birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

10
“BIROKRASI” SEBUAH FENOMENA SOSIOLOGIS Surya Agung LATAR BELAKANG Masyarakat kini tak lagi diam seperti dulu. Dulu masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat dan demokrasi seakan hanya menjadi slogan saja. Namun setelah pemerintahan Presiden Soeharto digulingkan, tabuh reformasi digaungkan dan kehidupan demokrasi yang menjamin hak dari tiap warga Negara untuk berpendapat kini benar-benar menjadi komitmen. Sebagaimana kita ketahui, saat ini pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan perbaikan di segala lini birokrasi kepemerintahannya. Berbagai usaha ditempuh oleh pemerintah demi mewujudkan suatu organisasi yang bersih dan mengintegrasikan prinsip-prinsip good and clean governance di dalamnya. Usahausaha juga terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebuah reformasi birokrasi dicanangkan oleh pemerintah. Dan sebagai sebuah langkah awal pemerintah menetapkan tiga pilot project reformasi birokrasi yakni Departemen Keuangan, Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Upload: suryaagung

Post on 27-Jun-2015

113 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

“BIROKRASI”

SEBUAH FENOMENA SOSIOLOGIS

Surya Agung

LATAR BELAKANG

Masyarakat kini tak lagi diam seperti dulu. Dulu masyarakat tidak memiliki

kebebasan dalam berpendapat dan demokrasi seakan hanya menjadi slogan saja. Namun

setelah pemerintahan Presiden Soeharto digulingkan, tabuh reformasi digaungkan dan

kehidupan demokrasi yang menjamin hak dari tiap warga Negara untuk berpendapat kini

benar-benar menjadi komitmen.

Sebagaimana kita ketahui, saat ini pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

perbaikan di segala lini birokrasi kepemerintahannya. Berbagai usaha ditempuh oleh

pemerintah demi mewujudkan suatu organisasi yang bersih dan mengintegrasikan prinsip-

prinsip good and clean governance di dalamnya. Usahausaha juga terus dilakukan oleh

pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang melayani dan memenuhi kebutuhan

masyarakat. Sebuah reformasi birokrasi dicanangkan oleh pemerintah. Dan sebagai sebuah

langkah awal pemerintah menetapkan tiga pilot project reformasi birokrasi yakni Departemen

Keuangan, Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Masalah birokrasi ini masih tetap menjadi isu sentral yang ramai dibicarakan.

Memang birokrasi bukan lagi suatu yang asing dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

kehidupan sosial, setiap anggota masyarakat pasti akan bersentuhan dengan yang namanya

birokrasi. Birokrasi pemerintah seharusnya menempatkan dirinya sebagai mediating agent,

penjembatanan antara kepentingan-kepentingan masyarakat dengan kepentingan pemerintah.

Namun, birokrasi sebagai “alat pemerintah” tidak mungkin “netral” dari pengaruh

pemerintah. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa birokrasi tidak memiliki kemandirian.

Justru karena posisinya sebagai alat pemerintah yang bekerja untuk kepentingan masyarakat,

maka diperlukan kemandirian birokrasi. Dalam ketidaknetralannya tersebut, birokrasi tetap

memiliki kemandirian fungsional, yaitu melayani kepentingan masyarakat secara

Page 2: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

keseluruhan. Ia menempatkan dirinya lebih sebagai “abdi masyarakat” daripada “abdi

negara” atau setidak-tidaknya ada keseimbangan antara keduanya. Rancang bangun birokrasi

dalam konteks hubungan kekuasaan, seharusnya apolitis, terbebas dari pengaruh interest

tertentu dari pemerintah selaku pemberi tugas. Tidak mencitrakan dirinya sebagai new

political power dalam peta politik yang sudah ada.

IDENTIFIKASI MASALAH

Tentunya kita sudah memahami mengenai istilah birokrasi, seperti apa yang di

ungkapkan Blau dan Page (1956) mengemukakan “Birokrasi sebagai tipe dari suatu

organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administrative yang besar, dengan

cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang”. Dan apabila

kita mendengar kata “Birokrasi” maka langsung yang ada dalam pikiran kita adalah

bahwasannya kita berhadapan dengan suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke

meja lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba mahal.

Dilain pihak, seperti yang kita pahami birokrasi justru untuk melaksanakan prinsip-

prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi administratif. Tetapi pada

realitasnya kadangkala di dalam pelaksanaannya birokratisasi seringkali mengakibatkan

adanya ketidakefisienan. Dan sebenarnya apa yang melatar belakangi hal ini,

membingungkan bukan ?

Seringkali penetapan suatu langkah baru tidak disertai dengan komitmen untuk

melakukannya dengan konsisten. Seringkali undang-undang yang dibuat dengan susah payah

dan diawali dengan begitu banyak pertentangan mengenai untung dan ruginya, namun pada

saat proses implementasi hanya mendapat nilai nol besar. Indonesia merupakan negara

dengan begitu banyak peraturan namun hanya sebatas peraturan. Hanya sebatas hitam di atas

putih saja, mungkin “lebih baik punya dari pada tidak sama sekali.”

Page 3: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

Begitupun dengan reformasi birokrasi ini. Peningkatan kinerja aparatur Negara

menjadi salah satu titik tujuan dilakukannya reformasi birokrasi. Dengan reformasi birokrasi

ini diharapkan terjadi proses peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

karena kinerja pemerintah yang meningkat. Tolok ukur yang digunakan oleh Departemen

Keuangan adalah berakhirnya perilaku koruptif, termasuk suapmenyuap, menunda-nunda

pelayanan, serta tidak disiplin. Diharapkan reformasi birokrasi dapat mengubah semua hal

negatif menjadi sesuatu yang positif dan bernilai tambah sehingga dapat memulihkan

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

PEMBAHASAN

Manusia modern, menghabiskan hidupnya dalam organisasi. Organisasi menjadi

pemimpin yang tanpa disadari menjadi lingkungan yang selama ini kita huni. Sangat tidak

mengherankan jika manusia kemudian disebut dalam sebagai Organizational Society. Dalam

konteks kenegaraan, kehidupan pengorganisasian masyarakat dalam wilayah negara,

pengorganisasiannya disebut birokrasi pemerintahan.

Dalam era demokratisasi, dilema dalam hubungan antara penjabaran nilai-nilai

demokrasi dan realitas manajemen organisasi birokrasi di masyarakat menjadi hal yang pelik,

rumit serta problematik. Realitas sosial masyarakat yang dilahirkan serba tidak teratur dan

transisi, yang terdiri dari berbagai kelompok-kelompok majemuk, tampil dengan topeng

liberal demokrasi yang menuntut lahirnya sebuah citra perfect dari birokrasi yang berwujud

demokratis.

Mentalitas state apparatus Indonesia, yang belum menampakkan kongkretisasi

perwujudan nilai-nilai demokrasi sistem pemerintahan yang menjunjung nilai-nilai

kesejajaran yang digerakkan visi dan misi, belum menunjukkan tanda-tanda perwujudan

aksinya. Kesulitan menerjemahkan kerangka baru (aturan) dalam aktivitasnya, karena rule

driven penggeraknya belum berubah secara total. Kenyataan ini melahirkan keraguraguan

dalam pengimplementasiannya. Fenomena ini yang dialami aparat pemerintah dalam

menjalankan tugasnya saat ini, disamping sangat rendahnya motivasi, kemauan kerja serta

inisiatip aparat birokrasi, karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.

Page 4: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

Konsep baru saat ini, merupakan bentuk modernizing birokrasi yang mestinya telah

dikembangkan di Indonesia mengingat telah besarnya anggaran pelatihan, seminar, kursus,

diklat untuk upaya peningkatan kinerja pelayanan publik yang berorientasi kepada kepuasan

masyarakat diseluruh Indonesia, dari pusat hingga pelosok desa. Tetapi mengapa belum

berubah, yang mengalami perubahan adalah wajah teknis administratif yang kian rumit,

sementara perilaku birokrasi sebagai driven utama tidak ada perubahan.

Paternalisme Birokrasi

kondisi dimana bawahan selalu takut melampaui wewenang pimpinan atau atasannya.

Sehingga tidak berbeda dengan perilaku birokrasi orde baru, dimana bawahan tergantung

kepada pimpinan. Kondisi itu, tidak melahirkan diskresi, dalam birokrasi yaitu kebebasan

menerjemahkan situasi yang dihadapi tiap aparat sesuatu profesi dan tugasnya dalam

mengambil keputusan sendiri dan tidak bersandar pada juklak dan juknis yang kaku. Adanya

ketergantungan, menyebabkan tidak jalannya mekanisme sistem pelayanan publik sebagai

salah satu tugas aparat pemerintah sehingga menciptakan inefisiensi birokrasi dalam

merespons kebutuhan pengguna jasa.

Reformasi Birokrasi

Tata kelola pemerintahan pasti membutuhkan birokrasi. Tapi birokrasi yang diiringi

dengan korupsi, suap, dan pungli justru membusukkan pemerintahan itu sendiri. Ia tak hanya

menguapkan anggaran pemerintah, tetapi juga memakan sebagian dana masyarakat. Pada titik

tertentu dapat mengganggu kemajuan aktivitas ekonomi.

Efek ke bawah dari buruknya birokrasi adalah pelayanan publik. Operasi birokrasi

dapat berubah sebagai sarana memupuk penghasilan tambahan. Berurusan dengan birokrasi

diiringi dengan pembebanan ke publik. Setiap prosedur yang diterapkan tak jarang dilanggar.

Sebagian pelaksana dapat diduga melanggar hukum atau melakukan tindak pidana.

Page 5: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

Memperbaiki pemerintahan berarti juga mereformasi birokrasi. Jika program

reformasi birokrasi diselesaikan pada 2011, berarti tinggal dua tahun lagi. Dua tahun

bukanlah waktu yang panjang. Sekurang-kurangnya mestilah membayangkan, sebersih apa

birokrasi pemerintahan pada 2011?

Masalahnya, reformasi birokrasi tak bisa berjalan tanpa dukungan aparatur yang lain.

Beberapa hal yang perlu dilakukan berikut ini sudah seharusnya menjadi pertimbangan yang

lebih tegas.

Pertama, kerangka hukum, aturan, dan prosedur tata kelola adalah perangkat yang

menjadi pegangan. Perilaku buruk haruslah dikenai sanksi tanpa diskriminasi. Yang terlibat

pelanggaran hukum atau tindak pidana haruslah diproses sesuai dengan ketentuan hukum.

Yang melanggar aturan dan prosedur dikenai sanksi administrasi dan disiplin.

Kedua, pembenahan birokrasi juga menyangkut restrukturisasi agar lebih efisien,

termasuk cara kerja, disiplin, perilaku yang lebih terbuka dan bertanggung jawab. Penataan

kembali ini mengubah watak. Jika sebelumnya sebagai perintang, beralih sebagai pelayanan

untuk publik.

Ketiga, operasional dalam birokrasi perlu dikerangkakan dengan suatu program agar

pelaksananya mempunyai pegangan untuk mengelola berbagai aktivitas kerja dalam

mencapai tujuan pelayanan, konsistensi kerja, dan peningkatan etika profesionalisme. Dengan

program, setidaknya setiap pelaksana diingatkan tentang rencana dan tujuan yang hendak

dicapai.

Page 6: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Permasalahan seputar birokrasi bukan merupakan hal baru di negeri ini. Namun,

faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pembentukannya baru menjadi isu utama

belakangan ini. Menjaga kedaulatan negara bukan sekadar dengan mempertahankan wilayah

teritorial, tetapi juga dengan menunjukkan harga diri bangsa melalui penolakan terhadap

pengaruh-pengaruh asing dalam pembentukan kebijakan yang dapat merugikan proses

pembaruan hukum di Tanah Air.

Tidak diragukan lagi, saat ini, banyak pemikir di bidang hukum yang berada di jajaran

pemerintahan. Persoalannya bukan lagi mampu atau tidak mampu, tetapi mau atau tidak mau.

Kemauan yang keras dari para birokrat dibantu oleh para pemikir hukum terbaik bangsa

sangat dibutuhkan dalam rangka reformasi berbagai kebijakan, terutama di bidang hukum

atau yang menyangkut kepentingan masyarakat. Hal ini juga untuk menghindari masuknya

pengaruh eksternal yang berpotensi memberikan akibat negatif bagi bangsa dan negara.

B. Saran

Perlu adanya pembelajaran mengenai etika administrasi yang dibahas dalam

hubungannya dengan masalah tujuan dan cara yang diperlakukan dalam lingkungan

birokrasi. Etika administrasi dimaksudkan untuk mendorong agar birokrat

menampilkan perilaku yang benar dan berguna.

Studi Perbandingan dan Pengembangan, usaha pengembangan/pelembagaan

organisasi adalah suatu usaha untuk memperbaiki efektivitas dan kesehatan organisasi

dengan menggunakan ilmu dan pengetahuan perilaku. Pengembangan/ pelembagaan

organisasi dipandang sebagai analisis segi kemanusiaan dalam seluruh kehidupan

organisasi. Perkembangan masyarakat yang semakin kompleks mendorong

tumbuhnya studi administrasi terhadap bidang-bidang khusus. Tujuannya adalah

untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

Page 7: Birokrasi "sebuah fenomena sosiologis"

DAFTAR PUSTAKA

Soedjatmoko, 1986. Dimensi Manusia dalam Pembangunan. Jakarta: Cetakan III.

LP3ES

Masyarakat Transparansi Indonesia.

http://www.transparansi.or.id/good_governance/prinsip.html

Blau, M Peter dan M. W. Meyer. 1987. Birokrasi Masyarakat Modern, Edisi Kedua,

Alih Bahasa Gary Rachman Jusuf, UI-Press, Jakarta.

Surie.H.G. 1987. Ilmu Administrasi Negara : Suatu Bacaan Pengantar, Gramedia,

Jakarta.

http://www.docstoc.com/docs/24568568/Reformasi-Birokrasi-di-Lingkungan-

Pemerintah-Daerah