biografi dewi lestari

7
Dewi Lestari Simangunsong Semakin Terkenal karena Pena Sebelum dikenal sebagai penulis novel, Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee sudah lebih dulu dikenal sebagai seorang penyanyi yang tergabung dalam Trio RSD (Rida Sita Dewi). Kini, namanya termasuk dalam jajaran penulis hawa yang diperhitungkan di belantara dunia sastra Indonesia setelah ia meluncurkan novel “Supernova Satu”: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, 16 Februari 2001 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta. Gadis lajang yang sebentar lagi akan menikah dengan pria ganteng bernama Marcell Siahaan ini lahir di Bandung, 20 Januari 1976 sebagai anak ke-4 dari 5 bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br Siagian (alm). Ayahnya adalah seorang anggota TNI yang belajar piano secara otodidak sedangkan saudara-saudaranya pemain biola, guru piano, yang profesional. Keluarga Dee sama seperti keluarga kebanyakan yang hidup sederhana dan harus pandai-pandai mengatur keuangan. Sebelum ia bergabung dengan RSD, ia pernah menjadi backing vokal untuk Iwa K, Java Jive dan Chrisye. Sekitar bulan Mei 1994, ia bersama Rida Farida dan Indah Sita Nur Santi bergabung membentuk trio RSD atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian. Mereka kemudian meluncurkan album perdana, Antara Kita (1995) yang kemudian dilanjutkan dengan album Bertiga (1997). RSD kemudian berkibar di bawah bendera Sony Music Indonesia dengan merilis album Satu (1999) dengan nomor andalan, Kepadamu dan Tak Perlu Memiliki. Menjelang akhir tahun 2002, RSD mengemas lagu-lagu terbaiknya ke dalam album The Best of Rida Sita Dewi dengan tambahan dua lagu baru, yakni Ketika Kau Jauh ciptaan Stephan Santoso/Inno

Upload: wiswisnu

Post on 29-Dec-2015

153 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biografi

TRANSCRIPT

Page 1: Biografi Dewi Lestari

Dewi Lestari Simangunsong

Semakin Terkenal karena Pena

Sebelum dikenal sebagai penulis novel, Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee sudah lebih dulu dikenal sebagai seorang penyanyi yang tergabung dalam Trio RSD (Rida Sita Dewi). Kini, namanya termasuk dalam jajaran penulis hawa yang diperhitungkan di belantara dunia sastra Indonesia setelah ia meluncurkan novel “Supernova Satu”: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, 16 Februari 2001 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta.

Gadis lajang yang sebentar lagi akan menikah dengan pria ganteng bernama Marcell Siahaan ini lahir di Bandung, 20 Januari 1976 sebagai anak ke-4 dari 5 bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br Siagian (alm). Ayahnya adalah seorang anggota TNI yang belajar piano secara otodidak sedangkan saudara-saudaranya pemain biola, guru piano, yang profesional. Keluarga Dee sama seperti keluarga kebanyakan yang hidup sederhana dan harus pandai-pandai mengatur keuangan.

Sebelum ia bergabung dengan RSD, ia pernah menjadi backing vokal untuk Iwa K, Java Jive dan Chrisye. Sekitar bulan Mei 1994, ia bersama Rida Farida dan Indah Sita Nur Santi bergabung membentuk trio RSD atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian. Mereka kemudian meluncurkan album perdana, Antara Kita (1995) yang kemudian dilanjutkan dengan album Bertiga (1997). RSD kemudian berkibar di bawah bendera Sony Music Indonesia dengan merilis album Satu (1999) dengan nomor andalan, Kepadamu dan Tak Perlu Memiliki. Menjelang akhir tahun 2002, RSD mengemas lagu-lagu terbaiknya ke dalam album The Best of Rida Sita Dewi dengan tambahan dua lagu baru, yakni Ketika Kau Jauh ciptaan Stephan Santoso/Inno Daon dan Terlambat Bertemu, karya pentolan Kahitna, Yovie Widianto.

Tak banyak yang tahu bahwa sebelum ia banyak dibicarakan orang karena novelnya Supernova, ternyata cerpen Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul Sikat Gigi pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter. Sebuah media berbasis budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan sendiri. Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul Ekspresi ke majalah Gadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia berhasil mendapat hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung berjudul Rico the Coro yang dimuat di majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2 Bandung, ia pernah menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.

Sarjana Hubungan Internasional dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini mengakui bahwa novel Supernova berawal dari pergumulan dan perenungannya yang dalam tentang spiritualitas. Di akhir 1999, ia merasa ada sesuatu yang salah dengan dirinya tentang pemahaman religi di tengah masyarakat. Dee mulai banyak membaca. Ia

Page 2: Biografi Dewi Lestari

ingin tahu lebih banyak ajaran Hindu, Budha, Islam termasuk mengenal lebih jauh tokoh-tokoh dunia seperti Einstein dan Hawking yang dikenal brilian dalam mencari jawaban atas eksistensi manusia di muka bumi ini.

Selama menulis “Supernova Satu”, Dee ngendon di rumah ditemani dua anjingnya. Selama berbulan-bulan ia tidur tidak teratur, tidur jam delapan pagi, bangun jam dua siang lalu kerja sampai pagi di depan komputer. Menurutnya masa-masa itu adalah masa yang paling mendamaikan dan mengasyikkan. Sedangkan kegiatan show bersama RSD, ia lakukan dua kali seminggu.

Dalam memasarkan “Supernova Satu” ini, Dee merogoh kocek dan tabungannya sendiri lalu membentuk penerbit bernama Truedee Books. Alasan ia memilih merangkap menjadi penerbit selain menjadi penulis karena ia tidak ingin naskahnya diedit oleh penerbit apalagi ia sempat beberapa kali ditolak oleh beberapa percetakan.

Maret 2002 lalu, Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke bahasa Inggris. Belum lama ini, ia juga telah merilis album solo pertamanya - sebuah proyek yang dimulainya sejak 1997 - berjudul Out of The Shell, diambil dari judul salah satu di antara delapan lagu yang semuanya berbahasa Inggris.

Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto lewat karya Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill The Radio, Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember.

Sukses dengan novel “Supernova Satu”: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, bagian pertama “Supernova Dua” (Supernova 2.1) berjudul Akar sudah lepas ke pasaran pada 16 Oktober 2002 di 20 kota utama Indonesia. Novel Supernova 2.1 sempat mendapat protes keras dari kalangan umat Hindu karena dianggap melecehkan lambang keagamaan Hindu – lewat surat tertanggal Bali, 26 Februari 2003 yang diatasnamakan Ketua Umum DPP FIMHD AA Ngrh Arya Wedakarna MWS dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Intelektual Muda (FIMHD) Hindu Dharma yang berkedudukan di Bali.

Mereka menolak dicantumkannya lambang OMKARA/AUM yang merupakan aksara suci BRAHMAN Tuhan yang Maha Esa dalam HINDU sebagai cover dalam bukunya. Akhirnya disepakati bahwa lambang Omkara tidak akan ditampilkan lagi pada cetakan ke 2 dan seterusnya.

Dalam memasarkan Supernova 2.1 Akar, Dee memilih tidak lagi memasarkan ‘sendirian’ bukunya dengan menjalin kerjasama dengan BArK Communication, suatu perusahaan penerbitan yang sekaligus perusahaan promosi. Di samping BArK, muncul sebuah wadah baru: Truedee Semesta. Di BArK dan Truedee Semesta, Dewi memiliki sejumlah saham dan mendapatkan royalti sekitar 20%. Namun, sayang, pertengahan tahun 2003, Dee

Page 3: Biografi Dewi Lestari

akhirnya berpisah jalan dengan penerbit buku keduanya ini dan kini ia kembali ‘sendirian’ memasarkan bukunya. Menurut rencana, Dee di sela-sela kesibukannya sebagai spoken person sebuah produk kosmetika berharap Supernova 2.2 yang berjudul Petir sudah tuntas akhir 2003 ini.

Dalam hal strategi pemasaran, Dee yang menyukai warna hitam ini, tidak semata bergantung pada jaringan toko buku besar. Prioritas pertama Dee adalah memanfaatkan keunggulan internet dengan membuka sebuah website beralamat www.truedee.net. Lewat situs ini pengunjung bisa membeli Supernova 2.1 Akar. Lewat media ini, ia juga sempat mengundang 50 pembeli untuk menghadiri perayaan ulang tahunnya. Prioritas kedua adalah menggunakan strategi penjualan langsung misalnya mengadakan diskusi buku dan temu pengarang di berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI). Terakhir, lahirlah strategi ketiga berupa penjualan tunai ke toko buku di sejumlah kota besar di luar Jakarta.

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), Atur

Dewi Lestari Simangunsong (akrab dipanggil Dee; lahir pada 20 Januari 1976 di Bandung) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia. Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia juga dikenal luas sebagai novelis.

[sunting] Biografi

[sunting] Karir menyanyi

Dee terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br Siagian (alm). Sejak kecil Dee telah akrab dengan musik. Ayahnya adalah seorang anggota TNI yang belajar piano secara otodidak. Sebelum bergabung dengan Rida Sita Dewi (RSD), Dee pernah menjadi backing vokal untuk Iwa K, Java Jive dan Chrisye. Sekitar bulan Mei 1994, ia bersama Rida Farida dan Indah Sita Nur Santi bergabung membentuk trio RSD atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian.

Trio RSD meluncurkan album perdana, "Antara Kita" pada tahun 1995 yang kemudian dilanjutkan dengan album "Bertiga" (1997). RSD kemudian berkibar di bawah bendera Sony Music Indonesia dengan merilis album "Satu" (1999) dengan nomor andalan antara lain, "Kepadamu" dan "Tak Perlu Memiliki". Menjelang akhir tahun 2002, RSD mengemas lagu-lagu terbaiknya ke dalam album "The Best of Rida Sita Dewi" dengan tambahan dua lagu baru, yakni "Ketika Kau Jauh" ciptaan Stephan Santoso/Inno Daon dan "Terlambat Bertemu", karya pentolan Kahitna, Yovie Widianto.

Setelah keluar dari Trio RSD, Sita mengeluarkan album solo berbahasa Inggis, "Out of the Shell" (2006). Kini, album berisi delapan lagu ciptaannya sendiri itu telah dapat dibeli

Page 4: Biografi Dewi Lestari

dunia internasional melalui iTunes Music Store. Album ini menjadikannya MTV Exclusive Artist.

[sunting] Karir Menulis

Sebelum Supernova keluar, tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah sering menulis. Tulisan Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul "Sikat Gigi" pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter, sebuah media berbasis budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan sendiri. Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul "Ekspresi" ke majalah Gadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia berhasil mendapat hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung berjudul "Rico the Coro" yang dimuat di majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2 Bandung, ia pernah menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.

Novel pertamanya yang sensasional, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, dirilis 16 Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta. Bulan Maret 2002, Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke bahasa Inggris.

Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto lewat karya Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill The Radio, Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember.

Sukses dengan novel pertamanya, Dee meluncurkan novel keduanya, Supernova Dua berjudul "Akar" pada 16 Oktober 2002. Novel ini sempat mengundang kontroversi karena dianggap melecehkan umat Hindu. Umat Hindu menolak dicantumkannya lambang OMKARA/AUM yang merupakan aksara suci BRAHMAN Tuhan yang Maha Esa dalam HINDU sebagai cover dalam bukunya. Akhirnya disepakati bahwa lambang Omkara tidak akan ditampilkan lagi pada cetakan ke 2 dan seterusnya.

Lama tak terdengar akhirnya Januari 2005 Dee merilis novel ketiganya, Supernova episode PETIR. Kisah di novel ini masih terkait dengan dua novel sebelumnya. Hanya saja, ia memasukkan 4 tokoh baru dalam PETIR. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut.

[sunting] Kehidupan Pribadi

Dee menikah dengan penyanyi R&B, Marcell Siahaan pada 12 September tahun 2003. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Keenan Sidharta (lahir 5 Agustus 2004).

Page 5: Biografi Dewi Lestari