blok 21- ca parotis
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
Tumor Ganas pada Kelenjar Parotis
Fitry Hardiyanti
102011059
1 november 2013
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta 2013
Jl.Terusan Arjuna N0.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : [email protected]
Tutor : dr. Darminto
Pendahuluan
Tumor ganas kelenjar saliva mewakili berbagai macam kelompok neoplasma denganberbagai
macam variasi biologik. Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar saliva mayor yangmencakup sepasang kelenjar
parotis, submandibular dan sublingual serta kelenjar salivaminor yang mana terdiri dari 600-1000 kelenjar
kecil terdistribusi pada traktus aerodigestif bagian atas. Beberapa tumor ganas sering sulit dibedakan dari yang
lain pada pewarnaanrutin (hematoksilin-eosin). Tumor ganas kelenjar saliva mewakili 3-4% dari keganasan
padakepala dan leher dan < 0,5% dari seluruh kanker yang terdiagnosis setiap tahun di AmerikaSerikat.
Keganasan kelenjar saliva biasanya tidak umum dan terjadi insiden denganperkiraan 1-2 per 100.000 populasi
per tahun. Hal ini disebabkan karena kasus keganasankelenjar saliva jarang terjadi, penelitian terhadap tumor
ini biasanya terbatas sehinggapengobatan yang diberikan sulit.
Hanya 20-25% dari tumor kelenjar parotis, 44-50% dari tumor kelenjarsubmandibular dan > 70% dari tumor
kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor yangmengarah kepada suatu keganasan. Walaupun, 75-80%
dari tumor kelenjar parotis berlokasidi kelenjar parotis, umumnya kebanyakan berubah ke arah tumor ganas
denganperbandingan 40:10:1 untuk tumor ganas pada kelenjar parotis, kelenjar submandibular dankelenjar
sublingual.
1
Skenario
Seorang laki-laki 60 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan benjolan pada bawah
telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan dirasa semakin membesar hingga
membuat telinga kanannya terangkat. Selain itu, pasien juga mengeluh mata kananya tidak
dapat menurup sempurna sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, teraba benjolan
berdiameter kurang lebih 7 cm, nyeri tekan (+), konstitensi keras, melekat pada jaringan
sekitar. Pada palpasi daerah leher dan supraclavicula teraba adanya perbesaran kelenjar getah
bening.
Rumusan masalah
Laki-laki 60 tahun terdapat benjolan pada bawah telinga kanannya 6 bulan yang lalu.
Hipotesis
Laki-laki usia 60 tahun tersebut menderita ca parotis
Pembahasan
Anatomi kelenjar parotis
Kelenjar liur dibagi 2 yaitu kelenjar liur mayor dan minor. Kelenjar liur mayor terdiri
dari kelenjar parotis, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual. Kelenjar liur minor
terdiri dari 600-1000 kelenjar yang tersebar sepanjang saluran pencernaan dan pernafasan
atas.1,2 Kelenjar parotis dibentuk pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8 pertumbuhan janin,
berasal dari lapisan ektoderm mulut dan berkembang di sekitar mesenkim. Kelenjar parotis
berkembang mulai dari posterior ke anterior dengan membungkus saraf fasialis di
tengahnya.3,4 Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dari kelenjar liur dengan berat 15
sampai 30 gram. Bentuknya segitiga, bagian ujungnya berada tepat di bawah sudut mandibula
dan dasarnya sedikit di bawah arkus zigoma. Bagian anterior berbatasan dengan tepi posterior
ramus mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior otot maseter. Bagian posterior kelenjar
dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi anterior otot sternokleidomastoideus.3
2
Bagian dalam yang merupakan lobus medius meluas ke rongga parafaring, dibatasi
oleh prosesus stiloideus, ligamentum stilomandibula, otot digastrikus, dan selubung karotis.
Di bagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial otot pterigoideus.
Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutan. Jaringan ikat dan
jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis
berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta
cabangnya, arteri karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfe, cabang
aurikulotemporalis dari saraf trigeminus dan saraf fasialis (gambar 1). 2,3
Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 4-7cm, muncul dari anterior kelenjar.
Duktus ini keluar dari permukaan lateral otot maseter, menembus jaringan lemak pipi dan
otot businator. Ujung saluran ini berada di mukosa pipi rongga mulut, berhadapan dengan
gigi molar kedua bagian atas. Kelenjar parotis aksesorius dapat ditemukan di sepanjang
bagian anterior kelenjar dan pada duktus Stensen. Kelenjar ini dijumpai berkisar 20%.2,3
Secara anatomi lobus kelenjar parotis merupakan struktur yang saling terkait, namun pada
pembedahan lebih mudah menggambarkannya sebagai lobus superfisialis atau lateral dan
lobus profunda atau medialis. Kedua lobus ini dipisahkan oleh saraf fasialis.1-4 Perdarahan
kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna, dimana arteri ini berjalan medial dari
kelenjar parotis, kemudian mempercabangkan arteri maksilaris dan arteri temporalis superior.
Arteri temporalis superior mempercabangkan arteri fasialis tranversalis yang berjalan di
anterior zigoma dan saluran parotis, kemudian memperdarahi kelenjar parotis, saluran parotis
dan otot maseter. Vena maksilaris dan vena temporalis superfisialis bersatu membentuk vena
retromandibuler yang berjalan di sebelah dalam saraf fasialis, kemudian menyatu dengan
vena jugularis eksterna.3,4
3
Fungsi sekretomotorik dihantarkan melalui serabut saraf parasimpatis lewat saraf
glosofaringeus. Dalam perjalanan yang rumit serabut saraf ini memasuki kelenjar parotis
setelah melewati ganglion otik dan dihantarkan melalui saraf aurikulotemporalis.3,4 Lobus
superfisial dari kelenjar parotis mengandung lebih kurang 3-20 kelenjar limfe, terletak di
antara kelenjar parotis dengan kapsulnya. Kelenjar limfe ini merupakan saluran dari kelenjar
parotis, liang telinga luar, daun telinga, kulit kepala, kelopak dan kelenjar air mata. Lapisan
kedua dari kelenjar limfe terdapat pada bagian dalam jaringan kelenjar parotis dan merupakan
saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, telinga tengah, nasofaring, dan palatum mole.
Kedua sistem ini mengalir ke sistem limfe servikal superfisialis dan profunda.3,4
Fisiologi Kelenjar Parotis
Fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Air liur diproduksi di sel-sel
asinus, dikirim secara aktif dan disimpan oleh sel-sel duktal. Sel-sel pada kelenjar parotis
hampir seluruhnya merupakan sel serosa, sehingga cairan yang dihasilkan lebih encer dan
rendah kadar musinnya, tetapi tinggi kadar enzimnya. Produksi air liur setiap hari 500 sampai
1500 ml.10 Air liur penting untuk mempertahankan rongga mulut tetap basah dan melindungi
dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Informasi rasa juga dihantarkan dengan bantuan air
liur. Air liur mengandung komponen organik dan nonorganik. Komponen organik terdiri dari
protein seperti musin, amilase, enzim, dan karbohidrat. Komponen nonorganik antara lain ion
kalsium, flour, magnesium, dan fosfat.3,4
1. Anamnesis
Laki-laki usia 60 tahun, maka kita lakukan dengan autoanamnesis yaitu
menanyakan langsung pada pasien. Keluhan utama pasien adalah terdapat benjolan
pada bawah telinga kananya sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat penyakit sekarang :
sejak kapan benjolannya timbul? Bagaimana kosistensinya apakah lunak, atau keras ?
apakah benjolan soliter ? apakah ada nyeri ? di pre/infra/retro aurikula (tumor
parotis), atau di submandibula (tumor submandibula), atau intraoral (tumor kelenjar
liur minor)? Bagaimana suhunya apakah panas / dingin ?apakah di bagian yang
benjolan tadi seperti ada yang mengganjal atau tidak ? apakah benjolannya membesar,
menetap, bahkan mengecil ? bagaimana dengan bola matanya apakah dirasa
membesar ? apakah palpebra bisa menutup atau tidak? Jarangkah berkedip? Apakah
4
sebelumnya ada seseorang yang menderita gondongan? Atau dikeluarganya apakah
ada yang seperti ini atau tidak? Apakah ada gejala lain seperti Disfagia, sakit
tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis terlibat), Paralisis
n.glossofaringeus, vagus, acessorius, hipoglosus, pleksus simatkus (pada karsinoma
arotis lanjut) Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase), tanyakan mengenai
radiasi terdahulu pada daerah kepala-leher, operasi yang pernah dilakukan pada
kelenjar ludah dan penyakit tertentu yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar
ini (diabetes ,sirosis, hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate,
antihipertensi, derivate fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan
pembengkakan, karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, lihat keadaan umum pasien
apakah pasien merasa kelelahan, bagaimana kesadarannya, yang pertama dilakukan
adalah mengukur tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan dan
lain-lain lalu periksa mata, apakah ada anemia, ikterik, melakukan pemeriksaan
seperti : jofroy sign : tak bisa mengerutkan dahi, von stelwag sign : jarang
mengedipkan mata, von grave sign : melihat kebawaah, dan tak bisa mengikuti,
rosenbach : tremor palpebra, moebius sign : tak bisa konvergensi, dan exophtalmus :
mata menonjol. Pemeriksaan otot-otot wajah. Melihat apakah ada tanda metastase
jauh, seperti paru-paru, tulang, dan lain-lain. Pada saat inspeksi suruhlah pasien
menelan apakah pasien merasa ada yang mengganjal atau tidak, (termasuk intraoral,
adakah pendesakan tonsil/uvula) lalu lihat apakah warna benjolannya, sebesar apa?
Lalu ukur benjolan tersebut menggunakan pita pengukur, pada skenario ini pasien
memiliki benjolan kurang lebih 7 cm.
Pada palpasi kita raba suhu benjolannya apakah panas/ dingin, lalu raba
konstitensinya apakah lunak seperti busa, ataukah keras, melekat pada jaringan
sekitar, raba pada daerah supraclavicular apakah ada pembesaran kelenjar getah
bening ipsilateral dan kontralateral, bila ada pembesran tentukan lokasi, jumlah,
ukuran terbesar dan mobilitasnya, nyeri tekan atau tidak, permukaan benjolannya
bagaimana halus atau ada kasar, pemeriksaan fungsi N VII, VIII, IX, X, XI, XII.
Pada auskultasi dengarkan bunyi bruit atau tidak dengan menggunakan
mikroskop yang diletakan didaerah benjolan.
5
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi.1
Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil)
Pemeriksaan ini sangat penting dalam diagnostik pembengkakan yang
dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat dicapai
diagnosis kerja sementara. Dan pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna,
tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan dengan pencitraan.
Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis
sejak dulu, namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan (Computerized
tomografi scan) dan MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan pemeriksaan ini
massa tumor terlihat mendorong jaringan parotis dan duktus-duktusnya.
Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi
gambaran berupa massa berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau
heterogen. Densitasnya lebih tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak
parotis. Gambaran yang heterogen dengan daerah nekrosis, kistik sering didapatkan
karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat cairan, lemak darah, dan kalsifikasi.
Pemberian kontras memberikan penyangatan yang bervariasi. Pemeriksaan MRI akan
membantu untuk melihat perluasan ke jaringan sekitar. Namun MRI tidak terlalu
penting dilakukan pada massa tumor yang secara histopatologi jinak dan mudah
dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam
menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.
CT scan/ MRl, pada tumor yang mobilitas terbatas, untuk rnengetahui luas
ekstensi tumor lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus
untuk mengetahui peluasan ke orofaring Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas
untuk deteksi metastase jauh.
6
Ultrasonografi (USG)
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut,
hipoekoik dan sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas memberikan
gambaran yang lebih heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan
diagnosis adenoma pleomorfik namun CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor
lebih lengkap.
Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan
merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tanda-tanda kearah
ganas, seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada
daerah ini bersifat kambuh lokal jika kapsulnya dirusak dan juga karena alasan
kosmetik.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum etektrolit, faal hemostasis, untuk
menilai keadaan umum dan persiapan operasi
4. Working diagnosis
Working diagnosis : ca mukoepidermoid, tumor jinak parotis : adenoma pleomorfik
Diagnosis banding : parotitis, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel acinic.
Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar
saliva. Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian
besar tumor kelenjar saliva adalah jinak. Tidaklah mengherankan jika sebagian besar
tumor yang terjadi di parotid adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan
antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang
paling sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah:
kistadenoma papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang
sering terjadi pada orang tua.5
7
Sedangkan untuk karsinoma ganas yang dapat timbul pada kelenjar liur
mayor, pada kelenjar parotis yang paling umum adalah karsinoma mukoepidermoid,
sedangkan untuk kelenjar submandibular adalah karsinoma adenoid kistik. Karsinoma
lain yang dapat terdapat di kelenjar liur mayor adalah karsinoma sel asinar,
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan tumor malignan campuran, walalupun
beberapa karsinoma dari jaringan lain dapat saja timbul di kelenjar liur mayor.5
Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya
neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor
internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor
pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-
obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol.6
Kelenjar parotis
Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula (antara prossesus
mastoideus dan ramus mandibula)
Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,
aldolase, dan kolinesterase. Merupakan kelenjar serous pada manusia dewasa,
kaya akan air sekresi encer. Pada anak-anak masih mengandung kelenjar mucous.
Saliva terdiri dari 25% sekresi kelenjar parotis
Merupakan kelenjar terbesar dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya dengan
berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mm
Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula meluas ke
lengkung zygomaticum di depan telinga dan mencapai dasar dari musculus
masseter
Duktus parotis yakni duktus Stensen yang berjalan menyilang permukaan otot
masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada
vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas
8
Tumor jinak parotis7
Tumor jinak parotis yang sering ditemukan adalah tumor campur, sifatnya :
- Benjolan disekitar ruang telinga tanpa rasa sakit, benjolan tumbuh lambat, bila
cukup besar daun telinga terlihat terangkat bila dibandingkan dengan daun telinga
normal dikontralateral. Benjolan kosistensi padat, berbatas tegas, gangguan saraf
facialis tidak ditemukan.
- Gross anatomi : tumor berkapsul, berwarna putih dan padat,.
- Patologi : tumor tidak berkapsul asli, mengesankan berasal dari campuran
adenoma jaringan miksomatosa dan gambaran ini diberikan nama : pleomorfik
adenoma (tumor campur)
- Tumor campur mudah residif bila pengangkatan inadekuat.
Tumor ganas parotis7
Tumor ganas parotis atau kelenjar ludah lainnya pada tingkat permulaan tidak mudah
dibedakan dari benjolan yang bersifat benigna. Kadang-kadang hasil keganasan ini
hanya dapat diketahui pada saat pemeriksaan potong beku atau pada pemeriksaan
parafin
Beberapa tanda yang mencurigakan akan keganasan parotis antara lain :
- Tumor keras dan berbatas tidak tegas
- Parese/paralise nervus fasialis
- Tumor yang ulseratif
- Tumor yang tumbuh cepat
- Tumor dengan perbesaran kelenjar getah bening regional
- Tumor parotis dengan gambaran metastase di paru-paru.
Tumor Jinak Kelenjar Saliva
Pleomorphic Adenoma 9
Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal
dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor.
Tumor ini tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakan, dan
konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak
jaringan sekitarnya.6,8
Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai
pada kelenjar parotis. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor),
yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam
beberapa variasi komponennya.
Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara
pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik
mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa
rasa sakit, nodul tunggal.
Pada daerah parotis, meskipun diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam
ukurannya tumor dapat bertambah besar dan menjadi destruktif setempat. Reseksi
bedah total merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk
mencegah cedera pada saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya
sudah berdekatan dengan tumor.
Gambar 1 Gambaran klinis penderita Adenoma pleomorfik (kanan). Potongan
diseksi Adenoma pleomorfik (kiri).
Diagnosis banding untuk Adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna:
karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma
adnexa dalam, dan neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma
pleomorfik adalah perubahan ke arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma
10
(carcinoma ex-pleomorphic adenoma) atau nama lainnya tumor campur jinak yang
bermetastasis (benign metastazing mixed tumors). Prognosis adenoma pleomorfik
adalah sempurna, dengan angka kesembuhan mencapai 96 %
Perawatan tumor pleomorfic adenoma adalah dengan pembedahan dengan
mengupayakan seluruh jaringan tumor terangkat. Jika pengambilan tumor tidak hati-
hati dan meninggalkan sel tumor di dalam jaringan mesenkim glandula, maka dapat
terjadi kekambuhan. Jika tumor ini tumbuh didalam jaringan parotis kadangkala
nervus fasialis diikutsertakan diambil bersama jaringan tumor. Prognosis setelah
perawatan baik, karena umumnya jika terjadi kekambuhan lokal tidak menunjukan
tanda-tanda keganasan.6
Warthin’s Tumor
Tumor jinak kelenjar saliva lain yang relatif sering. Tumor ini paling sering
terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok.
Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini
dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari
lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi
limfostik yang matang
Gambar 2 Bentuk Whartin’s tumor (kanan). Gambaran histologi Whartin’s tumor dari
kelenjar parotis (kiri).
Sumber : Wikipedia, 2010.
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila
terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin’s tumor
yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak
pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.11
Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan
suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial
parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat peningkatan
aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari
mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histologi. Terapi
terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraf fasialis
Perawatan dari tumor Warthin’s adalah pembedahan dengan seluruh jaringan
tumor dengan mengupayakan kapsul terangkat utuh tanpa meninggalkan sel tumor
tersisa di dalam jaringan kelenjar ludah parotis. Pengangkatan sempurna dapat
mencegah kekambuhan. Prognosis setelah perawatan adalah baik.6
Tumor Ganas Kelenjar Saliva.9
Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar
ludah parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling
sering melibatkan kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada
orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko
lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel
epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar
ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parotis.
Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang
diakibatkan oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara
dekade 30-40. Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang
asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis
nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar duktus
saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak
30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat
rendah,menengah, dan tinggi.
12
Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid
Sumber : IARC WHO, 2010.
Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade,
intermediate grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel
skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-
sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade
merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor,
pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel
epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe
intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid
dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly
differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel
berdiferensiasi
Gambar 4 Gambaran histopatologi karsinoma epidermoid
Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor.
Prognosis baik well differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90%
13
kasus well differentiated dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly
differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup 5
tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%)
Karsinoma Adenoid Kistik
Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma,
merupakan tumor ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat,
cenderung lokal invasive, dan kambuh setelah operasi. Sepertiga angka kejadian
terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul pada kelenjar ludah
atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah
dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis.
Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun
Gambar 5 Gambaran klinis karsinoma adenokistik pada pria usia 30 tahun
Sumber : IARC WHO, 2010.
Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang
termasuk tumor dengan potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 %
dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor submandibular, dan 30 % tumor kelenjar
saliva minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik, walaupun sebagian besar
tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Tumor ini berbeda dari tumor-
tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh
kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun.
Penderita dengan karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi
hingga lima tahun, angka harapan hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun
ditemukan kurang dari 20 persen. Prognosis buruk dalam jangka panjang.
14
Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer,
jika perlu struktur vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan
tulang temporalis. Pencangkokan saraf untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat
dipertimbangkan manfaatnya karena dapat mengembalikan fungsi saraf fasialis
tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka prognosisnya buruk
Karsinoma Sel Asini
Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang
terjadi, angka kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah.
Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat,
dengan diameter kurang dari 3 cm
Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih
banyak wanita dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat
metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya
amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus
intercalated. Terapi karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap. Terapi radiasi
pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi.
Gejala klinis : adanya masa yang membesar dengan pertumbuhan yang lambat, pada /
solid serta mobile pada daerah parotid pada beberapa kasus ditemui multinodular
yang terfiksasi pada kulit ataupun otot. Pada sepertiga kasus adanya nyeri intermitten,
dan facial paralise.
Gambar 6 Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada
kasus karsinoma sel asini kelenjar saliva (kiri).
15
Adenokarsinoma
Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini
terdapat pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor.
Sebagian besar pasien tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada
jaringan diatas atau dibawahnya, 30 % pasien berkembang metastasis ke nodus
servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis, dan 15 % merasa sakit pada
wajahnya
Diagnosis banding
Parotitis10,11
Virus parotitis menimbulkan infeksi umum yang biasanya ditandai dengan
parotitis. Infeksi bersifat mudah menular dan paling sering terjadi pada anak. Parotitis
disebabkan oleh paramyxovirus. Secara antigen virus ini erat kaitannya dengan virus
influenza yang kadang-kadang membingungkan pemeriksaan serologi. Diameter
virion kira-kira 150 nm dan mengandung RNA; virion juga mempunyai hemolisin,
neuraminidase, dan hemaglutinin. Virus parotitis dapat diperbanyak dalam berbagai
biakan sel dan dalam telur berembrio. Virus dapat ditemukan dalam sekret pernapasan
sebelum atau sesudah pembengkakan parotis. Inkubasi normal 16-18 hari. Masa
tunasnya 12-22 hari.infeksi paling lazim terjadi pada akhir musim dingin dan diawal
musim semi. Virus parotitis menimbulkan infeksi generalisata parotitis dapat terjadi
tanpa pembengkakan parotis. Meningitis dan kelianan ginjal dapat merupakan bagian
penyakit ini. Sebagian pasien mengalami pleositosis cairan serebrospinal sekalipun
tanpa tanda klinis meningitis. Kelainan ginjal yang bermanifestasi berupa hematuria,
poliuria, dan viruria sering ditemukan. Kematian terjadi akibat komplikasi berupa
nefritis, miokarditis, atau penyakit sistem saraf pusat.
Gejala klinis nya adalah temperatur meningkat sedang, biasanya selama 3-4
hari, pembengkakan parotis 7-10 hari dan dapat dilihat baik unilateral maupun
bilateral. Kelenjar submandibula bisa bengkak secara bersamaan dengan atau tanpa
pembengkakan parotis. Kadang-kadang terjadi bengkak prasternum. Pasien yang lebih
tua sering mengeluh sakit kepala yang barangkali mencerminkan terkenanya
meningen. Tanda enselfalitis seperti kejang. Keluhan tersering anoreksia, nyeri
abdomen yang menandakan terkenanya pankreas atau pada perempuan terkena 16
ovarium. Amilase serum meningkat selama infeksi sebelum ditemukannya
peningkatan antibody CF, dan muntah.
Terapi yang dianjurkan untuk penderita parotitis adalah terapi konservatif, diet
harus ringan dengan banyak cairan, pasien mengalami kesulitan dengan makanan
asam seperti jeruk. Analgetik untuk sakit kepala.
Ca Submandibularis
Terletak di tengah trigonum mandibular, terbagi menjadi dua bagian, profunda
dan superficial. Bagian superficial lebih besar, bagian profunda timbul dari sisi
internal bagian superficial, melalui celah antara otot mylohioid dan hioglosus sampai
ke bagian bawah lidah, berhubungan dengan ujung posterior kelenjar sublingual.
Duktus kelenjar submandibular muncul dari bagian internal kelenjar, bermuara di
papilla di bawah lidah. Arteri maksilaris eksternal melalui venter posterior otot
digastrik dan fasies profunda kelenjar submandibular menuju ke superior, mengitari
margo inferior korpus mandibular, di margo anterior otot maseter mencapai daerha
muka. Nervus linguialis dari lateral menuju medial melintasi bagian inferior duktus
kelenjar submandibular memasuki lidah. Nervus sublingualis melintasi fasies
profunda venter posterior otot digastrik, bagian superficial otot hioglosus, ke arah
anterosuperior masuk lidah. Cabang mandibular nervus fasialis sejak muncul dari
trunkus servikofasialis, di inferior kelenjar parotis, fasies profunda otot platisma
melintasi vena fasialis posterior, di sekitar 1 cm dari angulus mandibular menuju
anterior, melintasi vena fasialis anterior dan arteri maksilaris eksternal dan menyebar
di bibir bawah.12
5. Etiologi
Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat
nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Infeksi
virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
Genetik
17
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen
merupakan segmen DNA yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi
sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak
terkendali semua sifat sifat kanker fragmen-fragmen genetic ini dapat merupakan
bagian dari virus tumor.
Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon dengan perkembangan kanker tertentu
telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi
karsinogenesis. Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk
mendapatkan kanker tertentu. Sel yang mempengaruhi perubahan {bermutasi}
berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun
tubuh yang kemudian memusnakannya. Dua puncak insiden yang tinggi untuk
tumbuhnya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika
system imun sedang lemah.
6. Gejala klinis
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah (parotis),
pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau
pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat
mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi kistik, hemoragik atau malignansi.
Tumor jinak kelenjar liur biasanya bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak
yang berasal dari parotis tidak ada gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi
biasanya menimbulkan gejala seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang
cepat, parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal.
Tanda dan gejala Kanker Kelenjar Ludah yang mungkin timbul:
18
Kaki yang kecil.
Kelemahan pada wajah.
Memiliki kesulitan membuka mulut
Rasa sakit di kelenjar ludah yang tetap terus ada.
Sebuah benjolan atau gumpalan di leher, telinga, pipi.
Sebuah benjolan atau gumpalan di sekitar rahang, bibir, atau di dalam mulut.
Cairan mengalir dari telinga.12
7. Faktor resiko
Radiasi ke leher meningkatkan risiko keganasan kelenjar ludah dengan 15 - latency 20
tahun
Merokok merupakan faktor risiko penting untuk perkembangan tumor Warthin, tetapi
hubungannya dengan tumor parotis ganas yang kurang jelas. tumor Warthin adalah
delapan kali lebih sering terjadi pada perokok dibandingkan dengan non-perokok.
Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara penggunaan ponsel yang tinggi
dan peningkatan risiko tumor jinak dan ganas parotis meskipun orang lain telah
menemukan bukti hubungan tersebut. 13
8. Patogenesis
Kelainan peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau
nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh
bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari
tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi
baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen
stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus
19
vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri
pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada
2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis,
dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor
jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga
dapat menyebabkan ganguan pendengaran.Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh
peradangan tonsil yang berulang.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan
dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik.
Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,
walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan
prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area
retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati
ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah
dapat terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat
melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal,
dan sendi temporomandibular. Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe
melalui ruangan parapharyngeal dan ke rangkaian jugular bagian dalam, dan ke pre-
post facial nodes.14
Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari
sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal
darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.
Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula
ekskretorius dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus
interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid
kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari
20
duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid
karsinoma.14
9. Epidemiologi
Penyakit tumor pada kelenjar liur mayor umumnya jarang ditemukan, dan
kelenjar parotis merupakan kelenjar yang sering terkena. Tumor kelenjar liur dapat
terjadi di dalam kelenjar parotis dan sebagian besar sisanya di kelenjar
submandibular. Laki-laki dan perempuan 80 %. Dari massa parotis, 75% berupa
neoplasia. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal
dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30% adalah maligna. Disebutkan
bahwa terdapat perbedaan geografik dan suku bangsa dimana pada orang Eskimo
tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang
mengionisasi diduga sebagai factor etiologi. Prevalensi tumor ganas yang biasanya
terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 %
tumor submandibular, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor
kelenjar liur minor adalah ganas.15
10. Komplikasi
Komplikasi–komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di
kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling
baik pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan
penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting.
Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi
luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis
terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat
penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi
pascaoperasi.
Kerusakan pada saraf wajah dapat terjadi sebagai akibat dari tumor parotis infiltrasi
atau operasi. Risiko kerusakan lebih tinggi dengan operasi berulang. Pemantauan
saraf wajah perioperatif dapat mengurangi risiko ini.
Kekambuhan tumor jinak atau ganas. Adenoma pleomorfik harus benar-benar dihapus
pada operasi primer seperti tumor berulang sering multifokal dan dapat terjadi 10-15
tahun kemudian dengan tingkat kesembuhan jauh berkurang (<25%).
21
adenoma pleomorfik dapat mengalami perubahan ganas dan disebut karsinoma ex-
adenoma pleomorfik. Mereka mewakili sekitar 2-4% dari keganasan kelenjar ludah.
Pertumbuhan yang cepat tiba-tiba massa yang sebelumnya stabil khas. Mereka agresif
dan memiliki prognosis buruk.
Sindrom Frey (kemerahan dan berkeringat di pipi, yang dapat muncul ketika makan,
melihat atau berpikir tentang jenis makanan tertentu yang memproduksi air liur yang
kuat) dapat terjadi setelah operasi parotis. Saraf otonom reformasi tidak tepat (impuls
parasimpatis akan saraf simpatis) sehingga stimulus untuk air liur akan membuat
keringat wajah. Xerostomia dan mucositis oral.
11. Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan lokal dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor
maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Ketahanan
hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada
histologinya.9
12. Penatalaksanaan
Tumor jinak parotis pertumbuhannya relatif lambat, biasa pada usia muda ,
tidak terasa nyeri, tidak ada gangguan pada persarafan nervus tujuh dan tidak pernah
menyebar jauh. Tumor ganas parotis pertumbuhannya biasanya cepat, sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun , sering menyebabkan rasa sakit, terabanya keras sampai
dapat teraba seperti batu, dan dapat menyebabkan gangguan pada saraf ketujuh seperti
mulut mencong dan mata sukar menutup. Untuk memastikan diagnosis tumor parotis
apakah jinak atau ganas, memang agak berbeda sedikit dengan penanganan tumor
lainnya.
Pada kasus-kasus dimana tumor masih tidak terlalu besar dan masih dapat
dioperasi, maka dilakukan pengangkatan pada tumor tersebut . Bila tumor tumbuh
dari kelenjar parotis bagian permukaan , maka seluruh kelenjar parotis dan tumor
yang ada di permukaan atau persisnya berada diatas nervus tujuh harus diangkat
semua. Tindakan ini disebut parotidektomi superficial. Setelah diangkat, maka tumor
diperiksakan ke patologi anatomi untuk dipastikan jinak atau ganasnya.
Kalau dari awal tumor sudah dicurigai ganas, dan ukurannya besar sekali dan keras,
22
kalau ada sarana pemeriksaan patologi anatomi potong beku atau Vries Coupe (VC)
pada saat penderita dioperasi. Bila positif ganas, maka tindakannya adalah
mengangkat seluruh kelenjar parotis bagian dalam dan permukaan . Tindakan ini
disebut parotidektomi total.
Resiko operasi atau komplikasi yang mungkin terjadi akibat operasi adalah
cedera pada saraf ke tujuh, dengan gejala kelopak mata atas sulit menutup, mulut
terlihat menyon. Bisa juga terjadi baal-baal atau berkurangnya rasa pada daerah
sekitar telinga. Kalau pengangkatannya hanya tumornya saja dikemudian hari bisa
terjadi kekambuhan. Tidak jarang tumor yang kambuh ini adalah ganas.
Pada tumor ganas yang ukurannya sangat besar dan keras, maka dilakukan VC. Bila
sarana VC tidak ada , maka dapat dilakukan biopsi tusuk jarum . Bila positif ganas,
dan secara tehnik masih dapat dilakukan operasi, biasanya akan mencederai saraf
ketujuh, dan terkadang memang saraf ketujuhnya harus diangkat karena sudah
termakan oleh kankernya. Radioterapi diberikan pada kasus kanker kelenjar parotis
yang sudah tidak memungkinkan dioperasi.
Pada tumor parotis dilakukan pembedahan
Tumor parotis yang jinak dilakukan parotidektomi superfisial, namun pada
tumor parotis yang ganas dilakukan parotidektomi total namun tumor ganas yang
belum ada ekstensi ekstra parenkim dan nervus VII dan dilakukan juga pada tumor
jinak yang sudah mengenai lobus profundus. Tumor ganas parotis yang sudah ada
ekstensi ekstra dilakukan parotidektomi total di perluas. RND (deseksi leher radikal )
dilakukan pada metastase kelenjar getah bening yang masih operabel.
Tumor inoperabel
Tindakan utamanya adalah radioterapi 65-70 Gy dalam 7-8 minggu
Tindakan tambahan adenokarsinoma ( adenoid cystic carsinoma, adenocarsinoma,
tumor ganas campur, acinic cell carsinoma) diberikan adriamisin 50 mg/m2 iv/hari, 5
flourourasil 500 mg / m2 iv/ hari ini di ulang 3 minggu. Sisplatin 100 mg/m2 iv pada
hari ke2.
Squamous cell carsinoma / mucoepidermoid carsinoma diberikan methrotrexate 50
mg/m2 iv pada hari ke 1 dan ke 7, sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2. Dan di
ulang 3 minggu. Pada metastase kelenjar getah bening yang operabel dilakukan
deseksi leher radikal (RND), namun yang sudah inoperabel dilakukan radioterapi 40
Gy/+ kemoterapi preoperatif lalu lakukan evaluasi. Jika setelah dilakukan menjadi
23
operabel lakukan RND kembali, namun bila sudah dilakukan masih tetap inoperabel
lakukan radioterahy 70 Gy.7
Penyulit pasca operasi parotis (parotidektomi).7
- Fistel liur. Ludah yang tidak kering dari luka operasi. Hal ini dapat disebabkan
masih banyaknya bagian kelenjar yang mengeluarkan ludah kearah luka atau
duktus stensonnya tersumbat. Balut tekan dapat membantu penyembuhan.
Kadang-kadang radiasi dibutuhkan untuk mempercepat fibrosis sehingga luka
menutup. Fistel liur yang tak sembuh sebaiknya dieksplorasi
- Syndroma frey Penderita berkeringat didaerah operasi sewaktu makan hal ini
disebabkan gangguan persarafan kulit karena regenerasi yang salah dari cabang
saraf aurikulotemporalis yang terpotong. Keluhan biasanya tidak mengganggu
banyak. Dengan penjelasan penderita dapat menerima kelainan ini.
- Parese / paralise saraf fasialis
- Manipulasi saraf fasialis meskipun tanpa memutus saraf dapat mengakibatkan
parase saraf fisialis yang sifatnya temporer. Parese ini dapat mengakibatkan
keratitis karena mata sulit tertutup dengan baik. Pemotongan cabang saraf
mengakibatkan paralise otot yang bersangkutan. Grafting saraf dapat membantu
untuk memulihkan persarafan wajah. Hasilnya tidak selalu memuaskan.
13. Pencegahan
Mencegah kanker merupakan langkah yang terbaik sebab seperti ungkapan
"mencegah lebih baik dari pada mengobati", pencegahan membuat suatu kerusakan
tidak perlu terjadi.
Memeriksa resiko karena keturunan Salah satu penyebab kanker berasal dari
faktor keturunan. Jika ada orangtua atau saudara yang menderita kanker, sangat
mungkin kanker juga menyerang anggota keluarga lainnya. Untuk itu
mengetahui ada tidaknya anggota keluarga yang pernah terkena kanker sangat
penting sebagai upaya mencegah kanker.
Menghindari makanan yang diasap atau diasamkan. Contohnya seperti ikan asap
atau makanan yang diacar. Makanan tersebut beresiko menimbulkan kanker.
24
Oleh karena itu menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi makanan
tersebut menjadi keharusan untuk mencegah kanker.
Menjauhi alcohol Sejak lama alkohol sudah sering disebut sebagai penyebab
kanker.
Menghindari makanan dengan zat pewarna Banyak makanan saat ini dicampur
dengan zat pewarna agar terlihat menarik. Padahal kandungan zat pewarna itu
sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk mencegah
kanker, sebaiknya usahakan menghindari makanan yang menggunakan zat
pewarna
Menghindari rokok Seperti alkohol, rokok juga menjadi sumber penyebab
berbagai penyakit tak terkecuali untuk penyakit kanker. Meninggalkan
kebiasaan merokok atau berupaya menjauh dari orang yang sedang merokok
adalah upaya baik untuk mencegah kanker.
Menghindari makanan berlemak yang menyebabkan banyak masalah dalam
tubuh. Termasuk sebagai pemicu kanker.
Makan makanan kaya serat Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan kaya
serat. Memperbanyak konsumsi makanan tersebut sangat baik untuk mencegah
kanker.
Rutin olahraga merupakan cara yang baik untuk mencegah kanker. Sebab saat
berolahraga, lemak dalam tubuh akan terbakar dan mempercepat metabolisme.
Hal itu akan mencegah terjadinya kanker. Tidak harus berupa olahraga berat.
Olahraga ringan seperti jalan sehat atau lari pagi bisa membantu mencegah
kanker.
Konsumsi vitamin A, C, dan E memiliki kandungan antioksidan yang sangat
berguna untuk mencegah kanker.
Perilaku seks sehat Tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks juga
menjadi cara jitu mencegah kanker sebab timbulnya kanker juga dimungkinkan
karena perilaku seksual yang tidak sehat.
25
Kesimpulan
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar
parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada kelenjar liur relatif jarang
terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher.
Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik,
dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada
kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80%
dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).
Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa
berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf
fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya
nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
26
Daftar pustaka
1. Eisele DW, Johns ME. Salivary Glan Neoplasms. In : Bailey BJ, Calhoun KH, editors. Head
and Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd ed vol 2. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2001. p. 1279-97
2. Lee J, MD. Benign Parotis Masses. Available from: http://www.BCM.Com
AccessedSeptember 19, 2009.
3. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. In: Myers EN,
Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders. Springer: Berlin; 2007. p. 1-14.
4. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and Physiology of the Salivary Glands. In: Bailey BL,
Calhoun KH. Editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd Ed. Philadelphia:
Lippicott Williams & Wilkins; 2001. p. 453-63.
5. Andirius, C. 2009. Neoplasma Kepala dan Leher. Available at
http://www.scribd.com/doc/15170620/Referat-Neoplasma-Kepala-dan-Leher. [28 Mei 2010].
6. Syafriadi, M. 2008. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta. 31-82.
7. Reksopro S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. RS
Dr Ciptomangunkusumo. 386-8
8. Ansori, H. 2009. Gambaran Radiografi Adenoma Pleimorfik pada Kelenjar Saliva. Skripsi.
Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.
9. Adams, LG, Boies, RL, and Paparella, MM. 2001. Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Jakarta :
EGC. 305-319.
10. Rudolph AM, Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol 1. Jakarta; EGC : 2006.745-7
27
11. Gillespie SH, Bamford KB. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. 3rd ed. Jakarta;
Erlangga : 2012.71
12. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta:
Penerbit FKUI:2007; 304-307
13. Sadetzki S, Oberman B, Mandelzweig L, et al , Merokok dan risiko tumor kelenjar parotid:
sebuah studi kasus-kontrol nasional. Kanker. Mei 2008 1; 112 (9) :1974-82.
14. Robert L. Souhami. Oxford Textbook of Oncology (2 volume set) 2nd edition. England:
Oxford Press, 2002
15. Kumar V, Robbins Sl, Cotran RS. Buku ajar patologi. Edisi 7. New york: Elsevier
Inc.;2007.hal.614-5
28