bioekonomi Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon, Jawa Barat. Dibimbing oleh NIMMI ZULBAINARNI dan MULYONO S. BASKORO.
Udang dogol merupakan produksi unggulan dari produk perikanan Kabupaten Cirebon yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap dogol. Meningkatnya produksi udang dogol di Perairan Cirebon berpotensi mempengaruhi kondisi biologi dan keberlanjutan usaha penangkapan sumberdaya udang dogol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi biologi, status pemanfaatan dan pengelolaan optimum sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon. Analisis model Schaefer menghasilkan persamaan model surplus produksi Y (H) = 0.9911569E – 0.0000212E2. Selain itu, analisis model Schaefer tersebut menghasilkan nilai EMSY sebesar 23,345 trip per tahun dan HMSY sebesar 11,569.30 ton per tahun. Pendugaan parameter biologi dilakukan dengan menggunakan model Fox sehingga didapatkan nilai r (laju pertumbuhan instrinsik) sebesar 0.12617617663 ton per tahun, q (koefisien kemampuan alat tangkap) sebesar 0.00000270242 ton per trip dan K (daya dukung lingkungan) sebesar 366,766.470 ton per tahun. Hasil analisis bio-ekonomi menunjukkan nilai EMEY sebesar 23,044 trip per tahun, HMEY sebesar 11,567.372 ton per tahun dan rente ekonomi sebesar Rp 337,616,997,082 per tahun. Pengusahaan aktual sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon tidak terindikasi overfishing. Jumlah unit penangkapan yang optimum beroperasi di Perairan Cirebon pada kondisi MSY sebanyak 233 unit, sedangkan pada kondisi MEY sebanyak 230 unit. Katakunci: udang dogol, dogol, bioekonomi, Perairan Cirebon
ABSTRACT
HERUL PATUROHMAN. Bioeconomics of Dogol Shrimp in Cirebon Coastal Areas, West Java. Supervised by NIMMI ZULBAINARNI and MULYONO S. BASKORO.
Dogol shrimp is a leading seafood product of Cirebon district. This shrimp is captured using a dogol. The rise of dogol shrimp production in Cirebon coastal area potentially affects the biological conditions and sustainability of dogol shrimp fishing. This research aimed to understand the biological conditions, present state of exploitation, and the optimum level of production and extraction of dogol shrimp in Cirebon coastal areas. Production surplus equation derived from Schaefer model yielded Y (CPUE) = 0.9911569E – 0.0000212E2. In addition, Schaefer analytical model produced EMSY of 23,345 trips per annum and HMSY 11,569.30 ton per annum. Biological conditions parameters were estimated using Fox model which yielded r (intrinsic growth rate) of 0.12617617663 ton per annum, q (catchability coefficient) of 0.00000270242 ton per trip and K (carrying capacity) of 366,766.470 ton per annum. The bioeconomics study showed EMEY of 23,044 trips per annum, HMEY of 11,567.372 tons per annum, and economic rents of Rp 337,616,997,082 per annum. Actual exploitation of Dogol shrimp in Cirebon coastal areas thus did not indicate overfishing. The optimum number of shrimp captured for exploitation in Cirebon coastal areas on MSY condition was calculated to be 233 units, while on MEY condition was 230 units. Keywords: dogol shrimp, dogol, bioeconomics, Cirebon coastal areas
BIOEKONOMI SUMBERDAYA UDANG DOGOL DI PERAIRAN CIREBON, JAWA BARAT
HERUL PATUROHMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
Judul Skripsi : Bioekonomi Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon, Jawa Barat Nama : Herul Paturohman NIM : C44080041 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh Dr. Nimmi Zulbainarni, S.Pi, M.Si Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2013 ini yaitu bioekonomi perikanan tangkap, dengan judul Bioekonomi Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon, Jawa Barat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Nimmi Zulbainarni, S.Pi, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc sebagai komisi pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam pembuatan skripsi ini serta Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc yang telah menjadi dosen penguji pada saat penulis melaksanakan ujian skripsi. Terimakasih banyak saya ucapkan kepada Ibu Atimah dan Bapak Jali, keluarga besar kakak penulis serta teman dan rekan yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2014
Herul Paturohman
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 2 Manfaat ................................................................................................. 2 METODE PENELITIAN ....................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 2 Metode Penelitian ................................................................................. 2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 3 Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Contoh ......................... 3 Metode Analisis data ............................................................................. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... Perkembangan Unit Penangkapan Dogol di PPI Gebang Mekar .......... 7 Deskripsi Unit Penangkapan Dogol ...................................................... 8 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan ................................................. 11 Metode Pengoperasian Dogol ............................................................... 12 Analisis Bioteknis ................................................................................. 13 Analisis Bioekonomi ............................................................................. 18 Jumlah Unit Penangkapan yang Optimum............................................ 21 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... Simpulan ............................................................................................... 22 Saran ..................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23 LAMPIRAN ............................................................................................. 25 RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 31
DAFTAR TABEL
1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumberdata penelitian ................... 3 2 Perkembangan jumlah alat tangkap, produksi, trip, dan nilai produksi dogol di PPI Gebang Mekar tahun 2003-2012 ...................................... 8 3 Tugas nelayan yang terlibat mengoperasikan dogol .............................. 8 4 Spesifikasi teknis kapal sope di PPI Gebang Mekar ............................. 9 5 Spesifikasi teknis dogol yang beroperasi di Perairan Cirebon .............. 10 6 Nilai parameter biologi model Fox ........................................................ 16 7 Perkembangan produksi aktual dan produksi lestari pemanfaatan sumberdaya udang dogol ....................................................................... 17 8 Nilai total revenue, total cost dan rente ekonomi dari produksi aktual . 19 9 Solusi bioekonomi dalam berbagai kondisi pengelolaan ...................... 19 10Estimasi jumlah unit penangkapan pada berbagai kondisi pengusahaan sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon ....................................... 21
DAFTAR GAMBAR
1 Perahu dogol di PPI Gebang Mekar ...................................................... 10 2 Alat tangkap dogol................................................................................. 11 3 Perkembangan produksi dan upaya aktual pemanfaatan sumberdaya udang dogol ........................................................................................... 13 4 Catch per Unit Effort (CPUE) pemanfaatan sumberdaya udang dogol periode 2003-2012 ................................................................................. 14 5 Hubungan CPUE pemanfaatan sumberdaya udang dogol dan effort tahun 2003-2012 .................................................................................... 15 6 Hubungan antara produksi aktual dan lestari pemanfaatan sumberdaya udang dogol ........................................................................................... 16 7 Kurva produksi lestari upaya pemanfaatan sumberdaya udang dogol .. 17 8 Kurva keseimbangan bioekonomi Gordon-Schaefer dalam pengelolaan sumberdaya udang dogol ........................................................................ 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan CPUE dan MSY dengan model Schaefer .......................... 26 2 Perhitungan nilai K, q dan r dengan model Fox .................................... 27 3 Price Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon........................... 29 4 Cost Pemanfaatan Sumberdaya Udang ................................................. 30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
bagian timur Jawa Barat pada posisi 108°40’ - 108°48’ Bujur Timur dan 6°30’ -
7°00’ Lintang Selatan. Secara topografi Kab. Cirebon terletak pada ketinggian 0 –
130 km di atas permukaan laut dan dataran rendahnya terletak di sepanjang Pantai
Utara Jawa yang langsung berbatasan dengan laut. Hal ini memberikan
keunggulan bagi Kab. Cirebon sebagai salah satu daerah potensial pengembangan
perikanan tangkap.
Kegiatan penangkapan ikan merupakan mata pencaharian yang banyak
dilakukan masyarakat pesisir Kab. Cirebon dan menjadi sumber utama produksi
perikanan di Kab. Cirebon. Jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Kab.
Cirebon yaitu pukat tarik, payang, dogol, jaring insang, bagan tancap, rawai dan
perangkap. Umumnya jenis hasil tangkapan yang didaratkan yaitu ikan sebelah,
biji nangka, julung-julung, rajungan, kerang darah, gurita dan udang.
Udang merupakan salah satu produk unggulan dari produksi perikanan
Kab. Cirebon. Udang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap dogol.
Menurut Keristina (2011), alat tangkap dogol mempunyai produktivitas per unit
penangkapan ikan tertinggi sebesar 291,1 ton per unit selama tahun 2006 dan
cenderung meningkat setiap tahunnya.
Seiring bertambahnya kegiatan penangkapan udang, pengoperasian dogol
pun mengalami peningkatan. Berdasarkan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.
Cirebon 2009 alat tangkap dogol merupakan alat tangkap yang dominan
dioperasikan di perairan Kab. Cirebon. Persentasi jumlah alat tangkap dogol
sebesar 19%, kedua terbesar setelah alat tangkap pukat tarik.
Dominasi jumlah alat tangkap dogol yang dioperasikan di perairan
Cirebon dikhawatirkan tidak seimbang dengan jumlah sumberdaya udang yang
ada di perairan Cirebon. Perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu terhadap
jumlah sumberdaya udang yang ada di perairan Cirebon dan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan dengan menggunakan model bioekonomi. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk menganalisa bioekonomi perikanan sumberdaya udang
dogol (Metapenaeus monoceros) di perairan Cirebon.
Model Bioekonomi merupakan perpaduan analisis aspek ekonomi dan
biologi dari sumberdaya ikan, sehingga kita bisa menentukan jumlah penangkapan
optimum yang bisa kita lakukan. Apabila hal tersebut bisa dilakukan maka kita
bisa mengusahakan penangkapan yang optimal dan menjaga sumberdaya udang
dogol tetap lestari sehingga kita bisa mendapatkan keuntungan yang maksimum.
Tujuan
1) Menghitung nilai jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan jumlah upaya
optimum pada kondisi pengelolaan Maximum Sustainable Yield (MSY) serta
Maximum Economic Yield (MEY) sumberdaya udang dogol;
2) Menentukan nilai daya dukung lingkungan (K), koefisien kemampuan alat
tangkap (q) dan laju pertumbuhan instrinsik (r) sumberdaya udang dogol; dan
3) Menghitung jumlah unit penangkapan dogol yang optimum beroperasi di
perairan Kab. Cirebon.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan wawasan dan
sumber informasi tentang bioekonomi udang dogol di perairan Kab. Cirebon bagi
para nelayan, pengusaha penangkapan ikan, Pemerintah Daerah maupun Dinas
Perikanan dan Kelautan Kab. Cirebon. Selain itu, menjadi bahan pertimbangan
dalam pengelolaan sumberdaya udang dogol yang optimal sehingga dapat
menentukan jumlah pemberian izin unit panangkapan yang akan beroperasi.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-9 Juli 2013. Penelitian ini
dilakukan oleh penulis di PPI Gebang Mekar, Kec. Gebang serta Dinas Kelautan
dan Perikanan (DKP) Kab. Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang terinci
tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau
khusus dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk
memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter
dari suatu keadaaan yang ada pada waktu penelitian (Nazir M, 1988). Sebagai
satuan kasusnya adalah pemanfaatan sumberdaya udang dogol menggunakan alat
tangkap dogol di Perairan Cirebon.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Kuesioner untuk pengumpulan data;
2. Alat tulis, alat pengukur massa ikan atau timbangan dengan ketelitian 0,1Kg,
alat pengukur panjang untuk mengukur dimensi kapal, dimensi alat tangkap
dogol, serta panjang ikan berupa meteran gulung dan penggaris dengan
ketelitian 1cm;
3. Kamera sebagai alat dokumentasi; dan
4. Udang dogol dan unit penangkapan dogol di Perairan Cirebon.
5. Bahan yang digunakan adalah data primer dari kuesioner penelitian dan data
sekunder dari Laporan Tahunan DKP Kab. Cirebon tahun 2003-2012.
Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Contoh
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi (Simamora, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan unit
penangkapan dogol yang berada di perairan Cirebon. Jumlah contoh yang diambil
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 10 responden nelayan. Teknik pengambilan
contoh menggunakan purposive sampling, yaitu cara mengambil contoh secara
tidak acak atau peneliti menganggap contoh yang diambil memiliki informasi
yang diperlukan dalam penelitian ini. Pemilihan responden dilakukan dengan
pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam
pengisian kuisioner dan berpengalaman dalam pengoperasian alat tangkap dogol.
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian
Jenis data
Teknik
pengambilan Sumber data
Data Primer 1. Aspek teknis, operasional,
dan Finasial
Wawancara
dan kuesioner
Nelayan
2. Deskripsi unit penangkapan Wawancara
dan kuesioner
Nelayan
3. Daerah penangkapan ikan Wawancara
dan kuesioner
Nelayan
4. Metode pengoperasian alat
Tangkap
Wawancara Nelayan
5. Jenis dan ukuran hasil
Tangkapan
Wawancara Nelayan
6. Harga Ikan hasil tangkapan Wawancara Nelayan
Jenis data
Teknik
pengambilan Sumber data
Data
Sekunder
1. Jumlah alat tangkap dogol Studi literatur DKP
Kab. Cirebon
2. Produksi per tahun Studi literatur DKP
Kab. Cirebon
3. Nilai produksi per tahun Studi literatur DKP
Kab. Cirebon
4. jenis hasil tangkapan dogol Studi literatur DKP
Kab. Cirebon
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena
analisis data dapat menyederhanakan data menjadi bentuk yang lebih mudah
dipahami dan diinterpretasikan (Nazir, 1988). Data dan informasi yang terkumpul
lalu dianalisis berdasarkan analisis teknis, bio-teknis dan bio-ekonomi.
Analisis Teknis
Analisis teknis diperlukan untuk melihat efektivitas unit penangkapan
dogol yang beroperasi di perairan Cirebon. Aspek teknik merupakan aspek yang
berhubungan dengan pengoperasian penangkapan ikan, meliputi proses produksi,
karakteristik produksi, sistem usaha dan lokasi unit produksi. Analisis teknik
dilakukan untuk melihat hubungan teknik yang mempengaruhi produksi, yaitu
desain dan konstruksi, cara pengoperasian serta produktivitas alat tangkap.
Produktifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu (KBBI,
1995). Produktivitas alat tangkap dogol dapat diukur menggunakan perbandingan
antara jumlah produksi per unit penangkapan dogol, produksi per trip unit
penangkapan dogol dan produksi per biaya operasional unit.
Analisis Bio-Teknis
Hasil analisis bio-teknis dapat digunakan untuk menganalisis terjadinya
gejala tangkap lebih (over fishing). Analisis bio-teknis dapat digunakan untuk
menentukan jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan (JTB) dan kondisi
optimum tingkat upaya penangkapan udang dogol.
Model produksi Schaefer yang menghubungkan antara upaya tangkap (E)
dengan hasil tangkap per upaya (CPUE), diperoleh dari hubungan antara upaya
tangkap (E) dengan hasil tangkapan (h) yang kedua sisinya dibagi dengan upaya
tangkap (E), yaitu
………………………………………………………………(1)
(
) …………..………………………..………………………….(2)
……………..………………………..……………………….(3)
Upaya tangkap yang dilakukan pada saat perolehan maksimum lestari, didapatkan
pada saat
…………...………………………..………………………(4)
karena
, maka
…………………..………………………...……………...……..(5)
…………………………….………………………..……………………(6)
Hasil tangkapan maksimum lestari diperoleh dari persamaan (4) dan (6), yaitu
(
) (
)
………………………….………………………..…………………..(7)
Pendugaan parameter biologi untuk laju pertumbuhan intrinsik (r),
koefisien kemapuan tangkap (q) dan daya dukung perairan (K) dilakukan dengan
menggunakan model Fox. Variasi dari model surplus produksi tersebut
dikembangkan oleh Fox pada tahun 1975, dimana metode estimasi ekuilibrium
dilakukan berdasarkan analisis Schaefer dalam kondisi keseimbangan
(Zulbainarni, 2012). Estimasi parameter biologi dengan menggunakan model Fox
yaitu:
*∏ (
)
+
…………………………………………….………………(8)
…………………………………………………………..………………(9)
…………………………………………………...……………………(10)
Keterangan:
[(
) (
)]
[(
) (
)]
[(
) (
)]
q = koefisien tangkap
K = daya dukung perairan
r = pertumbuhan intrinsik
Analisis Bio-Ekonomi
Setelah parameter biologi dan teknis diketahui, baru kemudian model
dimasukan ke dalam estimasi parameter ekonomi Gordon. Berdasarkan asumsi
yang telah dikemukakan sebelumnya, parameter ekonomi yang mempengaruhi
“Model Statis Bio-Ekonomi Gordon Schaefer” dalam perikanan tangkap yaitu
biaya penangkapan (c) dan harga (p). Biaya penangkapan yang digunakan
merupakan rata-rata dari biaya operasional biaya penangkapan yang meliputi
biaya bahan bakar, oli, es, pangan dan retribusi. Rata-rata biaya penangkapan
dihitung berdasarkan rumus
∑
…………………………………………………………………..……(11)
keterangan :
C = biaya penangkapan rata-rata
Ci = biaya penangkapan responden ke-i
n = jumlah responden
Harga ikan juga ditentukan oleh harga ikan rata-rata dengan rumus
∑
………………………………………………………………..………(12)
keterangan:
P = harga ikan rata-rata
Pi = harga nominal ikan responden ke-i
n = jumlah responden
Jika kedua parameter ekonomi tersebut telah diketahui, maka Total
Revenue (TR) dan Total Cost (TC) diperoleh dengan persamaan
……………………………………………………….………………(13)
(
) ………………………………………….………………(14)
……………………………………………………….………………(15)
Keuntungan lestari yang merupakan selisih dari TR dan TC diperoleh melalui
persamaan
(
) …………………………………………………..…(16)
Jumlah Unit Penangkapan yang Optimum
Perhitungan jumlah unit penangkapan yang optimum perlu dilakukan
supaya pemanfaatan sumberdaya udang dogol bisa lestari dan berkelanjutan.
Menurut Zulbainarni (2012), estimasi jumlah armada penangkapan dapat
dilakukan dengan membagi jumlah upaya tangkap pada setiap kondisi
pengusahaan sumberdaya dengan konversi kemampuan operasi unit armada.
……………………………………………………………………….…(17)
Keterangan:
Y = jumlah armada yang direkomendasikan untuk setiap kondisi
…..pengusahaan sumbedaya (MSY, MEY atau OP)
E’ = jumlah upaya penangkapan pada masing-masing kondisi pengusahaan
.......... sumberdaya (MSY, MEY atau OP)
X = konversi kemampuan operasi unit armada
Selain dapat memperoleh keuntungan lestari, dengan mengetahui nilai
parameter k, q dan r dapat diketahui juga solusi dari masalah bio-ekonomi.
Dengan mengetahui nilai-nilai variable di atas pada berbagai kondisi pengelolaan,
maka dapat diketahui kecenderungan kondisi bio-ekonomi perikanan tangkap di
suatu perairan. Pengetahuan yang didapat selanjutnya dapat digunakan untuk
pengambilan kebijakan pengembangan perikanan tangkap di perairan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Unit Penangkapan Dogol di PPI Gebang Mekar
Perkembangan alat tangkap dogol di PPI Gebang mekar sangat
fluktuatif. Tabel 2 menunjukkan bahwa tahun 2004 merupakan tahun
dengan pengoperasian alat tangkap dogol terbanyak yaitu 373 unit.
Kemudian mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya, bahkan
pada tahun 2007 hanya 13 unit alat tangkap dogol yang beroperasi. Hal ini
terjadi karena pada tahun 2007 pemerintah setempat melakukan pelarangan
terhadap pengoperasian alat tangkap dogol.
Kenaikan dan penurunan jumlah alat tangkap dogol yang beroperasi di PPI
Gebang Mekar berpengaruh terhadap jumlah trip penangkapan, produksi dan nilai
produksi dari alat tangkap dogol. Pada tahun 2012 nelayan dogol hanya
melakukan 3.416 trip penangkapan dalam setahun. Meskipun produksinya
meningkat dari tahun 2011 sebesar 1.178 ton menjadi 1.302ton pada tahun 2012
akan tetapi nilai produksinya menurun dari Rp 12.392.000 pada tahun 2011
menjadi Rp 8.819.200 pada tahun 2012.
Tabel 2 Perkembangan jumlah alat tangkap, produksi, trip dan nilai produksi
dogol di PPI Gebang Mekar tahun 2003-2012
Tahun Jumlah Alat Tangkap
Dogol (unit)
Produksi
Udang (ton)
Jumlah
Trip
Nilai
Produksi
(Rp 1.000)
2003 169 4.340 35.520 13.792.000
2004 373 4.923 40.293 -
2005 321 3.903 41.491 21.240.000
2006 47 13.679 26.410 -
2007 13 1.235 5.060 9.132.100
2008 138 10.640 20.434 178.515.000
2009 138 11.888 6.624 24.199.000
2010 138 9.160 5.103 13.633.500
2011 13 1.178 3.573 12.392.000
2012 13 1.302 3.416 8.819.200
Deskripsi Unit Penangkapan Dogol
Nelayan
Nelayan dogol adalah orang yang mengoperasikan alat tangkap dogol.
Alat tangkap dogol dioperasikan oleh 2-4 orang nelayan yang masing-masing
bertugas sebagai juru mudi, juru mesin dan anak buah kapal (ABK). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rachmawati (2008) tentang tugas-tugas setiap nelayan yang
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Tugas nelayan yang terlibat mengoperasikan dogol
Jabatan
Jumlah
nelayan Tugas
Juru mudi 1 Mencari daerah fishing ground yang tepat
Mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing
ground dan sebaliknya
Juru mesin 1 Bertanggung jawab dengan keadaan mesin
Memeriksa keadaan mesin sebelum dan sesudah
beroperasi
Jabatan
Jumlah
nelayan Tugas
ABK 1
Melempar jaring dan mengangkat jaring ketika
beroperasi
Memperbaiki alat tangkap yang rusak
Memisahkan jenis dan ukuran ikan yang telah
tertangkap
Nelayan dogol di Gebang Mekar sebagian besar adalah nelayan penuh, yaitu
nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan
operasi penangkapan ikan. Satu kali operasi penangkapan ikan dilakukan dalam
satu hari mulai pukul 05.00-14.00 WIB
Kapal
Perahu yang digunakan pada saat pengoperasian alat tangkap dogol adalah
perahu sope. Perahu sope merupakan perahu motor tempel yang terbuat dari
bahan kayu jati (Tectona grandis). Spesifikasi teknis perahu sope yang digunakan
pada pengoperasian alat tangkap dogol di PPI Gebang Mekar disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Spesifikasi teknis Perahu sope di PPI Gebang Mekar
Spesifikasi teknis Ukuran/jumlah
1. Ukuran 5 GT
2. Panjang 9,5-9,85 m
3. Lebar 2,85-2,90 m
4. Tinggi 1,85-1,90 m
5. Bahan badan kapal Kayu Jati
6. Jenis mesin kapal Dongfeng
7. Kekuatan mesin kapal 24PK
8. Rata-rata jumlah nelayan yang diangkut 3 orang
9. Rata-rata maksimum daya angkut hasil tangkapan 3 ton
Kontruksi kapal sope yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap
dogol sangat sederhana, terdiri dari badan kapal yang dilengkapai dengan lima
palka dan tiang kayu untuk membuat tenda ketika cuaca buruk. Perlengkapan
yang dibawa selama pengoperasian disusun rapi di beberapa bagian kapal. Berikut
adalah kapal sope pada pengoperasian alat tangkap dogol yang disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1 Perahu sope yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap dogol
di PPI Gebang Mekar
Alat tangkap
Alat tangkap dogol yang dioperasikan di perairan Gebang Mekar
didapatkan nelayan dengan cara membeli alat tangkap dogol secara langsung
kepada produsen dan biasanya nelayan akan memodifikasinya sesuai dengan
kebutuhan. Spesifikasi teknis alat tangkap dogol di PPI Gebang Mekar dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Spesifikasi teknis dogol yang beroperasi di Perairan Cirebon
Spesifikasi teknis Bahan Ukuran/jumlah
1. Jaring
a. bagian kantong, ◊ 1 inci PE 4m x 2m
b. bagian badan, ◊ 5 inci PE 15m x 10m
c. bagian sayap, ◊ 7 inci PE 50m x 15m
2. Tali ris
a. atas, Ø 12mm PE 15m
b. bawah, Ø 30mm PE 25m
3. Tali selambar, Ø 15mm PE 100m
4. Pelampung
a. pelampung dogol Pelastik 12 buah
b. pelampung tanda Pelastik 1 buah
5. Pemberat Timah 35 buah
Alat tangkap dogol terdiri dari tiga bagian utama yaitu sayap, badan dan
kantong. Alat tangkap ini juga dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris
atas, tali ris bawah dan tali selambar. Kontruksi alat tangkap dogol di PPI Gebang
Mekar dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Alat tangkap dogol
Sayap merupakan bagian yang berfungsi untuk menggiring hasil
tangkapan masuk ke dalam jaring. Panjang sayap dogol yang dioperasikan di
perairan Gebang Mekar adalah 50m dengan lebar 15m. Jaring sayap dogol terbuat
dari PE monofilament dengan meshsize 7inchi.
Badan merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan hasil
tangkapan sehingga tidak keluar dari jaring. Panjang bagian badan yaitu sebesar
15m dengan lebar 10m. Jaring bagian badan terbuat dari PE monofilament dengan
meshsize 5inchi.
Kantong merupakan bagian terpenting karena berfunsi sebagai tempat
berkumpulnya hasil tangkapan. Pajang kantong dogol yaitu sebesar 4m dengan
lebar 2m dan ukurannya semakin mengecil sampi ke ujung sehingga membentuk
kerucut. Ukuran meshsizenya yaitu 1inchi. Ujung kantong diikat dengan tambang
sehingga memudahkan nelayan dalam mengeluarkan hasil tangkapan dari dogol.
Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan dalam pengoperasian dogol yaitu gardan.
Gardan digunakan sebagai mesin bantu motor tempel. Gardan berfungsi untuk
membantu penarikan jaring dari air pada saat hauling sehingga memudahkan
penanganan alat tangkap dan memperingan kerja di atas kapal.
Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Alat tangkap dogol di PPI Gebang Mekar dioperasikan di daerah
pantai dangkal yang kedalamannya antara 8-15m. Jarak tempuh dari fishing
base ke fishing ground antara 10-20km. Lokasi penangkapannya yaitu
daerah perairan Bagan, Krundung, Mundu, Gebang dan Losari.
Musim penangkapan alat tangkap dogol terjadi pada musim barat
yaitu bulan Desember sampai dengan Pebruari. Menurut Manadiyanto
(2000), musim puncak penangkapan udang di laut jawa berlangsung pada musim
timur yaitu antara pertengahan bulan Maret sampai dengan Juni. Biasanya nelayan
dogol melakukan penangkapan sebanyak 15-20 trip dalam satu bulan.
Metode Pengoperasian Dogol
Metode pengoperasian dogol di Gebang Mekar terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Persiapan menuju fishing ground.
Sebelum melakukan operasi penangkapan, nelayan menyiapkan kebutuhan
perbekalan seperti air tawar, bahan makanan, solar, lampu dan persiapan lainnya
yang dianggap penting agar kegiatan operasi penangkapan ikan dapat berjalan
dengan lancar. Nelayan melakukan persiapan perbekalan di rumahnya masing-
masing selama 30-60menit. Kapal berangkat pada pukul 5.30 WIB, sebelum
berangkat nelayan akan menentukan fishing ground berdasarkan pengalaman dan
keahlian nelayan. Jarak tempuh dari fishing base ke fishing ground antara 10-20
km. Jika nelayan melihat tanda-tanda adanya ikan seperti adanya riak-riak kecil
dan buih dipermukaan laut dan tidak ada pelampung tanda milik unit
penangkapan lainnya, maka nelayan akan segera melakukan operasi penangkapan.
2. Setting
Setting atau penurunan jaring dimulai dengan menurunkan pelampung
tanda yang telah diikatkan ke ujung tali selambar kanan. Kemudian diikuti dengan
penurunan tali selambar kanan, sayap kanan, badan jaring, kantong, sayap kiri dan
tali selambar kiri hingga perahu kembali mencapai pelampung tanda. Saat
penurunan sayap, nelayan akan melemparkan pelampung dan pemberat secara
berurutan agar tidak terbelit dengan jaring. Proses ini berlangsung sekitar 20-
30menit, saat setting dilakukan mesin tetap menyala dengan kecepatan rendah.
Proses setting akan dilakukan sebanyak 10-25 kali atau tergantung pada
banyaknya hasil tangkapan sebelum kembali menuju fishing base pada pukul
12.00 WIB.
3. Hauling
Sebelum melakukan hauling, nelayan akan menarik dogol dengan tangan
kearah perahu dimana perahu dalam keadaan tidak bergerak hingga ikan
diperkirakan masuk kedalam jaring. Hauling (penarikan jaring) dimulai dengan
penarikan pelampung tanda ke atas perahu. Kemudian dua orang nelayan mulai
menarik perlahan-lahan dengan menggunakan tanda-tanda sejajar pada tali
selambar kiri dan kanan dengan menggunakan alat bantu gardan. Perahu berhenti.
penarikan dimulai dengan tali selambar, sayap badan jaring dan kantong.
Penarikan tali selambar akan dilakukan dengan sangat hati-hati supaya ikan tidak
terkejut dan melarikan diri. Ketika tali selambar sudah habis, penarikan sayap
akan dilakukan dengan cepat dengan mengusahakan posisi badan jaring tetap di
tengah. Ketika akan mencapai penarikan kantong nelayan akan mengibas-
ngibaskan jaring sehingga semua ikan akan masuk ke dalam kantong. Menurut
Keristina (2011), pada saat pengangkutan jaring , ada nelayan yang bertugas
menyusun pemberat dan pelampung secara teratur untuk proses setting
selanjutnya. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali
penangkapan sejak setting sampai dengan hauling berkisar 2-3jam.
4. Brailing
Hasil tangkapan yang terkumpul dikantong selanjutnya akan disortir
berdasarkan jenis dan ukuran hasil tangkapan. Menurut Subani dan Barus (1989),
pada umumnya alat tangkap dogol menangkap ikan-ikan demersal dan udang.
Hasil tangkapan sampingan yang tidak bisa dimanfaatkan akan dikembalikan ke
laut, akan tetapi jika memiliki nilai ekonomis hasil tangkapan sampingan tersebut
akan dijual. Penyortiran ini dilakukan oleh ABK pada saat menuju fishing base.
Analisis Bioteknis
Produksi dan Upaya Penangkapan Udang Dogol
Jumlah unit penangkapan dogol di PPI Gebang Mekar setiap tahunnya
berubah-ubah. Perubahan jumlah alat tangkap yang beroperasi ini berdampak
pada pemanfaatan sumberdaya udang dogol di PPI Gebang Mekar. Berubahnya
upaya penangkapan tidak diiringi dengan meningkatnya jumlah produksi udang
dogol, bahkan jumlah produksi udang dogol cenderung menurun. Berikut adalah
perkembangan dan upaya aktual pemanfaatan sumberdaya udang dogol di PPI
Gebang Mekar yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Perkembangan produksi dan upaya aktual pemanfaatan sumberdaya
udang dogol
Pelarangan pengoperasian alat tangkap dogol pada tahun 2007 di PPI
Gebang Mekar berpengaruh terhadap jumlah upaya penangkapan dan produksi
udang dogol. Jumlah produksi pada tahun 2007 menurun drastis yaitu sebesar
13.679 ton pada tahun 2006 menjadi 1.235 ton pada tahun 2007, bahkan effort
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Nila
i Pro
du
ksi d
an U
pay
a (1
00
0)
Tahun
Produksi (ton)
Upaya (trip)
pada tahun 2007 hanya sebanyak 5.060 trip. Akan tetapi produksi udang dogol
kembali meningkat pada tahun 2008 dan 2009 yakni sebesar 10.640 ton dan
11.888 ton. Hal ini berkebalikan dengan penurunan effort yang terjadi pada tahun
2008 sebanyak 20.434 trip menjadi 6.624 trip pada tahun 2009. Tahun 2011
produksi udang dogol mencapai nilai terendah yakni sebesar 1.178 ton.
Penurunan effort pengoperasian alat tangkap dogol pada tahun 2007
memberikan waktu kepada sumberdaya udang dogol untuk memulihkan
populasinya. Pemulihan sumberdaya udang dogol dan penurunan upaya
penangkapan pada tahun 2008 dan 2009 menyebabkan produksi udang dogol
meningkat pada tahun 2008 dan 2009. Fluktuasi upaya penangkapan yang disertai
penurunan produksi udang dogol pada tahun 2003-2012 menunjukkan bahwa
telah terjadi ketidakseimbangan antara upaya pemanfaatan sumberdaya dengan
kondisi sumberdaya tersebut di perairan. Ketidakseimbangan tersebut
menyebabkan menurunnya hasil tangkapan udang dogol pada sepuluh periode
terakhir.
CPUE Unit Penangkapan Dogol
Nilai CPUE unit penangkapan dogol di PPI Gebang mekar berfluktuasi
pada periode sepuluh tahun terakhir. Tahun 2003 dan 2004 nilai CPUE-nya stabil
dan menurun pada tahun 2005. Tahun 2005 merupakan tahun dengan nilai CPUE
terendah yakni sebesar 0,09 ton/trip. Akan tetapi, pada tahun 2006 CPUE unit
penangkapan dogol di PPI Gebang Mekar mulai meningkat hingga tahun 2010
dan menurun drastis pada tahun 2011 dan 2012. Tahun 2010 merupakan tahun
dengan nilai CPUE tertinggi yakni sebesar 1,79 ton/trip. Perkembangan nilai
CPUE unit penangkapan dogol di PPI Gebang Mekar disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Catch per Unit Effort (CPUE) pemanfaatan sumberdaya udang dogol
periode 2003-2012
CPUE merupakan nilai yang dihasilkan dari pembagian antara jumlah
produksi dan jumlah upaya. Penurunan jumlah upaya yang diikuti dengan
y = 0.0994x + 0.0456 R² = 0.2128
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
CP
UE
(to
n p
er
trip
)
Tahun
menurunnya jumlah produksi telah mempengaruhi nilai CPUE unit penangkapan
dogol di PPI Gebang Mekar selama periode 2003-2012. Setelah dilakukan
perhitungan terhadap nilai CPUE didapatkan persamaan hubungan y = 0,099x +
0,045 yang berarti bahwa setiap tahunnya nilai CPUE mengalami peningkatan
sebesar 0,09 satu satuan.
Hubungan CPUE dengan Effort
Hubungan antara CPUE dengan effort diketahui menggunakan analisi
model Schaefer, sehingga didapatkan nilai koefisien regresi (a) sebesar 0,99 dan
koefisien kemiringan (b) sebesar -0,000021. Berdasarkan fungsi produksi
Schaefer (Lampiran 1), maka didapatkan persamaan model surplus produksi
Schaefer yaitu Y (CPUE) = 0,99E – 0,000021E2. Persamaan tersebut berarti
bahwa setiap kenaikan jumlah upaya penangkapan udang dogol dalam satu kali
trip akan menurunkan jumlah produksi udang dogol sebesar 0.000021 ton.
Penurunan produksi udang dogol akibat peningkatan upaya, telah menunjukkan
adanya ketidak seimbangan antara kegiatan penangkapan dengan ketersediaan
sumberdaya ikan di perairan. Berikut adalah hubungan CPUE pemanfaatan
sumberdaya udang dogol dan effort tahun 2003-2012 yang disajikan dalam
Gambar 5.
Gambar 5 Hubungan CPUE pemanfaatan sumberdaya udang dogol dan effort
tahun 2003-2012
Hasil perhitungan menggunakan persamaan model surplus produksi
Schaefer menghasilkan nilai effort maksimum lestari (EMSY) sebesar 23.345 trip
pertahun dan hasil tangkapan lestari (HMSY) sebesar 11.569 ton per tahun
(Lampiran 1). Namun, hasil analisis menggunakan model Schaefer ini dinilai
masih belum mewakili keadaan sumberdaya ikan yang sesungguhnya. Pada
persamaan Schaefer nilai parameter biologi r (laju pertumbuhan instrinsik) , q
(koefisien kemapuan alat tangkap) dan K (daya dukung lingkungan) tersembunyi
dalam koefisien a dan b. Parameter biologi r, q dan K mempengaruhi nilai
biomasa, jumlah hasil tangkapan, dan jumlah upaya yang dilakukan untuk
0
0.5
1
1.5
2
0 10000 20000 30000 40000 50000
CP
UE
(to
n p
er
trip
)
Effort (trip)
menjaga keberlanjutan kegiatan perikanan tangkap. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perhitungan nilai r, q dan K dengan menggunakan model Fox.
Pendugaan parameter biologi dilakukan dengan metode surplus produksi
melalui model Fox, sehingga didapatkan nilai r, q dan K (Lampiran 2). Laju
pertumbuhan intrinsik atau r bernilai 0,12, berarti bahwa biomasa udang dogol
tumbuh secara alami tanpa gangguan dari kegiatan manusia yang terjadi secara
mendadak dengan koefisien sebesar 0,12 ton per tahun. Daya dukung lingkungan
atau K bernilai 366.766, berarti bahwa kemampuan atau kapasitas lingkungan
dalam menampung sumberdaya udang dogol sebesar 366.766 ton per tahun.
Koefisien kemampuan alat tangkap atau q bernilai 0,0000027, berarti setiap
peningkatan upaya penangkapan dengan dogol akan berpengaruh sebesar
0,0000027 ton per trip dari aspek biologinya seperti ketersediaan makanan,
pertumbuhan populasi dan ukuran udang dogol di perairan. Berikut adalah nilai
parameter biologi model fox yang di tampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai parameter biologi model fox
Parameter Nilai Satuan
K 366.766 ton/tahun
Q 0,0000027 ton/trip
R 0,12 ton/tahun
Nilai parameter biologi K, q dan r kemudian digunakan untuk menduga
ketersediaan sumberdaya ikan lestari di Perairan Cirebon. Produksi aktual
sumberdaya udang dogol periode 2003-2012 secara keseluruhan masih di bawah
produksi lestarinya. Hal ini menunjukkan masih tersedianya sumberdaya udang
dogol yang belum termanfaatkan. Hubungan antara produksi aktual dan lestari
pemanfaatan sumberdaya udang dogol dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Hubungan antara produksi aktual dan lestari pemanfaatan sumberdaya
udang dogol
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
Jum
alh
pro
du
ksi (
1.0
00
to
n)
Tahun
Produksi aktual (ton)
Produksi lestari (ton)
Jumlah produksi aktual udang dogol masih di bawah produksi lestarinya,
meskipun pada tahun 2006, 2009 dan 2010 produksi aktual melebihi produksi
lestarinya. Pada tahun tersebut terjadi tingkat upaya penangkapan yang cukup
tinggi tanpa memperhatikan kondisi dan parameter pemanfaatan sumberdaya
udang dogol. Jika terjadi terus menerus maka dapat menimbulkan gejala
biological overfishing. Berikut adalah perkembangan produksi aktual dan
produksi lestari pemanfaatan sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon yang
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Perkembangan produksi aktual dan produksi lestari pemanfaatan
sumberdaya udang dogol
Tahun Produksi aktual (ton) Produksi lestari (ton)
2003 4.340 8.422
2004 4.923 5.471
2005 3.903 4.579
2006 13.679 11.369
2007 1.235 4.471
2008 10.640 11.389
2009 11.888 5.633
2010 9.160 4.505
2011 1.178 3.270
2012 1.302 3.138
Jumlah produksi aktual rata-rata udang dogol di Perairan Cirebon periode
2003-2012 adalah 6.225 ton, jumlah ini masih berada di bawah nilai produksi
lestari sebesar 11.569 ton. Begitu pun juga dengan rata-rata upaya pemanfaatan
udang dogol di Perairan Cirebon periode 2003-2012 sebesar 18.792 trip masih
berada di bawah nilai upaya lestari sebesar 23.345 trip. Kondisi tersebut diatas
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Kurva produksi lestari upaya pemanfaatan sumberdaya udang dogol
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
0 10000 20000 30000 40000 50000
Pro
du
ksi
(to
n)
Effort (trip) HMSY = 11,569.30 ; EMSY = 23,345
kurva MSY
batas MSY
Peningkatan jumlah effort dalam usaha pemanfaatan udang dogol akan
meningkatkan produksi udang dogol, apabila jumlah produksi dan upaya yang
dilakukan tidak melebihi nilai maksimum lestari. Berdasarkan Gambar 7,
peningkatan jumlah effort setelah dicapainya titik maksimum lestari, akan
mengakibatkan penurunan jumlah produksi ikan. Apabila telah terjadi hal
demikian, maka artinya perairan tersebut telah terindikasi mengalami biological
overfishing.
Periode 2003-2012 telah terjadi fluktuasi effort yang disertai penurunan
produksi udang dogol. Masalah biological overfishing di perairan Cirebon dapat
diatasi dengan cara membatasi jumlah produksi dan upaya penangkapan udang
dogol di bawah nilai maksimum lestari. Produksi udang dogol sebaiknya tidah
melebihi HMSY sebesar 11.569 ton per tahun dan upaya penangkapan tidak
melebihi EMSY sebesar 23.345 trip per tahun.
Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai pihak yang terkait dengan masalah
pengelolaan sumberdaya ikan, perlu menentukan kebijakan perikanan tangkap di
Perairan Cirebon agar kondisi biological overfishing tidak terjadi. Kebijakan yang
diambil dinas terkait akan sangat menentukan kelestarian sumberdaya udang
dogol di Perairan Cirebon. Kelestarian sumberdaya tersebut, pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha pemanfaatan udang dogol di Perairan
Cirebon.
Analisis Bio-ekonomi
Analisis bioekonomi merupakan suatu pendekatan yang memadukan
kekuatan ekonomi yang mempengaruhi industri penangkapan ikan dan faktor
biologi yang menentukan produksi dan suplay ikan (Clark, 1985). Parameter
biologi dan teknik telah diketahui sebelumnya, maka selanjutnya permodelan
dengan estimasi parameter ekonomi Gordon.
Parameter ekonomi yang mempengaruhi “model Statsis Bio-ekonomi
Gordon Schaefer” dalam perikana tangkap yaitu biaya penangkapan (c) dan harga
(p). Biaya nominal penangkapan yang merupakan rata-rata dari biaya operasional
penangkapan seperti biaya bahan bakar, es, perbekalan, sehingga didapatkan nilai
c sebesar Rp 383.000 (Lampiran 3) . Harga nominal udang dogol ditentukan dari
nilai produksi dan produksi udang dogol di PPI Gebang Mekar selama 10 tahun
terakhir serta hasil wawancara dengan nelayan dan penjual yaitu sebesar Rp
29.950 per Kg (Lampiran 4).
Dengan menggunakan kedua parameter c dan p, akan didapatkan fungsi
penerimaan (Total Revenue), fungsi biaya (Total Cost) dan rente ekonomi aktual
yang merupakan selisih antar TR dan TC. Hasil dari perhitungan fungsi diatas
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Nilai Total Revenue, Total Cost dan Rente Ekonomi dari produksi aktual
Tahun Produksi
(ton)
Effort
(trip)
TR
(Rp 1.000.000)
TC
(Rp 1.000.000)
Rente Ekonomi
Aktual
(Rp 1.000.000)
2003 4.34 35.52 252.259 13.604 238.655
2004 4.923 40.293 163881 15.432 148.449
2005 3.903 41.491 137.15 15.891 121.259
2006 13.679 26.41 340.531 10.115 330.416
2007 1.235 5.06 133.929 1.937 131.991
2008 10.64 20.434 341.115 7.826 333.289
2009 11.888 6.624 168.739 2.536 166.202
2010 9.16 5.103 134.928 1.954 132.973
2011 1.178 3.573 97.949 1.368 96.58
2012 1.302 3.416 93.986 1.308 92.677
Kegiatan penangkapan udang dogol selama periode 2003-2012 memberikan rente
ekonomi yang positif. Nilai rente ekonomi aktual yang positif berarti bahwa nilai
penerimaan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan lebih besar dibandingkan
dengan nilai biaya yang telah dikeluarkan. Berdasarkan hasil perhitungan rente
ekonomi tersebut mengindikasikan bahwa di perairan Cirebon tidak terjadi
economic overfishing.
Rente ekonomi optimum lestari upaya pemanfaatan sumberdaya udang
dogol didapatkan pada kondisi Sole owner (MEY) yakni sebesar Rp
337.616.997.082 per tahun. Nilai rente ekonomi optimum (πMEY) didapatkan
ketika nilai biomassa udang dogol sebesar 185.749 ton per tahun, tingkat produksi
(hMEY) sebesar 11.567 ton per tahun dan tingkat upaya penangkapan (EMEY)
sebesar 23.044 trip per tahun. Pemanfaatan optimum bio-ekonomi pada berbagai
kondisi pengelolaan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Solusi bioekonomi dalam berbagai kondisi pengelolaan
Variabel Aktual MSY MEY OA
X (ton) - 183.383 185.749 4.732
E (trip) 18.792 23.345 23.044 46.088
h (ton) 6.225 11.569 11.567 589,368
π (Rp) 179.247.909.700 337.559.317.388 337.616.997.082 -
Keterangan: x = biomassa, E = tingkat upaya, h = hasil tangkapan, π = rente
ekonomi
Biomassa udang dogol pada kondisi pengeloaan bersifat open acces
sebesar 4.732 ton per tahun, jumlah produksi sebesar 589,368 ton pertahun dan
tingkat upaya sebesar 46.088 trip per tahun. Nilai rente ekonomi pada kondisi
open acces bernilai 0 (nol) karena pada kondisi open acces dicapai keseimbangan
pengelolaan saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran. Nilai rente
ekonomi yang didapatkan digunakan untuk peningkatan effort, sehingga biaya
yang dikeluarkan mengalami peningkatan sampai dengan nilai rente ekonomi
sama dengan nol.
Nilai produksi udang dogol tertinggi didapatkan pada kondisi MSY yakni
sebesar 11.569 ton per tahun. Hasil tangkapan maksimum lestari terdapat pada
kondisi pengelolaan MSY, karena pada kondisi ini hanya diperhitungkan
kelestarian sumberdaya ikan dari segi biologi. Apabila jumlah produksi udang
dogol telah melebihi kondisi MSY, maka keberlangsungan dan kelestarian
sumberdaya udang dogol di perairan akan terganggu.
Usaha penangkapan sumberdaya ikan yang paling efisien sebaiknya
dilakukan pada kondisi pengelolaan MEY, karena pada pengusahaan kondisi ini
telah memperhitungkan kelestarian sumberdaya ikan dari aspek biologi dan rente
ekonomi usaha penangkapan dari segi ekonomi. Berikut adalah kurva
keseimbangan bioekonomi Gordon-Schaefer dalam pengelolaan sumberdaya
udang dogol yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kurva Keseimbangan Bioekonomi Gordon-Schaefer dalam
Pengelolaan Sumberdaya Udang Dogol
Berdasarkan Gambar 8, kondisi open acces yang bersifat terbuka akan
mencapai keseimbangan saat tingkat upaya (EOA) sebesar 46.088 trip. Menurut
Fauzi A (2006), pada tingkat upaya EOA total penerimaan sama dengan biaya total
(TR = TC). Tingkat upaya tersebut merupakan tingkat upaya pada kondisi
keseimbangan yang oleh Gordon desebut sebagai “bioeconomic equilibrium of
open acsess fishery”. Ketika tingkat upaya lebih rendah dari dari EOA , total
penerimaan akan lebih tinggi dari biaya total, sehingga pelaku perikanan akan
tertarik masuk ke industri perikanan. Sebaliknya jika tingkat upaya lebih tinggi
dari EOA, maka total penerimaan akan lebih kecil dibandingkan dengan biaya total
sehingga dapat menyebabkan pelaku perikanan keluar dari industri perikanan.
0
10
20
30
40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TR, T
C (
Rp
)
x
10
,00
0,0
00
Effort (trip) x 10,000
TC
TR
MR=MC
π max
EMEY EMSY EOA
Berdasarkan Gambar 8, apabila effort lebih rendah dari 46.088 trip per
tahun yakni pada kondisi MEY dan MSY, maka pelaku penangkapan akan
meningkat. Hal ini terjadi karena nilai total penerimaan akan lebih besar dari
biaya total. Ketika peningkatan effort mendekati nilai 46.088 trip maka rente
ekonomi yang didapatkan akan semakin kecil. Rente ekonomi akan bernilai
negatife saat jumlah upaya yang dilakukan melebihi nilai 46.088 trip. Rente
ekonomi lestari yang maksimum akan diperoleh pada tingkat upaya dimana jarak
vertikal antara penerimaan dan biaya merupakan jarak terbesar yaitu pada garis
πmax. Peluang pengembangan usaha penangkapan udang dogol di Perairan
Cirebon masih mungkin dilakukan apabila disertai pembatasan upaya dan hasil
tangkapan ikan yang didaratkan.
Jumlah unit penangkapan yang optimum
Sumberdaya udang dogol di laut termasuk ke dalam sumberdaya
perikanan yang bersifat open access. Jika tidak ada peraturan yang mengikat,
sumberdaya udang ini akan rentan terhadap eksploitasi dan bisa menyebabkan
overfishing. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan jumlah unit penangkapan
alat tangkap dogol yang beroperasi di Perairan Cirebon sehingga pemanfaatan
sumberdaya udang dogol ini bisa lestari dan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dogol, setiap unit
penangkapan alat tangkap dogol di Perairan Cirebon dalam satu bulan bisa
melakukan 15-20 trip dalam sebulan, 240 trip upaya penangkapan dalam setahun.
Dalam satu kali tripnya nelayan dogol beroperasi selama 9-10 jam mulai dari
pukul 04.00-14.00. Menurut Zulbainarni (2012), data trip tercatat menunjukkan
jumlah operasi selama satu hari (24 jam) dilaut. Satu unit kapal dogol setara
diasumsikan dengan 100 hari melaut atau 100 trip upaya penangkapan. Asumsi
tersebut jika digunakan untuk membagi jumlah upaya penangkapan pada setiap
kondisi pengusahaan sumberdaya maka dapat menunjukkan perbandingan jumlah
unit penangkapan yang direkomendasikan untuk setiap kondisi pengusahaan
sumberdaya. Berikut adalah hasil perhitungannya yang disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Estimasi jumlah unit penangkapan pada berbagai kondisi pengusahaan
sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon
Kondisi pengusahaan
sumberdaya
Jumlah upaya
penangkapan (trip/tahun)
Estimasi jumlah unit
penangkapan
MEY 23.044 230
MSY 23.345 233
OA 46.088 461
Berdasarkan perhitungan estimasi jumlah unit penangkapan alat tangkap
dogol, jika kita menginginkan sumberdaya udang dogol tetap lestari, pada kondisi
pengusahaan sumberdaya MSY jumlah unit yang beroperasi sebaiknya dibatasi
sampai dengan 223 unit. Jika kita menginginkan keuntungan maksimum secara
ekonomi, pada kondisi pengusahaan sumberdaya MEY jumlah unit yang
beroperasi sebaiknya dibatasi sampai dengan 230 unit. Oleh karena itu supaya
pemanfaatn sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon tetap lestari dan
berkelanjutan, jumlah unit penangkapan alat tangkap dogol yang akan beroperasi
sebaiknya tidak melebihi atau dibatasi hanya pada jumlah tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut,
1. Pengelolaan sumberdaya udang dogol di Perairan Cirebon belum mencapai
tingkat optimum. Pengelolaan sumberdaya udang dogol yang optimum dapat
dicapai pada saat HMSY sebesar 11.569 ton per tahun dan EMSY sebesar 23.345
trip per tahun serta HMEY sebesar 11.567 ton per tahun dan EMEY sebesar
23.043 trip per tahun.
2. Nilai parameter biologi udang dogol di Perairan Cirebon yakni nilai r (laju
pertumbuhan intrinsik) sebesar 0,12 ton per tahun, K (daya dukung
lingkungan) sebesar 366.766 ton per tahun dan q (koefisien kemampuan alat
tangkap) sebesar 0.0000027 ton/trip.
3. Berdasarkan perhitungan analisis bioekonomi Gordon-Schaefer dan model fox
pada data pemanfaatan sumberdaya udang dogol tahun 2003-2012,
sumberdaya udang dogol pada tahun 2012 di Perairan Cirebon tidak
terindikasi mengalami overfishing. Oleh karena itu, untuk menciptakan
pemanfaatn sumberdaya udang dogol yang optimal dan berkelanjutan harus
dilakukan pembatasan terhadap jumlah armada yang beroperasi sebanyak 233
unit pada kondisi pengelolaan MSY dan 230 unit pada kondisi pengelolaan
MEY.
Saran
1. Kerjasama antara nelayan dan pemeritahan daerah setempat sangat diperlukan
untuk mewujudkan pemanfaatan yang berkelanjutan, begitupun dengan
pengawasan atas kebijakan yang telah diambil.
2. Pencatatan dan pelaporan data perikanan dari lapangan harus dilakukan
dengan baik dan benar, sehingga penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan data sekunder bisa menghasilkan data yang akurat dan solusi
yang tepat bagi Perikanan Idonesia.
DAFTAR PUSTAKA
_________. 2009. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Cirebon.
Cirebon (ID): Pemerintah Kab. Cirebon Dinas Kelautan dan Perikanan.
Clark, C.W. 1985. Mathematical Bioeconomics The Optimal Managrment of
Renewable Resources 2nd
Edition. New York (US): John Wiley & Sons,
Inc.
[KBBI]. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke II. Jakarta (ID):
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1012 hal.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. 259 hal
Keristina. 2011. Peranan dan Dampak Subsektor Perikanan Tangkap Terhadap
Ekonomi Wilayah Kab. Cirebon. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Manadiyanto H. 2000. Status Penangkapan Udang Paneid Pasca Pukat Harimau
di Perairan Laut Jawa. Jakarta (ID): Balai Penelitian Perikanan Laut. 26
hal.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 110 hal.
Nurhaeti A. 2002. Analisis Bio-Teknik Penangkapan Bawal Putih (Pampus
argentus) di Perairan Pangandaran Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati I. 2008. Analisi Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan pada Alat
Tangkap Dogol di Gebang Mekar, Kab. Cirebon, Jawa Barat. [Skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Simamora RR. 2002. Penerapan Metode Kuadrat Terkecil Parsial Knonik pada
Analisis Hubungan Anatar Peubah Ekonomi dengan Peubah Kesejahteraan
Rakyat. [Tesis] magister Sains. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. 37 hal.
Subani, W. dan H. R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jakarta (ID): Balai Penelitian Perikanan Laut. 245 hal.
Zulbainarni N. 2012. Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam
Pengelolaan Perikanan Tangkap. Bogor (ID). PT Penerbit IPB Press. 310
hal
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan CPUE dan MSY dengan model Schaefer
Tahun Produksi (ton) Effort (trip) E^2 CPUE (ton/trip) a b
2003 4340.5 35520 1,261,670,400 0.122198761 0.991156855 (0.000021228)
2004 4923 40293 1,623,525,849 0.122180031
2005 3903.2 41491 1,721,503,081 0.094073414
2006 13679.8 26410 697,488,100 0.517978039
2007 1235 5060 25,603,600 0.244071146
2008 10640.9 20434 417,548,356 0.520744837
2009 11888.5 6624 43,877,376 1.794761473
2010 9160.1 5103 26,040,609 1.795042132
2011 1178.9 3573 12,766,329 0.329946823
2012 1302.32 3416 11,669,056 0.381241218
EMSY = a : (2 x -b)
= 0.991156855 : (2 x –(-0.000021228))
= 0.991156855 : 0.000042457
= 23,345.039
HMSY = a2
: (4 x b)
= 0.9911568552
: (4 x –(-0.000021228))
= 0.982391912 : 0.000084914
= 11,569.30
Lampiran 2 Perhitungan nilai K, q dan r dengan model Fox
Tahun Produksi (ton) Effort ( trip) CPUE (ton/trip) a B m = -a/b
2003 4,340.50 35,520 0.122198761 0.991156855 -0.0000212 46,690.08
2004 4,923.00 40,293 0.122180031
2005 3,903.20 41,491 0.094073414
2006 13,679.80 26,410 0.517978039
2007 1,235.00 5,060 0.244071146
2008 10,640.90 20,434 0.520744837
2009 11,888.50 6,624 1.794761473
2010 9,160.10 5,103 1.795042132
2011 1,178.90 3,573 0.329946823
2012 1,302.32 3,416 0.381241218
Tahun n = (Ut + (Ut+1))/2 z = m – n z/Ut 1/b x = (z/Ut) + (1/b) z/(Ut+1)
2003 0.12218939627 46,689.956 382,082.072 (47,106.649) 334,975.423 382,140.644
2004 0.10812672239 46,689.970 382,140.759 335,034.111 496,314.189
2005 0.30602572607 46,689.772 496,312.085 449,205.436 90,138.517
2006 0.38102459243 46,689.697 90,138.372 43,031.723 191,295.439
2007 0.38240799164 46,689.696 191,295.433 144,188.784 89,659.450
2008 1.15775315523 46,688.920 89,657.961 42,551.312 26,013.997
2009 1.79490180275 46,688.283 26,013.642 (21,093.007) 26,009.575
2010 1.06249447774 46,689.016 26,009.983 (21,096.666) 141,504.668
2011 0.35559402060 46,689.722 141,506.810 94,400.161 122,467.667
2012
Tahun y = (z/(Ut+1)) + (1/b) x/y ABS(x/y) LN (x/y) q = (LN(x/y))/z ABS(q)
2003 335,033.995 0.999825174 0.999825174 -0.000174841 -0.000000004 0.0000000037
2004 449,207.540 0.745833675 0.745833675 -0.293252659 -0.000006281 0.0000062808
2005 43,031.868 10.438901703 10.438901703 2.345539376 0.000050237 0.0000502367
2006 144,188.790 0.298440141 0.298440141 -1.209185898 -0.000025898 0.0000258983
2007 42,552.801 3.388467525 3.388467525 1.220377762 0.000026138 0.0000261381
2008 -21,092.652 -2.017352439 2.017352439 0.701785978 0.000015031 0.0000150311
2009 -21,097.074 0.999807211 0.999807211 -0.000192808 -0.000000004 0.0000000041
2010 94,398.019 -0.223486320 0.223486320 -1.498405073 -0.000032093 0.0000320933
2011 75,361.018 1.252639145 1.252639145 0.225252642 0.000004824 0.0000048245
2012
q 0.0000027024
q = 0.0000027024
K = a : q
= 0.991156855 : 0.0000027024
= 366,766.470
r = (q2 x K) : -b
= (0.00000270242 x 366,766.470) : –(-0.000021228)
= (0.00000000000730 x 366,766.470) : 0.000021228
= 0.000002679 : 0.000021228
= 0.126176177
Lampiran 3 Price Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon
Tabel Produksi dan Nilai Produksi Udang Dogol di PPI Gebang Mekar periode 2003-2012
Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp) Harga per ton (Rp)
2003 344.80 13,792,000,000 40,000,000.000
2005 177.00 2,124,000,000 12,000,000.000
2007 651.30 9,132,100,000 14,021,341.932
2008 3422.30 178,515,000,000 52,162,288.519
2009 4867.00 24,199,000,000 4,972,056.708
2010 375.00 13,633,500,000 36,356,000.000
2011 309.10 12,392,000,000 40,090,585.571
2012 220.48 8,819,200,000 40,000,000.000
Rataan 1295.87 32,825,850,000 29,950,284.091
Lampiran 4 Cost Pemanfaatan Sumberdaya Udang
Tabel Data Kuesioner Biaya Operasional per Trip Penelitian Bioekonomi Sumberdaya Udang Dogol di Perairan Cirebon, Jawa Barat
Nelayan Biaya Operasional per Trip
Total BBM Air Tawar Es Konsumsi
1 390,000 8,000 13,000 100,000 511,000
2 260,000 8,000 9,000 200,000 477,000
3 260,000 4,000 13,000 100,000 377,000
4 292,500 8,000 6,000 75,000 381,500
5 232,000 8,000 12,000 50,000 302,000
6 290,000 4,000 6,000 50,000 350,000
7 290,000 6,000 6,000 100,000 402,000
8 261,000 6,000 3,000 50,000 320,000
9 290,000 8,000 12,000 75,000 385,000
10 260,000 8,000 6,500 50,000 324,500
Rataan 282,550 6,800 8,650 85,000 383,000
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Majalengka pada tanggal 25 Oktober 1989 sebagai anak ke
lima dari lima bersaudara pasangan Bapak Jali dan Ibu Atimah. Penulis
menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN Maja Selatan VI pada tahun 2002,
sekolah menengah pertama di SMPN I Maja pada tahun 2005 dan sekolah
menengah atas di SMAN I Maja pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di beberapa kegiatan kampus
seperti Organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (Himafarin) pada periode 2010-2011, UKM Agria suara pada tahun
2008, UKM Gentra Kaheman pada tahun 2010-2011 serta menjadi Duta
Pariwisata Jawa Barat pada tahun 2012 dan Duta Batik Nasional pada tahun 2013.
Selain itu, penulis juga mendapatkan beasiswa Pemda Jawa Barat pada periode
2008-2009 dan beasiswa Armada pada tahun 2012.