biopsi
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin bios yang berarti
hidup dan opsi berarti tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah
pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke
laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dilakukan untuk
mengetahui adanya kanker. Untuk mengalokasikan area biopsi bagian tubuh
manapun seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat dilakukan terlebih
dahulu pemeriksaan X-ray, CT scan ataupun ultrasound. Biopsi dapat
dilakukan juga dengan proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah
pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi
kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga
mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.
II.2 Tujuan Biopsi
1. Mengetahui morfologi tumor, diantaranya:
a. tipe histologic tumor
b. subtype tumor
c. grading sel
2. Radikalitas operasi
3. Staging tumor, diantaranya:
a. besar specimen dan tumor dalam centimeter
b. luas ekstensi tumor
c. bentuk tumor
d. nodus regional, meliputi:
Banyak kelenjar limfe yang ditemukan
Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastase
Adanya invasi kapsuler
Metastase ekstra nodal
II.3 Jenis Biopsi
II.3.1. Biopsi Kapsul
Biopsi kapsul merupakan alternatif dari biopsi endoskopik. Biopsi
ini dilakukan bila diperlukan sampel dari lapisan intestinal. Selama
pelaksanaan biopsi kapsul, pasien akan diberikan sebuah kapsul kecil
untuk ditelan dimana kapsul tersebut dilapisi oleh tabung tipis.
Gambaran x-ray akan digunakan untuk mengetahui kapan kapsul
tersebut telah mencapai titik yang tepat di dalam usus. Saat kapsul
tersebut telah mencapai titik yang tepat tercipta tekanan dalam tabung,
sehingga bagian kecil dari lapisan intestinal terserap ke dalam kapsul.
Biopsi usus halus dapat diperoleh dengan endoskopi atau dengan
kapsul Crosby. Biopsi usus dapat dilakukan dengan mengukur enzim
brush border untuk membantu mendiagnosis malabsrobsi akibat
defisiensi enzim. (Hayes, Peter C, 1993)
II.3.2. Biopsi Endoskopik
Biopsi endoskopik adalah suatu tindakan pengambilan contoh
jaringan untuk pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi dengan
menggunakan alat biopsi panendoskopik yang dikerjakan bersamaan
dengan pemeriksaan endoskopi.
a. Indikasi dari biopsi endoskopik adalah:
- Perubahan gambaran mukosa saluran cerna disertai keluhan-keluhan
berlangsung lama dan menahun seperti dyspepsia, diare, dan
konstipasi
- Ulkus pada saluran cerna bagian atas dan bawah terutama pada usia
tua
- Polip/tumor saluran cerna bagian atas dan bawah
- Penyakit seliac, colitis ulseratif, corhn atau infektif
b. Kontraindikasi dari biopsi endoskopik diantaranya adalah:
- Esophagus pasca dilatasi 1 minggu
- Ulkus bulbus duodeni, kecuali dicurigai massa tumor/limfoma
c. Persiapan alat dan teknik
Forsep biopsi dimasukkan melalui saluran instrument endoscop
menuju organ target/sampel. Usahakan posisi sampel pada jam 6 dan
dengan teknik “aiming” forsep dibuka-jepit dan ditarik (oleh asisten).
Jaringan yang didapat dimasukkan ke dalam formalin 10 %. Pada
keadaan tertentu biopsi dilakukan dengan brush cytology atau hos
biopsi pada lesi polipoid.
d. Perawatan pasca biopsi
Perawatan pasca biopsi dapat dilakukan dengan penyemprotan air
es atau adrenalin 1:10.000 dalam NaCI 0,9% melalui endoscop.
II.3.3. Biopsi Jarum
Biopsi jarum merupakan cara paling sederhana untuk
mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan histologik. Cara ini hanya
sedikit mengganggu jaringan sekitarnya. Risiko menyebabkan
implantasi sel tumor melalui jarum saat diaspirasi sangat kecil. Namun
demikian, interpretasi dan specimen biopsi jarum memerlukan orang
yang cukup berpengalaman.
Biopsi ini merupakan pengambilan sampel jaringan atau cairan
dengan cara diambil lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan
bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung
atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai
panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau
lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila
menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle
aspiration biopsi. (anonim, 2011)
Biopsi jarum transtorakis perkutaneus (PTNB = percutaneus
transthoracis needly biopsi) lebih populer karena ketrampilan ahli
radiologi dan patologi meningkat. Hal ini dilakukan di bawah anestesi
lokal dan disertai beberapa komplikasi lanjut yang membutuhkan
terapi lebih lanjut. Biopsi ini dapat menngidentifikasi keganasan,
infeksi sarkoidisis, dan penyakit pulmonar lainnya. Kontraindikasi
termasuk koagulopati, hipertensi pulmonary, penyakit baru bulosa dan
ventilasi tekanan positif. (Schwatz, 2000).
Biopsi tusuk jarum atau yang lebih dikenal dengan Fine Needle
Aspiration biopsi yang biasa disingkat FNAB. FNAB adalah suatu
tindakan biopsi tumor atau benjolan yang dilakukan dengan jarum
halus 25G berdiameter 0,5 mm atau lebih kecil, untuk mengambil
contoh jaringan lalu memeriksanya dibawah mikroskop secara
sitologi. Dengan FNAB diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau
ganas, tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan,
sehingga keraguan seorang penderita apakah dirinya menderita kanker
atau tidak segera terjawab dengan cepat dan akurat.
Tindakan FNAB ini mudah dikerjakan, waktunya cepat hanya
memerlukan beberapa detik, tidak nyeri, relatif tanpa komplikasi,
biaya murah dan akurasinya cukup memuaskan. Dapat dikerjakan
pada siapa saja, laki-laki atau perempuan, orang tua, anak-anak,
bahkan pada bayi. FNAB dapat dilakukan pada tumor yang terletak di
permukaan tubuh yang dapat dilihat atau diraba seperti tumor kulit,
payudara, kelenjar gondok, dan kelenjar getah bening. Untuk tumor-
tumor organ tubuh yang lebih dalam, juga dapat dilakukan FNAB,
namun biasanya dibutuhkan bantuan dokter ahli radiologi untuk
membimbingnya dengan USG, misalnya pada tumor paru, tumor hati,
tumor ginjal, tumor pancreas dsb.
FNAB juga sangat dianjurkan pada penderita tumor atau kanker
dengan keadaan umum lemah, sehingga dapat ditegakkan
diagnosisnya segera dengan risiko yang rendah, dimana pemeriksaan
ini biasanya tidak memberatkan kondisi pasien. Pada kanker yang
sudah tersebar di kelenjar getah bening, seperti kanker nasofaring atau
kanker lainnya, untuk memastikan benaar tidaknya penyebaran
tersebut, dianjurkan dilakukan FNAB padda benjolan di kelenjar getah
bening. Hal ini sangat bermanfaat untuk memastikan stadium penyakit
dan tindakan selanjutnya. (Anonim, 2009)
Pengamatan klinisi yang cermat tentang sasaran biopsi aspirasi
baik pada tumor yang letaknya superficial (palpable tumor) maupun
tumor di dalam rongga tubuh (nonpalpable) diperlukan untuk
memperoleh hasil optimal. Tumor yang letaknya superficial dapat
dilakukan langsung biopsi aspirasi tanpa kombinasi pemeriksaan lain.
Pada tumor difus dan letaknya dalam sering diperlukan pemeriksaan
radiologi. (Linsk dan Franzen, 1986)
a. Keterbatasan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)
Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas
pada:
- Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan
- Subtipe kanker tidak selalu dapat diindentifikasi
- Dapat terjadi negatif palsu
- Harus ada kerjasama klinisi dengan patologis
(Linsk dan Franzen, 1986)
b. Indikasi biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)
Hampir pada semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik
yang terletaknya superficial palpable ataupun tumor yang terletak di
dalam rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :
a) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna
operable. Tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan
pola tindakan bedah selanjutnya. Contohnya tumor payudara
dan kelenjar tiroid.
b) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi pada maligna inoperable
merupakan diagnosis konfirmatif.
c) Diagnosis konfirmatif tumor “rekuren” dan metastasis
d) Membedakan tumor kistik, solid, dan peradangan
e) Mengambil specimen untuk kultur dan penelitian
(Linsk dan Franzen, 1986)
c. Teknik biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)
Teknik biopsi aspirasi terdiri dari:
a) Persiapaan alat
Alat yang digunakan terdiri dari tabung suntik plastik
ukuran 10 mil jarum halus, gagang pemegang tabung suntik,
kaca objek dan desinfektan alcohol atau betadin.
b) Pendekatan pasien
Dengan ramah pasien dianamnesis singkat. Wawancara
singkat ini dibuat sedemikian rupa, sehingga pasien tidak takut
atau stress dan bersedia menjalani biopsi aspirasi. Biopsi
dilakukan dengan kelembutan hati dan rasa tanggung jawab
terhadap sesama manusia.
c) Pengambilan aspirat tumor dengan cara:
Tumor dipegang lembut
Jarum diinsersi segera ke dalam tumor
Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal
sehingga tekanan di dalam tabung menjadi negatif, jarum
maneuver diaspirasikan. Dengan cara demikian sejumlah sel
massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik
Piston dalam tabung dikembalikan pada posisi semula
dengan cara melepaskan pegangan
Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan
di udara dan dikirimkan ke laboratorium pusat pemeriksaan
kanker
d) Diagnosis sitologik biopsi aspirasi dan nilai klinik dari FNAB :
Positif
Sitologi positif merupakan “worning” untuk melakukan
tindakan lebih lanjut antara lain survey metastasis,
menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila
diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.
Negatif
Sitologi negatif atau kelainan jinak, belum dapat
menyingkirkan adanya kanker, perlu dipikirkan kemungkinan
negatif palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan
teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada
sediaan. Bila terdapat diskrepansi sitologi dan data klinik,
alternatif tindakan terbaik adalah biopsi bedah. Akan tetapi,
pada kasus sitologi negative dengan spesifikasi kelainan dan
cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat
ditentukan.
Suspek
Sitologi dari suspek mungkin memerlukan pemeriksaan
lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan
beku ataupun sitologi imprint atau kerokan durante
operasionam.
Inkonklusif
Inklonkusif dapat terjadi karena kesalahan teknik atau
karena kondisi tumor yang terganggu, misalnya mudah
berdarah, jaringan ikat yang banyak sehingga sulit
membentuk sel tumor.
II.3.4. Biopsi Eksisional
Biopsi eksisional merupakan insisi lesi secara in toto yaitu
pendekatan yang umum untuk lesi yang kecil. Eksisi ini di lakukan
dengan melibatkan jaringan normal dan memungkinkan dilakukan
penutupan kembali. Lesi di mulut yang paling sering dilakukan biopsi
eksisional adalah fibroma, serta lesi yang ukuran dan lokasinya
memungkinkan untuk diambil secara eksisi. Papiloma, granuloma
periferal dan banyak lesi berpigmen biasannya juga diambil secara
eksisi total.
Sebagian besar biopsi eksisional maupun insisional dilakukan
dengan teknik elips. Bentuk elips didesain sedemikian rupa sehingga
dapat dibuat biopsi yang mencakup lesi dan jaringan normal
disekitarnya setebal 2-3 mm. (Pedersen,1996).
Biopsi eksisional digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang
secara klinis merupakan lesi yang jinak, secara keseluruhan (diameter
kurang dari 1 cm) baik lesi superfisial atau profundus, lunak atau
keras. Pendekatan yang dilakukan bisa dengan insisi berbentuk elips
(untuk lesi permukaan) atau modifikasinya, apabila lesi terletak di
jaringan lunak. Lesi keras yang kecil baik superfisial atau profunda
biasanya juga diambil in toto (Pedersen,1996).
II.3.5. Oral Punch Biopsy
Punch biopsy merupakan pengangkatan jaringan atau sel dengan
cara membuat lubang pada area yang patologis. Punch Biopsy
merupakan teknik alternatif dari biopsi insisional tradisional. Pada
dasarnya, “punch” ini merupakan pisau berbentuk sirkuler/bulat yang
menempel pada handle plastik, seperti yang terlihat pada gambar 1
dan 2. Diameter dari pisau punch bervariasi antara 2 sampai 10 mm.
Gambar 1. Punch diameter 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm
Gambar 2. Punch diameter 6 mm
Dokter gigi sering dihadapkan dengan neoplasma dan penyakit
rongga mulut. Namun dikarenakan kebanyakan pasien enggan untuk
dilakukan prosedur bedah mulut, sehingga biopsi diperlukan untuk
menentukan diagnosis pasti. Biopsi ini memiliki kegunaan yang
terbatas dalam mulut. Biopsi lebih aplikatif dalam pengangkatan
spesimen kecil jaringan yang tidak dapat dicapai, seperti sinus
maksilaris dan lateral atau dinding posterior faring. Biopsi ini
membantu dalam pengendalian perdarahan. Jika biopsi dilakukan di
rumah sakit dapat diperoleh potongan beku yang memungkinkan
untuk melanjutkan tindakan dengan pengangkatan lesi secara total.
Teknik Punch Biopsy:
a. Menentukan daerah biopsi di rongga mulut.b. Memberikan anestesi lokal.
Biopsi biasanya dilakukan menggunakan anestesi lokal.
Pada saat preparasi, lebih baik tidak menggunakan antiseptik
yang kuat karena cenderung dapat merubah jaringan dan
mempengaruhi perubahan kualitas warna. Anestesi seharusnya
tidak disuntikan pada tumor, karena infiltrasi dengan anestesi
cenderung menggembungkan jaringan dan mengubah
bentuknya, dan jika lesi ganas dapat menyebabkan penyebaran.
c. Menetapkan ukuran biopsi
Biopsi mukosa seharusnya kurang lebih berdiameter 3 mm.
Akan tetapi, lesi oral yang belum ganas dan SCC seringkali
membutuhkan biopsi yang lebih dalam karena mempunyai ciri
lapisan epitel yang lebih tebal dan hiperkeratosis. Untuk lesi ini,
kedalaman yang direkomendasikan adalah 4 mm atau 5 mm.
d. Memperoleh sampel biopsi dengan punch biopsy
Selama punch biopsy, punch dimasukan ke dalam mukosa
dengan gerakan rotasi untuk menyertai pemotongan jaringan
dengan kedalaman yang tepat.
Gambar 4. Ilustrasi Punch Biopsy pada area mukosa bukal
Sampel kemudian diletakan di 10% fiksatif formalin buffer
netral. Volume fiksatif seharusnya kurang lebih 20 kali volume
sampel untuk menghindari fiksasi yang tidak baik atau autolisis.
e. Memastikan hemostatis
Jika memungkinkan, tempat biopsi seharusnya dijahit
untuk menutup luka dan menjamin hemostasis yang baik.