bner wes
DESCRIPTION
askep6TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan beberapa hal, salah satu diantaranya yang dipandang
mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah
setiap upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Saifuddin,
2009; h. 17)
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan
hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya
dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak. Kesehatan
reproduksi merupakan kemampuan seseorang wanita untuk memanfaatkan
alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas), dapat menjalani
kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko
apapun dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal
(Manuaba, 2009; h. 7).
Di Indonesia sendiri, penyakit kista ovarii pada tahun 2010, hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terdapat 934 jiwa yang menderita Kista.
1
2
Sedangkan untuk penyakit TB terdapat 11110 jiwa, Tb paru berjumlah
5521 jiwa, TB tulang 315, sedangkan TB usus 96 jiwa ( Depkes, 2010)
Di Provinsi jawa tengah pada tahun 2010 terdapat 426 jiwa yang terkena
Kista Ovarii berdasarkan komplikasi, sedangkan yang murni yang
terdiagnosa Kista Ovarii 229 jiwa, Untuk TB 1024 jiwa, TB paru 1006 jiwa ,
TB tulang 10 jiwa, TB usus 8 jiwa.
Di Kabupaten Tegal tahun 2010 terdapat 118 jiwa yang menderita
penyakit Kista, untuk Kista Ovarii terdapat 93 jiwa. Sedangkan untuk TB di
Kabupaten Tegal 341 yang terkena TB. Penyakit ganguan sistem reproduksi
diantaranya adalah mastitis, fibriodenoma, kista sarkoma fillodes, sarkoma,
kanker payudara, kanker serviks, tumor jinak, tumor ganas (Marmi, 2011;
h. 203-241). Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung pocket
pouch yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi
udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain (Yatim, 2005; h. 17). Kista
ovarium biasanya berupa kantung yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cair atau setengah cair (Manan, 2011; h. 223).
Berdasarkan data yang diperoleh di bagian rekam medik RSUD dr
Soeselo Slawi, pada tahun 2013 terdapat 45 kasus kista ovarium, 8 kasus
karsinoma serviks uteri, 40 kasus mioma uteri sedangkan pada tahun 2014
terdapat 10 kasus karsinoma serviks uteri, 43 kasus mioma uteri dan 59
kasus kista ovarii. Berdasarkan data tersebut, kasus kista ovarium
merupakan kasus terbanyak yang ditemui dari tahun ke tahun di RSUD dr
Soeselo Slawi. Untuk TB di rekam medik RSUD dr Soeselo slawi ada 132
jiwa yang telah terdiagnosa TB pada tahun 2014.
3
Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor jinak
maupun tumor ganas. Perumbuhan tumor ovarium dapat menimbulakn gejala
karena ukuran yang besar, terdapat perubahan hormonal, atau terjadi
penyulit. Tumor jinak ovarium memiliki diameter kecil-kecil dan sering
ditemukan secara kebetulan dan tidak menunjukan gejala klinis
(Wiknjosastro, 2010; h. 346).
Gejala akibat pertumbuhan tumor ovarium meliputi rasa berat di abdomen
bagian bawah, gangguan berkemih atau defekasi, tekanan tumor dapat
menimbulkan obstipasi atau edema pada tungkai bawah. Ovarium
merupakan sumber hormon utama wanita sehingga bila menjadi tumor akan
menimbulkan gangguan saat menstruasi. Tumor ovarium memerlukan
tindakan yang spesialistis. Bidan bertugas untuk memberikan komunikasi,
informasi, edukasi, dan motivasi tentang pengobatan tumor dengan
pengobatan modern dan tindakan operasi (Wiknjosastro, 2010; h. 347).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa
mikrobakteria pathogen, tetapi hanya strain bovin dan kuman yang patogenik
terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran
ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Wilson, 2006; h. 22).
Berdasarkan permasalahan di atas mengingat pentingnya peran bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan terutama untuk menekan Angka
Kematian Ibu, maka penulis tertarik untuk melaksanakan “Asuhan Kebidanan
Gangguan Reproduksi pada Ny M Umur 21 kasus Kista Ovarii dengan TB
Usus P0A0AH0 RSUD dr Soeselo Slawi Tahun 2015”
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh di rekam medik RSUD dr Soeselo Slawi,
pada tahun 2013 dan 2014 terdapat peningkatan jumlah kasus gangguan
reproduksi terutama pada kasus kista ovarii. Sehingga diperlukan
penanganan lebih lanjut untuk menentukan diagnosa pasti maka perumusan
masalah yang diambil adalah “Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan
gangguan reproduksi Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo
Slawi Pada Ny. M Umur 21 Tahun P0A0Ah0 di Ruang Nusa Indah ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada
pasien Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada
pasien kista ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi proses
pendekatan manajemen kebidanan:
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan menyimpulkan semua data
subyektif dan data objektif yang diperlukan pada kasus Kista Ovarii
dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi ;
b. Mampu menginterpretasikan data-data pada kasus Kista Ovarii
dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;
c. Mampu mengetahui masalah yang akan terjadi pada kasus Kista
Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;
5
d. Mampu mengantisipasi penanganan segera pada kasus Kista Ovarii
dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;
e. Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan pada
klien dengan kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo
Slawi;
f. Melaksanakan asuhan secara menyeluruh kepada klien dengan
kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;
g. Mengevaluasi keefektifan hasil yang diperoleh pada kasus Kista
Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi.
h. Mendokumentasikan asuhan secara menyeluruh pada klien dengan
Kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo slawi.
i. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dan praktik secara
menyeluruh pada klien dengan kasus Kista ovarii dengan TB Usus.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini membatasi luasnya
permasalahan asuhan kebidanan dengan keterbatasan waktu, dana serta
kemampuan, maka ruang lingkup dalam penyusunan Proposal adalah:
1. Sasaran
Asuhan kebidanan ini dilakukan pada Ny. M Umur 21 Tahun P0A0AH0
kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi.
2. Tempat
Pengambilan studi kasus kista Ovarii dengan TB Usus di Ruang Nusa
Indah RSUD dr Soeselo Slawi.
6
3. Waktu
Dimulai dari pengumpulan data pengkajian tanggal 9 sampai 14
Januari 2015 dan melakukan kunjungan rumah 2 Februari 2015.
E. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya yaitu:
1. Klien
Dapat mengerti dan mengetahui tentang Kista Ovarii dengan TB Usus
dan mampu melaksanakan penanganan selanjutnya setelah pulang ke
rumah.
2. RSUD dr Soeselo Slawi
Dengan adanya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat meningkatkan
kualitas mutu pelayanan medik dalam memberikan penanganan pada
kasus Kista Ovarii dengan TB Usus.
3. Institusi akademik
Memberikan gambaran pada institusi sebagai bahan evaluasi sejauh
mana mahasiswa memahami tentang Kista Ovarii dengan TB Usus dan
menerapkan penanganan sesuai teori yang telah diberikan
4. Penulis
Dapat memperdalam ilmu, menambah pengetahuan dan ketrampilan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien Kista Ovarii dengan
TB Usus serta dapat mendeteksi dini kasus dengan Kista Ovarii dengan
TB Usus.
7
F. Metode Memperoleh Data
Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penyusunan proposal
karya tulis ilmiah ini yaitu dengan metode studi kasus. Studi kasus dilakukan
dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui kasus yang terdiri dari unit
tunggal (Notoatmodjo, 2010; h. 45), unit tunggal di sini dapat berarti satu
orang, sekelompok penduduk, yang terkena suatu masalah, misalnya
keracunan atau sekelompok masyarakat di suatu daerah (Notoatmodjo,
2010; h. 47)
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliian (responden),
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(notoadmojo, 2010; h.139)
2. Observasi/pengamatan
Pengamatan (observasi) merupakan suatu hasil perbuatan jiwa secara
aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan
(Notoatmodjo, 2010; h. 131)
3. Pemeriksaan Fisik
Menurut Ambarwati dan Sunarsih (2011; h.119-122), pemeriksaan fisik
adalah salah satu tehnik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan
fisik dan keadaan kesehatan, meliputi:
a. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik
8
normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh
pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi,
ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan
menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk
mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk,
konsistensi dan ukuran.
c. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang dihantarkan
kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi yang terbentuk didalam organ tubuh. Auskultasi
yang dilakukan di daerah dada untuk mendengar suara napas dan
bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Kista
a. Pengertian
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung pocket
pouch yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada
yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-bahan lain (Yatim,
2005; h.17).
Menurut Nugroho (2010; h.101), Kista berarti kantung yang
berisi cairan. Kista, pada prinsipnya, merupakan tumor yang
berisi cairan. Dalam istilah kedokteran, semua benjolan yang
abnormal dinamakan tumor. Cairan kista ini dapat bening, dapat
berupa darah, atau cairan tubuh lain. Karena berisi cairan, kista
berbentuk seperti balon, meskipun tak seratus persen bulat
karena ada juga bentuk lonjong. Ukurannya sangat bervariasi dari
yang kecil berukuran dua sentimeter dan dapat dideteksi, hingga
berukuran lebih dari 40 sentimeter atau dengan berat sekitar
delapan kilogram. Kista ini dapat terjadi di bagian manapun pada
tubuh. Namun, yang kerap terjadi pada ibu hamil adalah kista
indung telur (Setiati, 2009; h. 58).
9
10
b. Etiologi
Kista disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Nugroho, 2010: 101).
Menurut Anonim (2005; h.57), penyebab dari kista belum
diketahui secara pasti tapi ada beberapa faktor pemicu
1) Gaya hidup tidak sehat diantaranya
(a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
(b) Zat tambahan pada makanan
(c) Kurang olahraga
(d) Merokok dan konsumsi alkohol
(e) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
(f) Sering setres
2) Faktor Genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen yang berpotensi memicu
kanker, yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab
tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen,
polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen
pemicu kanker (Wiknjasastro, 2010; h. 355).
c. Sifat kista
Menurut Manan (2011; h. 233), sifat kista dibagi atas beberapa
tipe kista yaitu kista normal yang terdiri dari
1) Tipe Kista Normal
a) kista ovarium
11
Kista ovarium merupakan kista yang berupa kantong
yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau
setengah cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan
tidak menghasilkan gejala, diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk meyakinkan bahwa hal itu bukan kanker
b) Kista lutein
Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpos
luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi
setelah ovulasi
c) Kista endometriosis
Kista endometriosis merupakan endometrium yang
tidak pada tempatnya. Kista ini berwarna coklat karena
berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut
peritoneum. Penyebabnya dapat terjadi karena infeksi
peritoneum, Penyebabnya dapat terjadi karena infeksi
kandungan menahun.
d) Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari
total tumor ovarium) yang berasal dar sel germinativum.
Tumor ini merupakan tumor jinak sel germinativum dan
paling banyak diderita oleh gadis yang berusia 20 tahun.
Kista ini berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,
kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di
12
kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan
tidak menimbulkan gejala
e) Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,
biasanya bertangkai. Seringkali bilateral dan dapat menjadi
besar. Dinding kista ini tipis dan cairan di dalam kista
jernih, berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan
epitel kubik. Karena adanya tangkai maka kista ini dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak.
2. Ovarium
a. Pengertian
Ovarium adalah salah satu diantara beberapa organ
reproduksi yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur. Setiap
wanita memiliki dua ovum, terletak pada rongga panggul anan
dan kiri. Ovarium yang sehat sangat penting bagi kesehatan
reproduksi. Banyak wanita yang melakukan tes tahunan untuk
memastikan bahwa organ-organ reproduksi mereka berada
dalam kesehatan yang baik. Kanker merupakan perhatian utama
bagi banyak perempuan, karena dapat mempengaruhi
kesuburan serta kesehatan secara keseluruhan. Kerusakan pada
ovarium juga dapat menyebabkan tingkat hormon yang
abnormal, yang dapat menyebabkan tekanan mental dan gejala
fisik tidak nyaman. Wanita yang diketahui mengalami
13
penyimpangan dalam siklus menstruasi mereka harus
menghubungi seorang profesional medis, karena penyimpangan
ini mungkin gejala masalah kesehatan yang lebih serius.
Gambar 1 Kista Ovarium
(Sutoto, 2005; h.102)
3. Kista Ovarium
a. Pengertian
Kista ovarium merupakan kista yang berupa kantong yang
tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah
cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan tidak
menghasilkan gejala, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
meyakinkan bahwa hal itu bukan kanker (Manan, 2011: h. 223).
b. Klasifikasi kista ovarium
Menurut Wiknjosastro (2010; h. 351), kista ovarium dibagi
menjadi dua :
14
1) Tumor ovarium non-neoplastik
a) Tumor akibat radang
Tumor akibat radang dibagi menjadi abses ovarial, abses
tubo-ovarial dan kista tubo-ovarial.
b) Tumor lain
Tumor lain dibagi menjadi:
(1) Kista folikel
Kista folikel merupakan kista yang paling sering
ditemukan di ovarium dan biasanya berukuran sedikit
lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5 cm).
Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali
Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga
dapat terjadi secara artifisial dimana gonadotropin
diberikan secara berlebihan untuk menginduksi
ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang
spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur atau
perdarahan. Kista folikel yang besar dapat
dihubungkan dengan nyeri pelvik, dispareuni, dan
kadang-kadang perdarahan abnormal uterus.
(2) Kista lutein
Kista lutein terjadi akibat pertumbuhan lanjut
korpos lutein atau perdarahan yang mengisi rongga
yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista
Kista granulosa lutein
15
(a) Kista granulosa
Merupakan pembesaran non-neoplastik
ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel granulosa
mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya
vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah
rongga membentuk korpus hemoragikum.
Resorbsi darah di ruangan ini menyebabkan
terbentuknya kista korpus luteum. Kista
granulosa lutein yang persisten dapat
menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding
perut yang juga disertai amenorhea atau
menstruasi terlambat yang menyerupai
gambaran kehamilan ektopik. Kista granulosa
lutein juga dapat menyebabkan torsi lutein yaitu
ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau
perdarahan intraperitoneal yang membutuhkan
tindakan pembedahan segera untuk
menyelamatkan penderita.
(b) Kista teka lutein
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran
yang besar. Umumnya bilateral dan berisi cairan
jernih kekuningan. Kista teka seringkali dijumpai
bersamaan dengan kista ovarium polikistik,
molahiidatidosa, koriokarsinoma, terapi HCG dan
klomifen sitrat.
16
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista
ini. Pada umumnya tidak diperlukan tindakan
bedah untuk menangani kista ini karena kista ini
dapat menghilang secara spontan setelah
evakuasi mola, terapi koriokarsinoma dan
penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen.
Walau demikian apabila terjadi ruptur kista dan
terjadi perdarahan ke dalam rongga peritonium
maka diperlukan tindakan laparotomi segera
untuk menyelamatkan penderita.
c. Patofisiologi
Menurut Joeko (2005, h. 233), patofisiologi Kista ovarii adalah
1)Kista non neoplasma
(a)Kista non funsional
Kista inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul
invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang.
Biasanya tunggal atau multipel. Berbentuk variabel dan
terbatas pada cuboidal yang tipis endometri atau
epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau
multipel berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal
yang tipis endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1
cm sampai beberapa cm.
17
(b) Kista fungsional
Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang
menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang di
reabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.
Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis,
evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi.
Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal,
setelah menopouse atau kista lebih dari 8 cm.
Kista korpus luteum, terjadi setelah ovulasi dikarenakan
meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan
keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang
panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis, jika ruptur
perdarahan intraperitonial terapinya adalah operasi
oovorektomi. Kista teka lutein. Ditemui pada kehamilan
mola, terjadi pada 50% dari semua kehamilan. Dibentuk
sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium dari
berlebihnya HCG tindakanya adalah mengangkat mola.
Kista stein laventhal, disebabkan kadar LH yang
berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium
dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia
endometrium atau korioksinoma dapat terjadi
pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan
produksi LH dan oovoroktomi.
18
2) Kista Neoplasma Jinak
a) Kistoma Ovarii Simplek
Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi
(putaran tungkai). Di duga kista ini adalah jenis kista
denoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena
tekanan cairan dalam kista. Tindakanya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
kistadenoma Ovarii musinosum asal tumor belum
diketahui secara pasti namun diduga berasal dari
terotoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan
elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinatiyum.
b) Kistadenoma Ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium
disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma
yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami
keganasan.
c)Kista endometroid
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin
pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang
menyerupai lapisan epitel endometrium.
d)Kista dermoid
Adalah suatu teratoam kistik yang jinak dimana
struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti
epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea
19
putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada
elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal
dari sel telur melalui prose patogenesis.
d. Manifestasi Klinis
Menurut William (2005; h. 104), Kebanyakan kista tidak
menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang
ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker
ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
2) Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah
3) perdarahan
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
1) Gangguan haid
2) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih
3) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul
yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit perut.
Pada stadium lanjut
1) Asites
2) Penyebaran ke omentum ( lemak perut) serta organ didalam
rongga perut (usus dan hati )
3) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.
4) Gangguan buang air besar dan kecil
20
5) Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
e. Komplikasi Kista
Menurut William (2005; h. 98), mengatakan bahwa komplikasi
dari kista adalah
1) Perdarahan Intra Tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat
2) Perputaran tungkai
Tumor bertangkai mendadadak menimbulkan nyeri
abdomen
3) Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada abdomen,
mengganggu aktifitas sehari-hari
4) Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumpah kedalam ruang abdomen.
5) Keganasan Kista
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan usia
diatas 45 tahun
f. Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut
bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti
sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah
21
dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor
tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba
tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis
tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu
konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau
kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih
cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Di negara-negara
berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa
menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal
ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran
perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya
dapat diatasi. Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang
ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor
itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan
gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan
tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlengketan. Kista non neoplastik umumnya tidak menjadi besar,
dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri
(Anonim, 2010; h.111)
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sutoto (2005; h. 235), tidak jarang tentang penegakkan
diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan
22
operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam
pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah :
1) Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk
menentukan sifat-sifat tumor itu
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang
dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4) Parasintesis
Fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan kavum peritonium dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk.
23
h. Penanganan
Menurut Anonim (2005; H. 356), prinsip bahwa tumor
ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non
neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak
memberikan gejala atau keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar
tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum.
Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk
menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu
bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk
pengobatan operatif. Tindakan operasi pada tumor ovarium
neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan
mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan
pengangkatan tuba (salphyngooforektomi). Jika terdapat
keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan
salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda
yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan
untuk mengambil risiko dengan melakukan operasi yang tidak
seberapa radikal.
24
i. Cara Pencegahan
Menururt William (2005; h.358), beberapa faktor muncul untuk
mengurangi risiko kanker, termasuk:
1) Kontrasepsi Oral (KB)
Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi
risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan
ACS.
2) Kehamilan dan Menyusui
Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda
mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat
mengurangi risiko kanker ovarium.
3) Tuba Ligasi atau histerektomi
Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi
dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Perempuan yang
berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker
ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka
diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi
ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan
terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk
mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah
keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan
jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi. Studi
menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan
25
risiko kanker ovarium hingga 95 persen, dan mengurangi
risiko kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium
diangkat sebelum menopause. Profilaksis ooforektomi
mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan, risiko
kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya
berkembang di lapisan tipis rongga perut yang meliputi
ovarium, wanita yang pernah diangkat indung telur mereka
masih bisa mendapatkan yang serupa, tetapi jarang bentuk
kanker yang disebut kanker peritoneal primer. Selain itu,
profilaksis ooforektomi menginduksi menopause dini, yang
dengan sendirinya mungkin memiliki dampak negatif pada
kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis,
penyakit jantung dan kondisi lain.
4. Tuberculosis
a. Pengertian
Menurut Amin (2006; h. 130), tuberkulosis adalah suatu
penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama di kenal pada
manusia .
Menurut Smeltze (2005; h. 234), tuberkulosis adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
b. Etiologi
TBC yang disebabkan oleh basil TBC (mycobacterium
tuberkulosis) M. tuberculosis termasuk familie mycobacteriaceae
26
yang mempunyai berbagai jenis, satu diantaranya adalah
Mycobacterium, yang salah satu spesiesnya adalah M.
Tuberculosis (Halim, 2010; h. 451).
c. Jenis- jenis
Menurut Zulkifli (2006; h.89), jenis –jenis dari tuberculosis
1) Tuberculosis saluran nafas
Pada saluran nafas bagian atas, epiglottis, Laring,
faringHampir semua tuberculosis pada saluran pernapasan
bagian atas merupakan komplikasi dari penyakit paru.
2) Tuberkulosis usus
Pasien tuberculosis paru menelan sputumnya. Kuman TB
dalam sputum akan menginfeksi dinding usus dan
menimbulkan ulserasi. Infeksi dapat menyebar kedalam
rongga abdomen dan menyebabkan asites. Gejalanya adalah
berat badan menurun, nafsu makan berkurang, nyeri perut,
adanya masa dalam abdomen, batuk.
3) Tuberculosis Mata
Jenis ini menyerang lebih sering dari pada yang di duga.
Kuman dapat tertanam di bawah kelopak mata melalui debu
atau dari batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai mata
melalui aliran darah berasal dari focus primer atau tempat
lain. Selain itu terasa nyeri hebat, yaitu conjungtivitis yang
tidak diakibatkan oleh infeksi langsung, tetapi kemungkinan
27
terjadi akibat sensitivitas terhadap tuberculin yang dihasilkan
dari lokasi primer pada paru atau lokasi lain.
4) Tuberkulosis kulit dan jaringan ikat
Tuberkulosis kulit tidak sering terjadi tetapi diagnosis
penyakit ini sering terlewatkan. Ada beberapa kelainan kulit
yang disebabkan oleh tuberculosis yaitu lesi primer : kuman
dapat memasuki kulit melalui luka teriiris atau lecet yang
baru. Kemudian secara perlahan selama beberapa waktu
akan pecah dan membentuk ulkus yang dangkal.
d. Manifestasi Klinis
Menurut Anonim (2005; h.45), tanda dan gejala pada
kasus TB yaitu
1) Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu,
2) Demam,
3) Berat badan turun tanpa sebab,
4) Keringat malam,
5) Senantiasa lelah,
6) Nafsu makan berkurang,
7) Dahak bercak darah
8) Sakit dan bengkak di bagian yang terkena
e. Patofisiologi
Menurut Sutoto (2007; h. 77), Tuberculosis tergolong
airbone disease dimana penularan terjadi karena kuman
28
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei
dalam udara oleh individu yang terinfeksi dalam fase aktif.
Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000
droflet nuclei. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1 – 2 jam. Individu rentan yang menghirup basil
tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka
terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga
dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-
paru lainnya (lobus atas). Setelah pemajanan dan infeksi awal
individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan
atau respon dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan
aktivasi dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah,
melepaskan bahan seperti keju di dalam bronchi. Bakteri
kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan
penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah
meyembuh, membentuk jaringan parut yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopneumonioa lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan
selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan,
penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum
paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan.
Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi
lama ketika penyakit dihentikan hanya supaya diikuti dengan
29
periode aktivitas yang diperbaharui hanya sekitar 10%
individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif
( Sutoto,2007; h.79).
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wiknjansastro (2010,h.345), pemeriksaan
Tuberculin skin testing, ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm
diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :
1) Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV
2) Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang
infeksius
3) Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang
mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TBC
yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo
OAT yang adekuat
4) Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny
tidak diketahui
g. Pemeriksaan radiologis
Menurut Sarwono (2012, h. 562) pemeriksaan radiologis
adalah
1) Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul
terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi
dari limfe nodus hilus
30
2) Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan
gambaran :
(a) Nekrosis
(b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical
lordotik)
(c) Fibrosis dan retraksi region hilus
(d) Bronchopneumonia
(e) Infiltrate interstitial
(f) Pola milier
(g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari
TB primer lanjut
(h)TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura
yang biasanya terjadi secara massif
3) Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan
hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi
harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya
melihat apakah penyakit tersebut dalam proses
progesi atau regresi.
h. Pemeriksaan darah
Menurut Sarwono (2012, h. 576), pemeriksaan ini kurang
mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB
baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
31
limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai
meningkat.
i. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Joeko (2005, h. 245), kultur Sputum : Positif untuk
Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium
yang berbeda. Anemia bila penyakit berjalan menahun.
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
j. Pemeriksaan Radiologi
Menurut Rujiyah (2010, h. 422), pemeriksaan radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan
fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma
menonjol ke atas. Bronchografi : merupakan pemeriksaan
32
khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB. Gambaran radiologi lain yang sering
menyertai TBC adalah penebalan pleura,
efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam
radio lusen dipinggir paru atau pleura).
5. Usus
a. Pengertian
Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula
dari lambung hingga anus. Pada manusia dan mamalia lain, usus
terdiri dari dua bagian: usus kecil dan usus besar (kolon). Pada
manusia, usus kecil terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum, dan
ileum, sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon, dan
rektum. (Geuta, 2010, h. 123).
b. Klasifikasi Usus
Menurut Sarwono (2010, h. 78), klasifikasi usus dibagi
menjadi
1) Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari
kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse),
kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum.
Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon
33
melintang sering disebut dengan “kolon kanan”, sedangkan
bagian sisanya sering disebut dengan “kolon kiri”.
2) Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran
yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
3) Usus Dua Belas Jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Fungsi Usus dua belas jari bertanggung jawab
untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara
histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan
lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-
lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot.
Urin.
34
B. TinjauanTeori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
a. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan dan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan
(Kepmenkes RI No. 369 tahun 2007; h. 5).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan
ibu hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (Kepmenkes RI No. 369 tahun 2007; h. 5).
b. Manajemen asuhan kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berpikir
dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan (Soepardan, 2008; h. 96).
2. Langkah dalam Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri
dengan evaluasi. Kerangka tersebut membentuk kerangka yang lengkap
yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi setiap langkah
tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien (Soepardan, 2008; h.
96-97).
35
Menurut Simatupang (2008; h. 124-126), 7 langkah manajemen varney
adalah sebagai berikut:
a. Langkah I: tahap pengumpulan data dasar
Menurut Varney (2008; h. 134), proses menajemen kebidanan
terdiri dari 7 langkah yang membentuk kerangka yang lengkap yang
bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah
tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Ketujuh langkah
tersebut yaitu:
b. Langkah I: tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan
pemeriksaan penunjang. Tahap ini merupakan langkah awal yang
akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
1) Data subyektif
a) Biodata mencakup identitas klien :
(1) Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan
nama panggilan sehari-hari;
(2) Umur dicatat dalam hitungan tahun;
36
(3) Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah
hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan
mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui
tempat tinggal dan lingkungannya;
(4) Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan klien;
(5) Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.
Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan;
(6) Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang;
(7) Suku bangsa untuk mengetahui karakteristik budaya.
b) Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong
klien datang ke fasilitas kesehatan.
c) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, melahirkan dan
apakah ada komplikasinya.
d) Riwayat haid
Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
menstruasi misalnya kapan menstruasi pertama dan adakah
37
permasalahan dalam siklus, jumlah dan lamanya menstruasi
serta adakah gangguan dalam masa menstruasi tersebut
misalnya dysmenorhea.
e) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang digunakan klien,
adakah efek sampingnya dan alasan mengapa berhenti
menggunakan alat kontrasepsi tersebut serta berapa lama
menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
f) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan klien
(a) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan klien sekarang
yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
klien;
(b) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui adakah riwayat penyakit
akut atau kronis yang pernah diderita klien yang
dapat menimbulkan komplikasi atau memperberat
keadaan klien pada waktu memberikan pelayanan
atau tindakan.
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien
sekarang.
38
g) Pola kebutuhan sehari-hari
(1) Nutrisi
Untuk mengetahui pola makan klien karena akan
berpengaruh pada status kesehatan klien.
(2) Eliminasi
Untuk mengetahui pola kebiasaan dan adakah
gangguan pada BAK dan BAB klien.
(3) Istirahat
Untuk mengetahui kecukupan kesehatan klien.
(4) Aktivitas
Untuk mengetahui berat dan ringannya aktivitas yang
dilakukan klien.
(5) Personal higiens
Untuk mengetahui sejauh mana klien menjaga
kebersihan diri karena akan berpengaruh pada
perawatan luka setelah operasi sehingga tidak
menimbulkan infeksi.
(6) Pola seksual
Untuk mengetahui frekuensi klien melakukan
hubungan seksual dengan suaminya selama sakit dan
adakah gangguan yang dialami saat melakukan
hubungan seksual tersebut.
h) Data psikologis
Untuk mengetahui keadaan mental klien terhadap
perubahan diri selama sakit.
39
i) Status perkawinan
Untuk mengetahui jumlah perkawinan yang pernah klien
lakukan, lama perkawinannya dan usia saat menikah.
j) Data sosial budaya
Untuk mengetahui apakah klien menganut adat istiadat
setempat yang dapat berpengaruh pada kesehatan klien.
k) Ketaatan beribadah
Untuk mengetahui sejauh mana klien mendekatkan diri
pada sang kholik.
l) Data pengetahuan ibu
Untuk mengetahui sejauh mana klien mempunyai
pengetahuan terhadap penyakit yang dideritanya.
2) Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui bagaimana keadaan klien dilihat
secara umum, baik dan buruk.
(1) Kesadaran
Untuk mengetahui bagaimana keadaan tingkat
kesadaran klien.
(2) Tekanan darah
Untuk mengetahui keadaan tekanan darah klien,
karena akan berpengaruh pada keadaan klien.
(3) Suhu
Untuk mengetahui keadaan suhu klien.
40
(4) Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan dan
mendeteksi apakah ada kelainan atau tidak.
(5) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien.
(6) Berat badan
Untuk mengetahui adakah kenaikan atau penurunan
berat badan klien selama sakit.
b) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala : bentuk kepala, kulit kepala
bersih/tidak, rambut rontok/tidak;
(2) Muka : pucat/tidak, oedema/tidak;
(3) Mata : conjungtiva pucat/tidak, sklera
putih/tidak;
(4) Hidung : bersih/tidak, ada polip/tidak;
(5) Mulut : bersih/tidak, ada stomatitis/tidak,
ada caries/tidak;
(6) Telinga : bersih/tidak;
(7) Leher : adakah pembesaran tyroid atau
vena jugularis;
(8) Dada : simetris/tidak, pernafasan
teratur/tidak;
(9) Perut : nyeri tekanan/tidak, ada
pembesaran hepar/tidak;
(10) Genetalia : bersih/tidak, ada varises/tidak,
41
ada oedem/tidak;
(11) Ekstremitas : simetris/tidak, ada oedema/tidak,
ada varises/tidak.
c) Langkah II: interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
d) Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial
yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.
42
e) Langkah IV: menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
majanemen kebidanan.
f) Langkah V: menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan menajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap klien seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya.
g) Langkah VI: pelaksanaaan langsung asuhan dengan efisien
dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman. Bidan bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut.
43
h) Langkah VII: evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan. Apakah asuhan yang diberikan
benar-benar terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.
Menurut Muslihatun, dkk (2009; h. 123-125), dalam metode
SOAP, S adalah data Subyektif, O adalah data Obyektif, A
adalah Analysis atau Assesment, dan P adalah Planning.
Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas dan singkat.
Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan
a. Data Subyektif (S)
Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosa. Data subyektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosa yang akan disusun.
b. Data obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil
observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data obyektif ini sebagai data
44
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis
pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. Analysis atau Assesment
Analysis atau Assesment merupakan
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Karena
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subyektif maupun data obyektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut
bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis
tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien,
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan
data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan atau
tindakan yang tepat. Analisa data adalah melakukan
interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup:
diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosa potensial
serta perlunya antisipasi diagnosa potensial dan tindakan
segera.
d. Planning atau perencanaan
Planning atau perencanaan adalah membuat rencana
asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
45
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin mempertahankan kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan
yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien
mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil
kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Meskipun secara istilah, P adalah planning atau
perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga
mengandung implementasi dan evaluasi.
Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan
asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali
bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus
dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi
pasien berubah, analisa juga berubah, maka rencana
asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar
akan ikut berubah atau harus disesuaikan. Dalam planning
ini juga harus mencantumkan evaluation atau evaluasi,
yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk
menilai efektivitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan.
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
46
merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan.
Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek
bidan
a. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu;
2) Pelayanan kesehatan anak;
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
b. Pasal 13 ayat (1)
Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;
2) Asuhan antenatal terintregasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter;
3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan;
47
4) Melakukan pembinaan peran serta masyrakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja dan
penyehatan lingkungan;
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah dan anak sekolah;
6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi;
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan.
a. Pengetahuan dasar
1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,
Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS;
2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual
yang lazim terjadi;
3) Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi
meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid
b. Keterampilan dasar
1) Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan
sistem reproduksi;
2) Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus
48
spontan (bila belum sempurna);
3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada
wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi;
4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan
kewenangan pada gangguan sistem reproduksi meliputi:
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid;
5) Mikroskop dan penggunaannya;
6) Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
c. Keterampilan tambahan
1) Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina;
2) Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.
1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana;
2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian I
Tanggal/jam pasien masuk: 09 Januari 2015 /16.24 WIB
Tanggal/jam pengkajian : 09 Januari 2015/17.05 WIB
Tempat : RSUD dr Soeselo Slawi (Ruang Nusa Indah
Kebidanan)
No. Register : 18.37.72
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn.T
Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Dukuh Benda Rt Alamat : Dukuh Benda
2/7 Bumiayu Brebes
2) Alasan Datang
Pasien datang ke rumah sakit menggunakan surat pengantar dari
Puskesmas Dukuh Benda Bumiayu datang ke Poli kandungan.
49
50
3) Keluhan Utama
a) Ibu mengatakan perutnya terasa sangat nyeri dan sakit saat
menstruasi sampai tidak bisa melakukan aktifitas/ hanya dapat
berbaring di tempat tidur.
b) Ibu mengatakan saat ini masih mengalami menstruasi hari ke-7
4) Riwayat obstetri dan ginekologi
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan belum pernah hamil, bersalin, maupun nifas.
5) Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus/lama/jumlah : 28 hari/7 hari/Banyak (Menorargia)
Dismenorhea : Ya, Ibu mengatakan sangat nyeri dan
sampai mengganggu aktifitas sehingga ibu hanya bisa berbaring di
tempat tidur.
Flour albus : Tidak
6) Riwayat penggunaan kontrasepsi
Jenis : Suntik 3 bulan
Lama : ± 1 tahun
Keluhan : tidak ada
Rencana akan datang : -
7) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan ibu
Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit
menurun seperti (Asma, Diabetes Militus, Jantung,
Hipertensi), tetapi ibu mempunyai penyakit
menular yaitu penyakit TB dan menderita penyakit
Kista Ovarii.
51
Yang lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menurun seperti (Asma, Diabetes Militus, Jantung,
Hipertensi), tetapi iu mempunyai riwayat penyakit
menular yaitu penyakit TB
b) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu ataupun suami tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti (Asma,
Diabetes Militus, Jantung, Hipertensi), ataupun penyakit
menular seperti Tuberculosis, Penyakit Menular Seksual.
8) Pola kebutuhan sehari-hari
Sebelum sakit Selama sakit
a) Nutrisi
Makan : 3 x sehari 3 x sehari
Porsi : 1 piring 1/2 piring
Jenis : nasi, lauk, sayur nasi, lauk, sayur
Gangguan : tidak ada nafsu makan berkurang
Minum : 7-8 gelas/ hari 6-7 gelas/ hari
Jenis : air putih, teh air putih, teh
Keluhan : tidak ada tidak ada
b) Eliminasi
BAB : 1 x hari tidak teratur
Konsistensi : lembek agak keras
Warna : kuning kecoklatan coklat
Keluhan : tidak ada nyeri
BAK : 5-6 x sehari 4-6 x sehari
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada nyeri
52
c) Istirahat
Tidur siang : ± 1 jam/ hr ± 2 jam/ hr
Tidur malam : ± 7 jam/ hr ± 8 jam/ hr
d) Aktifitas
Sebagai Ibu rumah tangga melakukan aktivitas Seperti
memasak, mencuci, menyapu, dan mengepel. Ketika sakit ibu
tak mampu melakukan aktifitas dan hanya dapat berbaring di
tempat tidur.
e) Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari
Keramas : 3x/ minggu
Gosok gigi : 2x sehari
Ganti celana dalam : 2-3 x sehari atau jika basah
Membersihkan genetalia : sesudah BAK & BAB dan mandi
f) Pola seksual :
Frekuensi : 2-3 kali seminggu
Keluhan : Tidak ada
9) Data psikologis
Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya saat
ini.
10) Data perkawinan
a) Status perkawinan : ibu mengatakan status
perkawinannya sah
b) Perkawinan ke : ibu mengatakan ini perkawinan
yang pertama
c) Lama perkawinan : ibu mengatakan perkawinannya ±
2 tahun
53
11) Data sosial budaya
Ibu mengatakan tidak menganut adat istiadat setempat yang
bisa mengganggu kesehatannya.
12) Data spiritual
Ibu mengatakan senantiasa menjalankan sholat lima waktu dan
berdzikir.
13) Data pengetahuan ibu
Ibu tidak mengetahui penyakit yang dialaminya saat ini
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 50 kg
TB : 152 cm
LILA : 25,5 cm
TTV : TD : 120/70 mmHg N : 96 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,6 ˚C
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala : bentuk mesochepal, kulit kepala bersih.
b) Rambut : bersih, tidak rontok, tidak berketombe.
c) Mata : simetris
Conjungtiva : merah muda, tidak anemia
Sklera : putih, tidak ikterik
d) Hidung : tidak ada polip
e) Mulut : bibir lembab, tidak stomatitis
f) Telinga : simetris, pendengaran baik
54
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis
h) Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i) Dada
Bentuk : simetris
Mamae : tidak ada massa abnormal
j) Abdomen
Luka operasi : tidak ada
Pembesaran hati/limfa : tidak ada
k) Genetalia
Vulva/vagina : tidak oedem, tidak varicess
PPV : ada hanya berbentuk flek
l) Anus : tidak haemorroid
m)Ekstremitas
Atas : simetris, tidak oedema
Bawah : simetris, tidak oedema
3) Pemeriksaan kebidanan
a) Muka : tidak oedema, tidak pucat
b) Mamae : tidak ada massa abnormal
Puting susu : menonjol
Kol Kebersihan : terjaga
c) Abdomen : teraba massa pada perut bagian bawah
sebelah kanan sebesar telur ayam dan
nyeri saat ditekan.
d) Genetalia : tidak oedema, perdarahan sedikit hanya
flek.
e) colostrum/ASI : tidak keluar
55
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Tabel 3.1 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny M Umur 21 Tahun
P0A0AH0
Tanggal 10 Januari 2015 pukul 10.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan N.RujukanHemoglobin 12,9 g/dL 11,7-15,5Leukosit 10.500 /uLTrombosit 355.000 10ˆ3/uL 150-400Golongan darah OGDS 132 mg/dl 70-180Ureum 20 mg/dl 15-40Kreatinin 0,96 mg/dl 0,6-1,2
Sumber : Rekam Medik Ny M Umur 21 Tahun P0A0AH0
b) Pemeriksaan USG
(1) Hasil USG yang dilakukan pada tanggal 01 Januari di
Puskesmas Bumiayu yang dilakukan oleh dokter Sp.OG,
menyatakan Ny. M terdapat kista ovarii (Hasil selengkapnya
tidak dilampirkan pada surat rujukan).
(2) Hasil USG yang dilakukan pada tanggal 02 Januari 2015 di
RSUD dr Soeselo Slawi yang dilakukan oleh dr. W Sp.OG,
menyatakan Ny. M terdapat kista ovarii.
c) Rongent : tidak dilakukan
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa Nomenklatur
Ny. M umur 21 tahun P0AOAH0 kista ovarii dengan TB Usus
Data Dasar
56
1) Subyektif
a) Ibu mengatakan bernama Ny. M umur 21 tahun
b) Ibu mengatakan tidak pernah melahirkan, tidak pernah
keguguran.
c) Ibu mengatakan perutnya terasa nyeri dan sakit
d) Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya
2) Obyektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Berat Badan : 50 kg
d) TB : 152 cm
e) TTV : TD : 120/70 mmHg N : 96 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,6 ˚C
f) Palpasi : teraba massa pada perut bagian bawah sebelah
kanan sebesar telur ayam, Tetapi tidak nyeri saat
ditekan
g) PPV : ada, sedikit dan hanya berbentuk flek
b. Diagnosa Masalah
Ibu cemas dengan keadaan dirinya dan nyeri perut bagian bawah
a) Data Subjektif
(1) Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya sekarang
(2) Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
b) Data Obyektif
(1) Ibu terlihat menahan nyeri perut pada bagian perut bawah
(2) Wajah ibu terlihat kesakitan dan cemas
c. Diagnosa Kebutuhan
Support mental dan KIE mengenai Kista Ovarii dengan TB Usus
57
3. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi putaran tangkai atau torsi
4. Antisipasi Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan penunjang,
pemberian terapi dan operasi salpyngooforektomi
5. Intervensi
Pada tanggal 10 Januari 2015 Pukul 17.05 WIB
a. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini
b. Berikan terapi sesuai advis dokter
c. Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang penyakit ibu dan
tindakan yang akan dilakukan
d. Pantau tetesan infus
e. Berikan dukungan mental kepada ibu
f. Berikan terapi sesuai advis dokter
6. Implementasi
Pada tanggal 10 Januari 2015
a. Pukul 17.07 WIB
Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini yaitu
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg N : 96 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,6 ˚C
b. Pukul 17.10 WIB
Memberikan terapi infus RL 20 tetes/menit pada vena periver
58
c. Pukul 17.13 WIB
Memberikan informasi pada ibu dan keluarga bahwa ibu mempunyai
penyakit kista ovarii yaitu tumor yang ada pada indung telur dan
menyebabkan pembesaran perut dan nyeri. Kemudian untuk
mengatasi penyakit ini harus dilakukan operasi.
d. Pukul 18.00 WIB
Memantau tetesan infus 20 tetes/menit
e. Pukul 18.03 WIB
Memberikan dukungan mental kepada ibu agar ibu yakin akan
kesembuhan penyakit yang dialaminya
f. Pukul 19.30 WIB
Memberikan terapi lanjutan infus RL 20 tetes/menit sesuia advis dokter
g. Pukul 20.25 WIB
Mengobservasi kondisi umum dan TTV pasien
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 86 x/menit
RR : 21 x/menit S : 36,3 ˚C
7. Evaluasi
Pada tanggal 10 Januari 2015
a. Pukul 17.09 WIB
Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaan saat ini bahwa ibu
teradapat massa di bagian perut dan keadaan umum ibu cukup baik.
b. Pukul 17.12 WIB
Terapi telah diberikan cairan infus RL 20 tetes/menit pada vena periver
59
c. Pukul 17.14 WIB
Ibu dan keluarga mengerti informasi penyakit kista yang di berikan
mengenai massa yang terdapat pada bagian perut yaitu kista
d. Pukul 18.01 WIB
Tetesan lancar 20 tetes/menit
e. Pukul 18.05 WIB
Ibu merasa lebih tenang dan yakin penyakitnya bisa sembuh keadaan
ibu sudah mulai membaik
f. Pukul 19.32 WIB
Terapi lanjutan telah diberikan RL 20 tetes/menit
g. Pukul 20.27 WIB
Keadaan umum dan Tanda-Tanda Vital telah di observasi dan ibu
dalam keadaan baik.
B. Pengkajian II (Data Perkembangan I)
Tempat : RSUD dr Soeselo Slawi Ruang Nusa Indah
Tanggal : 11-1-2015
Waktu : 18.00 WIB
1. Subyektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny. M Umur 21 Tahun
b. Ibu mengatakan tidak pernah melahirkan, tidak pernah keguguran.
c. Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya
d. Ibu mengatakan pernah menggunakan Kb suntik 3 bulan
2. Obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 50 kg
60
d. TB : 152 cm
e. TTV : TD :100/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 86 x/menit S : 36,3˚C
3. Assesment
Ny. M umur 21 Tahun P0A0AH0 Kista Ovarii dengan TB Usus
4. Planning
a. Pukul 18.00 WIB
Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini yaitu
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD :110/70 mmHg N : 86 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,3˚C
b. Pukul 18.04 WIB
Memberikan informasi pada ibu dan keluarga bahwa ibu mempunyai
penyakit kista ovarii yaitu tumor yang ada pada indung telur dan
menyebabkan pembesaran perut dan nyeri. Kemudian untuk
mengatasi penyakit ini akan dilakukan operasi
c. Pukul 18.06 WIB
Menganjurkan ibu untuk berpuasa karena akan dilakukan tindakan
operasi pembedahan kista (Salphyngoooforoktomi)
d. Pukul 18.09 WIB
Malakukan inform consent pada suami dan keluarga pasien untuk
melakukan operasi dan tindakan yang lainnya
e. Pukul 18.15 WIB
Memberikan dukungan mental agar ibu yakin akan kesembuhannya
dan menganjurkan ibu dan keluarga untuk berdoa untuk kelancaran
operasinya
61
f. Pukul 19.15 WIB
Melakukan persiapan preoperasi yaitu : Menganjurkan ibu untuk tidak
makan dan minum sebelum operasi. Mencukur rambut pubis untuk
menghindari infeksi dan memperlancar operasi, memasang daur
kateter ibu
g. Pukul 20.10 WIB
Mengantar pasien ke ruang IBS
h. Pukul 20.15 WIB
Menyiapkan alat operasi yaitu duk steril, klem baju operasi, sarung
tangan Bisturi, Handle bisturi, kom berisi betadhine, kom berisi cairan
Nacl, pinset cirurgis, pinset anatomis, klem (kecil, sedang, panjang),
gunting jaringan, jarum, benang kulit, kocher, cuk toose, selang,
kooter
i. Pukul 20.20 WIB
Memberikan injeksi pre operasi yaitu ceftriaxone 1 gram secara IV
per bollus
j. Pukul 20. 22 WIB
Memindahkan pasien ke ruangan operasi 1
k. Pukul 20.24 WIB
Membantu dokter anastesi untuk melakukan anastesi pada pasien
l. Pukul 20.30 WIB
Operasi dilakukan oleh dokter SpOG dan dokter anastesi yaitu
operasi salpingo ooforektomi dextra, yaitu operasi melengkung
digeser miring pada jaringan yang akan diiris, yang sudah
ditegangkan. Sehingga yang terpotong hanya serat-serat tegang
saja. Kapsul tumor yang lunak tak akan terluka Untuk mengangkat
kista yang bersimpai, ujung gunting pelan-pelan didorong maju
62
kemudian di buka pelan-pelan. Dilakukan seterusnya di luar kista
sehingga kista terbebaskan kemudian menggunting serat-serat
perlekatan yang ditemukan Kapsulnya dijahit berlapis sehingga
dapat menjamin homeostatis dengan baik Terakhir dinding kapsul
dijahit simpul atau bassebal tecnik.
m. Pukul 22.10 WIB
Mengantar pasien kembali ke ruang kebidanan
n. Pukul 22.14 WIB
Mengobservasi kondisi umum dan TTV pasien
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg N : 90 x/menit
RR : 22 x/menit S : 36,3˚C
o. Pukul 23.00 WIB
Memberikan Terapi sesuai advis dokter
Criax 2x1 dosis 500mg
Extrace 1x1 dosis 200 mg (mencegah kekurangan vitamin C)
Ketopain 3 X 1 dosis 50 mg
Kalnek 2 x 1 1 gram
5. Evaluasi
a. Pukul 18.03 WIB
Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya
b. Pukul 18.05 WIB
Ibu dan keluarga mengerti informasi yang diberikan mengenai
penyakitnya
b. Pukul 18.08 WIB
63
Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan untuk
berpuasa
c. Pukul 18.12 WIB
Suami sudah menyetujui tindakan operasi yang akan dilakukan dan
tindakan yang lainnya dan telah mendatangani surat persetujuan
medik (inform consent)
d. Pukul 18.18 WIB
Ibu merasa lebih tenang dan siap untuk dilakukan tindakan operasi
e. Pukul 19.30 WIB
Persiapan pre operasi telah dilakukan, pasien sudah puasa, rambut
pubis sudah dicukur, dan sudah dipasang daur kateter
f. Pukul 20.15 WIB
Pasien sudah di ruang IBS
g. Pukul 20.18 WIB
Injeksi telah di berikan secara skyntest tidak ada alergi, ceftri di
suntikan secara iv perbolus pasien sedikit sakit, obat ceftriaxone
sudah masuk dengan dosis 1 gram.
h. Pukul 20.23
Pasien sudah di ruang operasi 1
i. Pukul 20.25 WIB
Anastesi sudah di lakukan
j. Pukul 22.00 WIB
Operasi telah dilakukan, kista telah diangkat dan akan dikirim ke
laboratorium untuk diperiksa patologi anatomi
k. Pukul 22.13 WIB
Pasien sudah di ruang kebidanan
l. Pukul 22.17 WIB
64
Keadaan umum dan TTV telah diobservasi
m. Pukul 23.02 WIB
obat post operasi telah diberikan melalui IV perbolus dengan
hasil pasien sedikit sakit pada saat obat di masukan, pasien masih
merasa kedinginan. Pasien sudah berkurang rasa nyerinya.
C. Pengkajian III (Data Perkembangan II)
Tempat :RSUD dr Soeselo Slawi
Tanggal :12-1-2015
Waktu :06.50 WIB
1. Subjektif
a. Ibu mengatakan masih lemas dan nyeri pada luka bekas operasi
b. Ibu mengatakan belum bisa mobilisasi miring kanan dan kiri
2. Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD :120/70 mmHg N : 90 x/menit
RR : 22 x/menit S : 36,5˚C
d. PPV : Tidak ada
e. Luka operasi : baik dan masih basa
f. Flatus : sudah
g. Kontraksi uterus : tidak ada
65
3. Assesment
Ny. M umur 21 tahun P0A0Ah0 kista ovarii dengan TB Usus post operasi
salpingooforektomi hari ke dua.
4. Planning
a. Pukul 06.50 WIB
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD :110/80 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C
Luka operasi : Baik dan masih basah
b. Pukul 06.55 WIB
Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang begizi yaitu yang
mengandung karbohidrat (nasi, singkong), protein (tahu, tempe, telor,
daging), buah-buahan dan sayur-sayuran, vitamin serta mineral
c. Pukul 07.00 WIB
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu
Ketopain 3x1 50 mg
Kalnex 2x1 1g
d. Pukul 07.03 WIB
Mengajarkan dan menganjurkan ibu cara mengatasi rasa nyeri dengan
melakukan relaksasi yaitu dengan cara menarik nafas panjang dari
hidung kemudian perlahan-lahan keluarkan melalui mulut.
66
e. Pukul 07.06 WIB
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang hari ± 2jam
dan pada malam hari ± 8jam
f. Pukul 07.08 WIB
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dengan cara miring kanan
atau kiri dengan tujuan untuk merelaksasi otot-otot agar tidak kaku.
g. Pukul 07.11 WIB
Memberitahu pada ibu agar selalu menjaga luka jahitan agar tetap
kering dan tidak boleh terkena air sampai dilakukan pengangkatan
jahitan
h. Pukul 07.13 WIB
Memantau tetesan infus dan pengeluaran urine
i. Pukul 07.15 WIB
Berkolaborasi dengan dokter Sp.OG
j. Pukul 07.19 WIB
Menganjurkan ibu agar tetap menjaga personal hygiene yaitu mandi
dan gosok gigi dua kali sehari, membersihkan alat kelamin, mengganti
pakaian tiap kali basah dan kotor
k. Pukul 11.00 WIB
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu
Criax 2x1 500mg
Extrace 1x1 200mg
l. Pukul 15.00 WIB
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu
Ketopain 3x1 10 mg
Kalnex 3x1 500 mg
67
m. Pukul 23.00 WIB
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu
Criax 2x1 (500 mg)
Ketopain 3X1 (10 mg)
Kalnex 3x1( 500mg)
5. Evaluasi
a. Pukul 06.54 WIB
Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya
b. Pukul 06.56 WIB
Ibu besedia untuk makan-makanan yang bergizi
b. Pukul 07.02 WIB
Terapi telah diberikan di suntikan secara IV perbolus pasien
sedikit sakit pada saat obat di masukan
c. Pukul 07.05 WIB
Ibu sudah melakukan relaksasi untuk mengurangi nyeri
d. Pukul 07.07 WIB
istirahat ibu cukup
e. Pukul 07.10 WIB
Ibu sudah bisa miring kanan ataupun miring kiri.
f. Pukul 07.12 WIB
Luka jahitan ibu masih dalam keadaan basah
g. Pukul 07.14 WIB
h. Tetesan infus terpantau 28 tetes/menit dan pengeluaran urine telah
terpantau
i. Pukul 07.18 WIB
Telah dilakukan kolaborasi
68
j. Pukul 07.20 WIB
ibu menjaga personal higiens
k. Pukul 11.02 WIB
terapi telah diberikan secara IV perbolus dengan hasil pasien sedikit
sakit pada saat obat di suntikan
l. Pukul 15.02 WIB
Terapi telah diberikan pasien sedikit sakit pada saat obat masuk
m. Pukul 23.03 WIB
Terapi telah diberikan secara IV perbolus pasien sedikit sakit
D. Pengkajian IV (Data Perkembangan III)
Tempat : RSUD dr Soesela Slawi Ruang Nusa Indah
Tanggal : 13-1-2015
Waktu : 06.52 WIB
1. Subjektif
a. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka operasi
b. Ibu mengatakan sudah bisa mobilisasi miring kanan dan kiri
2. Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 100/70 mmHg N : 82 x/menit
RR : 22 x/menit S : 36,5 °C
d. PPV : tidak ada
e. Luka operasi : masih basah
69
3. Assesment
Ny. M umur 21 tahun P0A0Ah0 Kista ovarii dengan TB Usus post
operasi salpingooforektomi hari ke tiga.
4. Planning
a. Pukul 06.52 WIB
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:
1) KU : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD :100/70 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C
4) Luka operasi : Baik dan masih basah
b. Pukul 06.56 WIB
Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang begizi yaitu yang
mengandung karbohidrat (nasi, singkong), protein (tahu, tempe, telor,
daging), buah-buahan dan sayur-sayuran, vitamin serta mineral
c. Pukul 07.00 WIB
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu Ketopain 3x1 10 mg
d. Pukul 07.02 WIB
Mengajarkan dan menganjurkan ibu cara mengatasi rasa nyeri
dengan melakukan relaksasi yaitu dengan cara menarik nafas
panjang dari hidung kemudian perlahan-lahan keluarkan melalui
mulut
e. Pukul 07.04 WIB
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang hari ± 2jam
dan pada malam hari ± 8jam
70
f. Pukul 07.06 WIB
g. Melakukan perawatan luka operasi dengan cara mengganti balutan 2
kali sehari dengan tujuan untuk menjaga kebersihan luka dan luka
cepat kering
h. Pukul 07.11 WIB
Melakukan pelepasan kateter untuk mencegah infeksi saluran
kencing
i. Pukul 08.30 WIB
Memantau tetesan infus RL 28 tetes/ menit
j. Pukul 10.00 WIB
Berkolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk asuhan kebidanan
5. Evaluasi
a. Pukul 06.55 WIB
Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya
b. Pukul 06.58 WIB
Ibu sudah makan-makanan yang bergizi
c. Pukul 07.01 WIB
Terapi telah diberikan secara IV perbolus pasien merasa sakit pada saat
obat dimasukan
d. Pukul 07.03 WIB
ibu melakukan anjuran bidan untuk melakukan relaksasi
e. Pukul 07.05 WIB
Ibu beristirahat cukup
71
f. Pukul 07.10 WIB
Telah dilakukan ganti balutan, luka jahitan baik tidak ada tanda-tanda
infeksi
g. Pukul 07.15 WIB
Telah dilakukan pelepasan kateter
h. Pukul 08.32 WIB
Tetesan lancar 28 tetesan/ menit
i. Pukul 10.10 WIB
Telah dilakukan kolaborasi
E. Pengkajian V (Data Perkembangan IV)
Tempat : RSUD dr Soeselo Slawi Ruang Nusa Indah
Tanggal : 14-1-2015
Waktu : 06.00 WIB
1. Subjektif
a. Ibu mengatakan nyeri luka operasi sudah berkurang
b. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan
2. Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,4 °C
d. PPV : tidak ada
e. Luka operasi : baik dan masih basah
f. Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi :
72
Macro : Sebuah jaringan berukuran 6,5 x 4,5 x 2 cm. Pada
penampang tampak massa coklat abu-abu, padat sebagian berongga
isi kosong. sepanjang 3 cm, diameter 1 cm.
Mikro : kista dilapisi epitel torak selapis yang ulseratif dengan inti sel
dalam batas normal. yang mengalami perdarahan bersebukan sel
radang PMN, limfosit dan makrofag yang mengandung hemosiderin.
Dibawahnya tampak jaringan ikat fibrokolagen, beberapa kelompok
jaringan stroma ovarii dan corpus albicans. Tuba dalam batas normal.
Tidak tampak tanda-tanda keganasan.
Kesimpulan : kista ovarii dengan TB Usus
3. Asesment
Ny. M umur 21 tahun P0A0Ah0 kista ovarii dengan TB Usus post
operasi salpingo ooforektomi hari ke empat.
4. Planning
a. Pukul 06.00 WIB
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:
1) KU : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 100/80 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C
4) Luka operasi : Baik dan masih basah
b. Pukul 06.15 WIB
Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan laboratorium bahwa
jenis penyakit yang ibu derita adalah kista ovarii dengan TB Usus
yaitu pertumbuhan abnormal berupa kantong pucket pouch yang
73
tumbuh abnormal di bagian ovarium. Yang ibu alami jenisnya tidak
ganas sehinggaibu tidak perlu cemas atau khawatir.
c. Pukul 07.00 WIB
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu
Cefadroxil 2x1 (antibiotik) dosis 500 mg
Asam mefenamat 3x1 (mengurangi rasa nyeri) dosis 500 mg
d. Pukul 07.03 WIB
Mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
luka operasi 2 kali sehari dengan luka diberi betadhin, bersihkan
dengan kassa steril, kemudian tutup kembali luka dengan kassa
dan plester
e. Pukul 07.06 WIB
Memantau tetesan infus RL 28 tetes/ menit
f. Pukul 09.00 WIB
Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa sesuai advis dokter, ibu
diperbolehkan pulang karena keadaannya sudah mulai membaik
g. Pukul 09.30 WIB
Menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari yang
akan datang atau jika ada keluhan untuk memantau luka jahitan
apakah terdapat infeksi atau tidak.
5. Evaluasi
a. Pukul 06.05 WIB
Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya.
b. Pukul 06.20 WIB
Ibu mengerti penjelasan bidan dan sudah mengetahui penyakit
yang dideritanya selama ini
74
c. Pukul 07.01 WIB
Terapi telah diberikan secara per oral, pasien langsung meminum
obat .
d. Pukul 07.04 WIB
Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran dari bidan untuk
melakukan perawatan luka operasi dirumah
e. Pukul 07.07 WIB
Tetesan lancar 28 tetes/ menit
f. Pukul 09.05 WIB
Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan
g. Pukul 09.32 WIB
Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan untuk
kunjungan ulang
F. Pengkajian VI (Data Perkembangan V)
Tempat : Rumah Ny. M Dukuh benda rt 2/7 Bumiayu
Tanggal :2-2-2015
Waktu :16.05 WIB
1. Subjektif
a. Ibu mengatakan kondisi sudah mulai membaik dan luka operasi
sudah kering
b. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sehari-hari
c. Ibu mengatakan telah melakukan kunjungan ulang ke-1 atau kontrol
di Rsud dr soeselo Poliklinik Kebidanan pada hari senin tanggal 02-
2- 2015 dan ibu diberi terapi oleh dokter berupa obat danazol (untuk
75
pembebasan nyeri dan penyusutan dari pertumbuhan Kista Ovarii
dosis 200 mg dikonsumsi selama 3 bulan (2 x 1) sehari
2. Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,3 °C
d. PPV : tidak ada
e. Luka operasi : sudah kering
3. Assesment
Ny M umur 21 Tahun P0A0AH0 Kista Ovarii dengan TB Usus Post
operasi Salpingooforektomi hari ke dua puluh dua.
4. Planning
a. Pukul 16.05 WIB
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD :100/80 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C
Luka operasi : Baik dan masih basah
b. Pukul 16.10 WIB
Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang begizi yaitu yang
mengandung karbohidrat (nasi, singkong), protein (tahu, tempe, telor,
daging), buah-buahan dan sayur-sayuran, vitamin serta mineral.
76
c. Pukul 16.13 WIB
Memberitahu pada ibu bahwa operasi yang telah dilakukan tidak
mengganggu proses reproduksi, tetapi usahakan ± 6 bulan untuk
menunda kehamilan karena jahitan masih belum cukup kuat
d. Pukul 16.17 WIB
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang hari ± 2jam
dan pada malam hari ± 8jam
e. Pukul 16.19 WIB
Menganjurkan ibu agar selama kurang lebih satu tahun tidak
beraktifitas yang berat-berat karena luka masih belum cukup kuat.
f. Pukul 16.22 WIB
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke Rumah Sakit
jika ada keluhan
5. Evaluasi
a. Pukul 16.09 WIB
Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya saat ini bahwa ibu
keadaan umum sudah mulai membaik
b. Pukul 16.12 WIB
Pasien sudah makan-makanan yang bergizi
c. Pukul 16.16 WIB
Ibu bersedia melakukan anjuran bidan untuk menunda kehamilan
d. Pukul 16.19 WIB
Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
e. Pukul 16.21 WIB
ibu bersedia melakukan anjuran bidan untuk melakukan kunjungan
ulang
77
f. Pukul 16.26 WIB
Ibu bersedia melakukan anjuran bidan untuk tidak melakukan aktifitas
yang berat