bioetika tahap 5 paling terbaru
TRANSCRIPT
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 1/35
1
I. Teori Sejarah Bioetika
Bioetika merupakan kata dan konsep. Kata ini muncul dari tahun 1970 saat
pertama kali digunakan oleh Van R. Potter dalam bukunya Bioethics: A Bridge to
the Future, namun sebagai konsep bioetika sudah ada sejak ribuan tahun yang
lalu sebagai warisan kemanusiaan. Warisan ini dapat dilihat di semua kebudayaan
dan agama, dan dalam tulisan-tulisan kuno dari seantero dunia. Kita menurut
kenyataannya tidak dapat menelusuri asal-usul bioetika ke awalnya, karena
hubungan antara manusia dalam masyarakatnya, dalam komunitas biologi, dan
dengan alam dan Tuhan, dibentuk pada tahap lebih awal dari yang sejarah dapat
memberitahukan kepada kita.1,2
Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika1,2
:
1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang
memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggung jawab dengan
organisme hidup dalam kehidupan mereka.
2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain
apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling
penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga
dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain
mempunyai kewajiban terhadap hak ini.
3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas
antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas.
Mengembangkan dan menjelaskan bioetika preskriptif memperkenankan kita
membuat pilihan yang lebih baik, dan pilihan yang dengannya kita tentram,
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 2/35
2
memperbaiki kehidupan kita dan masyarakat. Pilihan yang perlu dibuat dalam
abad bioteknologi dan genetika modern ada banyak, berkisar dari sebelum
pembuahan sampai setelah kematian ± keseluruhan kehidupan. Saat pilihan untuk
reproduksi, kontrasepsi, dan perkawinan bukan hal baru.1,2
Untuk menjelaskan bioetika preskriptif, kita perlu menguraikan bioetika yang
telah dianut orang, dan bioetika yang mereka miliki sekarang ini, misalnya
mewujudkan Bioetika untuk Kita oleh Kita.
Kita dapat menemukan berbagai definisi bioetika. Pertimbangan paling
sederhana mengenai masalah-masalah dimunculkan melalui pertanyaan mengenai
kehidupan (³bio´). Kita dapat memasukkan semua masalah etika lingkungan
hidup dan etika kedokteran, dan juga pertanyaan yang kita temui setiap hari,
seperti ³Makan apa hari ini?´, ³Bagaimana pangan itu diperoleh?´, ³Di mana
seharusnya saya bertempat tinggal dan seberapa gangguan terhadap alam
seyogianya saya perbuat?´, ³Bagaimana kaitan saya dengan makhluk hidup lain
termasuk manusia?´, ³Bagaimana menjaga keseimbangan mutu kehidupan saya
dengan pengembangan cinta kehidupan saya, kehidupan orang lain dan
masyarakat?´, dan banyak lagi yang dapat Anda pikirkan. Sejarah penalaran
bioetika dipengaruhi oleh gen kita, dan lingkungan hidup dan pengaruh sosial
yang membentuk dan terus membentuk gen menjadi manusia, masyarakat dan
kebudayaan yang kita miliki. Kita sekarang ini mempunyai daya untuk mengubah
tidak hanya gen kita sendiri, tetapi gen setiap organisme, dan daya untuk
memodelkan kembali seluruh ekosistem bumi, yang membuat banyak fokus bagi
penerapan bioteknologi; tetapi, pertanyaan kuncinya lebih mendasar. Kita telah
menghancurkan ekosistem dengan sebagian teknologi. Walaupun demikian
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 3/35
3
teknologi baru telah menjadi katalisator untuk pemikiran kita mengenai bioetika,
yang menjadi perangsang untuk penelitian mengenai bioetika dalam beberapa
dekade terakhir ini. Di masa lalu banyak pertanyaan ini dinyatakan secara
sederhananya sebagai etika, tetapi dalam debat umum sekarang ini istilah bioetika
itu luas.3,4
Menurut Komisi Bioetika Nasional, tiga etika dalam bioetika adalah
sebagai berikut5
:
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu
kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa
yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik
Rumah Sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma
dan Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan
Bertens sebagai berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-
problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran baik pada skala mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang
dampaknya atas masyarakat luas serta sistim nilainya kini dan masa
mendatang.
II. Bioetika Dalam Kebidanan
Bioetika dalam kebidanan selaras dengan bioetika pada kedokteran pada
umumnya. Etika kedokteran atau yang sekarang lebih banyak dikenal dengan
istilah Bioetika sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Setiap waktu diulas,
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 4/35
4
dibahas dan dikembangkan sampai kepada pengertian yang kita anut sekarang ini.
Semuanya ini dilakukan agar profesi kedokteran selalu siap untuk menjawab
tantangan jaman. Mengapa kita sekarang harus membahasnya lagi? Karena
perkembangan ini akan terus berlanjut, sesuai dengan berkembangnya
bioteknologi, khususnya teknologi biomedis, dan perkembangan masyarakat.
Karena itu kita harus selalu memberi makna dan pengertian yang ³up-to-date´
mengenai Bioetika ini. Untuk itu kita perlu mengkaji ulang paradigma-paradigma
yang berkaitan dengan Bioetika dan mempelajari isu-isu yang berkembang, baik
di masyarakat umum, maupun di kalangan kedokteran sendiri6,7
.
Empat area umum yang dapat diidentifikasi yaitu8,9
:
1. Bioetik teoritis, yang berhubungan dengan landasan intelektual dalam
bidang kedokteran
2. Etika klinis yang merujuk pada sikap moral dalam berhadapan dengan
pasien sehari-hari.
3. Bioetik regulasi dan kebijakan yang mencari solusi kebijakan dan hukum
untuk masalah-masalah moral berkaitan dengan kehidupan dan kematian.
Contoh isu yang berkaitan misalnya pemakaian jaringan janin dalam
penelitian, aborsi, kloning, dan sebagainya.
4. Bioetika kultural yang menghubungkan bioetika dengan konteks sejarah,
ideologi, budaya dan konteks sosial.
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 5/35
5
A. Beberapa Paradigma yang Berkaitan dengan Bioetika
1. Definisi profesi6,7
Kebidanan merupakan bagian dari bidang kedokteran yang merupakan
pekerjaan profesional. Perkumpulannya merupakan organisasi profesi dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
a) Ilmu dan teknologi yang cukup
b) Keterampilan yang memadai
c) Etika yang baik
d) Kemampuan manajerial
2. Definisi Ilmu Kedokteran
M edicine is the art and science of the diagnostic and treatment of disease
and the maintenance of health. Science mencakup iptek dan keterampilan,
sedangkan art adalah seni bagaimana science itu disampaikan kepada pasien
dalam bentuk pelayanan yang benar, sehingga dapat diterima dengan
memuaskan.1,2
Pelayanan semacam ini hanya dapat terjadi bila dilakukan oleh dokter
yang beretika. Pengertian di atas mungkin dapat diungkapkan dalam bentuk lain,
yaitu bahwa iptek dan keterampilan hanya menunjukkan kemampuan IQ. Agar IQ
ini dapat memberikan hasil yang memuaskan harus disertai dengan kemampuan
lain, yaitu EQ atau SQ.
6,7
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 6/35
6
3.Definisi keilmuan6,7
Tiap ilmu mempunyai 3 ranah (domain).
a. Kognitif
b. Psikomotor
c. Afektif
Kognitif dan psikomotor tidak lain adalah iptek dan keterampilan (IQ),
sedangkan afektif adalah sikap bagaimana kemampuan IQ itu disampaikan secara
baik. Sikap yang baik itu identik dengan etika (EQ dan SQ). Praktek kebidanan
yang dilaksanakan berdasarkan asas-asas tersebut akan berlangsung dengan baik
dan mampu mengakomodasi kepentingan pasien dan niat baik dokter.6,7
4. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
KODEKI adalah acuan moral bagi para dokter Indonesia, agar dalam
melaksanakan tugasnya benar-benar bersikap profesional. Keempat paradigma itu
masih tetap berlaku dan wajib dianut oleh setiap dokter. Terutama paradigma
pertama yang selalu harus diingat oleh seorang dokter bahwa sebagai seorang
profesional dia wajib menghayati dan melaksanakan Bioetika, serta mengikuti
perkembangannya. Yang berubah dan akan selalu berubah adalah pengertian Etika
atau Bioetika itu, baik filosofi maupun aplikasinya.10
B. I
su-isu Bioetika yang Berkembang
Alasan lain yang menyebabkan kita harus selalu mengkaji ulang masalah
Bioetika ini adalah adanya isu-isu yang berkembang, baik di kalangan
masyarakat, maupun di kalangan para dokter sendiri. Pandangan masyarakat
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 7/35
7
terhadap profesi dokter saat ini bersifat ambivalen. Di satu pihak mereka memuji
dan memuja kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah mampu
menyelamatkan berjuta-juta jiwa manusia, atau paling sedikit mengurangi
penderitaannya, tetapi di lain pihak mereka membenci, mencerca, menghujat,
bahkan menuntut para dokter atas ketidaksanggupan, kegagalan, ketidakjujuran,
kurangnya rasa empati serta sifatnya yang arogan dan materialistik.6,7
Dengan perkataan mereka menganggap para dokter sudah tidak etis lagi.
Adanya ketidakpuasan ini, baik yang terbuka dalam bentuk aduan dan protes,
maupun yang dipendam, terjadi akibat adanya konflik antara bentuk pelayanan
kesehatan yang ditawarkan dengan persepsi pasien atau dan keluarga, tentang cara
konseling, prosedur diagnostik/terapi, maupun pengaruh pelayanan kesehatan tadi
terhadap Quality of Life (QOL)-nya, baik yang berupa fisik
(anatomis/fungsional), mental serta sosio-ekonomis. Isu-isu yang berkembang di
kalangan para dokter, terjadi sebagai reaksi terhadap isu-isu yang berkembang di
masyarakat dan terhadap perubahan/pergeseran paradigma yang berkembang
secara global, terutama yang berasal dari negara Barat, yang ada kaitannya dengan
perkembangan Hak Asasi Manusia.6,7
Reaksi terhadap isu-isu tersebut, bisa dalam bentuk perorangan,
organisatoris maupun institusional. Banyak dokter yang merasa bahwa protes
masyarakat itu ada benarnya. Karena itu secara diam-diam, mereka, sendiri-
sendiri maupun dalam kelompok kecil, berusaha memperbaiki diri. Walaupun
upaya semacam ini tidak akan mempunyai dampak yang nyata, tetapi sebaiknya
tetap diteruskan. Secara organisatoris institusional, tampak adanya upaya IDI,
melalui MKEK-nya, untuk menertibkan anggotanya yang dianggap melanggar
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 8/35
8
etik, walaupun jumlahnya secara proporsional masih sedikit. Menteri Pendidikan
Nasional, telah berusaha melalui KIPDI II untuk menyempurnakan pendidikan
Bioetika, dengan menambah/melengkapi mata ajar Bioetika dan Humaniora,
walaupun harus diakui bahwa pelaksanaanya masih jauh dari memuaskan. Dengan
diprakasai oleh para sejawat dari Gadjah Mada, telah diadakan Pertemuan
Nasional I Bioetika dan Humaniora, Yogya pada bulan Agustus 2000. Kemudian
dilanjutkan dengan Pertemuan Nasional Oktober 2002, di Bandung. Pertemuan
Nasional berikutnya diadakan pada tahun 2004, di Jakarta. Upaya untuk
mengadakan Semiloka Kesehatan dan Hak Asasi Manusia pun, kiranya tidak lepas
dari keinginan para dokter untuk meningkatkan citra profesinya, terutama dalam
segi Bioetikanya, sebagai jawaban terhadap isu-isu yang berkembang.6,7
C. Perkembangan Bioetika
Apakah kita bisa bicara tentang perkembangan Bioetika di negara kita ini?
Kalau mau jujur, harus diakui bahwa perkembangan dalam pengertian normatif
filosofis secara berkesinambungan dan menyeluruh, memang tidak pernah ada.
Pedoman yang selama ini kita anut seperti KODEKI dan Sumpah Dokter, hampir
seluruhnya berdasarkan falsafah, norma dan metodologi Barat. Demikian juga
yang berkaitan dengan UU Kesehatan. Memang betul bahwa dalam beberapa hal
telah dilakukan penyesuaian dengan keadaan negara dan masyarakat kita, tetapi
sifatnya masih adaptatif pragmatis.
6,7
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipertanyakan adalah:
siapa sebenarnya yang berwenang untuk memantau, mengkaji, sekaligus memberi
asupan dan arahan tentang Bioetika ini? Lembaga pemerintah seperti Departemen
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 9/35
9
Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Dewan Perwakilan Rakyat, atau
organisasi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sebagainya.6,7
Karena perkembangan Bioetika itu tidak bisa lepas dari perkembangan
natural dan social sciences, maka Perguruan Tinggi, diharapkan untuk ikut
berpartisipasi aktif.6,7
Salah satu keputusan penting yang diambil pada Pertemuan Nasional
Bioetika dan Humaniora yang lalu, adalah kesepakatan untuk membentuk
Organisasi Seminat dalam bidang Bioetika dan Humaniora, dengan kantor
Sekkretaris Jenderal-nya berlokasi di Yogyakarta. Barangkali pada organisasi
inilah kita dapat berharap untuk bisa mengembangkan masalah Bioetika di negara
kita ini. Sebagai contoh, di Amerika Selatan, PAN AMERICAN HEALTH
ORGANIZATION, bekerja sama dengan World Health Organization (WHO),
telah menerbitkan buku dengan judul ³BIOETHICS, Issues and Perspective´.
POGI (Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) saat ini sudah menyusun
Buku Pedoman Etika bagi para anggotanya, yang dibahas dan disyahkan di
Kongres yang diadakan pada bulan Juli 2003, di Yogyakarta.6,7
Ada kesan seakan-akan para dokter Indonesia ini kurang mengetahui dan
menghayati masalah Bioetika. Kesan ini mungkin sekali benar, karena
pembekalannya selama pendidikan sangat tidak memadai. Yang lebih merisaukan
adalah adanya kesan seolah-olah para dokter Indonesia tidak ada minat untuk
mengetahui dan menghayati lebih jauh tentang Bioetika ini. Mudah-mudahan saja
kesan ini salah.6,7
Sudah saatnya kita mempunyai pedoman sendiri mengenai Bioetika yang
³up-to-date´, karena para dokter sangat membutuhkannya dan masyarakat sangat
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 10/35
10
menuntutnya. Yang diperhatikan adalah dalam menggunakan paradigma yang
berasal dari Barat, kita pandai memilah-milah, karena banyak yang tidak sesuai
dengan situasi dan kondisi negara kita. Misalnya paradigma tentang dokter tidak
boleh bersikap paternalistik dan vision making harus dibuat oleh atau bersama
pasien, belum tentu seluruhnya cocok di kita. Masih banyak masyarakat kita yang
berpendidikan rendah yang tidak bisa menyerap informasi atau konseling yang
kita berikan. Jangankan bisa berdiskusi tentang keadaan penyakitnya, ditanya
tentang umurnya pun, sering menyerahkan kepada dokternya. Dalam keadaan ini,
dokter masih boleh bersikap seperti ayah yang menginginkan kebaikan bagi
anaknya, tanpa disertai sikap arogan atau feodalistis.6,7
Menurut Daniel Callahan dalam Encyclopedia of Bioethics, istilah
Bioetika yang baru dikenal pada tahun 1950/1960, mempunyai dua perspektif. Di
satu sisi, Bioetika merupakan kajian yang sangat modern, sebagai hasil yang
sangat mencolok dalam bidang biomedis, lingkungan dan ilmu-ilmu sosial.
Kemajuan ini telah membawa pengertian yang lebih mendalam tentang keilmuan
dan perkembangan teknologi, yang seakan-akan dapat merubah secara total apa
yang kita dapat perbuat untuk alam dan manusia yang sangat rentan ini, dan
bagaimana caranya mengamankan, meningkatkan serta memperpanjang umur
manusia. Di sisi lain, hal ini menimbulkan lagi pertanyaan lama mengenai arti
kematian, kehidupan, sakit dan penderitaan, hak dan kemampuan untuk
mengontrol kehidupan dan kewajiban kita terhadap orang lain dan alam dalam
menghadapi ancaman kesehatan serta kesejahteraan kita.11
Bioetika merupakan transformasi yang radikal dari pengertian Etika Medik
yang lebih tradisional, yang berlaku sejak jaman filosof Plato. Paradigma moral
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 11/35
11
yang bersifat itonis ini kemudian berubah, terutama setelah Locke pada 1924,
mencanangkan gagasan Hak Asasi Manusia (HAM). Paradigma baru ini
menyentuh semua bidang kehidupan manusia, mulai dari agama, politik, ekonomi,
pendidikan dll. Tetapi yang mengherankan adalah bahwa HAM dalam bidang
kesehatan, sangat terlambat datangnya. Baru pada tahun 1970, para pasien
menyadari bahwa mereka mempunyai hak otonomi, bebas dan bertanggungjawab.
Mereka tidak lagi menghendaki hubungan seperti ayah dan anak dengan
dokternya, tetapi setara, dengan pengertian saling membutuhkan dan saling
menghormati.12
Menurut Gracia, sebetulnya pada masa Hippocrates itu tidak ada yang
disebut ³medical ethics´ dalam arti yang sesungguhnya. Yang ada ialah ³ethics of
medicine´, karena kegiatannya hanya terbatas pada ³asciscism´ dan ³etiquette´.
Tetapi Etika Medik dalam pengertian sekarang, yaitu otonom, pluralistik dan
sekuler, walaupun sangat dianjurkan dan dapat diterima secara moral, dalam
aplikasinya dapat menimbulkan konfik. Contohnya: seorang wanita yang hamil di
luar nikah, datang ingin menggugurkan kandungan karena hal itu merupakan aib
bagi keluarganya, tetapi sebagai dokter kebidanan yang memegang teguh kode
etik kedokteran, tentunya tidak akan bersedia memberikan bantuan untuk
melakukan permintaan pasien tersebut. Di sini kita melihat bahwa potensi konflik
dapat meningkat, karena fihak lain seperti keluarga, perawat, tenaga adminstrasi
dan asuransi ikut mempengaruhi konflik etika medis ini. Untuk mudahnya, pihak-
pihak yang terlibat dalam hubungan dokter pasien dapat dibagi tiga, yaitu dokter,
pasien dan masyarakat. Dokter bekerja berdasarkan prinsip ³beneficience´, pasien
berdasarkan ³autonomy´ dan masyarakat berdasarkan³justice´.13
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 12/35
12
Contoh di atas menunjukkan bahwa walaupun ketiga komponen itu sangat
esensial adanya, tetapi tidak menjamin bahwa akan selalu bersifat komplimenter.
Justru sebaliknya, sering menyebabkan konflik. Walaupun demikian, etika medik
dalam pengertian filosofis, harus tetap dipegang oleh para dokter, yaitu
menghormati ³autonomy´, ³beneficience´ dan ³justice´.13
Karena itu, untuk mengurangi terjadinya konflik, dalam mendekati
masalah medical bioethics, hendaknya kita tidak berpegang pada nalar (logika)
saja, tetapi harus juga memperhatikan sejarah perkembangan Bioetika.13
Pellegrino lebih menyukai istilah ³integrity´ daripada ³autonomy´.
Menurut pendapatnya: Autonomy is a capacity of a whole person, but not the
whole of a person¶s capacities. Di samping itu: Autonomy belongs to the order of
³having´ (what we posses), while Integrity belongs to the order ³being´ (what
we are). Autonomy berkaitan kemampuan logika. Kita tidak bisa bertindak
otonom bila kita tidak berpikir logis. Sedangkan integrity adalah atribut yang
dipunyai oleh semua orang, kompeten atau tidak, dewasa atau tidak, sadar atau
tidak sadar. Integritas tidak mempunyai tingkatan dan tidak bisa hilang. Tidak bisa
dipindahkan kepada orang lain. Pelanggaran terhadap integritas seseorang berarti
pelanggaran terhadap manusia itu seutuhnya. Otonomi dalam pengertian ekstrim,
berarti ingin menang sendiri, sedangkan integritas menunjukkan sifat saling
menghormati. Bagaimanapun mendasarnya tuntutan pasien agar haknya
dihormati, tetapi sifatnya tidak mutlak, karena otonomi/integritas mempunyai
beberapa keterbatasan, antara lain hak otonomi dokter sebagai pribadi. Pasien
tidak boleh melanggar integritas dokter secara pribadi. Bila dokter itu, secara
moral tidak setuju terhadap abortus, dia tidak bisa dipaksa untuk mengikuti hak
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 13/35
13
otonomi pasien dengan mengabaikan integritas dirinya. Keadaan ini akan lebih
buruk bila, misalnya, abortus sudah dilegalisir oleh negara. Dokter dan pasien
harus saling menghormati integritas masing-masing. Karena itu harus diusahakan
adanya pemutusan hubungan secara terhormat, agar tidak terjadi konflik.14
Keterbatasan lainnya terjadi bila pasien atas dasar hak otonomi-nya
melakukan sesuatu yang membahayakan orang lain. Misalnya pasien dengan HIV
seropositif, menolak untuk menginformasikan masalah ini kepada istri atau
pasangan seksualnya. Dalam hal ini dokternya tidak boleh mengundurkan diri,
tetapi berkewajiban untuk bersikap adil dan jujur kepada pihak yang terancam,
setelah menyarankan kepada pasien untuk melakukannya sendiri. Pellegrino
mengingatkan bahwa kalau digunakan secara ekstrim, otonomi yang secara moral
dapat dipertanggungjawabkan, dapat merusak eksistensi masyarakat manusia.
Manusia itu hewan sosial, karena itu manusia harus menghormati hak masyarakat
di mana dia tinggal, karena dia telah mendapat berbagai keuntungan selama dia
tinggal di tempat tersebut.14
Hans-Martin Sass, dalam menggambarkan perkembangan Bioetik, dimulai
dengan mengatakan bahwa filosofi dan kedokteran mempunyai kesamaan dalam
bidang kajiannya. Kedua-duanya mengkaji masalah kelahiran, kehidupan,
kebahagiaan, penderitaan, sakit dan kematian. Dua setengah abad yang lalu, baik
di Barat (Pythagorean), maupun di Timur (Taoist), menganggap bahwa filosofi
kedokteran terletak pada adanya harmoni dan keseimbangan. Penyakit terjadi
karena adanya gangguan keseimbangan. Tugas seorang dokter adalah untuk
mengembalikan harmoni dan keseimbangan tersebut, memerangi disharmoni dan
ketidakseimbangan, dan menerima serta menyadari keterbatasan kemampuan
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 14/35
14
(ekspertis) kedokteran sebagai keterbatasan alam dalam memanipulasi manusia.
Praktek kedokteran, dari dahulu sampai sekarang dipandu berdasarkan prinsip-
prinsip etika. Dua di antaranya adalah nil nocere (do no harm) dan bonum facere
(do good for the patient).15
Secara tradisi, ekspertis dan etika selalu merupakan satu kesatuan, sebab
etik tanpa ekspertis tidak akan efektif, sedangkan ekspertis tanpa etika, tidak akan
membawa kebaikan bagi pasien. Adanya kemajuan yang sangat pesat bidang
bioteknologi, seperti bayi tabung, donor sperma, dan lain sebagainya telah
meningkatkan tanggung jawab moral, sedangkan perubahan sistem pelayanan
kesehatan dan asuransi telah merubah pola hubungan dokter pasien.
Dalam konteks ini muncullah istilah-istilah baru seperti ³ patient
autonomy´ dan ³informed consent´ dan ³ Bioethics´. Menurut pendapatnya
pengertian Bioethics adalah sebagai berikut: Bioethics encompasses a field that is
wider than just the relationship between the individual physician and the patient,
one that includes a professional responsibility toward all forms of life as well as
the specific ethos that must prevail in modern forms of institutionalized and
organized medicine.15
Isu-isu filosofis tentang Bioetika mencakup masalah6,7
:
a. Konsep sehat dan sakit.
b.
Prinsip-prinsip Bioetika.
c. Hubungan dokter-pasien
d. Lifestyle ³medicalization´
e. Nilai relatif
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 15/35
15
Dalam membahas prinsip Bioetika, Sass, sedikit berbeda dengan yang lain.
Menurut pendapatnya ada enam prinsip yang harus diikuti, yaitu15
:
a. Otonomi pasien
b. Kebijakan pelayanan kesehatan harus di-desentralisasi
c. Kedaruratan individu harus diutamakan terhadap keadilan masyarakat
d. Solidaritas (semua orang mempunyai hak yang sama)
e. Kasus-kasus khusus, harus ditangani secara khusus pula (mikrobioetik).
f. Hati-hati dalam menerapkan berbagai prinsip Bioetika pada satu kasus,
karena dapat menimbulkan konflik, misalnya hak otonomi pasien dan niat
baik dokter ( beneficience).
Sebagai kesimpulan, Sass, antara lain mengatakan, bahwa perkembangan
Bioetik di masa yang akan datang, akan tergantung pada kemajuan upaya
membangun dan memperkuat hubungan dokter-pasien, yang merupakan ciri etika
dari orang-orang terpelajar dan bertanggung jawab. Disamping itu tergantung pula
kepada sejauh mana filosofi dan pengetahuan etika dapat diaplikasikan ke dalam
praktek sehari-hari. Kalau kita kaji ulang uraian di atas, nampaknya para pakar
pada permulaannya ingin membahas perkembangan Bioetika, dilihat dari segi
filosofinya.15
Tetapi kemudian ternyata bahwa mereka tidak bisa melepaskan dari segi
aplikasinya. Hal ini dapat dimengerti, karena untuk bisa ³membumikan´ falsafah
Bioetika, kita harus membuat kriteria-kriteria yang bernilai aplikatif serta contoh-
contoh kesehari-hariannya. Karena itu tidak mengherankan bila muncul berbagai
ragam definisi tentang Bioetika ini. Di bawah ini ada dua contoh definisi yang
diajukan oleh Abel dan McCullough.16
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 16/35
16
Definisi menurut Abel:
Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, baik dalam skala mikro
maupun makro, serta dampaknya atas masyarakat dan sistem nilai, kini dan di
masa yang akan datang.
Definisi menurut McCullough :
Bioetika adalah disiplin yang berkaitan dengan moralitas pelayanan
kesehatan, yang menyangkut dokter, pasien, institusi pemberi pelayanan
kesehatan dan kebi jakan pelayanan kesehatan.
Kedua definisi tersebut lebih bersifat normatif filosofis, hanya Abel lebih
menekankan pada penyebab terjadinya, ruang lingkup dan dimensi waktu.
Sedangkan McCullough, bicara tentang pihak-pihak yang terkait dan kebijakan.
III. Aplikasi Bioetika dalam Praktek Kebidanan
Kalau kita bicara tentang aplikasi, berarti bicara tentang kesehari-harian
dari Bioetika, berarti pula harus bicara tentang peraturan atau pedoman yang harus
disepakati, dihormati dan ditaati oleh semua pihak yang terkait, seperti dokter,
pasien, keluarga, rumah sakit dengan stafnya serta para pengambil kebijakan. Di
samping itu kita harus bicara tentang Bioetika dilihat dari skala-nya, mikro atau
makro. Barangkali kita berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mikrobioetika
itu tidak lain adalah etika dalam hubungan dokter-pasien, yang dahulu lebih
dikenal dengan Etika Klinis. Sedangkan makro Bioetika, yang muncul akibat
perkembangan bioteknologi, walaupun ada hubunggannya dengan Etika Klinis,
tetapi kebijakannya diambil oleh pemerintah, karena menyangkut kepentingan
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 17/35
17
masyarakat banyak. McCullough, di samping membicarakan syarat, peraturan dan
pedoman Etika Klinis, membahas pula tentang Ethical Conflict dan Ethical Crisis,
serta upaya penanggulangannya.16
Sebagai seorang Sp.OG (dokter spesialis obstetric ginekologi),
McCoulIough lebih banyak memberi contoh dalam kasus kesehatan produksi,
tetapi nilai normatifnya tidak banyak berbeda. Apapun bentuk aplikasi yang
ditawarkan, tetapi tetap harus ada kesamaan secara moral, yaitu bahwa setiap
pedoman Etika Klinis, harus mengandung unsur ³hak otonomi pasien´, ³sikap
beneficience´ dari dokter dan ³justice bagi masyarakat.6,7
Penjabaran dari ketiga unsur moral tadi bisa berbeda-beda. Jonsen dkk
mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, Etika Klinis harus terkait dengan
empat topik, yaitu17
:
1. Indikasi medis.
Kemampuan seorang dokter untuk melakukan penilaian klinis yang
mencakup diagnosis dan intervensi, sebagai hasil pendidikan dan pengalaman dari
sikap profesionalnya.
2. Preferensi atau pilihan pasien
Merupakan sikap pasien terhadap anjuran dokter. Bisa berupa persetujuan
atau penolakan.
3. Mutu hidup (Quality of Life = QOL)
Perlu ditentukan apakah QOL pasien setelah sakit dan mendapat
pengobatan akan menurun, menetap atau bertambah baik.
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 18/35
18
4. Faktor-faktor kontekstual
Faktor-faktor eksternal yang ada kaitannya dengan pengobatan dan
perawatan pasien, seperti keluarga, sosial budaya, hukum dan lain-lain.
Menurut Jonsen, konflik etika dalam kasus klinik akan terjadi, bila ada
masalah dalam salah satu atau lebih dari ke-empat topik tersebut. Kalau kita kaji
ulang uraian di atas, butir 1, menggambarkan kualifikasi yang harus dipunyai oleh
seorang dokter dalam melakukan tugasnya, termasuk tugas untuk bersikap
beneficience. Ini berarti bahwa segala clinical decision making -nya harus
Evidence Based.17
Butir 2, 3 dan 4, menggambarkan pengakuan dan penghormatan terhadap
hak otonomi pasien untuk mengambil keputusan klinik sendiri, hak untuk
mendapat informasi/konseling dan pelayanan yang sebaik-baiknya, serta terhadap
adanya pengaruh lingkungan yang bisa menentukan keberhasilan suatu pelayanan
kesehatan.17
McCullough mengatakan bahwa dokter dalam melaksanankan tugasnya,
harus dilandasi dengan ³Empat Kebaikan Dasar´ atau µThe Four Basic Virtues´,
yang terdiri dari: 1) Self Effacement , 2) Self Sacrifice, 3) Compassion dan 4)
Integrity. Sedangkan untuk pengertian Etika Klinis dia menggunakan istilah
³ Bioethics in Clinical Setting . Dalam membahas arti otonomi pasien, ada kesan
bahwa McCullough lebih banyak berpihak kepada pasien. Contohnya dalam kasus
abortus; berdasarkan haknya dalam masalah kesehatan reproduksi, tiap wanita
berhak untuk menentukan kapan dia mau hamil, berapa jumlah anak dan berapa
lama spacing-nya. Bila seorang ibu hamil, sedangkan kehamilan itu tidak
dikehendakinya, dia berhak untuk minta digugurkan, bahkan tanpa memandang
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 19/35
19
umur kehamilan. Dokternya boleh saja tidak setuju dengan keinginan pasien, atas
dasar private conscience-nya, dan menolak melakukan pengguguran, tetapi dia
tidak boleh melupakan professional ethics-nya. Dalam hal ini, untuk menjaga
terjadinya ethical conflict , si dokter harus merujuknya ke sejawat atau instansi
yang mau atau mampu melakukan pengguguran secara aman (safe abortion).
Bahkan McCullough mengatakan bahwa: Private conscience based ethical
judgements has no place in the informed consent process.16
Kalau melihat contoh di atas, sepertinya ada pengertian untuk
memaksakan kehendak sendiri, tanpa memperhatikan atau menghormati
autonomy/integrity pihak lain, dalam hal ini, dokternya. Hal ini berlainan dengan
pendapat pakar Bioetika lainnya, yang berpendapat bahwa dalam membicarakan
otonomi pasien, harus mengandung pengertian ³saling menghormati´.6,7
FIGO, sebagai induk organisasi dari para Sp.OG sedunia, telah membuat
rekomendasi yang berkaitan dengan Ethical Issues in Ob stetrics and Gynecology,
untuk menjadi pedoman bagi para anggotanya, tetapi tidak mengikat. Pada
dasarnya tidak terlalu berbeda dengan yang diajukan oleh McCullough.18
Aplikasi Bioetika dalam kegiatan kebidanan, sebenarnya tidak hanya
dalam bentuk etika klinis saja, tetapi juga dalam bentuk lain, seperti Etika
Penelitian, Etika Rumah Sakit dan Bioetika dalam pendidikan kebidanan.
A. Etika Hubungan Dokter Pasien dalam Praktek Kebidanan
Praktek kedokteran mengombinasikan sains dan seni. Sains dan teknologi
adalah bukti dasar atas berbagai masalah klinis dalam masyarakat. Seni
kedokteran adalah penerapan gabungan antara ilmu kedokteran, intuisi, dan
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 20/35
20
keputusan medis untuk menentukan diagnosis yang tepat dan perencanaan
perawatan untuk masing-masing pasien serta merawat pasien sesuai dengan apa
yang diperlukan olehnya.6,7
Pusat dari praktek kedokteran adalah hubungan relasi antara pasien dan
dokter yang dibangun ketika seseorang mencari dokter untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dideritanya.6,7
Dalam praktek, seorang dokter harus6,7
:
a) Membangun relasi dengan pasien
b) Mengumpulkan data (riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dengan hasil
laboratorium atau citra medis)
c) Menganalisa data
d) Membuat rencana perawatan (tes yang harus dijalani berikutnya, terapi,
rujukan)
e) Merawat pasien
f) Memantau dan menilai jalannya perawatan dan dapat mengubah perawatan
bila diperlukan.
Semua yang dilakukan dokter tercatat dalam sebuah rekam medis, yang
merupakan dokumen yang berkedudukan dalam hukum.
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 21/35
21
B. R elasi Pasien-Dokter
Pada praktek kebidanan, hubungan relasi antara dokter dan pasien yang
timbul pada ruangan praktik relasi pasien dan dokter adalah proses utama dari
praktek kedokteran. Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini.6,7
Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di fakultas kedokteran,
mengambil sisi dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda, masalah, dan
nilai-nilai dari pasien; maka dari itu dokter memeriksa pasien, menginterpretasi
tanda-tanda klinis, dan membuat sebuah diagnosis yang kemudian digunakan
sebagai penjelasan kepada pasien dan merencanakan perawatan atau
pengobatan.6,7
Pada dasarnya, tugas seorang dokter adalah berperan sebagai ahli biologi
manusia. Oleh karena itu, seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan
normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi
kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis.6,7
Empat kata kunci dari diagnosis dalam dunia kedokteran adalah anatomi
(struktur: apa yang ada di sana), fisiologi atau faal (bagaimana struktur tersebut
bekerja), patologi (apa kelainan dari sisi anatomi dan faalnya), dan psikologi
(pikiran dan perilaku). Seorang dokter juga harus menyadari arti 'sehat' dari
pandangan pasien. Artinya, konteks sosial politik dari pasien (keluarga, pekerjaan,
tingkat stres, kepercayaan) harus turut dipertimbangkan dan terkadang dapat
menjadi petunjuk dalam kepentingan membangun diagnosis dan perawatan
berikutnya.6,7
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 22/35
22
Ketika bertemu dengan dokter, pasien akan memaparkan komplainnya
(tanda-tanda) kepada dokter, yang nantinya akan memberikan berbagai informasi
tentang tanda-tanda klinis tersebut. Kemudian dokter akan memeriksa, mencatat
segala yang ditemukannya pada diri pasien dan memperkirakan berbagai
kemungkinan diagnosis. Bersama pasien, dokter akan menyusun perawatan
berikutnya atau tes laboratorium berikutnya bila diagnosis belum dapat dipastikan.
Bila diagnosis telah disusun, maka dokter akan memberikan ("mengajarkan")
nasihat medis. Relasi pengajaran ini menempatkan dokter sebagai guru ( Physician
dalam Bahasa Inggris; berasal dari bahasa Latin yang berarti guru).6,7
Relasi dokter dan pasien dapat dianalisa dari pandangan masalah etika.
Banyak nilai dan masalah etika yang dapat ditambahkan ke relasi ini. Tentunya,
masalah etika amat dipengaruhi oleh tingkat masyarakat, masa, budaya, dan
pemahan terhadap nilai moral. Sebagai contoh, dalam 30 tahun terakhir,
penegasan dan tuntutan terhadap hak otonomi pasien kian meningkat di dalam
dunia kedokteran Barat.6,7
Relasi dan proses praktek juga dapat dilihat dari sisi relasi kekuatan sosial
(seperti yang dikemukakan Michel Foucault atau transaksi ekonomi. Profesi
dokter memiliki status yang lebih tinggi pada abad lalu, dan mereka dipercaya
untuk melakukan tindakan dalam kesehatan masyarakat. Hal ini membawa suatu
kekuatan tersendiri dan membawa keuntungan serta kerugian bagi pasien.
6,7
Pada 25 tahun terakhir ini, kebebasan dokter dipersempit. Terutama
dengan kehadiran perusahaan asuransi seiiring naiknya biaya perawatan
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 23/35
23
kesehatan. Di berbagai negara (seperti Jepang) pihak asuransi juga mempunyai
pengaruh dalam penentuan keputusan medis.6,7
Kualitas relasi pasien dan dokter sangat penting bagi kedua pihak. Saling
menghormati, kepercayaan, pertukaran pendapat mengenai penyakit dan
kehidupan, ketersediaan waktu yang cukup, mempertajam ketepatan diagnosis,
dan memperkaya wawasan pasien tentang penyakit yang dideritanya; semua ini
dilakukan agar relasi kian baik.6,7
Relasi kian kompleks di luar ruang praktek pribadi dokter, seperti pada
bangsal rumah sakit. Dalam rumah sakit, relasi tak hanya antara dokter dan
pasien, namun juga dengan pasien lainnya, perawat, pekerja dari lembaga sosial,
dan lainnya.6,7
IV. Memahami Hak Pasien Sebagai Konsumen Kesehatan sebagai dasar
Penerapan Bioetika
A. Ciri khas pelayanan kesehatan6,7
1. Consumer ignorance/ ketidaktahuan konsumen
2. Supply induced demand/ pengaruh penyedia jasa kesehatan terhadap
konsumen (konsumen tidak memiliki daya tawar dan daya pilih)
3. Produk pelayanan kesehatan bukan konsep homogen
4.
Pembatasan terhadap kompetisi
5. Ketidakpastian tentang sakit
6. Sehat sebagai hak asasi
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 24/35
24
B. Apakah profesi tenaga kesehatan merupakan pelaku usaha ?
Dalam black law dictionary dinyatakan bahwa business (kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi) meliputi: employment, occupation, profession,
or commercial activity engaged in /or gain or livelihood (segala kegiatan untuk
mendapatkan keuntungan/mata pencaharian).6,7
Dengan demikian, berdasarkan black law dictionary, profession/profesi
tenaga kesehatan merupakan pelaku usaha.
C. Apakah sarana kesehatan merupakan pelaku usaha ?
Pasal 1 ayat 3 UU no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen:
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha. Baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara RI, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.6,7
Penjelasan pasal 58 ayat (1) UU no. 23/1992 tentang kesehatan: Sarana
kesehatan tertentu (RS, Pabrik obat, PBF) yang diselenggarakan masyarakat harus
berbentuk badan hukum, kecuali praktek dokter, praktek dokter spesialis,
apotek.6,7
Penjelasan: sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah sudah
merupakan badan hukum publik.
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 25/35
25
D. Bidang kesehatan berdasarkan WTO
Sektor kesehatan
1. Hospital services
2. Other human health
3. Services social
4. Services other
Sektor jasa bisnis
1. Professional services
a. Medical and dental services
b. Physiotherapist
c. Nurse and midwife
E. Sehat sebagai hak asasi berdasarkan konstitusi R I19
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin. Bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 setelah amandemen)
2. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak (pasal 34 ayat (3) perubahan keempat UUD
1945)
F. Apakah pasien merupakan konsumen ?
Pengertian konsumen dalam UUPK adalah setiap orang pemakai barang
dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 26/35
26
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
(pasal 1 ayat 2 UUPK).
1. Produk yang berupa barang, misalnya: obat-obatan, suplemen makanan,
alat kesehatan
2. Produk yang berupa jasa, misalnya: jasa pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter, dokter gigi, jasa asuransi kesehatan
UUPK: UU no.8/1999 tentang perlindungan konsumen
G. Hak konsumen kesehatan
UUPK no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen
1. Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
2. Memilih informasi yang benar, jelas, dan jujur
4. Didengar pendapat dan keluhannya
5. Mendapatkan advokasi, pendidikan & perlindungan konsumen
6. Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif
7. Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian
UU no. 23/1992 tentang kesehatan
1. Informasi
2. Memberikan persetujuan
3. Rahasia kedokteran
4. Pendapat kedua (second opinion)
H. Kewajiban Konsumen Kesehatan
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 27/35
27
2. Beritikad baik membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
3. Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
I. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
1. Kewajiban
Mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien (pasal 53 ayat (2)
UU no. 23/1992 tentang kesehatan).
2. Hak
Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
J. Kendala dalam penerapan hak konsumen kesehatan
1. UU no. 23/1992 tentang kesehatan belum berlaku efektif (dari 29
Peraturan Pemerintah (PP) yang seharusnya dibuat, hingga saat ini baru
ada 8 PP).
2. Standar profesi dan hak-hak pasien yang seharusnya diatur dengan PP
hanya diatur oleh peraturan yang lebih rendah, yaitu Keputusan Menteri
Kesehatan dan SuratEdaran Dirjen Pelayanan Medik
3. UU no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen ditentang oleh sebagian
kalangan tenaga kesehatan
4.
Tenaga kesehatan yang saling berlomba membuat UU yang cenderung
mementingkan profesinya, sedangkan PP standar profesi dan hak-hak
pasien belum ada.
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 28/35
28
K . Contoh kasus pengaduan konsumen kesehatan di bidang obstetri
Berikut contoh kasus pengaduan dari konsumen kesehatan di bidang
obstetri, antara lain:
1. Kain kasa tertinggal pada operasi caesar
2. Paska pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum, bayi menderita
perdarahan otak.
V. Prinsip Moral Profesi Kedokteran sebagai Landasan Bioetika Kebidanan
Sifat hubungan antara dokter dengan pasien berkembang dari sifat
paternalistik hingga ke sifat kontraktual dan fiduciary. Pada masa sebelum tahun
1950-an paternalistik dianggap sebagai sifat hubungan yang paling tepat, di mana
dokter menentukan apa yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan prinsip
beneficience (semua yang terbaik untuk kepentingan pasien, dipandang dari
kedokteran). Prinsip ini telah mengabaikan hak pasien untuk turut menentukan
keputusan.6,7
Sampai kemudian pada tahun 1970-an dikembangkanlah sifat hubungan
kontraktual yang bersifat inspannings ver bintennis antara dokter dengan pasien
yang menitik-beratkan hak otonomi pasien dalam menentukan apa-apa yang boleh
dilakukan terhadapnya. Kemudian sifat hubungan dokter pasien tersebut dikoreksi
lagi oleh para ahli etika atau filsuf menjadi hubungan fiduciary (atas dasar niat
baik dan kepercayaan), yaitu hubungan yang menitikberatkan nilai-nilai
keutamaan ( virtue ethics). Sifat hubungan kontraktual dianggap meminimalkan
mutu hubungan karena hanya melihatnya dari sisi hukum dan peraturan saja, dan
disebut sebagai bottom line ethics.6,7
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 29/35
29
Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu6,7
:
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination),
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien;
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai ³ primum non
nocere´ atau ³above all do no harm´,
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
A. Otonomi Pasien sebagai Salah Satu Hak Pasien
Otonomi pasien dianggap sebagai cerminan konsep self governance,
liberty rights, dan individual choices. Immanuel Kant mengatakan bahwa setiap
orang memiliki kapasitas untuk memutuskan nasibnya sendiri. sedangkan John
Stuart Mills berkata bahwa kontrol sosial atas seseorang individu hanya sah
apabila dilakukan karena ³terpaksa´ untuk melindungi hak orang lain.2
Salah satu hak pasien yang disahkan dalam Declaration of Lisbon dari
World Medical Association (WMA) adalah ³the right to accept or to refuse
treatment after receiving adequate information´ 2. Secara implisit amandemen
UUD 45 pasal 28G ayat (1) juga menyebutnya demikian ³Setiap orang berhak
atas perlindungan diri pribadi. ...dst´3. Selanjutnya UU No 23/1992 tentang
Kesehatan juga memberikan pasien hak untuk memberikan persetujuan atas
tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hak ini kemudian diuraikan di
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 30/35
30
dalam PerMenkes tentang Persetujuan Tindakan Medis. Suatu tindakan medis
terhadap seseorang pasien tanpa memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari
pasien tersebut dapat dianggap sebagai penyerangan atas hak orang lain atau
perbuatan melanggar hukum (tort).20
Prinsip otonomi pasien ini dianggap sebagai dasar dari doktrin informed
consent. Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan (otorisasi)
dari pasien tersebut, setelah ia menerima dan memahami informasi yang
diperlukan. Informed consent berarti a patient with sub stantial understanding and
in sub stantial ab sence of control b y others, intentionally authorizes a professional
to do something.6,7
B. I nformed Consent
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang
efektif antara dokter dengan pasien dan bertemunya pemikiran tentang apa yang
akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat
dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih
ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.6,7
I nformed consent memiliki 3 elemen, yaitu6,7:
1. Threshold elements.
Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, karena
sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang
kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan
(medis). Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan
suatu kontinuum, dari ³sama sekali tidak memiliki kompetensi´ hingga memiliki
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 31/35
31
³kompetensi yang penuh´. Di antaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi
membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan alasan yang
reasonable).
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) adalah apabila telah
dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak berada di bawah
pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah
pernah menikah (UU Kesehatan, atau 18 tahun menurut UU Perlindungan Anak).
Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila ia
mempunyai penyakit mental sedemikian rupa atau perkembangan mentalnya
terbelakang sedemikian rupa, sehingga kemampuan membuat keputusannya
terganggu.4
2. Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian. yaitu disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman).
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi
kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
agar pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.
Dalam hal ini, seberapa ³baik´ informasi harus diberikan kepada pasien.
dapat dilihat dari 3 standar, yaitu6,7
:
1. Standar Praktek profesi
Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an
informasi ditentukan sebagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga
medis (costumary practices of a professional community - Faden and Beauchamp,
1986). Standar ini terlalu mengacu kepada nilai nilai yang ada didalam komunitas
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 32/35
32
kedokteran, tanpa memperhatikan keingintahuan dan kemampuan pemahaman
individu yang diharapkan menerima informasi tersebut.
Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat. misalnya: risiko yang ³tidak bermakna´
(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi
sosial/pasien
2. Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien
secara pribadi. sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Sebaliknya dari standar sebelumnya, standar
ini sangat sulit dilaksanakan atau hampir mustahil. Adalah mustahil bagi tenaga
medis untuk memahami nilai-nilai yang secara individual dianut oleh pasien.
3. Standar pada reasonable person
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya,
yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi
kebutuhan pada umumnya orang awam.
Sub-elemen pemahaman (understanding) pasien dipengaruhi oleh berbagai
keadaan, diantaranya tingkat sakitnya, irrasionalitas dan imaturitas. Banyak ahli
yang mengatakan bahwa apabila elemen ini tidak dilakukan maka dokter dianggap
telah lalai melaksanakan tugasnya memberi informasi yang adekuat.
3. Consent elements
Elemen ini juga terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,
kebebasan) dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak
adanya tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 33/35
33
³tekanan´ yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan
³dibiarkan´ apabila tidak menyetujui tawarannya. Banyak ahli masih berpendapat
bahwa melakukan persuasi yang ³tidak berlebihan´ masih dapat dibenarkan secara
moral.
Consent dapat diberikan dalam bentuk:
a. Dinyatakan (expressed).
- Dinyatakan secara lisan
- Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan
bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko
mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna. PerMenkes tentang Persetujuan
Tindakan Medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif harus
memperoleh persetujuan tertulis.
b. Tidak dinyatakan (implied).
Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun
melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun
consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling
banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari. Misalnya, adalah seseorang yang
menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya ketika akan diambil
darahnya.
Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah
dinyatakan sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua
tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah
disepakati hanya apabila gawat darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu
yang singkat untuk mengatasinya. Proxy-consent adalah consent yang diberikan
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 34/35
34
oleh orang yang bukan si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak
mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati
apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia mampu memberikannya
(baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang yang
dapat memberikan proxy-consent adalah suami/isteri, anak, orang tua, saudara
kandung, dll.5
Proxy-consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan ketat. Satu kasus di Jakarta telah membuka mata orang Indonesia betapa
riskannya proxy-consent ini, yaitu ketika seorang laki-laki menuntut dokter yang
telah mengoperasinya ³hanya´ berdasarkan persetujuan anaknya, padahal ia tidak
pernah dalam keadaan tidak sadar atau tidak kompeten.
VI. Kesimpulan
Terdapat banyak aspek etik yang bersangkut paut pada aplikasi dalam
bidang kebidanan. Menurut hak otonominya, wanita memiliki peluang untuk
membuat pilihan sendiri mengenai kehidupan seksualnya, kontrasepsi, aborsi dan
aplikasi berbagai teknologi reproduksi. Setiap hal dalam praktek kebidanan
sejatinya bersinggungan dengan aplikasi bioetika yang berkaitan dengan
komunikasi dokter pasien dan akomodasi terhadap hak-hak otonomi pasien
sebagai konsumen di bidang kesehatan.
Praktek kebidanan memuat banyak hal yang memerlukan pentingnya etika
komunikasi dokter pasien, pemahaman akan hak-hak otonomi pasien, dan juga
hak-hak otonomi dokter. Bioetika dalam kebidanan berperan dalam proses
8/8/2019 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru
http://slidepdf.com/reader/full/bioetika-tahap-5-paling-terbaru 35/35
penyelarasan berbagai kepentingan tersebut sehingga tercipta praktek kebidanan
yang baik dan elegan.
Setiap informasi medis tentang kondisi pasien, kemungkinan
perkembangan yang terjadi dan rencana tindakan yang akan diambil oleh dokter
harus dikomunikasikan dengan baik dan beretika sehingga tercapai pemahaman
yang baik dari pasien dan hak pasien untuk memperoleh informasi terpenuhi.
Demikian juga pasien harus menghargai niat baik dokter sebagai pihak yang
menawarkan solusi yang terbaik untuknya.
Setiap praktek kebidanan yang dilandaskan pada nilai-nilai moral
kedokteran sebagai aplikasi dari bioetika akan menghasilkan keselarasan antara
berbagai kepentingan dari pihak-pihak yang saling berinteraksi di dalamnya.