blok 4

Upload: yayaya

Post on 10-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proses Kehamilan pada Manusia

TRANSCRIPT

Proses Terjadinya Kehamilan Serta Proses Terbentuknya Janin dalam Kehamilan Pada ManusiaShienowa Andaya Sari102012445/BP16Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061 Fax. [email protected]

AbstrakProses kehamilan merupakan suatu proses yang diawali dengan proses penyatuan antara sel gamet jantan dalam hal ini adalah sel sperma dan sel gamet betina yaitu ovum di daerah ampula tuba falopii. Proses penyatuan ini disebut sebagai fertilisasi yang hanya dapat terjadi jika perempuan berada pada masa ovulasi atau masa subur kemudian akan dilanjutkan dengan proses implantasi yaitu tertanamnya blastocyst di daerah endometrium selanjutnya adalah proses gastrulasi yang merupakan proses pembentukan gastrula. Proses kehamilan terus berlanjut hingga proses pembentukan organ-organ yang diperlukan oleh janin yang disebut sebagai organogenesis untuk kelangsungan hidupnya pada saat akan dilahirkan. Organogenesis ini terdiri atas tiga lapisan yaitu endoderm, mesoderm, dan ektoderm.Kata Kunci: Kehamilan, fertilisasi, implantasi, gastrulasi, dan organogenesis

AbstractThe process of pregnancy is a process that begins with the process of combination between the male gamete cells in this case is the sperm and female gametes are ovum cells in the ampulla of the fallopian tubes. This combination of the process called fertilization that can only occur if women is on the ovulation or fertile period will be followed by implantation process that is embedded blastocyst in the endometrium. Further is the process of gastrulation which is the process of formation of the gastrula. Pregnancy process continues to the formation of organs who needed by the fetus is called organogenesis for survival at the time to be born. Organogenesis is composed of three layers that is endoderm, mesoderm, and ectoderm. Keywords: Pregnancy, fertilization, implantation, gastrulation and organogenesis

PendahuluanMakhluk hidup akan bereproduksi untuk kelangsungan jenisnya. Reproduksi merupakan proses terbentuknya individu baru. Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan keturunannya, begitu juga dengan manusia. Reproduksi pada manusia tergolong reproduksi seksual. Manusia bereproduksi secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara internal (di dalam tubuh). Proses reproduksi yang terjadi pada manusia diatur oleh sistem reproduksi dimana pada laki-laki dan perempuan sehingga untuk memperoleh keturunan harus terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses kehamilan. Untuk dapat hamil, seorang wanita harus mempunyai sel telur yang matang. Kemudian sel telur yang siap dibuahi ini akan bertemu dengan sperma dan dimulailah perkembangan janin di dalam uterus seorang wanita. Proses pertemuan antara sel sperma dan ovum ini disebut sebagai fertilisasi. Setelah proses fertilisasi akan diikuti dengan proses implantasi yaitu melekatnya blastocist pada endometrium dan dilanjutkan dengan proses gastrulasi dan proses pembentukan organ-organ tubuh yang disebut sebagai organogenesis.1Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang proses terjadinya kehamilan pada manusia yang diawali dengan proses fertilisasi, implantasi, gastrulisasi, dan organogenesis yang terdiri dari ektoderm, mesoderm dan endoderm. Diharapkan dengan tinjauan pustaka ini mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami tentang proses kehamilan pada manusia.IsiGametogenesisProses gametogenesis (pematangan gamet) terdiri dari spermatogenesis yang merupakan proses perubahan sel germinativum menjadi gamet pria dan oogenesis, yaitu perubahan sel germinativum menjadi gamet wanita. Spermatogenesis dimulai saat pubertas sedangkan oogenesis dimulai sebelum lahir dan berlanjut saat pubertas.4SpermatogenesisSpermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal: spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis berawal dari sel spermatogonia yang terdapat pada dinding tubulus seminiferus. Setiap spermatogonia yang mengandung 23 pasang kromosom, mengalami pembelahan mitosis menghasilkanspermatosit primer yang juga mengandung 23 pasang kromosom. Spermatosit primer ini kemudian mengalami pembelahan meiosis pertama menghasilkan 2spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian tiap spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis kedua) menghasilkan 2spermatidyang juga haploid. Spermatid kemudian berdiferensiasi menjadi sperma yang telah masak. Sperma ini bersifat haploid. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia(jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.1 OogenesisOogenesisadalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan.Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer.Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas.Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.1Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II.Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.4

Fertilisasi Fertisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di tuba falopii. Fertilisasi tejadi coitus atau hubungan kelamin dalam sekitar masa ovulasi (masa subur wanita) sehingga sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Dari 60-100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai rongga uterus, beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopii dan beberapa diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba falopii. Pertemuan atau penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Untuk menentukan masa subur atau ovulasi dipakai 3 patokan yaitu ovulasi terjadi 14 2 hari sebelum haid yang akan datang, sperma dapat hidup dan membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi, dan ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.1,2

Gambar 1: Proses Fertilisasi2Dalam keadaan yang normal, pembuahan terjadi di daerah ampula tuba falopi dari 600-100 juta sperma yang diejakulasi ke dalam vagina pada saat ovulasi yang akan menembus permukaan mucus serviks dan mencapai rongga uterus hanya beberapa juta dan beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopi yang sempit dan beberapa diantaranya dapat mencapai ovum di ujung fimbre tuba falopi. Sebelum bertemu dengan ovum sperma akan mengalami beberapa proses berikut. 1. Proses KapasitasiKapasitasi adalah proses penyesuaian spermatozoa di dalam saluran reproduksi wanita untuk memberikan kapasitas/kemampuan bagi spermatozoa. Hanya spermatozoa yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati lapisan luar sel telur.Selanjutnya spermatozoa menembus lapisan luar sel telur yang dinamakan corona radiata, dan menempel dengan lapisan yang lebih dalam lagi, yaitu zona pellucida.Penempelan ini memulai reaksi selanjutnya yaitu reaksi akrosom. Proses kapasitasi ini berlangsung kira-kira selama 7 jam. Protein plasma dan glikoprotein diluruhkan dari plasma membrane yang melapisi regio akrosom spermatozoa.1,31. Reaksi AkrosomSetelah reaksi kapasitasi sperma mengalami rekasi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Adanya ikatan antara membran plasma sel spermatozoa dengan zona pelusida menyebabkan picuan terhadap gelembung akrosom yang terdapat pada ujung kepala sel spermatozoa. Ketika spermatozoa mencapai zona pelusida, spermatozoa menyentuh zona pelusida akan terjadi pelekatan yang kuat dan menghasilkan akrosin, trypsine, dan lysine yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi karena sperma tersebut memilki konsentrasi DNA yang tinggi. Dengan demikian sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.1,3Terdapat 3 fase dalam fertilisasi yaitu:1. Fase Penembusan Korona RadiataDari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.31. Penembusan Zona PelusidaZona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.1,3

1. Penyatuan Oosit dan Membran Sel SpermaSegera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.4

Implantasi Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium. Implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadi fertilisasi dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus. Proses penempelan blastula ini bertujuan untuk pembentukan plasenta. Implantasi sendiri merupakan tahapan yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan proses reproduksi manusia yang terjadi di bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang tumbuh kembang tidak rata sehinga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas mendestruksi endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.5,6

GastrulasiGastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel blastula sehingga blastula akan mengalami transformasi menjadi embrio berlapis tiga atau gastrula. Gastrulasi diawali dengan terbentuknya primitive streak di permukaan epiblast. Proses gastrulasi akan menghasilkan 3 lapisan embrio yaitu endoderm, mesoderm, dan ektoderm yang secara kolektif disebut juga jaringan germinal embrio. Ektoderm membentuk lapisan luar gastrula, endoderm melapisi saluran-saluran pencernaan embrio dan mesoderm mengisi sebagai ruangan diantara ektoderm dan endoderm. Pada akhirnya, ketiga lapisan tersebut berkembang menjadi bagian tubuh individu dewasa.7

Gambar 2. Gastrulasi7Proses gastrulasi ini dilakukan melalui berbagai macam gerakan-gerakan morfogenik. Gerakan-gerakan morfogenik tersebut antara lain invaginasi, ingressi, involusi, epiboly, interkalasi, convergent extension. Invaginasi adalah gerakan melekuk dan melipatnya lapisan keluar ke arah dalam, ingressi adalah sel-sel bagian permukaan secara individual berimigrasi ke bagian dalam dari embrio, involusi adalah lapisan sel membelok ke dalam dan kemudian membentang jauh ke bagian permukaan internal, epiboly adalah lapisan sel membentang dengan menipiskan bentuk sel-selnya menyeberangi permukaan luar sebagai suatu unit, interkalasi adalah dua atau lebih deretan sel menyusun diri sehingga terbentuk deretan sel yang lebih panjang dan lapisannya lebih tipis, dan yang terakhir convergent extension atau perluasan secara konvergen adalah dua atau lebih deretan sel interkalasi, tetapi interkalasinya teratur dan terarah pada suatu tujuan.7,8

OrganogenesisOrganogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus. Organogenesis juga diartikan sebagai proses pembentukan organ-organ tubuh eksternal dan internal embrio, yang berasal dari lapisan-lapisan lembaga ektoderm, mesoderm dan endoderm. Organogenesis merupakan tahapan perkembangan embrio yang paling sensitif dan memerlukan waktu paling lama. Suatu organ dikatakan turunan/ derivat dari suatu lapisan lembaga, bukan berarti seluruh bagian organ itu terbentuk dari lapisan lembaga tersebut, tetapi karena bagian yang terbentuk pertama kali dari organ itu dibentuk pada lapisan lembaga tersebut.1,7

Gambar 3. Lapisan Ektoderm, Mesoderm, Endoderm7Derivat Ektoderm (Lapisan Luar)Ektoderm dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ektoderm permukaan dan neuroektoderm. Ektoderm permukaan sendiri akan membentuk epidermis, rambut, kuku, dan kelenjar payudara, hipofisis anterior, email gigi, telinga dalam dan lensa. Neuroektoderm membentuk tabung neural yang disebut sebagai neural tube yang kemudian membentuk sistem saraf pusat, retina, epifisis, dan hipofisis posterior serta krista neural, ganglion dan saraf kranial serta sensoris. Pada hari ke-28 Neural tube membentuk 3 gelembung otak yaitu forebrain/proencephalon, midbrain/mesencephalon, dan hindbrain/rhombencephalon.1,8Derivat Mesoderm (Lapisan diantara Endoderm dan Ektoderm)Mesoderm sebagai salah satu dari 3 lapisan germinal kemudian berkembang menjadi beberapa organ diantaranya somit, sistem urinarius, sistem genitalia, sistem kardiovaskuler, sistem rangka, dan sistem otot. Lapisan mesoderm terletak diantara lapisan ektoderm dan endoderm.1,8Derivat Endoderm (Lapisan Dalam)Endoderm meupakan jaringan utama yang menyusun saluran pencernaan.Lapisan endoderm ini melapisi permukaan ventral dari embrio dan yolk sac.Dalam perkembangannya embrio maka akan terjadi lipatan kearah ventral yang akan meluas kearah kaudal dan kranial. Perlekukan badan embrio diikuti dengan perlekukan lapisan endoderm di sebelah bawahnya sehingga terbentuklah gut tube yang dibagi menjadi tiga yaitu fore gut (usus depan), mid gut (usus tengah), dan hind gut (usus belakang).1,8

Kesimpulan Proses kehamilan merupakan suatu proses panjang untuk memiliki keturunan. Pada proses kehamilan diawali dengan fertilisasi atau penyatuan antara sel gamet jantan yaitu sel sperma dan sel gamet betina yaitu ovum di daerah ampula tuba falopii, dilanjutkan dengan implantasi dan gastrulasi hingga sampai dengan proses organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh calon manusia baru melalui lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm yang akan dikeluarkan dari rahim perempuan melalui proses persalinan.

Daftar Pustaka1. Priastini R, Hartono B. Buku ajar biologi sel & molekular. Jakarta: Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2014.h.210-16,236-38,272-74,2992. Heffner L, Schurt D. Sistem reproduksi. Jakarta: Erlangga; 2009.h.42-33. Manuaba IBG. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta: EGC; 2000.h.127-314. Manuaba IGB, Manuaba C, Manuaba F. Pengatar kuliah Bstetri. Jakarta: EGC; 2007.h.127-295. Farres H. Perawatan maternitas. Jakarta: EGC; 2001.h.35-66. Yulaihlah L. Sari asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: EGC; 2006.h.31-27. Lestari R, Adil EIM, Anita N. Biologi. Diterjemahkan dari Campbel NA, Reece JB, Mitchell LG. Biology: fifth edition. Jakarta: Erlangga; 2009.h.193-948. Wolpert L. Rahasia kehidupan & kecerdikan sel. Bandung: Mizan Pustaka; 2011.h.101-09

8