blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/agusindrairawan/files/2014/01/makalah-e … · web viewglobalisasi...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Studi Kasus Pengembangan E-Government di Provinsi Bali
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Sistem Informasi Publik
Disusun Oleh:
Agus Indra Irawan 115030101111053
Singgih Wiliyanto 115030107111067
Dony Teguh Prakoso 115030100111058
Devryano Fidian Pahlevi 115030105111004
Noven Aulia Ur Rochman 115030107111030
Putut Hari S 115030107111019
Effendi 115030107111033
UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS ILMU ADMINISTRASIJURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang mengharapkan terwujudnya efisien dan
efektif di berbagai negara di dunia saat ini. Kemajuan teknologi, komunikasi dan transportasi
telah menjadikan mobilitas orang, benda dan informasi dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan
akurat serta mampu menjangkau wilayah secara luas dan tanpa batas. Bahkan telah terjadi
Konvergensi teknologi antara teknologi komputer, elektronika, telekomunikasi dan penyiaran
dimana seakan-akan tidak mengenal batas-batas geografis nasional (Dimyati, 1997:28).
Kemajuan informatika, komunikasi dan teknologi menuntut perubahan pada pola dan
cara dilaksanakannya kegiatan di segala sektor, industri, perdagangan, terutama pemerintahan
dalam hal menjalankan pemerintahannya dan mengoptimalkan pemberian pelayanan yang prima.
Keterlibatan secara aktif dalam revolusi informasi, komunikasi dan teknologi akan menentukan
masa depan kesejahteraan bangsa.
Dewasa ini penggunaan informasi, komunikasi dan teknologi (Information
Communication Technology/ ICT) telah berkembang luas, dimana tidak terbatas pada bidang-
bidang industri dan perdagangan saja, namun juga bidang-bidang lainnya pertahanan, keamanan,
pendidikan, sosial, tenaga kerja dan sebagainya. Penggunaan ICT sangat menguntungkan apabila
dibandingkan dengan sistem manual dan cara tradisional. Sehingga banyak negara dan hampir
seluruh negara di dunia telah menggunakan informasi, komunikasi dan teknologi dalam
melaksanakan berbagai sistem di negaranya, terutama yang terkait dengan sistem pemerintahan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menggunakan internet dalam
menyampaikan informasi serta pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat agar terciptanya
tujuan administrasi yang efektif dan efisien. Sehingga pola yang dahulu masih irasional dan
tradisional sudah tidak dipakai lagi, dimana yang dahulunya semua sistem yang digunakan masih
manual dan memerlukan waktu yang lama, serta proses yang panjang sudah diminimalisasi di
Indonesia ini, sekarang zaman serba cepat, perputaran waktu yang sangat singkat dan arus yang
sangat canggih, pola pikir manusia telah semakin canggih. Hal ini terbukti dengan adanya
pelayanan pemerintah yang berbasis internet mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.
Kecanggihan teknologi telah diaplikasikan ke berbagai bidang kehidupan, perekonomian,
perindustrian, kesehatan dan juga mencakup bidang pemerintah lainnya, yang mendukung
diterapkannya efektifitas dan efisiensi pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Upaya
pemerintah dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) tidak lepas dari
penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dari segi konstitusi dan politik, pelayanan publik merupakan salah satu
tujuan dibentuknya negara, yakni bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Dari sekian banyak tuntutan yang ada, satu di antaranya adalah meningkatkan pelayanan
publik melalui penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Agenda tersebut
merupakan upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain melalui
keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan
membuka partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan
tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik adalah mempercepat
proses kerja serta modernisasi administrasi melalui otomatisasi di bidang administrasi
perkantoran, modernisasi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat melalui e-government
sebagai salah satu aplikasi dari teknologi informasi. Masalah utama yang dihadapi dalam
implementasi otonomi daerah adalah terbatasnya sarana dan prasarana komunikasi informasi
untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada
masyarakat, agar proses penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat dapat menjadi lebih efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
Untuk lebih meningkatkan penggunaan teknologi informasi di Indonesia, pemerintah
telah mengeluarkan Keppres No. 50/2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia yang
selanjutnya dikuatkan dengan Inpres No. 6/2001 tentang Acuan dan Landasan Pengembangan
Telematika di Indonesia. Meskipun perangkat aturan ini tidak secara spesifik mengatur tentang
e-Government, diharapkan ini bisa menjadi landasan yang kuat bagi pengembangan teknologi
informasi ke depan. Berkenaan dengan uraian tersebut, maka artikel ini bermaksud untuk
menganalisis dan menguraikan bagaimana peran e-Government dalam mewujudkan Good
Governance (tata kepemerintahan yang baik) pada Era Otonomi Daerah.
B. Rumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang di halaman sebelumnya maka penulis merumuskan masalah dari
makalah ini sebagai berikut:
a. Apa pengertian E-government?
b. Bagaimana fungsi dan perkembangan E-government?
c. Bagaimanakah peran E-government dalam mewujudkan Good Governance?
d. Bagaimanakah hubungan E-government dengan masyarakat informasi?
e. Bagaimana peranan E-government dalam sistem administratif di Indonesia?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat dihasilkan tujuan penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian E-government.
b. Mengidentifikasi fungsi dan perkembangan E-government.
c. Mengidentifikasi peran E-government dalam mewujudkan Good Governance.
d. Mengidentifikasi hubungan E-government dengan masyarakat informasi.
e. Mengidentifikasi peranan E-government dalam sistem administratif di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Good Governance
Pengertian Good Governance (Tata Kepemerintahan yang Baik), dapat dilihat dari
pemahaman yang dimiliki baik oleh IMF maupun World Bank yang melihat Good Governance
sebagai sebuah cara untuk memperkuat “kerangka kerja institusional dari pemerintah”. Hal ini
menurut mereka adalah bagaimana memperkuat aturan hukum dan prediktibilitas serta
imparsialitas dari penegakannya. Ini juga berarti mencabut akar dari korupsi dan aktivitas-
aktivitas rent seeking, yang dapat dilakukan melalui transparansi dan aliran informasi serta
menjamin bahwa informasi mengenai kebijakan dan kinerja dari institusi pemerintah
dikumpulkan dan diberikan kepada masyarakat secara memadai sehingga masyarakat dapat
memonitor dan mengawasi manajemen dari dana yang berasal dari masyarakat (Kurniawan,
2006).
United Nations Development Programme (UNDP) merumuskan istilah governance
sebagai suatu exercise dari kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi untuk menata
mengatur dan mengelola masalah-masalah sosialnya (UNDP, 1997 dalam Thoha. 2000). Istilah
“governance” menunjukkan suatu proses dimana rakyat bisa mengatur ekonominya. Institusi dan
sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan tetapi juga
untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian jelas
sekali bahwa kemampuan suatu negara mencapai tujuan-tujuan pembangunan itu sangat
tergantung pada kualitas tata kepemeritahannya dimana pemerintah melakukan interaksi dengan
organisasi-organisasi komersial dan civil society.
Good governance memiliki sejumlah ciri sebagai berikut: (1) Akuntabel, artinya
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawabannya; (2) Transparan,
artinya harus tersedia informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan; (3) Responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan harus mampu melayani semua stakeholder; (4) Setara dan inklusif, artinya seluruh
anggota masyarakat tanpa terkecuali harus memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan
dan pelaksanaan sebuah kebijakan; (5) Efektif dan efisien, artinya kebijakan dibuat dan
dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang tersedia dengan cara yang
terbaik; (6) Mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan ditegakan; (7) Partisipatif, artinya
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus membuka ruang bagi keterlibatan banyak aktor; (8)
Berorientasi pada konsensus (kesepakatan), artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus
merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat (Kurniawan, 2006).
B. Keuntungan Penggunaan E-Government
Masyarakat di kota besar yang sibuk dan kadang-kadang lokasi tempat tinggalnya cukup
jauh dengan kantor pelayanan. Maka dengan diimplementasikannya e-Government, masyarakat
tetap dapat mengakses informasi dan layanan publik. Dengan adanya fasilitas tersebut,
masyarakat diharapkan akan menjadi lebih produktif karena masyarakat tidak perlu antri dalam
waktu lama hanya untuk menyelesaikan sebuah perizinan seperti saat ini. Suatu hal yang perlu
diingat adalah bahwa menerapkan e-Government sama sekali tidak sama dengan menjadikan
kantor-kantor pemerintahan sebagai lingkungan high-tech (teknologi tinggi). Melainkan e-
Government bertujuan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk membuat
layanan pemerintah lebih dekat pada orang-orang yang menggunakan layanan-layanan tersebut,
yaitu masyarakat.
Dengan adanya online system ini, masyarakat dapat memanfaatkan banyak waktunya
untuk melakukan aktivitas yang lain sehingga diharapkan produktifitas pun dapat meningkat,
baik tingkat daerah maupun tingkat nasional. Dapat dikatakan bahwa secara garis besar e-
Government mempunyai banyak keuntungan, antara lain: (1) Peningkatan kualitas pelayanan.
Pelayanan publik dapat dilakukan selama 24 jam, berkat adanya teknologi internet. (2) Dengan
menggunakan teknologi online, banyak proses yang dapat dilakukan dalam format digital, hal ini
akan banyak mengurangi penggunaan kertas (paper work) proses akan menjadi lebih efisien dan
hemat. (3) Database dan proses terintegrasi (akurasi data lebih tinggi. mengurangi kesalahan
identitas dan Iain-lain). (4) Semua proses dilakukan secara trans-paran, karena semua proses
berjalan secara online.
Selain keuntungan di atas. keuntungan lain-nya adalah, masyarakat dapat mengakses
pemerintah dengan cepat, dan linkage antardaerah bisa mudah terkontrol. Bahkan ada
kesempatan untuk saling promote, bagaimana bisa mengontrol daerahnya dengan lebih cepat.
Hanya saja, e-Government untuk negara sebesar Indonesia, dengan lebih dari 14 ribu pulau, sulit
menciptakan satu platform yang baku. Satu platform tidak bisa digeneralisasi untuk semua.
Misalnya. yang diterapkan untuk Jakarta mungkin tidak akan pas untuk Papua ataupun Sulawesi.
Jadi, setiap daerah punya satu pandangan yang bisa mendaiam terhadap daerahnya.
Untuk masyarakat, selain kemudahan akses, keuntungan lain yang didapat masih banyak. Contoh
di Malaysia. Ada KTP yang bentuknya seperti kartu kredit. Ini disebut “kartu pintar”. Di sini ada
chip yang berisi semua data mengenai pemegang kartu, dari nama, golongan darah, nama ibu dan
saudara kandung, sampai data-data lainnya. Keuntungannya bagi masyarakat, dia cukup
memiliki satu kartu untuk mengakses semuanya. Misalnya waktu mengisi bensin tapi tidak
membawa uang. kartu ini bisa digunakan sebagai kartu kredit atau kartu debit. Jadil, tak perlu
bawa KTP, SIM, kartu kredit, atau kartu ATM yang ber-beda-beda. Satu kartu untuk semuanya.
Keuntungan lain, umpamanya untuk membuat surat kelakuan baik, tak perlu repot-repot harus
membuat surat mulai RT, RW, kelurahan, dan baru kemudian ke kepolisian. Cukup satu kartu ini
saja.
Keberhasilan penerapan e-Government dipengaruhi beberapa hal, antara lain peran
pemerintah pusat, hasil uji coba e-Government dengan meniru praktek terbaik dari pemerintahan
daerah lain, dan adanya organisasi pelatihan independen yang bertugas mempelajari
implementasinya. Demikian hasil studi yang dilakukan oleh perusahaan aplikasi SAP dengan dua
organisasi nirlaba asal Inggris, yaitu Improvement and Development Agency (IDeA) dan Society
of IT Management (Socitm).
Indonesia sebagai negara kesatuan memiliki sumberdaya alam yang berlimpah dan
tersebar, dan dihuni oleh lebih dari 210 juta penduduk dari berbagai suku, agama dan budaya.
Indonesia juga mempunyai posisi geopolitik yang sangat strategis karena berada di antara dua
benua dan dua samudera. Berbagai potensi tersebut harus dikelola secara baik bagi sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat. Untuk itu pemerintah perlu meningkatkan kewenangan
pemerintah daerah melalui pemberian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Penanganan sangat sentralistik selama lebih dari 30 tahun ternyata hanya mencipiakan
ketidakadilan. Sumberdaya nasional hanya dimanfaatkan oleh kelompok tertentu. Akibatnya
tumbuh kecemburuan sosial antar daerah yang mengancam kesatuan dan persatuan nasional.
Salah satu tujuan pemberian otonomi adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.
Untuk itu pemerintah daerah dituntut memahami secara lebih baik kebutuhan masyarakat yang
terdiri dari berbagai lapisan. Pemerintah daerah harus melibatkan seluruh unsur masyarakat
dalam proses pembangunan. Tata-pemerintahan di daerah harus diselenggarakan secara
partisipatif. Penyelenggaraan pemerintahan yang eksklusif hanya melibatkan unsur pemerintah
dan/atau legislative akan membuat masyarakat tidak peduli pada pembangunan. Hal ini lebih
lanjut akan menyebabkan keberlanjutan pembangunan menjadi sangat rapuh dan rentan.
Partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring dengan tumbuhnya rasa percaya masyarakat
kepada para penyelenggara pemerintahan di daerah. Rasa percaya ini akan tumbuh apabila
masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara (equal). Tidak boleh ada
perlakuan yang didasari atas dasar perbedaan pria-wanita, kaya-miskin, kesukuan dan agama.
Pembedaan perlakuan atas dasar apapun dapat menumbuhkan kecemburuan dan mendorong
terjadinya konflik sosial di masyarakat.
Otonomi daerah juga bertujuan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan kreatifitas
local, agar daerah dapat lebih mandiri dan mampu berkompetisi secara sehat. Prakarsa
masyarakat termasuk prakarsa dunia usaha dapat berkembang jika ada situasi kondusif, situasi
yang memberikan rasa aman dan kepastian hukum. Untuk itu penyelenggara pemerintahan
dituntut taat hukum secara konsisten dan sungguh-sungguh. Ketidakpastian hukum mendorong
masyarakat bersikap apatis. Bagi dunia usaha tiadanya kepastian hukum dan rasa aman dapat
mengurangi minat berinvestasi, sesuatu yang sangal diperlukan bagi pembangunan daerah.
Kewenangan otonomi daerah harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Artinya sebagai
konsekuensi dari pemberian hak dan kewenangan, penyelenggara pemerintahan dituntut
melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional agar tujuan otonomi daerah dapat
terwujud penuh. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya penyelenggara pemerintahan harus
sadar untuk tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada kebenaran dan kewajaran dalam
proses pencapaiannya. Setiap upaya yang menggunakan sumberdaya masyarakat, perlu
diselenggarakan secara transparan. Penyelenggaran pemerintahan daerah yang bertanggung
jawab dan transparan akan menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada pemerintah daerah.
C. Urgensi Good Governance
Upaya memperbaiki penyelengaraan pemerintahan di Indonesia bukanlah hal baru,
beberapa kegiatan telah pernah dilakukan antara lain Program Pelayanan Prima yang diprakarsai
oleh Kementerian PAN. Istilah Good Governance sendiri muncul bersamaan dengan program-
program yang didukung lembaga luar, namun tidak berarti kegiatan yang dilaksanakan bukan
kegiatan yang merupakan aspirasi masyarakat, Keinginan masyarakat untuk memperoleh
pemerintahan yang baik (Good Governance) sudah ada sejak dahulu, bahkan sebagian
masyarakat memimpikan dipimpin oleh “Ratu Adil’ yang dipercaya akan memimpin dengan
mementingkan kepentingan masyarakat dan mencapai kemakmuran. Jadi adanya Tata
Pemerintahan yang baik bukan merupakan kondisi yang diharapkan dari luar namun menjadi
impian masyarakat banyak. Pada hakekatnya tujuan tata kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah tercapainya kondisi pemerintahan yang dapat menjamin kepentingan/
pelayanan publik secara seimbang dengan melibatkan kerja sama antar semua komponen pelaku
(negara, masyarakat madani, lembaga-lembaga masyarakat, dan pihak swasta). Paradigma tata
kepemerintahan yang baik menekankan arti penting kesejajaran hubungan antara institusi negara,
pasar, dan masyarakat. Semua pelaku harus saling mengetahui apa yang dilakukan oleh pelaku
lainnya serta membuka ruang dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan-perbedaan di
antara mereka. Melalui proses tersebut diharapkan akan tumbuh konsensus dan sinergi dalam
penerapan program-program tata kepemerintahan yang baik di masyarakat.
Ada empat belas karakteristik yang dapat terhimpun dari telusuran wacana good gover-
nance (http://good-governance.bappenas.go.id), yaitu: (1) Wawasan ke depan (visionary); (2)
Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency); (3) Partisipasi Masyarakat
(participation); (4) Akuntabilitas/Tanggunggugat (accountability); (5) Supremasi Hukum (rule of
law): (6) Demokrasi (democracy); (7) Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and
competency); (8) DayaTanggap (responsiveness); (9) Keefisienan dan Keefektifan (efficiency
and effectiveness); (10) Desentralisasi (decentralization); (11) Kemitraan dengan Swasta dan
Masyarakat (private and civil society partnership); (12) Komitmen pada Pengurangan
Kesenjangan (commitment to discrepancy reduction); (13) Komitmen pada Pasar yang fair
(commitment to fair market); dan (14) Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to
environmental protection).
Keempat belas karakteristik nilai good governance tersebut dapat dijelaskan secara
ilustrasi deskriptif sebagai berikut: Pertama, tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi
strategis). Semua kegiatan pemerintah di berbagai bidang seharusnya didasarkan pada visi dan
misi yang jelas disertai strategi implementasi yang te-pat sasaran. Kedua, tata pemerintahan yang
ber-sifat terbuka (transparan). Wujud nyata prinsip tersebut antara lain dapat dilihat apabila
masyarakat mempunyai kemudahan untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi
tentang kebijakan, program, dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang dilaksanakan di tingkat
pusat maupun daerah. Ketiga, tata pemerintahan yang cepat tanggap (responsif). Masyarakat
yang berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau pengambilan keputusan atas
kebijakan publik yang dipcruntukkan bagi masyarakat.
Keempat, tata pemerintahan yang bertanggung jawab/ bertanggung gugat (akuntabel).
Instansi pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan
kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Demikian halnya dengan
kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya. Kelima, tata pemerintahan yang
berdasarkan profesionalitas dan kompetensi. Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya
penuntasan kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan
kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan
menggunakan aturan dan prosedur yang terbuka dan jelas, serta tidak tunduk pada manipulasi
politik. Keenam, tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya secara efisien
dan efektif. Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui
mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif. Keputusan-keputusan yang
diambil antara lembaga eksekutif dan legislatif harus didasarkan pada konsensus agar setiap
kebijakan publik yang diambil benar-benar merupakan keputusan bersama.
Ketujuh, tata pemerintahan yang terdesentralisasi. Wujud nyata dari prinsip
profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya penilaian kebutuhan dan evaluasi yang
dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan
dari upaya perbaikan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kedelapan, tata
pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada konsensus. Aparat pemerintahan harus
cepat tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta
mengambil prakarsa untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Kesembilan,
tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat. Pemerintah baik pusat maupun dae-
rah dari waktu ke waktu harus selalu menilai dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan
struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan
secara keseluruhan. menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat, serta selalu berupaya
mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia
secara efisien dan efektif.
Kesepuluh, tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat.
Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat sehingga dapat
mempercepat proses pengambilan keputusan, serla memberikan keleluasaan yang cukup untuk
mengelola pelayanan publik dan menyukseskan pembangunan di pusat maupun di daerah.
Kesebelas, tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum. Pembangunan masyarakat
madani melalui peningkatan peran serta masyarakat dan sektor swasta harus diberdayakan
melalui pem-bentukan kerjasama atau kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Hambatan birokrasi yang menjadi rintangan terbentuknya kemitraan yang setara harus segera
diatasi dengan perbaikan sistem pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta serta
penyelenggaraan pelayanan terpadu.
Keduabelas, tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan.
Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik antara pusat dan daerah maupun
antardaerah secara adil dan proporsional merupakan wujud nyata prinsip pengurangan
kesenjangan. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan kesetaraan dalam hukum (equity of the
law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif yang menciptakan kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Ketigabelas, tata pemerintahan yang
memiliki komitmen pada pasar. Daya dukung lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan
yang tidak terkendali. Kewajiban penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan secara
konsekuen. penegakan hukum lingkungan secara konsisten, pengaktifan lembaga-lembaga
pengendali dampak lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari merupakan
contoh perwujudan komitmen pada lingkungan hidup. Keempatbelas, tata pemerintahan yang
memiliki komitmen pada lingkungan hidup. Pengalaman telah membuktikan bahwa campur
tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi seringkali berlebihan sehingga akhirnya membebani
anggaran belanja dan bahkan merusak pasar. Upaya pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat
dengan pasar baik di dalam daerah maupun antar daerah merupakan contoh wujud nyata
komitmen pada pasar.
Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu
semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good corporate governance, perdagangan
bebas menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap pemerintahan. Dalam format
ini, pemerintah harus mengadakan reposisi terhadap perannya dari yang bersifat internal menjadi
lebih berorientasi eksternal dan fokus kepada bagaimana memposisikan masyarakat dan
pemerintahnya di dalam sebuah pergaulan global. Kemajuan teknologi informasi (komputer dan
telekomunikasi) terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat
diciptakan dengan sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di
berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Hal ini berarti bahwa setiap individu di berbagai
belahan dunia dapat saling berkomunikasi kepada siapapun yang dikehendakinya. Buah dari
kemajuan pesat teknologi informasi ini dapat mempengaruhi bagaimana pemerintahan di masa
modem ini harus bersikap secara benar dan efektif mereposisikan perananannya dalam melayani
masyarakatnya.
Secara umum pengimplementasian e-Government diyakini akan memperbaiki kinerja
pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia dan rendahnya
kepercayaan investor asing terhadap pemerintah Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas
manajemen pemerintahan Indonesia. Karena itu, diperlukan suatu manajemen pemerintah yang
sangat menonjolkan unsur transparansi, sebagai salah faktor penting untuk menghilangkan KKN
(kolusi, kompsi, nepotisme) di pemerintahan. Rendahnya transparansi ini menyebabkan sukarnya
mekanisme pengawasan berjalan dengan lancar.
Salah satu solusi dan alternatif yang menjanjikan untuk menciptakan transparansi adalah
sistem pengelolaan pemerintahan secara elektronik atau electronic government (e-Government).
Pengelolaan lembaga/instansi secara elektronik baik untuk swasta maupun pemerintahan selain
mcningkatkan transparansi, juga bisa mening-katkan efisiensi (menurunkan biaya dan
meningkatkan efektivitas/meningkatkan daya hasil). Saat ini cukup banyak negara yang sudah
menerapkan e-Government. Di antaranya adalah Singapura, Australia, AS, Jerman, Inggris,
Malaysia, Taiwan, dan Selandia Baru.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian E-Government
Terminologi “E-Government” dapat diartikan sebagai kumpulan konsep untuk semua
tindakan dalam sektor publik (baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah)
yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka mengoptimalisasi proses
pelayanan publik yang efisien, transparan dan efektif (Kurniawan, 2006). Istilah e-Government
berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah dan pelaku
bisnis, dan di antara instansi pemerintah. Teknologi tersebut termasuk e-mail. WAN (Wide Area
Network), Internet, peralatan mobile computing (HP, laptop, PDA), dan berbagai teknologi lain
yang berfungsi untuk menyebarluaskan informasi dan memberi pelayanan elektronik dalam
berbagai bentuk. Secara umurn pengertian e-Government adalah Sistem manajemen informasi
dan layanan masyarakat berbasis internet. Layanan ini diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat.
Dengan memanfaatkan internet, maka akan muncul sangat banyak pengembangan modus
layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang memungkinkan peran aktif masyarakat dimana
diharapkan masyarakat dapat secara mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses
penyelesaian, melakukan secara langsung untuk setiap perizinan dan layanan publik lainnya.
Semua hal tersebut dengan bantuan teknologi internet akan dapat dilakukan dari mana saja dan
kapan saja (Abidin dalam Hardiyansyah, 2003). A.S. Hikam, mantan Menristek, mengatakan
bahwa e-Government adalah merupakan elektronikalisasi layanan pemerintah terhadap
masyarakat atau warga negara. Selain itu e-Government juga merupakan sebuah proses bagi
demokratisasi, dengan adanya e-Government, berarti juga memotong jalur birokrasi yang ada.
Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa tujuan e-Government adalah untuk meningkatkan
akses warga negara terhadap jasa-jasa layanan publik pemerintah, meningkatkan akses
masyarakat ke sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah, menangani keluhan
masyarakat. dan juga persamaan kualitas layanan yang bias dinikmati oleh seluruh warga negara.
Purbo menyatakan bahwa e-Government bukan cuma sekedar memasang komputer di
kantor masing-masing, karena e-Government mempunyai banyak konsekuensi sosial budaya
bagi pemerintah (terutama pemerintah daerah), karena e-Government sebetulnya akan memaksa
mereka bekerja secara profesional, bekerja bersih, tidak melakukan korupsi, tidak pungli dan
lain-lain, karena komputer tidak bisa dibohongi dan tidak bisa mentolerir penipuan-penipuan,
untuk itu aparat pemda harus diubah paradigmanya sebelum e-Governemtn ini bisa dijalankan
dengan baik. E-Government sendiri dapat diartikan sebagai pemanfaatan teknologi informasi
(seperti internet, telepon, satelit) oleh institusi pemerintahan untuk meningkatkan kinerja
pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok terkait
lainnya (World Bank, 2001).
Menurut Rogers WO Okut-Uma and Larry Caffrey (Eds), dalam buku Trusted Services
and Public Key Infrastructure, Commonwelth Secretariat, London (2000), “E-government refers
to the processes and structures pertinent to the electronic delivery of government services to the
public.” Sementara itu, Kementerian Kominfo berpendapat bahwa e-Government adalah aplikasi
teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat digital lainnya yang dikelola oleh
pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah ke masyarakat, mitra bisnis,
pegawai, badan usaha, dan lembaga-lembaga lainnya secara online (dalam Hardiyansyah, 2003).
Dari pengertian-pengertian di atas, e-Government intinya adalah proses pemanfaatan teknologi
informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien.
Karena itu, dalam melihat e-Government, kita jangan terperangah oleh unsur “e” semata, tetapi
yang lebih penting lagi adalah proses pemerintahannya itu sendiri.
Berkenaan dengan uraian tersebut, ada dua hal utama yang dapat diambil dalam
pengertian e-Government, yang pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya
adalah internet) sebagai alat bantu, dan yang kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga
pemerintahan dapat berjalan lebih efisien. Dengan teknologi informasi/internet, seluruh proses
atau prosedur yang ada di pemerintahan dapat dilalui dengan lebih cepat asal digunakan dengan
tepat.
B. Penting, Manfaat dan Perkembangan E-government
1. Pentingnya Pemanfaatan E-Government
Reformasi birokrasi yang dilatarbelakangi tuntutan terhadap terbentuknya sistem
kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara lebih
efektif, melahirkan inspirasi penyediaan data informasi dan media komunikasi yang transparan
melalui E-Government. E-Goverment adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah
untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintahan. E-government (e-gov) intinya adalah proses pemanfaatan
teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih
efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam pengertian E-Government di atas, yang pertama
adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat bantu, dan
yang kedua adalah tujuan pemanfaatannya, sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efisien.
Ketersediaan informasi yang transparan dan setiap saat dapat diakses oleh masyarakat, telah
mendapat tanggapan positif dari pemerintah, terbukti dengan telah dikeluarkannya Instruksi
Presiden No.3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-Government
Indonesia. Penyelenggaraan E-Government melahirkan 4 model hubungan, yaitu :
a. G2C (Government to Citizen/Government to Customer)
b. G2B (Government to Business)
c. G2G (Government to Government)
d. G2E (Government to Employees)
Setiap model hubungan diatas seluruhnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, kenyamanan,
serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada
setiap elemen masyarakat.
2. Manfaat E-Goverment
Penerapan E-Government dalam sistem pemerintahan Indonesia sangat relevan dengan
era Reformasi Birokrasi yang saat ini sedang diprogramkan oleh Pemerintah. Manfaat E-
Government yaitu sebagai berikut:
a. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam, 7 hari
dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari
kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.
b. Peningkatan hubungan antara pemeritah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya
keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi
lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak.
c. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya
informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya.
Sebagai contoh, data-data tentang sekolah; jumlah kelas, daya tampung murid, passing
grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua
untuk memilih sekolah yang pas untuk anaknya. Atau ada pula informasi tentang luas
sebuah pulau di Indonesia, jumlah penduduk suatu daerah, dapat diketahui tanpa harus
datang ke daerah bersangkutan. Cukup memanfaatkan teknologi internet.
d. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan
dapat dilakukan melaluji e-mail atau bahkan vidio conference.
Keseriusan pemerintah dalam mewujudkan E-Government juga jelas tercantum dalam
lampiran Inpres Nomor 3 Tahun 2003, dimana pemerintah telah menyiapkan strategi nasional
pengembangan E-Government. Harus diakui bahwa belum semua masyarakat kita mampu
menerapkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, tetapi dengan adanya tantangan
global, pemerintah harus menganggarkan dana yang cukup untuk menerapkan tahapan-tahapan
E-Government ini. Apabila kita tidak segera menyesuaikan dengan tuntutan global, maka
pemerintah kita akan tertinggal dan terisolasi dalam dunia pembedaan digital. Masing-masing
daerah di Indonesia memiliki visi dan misi yang belum tentu sama, sehingga perlu formula dan
strategi jelas penerapan E-Government terutama atau dengan kata lain, penerapan E-Government
harus memiliki tujuan dan agenda.
Apakah saat ini penerapan E-Government sudah memperlihatkan bukti keberhasilannya?
Sepertinya terlalu dini kita memvonis bahwa E-Government sudah berhasil atau belum. Memang
harus diakui bahwa masa transisi ke era digital ini memerlukan waktu yang cukup lama, mulai
dari penganggaran, penyediaan sarana prasarana, SDM, lalu sosialisasi kesiapan masyarakat
dalam memanfaatkan dan memahami E-Government untuk memperoleh fasilitas pelayanan dari
pemerintah. Tahapan-tahapan ini harus kita lalui dan dengan tetap mengedepankan tujuan mulia,
yaitu meningkatkan pelayanan dan menciptakan pemerintahan yang transparan, efektif dan
efisien. Setiap warga negara mendapatkan hak-haknya dalam memperoleh akses layanan
kapanpun dibutuhkan. Kunci dari keberhasilan ini adalah KOMITMEN.
Dengan keberhasilan E-Government, pengembangan ke arah E-Governance akan menjadi
program lanjutan. Mau tidak mau, era digital global sudah di depan kita. Penyiapan sarana dan
prasarana harus paralel dengan penyiapan SDM yang akan mengoperasikan E-Government serta
jangan pula terlupakan, harus ada sosialisasi kesiapan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas
E-Government. Masyarakat sebagai pengguna, juga penting untuk disiapkan, dalam artian bahwa
masyarakat harus dikondisikan untuk mampu mengakses dan mampu memanfaatkan fasilitas E-
Government ini. Jangan-jangan, “bahasa-bahasa yang tidak percaya keberhasilan E-Government”
ini muncul akibat ketidaksiapan masyarakat untuk masuk ke dunia digital. Sesiap apapun E-
Government tetapi masyarakat tidak siap memanfaatkannya, apakah berarti vonis “gagal” bagi E-
Government? Mari kita renungkan.
3. Perkembangan E-Government
Saat ini perkembangan teknologi Internet sudah mencapai perkembangan yang sangat
pesat. Aplikasi Internet sudah digunakan untuk e-commerce dan berkembang kepada pemakaian
aplikasi Internet pada lingkungan pemerintahan yang dikenal dengan e-Government. Pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berlomba-lomba membuat aplikasi e-Government. Pengembangan
aplikasi e-Government memerlukan pendanaan yang cukup besar sehingga diperlukan kesiapan
dari sisi sumber daya manusia aparat pemerintahan dan kesiapan dari masyarakat. Survei di
beberapa negara menunjukkan bahwa ada kecenderungan aparat pemerintah untuk tidak
melaksanakan kegiatan secara online, karena mereka lebih menyukai metode pelayanan
tradisional yang berupa tatap langsung, surat-menyurat atau telepon.
Menurut definisi, e-Government hanya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi,
seperti Internet, untuk meningkatkan proses pemerintahan. Dengan demikian, e-Government
adalah tidak ada prinsip baru. Pemerintah berada di antara pengguna pertama dari komputer.
Tapi proliferasi global Internet, yang secara efektif mengintegrasikan teknologi informasi dan
komunikasi atas dasar standar terbuka, dikombinasikan dengan gerakan untuk mereformasi
administrasi publik yang dikenal sebagai New Public Management, memiliki untuk alasan yang
baik menghasilkan gelombang baru kepentingan dalam topik. E-pemerintah berjanji untuk
membuat pemerintah lebih efisien, responsif, transparan dan sah dan juga menciptakan pasar
yang berkembang pesat barang dan jasa, dengan berbagai peluang bisnis baru.
Untuk beberapa, e-pemerintah mungkin tampaknya menjadi sedikit lebih dari upaya
untuk memperluas pasar e-commerce dari bisnis kepada pemerintah. Tentunya ada beberapa
kebenaran dalam hal ini. E-commerce adalah pemasaran dan penjualan melalui Internet. Karena
lembaga-lembaga pemerintah mengambil bagian dalam kegiatan pemasaran dan penjualan, baik
sebagai pembeli dan penjual, tidak konsisten untuk berbicara tentang e-government aplikasi e-
commerce. Pemerintah lakukan setelah semua perilaku bisnis.
Tapi e-commerce tidak di jantung e-Government. Tugas utama pemerintah adalah
pemerintahan, tugas masyarakat mengatur, bukan pemasaran dan penjualan. Dalam demokrasi
modern, tanggung jawab dan tenaga untuk regulasi yang dibagi dan dibagi antara legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Menyederhanakan agak, legislatif bertanggung jawab untuk membuat
kebijakan dalam bentuk undang-undang, eksekutif untuk melaksanakan kebijakan dan penegakan
hukum, dan peradilan untuk menyelesaikan konflik hukum. E-government adalah tentang
meningkatkan kerja dari semua cabang pemerintahan, bukan hanya administrasi publik dalam
arti sempit.
New Public Management adalah semacam teori manajemen tentang bagaimana reformasi
pemerintah dengan mengganti struktur organisasi yang hirarkis yang kaku dengan jaringan lebih
dinamis unit organisasi kecil, menggantikan otoriter, keputusan top-down dan pembuatan
kebijakan praktek dengan pendekatan yang lebih konsensus bottom-up yang memfasilitasi
partisipasi sebagai stakeholder sebanyak mungkin, terutama warga biasa, mengadopsi sikap yang
lebih ‘customer’ berorientasi kepada pelayanan publik, dan menerapkan prinsip-prinsip pasar
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Menggunakan portal World Wide Web untuk menciptakan one-stop toko adalah salah
satu saat ini populer e-Government pendekatan untuk meningkatkan pelayanan publik kepada
warga negara. Ide dasar dari portal ini adalah untuk menyediakan tempat, tunggal nyaman untuk
mengurus semua langkah-langkah dari proses administrasi yang rumit yang melibatkan beberapa
kantor pemerintahan, membawa layanan dari kantor untuk warga negara bukan membutuhkan
warga untuk lari dari kantor untuk kantor.
Portal web dapat memberikan layanan pemerintah dengan berbagai tingkat interaksi. Tiga
tingkat biasanya diidentifikasi: informasi, komunikasi, dan transaksi. Layanan informasi
memberikan informasi pemerintah melalui halaman web statis dan halaman yang dihasilkan dari
database untuk warga, turis, bisnis, asosiasi, administrasi publik, dan pemerintahan lainnya.
Layanan komunikasi menggunakan teknologi groupware seperti e-mail forum diskusi, dan
chatting untuk memfasilitasi dialog, partisipasi dan umpan balik dalam perencanaan dan
pembuatan kebijakan prosedur. Layanan transaksi menggunakan formulir online, alur kerja dan
sistem pembayaran untuk memungkinkan warga negara dan mitra bisnis untuk mengurus bisnis
mereka dengan online pemerintah. Aplikasi yang umum dari layanan transaksi bagi warga
termasuk melamar manfaat sosial, mendaftar mobil, mengajukan perubahan alamat atau
mengajukan izin bangunan. Untuk bisnis, mungkin aplikasi bunga saat terbesar adalah
pengadaan online kontrak pemerintah.
Seringkali kita membaca bahwa ketiga tingkat interaksi yang diperintahkan oleh
kompleksitas, dengan transaksi yang paling kompleks. Mungkin ini adalah karena keamanan
jelas dan menantang dan isu-isu bisnis rekayasa ulang proses proses transaksi online.
Menyediakan layanan yang berkualitas tinggi informasi dan komunikasi, bagaimanapun, adalah
tidak kurang menantang. Layanan informasi perlu berkembang menjadi jasa manajemen
pengetahuan dan menjadi adaptif, personalisasi, proaktif dan dapat diakses dari berbagai
perangkat yang lebih luas. Layanan komunikasi perlu berkembang menjadi layanan kolaborasi
memberikan dukungan yang lebih baik untuk bentuk argumentasi, negosiasi, musyawarah dan
lainnya yang diarahkan pada tujuan dari wacana terstruktur.
Di antara isu-isu sociotechnological paling menarik dan menantang dari e-Government
berada di area e-Democracy, yang bertujuan untuk menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan proses pembentukan opini publik pusat fungsi utama regulasi
pemerintah. Berikut adalah ambisi untuk memperluas partisipasi publik yang sebenarnya, bukan
hanya kemungkinan teknis, dan sikap apatis politik kontra tanpa disenfranchising orang miskin
atau berpendidikan rendah.
C. Peran E-Government dalam Mewujudkan Good Governance
Bcrbagai masalah yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan e-Government, di
antaranya adalah masih kurangnya infrastruktur yang ada, masalah sumber daya manusia dan
lain-lain. Namun demikian. karcna penerapan e-Government sudah menjadi tuntutan masyarakat
untuk mcndapatkan layanan yang lebih baik dan juga karena tuntutan penerapan otonomi daerah,
maka pemerintah (pusat atau daerah) harus segera menerapkannya dengan segala keterbatasan
yang ada. Menurut Rasyid (2000), dalam rangka penerapan good governance dan e-Government,
terdapat empat prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, dan profesionalitas untuk peningkatan layanan dan pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan menurut Hardijanto (2000) bahwa peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus
terus menerus diusahakan perubahan peran dengan cara optimalisasi standar pelayanan dengan
prinsip cepat, tepat, memuaskan, transparan dan non-diskriminatif serta menerapkan prinsip-
prinsip akuntabilitas, dan pertimbangan efisiensi (http://www.bogor.net/idkf/idkf-2/wawancara).
Implementasi e-Government yang diyakini mampu mengurangi peluang penyalahgunaan
wewenang dan mengurangi biaya operasional pemerintah sudah semakin mendesak untuk segera
diterapkan. Namun demikian, sebagaimana diuraikan di atas, berbagai persoalan baik teknis
maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) masih menghambat. Karena e-Government
lebih mendasar dari sekedar komputerisasi dan otomatisasi layanan. Penerapannya amat
ditentukan seberapa serius pemerintah mengurangi birokrasi yang selama ini identik dengan
uang (Bisnis Indonesia, 25/01/2001).
Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan pentingnya “E-Government” dalam
pembangunan masyarakat jaringan (network society): (1) Elektronisasi komunikasi antara sektor
publik dan masyarakat menawarkan bentuk baru partisipasi dan interaksi keduanya. Waktu yang
dibutuhkan menjadi lebih singkat, disamping tingkat kenyamanan pelayanan juga semakin
tinggi. Disamping itu bentuk transaksi baru ini akan menyebabkan tingginya tingkat pemahaman
dan penerimaan masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah; (2) Cyberspace
dalam pelayanan publik memungkinkan penghapusan struktur birokrasi dan proses klasik
pelayanan yang berbelit-belit. Tujuan realistis yang hendak dicapai melalui cyberspace adalah
efisiensi pelayanan dan penghematan finansial. Disamping itu, informasi online dalam pelayanan
publik dapat meningkatkan derajat pengetahuan masyarakat mengenai proses dan persyaratan
sebuah pelayanan publik; (3) E-government menyajikan juga informasi-informasi lokal setempat.
Penggunaan internet dalam sektor publik akan memungkinkan kemampuan kompetisi
masyarakat lokal dengan perkembangan internasional dan global.
Dalam rangka implementasi e-Government, tentu saja ada beberapa prioritas utama yang
akan dilaksanakan, karena tidak semua jenis layanan dapat difasilitasi dengan internet atau
dilayani melalui internet, baik karena keterbatasan infrastrukturnya maupun SDM-nya, terutama
publik yang akan melakukan berbagai transaksi layanan atau yang membutuhkan layanan.
Menurut Abidin (2000), ada beberapa prioritas utama dalam melakukan implementasi e-
Government, antara Iain: (1) Pemulihan ekonomi (dapat mendorong kegiatan investasi,
pengembangan sistem informasi untuk arus investasi, dan ke-lanjutan EDI. EDI: Electronic Data
Interchange, adalah suatu bentuk pertukaran informasi perdagangan melalui jaringan privat
(tidak memanfaatkan internet) dan biasanya digunakan di pelabuhan dan bea cukai. Dengan
memanfaatkan E-Government, diharapkan implementasi EDI dapat lebih ditingkatkan dengan
memanfaatkan teknologi internet untuk memperlancar kegiatan ekspor/impor melalui pelabuhan
laut/udara). (2) Layanan masyarakat umum, misalnya SIMTAP (Sistem Informasi Manajemen
Satu Atap). (3) Aplikasi fungsional tiap departemen (pengembangan data hasil pengelolaan data
potensi di tiap daerah yang dapat diolah dalam bentuk-bentuk yang informatif, misalnya grafik
yang harus tersedia untuk perencanaan di daerah, pendaftaran paten dan hak cipta produk-produk
pengembangan dari daerah, dan lain-lain).
D. Hubungan E-government dengan Masyarakat Informasi
Salah satu ciri era demokratisasi yang sudah maju adalah keterbukaan informasi.
Keterbukaan tersebut telah menjadi tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat seiring dengan
proses demokratisasi itu sendiri, transparansi, dan hak asasi manusia. Keterbukaan informasi
ini pulalah yang menjadi penciri dari penyelenggara good governance yang diimplikasikan
masyarakat Indonesia.
Perkembangan keterbukaan informasi publik di Indonesia diawali sejak tahun 2000
dalam bentuk RUU KMIP (Kebebasan Memperoleh Informasi Publik). Perumusan dan
penyusunan rancangannya melibatkan empat puluh organisasi masyarakat sipil. Hingga
sembilan tahun pembahasan yang cukup panjang dan sempat mengalami stagnasi, akhirnya 30
April 2008 rancangan tersebut disahkan oleh Presiden menjadi Undang-undang Nomor 14
Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dalam rentang waktu yang sekian lama
tersebut, di beberapa daerah telah men-sahkan perda transparansi serta membentuk komisi
transparansi sebagai upaya untuk mensupport kehadirannya. Dan setidaknya terdapat sebelas
kabupaten/ kota yang telah memiliki perda transparansi. Diantaranya adalah Kabupaten Lebak,
2006; Sragen, 2002; Kebumen; Solok-Sumatera Barat, 2004; Suarabaya, 2003.
Kehadiran dan disahkannya UU No. 14/2008 banyak menimbulkan “kekhawatiran dan
kepanikan” sejumlah birokrasi di badan public. Kekhawatiran itu cukup beralasan karena
beberapa hal. Pertama, informasi yang apabila diberikan kepada public dapat membahayakan
Negara, menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat, berkaitan dengan privasi seseorang,
rahasia jabatan, serta belum dikuasainya atau didokumentasikannya informasi yang dibutuhkan
masyarakat. Kedua, membludaknya masyarakat yang akan meminta informasi kepada instansi
sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Informasi apa saja. Mulai dari informasi yang remeh-
temeh seperti persyaratan pengurusan KTP hingga yang paling berat seperti penghilangan
nyawa oleh aparat atau bahkan masalah korupsi. Karena itu perlu adanya pengembangan
sistem layanan informasi public yang baik, akurat, cepat dan tepat.
Untuk mewujudkan layanan informasi public tersebut, perlu adanya sinergi di antara
badan public yang memiliki kewenangan serta standarisasi pelayanan. Tentu saja, prinsip
penyelenggaraanya yang berkualitas harus tetap menjadi frame of referen dan frame work.
Kualitas tersebut tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah teknis tetapi juga berkaitang
dengan kualitas informasi itu sendiri. Hal ini menjadi penting karena akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas kinerja layanan informasi yang diberikan setiap
badan sebagai penyedia jasa informasi.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk
administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang
transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Semua organisasi pemerintahan akan
terpengaruh oleh perkembangan e-Government ini. E-government dapatlah digolongkan dalam
empat tingkatan. Tingkat pertama adalah pemerintah mempublikasikan informasi melalui
website. Tingkat kedua adalah interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-
mail. Tingkat ketiga adalah masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor
pemerintahan secara timbal balik. Level terakhir adalah integrasi di seluruh kantor
pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh kantor
pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data base bersama.
Melalui konvergensi teknologi komunikasi, fasilitasi pelancaran arus informasi
antarlembaga publik dapat membentuk sebuah jaringan dan koordinasi dalam penyediaan dan
pelayanan informasi publik. Serta terciptanya program-program komunikasi yang konvergen dan
sirkuler antara lembaga publik dengan masyarakat. Tuntutan ideal semacam ini tentu dapat
menciptakan pola komunikasi yang sirkuler dan konvergen yang tetap dan harus diperjuangkan
serta dipenuhi oleh lembaga publik dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan serta sebagai upaya menciptkan atmosfir pelayanan publik yang berkualitas.
Implikasinya, lembaga-lembaga publik harus lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam
menyediakan, merumuskan, memformat, serta mendiseminasikan informasi publik kepada
masyarakat. Tidak hanya itu, lembaga publik harus mampu mengelola respon publik secara lebih
elegan, transparan, dialogis, serta akomodatif.
Yang terpenting dalam layanan informasi publik adalah tidak hanya sekedar di-
displaykan melalui media elektronik, e-Government, ataupun lainnya tetapi juga harus bisa
direspon jika ada konstituen (pengakses resmi) yang meminta jasa layanan informasi tersebut.
Dalam konteks ini, ada semacam proses interaksi antara pihak pemberi dan penerima yang dapat
dinikmati masyarakat pengguna jasa. Semua harus berjalan secara kontinum dan memiliki nilai
plus yakni aman, mudah, dan murah.
Mekanisme untuk mendapatkan informasi harus jelas jangka waktunya, cepat, sederhana,
dan murah. Informasi yang disampaikan harus proaktif serta tidak tersekat-sekat oleh batasan
organisasi dan kewenangan birokrasi. Dan tugas setiap badan publik dalam konteks pelayanan
prima harus mampu memberikan kepuasan kepada costumer (publik) dalam informasi publik.
Untuk memenuhi tuntutan transparansi serta pelayanan publik yang cepat, mudah, murah
dan tidak berbelit-belit menuju good governance (pemerintahan yang bersih); pemerintah
mengeluarkan INPRES Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government. INPRES tersebut antara lain menginstruksikan kepada gubernur
dan bupati/walikota di seluruh Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing guna terlaksananya program
pengembangan e-Government secara nasional (Kasiyanto, 2004:62).
Hadirnya konvergensi teknologi informasi dalam paradigma e-Government dapat
memberikan kemudahan-kemudahan serta memampukan masyarakat untuk memperoleh
informasi ataupun berkomunikasi secara interaktif. Dalam hal ini kualitas dan produktivitas
menjadi sangat penting bagi masyarakat. Kemudahan aksesibilitas informasi yang tanpa batasan
ruang dan waktu tersebut dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam
meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas serta mengatasi permasalahan pembangunan
secara inovatif. Karenanya, segala aktivitas birokrasi harus dapat diketahui publik secara luas
termasuk informasi yang tidak boleh dikuasai dan disembunyikan oleh badan publik. Badan
publik harus mampu memberikan akses dan menyediakan informasi bagi masyarakat baik
diminta ataupun tidak.
Pemerintah sangat menyadari hal ini. Karena itu pemerintah menempuh berbagai upaya.
Antara lain dengan menerapkan sistem elektronik government (e-government) atau pemerintahan
berbasis elektronik. Dengan pola ini, pemerintahan tradisional (traditional government) yang
identik dengan paper-based administration maupun pengerjaan secara manual mulai di
tinggalkan.
Berdasarkan definisi dari World Bank, e-Government adalah penggunaan teknologi
informasi (seperti Wide Area Network, Internet dan mobile computing) oleh pemeirntah untuk
mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan.
Dalam prakteknya, e-Government adalah penggunaan internet untuk melaksanakan urusan
pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan cara yang berorientasi pada
pelayanan masyarakat.
Setidaknya implementasi e-Government dapat menciptakan pelayanan publik secara on
line atau berbasis komputerisasi. Memberikan pelayanan tanpa adanya intervensi pegawai
institusi public, dan memangkas sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan suatu
pelayanan yang sederhana.Selain itu, e-Government juga dimaksudkan untuk mendukung
pemerintahan yang baik (good governance). Penggunaan teknologi yang mempermudah
masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi korupsi dengan cara meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas lembaga publik.
Layanan informasi publik berbasisE-government juga dapat memperluas partisipasi
publik dimana masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan
maupun kebijakan oleh pemerintah, memperbaiki produktifitas dan efisiensi birokrasi serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Di Indonesia, inisiatif e-Government telah diperkenalkan melalui Instruksi Presiden
Nomor 6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika). Dalam
instruksi itu dinyatakan bahwa aparat pemer intah harus menggunakan teknologi telematika
untuk mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi.
E-government wajib diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantor-kantor
pemerintahan.Administrasi publik adalah salah satu area dimana internet dapat di gunakan untuk
menyediakan akses bagi semua masyarakat berupa pelayanan yang mendasar dan
mensimplifikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah. E-government dengan
menyediakan pelayanan melalui internet dapat dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu penyediaan
informasi, interaksi satu arah, interaksi dua arah dan transaksi yang berarti pelayanan elektronik.
Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas men-download formulir yang dibuthkan.
Pemprosesan atau pengumpulan formulir secara online merupakan contoh interaksi dua arah.
Sedangkan pelayanan elektronik penuh berupa pengambilan keputusan dan delivery
(pembayaran).
Setidak-tidaknya secara revolusi ada empat tahapan di dalam proses transformasi
sehubungan dengan jenis aplikasi e-Government yang dipergunakan. Pada massa tradisional,
yang dipakai adalah sebuah komunikasi pasif satu arah antara pemerintah dengan masyarakat
dan mereka yang berkepentingan dengan menggunakan teknologi internet semacam website.
Masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai pemerintahan dapat melakukannya
sendiri melalui teknik browsing di internet. Pada tahap interaksi, terjadi komunikasi langsung
dua arah antara pemerintah dengan mereka yang berkepentingan dengan menggunakan teknologi
semacam intranet dan fasilitas multimedia (seperti melalui e-mail, tele-conference, chatting dan
lain sebagainya). Pada lingkungan ini, setiap individu dapat berhubungan dengan siapa saja
wakil di pemerintahan secara one-on-one namun tetap efektif dan efisien.
Jenis transformasi ketiga adalah ketika aplikasi teknologi informasi menawarkan sebuah
kemungkinan terjadinya sebuah transaksi melalui internet. Pada tahap transaksi ini terdapat
proses pertukaran antara barang, atau jasa melalui dunia maya, yang melibatkan sumber daya
finansial, manusia, informasi dan lain sebagainya. Proses terakhir yaitu adalah proses integritas,
dimana pemerintah sebagai sebuah entiti telah menyediakan dirinya untuk dihubungkan atau
diintegrasikan dengan entiti-entiti lain semacam perusahaan (bisnis), perguruan tinggi, lembaga-
lembaga non-pemerintah, organisasi politik, pemerintah negara lain, institusi internasional dan
lain sebagainya. Integritas disini dimaksudkan oleh tidak hanya terbatas pada dibukanya jalur-
jalur komunikasi digital antara pemerintah dengan lembaga-lembaga tersebut, namun lebih jauh
lagi yaitu integrasi pada level proses, data dan teknologi.
Transformation Points
From To
Service to citizens Service by citizens
Citizens in line Citizens on line
Digital divide Digital democracy
Paper-based Government on line
Physical knowledge Digital knowledge
Sumber: Oracle Service Industries
Pertama, adalah bagaimana e-Government dapat merubah prinsip “Service to citizens”.
Jika pada awal evolusi e-Government, pemerintah memanfaatkan teknologi informasi untuk
memperbaiki kinerja dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, maka pada akhir
transformasi masyarakat diharapkan melalui sistem e-Government yang ada dapat melayani
dirinya sendiri (madani); pada transformasi ini sistem pemerintah berubah dari pengatur menjadi
fasilitator.
Kedua, adalah mencoba untuk mengubah fenomena “Citizens in line” menjadi “Citizens
on line”, dalam arti kata yaitu bagaimana jika dahulu masyarakat harus mengantri dan menunggu
lama dalam mendapatkan pelayanan maka setelah e-Government diimplementasikan maka yang
bersangkutan tidak harus menuggu lama dan membayar mahal untuk mendapatkan pelayanan
karena semuanya dapat dilakukan secara on line melalui internet.
Ketiga, adalah mencoba untuk mengatasi permasalahan “Digital Divide” (kesenjangan
digital) dan menjamin terciptanya sebuah “Digital Democracy”. Dimana adanya kesenjangan
atau gap antara orang-orang yang menguasai teknologi atau melek teknologi dengan orang-orang
yang tidak menguasai teknologi atau gagap teknologi. Keadaan ini berpengaruh untuk
meningkatkan kinerja pemerintah dan kualitas kehidupan masyarakat dan kemajuan negara.
Keempat, adalah dalam rangka meningkatkan efisiensi danefektivitas pemerintah dengan
menggantikan proses-proses Paper Based (manual, berbasis dokumen/kertas) dengan
mengimplementasikannya secara utuh konsep “Government On line”. Pada transformasi ini,
selain bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan bernegara. Dengan tersedianya hubungan on line selama 24 jam sehari dan 7
hari seminggu, maka pemerintah secara tidak langsung telah membuka diri sebagai mitra kerja
dari siapa saja yang membutuhkannya, dari berbagai lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Kelima, adalah mencoba untuk menggunakan “Digital Knowledge” sebagai pengganti
dari “Pyhsical Knowledge” yang selama ini dipergunakan untuk sumber daya meningkatkan
kualitas kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Yang dimaksud dengan Digital Knowledge
disini adalah bagaimana hasil pengolahan data dan informasi yang mengalir di dalam
infrastruktur e-Government dapat dimanfaatkan dan dijadikan sumber pengetahuan beharga bagi
siapa saja yang membutuhkan.
E. E-government dan Sistem Administratif di Indonesia
Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas wilayahnya
meliputi sebelah Utara dengan Laut Bali, sebelah Timur dengan Selat Lombok (Provinsi Nusa
Tenggara Barat), sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat dengan Selat
Bali (Propinsi Jawa Timur). Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan
kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem,
Klungkung, Bangli, Buleleng dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibu kota provinsi. Selain
Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida,
Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di
wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah
Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529 km.
Berdasarkan kondisi, potensi, dan permasalahan yang dihadapi Provinsi Bali, serta
mengantisipasi perubahan yang sangat cepat di masa depan, maka untuk mewujudkan manusia
dan masyarakat Bali yang sejahtera lahir bathin, maka telah dirumuskan visi pembangunan
Daerah Bali adalah : TERWUJUDNYA BALI DWIPA JAYA BERLANDASKAN TRI HITA
KARANA.
Dengan visi tersebut konsep Bali Dwipa Jaya secara harfiah berarti Pulau Bali yang jaya
dan tersirat mengandung arti bahwa Pulau Bali mampu mengatasi segala tantangan atau
rintangan serta memanfaatkan peluang yang timbul dalam pembangunan daerah Bali, baik yang
bersumber dari aspek ekonomi, lingkungan hidup maupun sosial budaya. Bali Dwipa Jaya dalam
konteks pembangunan, merupakan suatu proses pembangunan yang dinamis dilandasi oleh nilai,
norma, tradisi dan kearifan lokal yang bersumber pada budaya Bali yang dijiwai oleh Agama
Hindu sehingga terwujud kesejahteraan sosial (jagadhita), ekonomi, kelestarian budaya dan
lingkungan hidup yang harmonis dan berkesinambungan.
Tri Hita Karana dalam pola kehidupan masyarakat Bali yang beragama Hindu secara
simbolis dimaknai sebagai tiga penyebab kesejahteraan manusia yaitu: Parhyangan, Pawongan,
dan Palemahan. Aspek Parhyangan mempunyai makna keterikatan manusia dengan Ida Sang
Hyang Widhi/Tuhan, yang ditandai oleh nilai-nilai kehidupan masyarakat Hindu religius. Aspek
Pawongan dimaknai sebagai hubungan manusia dengan sesama didalam kehidupan terorganisir,
terindikasi, kedalam kehidupan keluarga, warga, institusi/ kelembagaan maupun masyarakat,
baik dalam satu wilayah pedesaan, kecamatan, kabupaten dan provinsi sebagai wadah
interaksinya. Aspek Palemahan dimaknai sebagai hubungan manusia dengan lingkungannya
dalam suatu wilayah permukiman atau lingkungan tempat tinggalnya. Ketiga aspek tersebut
adanya keserasian dan keseimbangan saling keterkaitan antara aspek yang satu dengan yang
lainnya. Untuk merealisasikan visi tersebut di atas, maka dijabarkan dalam bentuk misi sebagai
berikut:
1. Mewujudkan manusia dan masyarakat Bali yang berkualitas srada bhakti dan yasa kerthi.
2. Mewujudkan Bali sebagai satu kesatuan yang utuh dan seimbang.
3.Mewujudkan fungsi lingkungan hidup yang lestari dalam upaya pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan.
4. Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang handal, dengan mengembangkan kemitraan.
5. Mewujudkan kesadaraan dan penegakan hukum dan HAM serta menciptakan ketentraman
dan ketertiban yang dinamis dan kondusif.
6. Memberdayakan dan melestarikan lembaga-lembaga tradisional Bali.
7. Mewujudkan otonomi daerah yang mantap.
8. Mewujudkan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip good-governance.
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip Good
Government, Provinsi Bali telah melakukan langkah langkah, salah satunya melalui penerapan
E-Government. Berikut ini adalah uraian tentang kapasitas teknologi informasi di lingkungan
Pemerintah Provinsi Bali ditinjau dari 5 aspek, yaitu : Kepemimpinan, SDM, Regulasi, Aplikasi,
Data dan Infrastruktur.
1. Aspek Kepemimpinan
Visi pengembangan teknologi informasi di Pemerintah Provinsi Bali adalah
terwujudnya sistem informasi dan komunikasi secara terpadu dengan memanfaatkan
teknologi informasi untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan masyarakat, dalam rangka mewujudkan masyarakat informasi yang berbasis
etika dan moral kebangsaan. Sedangkan Misinya adalah:
Membangun dan mengembangkan Sistem Infomasi secara terpadu dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Melakukan koordinasi dan sinkronisasi informasi baik internal maupun eksternal.
Membangun pusat pelayanan informasi.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM di bidang TI.
Melaksanakan sosialisasi kebijakan program pemerintah.
2. Aspek Regulasi
Secara kelembagaan unit organisasi yang memiliki kewenangan dalam pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi di Instansi Pemerintah Provinsi Bali adalah Badan
Informasi Dan Telematika Daerah (BITD).
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Masalah SDM menjadi masalah utama dalam pengembangan EGovernment. Walaupun
demikian, telah diusahakan peningkatannya melalui bimbingan teknis yang bersifat
terbatas.
4. Aspek Aplikasi
Pemprov Bali memiliki website yang dapat diakses melalui www.baliprov.go.id.
Konten yang tersaji meliputi gambaran umum sekilas Bali, kelembagaan, visi, misi,
renstra provinsi Bali, potensi investasi, profil daerah, statistik pariwisata, pengadaan
barang/jasa, informasi hukum, info BMG, Album foto dan video, Berita daerah dan
nasional, Informasi penting, pengumuman-pengumuman, menampilkan majalah terbitan
BITD, serta link dengan Web site Kabupaten / Kota se-Bali, Depdagri, Depkominfo,
Bappenas.
Provinsi Bali juga telah menyediakan fasilitas e-mail, untuk administrator
([email protected].) dan seluruh SKPD. Selain itu, di lingkungan Provinsi Bali juga
telah dilakukan pengembangan perangkat lunak aplikasi yang dikembangkan dan dikelola
SKPD masing-masing dan belum terintegrasi, antara lain: Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK), Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG), Sistem Informasi
Keuangan (SIMKEU), Sistem Informasi Profil Daerah, Sistem Informasi Profil Desa
Kelurahan, Sistem Informasi Batas Wilayah, dan Sistem Informasi Penduduk dan
Kesehatan.
5. Aspek Data/Informasi
Sejak tahun 2005 Departemen Dalam Negeri dengan Kapusdatinkomtel telah
membangun jaringan komunikasi pusat daerah dengan tujuan mandukung kelancaran dan
kecepatan penyaluran data informasi pusat daerah dengan fasilitas: Komunikasi data,
Suara, dan Gambar. Selain itu, kerjasama Kominfo dengan PT. POS Wilayah VIII,
menghasilkan layanan informasi melalui warung masyarakat informasi (WARMASIF)
dengan konten: Informasi kesehatan On-Line, Informasi Perpustakaan On-Line, dan
Informasi UKM.
6. Aspek infrastruktur jaringan
Kondisi Jaringan Internet di Pemprov Bali adalah sebagai berikut :
Perangkat jaringan induk ada di BITD, yang terdiri dari 2 PC untuk firewall / proxy,
yaitu: 1 untuk Sekretariat dan 1 untuk Wireless.
Keseluruhan unit di sekretariat (9 biro) telah terhubung dengan jaringan induk di
BITD, hanya untuk satu komputer. Dari 40 SKPD, baru terintegrasi dengan jaringan
LAN yaitu; 9 Biro, 4 SKPD (DPRD Provinsi, Dinas Pariwisata, BKPMD, Bapedalda
dan BITD).
Untuk terhubung ke internet, menggunakan sambungan leased line (Koneksi Internet
yang disewakan) dengan kapasitas bandwide sebesar 128 kbps (128 kilo byte per
second). Hosting (Layanan Internet untuk pemanfaatan informasiinformasi baik untuk
halaman-halaman web, penyimpanan Email, data base dan lain-lain) di ISP dengan
kapasitas 200 MB (200 Mega Byte).
Jaringan LAN yang pengoperasiannya dikelola oleh instansi sendiri, dan belum dapat
terintegrasi, dalam artian masih bersifat parsial-parsial seperti: Dinas Pendapatan
Daerah, Dinas Sosial, Dinas Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan,
Dinas Kependudukan, Dinas Kepegawaian Daerah, Dinas Pariwisata dan Dinas
Kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat dua hal utama yang dapat diambil dalam pengertian e-Government, yang
pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat
bantu, dan yang kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih
efisien. Dengan teknologi informasi/internet, seluruh proses atau prosedur yang ada di
pemerintahan dapat dilalui dengan lebih cepat asal digunakan dengan tepat.
Pemerintah Provinsi Bali penyediaan infrastruktur masih terbatas pada keperluan internal
instansi. Permasalahan yang ditemukan terkait dengan kapasitas infrastruktur adalah keterbatasan
dana yang disediakan sehingga membatasi dalam menyediakan infrastruktur, belum optimalnya
dukungan dari pimpinan sehingga koordinasi antar unit dalam pengembangan infrastruktur
kurang terpadu, jumlah operator/ administrator yang belum memadai sehingga pemeliharaan
perangkat jaringan terbengkalai. Secara tingkat sistem, untuk memastikan kapasitas infrastruktur
yang memadai dalam mendukung e-Government, telah disediakan Panduan Pembangunan
Infrastruktur Portal Pemerintah.
Berdasarkan studi kasus provinsi Bali dalam hal pengembangan kapasitas sistem TIK/e-
Government masih ditemukan beberapa permasalahan yang membatasi dalam pemanfaatan
teknologi informasi di instansi pemerintah pusat dan daerah untuk percepatan reformasi
birokrasi. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi :
1. Belum tersedianya rencana pengembangan teknologi informasi di beberapa Instansi.
Sebagian instansi yang telah memiliki rencana, juga belum dapat merealisasikannya
dalam program/kegiatan yang konkrit.
2. Dukungan sumber daya manusia yang menguasai dan berlatar belakang pendidikan
teknologi informasi relatif masih sedikit dan pemanfaatannya belum diberdayakan
dengan baik sesuai bidangnya.
3. Pada umumnya instansi pemerintah belum memiliki kebijakan, pedoman, panduan dan
standarisasi yang memayungi kegiatan pengembangan e-government tingkat instansi.
Walaupun ada, sifatnya masih parsial untuk aplikasi-aplikasi tertentu.
4. Beberapa instansi belum memiliki satuan kerja pengelola teknologi informasi secara
khusus. Sekalipun ada, tingkatannya belum memadai sebagai koordinator dalam
pengembangan e-government tingkat instansi.
5. Aplikasi-aplikasi yang dikembangkan belum saling terintegrasi.
6. Database yang telah dibangun belum terangkum dalam satu struktur data yang terintegrasi,
dan data yang tersedia kurang akurat dan mutahir.
7. Sebagian besar instansi pemerintah telah memiliki infrastruktur untuk e-government.
Namun dalam rangka pemeliharaan, terkendala oleh ketersediaan sumber daya manusia
yang memiliki keahlian di bidang komputer dan jaringan.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikurangi dan dihilangkan melalui
pengembangan kapasitas pada tingkat sistem teknologi informasi yaitu:
Penyusunan kebijakan, pedoman, panduan, standarisasi serta cetak biru pengembangan e-
government.
Pengkajian kembali struktur organisasi satuan kerja pengelola TIK di Instansi Pemerintah
Pengembangan SIN (Single Identity Number), yakni sebuah nomor identitas tunggal yang
dimiliki oleh setiap individu di sebuah negara, untuk memudahkan dalam proses
integrasi.
B. Rekomendasi
Dalam rangka pengembangan kapasitas sistem teknologi informasi, sebuah upaya dapat
dilakukan melalui pemanfaatan teknologi informasi. Salah satunya melalui sebuah portal
pengembangan kapasitas. Dimana portal tersebut merupakan sebuah media pembelajaran, dan
komunikasi antar pengguna, pengelola, pemimpin e-government.
Sedangkan terkait tugas pokok dan fungsi Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang
merupakan instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan/penyelenggaraan diklat aparatur
diharapkan banyak berperan dalam mengupayakan pengembangan kapasitas teknologi informasi
ini, khususnya pada kelompok pemimpin. Upaya yang dapat dilakukan oleh LAN adalah :
1. Penyesuaian kurikulum pendidikan dan pelatihan pimpinan yang dikembangkan oleh
LAN, dengan memperhatikan standar-standar kompetensi pimpinan di bidang TIK ini.
2. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi pimpinan, baik yang berada di unit TIK
maupun non TIK, agar masing-masing pimpinan memiliki kompetensi yang standar
dalam memanfaatkan TIK untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi/pembangunan.
3. Advokasi kepada instansi-instansi pemerintah pusat dan daerah terkait dengan
pengembangan SDM untuk mendukung pengembangan e-government di instansi
pemerintah pusat dan daerah.
Ada beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan dalam pengimplementasian e-
Government, diantaranya:
Peraturan seputar e-Government yang cenderung masih lemah.
Belum adanya pemahaman yang tepat mengenai esensi e-Govemment
Ketersediaan infrastruktur.
Kultur berbagi (sharing) informasi belum merasuk di Indonesia.
Kultur mendokumentasi belum lazim.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Wahyu. 2011. “Urgenitas Layanan Informasi Publik”. Melalui
http://totokwahyuabadi.blogspot.com/2011/04/urgenitas-layanan-informasi-publik.html
(11/12/2013)
Bastian. 2003. “Perkembangan E-government di Indonesia”. Melalui
http://www.bappenas.go.id/files/8913/6508/2376/perkembangan-e-government-di-indonesia---
oleh-bastian__20081223152111__1660__0.pdf (11/12/2013)
Biro Pemerintahan. 2012. “E-Governement dalam Transparansi SiSTEM Pemerintahan
Modern”. Melaui http://www.biropem.baliprov.go.id/berita/2012/12/e-government-dalam-
transparansi-sistem-pemerintahan-modern-1 (10/12/2013)
Departemen Komunikasi dan Informasi, Blue Print Aplikasi EGovernment, 2004.
Departemen Komunikasi dan Informasi, Data Web Pemda, 2004.
Departemen Komunikasi dan Informasi, Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran E-
Government, 2004.
Departemen Komunikasi dan Informasi, Panduan Standar Mutu, Jangkauan Layanan dan
Pengembangan Aplikasi, 2004.
Departemen Komunikasi dan Informasi, Rancangan Blue Print EGovernment, 2004.
Effendi, Taufiq, 2011. “Agenda Strategis Reformasi Birokrasi Menuju Good
Governance”. Melalui http://www.setneg.go.id/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=87. (16/6/2013).
Indrajit, Richardus Eko, 2002. “Electronic Government Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital”. ANDI Yogyakarta.
Yogyakarta.
Valkriye. 2012. “Perkembangan E-government di Indonesia”. Melalui
http://valkriye.wordpress.com/2012/11/05/perkemebangan-e-goverment-di-indonesia
(11/12/2013)
Yudha Saputra, Bima. 2013. “Pengertian dan Manfaat E-Government”. Melalui
http://bimayudhasaputra.blog.fisip-untirta.ac.id/2013/03/14/pengertian-dan-manfaat-e-
government/. (11/12/2013)