biografi dahlan iskan
TRANSCRIPT
Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan.
Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal
17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan
kemerdekaan Republik Indonesia.
Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati (catatan tersebut dapat dibaca di
Pengalaman Pribadi Menjalani Tranplantasi Liver) pada tahun 2008. Buku ini berisi tentang
penglaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.
Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda
(Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo.
Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan
oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000
eksemplar.
Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat
kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah,
serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha
Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di
Jakarta.
Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti
Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC)yang
akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun
ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong. Dengan panjang
serat optik 4.300 kilometer
Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi
Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah
Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas
byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga
berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN
telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda,
Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan
Citrawangan. Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden
direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta : PT Cahaya Fajar Kaltim di
Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN
yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN
karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk
melakukan reformasi PLN.
sumber : id.wikipedia.org
Kompas Kehidupan dari Dahlan Iskan, Siapa Mau Ikut?
Membaca tulisan Bapak Dahlan Iskan di blognya Catatan Dahlan Iskan , saya merasakan ada
aura perubahan yang luar biasa, aura untuk perubahan yang dia lakukan untuk bangsa ini.
Banyak hal-hal “feodal” yang dia lewati untuk melakukan perubahan, seperti Sidak,
Kegiatan Seremonial, dll. Untuk sidak, dia tak melakukan pemberitahuan sebelumnya.
Sehingga begitu dia datang, yang ada adalah kegiatan sehari-hari yang berlangsung tanpa
ada rekayasa dari pihak yang didatangi.
Banyak cerita yang sebetulnya sederhana untuk ditangani, seperti masalah garam. Mengapa
sampai garam saja bangsa ini masih import. Padahal di Maduran dan NTT potensinya luar
biasa. Dengan Tataran Actionlah, masalah garam dalam hitungan 1-2 tahun selesai.
Saya sempat beberapa puluh kali melihat kegiatan yang diadakan oleh instansi tertentu
yang akan didatangi oleh pihak kabupaten, provinsi bahkan sekelas menteri. Sebelum
kedatangan mereka, pihak panitia merekayasa kegiatan, entah jalan atau daerah sekitar
yang dipermak mendekati hari H. Tetapi begitu selesai, tempat seperti itu sudah balik ke
habibatnya semula. Bila budaya seperti ini dapat dilewati akan banyak dana yang bisa
dihemat.
Negara kita bisa bangkit dari keterpurukan dalam waktu cepat, bila lahir puluhan “Dahlan
Iskan” yang baru dalam Tataran Action, bukan lagi sekedar ide. Kalau “Tataran Ide” sudah
banyak di negeri ini, bahkan sudah di atas angka ribuan ide. Yang kita butuhkan bukan lagi
ide, tapi action untuk negera “Sehebat Indonesia”.
Sekali lagi, membaca tulisan-tulisan dan tataran actionnya membuka harapan baru dan
semangat baru buat negeri yang bernama Indonesia. Negeri tanah airku dan tentunya
negeri kita semua,,,
“Kerja! Kerja! Kerja!” Demikian visinya, seorang pekerja keras, dengan apa pun amanah
yang diembannya. Dahlan Iskan dikenal sebagai sosok sederhana yang memiliki track record
prestasi luar biasa. Prestasi-prestasi yang telah diraihnya itulah yang membawa Dahlan Iskan
kini berkecimpung di dalam dunia pemerintahan Indonesia.
Sepenggal Kisah Kecil Dahlan Iskan
Dahlan Iskan lahir pada tanggal 17 Agustus 1951. Tanggal tersebut ia reka sendiri lantaran
tidak tahu kapan persisnya ia dilahirkan. Kakaknya pernah menuliskan tanggal lahir Dahlan
Iskan di lemari. Namun, lemari yang merupakan satu-satunya lemari yang dimiliki
keluarganya itu harus dijual untuk biaya berobat ibu. Alhasil, hilanglah catatan kapan Dahlan
Iskan dilahirkan. Ketika bertanya kepada sang ayah, jawabnya tak lebih dari “Selasa Legi”
yang menunjukkan hari dalam penanggalan Jawa. Tentu masih sulit untuk menentukan
tanggal berapakah Selasa Legi itu, karena dalam setahun ada lebih dari satu kali Selasa Legi.
Lebih lanjut ayahnya bercerita bahwa Dahlan Iskan lahir ketika Gunung Kelud meletus.
Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1951. Setelah tidak menemukan jawaban yang pasti
dari ayahnya, Dahlan Iskan kemudian memilih tanggal 17 Agustus saja sebagai tanggal
lahirnya agar lebih mudah diingat dan sekaligus bertepatan dengan hari kemerdekaan
Indonesia.
Dahlan dibesarkan dalam keluarga yang amat sederhana. Semasa kecilnya, ia hanya
memiliki tiga potong pakaian yang terdiri dari baju, celana, dan sarung. Menurut Dahlan
Iskan, sarung itu multifungsi, mulai dari alat ibadah, mencari rizki, selimut, alat hiburan
fashion, kesehatan, mengganjal perut lapar, sampai untuk menakut-nakuti.
Dahlan Iskan dulu sangat ingin bisa mengendarai dan memiliki sepeda. Namun, tidak
memiliki dana untuk membelinya barang sebuah. Setiap kali akan meminjam sepeda
temannya, sang ayah melarang lantaran khawatir sepedanya akan rusak dan tidak ada biaya
untuk menggantinya. Dahlan Iskan harus menempuh jarak sejauh 12 km dari rumah ke
sekolah dengan berjalan kaki. Meskipun ada teman yang membawa sepeda, akan tetapi
tidak mau diboncengi karena merasa orang yang tidak bisa naik sepeda itu akan lebih berat
jika dibonceng.
Dalam kemiskinan yang dirasakannya, Dahlan Iskan memetik banyak ilmu pelajaran
kehidupan. Ilmu itu pun disertai penempaan karakter tentang kesederhanaan dan kerja
keras. Konsep hidup tersebut mendarah daging dalam jiwa Dahlan Iskan sehingga menjadi
ciri khasnya hingga sekarang. Pengalaman masa kecilnya yang terkungkung dalam segala
keterbatasan tampaknya pun membuat ia tidak gila harta dan jabatan di hari ini.
Dari Jurnalis ke Mentri BUMN
Dahlah Iskan memulai karirnya di bidang jurnalistik. Awalnya, ia menyibukkan diri di koran
kampus. Lantas dengan bekal pengalaman itu ia menjadi jurnalis surat kabar lokal di
Samarinda. Dahlan Iskan menunjukkan prestasi yang luar biasa sehingga berkesempatan
untuk hijrah ke Jakarta dan magang di majalah Tempo, sebuah media cetak yang disegani
masa itu karena beritanya yang tajam dan lugas. Untuk meraih kesempatan tersebut, ia
harus bersaing dengan 5999 peserta lainnya yang akan dipilih 18 orang saja.
Prestasi-prestasi memukau selalu ia capai selama menjadi bagian dari majalah Tempo.
Misalnya, dalam pembuatan laporan esklusif tentang larinya terpidana mati Kusni Kadut dari
penjara Cipinang dan tragedi kapal Tampomas II. Dengan bekal segudang prestasinyanya
kemudian ia dipercaya untuk memimpin surat kabar Jawa Pos.
Awalnya, Jawa Pos sudah nyaris mati sehingga perusahaannya dijual oleh sang pemilik, The
Chung Shen, kepada direktur utama PT. Grafiti Pers yang menerbitkan majalah Tempo, Eric
F.H. Samola. Sejak saat itu, tongkat kepemimpinan Jawa Pos diamanahkan kepada Dahlan
Iskan.
Tentu tak mudah berjuang memasarkan surat kabar yang nyaris mati. Dahlan Iskan
membuat gagasan agar setiap keluarga karyawannya membantu langsung menjual Koran
Jawa Pos yang diproduksinya. Bahkan, istrinya, Nafsiah, juga turut serta berjualan koran
hingga mendapatkan ribuan pelanggan. Dahlan Iskan juga mengerahkan anak-anak sekolah
dengan untuk berjualan koran Jawa Pos. Imbalannya, anak-anak itu dibayari sekolahnya.
Akhirnya, dengan tangan dingin Dahlan Iskan, Jawa Pos bahkan tak sekedar menjadi koran
laris lokal Surabaya, bahkan kini sudah mendapatkan penghargaan tingkat dunia sebagai
koran anak muda. Jawa Pos melangit dan menjadi koran ternama.
Berawal dari Jawa Pos, ia mendirikan koran lokal di berbagai daerah di Indonesia untuk
memudahkan pendapatan berita. Setelah itu, ia juga merambah dunia pertelevisian lokal di
beberapa daerah. Dari kesuksesan Jawa Pos yang kemudian membuatnya memimpin
ratusan perusahaan, Dahlan Iskan mampu memperbaiki kondisi keuangannya, dan bahkan
menjadi sangat kaya raya.
Selain bidang media dan pertelevisian, Dahlan Iskan juga pernah memimpin perusahaan
listrik swasta di Kalimantan. Prestasinya yang kian melejit membuat Presiden SBY
mempercayakan amanah direktur utama (Dirut) Perusahaan Listrik Negara (PLN) kepadanya
pada tahun 2009.
Jika biasanya orang akan banyak mendapatkan karangan bunga sebagai ucapan selamat dan
sukses ketika menjabat posisi baru, maka berbeda dengan Dahlan Iskan. Pada permulaan
waktunya menjadi dirut PLN ia justru didemo oleh karyawannya sampai ruang kerjanya pun
disegel. Mereka menolak Dahlan Iskan yang tidak memiliki latar belakang ke-PLN-an
langsung datang menjadi pemimpin. Namun Dahlan Iskan yang cerdas mampu mengatasi itu
semua. Sebulan kemudian suasana sudah kembali normal. Bahkan Dahlan Iskan mampu
menyelesaikan masalah yang telah dihadapi PLN selama 60 tahun hanya dalam waktu
kurang dari dua tahun saja. Masalah tersebut adalah pemadaman listrik bergilir yang
memang terpaksa harus dilakukan. Pemaksimalan energi dan penghematan ia jadikan kunci
solusi masalah tersebut. Ia juga membuat gebrakan melalui program sehari sejuta
sambungan sehingga ia berhasil membawa masyarakat yang awalnya selalu menghujat kini
berangsur berpandangan positif pada PLN.
Selama menjabat sebagai dirut PLN, ia tidak mau menerima gajinya. Pun, ia tidak mau
menerima fasilitas yang diberikan padanya sebagai pemimpin salah satu perusahaan milik
negara tersebut. Menurutnya, ia tak perlu lagi menerima fasilitas itu karena ia sudah
memilikinya. Bahkan, ia tak enggan mengeluarkan dana pribadinya untuk kepentingan PLN.
Demikian pancaran kesungguhan Dahlan Iskan, bahwa ia bekerja di PLN bukan untuk
menampung harta, tapi menjalankan amanah negara.
Atas prestasinya pula, sebelum ia menyelesaikan masa kepemimpinannya di PLN, Dahlan
Iskan sudah harus melepaskannya. Ia ditunjuk oleh Presiden SBY untuk menjadi menteri
BUMN.
Dahlan ISkan memang bukan seorang ambisius terhadap jabatan. Namun, ketika
mendapatkan amanah, ia juga tak lantas menolaknya. Ia suka dengan tantangan dan hal-hal
baru. Ia kemudian menerima amanah sebagai Menteri BUMN di tahun 2011.
Saat pelantikan, Dahlan Iskan nampak berpenampilan sederhana. Ia lah satu-satunya
menteri yang memakai sepatu kets. Itulah khasnya. Ia tak suka hal-hal yang berbau
birokrasi dan berbelit-belit.
Sebagai menteri, ia bekerja total. Ia lebih banyak turun langsung meninjau lapangan dan
memberikan solusi konkrit ketimbang hanya duduk menunggu laporan. Dahlan Iskan juga
menyedikitkan rapat-rapat dan kegiatan surat-menyurat. Ia tak mau orang beranggapan
bahwa rapat dan surat-menyurat adalah tugas utama kementrian. Apalagi rapat di Kota
Jakarta yang macet, hanya menghabiskan waktu saja. Padahal, banyak sekali pekerjaan
lapangan yang harus diselesaikan.
Dahlan Iskan juga melakukan apa yang pernah diterapkannya selama menjadi dirut PLN,
yaitu pengahpusan dana perjalanan. Pejabat BUMN kini tidak boleh menerima uang
transportasi, uang saku, uang penginapan dan lain-lain dari BUMN. Tindakan ini terbukti
dapat membuat negara melakukan penghematan besar-besaran sebab selama ini ternyata
anggaran yang dikeluarkan untuk hal tersebut cukup besar.
Dengan wibawa dan penampilan nyentrik, Dahlan Iskan terus bekerja secara total untuk
negara melalui amanahnya di bidang BUMN. Ia akan memaksimalkan fungsi BUMN yang
notabenenya menjadi sumber pemasukan kas negara, dengan kemampuan dan inovasinya.
Meski telah menjadi seorang menteri, Dahlan Iskan tak pernah melepaskan rumus hidupnya
mengenai kesungguhan dalam bekerja. Kerja baginya bukanlah media penampung harta,
tapi sebagai ungkapan rasa syukur tertinggi atas segala karunia fisik dan akal yang
dimilikinya.
Dahlan Iskan ibarat sebuah cahaya yang masih menyala diantara cahaya lain yang telah
padam. Ia membangkitkan lagi semangat keteladanan. Bahwasannya masa ini, masa yang di
mana sudah penuh politisasi dan korupsi, masih ada sosok yang benar-benar bekerja tulus
bagi negara. Orientasinya bukan untuk memperkaya diri, tapi berkontribusi pada Indonesia.
Dahlan Iskan, sosok sederhana yang luar biasa. Tak cukup lembaran ini menuliskan
tentangnya. Semoga mampu menginspirasi kita, juga menginspirasi menteri dan pejabat
negara.
Anak Desa yang Miskin
Membaca kisah lampau Dahlan Iskan terungkap beberapa catatan yang menarik, antara lain
bahwa sang tokoh lahir di Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa
Timur, tanggal 17 Agustus 1951. Mengenai tanggal 17 Agustus ternyata itu hanya
“karangan” Dahlan Iskan sendiri, sebab orang tuanya sendiri lupa tanggal berapa sang tokoh
dilahirkan. Dipilihnya tanggal 17 Agustus supaya bertepatan dengan hari ulang tahun
Republik Indonesia, sehingga menjadi lebih gampang diingat. Dahlan Iskan memang terlahir
dari keluarga yang sangat kekurangan. Bahkan menurut catatan Satriadharma.com, kalau
status miskin ada pangkatnya maka Dahlan Iskan ini lahir miskin dengan pangkat jendral
saking miskinnya.
Dalam kondisi serba miskin pun ternyata Dahlan Iskan tetap bersekolah. Ya, belajar bagi
siapapun adalah wajib, dengan belajar ternyata dikemudian hari bisa mengubah nasib
secara drastis dan dramatis, sebagaimana dialami Dahlan Iskan. Tercatat bahwa Dahlan
Iskan menempuh pendidik SD di Desa Bukur, yang setelah ditelusuri ternyata masuk dalam
wilayah Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Desa Tegalarum (Magetan)
dengan Desa Bukur (Madiun) memang bertetangga.
Anak Madrasah
Setelah menyelesaikan SD, Dahlan Iskan kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsnawiyah
(MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang berada di lingkungan Pesantren Sabilil Muttaqien,
Kecamatan Takeran ujung timur Kabupaten Magetan. Ya, Dahlan Iskan memang dibesarkan
di lingkungan pesantren.
Pesantren Sabilil Muttaqien didirikan tahun 1880 oleh seorang keturunan salah satu
pengikut Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke timur. Dia adalah Kyai Hasan Ulama,
yang merintis pesantren Sabilil Muttaqien dengan nama Pondok Takeran. Takeran adalah
nama sebuah desa sejauh 16 kilometer dari kota Kabupaten Magetan atau 9 kilometer dari
arah kota Madiun.
Menurut catatan Okezone.com, dikemudian hari setelah berhasil menjadi orang sukses,
Dahlan Iskan mendirikan International Islamic School (IIS) di lingkungan Pesantren Sabilil
Muttaqien, Takeran. Sejarah mencatat, memang tidak sedikit tokoh sukses negeri ini yang
berlatar belakang pendidikan madrasah dan pesantren.
Drop Out Dua Kali
Setelah menyelesaikan Madrasah Aliyah di Magetan, Jawa Timur, episode perjalanan hidup
Dahlan Iskan selanjutnya ternyata “bertransmigrasi” ke Bumi Borneo, mengikuti jejak kakak
sulungnya, Siti Khosiyatun, yang menjadi pengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Samarinda.
Di sana Dahlan Iskan sempat mencicipi kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel cabang
Samarinda, tidak sampai selesai dan hanya berhenti pada semester empat. Dengan minat
belajar yang masih “menyala”, Dahlan Iskan pun masuk di Fakultas Hukum Universitas 17
Agustus (Untag) cabang Samarinda, namun kembali harus “mengundurkan diri” di tahun
kedua. Ya, catatan riwayatnya menunjukkan, bahwa Dahlan Iskan pernah drop out (D.O.)
dua kali. Ternyata bagi pribadi yang tangguh bahwa D.O. itu bukan akhir dari segalanya.
Sejak duduk di bangku kuliah ternyata Dahlan Iskan aktif berorganisasi, antara lain di Ikatan
Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Hal ini menjadi pembelajaran bagi setiap generasi muda
yang ingin meraih sukses, ternyata kebanyakan tokoh sukses di negeri ini pada masa
mudanya cenderung gemar berorganisasi, atau lebih dikenal sebagai aktivis mahasiswa. Ya,
jangan hanya menjadi mahasiswa yang Kuper dan Kubuk (kurang pergaulan dan kutu buku).
Jadi Wartawan
Latar belakang atau riwayat perjalanan waktu muda sangat berpengaruh pada karir dan
kondisi dihari kemudian. Meskipun kuliah tidak meraih ijazah, Dahlan Iskan begitu fokus
pada kegiatan menulis. Sepak terjang dan jam terbangnya di pers mahasiswa membawanya
berhasil menjadi wartawan sebuah surat kabar (kecil) di Samarinda. Dalam kisah perjalanan
selanjutnya, Dahlan Iskan memperoleh pendidikan jurnalistik di Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), merupakan salah satu LSM
terbesar di Indonesia dan menerbitkan jurnal bulanan sosial dan ekonomi “Prisma”.
Belakangan Prisma Resource Center (LP3ES) aktif melakukan survey pendapat umum.
Semasa mengikuti pembelajaran jurnalistik di LP3ES tahun 1975, Dahlan Iskan melaksanakan
magang di Majalah Tempo. Berbekal pengalaman tersebut Dahlan Iskan pun bergabung
dengan Majalah Tempo sebagai wartawan, dengan penugasan meliputi berita sekitar
Kalimantan Timur. Karena kinerja dan prestasinya yang cemerlang, dua tahun kemudian
Dahlan Iskan berhasil menduduki Kepala Biro Majalah Tempo di Surabaya.
Memimpin Jawa Pos
Perjuangan dan kerja cerdas Dahlan Iskan terus bergulir bersama Majalah Tempo,
momentum pengambil-alihan harian Jawa Pos tahun 1982 menjadi begitu fenomenal, sebab
saat itu Dahlan ditunjuk sebagai pimpinan Jawa Pos. Konon saat itu harian Jawa Pos dalam
kondisi “hidup tak mau dan matipun segan”, dengan oplah harian yang hanya 6.000
eksemplar.
Dalam kurun waktu hanya lima tahun (1987), oplah Jawa Pos meningkat 50 kali lipat. Begitu
fenomenal sentuhan tangan dingin Dahlan Iskan, sehingga Jawa Pos tumbuh menjadi “raja-
nya” surat kabar Surabaya dan Jawa timur. Tak sampai di situ, ekspansi Dahlan Iskan terus
berlanjut dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN), meliputi 141 surat kabar, 18
majalah dan tabloid, dan 22 TV local (Daftar lengkap di sini). Dahlan Iskan juga
mengembangkan 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia.
Diversifikasi Bisnis
Pada tahun 1997 dari bisnis media terjadi diversifikasi usaha ke bisnis gedung dan
perkantoran, yaitu dengan didirikannya Graha Pena, gedung pencakar langit (tinggi 175 m,
berlantai 21) di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, sekaligus sebagai markas JPNN. Ternyata Graha
Pena pun didirikan di Kebayoran Lama, Jakarta (2002, dengan 10 lantai), Semarang (2003,
dengan 5 lantai), Batam (2006), Makassar (2007, dengan 17 lantai), Pekanbaru (2012). Di
JPNN Dahlan Iskan menjadi CEO dan pemegang saham hingga tahun 2009.
Dahlan Iskan mencetak sukses yang luar biasa dalam bisnis media dan bisnis gedung
perkantoran. Langkah selanjutnya ternyata mulai awal 2009, Dahlan Iskan juga merambah
bisnis telekomunikasi, tercatat sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC),
dengan salah satu proyeknya ialah membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL),
yang menghubungkan Surabaya dengan Hong Kong. Sehingga terbentang serat optik
sepanjang 4.300 kilometer.
Menjadi Dirut PLN
Ya, dimulai dari siswa madrasah (pesantren), mahsiswa D.O. namun aktif dalam pers
mahasiswa, kemudian menjadi wartawan, CEO grup media (JPNN), gedung perkantoran
(Graha Pena) dan telekomunikasi (FIC), ternyata sepak terjang Dahlan Iskan terus berlanjut.
Tercatat akhir tahun 2009, Dahlan Iskan diangkat menjadi Direktur Utama salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia, yaitu PLN (akhir Desember 2011 memiliki
asset Rp. 426,5 triliun).
Begitu fenomenal dan penuh teka-teki, bagaimana bisa seorang “raja media” yang berakar
pada kemampuan unggul dibidang jurnalistik diangkat menjadi “raja listrik”. Ternyata
Dahlan Iskan pun sebelumnya sempat “bermain listrik”, yaitu tercatat sebagai presiden
direktur PT Cahaya Fajar, Tanjung Batu, Tenggarong Sebrang, Kabupaten Kutai Kertanegara,
Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Desa Sumengko, Wringianom, Krian,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, keduanya merupakan perusajaan pembangkit listrik
swasta.
Kiprah Dahlan Iskan di PLN juga begitu fenomenal, dengan “tongkrongan”-nya yang begitu
sederhana, seakan tidak pernah kehabisan ide kreatif untuk mengotak-atik perusahaan yang
dikelolanya. Dahlan Iskan merupakan contoh tokoh yang mampu berpikir “ke luar kotak”,
tidak terjebak dengan paradigm lama yang begitu statis. Beberapa “aksi sulap” Dahlan Iskan
antara lain gerakan sehari sejuta sambungan listrik (GRASS 2010), Indonesia bebas byar pet,
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 100 pulau, dan sebagainya.
Menjadi Menteri BUMN
PLN membuat Dahlan Iskan begitu bergairah, semangat tempurnya makin menyala, namun
di tengah sepak terjangnya dalam mereformasi PLN, tepatnya tanggal 17 Oktober 2011,
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono berkenan menunjuknya sebagai salah satu anggota
kabinet, dengan kedudukan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Luar biasa
tantangan yang diberikan pada Dahlan Iskan, dari semula hanya mengelola satu BUMN, kini
harus mengurusi 140 BUMN. Sebagai catatan, BUMN sebanyak itu terbagi menjadi 14
perusahaan umum (Perum), 108 perusahaan non tbk (non go public), dan 18 perusahaan
tbk (go public).
Di lingkungan BUMN Dahlan Iskan menyiapkan restrukturisasi dan berbagai pembenahan,
sebab dari 140 BUMN hanya enam di antaranya yang telah benar-benar berkelas dunia,
yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI),
PT Telkom Indonesia (persero) Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI),
PT Semen Gresik Tbk (SMGR)dan PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk (PGN). Keenam
BUMN tersebut masuk dalam jajaran 2000 perusahaan andalan global versi Forbes Global
2000 pada tahun 2011.
Dari 140 BUMN dalam pengawasan Kementrian BUMN, ternyata hanya 110 BUMN yang
masih aktif, sedangkan menurut Dahlan Iskan (dalam m.bisnis.com) 31 BUMN sebenarnya
sudah jadi “mayat”. Di sisi lainnya Dahlan Iskan berupaya mengelompokkan BUMN ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu BUMN sebagai penjaga ketahanan nasional; BUMN
sebagai mesin pertumbuhan (enginee of growth), dan BUMN sebagai kepeloporan dalam
hal teknologi, daya saing, dan kesejahteraan, yang diharapkan mampu bersaing secara
internasional.
Gebrakan Pak Menteri
Gebrakan paling anyar dari Dahlan Iskan, yaitu dengan maksud memproteksi BUMN, ialah
menyangkut sikap tegasnya tentang penolakan BUMN dijadikan sebagai “sapi perah”
anggota DPR. Dahlan Iskan dengan berani dan lugas melaporkan ke Dewan Kehormatan
DPR tentang beberapa anggota dewan yang berupaya memeras BUMN. Sebagian anggota
dewan yang terhormat menjadi galau dan kegerahan, bahkan ada di antaranya yang
mengangkat isu segera menggeser posisi Dahlan Iskan di kabinet.
Namun fenomena “sapi perah” ini terus bergulir, beragam fakta seperti banyaknya anggota
direksi dan komisaris BUMN berlatar belakang politisi dari partai politik tertentu,
menyebabkan kemungkinan terjadinya kongkalingkong antara pejabat BUMN dan anggota
dewan. Di sisi lainnya, banyaknya BUMN yang terus merugi dan tidak pernah untung,
bahkan disebutkan dalam kondisi “mati suri” atau sudah menjadi “mayat”, perlu ditelaah
lebih lanjut, bagaimana manajemen menanganinya selama ini, termasuk adanya
kemungkinan “gangguan” eksternal.