blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/04/perancangan-dan-pengembang… · web viewjenis roti...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUKLAPORAN PRODUK ROTI TAWAR STRAWBERRY
“BREAD STOP”
Oleh:
Shinta Eka Lestari (105100301111042)
Fani Bekti Pratiwi (105100301111032)
Hendri Cahya A. (105100301111047)
Bella Rahmawati (105100301111031)
Erwin Rahardianto (105100301111033)
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Roti tawar merupakan jenis roti yang pertama kali dinikmati bangsa kita.
Selanjutnya, barulah muncul tren roti manis dengan bahan-bahan isi seperti
cokelat atau keju. Bagi kebanyakan orang Indonesia (yang merasa belum makan
kalau belum makan nasi), roti disantap sebagai camilan pengganjal perut, bukan
sebagai menu makan yang mengenyangkan. Rasanya lebih manis dan teksturnya
lebih lembut. Sangat berbeda dengan adonan roti Eropa yang dasarnya hanya
mengandalkan tepung terigu, ragi, dan air. Toh, bagi mereka roti tak perlu punya
rasa karena bukan disantap begitu saja sebagai camilan.
Tak seperti di negeri asalnya, Eropa, yang menjadikan roti sebagai salah
satu makanan pokok sumber karbohidrat, roti bagi penduduk Indonesia dijadikan
camilan. Makanya kalau diperhatikan, karakteristik roti Eropa dan Asia, termasuk
Indonesia, sangatlah berbeda. Karena biasa disantap sebagai pendamping
semangkuk sup krim hangat, atau disandingkan dengan keju dan daging olahan,
roti Eropa cenderung lebih tawar dan memiliki tekstur yang lebih keras.
Tanpa perlu berpikir lama, kalau diminta mencari perbedaan roti zaman
dulu dengan roti sekarang, siapapun bisa langsung menjawab. Perkembangan roti
pun ada trennya. Dari soal bentuknya saja sudah langsung terlihat. Roti generasi
masa kini tampil lebih modis dengan bentuk yang variatif, sedangkan dulu, roti
paling-paling hanya berbentuk bulat atau lonjong. Para pelaku bisnis roti sekarang
sudah sangat imajinatif dan berani mengkreasikan bentuk roti di luar pakem.
Dikepang, dilipat, bentuk segitiga, dicetak dalam papper cup, hingga dalam takir
daun. Dari segi penampilan, roti tempo dulu cenderung polos dan tak mengkilap,
sementara olesan untuk roti modern bermacam-macam, mulai dari kuning telur,
simple syrup, atau mentega. Terkait dengan tekstur dan remahan roti, juga jelas
berbeda.
Dahulu, roti lebih padat dan kasar, kini tekstur roti sangat lembut dan
empuk. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan mentega yang zaman dulu
belum semudah saat ini. Sebagai dairy products yang dihargai cukup mahal dan
sulit didapat, menjadikan mentega sebagai bahan dasar adonan roti bukanlah hal
yang mudah. Padahal, mentega dengan kandungan lemaknya yang cukup banyak,
mampu menciptakan tekstur roti yang lembut, halus, dan tentunya rasa yang jauh
lebih enak.
Selain itu, metode pembuatan resep dasar adonan roti saat ini sudah sangat
berkembang. Hal ini tentu memengaruhi hasil akhir produk yang tercipta. Akses
informasi yang sangat mudah didapat, membuat produsen lebih mudah
mendapatkan pengetahuan seputar industri bakery. Kreativitas pun mengalir tak
terbendung.
1.2 Tujuan
Melakukan pengembangan produk roti untuk memberi nilai tambah juga
menambah variasi rasa dan tampilan dari produk roti tawar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Roti
Roti merupakan produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung
terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya kemudian dipanggang. Roti
pada awalnya dihasilkan melalui bahan dan cara pembuatan yang sederhana, yaitu
gandum yang digiling menjadi terigu murni dan dicampur air kemudian dibakar di
atas batu panas. Namun dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih
bervariasi baik dari segi ukuran, penampilan bentuk, tekstur, rasa, dan bahan
pengisiannya. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan pembuatan roti yang
meliputi aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan
adonan (Nusawanti, 2009).
Tabel 1. Komposisi Kimia Roti Tawar dalam 100 g Bahan
Komposisi Jumlah
Protein (g) 8.0
Karbohidrat (g) 50.0
Lemak (g) 1.5
Air (g) 39.0
Vitamin dan mineral (g) 1.5
Sumber : Gaman dan Sherington (2003)
2.2. Variasi Roti
Nasution (2006) memaparkan bahwa terdapat lima jenis variasi roti, yaitu:
1) Bakery
Bakery merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigum mentega,
telur, susu, dan ragi. Jenis roti ini biasa diisi dengan cokelat, keju, srikaya, selai
buah, kelapa, pisang, fla, daging sapi atau ayam, dan sosis. Bakery memiliki
bentuk yang beragam seperti bulat, lonjong, keong, gulung, sampai dengan
bentuk-bentuk hewan.
2) Roti Tawar
Roti tawar ialah salah satu jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu, mentega,
telur, susu, dan air. Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan lain serta
memiliki bentuk kotak, panjang, dan tabung.
3) Cake
Cake adalah jenis roti yang memiliki rasa manis dengan tambahan rasa (essense)
rhum, jeruk, atau cokelat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu, telur, susu,
mentega, serta tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi spikuk, roll
tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram, dan caramel.
4) Pastry
Pastry merupakan salah satu jenis roti kering yang dapat berupa kue sus, grem,
dan croissant. Roti ini dapat diisi dengan kacang, keju, cokelat, daging ayam dan
sapi, sosis, fla, atau tidak diisi apapun.
5) Donat
Donat adalah jenis roti tawar atau manis yang proses pematangannya dengan cara
digoreng atau dipanggang. Roti ini dikenal dengan bentuknya yang khas yaitu
terdapat lubang pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang sudah
dikenal secara umum, antara lain donat siram, donat keju, donat meisses, donat
kacang, dan donat isi.
2.3 Pembuatan Roti Tawar
Proses pembuatan roti tawar tersebut pada dasarnya sama saja.
Perbedaannya, roti ditambahkan essens yang dilakukan pada saat pencampuran.
Banyaknya penambahan essens untuk satu kg adonan sekitar seperempat sendok
teh. Sementara perbedaan roti dengan atau tanpa kulit adalah proses yang
dilakukan setelah roti matang (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
2.3.1 Bahan Pembuatan Roti Tawar
1. Tepung Terigu
Tepung terigu diperoleh dari pengolahan biji gandum yang sehat dan telah
dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah,
kering, tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit,
tidak berbau asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari
serangga, tikus, kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Yang harus
dipertimbangkan adalah terutama kadar protein tepung terigu dan kadar abunya.
Kadar protein mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan
kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan (Sufi, 2009).
2. Air
Air berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan
membentuk sifat kenyal glutein. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6 –
9. Makin tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air
meningkat dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang digunakan harus air
yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa (Astawan, 2006).
3. Garam
Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih,
pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari adonan
beragi, penambahan kekuatan glutein. Syarat garam yang baik dalam pembuatan
roti adalah harus seratus persen larut dalam air, jernih, bebas dari
gumpalangumpalan dan bebas dari rasa pahit (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
4. Gula
Gula sangat penting peranannya dalam pembuatan roti, diantaranya
sebagai makanan ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang umur
roti, menambah kandungan gizi, membuat tekstur roti menjadi lebih empuk,
memberikan daya pembasahan pada roti dan memberikan warna cokelat yang
menarik pada roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
5. Ragi Roti
Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa
mengembang. Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah
air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa
waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup
berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan
dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi
ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula
menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang
terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan menjadi mengembang.
Untuk pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis
Saccharomyces cerevisiae. Agar mikroba dapat beraktivitas optimal maka
beberapa persyaratan harus dipenuhi diantaranya sebagai berikut (Mudjajanto dan
Yulianti, 2004):
1. Adanya keseimbangan gula, garam, terigu dan air.
2. Agar mikroba tumbuh baik maka pH diatur berkisar 2,0 – 4,5, oksigen cukup
tersedia karena mikroba yang hidup bersifat aerob dan suhu pengolahan sekitar
30oC.
6. Mentega
Mentega berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,
memperbaiki sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat
menahan air sehingga shelf life lebih lama. Selain itu lemak juga bergizi,
memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan membantu pengembangan susunan
fisik roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
7. Susu
Pada pembuatan roti, untuk tepung jenis lunak (soft) atau berprotein
rendah, penambahan susu lebih banyak dibandingkan tepung jenis keras (hard)
atau berprotein tinggi. Penambahan susu sebaiknya berupa susu padat. Alasannya,
susu padat menambah penyerapan (absorpsi) air dan memperkuat adonan. Bahan
padat bukan lemak (BPBL) pada susu padat tersebut berfungsi sebagai bahan
penyegar protein tepung sehingga volume roti bertambah (Mudjajanto dan
Yulianti, 2004).
8. Telur
Roti yang lunak dapat diperoleh dengan penggunaan kuning telur yang
lebih banyak. Kuning telur banyak mengandung lesitin (emulsifier). Bentuknya
padat, tetapi kadar air sekitar 50 %. Sementara putih telur kadar airnya 86 %.
Putih telur memiliki daya creaming yang lebih baik dibandingkan kuning telur
(Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
2.3.2 Proses Pembuatan Roti Tawar
Proses pembuatan roti tawar menurut (Mudjajanto dan Yulianti, 2004) adalah
sebagai berikut.
1. Pencampuran
Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi
yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan
glutein, serta menahan gas pada glutein. Mixing harus berlangsung hingga tercapai
perkembangan optimal dari glutein dan penyerapan airnya. Mixing yang
berlebihan akan merusak susunan glutein, adonan akan semakin panas, dan
peragiannya semakin lambat. Proses mixing tergantung pada alat yang digunakan,
kecepatan pencampuran, penyerapan air dari glutein, formula dan masa peragian,
dan jenis roti yang diinginkan. Waktu mixing umumnya selama 8 – 10 menit atau
10 – 12 menit dengan mixer roti.
2. Peragian
Tahap peragian sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume. Pada saat
fermentasi berlangsung, selain suhu pembuatan roti sangat dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Suhu ruangan 35oC dan kelembaban udara 75% merupakan
kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu
ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Sebaliknya, semakin
dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasinya.
3. Pengadonan
Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah
diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian digiling atau dibentuk
sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat penggilingan, gas yang ada di
dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang dinginkan sehingga
mudah untuk digulung atau dibentuk.
4. Pencetakan
Agar roti sesuai dengan besarnya cetakan atau berdasarkan bentuk yang
diinginkan, adonan perlu ditimbang. Sebelum ditimbang, adonan dipotong-potong
dalam beberapa bagian. Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena
proses fermentasi tetap berjalan. Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke
dalam cetakan dengan cara bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak
lepas yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan
diistirahatkan dalam cetakan (pan proof) sebelum dimasukkan ke dalam
pembakaran. Proses ini dilakukan agar roti mengembang, sehingga hasil akhir roti
diperoleh dengan bentuk dan mutu yang baik.
5. Pemanggangan
Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu kira-kira 205oC. Suhu
pemanggangan roti kecil sekitar 220 – 230oC selama 14 – 18 menit. Sebelum
pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 – 3 menit. Untuk roti
lainnya, pembakaran dengan suhu oven 220 – 230oC, kemudian menurun hingga
200oC selama 5 – 10 menit dan sebelum selesai, pintu oven dibuka sedikit
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu PelaksanaanPelaksanaan dari pembuatan produk roti tawar ini akan dilaksanakan di
Laboratorium Agrokimia dan laboratorium Bioindustri Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Sedangkan waktu pelaksanaan dalam pembuatan roti tawar yaitu mulai tanggal 12 April 2013 sampai dengan selesai dilaksanakannya pembuatan produk roti tawar ini.
3.2 Diagram Alir Pembuatan Roti Tawar BuahBahan :
Terigu = 300 gr, air = 180 gr, gula = 75 gr, susu skim = 20 gr, mentega = 80 gr, bread improver atau ragi = 7 gr,
Pencampuran semua bahan menggunakan mixer
Penambahan potongan buah
Fermentasi awal selama 20 menit ( 27 - 30° C)
Pembentukan dan pencetakan
Fermentasi akhir 1jam ( 38° C)
Pemanggangan 15 menit (175 °C)
Produk Roti Tawar Buah
Potongan buah strawberry
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Konsep Produk
a. Deskripsi Umum Produk
Roti tawar adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu. Hampir
semua orang mengenal roti tawar sebagai sajian yang memiliki varian isi. Cara
pembuatannya yang mudah membuat makanan ini banyak dikonsumsi orang.
Biasanya upaya diversifikasi roti tawar sejauh ini sebatas pada isi pada bagian
dalam, seperti penambahan kismis kering di dalam roti . BREAD STOP adalah
roti tawar dengan berbahan dasar tepung terigu protein tinggi, dengan campuran
bahan lainnya dengan kualitas tinggi dan terdapat varian isi baru yaitu strawberry
kering. Dimana dengan penambahan variasi isi baru dapat dijadikan alternative
pilihan untuk penggemar roti isi dan pecinta strawberry.
b. Posisi produk di pasaran PLC
BREAD STOP memposisikan diri sebagai follower ,karena roti tawar
dengan isi buah kering sudah ada. Seperti isi kismis kering. Dimana BREAD
STOP member inovasi tambahan isi baru yaitu strawberry kering dengan
kandungan vitamin yang ada di dalamnya.
c. Konsumen sasaran
Konsumen sasaran untuk BREAD STOP ini adalah mahasiswa, pelajar
dan masyarakat umum. Hal ini dikarenakan roti tawar merupakan makanan yang
banyak digemari , apalagi dengan penambahan variasi strawberry kering , dimana
strawberry adalah buah yang banyak digemari dan harganya yang terjangkau dan
sangat pas untuk ukuran dompet mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum.
d. Keunggulan produk
Keunggulan produk ini adalah penambahan isi baru yaitu strawberry
kering , dimana selama ini roti tawar yang ada adalah isi kismis kering, kurma
kering. Selain itu roti tawar strawberry kering ini belum ada di pasaran, harga
terjangkau dan memiliki cita rasa yang khas.
e. Cara menggunakan produk
Cara menggunakan produk BREAD STOP adalah BREAD STOP bisa
langsung dimakan, bisa dijadikan teman makan dengan kopi maupun teh (dicocol
dengan kopi / teh) dan juga bisa diolesi dengan selai sesuai selera konsumen .
f. Nama produk merk atau tema produk
merk roti tawar strawberry kering ini adalah BREAD STOP. Nama
BREAD STOP ini diambil dari kata “BREAD” yang dalam kamus bahasa Inggris
mempunyai arti roti. Kata “STOP” jika diambil kata “STO” berarti strawberry,
dimana roti ini berisi strawberry kering. Dan harapan produsen dengan adanya
kata “STOP” konsumen selalu menikmati produk roti ini , tidak berhenti makan
dan selalu ada rasa ingin nambah.
4.2 Strategi Produk
Produk yang dibuat ini merupakan produk turunan dari roti tawar yang
memang sudah ada di pasaran. “BREAD STOP” ini merupakan inovasi terbaru
yang kami ciptakan dengan menambahkan irisan strawberry didalam adonan roti.
Strategi yang akan digunakan dalam pengembangan produk ini adalah membuat
roti tawar dengan berbagai variasi bentuk dan potongan berbagai buah-buahan
tropis yang sebelumnya akn dikeringhkan atau dijadikan sebuah manisan. Untuk
pengembangan tekniologi yang digunakan, kami akan menggunakan teknologi
sistem otomatis pembuatan roti tawar buah dengan system yang diatur oleh
operator mesin. Kami akan menggunakan system otomatis penyortiran buah yang
akan menghasilkan buah dengan kualitas terbaik sehingga akan mendukung nilai
penjualan produk roti kami. Kemudian akan menggunakan system pengovenan
yang telah diatur oleh operator dengan system penagtur suhu yang terbaik agar
menhasilakn produk yang roti tawar dengan kulitas terbaik.
Bahan Baku dan Bahan Tambahan
No. Bahan Jumlah1.2.3.4.6.7.8.9.
Tepung teriguStroberiSusu bubukRagi instanGula pasirGaramMentegaAir
500 gram100 gram25 gram5 gram35 gram5 gram30 gram
300 ml (300 gram)Total 1000 gram
Uji Organoleptik
No. Karakteristik Responden1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Rasa Kurang manis
Manis Kurang gurih
Kurang gurih
Kurang rasa susu
Kurang rasa susu
Kurang rasa susu
Kurang gurih
Kurang gurih
Kurang gurih
2. Aroma Roti Gurih Susu Roti Roti manis Roti Roti Gurih Roti Roti
3. Warna Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
Coklat dan putih
4. Tekstur Empuk Agak keras
Kurang lembut
Empuk Empuk Kurang lembut dan berserat
Kurang empuk
Empuk Empuk Kurang empuk
4.3 Desain Kemasan Produk
Pada produk roti kami yang bermerek Bread Stop ini menggunakan 2
lapisan kemasan. Untuk kemasan primer yakni kemasan yang bersentuhan dengan
produk kami menggunakan plastik agar produk ini terhindar dari debu serta ha-hal
yang menyebabkan produk ini rusak, dengan menggunakan plastik produk akan
mudah di kemas dan konsumen dapat dengan mudah membukanya ketika akan di
konsumsi nanti. Kemasan yang terakhir adalah kemasan sekunder yakni kemasan
paling luar yang membungkus produk, kami menggunakan kardus, karena kardus
(Karton dupleks) bersifat fleksibel dan tidak kaku. Kemasan kardus ini digunakan
untuk mengemas roti-roti yang sudah dikemas menggunakan plastik. Law Density
Polyetehylene (LDPE) memiliki sifat mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air,
permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, melunak pada suhu 70oC.
Biasanya digunakan untuk kantong belanja atau kresek, kantong roti dan makanan
segar, pot yoghurt, dan botol yang dapat ditekan.
Gambar kemasan produk
Logo Perusahaan
4.4 Standar Nasional Indonesia (SNI) Pada Produk Roti
Roti menurut Standar Nasional Indonesia didefinisikan sebagai produk
yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan
dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
makanan yang diizinkan. Sesuai SNI, roti diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu
roti tawar dan roti manis, dengan persyaratan mutu fisik, organoleptik, kimia, dan
mikrobiologi masing-masing, yang aman dikonsumsi manusia. No SNI tentang
kualifikasi roti yaitu SNI 01-3840-1995 tentang standar yang menetapkan
klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan
cara pengemasan untuk roti.. Klasifikasi roti tawar, roti manis. Syarat mutu dan
criteria uji roti meliputi Keadaan (kenampakan, bau, rasa), air, abu (tidak
termasuk garam) dihitung atas dasar bahan kering, abu yang tidak larut dalam
asam, NaCl, gula jumlah, lemak, serangga/belatung, bahan tambahan makanan
(pengawet, pewarna, pemanis buatan, sakarin siklamat), cemaran logam (tembaga,
timbal, seng, raksa), cemaran arsen, dan cemaran mikroba (angka lempeng total, e
coli, kapang).
Dalam melakukan penilaian terhadap kualitas suatu produk roti, maka
penilaian dapat dilakukan terhadap karakteristik eksternal, internal, dan kualitas
makan. Roti yang berkualitas memiliki karakteristik eksternal tertentu, di
antaranya memiliki volume yang cukup; warna kulit roti coklat keemasan;
pemanggangan merata; bentuk simetris; dan memiliki kulit roti yang tipis.
Sedangkan karakteristik internal, di antaranya warna bagian dalam (crumb) yang
cerah; pori-pori seragam dengan dinding pori yang tipis; tekstur halus ,lembut
dan tidak bersifat remah; aroma khas roti yang segar dan menyenangkan.
Parameter mutu yang sangat penting lainnya adalah kualitas makan. Roti
dengan kualitas makan yang baik memiliki rasa yang memuaskan, tidak
meninggalkan aftertaste yang tidak menyenangkan, dan ketika dikunyah terasa
enak dan lembut, tidak keras maupun lengket di mulut.
4.5 Produk Pesaing PasarProduk pesaing yang berada sekarang dipasaran merupakan pesaing
pesaing perusahaan roti yang sudah ada dengan kekuatan dari produk mereka baik
itu dari segi pemasaran maupun segi inovasi produk. Hal ini merupakan tantangan
terbesar bagi produk kami dikalangan masyarakat. Produk pesaing pasar
baiasanya mengandalakan bahan-bahan tambahan yang dapat melezatkan produk
mereka. Dari segi abhan pengembang, bahan tambahan, maupun bahan baku yang
mereka pilih memliki kandungan tersendiri. Demikina pula dengan produk kami,
kami mengandalakan produk bahan baku kami yaitu buah-buahan khususnya buah
strawberry yang merupakan buah kesukaan banyak masyarakat, hal ini dapat
menjadi poin penting untuk menjadi factor pemasaran dari produk kami.
4.6 Analisis Produk dari Tiga Fungsi Utama Perusahaan
1. Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah pemasaran dengan
saluran distribusi level 1 yaitu melalui distributor langsung ke konsumen, urutan
secara sederhana adalah sebagai berikut:
Produsen (perusahaan) Konsumen
Sistem pemasaran di perusahaan ini dilakukan secara langsung. Wilayah
pemasaran perusahaan ini mencakup kawasan Malang dan sekitarnya. Bauran
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan meliputi 4P yaitu product (produk),
price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi). Penerapan elemen bauran
pemasaran oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Product
Produk yang dibuat merupakan produk yang menyehatkan dan dengan
rasa yang enak. Cocok untuk sarapan pagi pengganti nasi yang praktis. Roti tawar
yang biasanya tidak ada rasa buah, produk ini mengandung buah stroberi di
dalamnya. Sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh semua kalangan, dari anak-
anak hingga dewasa.
b. Price
Produk roti striberi dijual dengan harga yang bersaing dengan produk lain
yang sejenis. Tidak jauh beda dengan harga roti tawar lain. Harga yang
ditawarkan cukup terjangkau yaitu Rp.6000,- per bungkus.
c. Place
Distribusi penyaluran produk dapat dilakukan dengan mendistribusi
produk di toko-toko atau swalayan.
d. Promotion
Promosi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengenalkan
produk melalui media elektronik seperti televisi. Produk-produk baru yang sedang
dalam tahap pengembangan dipromosikan melalui event-event tertentu dengan
melihat respon dari konsumen akan produk tersebut. Produk dari perusahaan
dikemas dengan kemasan dan label yang menarik, dengan warna yang memikat
untuk dapat menarik konsumen.
2. Perancangan
Bentuk fisik dari produk roti stroberi yaitu seperti bentuk roti tawar
kebanyakan. Berbentuk kotak dengan pinggiran yang coklat dan bagian dalam
putih. Memiliki serat-serat dengan irisan stroberi di dalamnya. Tekstur dari
produk roti stroberi yaitu empuk dan lembut, sehingga mudah dikunyah. Roti
stroberi dikemas dalam plastik pembungkus dengan label merek produk.
Produk roti stroberi harus dibuat dengan cara yang tepat dan dengan mesin
dan peralatan yang berfungsi dengan baik. Formulasi dari produk roti stroberi
harus tepat sesuai dengan formulasi yang telah distandarkan. Proses pembuatan
juga harus sesuai, roti dibuat dengan fermentasi sebanyak tiga kali. Waktu setiap
fermentasi juga harus tepat, yaitu 1 jam pada fermentasi pertama, 20 menit pada
fermentasi kedua dan 45 menit pada fermentasi ketiga. Proses pengovenan juga
harus sesuai dengan suhu dan waktu yang telah ditetapkan.
3. Manufaktur
Bahan baku pembuatan produk roti didapat dari supplier yang merupakan
toko grosir besar. Karena bahan-bahan pembuatan mudah didapat. Pendistribusian
produk yaitu pada toko-toko dan swalayan. Pendistribusian dilakukan setiap pagi.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Gaman, P.M. dan Sherington. 2003. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi (Edisi Kedua). UGM-Press. Yogyakarta.
Mudjajanto, Eddy, S. dan Lilik, N. Y. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nasution A. 2006. Makanan Bergizi Kelompok Usia Lanjut. IPB Press. Bogor.
Nusawanti. T.A. 2009. Analisis Strategi Pengembangan USall' Roti Pada
Bagas Bakery, Kabupaten Kendal. Skripsi Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen.
Institut Pertanian. Bogor.
LAMPIRAN
Bahan-Bahan Penimbangan tepung
Pemotongan Buah Strawberry
Penimbangan Gula
Penimbangan Garam
Penimbangan Susu
Penimbangan mentega
Proses Pencampuran
Pembentukan adonan
Proses Fermentasi
Hasil Fermentasi Penggilingan Adonan
Hasil Fermentasi 2 Proses Pemanggangan