bleaching (pemutihan)

Upload: fj-imvu

Post on 31-Oct-2015

182 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

  • BLEACHING (PEMUTIHAN) PADA GIGI

    YANG MENGALAMI PERUBAHAN WARNA

    MAKALAH

    OLEH :

    MILLY ARMILIA, drg.

    NIP : 130779423

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2002

  • Mengetahui :

    Ketua Jurusan Konservasi gigi

    FKG Unpad, Bandung

    Prof. Dr. H. Moch.Richata Fadil, drg.

    NIP : 130321244

  • ABSTRAK

    Perubahan warna gigi anterior merupakan problem estetika yang sering mendorong pasien untuk mencari perawatan. Meskipun tersedia cara restoratif, misalnya pembuatan mahkota atau veneer, sering kali perubahan warna dapat diperbaiki seluruhnya atau sebagian dengan pemutihan (bleaching).

    Etiologi perubahan warna adalah dekomposisi pulpa nekrosis, pendarahan intrapulpa, metamorposis kalsium, defek perkembangan. Perubahan warna iatrogenik yang disbabkan jenis bahan kimia dan bahan yang dipakai di kedokteran gigi, biasanya dapat dihindari, misalnya material obturasi, sisa-sisa jaringan pulpa. Obat-obatan intrakanal, restorasi logam, restorasi komposit.

    Prosedur bleaching dapat dilakukan secara internal, dari kamar pulpa, atau eksternal pada permukaan email. Metode internal bleaching yang paling sering digunakan untuk memutihkan gigi yang telah dirawat saluran akar adalah teknik termokatalitik dan yang disebut walking bleach. Eksternal bleaching disebut juga teknik pemutihan vital, aplikasi oksidator pada permukaan email gigi dengan pulpa vital.

    Kata kunci : perubahan warna gigi, etiologi, internal bleaching ,eksternal bleaching.

  • ABSTRACT

    Discoloration of anterior teeth is a cosmetic problem, often significant enough to induce patient to seek corrective measures. Altough restorative methods are avaible such as crowns and veneers, frequently the discoloration can be corrected totally or partially by bleaching.

    Etiologies of discoloration are decomposition of pulp nekrosis, intrapulpal hemorrhage, calcific metamorphosis, developmental defects. Iatrogenic discoloration due to the use of chemicals and or materials in dentistry are usually preventable, for examples obturing materials, remnants of pulpal tissue, intracanal medicaments, restorations metallic, restoration composites.

    The bleaching procedures may be internal, from within the chamber atau external on the enamel surface. The methods internal bleaching most commonly to bleach teeth with existing root canal tretment are thermocatalytic and the socalled walking bleach. External bleaching so called vital bleaching, application of oxidizer to the enamel surface of tooth with a vital pulp.

    Key word : discoloration, etiologies, internal bleaching, external bleaching.

  • PRAKATA

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah WST, atas segala

    rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

    harapan setelah membacanya akan menambah sedikit gambaran dan pengetahuan tentang

    Bleaching (Pemutihan) Gigi yang telah Berubah Warna.

    Selama menyusun makalah ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

    pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril. Dalam

    kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1. Prof. Dr. Hj. Roosye Rosita Oewen, drg, Sp.Ped. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

    2. Prof. Dr. H. Moch. Richata Fadil, drg, sebagai Ketua Jurusan Konservasi Gigi,

    Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran Bandung yang telah memberi

    kesempatan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

    3. Prof. Dr. H. Setiawan Natasasmita, drg, yang telah memberikan dorongan dan

    bantuan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya,

    namun mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya.

    Bandung, Agustus 2002

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK i

    ABSTRACT.. ii

    PRAKATA iii

    DAFTAR ISI . iv

    BAB I : PENDAHULUAN 1

    BAB II : ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI ... 2

    2.1 Perubahan Warna menurut Grossman . 2

    2.1.1 Perubahan Warna Ekstinsik.. 2

    2.1.2 Perubahan Warna Intrinsik .. 2

    2.2 Penyebab Perubahan Warna menurut Walton.. 3

    2.2.1 Penyebab Noda Alamiah 3

    2.2.2 Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik. 5

    BAB III : BAHAN-BAHAN DAN MEKANISME BLEACHING ... 8

    3.1 Bahan-bahan Bleaching 8

    3.2 Meknisme Bleaching 9

    BAB IV : TEKNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI. 11

    4.1 Teknik Bleaching secara Eksternal 11

  • 4.1.1 Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang berubah

    Warna karena Tetrasiklin 11

    4.1.2 Bleaching Teknik Mouthguard . 12

    4.1.3 Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah

    Warna karena Fluorosis .. 13

    4.2 Teknik Bleaching secara Internal (Intrakoronal) .. 14

    4.2.1 Teknik Walking Bleach ..14

    4.2.2 Teknik Termokatalitik 15

    4.2.3 Teknik Kombinasi ..16

    4.2.4 Teknik Foto Oksidasi Ultra Violet .16

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 18

    5.1 Kesimpulan 18

    5.2 Saran . 18

    DAFTAR PUSTAKA . 19

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Perubahan warna gigi terutama gigi anterior dapat menimbulkan suatu problema

    estetika yang mempunyai dampak psikologi yang cukup besar bagi penderitanya. Pada

    saat ini, perkembangan cosmetic dentistry sangat menonjol dalam menanggulangi hal

    tersebut yaitu dengan cara restoratif misalnya pelapisan mahkota atau dengan cara

    bleaching, yaitu suatu cara pemulihan kembali gigi yang berubah warna, sampai

    mendekati warna gig asli dengan proses perbaikan secara kimiawi dan tujuannya

    mengembalikan faktor estetik penderita.

    Tehnik bleaching ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih baik dari

    segi estetik karena tidak mengambil jaringan keras gigi dan tehnik perawatan relatif lebih

    mudah dibandingkan dengan pembuatan suatu mahkota tiruan. Bleaching dapat

    dilakukan pad gigi vital maupun gigi non vital yang mengalami perubahan warna

    (Tarigan, 1994).

  • BAB II

    ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI

    2.1 Perubahan Warna menurut Grossman

    Menurut Grossman (1995), perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan sebagai

    ekstrinsik atau intrinsik.

    2.1.1 Perubahan Warna Ekstrinsik

    Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya

    berasal lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat

    kekuning-kuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman

    menyebabkan gigi menjadi berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak,

    bercak kehijauan yang dihubungkan dengan membran Nasmyth pada anak-anak.

    2.1.2 Perubahan Warna Intrinsik

    Perubahan warna imtrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda

    yang terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau

    penggabungan bahan-bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila

    masuk ke dalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna

    gigi dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis

    imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpa nekrosis.

  • 2.2 Penyebab Perubahan Warna Gigi menurut Walton

    Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahn warna dapat terjadi pada saat

    atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi

    menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik.

    2.2.1 Penyebab Noda Alamiah

    Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi

    setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di

    dalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cedera trauma.

    Contoh penyebab noda alamiah adalah sebagai berikut :

    1. Pulpa nekrosis

    Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan

    mewarnai dentin di sekitarnya.

    2. Perdarahan intrapulpa

    Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis

    eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tulubus

    dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin

    meningkat.

    3. Metamorfosis kalsium

    Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau

    pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau

    warna gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan.

  • Pada pasien yang sudah tua,perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai

    akibat aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan

    optik dalam email.

    4. Defek perkembangan

    Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.

    1) Fluorosis endemik

    Masuknya sejumlah flour saat pembentukan gigi menyebabkan kerusakan

    struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia.

    Permukaan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut.

    2) Obat-obatan sistemik

    Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat

    menyebabkan perubahan warna gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan

    perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna

    kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah,

    frekwensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat.

    3) Defek dalam pembentukan gigi

    Kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia

    atau hipokalsifikasi,terlihat warna gigi kecoklatan.

    4) Kelainan darah dan faktor-faktor lain

    (1) Kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk

    kerusakan darah dapat bergabung ke dalam dentin dan mewarnai gigi.

    (2) Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan perubahan

    warna beebentuk pita pada email.

  • (3) Porfiria penyakit metabolisme menyebabkan menyebabkan gigi susu atau

    gigi permanen berubah warna menjadi kemerahan atau kecoklatan.

    (4) Penyakit sistemik dan masuknya bahan obat-obatan, merupakan kejadian

    yang jarang dan tidak dapat diidentifikasi.

    2.2.2 Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik

    Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan

    oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.

    2.2.2.1 Perubahan Warna Gigi karena Perawatan Endodontik

    Perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh

    beberapa hal tersebut dibawah ini (Walton & Torabinejab, 1996) :

    1. Bahan obturasi

    Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran

    akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam.

    2. Sisa-sisa jaringan pulpa

    Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk

    pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan.

    3. Obat-obatan intra kanal

    Kebanyakan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, misalnya obat

    intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama

    memungkinkan obat berpenetrasi ke dalam dentin sehingga akan menyebabkan

    perubahan warna gigi.

  • 2.2.2.2 Perubahan Warna Gigi karena Restorasi Korona

    Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab,

    1996):

    1. Restorasi logam

    Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat

    mengubah warna dentin menjadi abu-abu gelap.

    2. Restorasi komposit

    Kebocoran mikro tumpatan komposit dapat menyebabkan perubahan warna gigi.

    Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia yang

    mewarnai dentin.

  • BAB III

    BAHAN-BAHAN DAN MEKANISME BLEACHING

    3.1 Bahan-bahan Bleaching

    Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan

    preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah

    sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

    1. Hidrogen peroksida

    Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai

    konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan

    hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening

    tidak berwarna dan tidak berbau.

    2. Pirozon

    Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini

    bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual

    pada pasien.

    3. Natrium perborat

    Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru

    mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali,

    lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.

    4. Karbamid peroksida

  • Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh

    dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5

    % dan mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin

    atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.

    5. Larutan Mc. Innes

    Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida

    30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus

    fluorosis.

    6. Natrium peroksiborat monohidrat

    Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak

    daripada natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.

    3.2 Mekanisme Bleaching

    Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk

    menembus email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan. Penembusan ini

    terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai

    kemampuan denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion melalui

    gigi.

    Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh adanya

    reaksi oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hidrogen

    peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini mempunyai

    kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna, melalui reaksinya dengan

  • oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga warna menjadi netral dan menyebabkan

    terjadinya efek pemutihan.

    Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal

    bebas, HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida

    berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas bermuatan merupaka

    radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul organik atau radikal bebas

    lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak

    sehingga terjadi efek pemutihan (Feinman, 1987; Goldstein and Garber, 1995).

  • BAB IV

    TEHNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI

    Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching

    secara eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan

    bleaching secara internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar

    dengan baik.

    4.1 Tehnik Bleaching secara Eksternal

    Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin

    dan faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial.

    4.1.1 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin

    Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena

    tetrasillin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tehniknya bleaching secara

    eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :

    1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung mulut,

    pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada gigi yang

    akan dirawat.

    2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada bagian

    labial dan palatinal gigi.

    3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled photoflood

    yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan hand-held

  • thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini pada permukaan

    gigi yang telah diberi gulungan kapas yang dibasahi dengan superoxol.

    4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3 kali.

    5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan karet

    isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.

    6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.

    7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur

    bleaching diulang

    4.1.2 Bleaching Tehnik Mouthguard

    Tehnik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai

    tehnik pemutihan di rumah, biasa disebut juga tehnik pemutihan dengan matriks. Tehnik

    ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital bleaching atau

    dipakai pada siang hari.

    Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai berikut (Walton & Torabinejab,

    1996) :

    1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama

    perawatan.

    2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die

    diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan

    pemutih.

    3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1

    mm melewati tepi ginggiva.

  • 4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan ke

    dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard

    dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang.

    5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan

    bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.

    6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.

    4.1.3 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis

    Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah

    tehnik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam.

    Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu tehnik

    dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton &

    Torabinejab, 1996).

    4.2 Tehnik Bleaching secara Internal (Intrakoronal)

    Pemutihan gigi secara intrakoronal dilakukan pada gigi yang telah dirawat

    endodontik dengan baik. Metode bleaching yang umum dilakukan untuk gigi ini adalah

    tehnik walking bleach, termokatalitik dan kombinasi.

    4.2.1 Tehnik Walking Bleach

    Tehnik ini memakai campuaran superoxol dan natrium perborat, prosedurnya

    adalah sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

  • 1. Jaringan sekitar gigi yang akan dirawat dilindungi dengan vaselin.

    2. Isolasi gigi dengan karet isolator (rubberdam).

    3. Kamar pulpa dan tanduk pulpa dibersihkan, kemudian dentin bagian labial dalam

    kamar pulpa dikurangi 0,5 mm dengan bor kecepatan rendah.

    4. Kurangi gutaperca dengan plugger panas sebanyak 2 mm ke arah apikal.

    5. Daerah orifis ditutup dengan semen seng oksida eugenol setebal 1 mm.

    6. Bersihkan kamar pulpa dengan xylene atau isopropil alkohol 70 %, kemudian

    keringkan dengan aliran udara. Menurut Hyess (1986) dapat juga dipakai asam fosfat

    37 % yang dioleskan dalam kamar pulpa selama 1 menit, kemudian bilas dengan air

    dan keringkan.

    7. Letakkan pasta campuran natrium perborat dengan superoxol di dalam kamar pulpa,

    tekan dengan kapas ke arah dinding labial kemudian tutup dengan tumpatan

    sementara seng oksida eugenol.

    8. Kujungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian. Bila pemutihan gigi belum

    berhasil, ulangi prosedur di atas, tetapi bila sudah berhasil, bersihkan gigi kemudian

    lakukan tumpatan tetap dengan resin komposit.

    4.2.2 Tehnik Termokatalitik

    Tehnik ini mengunakan panas untuk mempercepat proses oksidasi. Sumber panas

    yang dapat digunakan adalah rheostat controlled photoflood, lihgt activited atau

    instrumen Woodson. Prosedur tehnik termokatalitik adalah sebagai berikut (Grossman,

    1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

  • 1. 1.Isolasi gigi yang akan dirawat dengan karet isolator. Lindungi jaringan lunak

    dengan petrolium jelly atau cocoabutter.

    2. Buang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm ke apikal dibawah gusi.

    3. Buang dentin dibagian labial kamar pulpa dengan bor bulat yang berputar secara

    perlahan.

    4. Bersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian keringkan dengan

    hembusan udara.

    5. Lindungi jaringan lunak dan gigi tetangga dari panas yang berasal dari sumber panas.

    Letakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah karet isolator untuk menutup bibir

    dan jaringan lunak.

    6. Letakkan sebuah kapas dalam kamar pulpa yang dibasahi hidrogen peroksida 30-35

    %, tutup permukaan labial gigi dengan kapas yang telah dibasahi bahan pemutih.

    Arahkan sumber panas pada gigi yang telah disiapkan.

    7. Basahi lagi kapas dengan hidrogen peroksida segar. Ulangi langkah ini 4-5 kali.

    8. Evaluasi efek pemutihan,bila belum berhasil pertemuan berikutnya dilakukan

    seminggu kemudian setelah kavitas ditutup tumpatan sementara.

    9. Apabila hasilnya sudah memuaskan, bersihkan kamar pulpa dengan kloroform xylene

    atau alkohol, kemudian lapisi dengan semen yang berwarna putih sebelum dilakukan

    tumpatan tetap dengan resin komposit.

  • 4.2.3 Tehnik Kombinasi

    Tehnik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan tehnik walking

    bleach dengan tehnik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat dan

    memuaskan.

    Prosedur tehnik kombinasi adalah langkah pertama sama dengan tehnik

    termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah dibasahi hidrogen

    peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil

    pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar pulpa.

    Tindakan selanjutnya seperti tehnik walking bleach (Walton & Torabinejab, 1996).

    4.2.4 Tehnik Foto Oksidasi Ultra Violet

    Lampu ultraviolet diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan.

    Cairan hidrogen peroksida 30-35 % diletakkan di dalam kamar pulpa dengan kapas, lalu

    disinari dengan lampu ultraviolet selama 2 menit. Diduga hal ini mengakibatkan

    penglepasan oksigen sama dengan pemutihan tehnik termokatalitik. Cara ini kurang

    efektif dibandingkan dengan tehnik walking bleach serta memerlukan waktu yang lebih

    banyak (Walton & Torabinejab, 1996).

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    Proses bleaching (pemutihan) gigi, merupakan suatu tindakan yang cukup efektif

    dan sederhana dalam menanggulangi perubahan warna gigi, baik pada gigi vital maupun

    pada gigi non vital yang telah dirawat endodontik.

    5.2 SARAN

    Sebaiknya dokter gigi mempertimbangkan cara bleaching yang mana yang akan

    dikerjakan untuk memutihkan gigi sesuai dengan indikasinya sehingga akan memberikan

    hasil yang memuaskan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Feinman R.A. et all. 1987. Bleaching Teeth. Chicago, London, Berlin, Tokyo, Sao paulo, Hongkong : Quintessence Publishing Co., Inc.

    Goldstein, R.E. and Garber D.A 1995. Complete Dental Bleaching. Chicago, Berlin, London, Sao Paulo, Moscow, Prague, Warsaw : Quintessence Publishing Co., Inc.

    Grossman, L.I. et all, 1998. Endodontic Practice. Eleventh Edition. Philadelphia, Pennsylvania, U.S.A : Lea & Febiger.

    Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya Medika.

    Walton, R. & Torabinejab, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics. Second Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Co.