bner wes

113
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa hal, salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Saifuddin, 2009; h. 17) Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka 1

Upload: yosi-klub-teroriz

Post on 16-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askep6

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan

memperhatikan beberapa hal, salah satu diantaranya yang dipandang

mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah

setiap upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Saifuddin,

2009; h. 17)

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan

hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut

berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya

dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak. Kesehatan

reproduksi merupakan kemampuan seseorang wanita untuk memanfaatkan

alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas), dapat menjalani

kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko

apapun dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal

(Manuaba, 2009; h. 7).

Di Indonesia sendiri, penyakit kista ovarii pada tahun 2010, hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terdapat 934 jiwa yang menderita Kista.

1

2

Sedangkan untuk penyakit TB terdapat 11110 jiwa, Tb paru berjumlah

5521 jiwa, TB tulang 315, sedangkan TB usus 96 jiwa ( Depkes, 2010)

Di Provinsi jawa tengah pada tahun 2010 terdapat 426 jiwa yang terkena

Kista Ovarii berdasarkan komplikasi, sedangkan yang murni yang

terdiagnosa Kista Ovarii 229 jiwa, Untuk TB 1024 jiwa, TB paru 1006 jiwa ,

TB tulang 10 jiwa, TB usus 8 jiwa.

Di Kabupaten Tegal tahun 2010 terdapat 118 jiwa yang menderita

penyakit Kista, untuk Kista Ovarii terdapat 93 jiwa. Sedangkan untuk TB di

Kabupaten Tegal 341 yang terkena TB. Penyakit ganguan sistem reproduksi

diantaranya adalah mastitis, fibriodenoma, kista sarkoma fillodes, sarkoma,

kanker payudara, kanker serviks, tumor jinak, tumor ganas (Marmi, 2011;

h. 203-241). Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung pocket

pouch yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi

udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain (Yatim, 2005; h. 17). Kista

ovarium biasanya berupa kantung yang tidak bersifat kanker yang berisi

material cair atau setengah cair (Manan, 2011; h. 223).

Berdasarkan data yang diperoleh di bagian rekam medik RSUD dr

Soeselo Slawi, pada tahun 2013 terdapat 45 kasus kista ovarium, 8 kasus

karsinoma serviks uteri, 40 kasus mioma uteri sedangkan pada tahun 2014

terdapat 10 kasus karsinoma serviks uteri, 43 kasus mioma uteri dan 59

kasus kista ovarii. Berdasarkan data tersebut, kasus kista ovarium

merupakan kasus terbanyak yang ditemui dari tahun ke tahun di RSUD dr

Soeselo Slawi. Untuk TB di rekam medik RSUD dr Soeselo slawi ada 132

jiwa yang telah terdiagnosa TB pada tahun 2014.

3

Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor jinak

maupun tumor ganas. Perumbuhan tumor ovarium dapat menimbulakn gejala

karena ukuran yang besar, terdapat perubahan hormonal, atau terjadi

penyulit. Tumor jinak ovarium memiliki diameter kecil-kecil dan sering

ditemukan secara kebetulan dan tidak menunjukan gejala klinis

(Wiknjosastro, 2010; h. 346).

Gejala akibat pertumbuhan tumor ovarium meliputi rasa berat di abdomen

bagian bawah, gangguan berkemih atau defekasi, tekanan tumor dapat

menimbulkan obstipasi atau edema pada tungkai bawah. Ovarium

merupakan sumber hormon utama wanita sehingga bila menjadi tumor akan

menimbulkan gangguan saat menstruasi. Tumor ovarium memerlukan

tindakan yang spesialistis. Bidan bertugas untuk memberikan komunikasi,

informasi, edukasi, dan motivasi tentang pengobatan tumor dengan

pengobatan modern dan tindakan operasi (Wiknjosastro, 2010; h. 347).

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat

merupakan organisme pathogen maupun saprofit. Ada beberapa

mikrobakteria pathogen, tetapi hanya strain bovin dan kuman yang patogenik

terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran

ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Wilson, 2006; h. 22).

Berdasarkan permasalahan di atas mengingat pentingnya peran bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan terutama untuk menekan Angka

Kematian Ibu, maka penulis tertarik untuk melaksanakan “Asuhan Kebidanan

Gangguan Reproduksi pada Ny M Umur 21 kasus Kista Ovarii dengan TB

Usus P0A0AH0 RSUD dr Soeselo Slawi Tahun 2015”

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh di rekam medik RSUD dr Soeselo Slawi,

pada tahun 2013 dan 2014 terdapat peningkatan jumlah kasus gangguan

reproduksi terutama pada kasus kista ovarii. Sehingga diperlukan

penanganan lebih lanjut untuk menentukan diagnosa pasti maka perumusan

masalah yang diambil adalah “Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan

gangguan reproduksi Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo

Slawi Pada Ny. M Umur 21 Tahun P0A0Ah0 di Ruang Nusa Indah ?”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada

pasien Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi melalui

pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada

pasien kista ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi proses

pendekatan manajemen kebidanan:

a. Mampu melaksanakan pengkajian dan menyimpulkan semua data

subyektif dan data objektif yang diperlukan pada kasus Kista Ovarii

dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi ;

b. Mampu menginterpretasikan data-data pada kasus Kista Ovarii

dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;

c. Mampu mengetahui masalah yang akan terjadi pada kasus Kista

Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;

5

d. Mampu mengantisipasi penanganan segera pada kasus Kista Ovarii

dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;

e. Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan pada

klien dengan kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo

Slawi;

f. Melaksanakan asuhan secara menyeluruh kepada klien dengan

kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi;

g. Mengevaluasi keefektifan hasil yang diperoleh pada kasus Kista

Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi.

h. Mendokumentasikan asuhan secara menyeluruh pada klien dengan

Kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo slawi.

i. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dan praktik secara

menyeluruh pada klien dengan kasus Kista ovarii dengan TB Usus.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini membatasi luasnya

permasalahan asuhan kebidanan dengan keterbatasan waktu, dana serta

kemampuan, maka ruang lingkup dalam penyusunan Proposal adalah:

1. Sasaran

Asuhan kebidanan ini dilakukan pada Ny. M Umur 21 Tahun P0A0AH0

kasus Kista Ovarii dengan TB Usus di RSUD dr Soeselo Slawi.

2. Tempat

Pengambilan studi kasus kista Ovarii dengan TB Usus di Ruang Nusa

Indah RSUD dr Soeselo Slawi.

6

3. Waktu

Dimulai dari pengumpulan data pengkajian tanggal 9 sampai 14

Januari 2015 dan melakukan kunjungan rumah 2 Februari 2015.

E. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya yaitu:

1. Klien

Dapat mengerti dan mengetahui tentang Kista Ovarii dengan TB Usus

dan mampu melaksanakan penanganan selanjutnya setelah pulang ke

rumah.

2. RSUD dr Soeselo Slawi

Dengan adanya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat meningkatkan

kualitas mutu pelayanan medik dalam memberikan penanganan pada

kasus Kista Ovarii dengan TB Usus.

3. Institusi akademik

Memberikan gambaran pada institusi sebagai bahan evaluasi sejauh

mana mahasiswa memahami tentang Kista Ovarii dengan TB Usus dan

menerapkan penanganan sesuai teori yang telah diberikan

4. Penulis

Dapat memperdalam ilmu, menambah pengetahuan dan ketrampilan

dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien Kista Ovarii dengan

TB Usus serta dapat mendeteksi dini kasus dengan Kista Ovarii dengan

TB Usus.

7

F. Metode Memperoleh Data

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penyusunan proposal

karya tulis ilmiah ini yaitu dengan metode studi kasus. Studi kasus dilakukan

dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui kasus yang terdiri dari unit

tunggal (Notoatmodjo, 2010; h. 45), unit tunggal di sini dapat berarti satu

orang, sekelompok penduduk, yang terkena suatu masalah, misalnya

keracunan atau sekelompok masyarakat di suatu daerah (Notoatmodjo,

2010; h. 47)

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliian (responden),

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(notoadmojo, 2010; h.139)

2. Observasi/pengamatan

Pengamatan (observasi) merupakan suatu hasil perbuatan jiwa secara

aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan

(Notoatmodjo, 2010; h. 131)

3. Pemeriksaan Fisik

Menurut Ambarwati dan Sunarsih (2011; h.119-122), pemeriksaan fisik

adalah salah satu tehnik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan

fisik dan keadaan kesehatan, meliputi:

a. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan

menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik

8

normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh

pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi,

ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan

dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan

menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk

mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk,

konsistensi dan ukuran.

c. Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan

mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang dihantarkan

kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan

dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan

mendengarkan bunyi yang terbentuk didalam organ tubuh. Auskultasi

yang dilakukan di daerah dada untuk mendengar suara napas dan

bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Kista

a. Pengertian

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung pocket

pouch yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada

yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-bahan lain (Yatim,

2005; h.17).

Menurut Nugroho (2010; h.101), Kista berarti kantung yang

berisi cairan. Kista, pada prinsipnya, merupakan tumor yang

berisi cairan. Dalam istilah kedokteran, semua benjolan yang

abnormal dinamakan tumor. Cairan kista ini dapat bening, dapat

berupa darah, atau cairan tubuh lain. Karena berisi cairan, kista

berbentuk seperti balon, meskipun tak seratus persen bulat

karena ada juga bentuk lonjong. Ukurannya sangat bervariasi dari

yang kecil berukuran dua sentimeter dan dapat dideteksi, hingga

berukuran lebih dari 40 sentimeter atau dengan berat sekitar

delapan kilogram. Kista ini dapat terjadi di bagian manapun pada

tubuh. Namun, yang kerap terjadi pada ibu hamil adalah kista

indung telur (Setiati, 2009; h. 58).

9

10

b. Etiologi

Kista disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Nugroho, 2010: 101).

Menurut Anonim (2005; h.57), penyebab dari kista belum

diketahui secara pasti tapi ada beberapa faktor pemicu

1) Gaya hidup tidak sehat diantaranya

(a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

(b) Zat tambahan pada makanan

(c) Kurang olahraga

(d) Merokok dan konsumsi alkohol

(e) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

(f) Sering setres

2) Faktor Genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen yang berpotensi memicu

kanker, yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab

tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen,

polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,

protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen

pemicu kanker (Wiknjasastro, 2010; h. 355).

c. Sifat kista

Menurut Manan (2011; h. 233), sifat kista dibagi atas beberapa

tipe kista yaitu kista normal yang terdiri dari

1) Tipe Kista Normal

a) kista ovarium

11

Kista ovarium merupakan kista yang berupa kantong

yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau

setengah cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan

tidak menghasilkan gejala, diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk meyakinkan bahwa hal itu bukan kanker

b) Kista lutein

Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpos

luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi

setelah ovulasi

c) Kista endometriosis

Kista endometriosis merupakan endometrium yang

tidak pada tempatnya. Kista ini berwarna coklat karena

berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.

Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut

peritoneum. Penyebabnya dapat terjadi karena infeksi

peritoneum, Penyebabnya dapat terjadi karena infeksi

kandungan menahun.

d) Kista dermoid

Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari

total tumor ovarium) yang berasal dar sel germinativum.

Tumor ini merupakan tumor jinak sel germinativum dan

paling banyak diderita oleh gadis yang berusia 20 tahun.

Kista ini berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,

kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di

12

kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan

tidak menimbulkan gejala

e) Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,

biasanya bertangkai. Seringkali bilateral dan dapat menjadi

besar. Dinding kista ini tipis dan cairan di dalam kista

jernih, berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan

epitel kubik. Karena adanya tangkai maka kista ini dapat

terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala

mendadak.

2. Ovarium

a. Pengertian

Ovarium adalah salah satu diantara beberapa organ

reproduksi yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur. Setiap

wanita memiliki dua ovum, terletak pada rongga panggul anan

dan kiri. Ovarium yang sehat sangat penting bagi kesehatan

reproduksi. Banyak wanita yang melakukan tes tahunan untuk

memastikan bahwa organ-organ reproduksi mereka berada

dalam kesehatan yang baik. Kanker merupakan perhatian utama

bagi banyak perempuan, karena dapat mempengaruhi

kesuburan serta kesehatan secara keseluruhan. Kerusakan pada

ovarium juga dapat menyebabkan tingkat hormon yang

abnormal, yang dapat menyebabkan tekanan mental dan gejala

fisik tidak nyaman. Wanita yang diketahui mengalami

13

penyimpangan dalam siklus menstruasi mereka harus

menghubungi seorang profesional medis, karena penyimpangan

ini mungkin gejala masalah kesehatan yang lebih serius.

Gambar 1 Kista Ovarium

(Sutoto, 2005; h.102)

3. Kista Ovarium

a. Pengertian

Kista ovarium merupakan kista yang berupa kantong yang

tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah

cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan tidak

menghasilkan gejala, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

meyakinkan bahwa hal itu bukan kanker (Manan, 2011: h. 223).

b. Klasifikasi kista ovarium

Menurut Wiknjosastro (2010; h. 351), kista ovarium dibagi

menjadi dua :

14

1) Tumor ovarium non-neoplastik

a) Tumor akibat radang

Tumor akibat radang dibagi menjadi abses ovarial, abses

tubo-ovarial dan kista tubo-ovarial.

b) Tumor lain

Tumor lain dibagi menjadi:

(1) Kista folikel

Kista folikel merupakan kista yang paling sering

ditemukan di ovarium dan biasanya berukuran sedikit

lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5 cm).

Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan

kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali

Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga

dapat terjadi secara artifisial dimana gonadotropin

diberikan secara berlebihan untuk menginduksi

ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang

spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur atau

perdarahan. Kista folikel yang besar dapat

dihubungkan dengan nyeri pelvik, dispareuni, dan

kadang-kadang perdarahan abnormal uterus.

(2) Kista lutein

Kista lutein terjadi akibat pertumbuhan lanjut

korpos lutein atau perdarahan yang mengisi rongga

yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista

Kista granulosa lutein

15

(a) Kista granulosa

Merupakan pembesaran non-neoplastik

ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel granulosa

mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya

vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah

rongga membentuk korpus hemoragikum.

Resorbsi darah di ruangan ini menyebabkan

terbentuknya kista korpus luteum. Kista

granulosa lutein yang persisten dapat

menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding

perut yang juga disertai amenorhea atau

menstruasi terlambat yang menyerupai

gambaran kehamilan ektopik. Kista granulosa

lutein juga dapat menyebabkan torsi lutein yaitu

ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau

perdarahan intraperitoneal yang membutuhkan

tindakan pembedahan segera untuk

menyelamatkan penderita.

(b) Kista teka lutein

Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran

yang besar. Umumnya bilateral dan berisi cairan

jernih kekuningan. Kista teka seringkali dijumpai

bersamaan dengan kista ovarium polikistik,

molahiidatidosa, koriokarsinoma, terapi HCG dan

klomifen sitrat.

16

Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista

ini. Pada umumnya tidak diperlukan tindakan

bedah untuk menangani kista ini karena kista ini

dapat menghilang secara spontan setelah

evakuasi mola, terapi koriokarsinoma dan

penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen.

Walau demikian apabila terjadi ruptur kista dan

terjadi perdarahan ke dalam rongga peritonium

maka diperlukan tindakan laparotomi segera

untuk menyelamatkan penderita.

c. Patofisiologi

Menurut Joeko (2005, h. 233), patofisiologi Kista ovarii adalah

1)Kista non neoplasma

(a)Kista non funsional

Kista inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul

invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang.

Biasanya tunggal atau multipel. Berbentuk variabel dan

terbatas pada cuboidal yang tipis endometri atau

epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau

multipel berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal

yang tipis endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1

cm sampai beberapa cm.

17

(b) Kista fungsional

Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang

menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang di

reabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.

Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis,

evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi.

Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal,

setelah menopouse atau kista lebih dari 8 cm.

Kista korpus luteum, terjadi setelah ovulasi dikarenakan

meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan

keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang

panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis, jika ruptur

perdarahan intraperitonial terapinya adalah operasi

oovorektomi. Kista teka lutein. Ditemui pada kehamilan

mola, terjadi pada 50% dari semua kehamilan. Dibentuk

sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium dari

berlebihnya HCG tindakanya adalah mengangkat mola.

Kista stein laventhal, disebabkan kadar LH yang

berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium

dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia

endometrium atau korioksinoma dapat terjadi

pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan

produksi LH dan oovoroktomi.

18

2) Kista Neoplasma Jinak

a) Kistoma Ovarii Simplek

Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi

(putaran tungkai). Di duga kista ini adalah jenis kista

denoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena

tekanan cairan dalam kista. Tindakanya adalah

pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,

kistadenoma Ovarii musinosum asal tumor belum

diketahui secara pasti namun diduga berasal dari

terotoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan

elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinatiyum.

b) Kistadenoma Ovarii serosum

Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal

ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium

disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma

yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami

keganasan.

c)Kista endometroid

Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin

pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang

menyerupai lapisan epitel endometrium.

d)Kista dermoid

Adalah suatu teratoam kistik yang jinak dimana

struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti

epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea

19

putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada

elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal

dari sel telur melalui prose patogenesis.

d. Manifestasi Klinis

Menurut William (2005; h. 104), Kebanyakan kista tidak

menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang

ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau

komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker

ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama gejala

umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri

2) Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah

3) perdarahan

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :

1) Gangguan haid

2) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau

sering berkemih

3) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul

yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit perut.

Pada stadium lanjut

1) Asites

2) Penyebaran ke omentum ( lemak perut) serta organ didalam

rongga perut (usus dan hati )

3) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.

4) Gangguan buang air besar dan kecil

20

5) Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada

e. Komplikasi Kista

Menurut William (2005; h. 98), mengatakan bahwa komplikasi

dari kista adalah

1) Perdarahan Intra Tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen

mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat

2) Perputaran tungkai

Tumor bertangkai mendadadak menimbulkan nyeri

abdomen

3) Infeksi pada tumor

Menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada abdomen,

mengganggu aktifitas sehari-hari

4) Robekan dinding kista

Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan

sehingga isi kista tumpah kedalam ruang abdomen.

5) Keganasan Kista

Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan usia

diatas 45 tahun

f. Diagnosa

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut

bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti

sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah

21

dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor

tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba

tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis

tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu

konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau

kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih

cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Di negara-negara

berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa

menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal

ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran

perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan

pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya

dapat diatasi. Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang

ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor

itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik

akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan

gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan

tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena

perlengketan. Kista non neoplastik umumnya tidak menjadi besar,

dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri

(Anonim, 2010; h.111)

g. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Sutoto (2005; h. 235), tidak jarang tentang penegakkan

diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan

22

operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang

tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam

pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah :

1) Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah

sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk

menentukan sifat-sifat tumor itu

2) Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas

tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau

kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat

pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas

dan yang tidak.

3) Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya

hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang

dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

4) Parasintesis

Fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.

Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat

mencemarkan kavum peritonium dengan isi kista bila dinding

kista tertusuk.

23

h. Penanganan

Menurut Anonim (2005; H. 356), prinsip bahwa tumor

ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non

neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak

memberikan gejala atau keluhan pada penderita dan yang

besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar

tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum.

Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara

spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk

menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat

peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu

bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk

pengobatan operatif. Tindakan operasi pada tumor ovarium

neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan

mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung

tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu

dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan

pengangkatan tuba (salphyngooforektomi). Jika terdapat

keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan

salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda

yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat

keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan

untuk mengambil risiko dengan melakukan operasi yang tidak

seberapa radikal.

24

i. Cara Pencegahan

Menururt William (2005; h.358), beberapa faktor muncul untuk

mengurangi risiko kanker, termasuk:

1) Kontrasepsi Oral (KB)

Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah

menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi

risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan

ACS.

2) Kehamilan dan Menyusui

Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda

mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat

mengurangi risiko kanker ovarium.

3) Tuba Ligasi atau histerektomi

Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi

dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Perempuan yang

berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker

ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka

diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi

ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan

terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk

mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah

keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan

jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi. Studi

menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan

25

risiko kanker ovarium hingga 95 persen, dan mengurangi

risiko kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium

diangkat sebelum menopause. Profilaksis ooforektomi

mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan, risiko

kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya

berkembang di lapisan tipis rongga perut yang meliputi

ovarium, wanita yang pernah diangkat indung telur mereka

masih bisa mendapatkan yang serupa, tetapi jarang bentuk

kanker yang disebut kanker peritoneal primer. Selain itu,

profilaksis ooforektomi menginduksi menopause dini, yang

dengan sendirinya mungkin memiliki dampak negatif pada

kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis,

penyakit jantung dan kondisi lain.

4. Tuberculosis

a. Pengertian

Menurut Amin (2006; h. 130), tuberkulosis adalah suatu

penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama di kenal pada

manusia .

Menurut Smeltze (2005; h. 234), tuberkulosis adalah penyakit

infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru

b. Etiologi

TBC yang disebabkan oleh basil TBC (mycobacterium

tuberkulosis) M. tuberculosis termasuk familie mycobacteriaceae

26

yang mempunyai berbagai jenis, satu diantaranya adalah

Mycobacterium, yang salah satu spesiesnya adalah M.

Tuberculosis (Halim, 2010; h. 451).

c. Jenis- jenis

Menurut Zulkifli (2006; h.89), jenis –jenis dari tuberculosis

1) Tuberculosis saluran nafas

Pada saluran nafas bagian atas, epiglottis, Laring,

faringHampir semua tuberculosis pada saluran pernapasan

bagian atas merupakan komplikasi dari penyakit paru.

2) Tuberkulosis usus

Pasien tuberculosis paru menelan sputumnya. Kuman TB

dalam sputum akan menginfeksi dinding usus dan

menimbulkan ulserasi. Infeksi dapat menyebar kedalam

rongga abdomen dan menyebabkan asites. Gejalanya adalah

berat badan menurun, nafsu makan berkurang, nyeri perut,

adanya masa dalam abdomen, batuk.

3) Tuberculosis Mata

Jenis ini menyerang lebih sering dari pada yang di duga.

Kuman dapat tertanam di bawah kelopak mata melalui debu

atau dari batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai mata

melalui aliran darah berasal dari focus primer atau tempat

lain. Selain itu terasa nyeri hebat, yaitu conjungtivitis yang

tidak diakibatkan oleh infeksi langsung, tetapi kemungkinan

27

terjadi akibat sensitivitas terhadap tuberculin yang dihasilkan

dari lokasi primer pada paru atau lokasi lain.

4) Tuberkulosis kulit dan jaringan ikat

Tuberkulosis kulit tidak sering terjadi tetapi diagnosis

penyakit ini sering terlewatkan. Ada beberapa kelainan kulit

yang disebabkan oleh tuberculosis yaitu lesi primer : kuman

dapat memasuki kulit melalui luka teriiris atau lecet yang

baru. Kemudian secara perlahan selama beberapa waktu

akan pecah dan membentuk ulkus yang dangkal.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Anonim (2005; h.45), tanda dan gejala pada

kasus TB yaitu

1) Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu,

2) Demam,

3) Berat badan turun tanpa sebab,

4) Keringat malam,

5) Senantiasa lelah,

6) Nafsu makan berkurang,

7) Dahak bercak darah

8) Sakit dan bengkak di bagian yang terkena

e. Patofisiologi

Menurut Sutoto (2007; h. 77), Tuberculosis tergolong

airbone disease dimana penularan terjadi karena kuman

28

dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei

dalam udara oleh individu yang terinfeksi dalam fase aktif.

Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000

droflet nuclei. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara

bebas selama 1 – 2 jam. Individu rentan yang menghirup basil

tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan

melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka

terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga

dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian

tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-

paru lainnya (lobus atas). Setelah pemajanan dan infeksi awal

individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan

atau respon dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan

aktivasi dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah,

melepaskan bahan seperti keju di dalam bronchi. Bakteri

kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan

penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah

meyembuh, membentuk jaringan parut yang terinfeksi

menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya

bronkopneumonioa lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan

selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan,

penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum

paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan.

Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi

lama ketika penyakit dihentikan hanya supaya diikuti dengan

29

periode aktivitas yang diperbaharui hanya sekitar 10%

individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif

( Sutoto,2007; h.79).

f. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wiknjansastro (2010,h.345), pemeriksaan

Tuberculin skin testing, ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm

diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :

1) Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV

2) Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang

infeksius

3) Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang

mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TBC

yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo

OAT yang adekuat

4) Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny

tidak diketahui

g. Pemeriksaan radiologis

Menurut Sarwono (2012, h. 562) pemeriksaan radiologis

adalah

1) Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul

terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi

dari limfe nodus hilus

30

2) Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan

gambaran :

(a) Nekrosis

(b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical

lordotik)

(c) Fibrosis dan retraksi region hilus

(d) Bronchopneumonia

(e) Infiltrate interstitial

(f) Pola milier

(g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari

TB primer lanjut

(h)TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura

yang biasanya terjadi secara massif

3) Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan

hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi

harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya

melihat apakah penyakit tersebut dalam proses

progesi atau regresi.

h. Pemeriksaan darah

Menurut Sarwono (2012, h. 576), pemeriksaan ini kurang

mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang

meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB

baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit

meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah

31

limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai

meningkat.

i. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Joeko (2005, h. 245), kultur Sputum : Positif untuk

Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area

indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah

injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu

dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan

penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara

klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau

infeksi disebabkan oleh mikobakterium

yang berbeda. Anemia bila penyakit berjalan menahun.

Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

j. Pemeriksaan Radiologi

Menurut Rujiyah (2010, h. 422), pemeriksaan radiologi

Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan

kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan

menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan

fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat

mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax

tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma

menonjol ke atas. Bronchografi : merupakan pemeriksaan

32

khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan

paru karena TB. Gambaran radiologi lain yang sering

menyertai TBC  adalah penebalan pleura,

efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam

radio lusen dipinggir paru atau pleura).

5. Usus

a. Pengertian

Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula

dari lambung hingga anus. Pada manusia dan mamalia lain, usus

terdiri dari dua bagian: usus kecil dan usus besar (kolon). Pada

manusia, usus kecil terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum, dan

ileum, sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon, dan

rektum. (Geuta, 2010, h. 123).

b. Klasifikasi Usus

Menurut Sarwono (2010, h. 78), klasifikasi usus dibagi

menjadi

1) Usus besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus

antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah

menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari

kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse),

kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum.

Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon

33

melintang sering disebut dengan “kolon kanan”, sedangkan

bagian sisanya sering disebut dengan “kolon kiri”.

2) Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran

pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan

(ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran

yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

3) Usus Dua Belas Jari

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari

usus halus yang terletak setelah lambung dan

menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,

dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum

Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,

yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.

pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Fungsi Usus dua belas jari bertanggung jawab

untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara

histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan

lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-

lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot.

Urin.

34

B. TinjauanTeori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

a. Asuhan kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan dan sesuai dengan wewenang

dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan

(Kepmenkes RI No. 369 tahun 2007; h. 5).

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien

yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan

ibu hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga

berencana (Kepmenkes RI No. 369 tahun 2007; h. 5).

b. Manajemen asuhan kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berpikir

dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan

kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan (Soepardan, 2008; h. 96).

2. Langkah dalam Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri

dengan evaluasi. Kerangka tersebut membentuk kerangka yang lengkap

yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi setiap langkah

tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan

semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien (Soepardan, 2008; h.

96-97).

35

Menurut Simatupang (2008; h. 124-126), 7 langkah manajemen varney

adalah sebagai berikut:

a. Langkah I: tahap pengumpulan data dasar

Menurut Varney (2008; h. 134), proses menajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang membentuk kerangka yang lengkap yang

bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah

tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan

semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Ketujuh langkah

tersebut yaitu:

b. Langkah I: tahap pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara

anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan penunjang. Tahap ini merupakan langkah awal yang

akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data

sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.

1) Data subyektif

a) Biodata mencakup identitas klien :

(1) Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan

nama panggilan sehari-hari;

(2) Umur dicatat dalam hitungan tahun;

36

(3) Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah

hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan

mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui

tempat tinggal dan lingkungannya;

(4) Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui

kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan klien;

(5) Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.

Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan

melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan

kebidanan;

(6) Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap

perilaku kesehatan seseorang;

(7) Suku bangsa untuk mengetahui karakteristik budaya.

b) Keluhan utama

Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong

klien datang ke fasilitas kesehatan.

c) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, melahirkan dan

apakah ada komplikasinya.

d) Riwayat haid

Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan

menstruasi misalnya kapan menstruasi pertama dan adakah

37

permasalahan dalam siklus, jumlah dan lamanya menstruasi

serta adakah gangguan dalam masa menstruasi tersebut

misalnya dysmenorhea.

e) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang digunakan klien,

adakah efek sampingnya dan alasan mengapa berhenti

menggunakan alat kontrasepsi tersebut serta berapa lama

menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

f) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan klien

(a) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keadaan klien sekarang

yang berhubungan dengan penyakit atau masalah

klien;

(b) Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui adakah riwayat penyakit

akut atau kronis yang pernah diderita klien yang

dapat menimbulkan komplikasi atau memperberat

keadaan klien pada waktu memberikan pelayanan

atau tindakan.

(2) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien

sekarang.

38

g) Pola kebutuhan sehari-hari

(1) Nutrisi

Untuk mengetahui pola makan klien karena akan

berpengaruh pada status kesehatan klien.

(2) Eliminasi

Untuk mengetahui pola kebiasaan dan adakah

gangguan pada BAK dan BAB klien.

(3) Istirahat

Untuk mengetahui kecukupan kesehatan klien.

(4) Aktivitas

Untuk mengetahui berat dan ringannya aktivitas yang

dilakukan klien.

(5) Personal higiens

Untuk mengetahui sejauh mana klien menjaga

kebersihan diri karena akan berpengaruh pada

perawatan luka setelah operasi sehingga tidak

menimbulkan infeksi.

(6) Pola seksual

Untuk mengetahui frekuensi klien melakukan

hubungan seksual dengan suaminya selama sakit dan

adakah gangguan yang dialami saat melakukan

hubungan seksual tersebut.

h) Data psikologis

Untuk mengetahui keadaan mental klien terhadap

perubahan diri selama sakit.

39

i) Status perkawinan

Untuk mengetahui jumlah perkawinan yang pernah klien

lakukan, lama perkawinannya dan usia saat menikah.

j) Data sosial budaya

Untuk mengetahui apakah klien menganut adat istiadat

setempat yang dapat berpengaruh pada kesehatan klien.

k) Ketaatan beribadah

Untuk mengetahui sejauh mana klien mendekatkan diri

pada sang kholik.

l) Data pengetahuan ibu

Untuk mengetahui sejauh mana klien mempunyai

pengetahuan terhadap penyakit yang dideritanya.

2) Data obyektif

a) Pemeriksaan umum

Untuk mengetahui bagaimana keadaan klien dilihat

secara umum, baik dan buruk.

(1) Kesadaran

Untuk mengetahui bagaimana keadaan tingkat

kesadaran klien.

(2) Tekanan darah

Untuk mengetahui keadaan tekanan darah klien,

karena akan berpengaruh pada keadaan klien.

(3) Suhu

Untuk mengetahui keadaan suhu klien.

40

(4) Pernafasan

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan dan

mendeteksi apakah ada kelainan atau tidak.

(5) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi klien.

(6) Berat badan

Untuk mengetahui adakah kenaikan atau penurunan

berat badan klien selama sakit.

b) Pemeriksaan fisik

(1) Kepala : bentuk kepala, kulit kepala

bersih/tidak, rambut rontok/tidak;

(2) Muka : pucat/tidak, oedema/tidak;

(3) Mata : conjungtiva pucat/tidak, sklera

putih/tidak;

(4) Hidung : bersih/tidak, ada polip/tidak;

(5) Mulut : bersih/tidak, ada stomatitis/tidak,

ada caries/tidak;

(6) Telinga : bersih/tidak;

(7) Leher : adakah pembesaran tyroid atau

vena jugularis;

(8) Dada : simetris/tidak, pernafasan

teratur/tidak;

(9) Perut : nyeri tekanan/tidak, ada

pembesaran hepar/tidak;

(10) Genetalia : bersih/tidak, ada varises/tidak,

41

ada oedem/tidak;

(11) Ekstremitas : simetris/tidak, ada oedema/tidak,

ada varises/tidak.

c) Langkah II: interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang

telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan

masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan

seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami

wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil

pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

d) Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial

atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah

yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial

yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi

agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.

42

e) Langkah IV: menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

majanemen kebidanan.

f) Langkah V: menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan menajemen terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada

langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap klien seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya.

g) Langkah VI: pelaksanaaan langsung asuhan dengan efisien

dan aman

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan

secara efisien dan aman. Bidan bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut.

43

h) Langkah VII: evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan. Apakah asuhan yang diberikan

benar-benar terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.

Menurut Muslihatun, dkk (2009; h. 123-125), dalam metode

SOAP, S adalah data Subyektif, O adalah data Obyektif, A

adalah Analysis atau Assesment, dan P adalah Planning.

Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas dan singkat.

Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran

penatalaksanaan manajemen kebidanan

a. Data Subyektif (S)

Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan

langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosa. Data subyektif ini nantinya akan

menguatkan diagnosa yang akan disusun.

b. Data obyektif (O)

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil

observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik

lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang

lain dapat dimasukkan dalam data obyektif ini sebagai data

44

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis

pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

c. Analysis atau Assesment

Analysis atau Assesment merupakan

pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data

subyektif maupun data obyektif, maka proses pengkajian

data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut

bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis

tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien,

Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan

data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan

pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan atau

tindakan yang tepat. Analisa data adalah melakukan

interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup:

diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosa potensial

serta perlunya antisipasi diagnosa potensial dan tindakan

segera.

d. Planning atau perencanaan

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana

asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan

interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

45

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mengusahakan tercapainya kondisi pasien

seoptimal mungkin mempertahankan kesejahteraannya.

Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan

yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan

yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien

mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil

kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning atau

perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga

mengandung implementasi dan evaluasi.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali

bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan

keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus

dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi

pasien berubah, analisa juga berubah, maka rencana

asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar

akan ikut berubah atau harus disesuaikan. Dalam planning

ini juga harus mencantumkan evaluation atau evaluasi,

yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk

menilai efektivitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan.

Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan

46

merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan.

Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat

menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif

sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek

bidan

a. Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu;

2) Pelayanan kesehatan anak;

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

b. Pasal 13 ayat (1)

Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang

melakukan pelayanan kesehatan meliputi:

1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam

rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;

2) Asuhan antenatal terintregasi dengan intervensi khusus penyakit

kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter;

3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang

ditetapkan;

47

4) Melakukan pembinaan peran serta masyrakat di bidang

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja dan

penyehatan lingkungan;

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra

sekolah dan anak sekolah;

6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;

7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan

penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk

pemberian kondom, dan penyakit lainnya;

8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi;

Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan.

a. Pengetahuan dasar

1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,

Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS;

2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual

yang lazim terjadi;

3) Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi

meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid

b. Keterampilan dasar

1) Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan

sistem reproduksi;

2) Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus

48

spontan (bila belum sempurna);

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada

wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi;

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan

kewenangan pada gangguan sistem reproduksi meliputi:

keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid;

5) Mikroskop dan penggunaannya;

6) Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.

c. Keterampilan tambahan

1) Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina;

2) Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.

1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana;

2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian I

Tanggal/jam pasien masuk: 09 Januari 2015 /16.24 WIB

Tanggal/jam pengkajian : 09 Januari 2015/17.05 WIB

Tempat : RSUD dr Soeselo Slawi (Ruang Nusa Indah

Kebidanan)

No. Register : 18.37.72

1. Pengumpulan Data

a. Data Subyektif

1) Biodata

Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn.T

Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh

Alamat : Dukuh Benda Rt Alamat : Dukuh Benda

2/7 Bumiayu Brebes

2) Alasan Datang

Pasien datang ke rumah sakit menggunakan surat pengantar dari

Puskesmas Dukuh Benda Bumiayu datang ke Poli kandungan.

49

50

3) Keluhan Utama

a) Ibu mengatakan perutnya terasa sangat nyeri dan sakit saat

menstruasi sampai tidak bisa melakukan aktifitas/ hanya dapat

berbaring di tempat tidur.

b) Ibu mengatakan saat ini masih mengalami menstruasi hari ke-7

4) Riwayat obstetri dan ginekologi

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan belum pernah hamil, bersalin, maupun nifas.

5) Riwayat Haid

Menarche : 12 tahun

Siklus/lama/jumlah : 28 hari/7 hari/Banyak (Menorargia)

Dismenorhea : Ya, Ibu mengatakan sangat nyeri dan

sampai mengganggu aktifitas sehingga ibu hanya bisa berbaring di

tempat tidur.

Flour albus : Tidak

6) Riwayat penggunaan kontrasepsi

Jenis : Suntik 3 bulan

Lama : ± 1 tahun

Keluhan : tidak ada

Rencana akan datang : -

7) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan ibu

Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit

menurun seperti (Asma, Diabetes Militus, Jantung,

Hipertensi), tetapi ibu mempunyai penyakit

menular yaitu penyakit TB dan menderita penyakit

Kista Ovarii.

51

Yang lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

menurun seperti (Asma, Diabetes Militus, Jantung,

Hipertensi), tetapi iu mempunyai riwayat penyakit

menular yaitu penyakit TB

b) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dari keluarga ibu ataupun suami tidak ada

yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti (Asma,

Diabetes Militus, Jantung, Hipertensi), ataupun penyakit

menular seperti Tuberculosis, Penyakit Menular Seksual.

8) Pola kebutuhan sehari-hari

Sebelum sakit Selama sakit

a) Nutrisi

Makan : 3 x sehari 3 x sehari

Porsi : 1 piring 1/2 piring

Jenis : nasi, lauk, sayur nasi, lauk, sayur

Gangguan : tidak ada nafsu makan berkurang

Minum : 7-8 gelas/ hari 6-7 gelas/ hari

Jenis : air putih, teh air putih, teh

Keluhan : tidak ada tidak ada

b) Eliminasi

BAB : 1 x hari tidak teratur

Konsistensi : lembek agak keras

Warna : kuning kecoklatan coklat

Keluhan : tidak ada nyeri

BAK : 5-6 x sehari 4-6 x sehari

Warna : kuning jernih kuning jernih

Keluhan : tidak ada nyeri

52

c) Istirahat

Tidur siang : ± 1 jam/ hr ± 2 jam/ hr

Tidur malam : ± 7 jam/ hr ± 8 jam/ hr

d) Aktifitas

Sebagai Ibu rumah tangga melakukan aktivitas Seperti

memasak, mencuci, menyapu, dan mengepel. Ketika sakit ibu

tak mampu melakukan aktifitas dan hanya dapat berbaring di

tempat tidur.

e) Personal hygiene

Mandi : 2x/ hari

Keramas : 3x/ minggu

Gosok gigi : 2x sehari

Ganti celana dalam : 2-3 x sehari atau jika basah

Membersihkan genetalia : sesudah BAK & BAB dan mandi

f) Pola seksual :

Frekuensi : 2-3 kali seminggu

Keluhan : Tidak ada

9) Data psikologis

Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya saat

ini.

10) Data perkawinan

a) Status perkawinan : ibu mengatakan status

perkawinannya sah

b) Perkawinan ke : ibu mengatakan ini perkawinan

yang pertama

c) Lama perkawinan : ibu mengatakan perkawinannya ±

2 tahun

53

11) Data sosial budaya

Ibu mengatakan tidak menganut adat istiadat setempat yang

bisa mengganggu kesehatannya.

12) Data spiritual

Ibu mengatakan senantiasa menjalankan sholat lima waktu dan

berdzikir.

13) Data pengetahuan ibu

Ibu tidak mengetahui penyakit yang dialaminya saat ini

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Berat Badan : 50 kg

TB : 152 cm

LILA : 25,5 cm

TTV : TD : 120/70 mmHg N : 96 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,6 ˚C

2) Pemeriksaan fisik

a) Kepala : bentuk mesochepal, kulit kepala bersih.

b) Rambut : bersih, tidak rontok, tidak berketombe.

c) Mata : simetris

Conjungtiva : merah muda, tidak anemia

Sklera : putih, tidak ikterik

d) Hidung : tidak ada polip

e) Mulut : bibir lembab, tidak stomatitis

f) Telinga : simetris, pendengaran baik

54

g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

dan vena jugularis

h) Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

i) Dada

Bentuk : simetris

Mamae : tidak ada massa abnormal

j) Abdomen

Luka operasi : tidak ada

Pembesaran hati/limfa : tidak ada

k) Genetalia

Vulva/vagina : tidak oedem, tidak varicess

PPV : ada hanya berbentuk flek

l) Anus : tidak haemorroid

m)Ekstremitas

Atas : simetris, tidak oedema

Bawah : simetris, tidak oedema

3) Pemeriksaan kebidanan

a) Muka : tidak oedema, tidak pucat

b) Mamae : tidak ada massa abnormal

Puting susu : menonjol

Kol Kebersihan : terjaga

c) Abdomen : teraba massa pada perut bagian bawah

sebelah kanan sebesar telur ayam dan

nyeri saat ditekan.

d) Genetalia : tidak oedema, perdarahan sedikit hanya

flek.

e) colostrum/ASI : tidak keluar

55

4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

Tabel 3.1 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny M Umur 21 Tahun

P0A0AH0

Tanggal 10 Januari 2015 pukul 10.45 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan N.RujukanHemoglobin 12,9 g/dL 11,7-15,5Leukosit 10.500 /uLTrombosit 355.000 10ˆ3/uL 150-400Golongan darah OGDS 132 mg/dl 70-180Ureum 20 mg/dl 15-40Kreatinin 0,96 mg/dl 0,6-1,2

Sumber : Rekam Medik Ny M Umur 21 Tahun P0A0AH0

b) Pemeriksaan USG

(1) Hasil USG yang dilakukan pada tanggal 01 Januari di

Puskesmas Bumiayu yang dilakukan oleh dokter Sp.OG,

menyatakan Ny. M terdapat kista ovarii (Hasil selengkapnya

tidak dilampirkan pada surat rujukan).

(2) Hasil USG yang dilakukan pada tanggal 02 Januari 2015 di

RSUD dr Soeselo Slawi yang dilakukan oleh dr. W Sp.OG,

menyatakan Ny. M terdapat kista ovarii.

c) Rongent : tidak dilakukan

2. Interpretasi Data

a. Diagnosa Nomenklatur

Ny. M umur 21 tahun P0AOAH0 kista ovarii dengan TB Usus

Data Dasar

56

1) Subyektif

a) Ibu mengatakan bernama Ny. M umur 21 tahun

b) Ibu mengatakan tidak pernah melahirkan, tidak pernah

keguguran.

c) Ibu mengatakan perutnya terasa nyeri dan sakit

d) Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya

2) Obyektif

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Berat Badan : 50 kg

d) TB : 152 cm

e) TTV : TD : 120/70 mmHg N : 96 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,6 ˚C

f) Palpasi : teraba massa pada perut bagian bawah sebelah

kanan sebesar telur ayam, Tetapi tidak nyeri saat

ditekan

g) PPV : ada, sedikit dan hanya berbentuk flek

b. Diagnosa Masalah

Ibu cemas dengan keadaan dirinya dan nyeri perut bagian bawah

a) Data Subjektif

(1) Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya sekarang

(2) Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah

b) Data Obyektif

(1) Ibu terlihat menahan nyeri perut pada bagian perut bawah

(2) Wajah ibu terlihat kesakitan dan cemas

c. Diagnosa Kebutuhan

Support mental dan KIE mengenai Kista Ovarii dengan TB Usus

57

3. Diagnosa Potensial

Potensial terjadi putaran tangkai atau torsi

4. Antisipasi Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan penunjang,

pemberian terapi dan operasi salpyngooforektomi

5. Intervensi

Pada tanggal 10 Januari 2015 Pukul 17.05 WIB

a. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini

b. Berikan terapi sesuai advis dokter

c. Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang penyakit ibu dan

tindakan yang akan dilakukan

d. Pantau tetesan infus

e. Berikan dukungan mental kepada ibu

f. Berikan terapi sesuai advis dokter

6. Implementasi

Pada tanggal 10 Januari 2015

a. Pukul 17.07 WIB

Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini yaitu

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/70 mmHg N : 96 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,6 ˚C

b. Pukul 17.10 WIB

Memberikan terapi infus RL 20 tetes/menit pada vena periver

58

c. Pukul 17.13 WIB

Memberikan informasi pada ibu dan keluarga bahwa ibu mempunyai

penyakit kista ovarii yaitu tumor yang ada pada indung telur dan

menyebabkan pembesaran perut dan nyeri. Kemudian untuk

mengatasi penyakit ini harus dilakukan operasi.

d. Pukul 18.00 WIB

Memantau tetesan infus 20 tetes/menit

e. Pukul 18.03 WIB

Memberikan dukungan mental kepada ibu agar ibu yakin akan

kesembuhan penyakit yang dialaminya

f. Pukul 19.30 WIB

Memberikan terapi lanjutan infus RL 20 tetes/menit sesuia advis dokter

g. Pukul 20.25 WIB

Mengobservasi kondisi umum dan TTV pasien

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/70 mmHg N : 86 x/menit

RR : 21 x/menit S : 36,3 ˚C

7. Evaluasi

Pada tanggal 10 Januari 2015

a. Pukul 17.09 WIB

Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaan saat ini bahwa ibu

teradapat massa di bagian perut dan keadaan umum ibu cukup baik.

b. Pukul 17.12 WIB

Terapi telah diberikan cairan infus RL 20 tetes/menit pada vena periver

59

c. Pukul 17.14 WIB

Ibu dan keluarga mengerti informasi penyakit kista yang di berikan

mengenai massa yang terdapat pada bagian perut yaitu kista

d. Pukul 18.01 WIB

Tetesan lancar 20 tetes/menit

e. Pukul 18.05 WIB

Ibu merasa lebih tenang dan yakin penyakitnya bisa sembuh keadaan

ibu sudah mulai membaik

f. Pukul 19.32 WIB

Terapi lanjutan telah diberikan RL 20 tetes/menit

g. Pukul 20.27 WIB

Keadaan umum dan Tanda-Tanda Vital telah di observasi dan ibu

dalam keadaan baik.

B. Pengkajian II (Data Perkembangan I)

Tempat : RSUD dr Soeselo Slawi Ruang Nusa Indah

Tanggal : 11-1-2015

Waktu : 18.00 WIB

1. Subyektif

a. Ibu mengatakan bernama Ny. M Umur 21 Tahun

b. Ibu mengatakan tidak pernah melahirkan, tidak pernah keguguran.

c. Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya

d. Ibu mengatakan pernah menggunakan Kb suntik 3 bulan

2. Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. BB : 50 kg

60

d. TB : 152 cm

e. TTV : TD :100/70 mmHg RR : 20 x/menit

N : 86 x/menit S : 36,3˚C

3. Assesment

Ny. M umur 21 Tahun P0A0AH0 Kista Ovarii dengan TB Usus

4. Planning

a. Pukul 18.00 WIB

Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini yaitu

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD :110/70 mmHg N : 86 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,3˚C

b. Pukul 18.04 WIB

Memberikan informasi pada ibu dan keluarga bahwa ibu mempunyai

penyakit kista ovarii yaitu tumor yang ada pada indung telur dan

menyebabkan pembesaran perut dan nyeri. Kemudian untuk

mengatasi penyakit ini akan dilakukan operasi

c. Pukul 18.06 WIB

Menganjurkan ibu untuk berpuasa karena akan dilakukan tindakan

operasi pembedahan kista (Salphyngoooforoktomi)

d. Pukul 18.09 WIB

Malakukan inform consent pada suami dan keluarga pasien untuk

melakukan operasi dan tindakan yang lainnya

e. Pukul 18.15 WIB

Memberikan dukungan mental agar ibu yakin akan kesembuhannya

dan menganjurkan ibu dan keluarga untuk berdoa untuk kelancaran

operasinya

61

f. Pukul 19.15 WIB

Melakukan persiapan preoperasi yaitu : Menganjurkan ibu untuk tidak

makan dan minum sebelum operasi. Mencukur rambut pubis untuk

menghindari infeksi dan memperlancar operasi, memasang daur

kateter ibu

g. Pukul 20.10 WIB

Mengantar pasien ke ruang IBS

h. Pukul 20.15 WIB

Menyiapkan alat operasi yaitu duk steril, klem baju operasi, sarung

tangan Bisturi, Handle bisturi, kom berisi betadhine, kom berisi cairan

Nacl, pinset cirurgis, pinset anatomis, klem (kecil, sedang, panjang),

gunting jaringan, jarum, benang kulit, kocher, cuk toose, selang,

kooter

i. Pukul 20.20 WIB

Memberikan injeksi pre operasi yaitu ceftriaxone 1 gram secara IV

per bollus

j. Pukul 20. 22 WIB

Memindahkan pasien ke ruangan operasi 1

k. Pukul 20.24 WIB

Membantu dokter anastesi untuk melakukan anastesi pada pasien

l. Pukul 20.30 WIB

Operasi dilakukan oleh dokter SpOG dan dokter anastesi yaitu

operasi salpingo ooforektomi dextra, yaitu operasi melengkung

digeser miring pada jaringan yang akan diiris, yang sudah

ditegangkan. Sehingga yang terpotong hanya serat-serat tegang

saja. Kapsul tumor yang lunak tak akan terluka Untuk mengangkat

kista yang bersimpai, ujung gunting pelan-pelan didorong maju

62

kemudian di buka pelan-pelan. Dilakukan seterusnya di luar kista

sehingga kista terbebaskan kemudian menggunting serat-serat

perlekatan yang ditemukan Kapsulnya dijahit berlapis sehingga

dapat menjamin homeostatis dengan baik Terakhir dinding kapsul

dijahit simpul atau bassebal tecnik.

m. Pukul 22.10 WIB

Mengantar pasien kembali ke ruang kebidanan

n. Pukul 22.14 WIB

Mengobservasi kondisi umum dan TTV pasien

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/70 mmHg N : 90 x/menit

RR : 22 x/menit S : 36,3˚C

o. Pukul 23.00 WIB

Memberikan Terapi sesuai advis dokter

Criax 2x1 dosis 500mg

Extrace 1x1 dosis 200 mg (mencegah kekurangan vitamin C)

Ketopain 3 X 1 dosis 50 mg

Kalnek 2 x 1 1 gram

5. Evaluasi

a. Pukul 18.03 WIB

Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya

b. Pukul 18.05 WIB

Ibu dan keluarga mengerti informasi yang diberikan mengenai

penyakitnya

b. Pukul 18.08 WIB

63

Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan untuk

berpuasa

c. Pukul 18.12 WIB

Suami sudah menyetujui tindakan operasi yang akan dilakukan dan

tindakan yang lainnya dan telah mendatangani surat persetujuan

medik (inform consent)

d. Pukul 18.18 WIB

Ibu merasa lebih tenang dan siap untuk dilakukan tindakan operasi

e. Pukul 19.30 WIB

Persiapan pre operasi telah dilakukan, pasien sudah puasa, rambut

pubis sudah dicukur, dan sudah dipasang daur kateter

f. Pukul 20.15 WIB

Pasien sudah di ruang IBS

g. Pukul 20.18 WIB

Injeksi telah di berikan secara skyntest tidak ada alergi, ceftri di

suntikan secara iv perbolus pasien sedikit sakit, obat ceftriaxone

sudah masuk dengan dosis 1 gram.

h. Pukul 20.23

Pasien sudah di ruang operasi 1

i. Pukul 20.25 WIB

Anastesi sudah di lakukan

j. Pukul 22.00 WIB

Operasi telah dilakukan, kista telah diangkat dan akan dikirim ke

laboratorium untuk diperiksa patologi anatomi

k. Pukul 22.13 WIB

Pasien sudah di ruang kebidanan

l. Pukul 22.17 WIB

64

Keadaan umum dan TTV telah diobservasi

m. Pukul 23.02 WIB

obat post operasi telah diberikan melalui IV perbolus dengan

hasil pasien sedikit sakit pada saat obat di masukan, pasien masih

merasa kedinginan. Pasien sudah berkurang rasa nyerinya.

C. Pengkajian III (Data Perkembangan II)

Tempat :RSUD dr Soeselo Slawi

Tanggal :12-1-2015

Waktu :06.50 WIB

1. Subjektif

a. Ibu mengatakan masih lemas dan nyeri pada luka bekas operasi

b. Ibu mengatakan belum bisa mobilisasi miring kanan dan kiri

2. Objektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD :120/70 mmHg N : 90 x/menit

RR : 22 x/menit S : 36,5˚C

d. PPV : Tidak ada

e. Luka operasi : baik dan masih basa

f. Flatus : sudah

g. Kontraksi uterus : tidak ada

65

3. Assesment

Ny. M umur 21 tahun P0A0Ah0 kista ovarii dengan TB Usus post operasi

salpingooforektomi hari ke dua.

4. Planning

a. Pukul 06.50 WIB

Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD :110/80 mmHg N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C

Luka operasi : Baik dan masih basah

b. Pukul 06.55 WIB

Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang begizi yaitu yang

mengandung karbohidrat (nasi, singkong), protein (tahu, tempe, telor,

daging), buah-buahan dan sayur-sayuran, vitamin serta mineral

c. Pukul 07.00 WIB

Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu

Ketopain 3x1 50 mg

Kalnex 2x1 1g

d. Pukul 07.03 WIB

Mengajarkan dan menganjurkan ibu cara mengatasi rasa nyeri dengan

melakukan relaksasi yaitu dengan cara menarik nafas panjang dari

hidung kemudian perlahan-lahan keluarkan melalui mulut.

66

e. Pukul 07.06 WIB

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang hari ± 2jam

dan pada malam hari ± 8jam

f. Pukul 07.08 WIB

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dengan cara miring kanan

atau kiri dengan tujuan untuk merelaksasi otot-otot agar tidak kaku.

g. Pukul 07.11 WIB

Memberitahu pada ibu agar selalu menjaga luka jahitan agar tetap

kering dan tidak boleh terkena air sampai dilakukan pengangkatan

jahitan

h. Pukul 07.13 WIB

Memantau tetesan infus dan pengeluaran urine

i. Pukul 07.15 WIB

Berkolaborasi dengan dokter Sp.OG

j. Pukul 07.19 WIB

Menganjurkan ibu agar tetap menjaga personal hygiene yaitu mandi

dan gosok gigi dua kali sehari, membersihkan alat kelamin, mengganti

pakaian tiap kali basah dan kotor

k. Pukul 11.00 WIB

Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu

Criax 2x1 500mg

Extrace 1x1 200mg

l. Pukul 15.00 WIB

Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu

Ketopain 3x1 10 mg

Kalnex 3x1 500 mg

67

m. Pukul 23.00 WIB

Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu

Criax 2x1 (500 mg)

Ketopain 3X1 (10 mg)

Kalnex 3x1( 500mg)

5. Evaluasi

a. Pukul 06.54 WIB

Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya

b. Pukul 06.56 WIB

Ibu besedia untuk makan-makanan yang bergizi

b. Pukul 07.02 WIB

Terapi telah diberikan di suntikan secara IV perbolus pasien

sedikit sakit pada saat obat di masukan

c. Pukul 07.05 WIB

Ibu sudah melakukan relaksasi untuk mengurangi nyeri

d. Pukul 07.07 WIB

istirahat ibu cukup

e. Pukul 07.10 WIB

Ibu sudah bisa miring kanan ataupun miring kiri.

f. Pukul 07.12 WIB

Luka jahitan ibu masih dalam keadaan basah

g. Pukul 07.14 WIB

h. Tetesan infus terpantau 28 tetes/menit dan pengeluaran urine telah

terpantau

i. Pukul 07.18 WIB

Telah dilakukan kolaborasi

68

j. Pukul 07.20 WIB

ibu menjaga personal higiens

k. Pukul 11.02 WIB

terapi telah diberikan secara IV perbolus dengan hasil pasien sedikit

sakit pada saat obat di suntikan

l. Pukul 15.02 WIB

Terapi telah diberikan pasien sedikit sakit pada saat obat masuk

m. Pukul 23.03 WIB

Terapi telah diberikan secara IV perbolus pasien sedikit sakit

D. Pengkajian IV (Data Perkembangan III)

Tempat : RSUD dr Soesela Slawi Ruang Nusa Indah

Tanggal : 13-1-2015

Waktu : 06.52 WIB

1. Subjektif

a. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka operasi

b. Ibu mengatakan sudah bisa mobilisasi miring kanan dan kiri

2. Objektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 100/70 mmHg N : 82 x/menit

RR : 22 x/menit S : 36,5 °C

d. PPV : tidak ada

e. Luka operasi : masih basah

69

3. Assesment

Ny. M umur 21 tahun P0A0Ah0 Kista ovarii dengan TB Usus post

operasi salpingooforektomi hari ke tiga.

4. Planning

a. Pukul 06.52 WIB

Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:

1) KU : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD :100/70 mmHg N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C

4) Luka operasi : Baik dan masih basah

b. Pukul 06.56 WIB

Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang begizi yaitu yang

mengandung karbohidrat (nasi, singkong), protein (tahu, tempe, telor,

daging), buah-buahan dan sayur-sayuran, vitamin serta mineral

c. Pukul 07.00 WIB

Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu Ketopain 3x1 10 mg

d. Pukul 07.02 WIB

Mengajarkan dan menganjurkan ibu cara mengatasi rasa nyeri

dengan melakukan relaksasi yaitu dengan cara menarik nafas

panjang dari hidung kemudian perlahan-lahan keluarkan melalui

mulut

e. Pukul 07.04 WIB

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang hari ± 2jam

dan pada malam hari ± 8jam

70

f. Pukul 07.06 WIB

g. Melakukan perawatan luka operasi dengan cara mengganti balutan 2

kali sehari dengan tujuan untuk menjaga kebersihan luka dan luka

cepat kering

h. Pukul 07.11 WIB

Melakukan pelepasan kateter untuk mencegah infeksi saluran

kencing

i. Pukul 08.30 WIB

Memantau tetesan infus RL 28 tetes/ menit

j. Pukul 10.00 WIB

Berkolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk asuhan kebidanan

5. Evaluasi

a. Pukul 06.55 WIB

Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya

b. Pukul 06.58 WIB

Ibu sudah makan-makanan yang bergizi

c. Pukul 07.01 WIB

Terapi telah diberikan secara IV perbolus pasien merasa sakit pada saat

obat dimasukan

d. Pukul 07.03 WIB

ibu melakukan anjuran bidan untuk melakukan relaksasi

e. Pukul 07.05 WIB

Ibu beristirahat cukup

71

f. Pukul 07.10 WIB

Telah dilakukan ganti balutan, luka jahitan baik tidak ada tanda-tanda

infeksi

g. Pukul 07.15 WIB

Telah dilakukan pelepasan kateter

h. Pukul 08.32 WIB

Tetesan lancar 28 tetesan/ menit

i. Pukul 10.10 WIB

Telah dilakukan kolaborasi

E. Pengkajian V (Data Perkembangan IV)

Tempat : RSUD dr Soeselo Slawi Ruang Nusa Indah

Tanggal : 14-1-2015

Waktu : 06.00 WIB

1. Subjektif

a. Ibu mengatakan nyeri luka operasi sudah berkurang

b. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan

2. Objektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,4 °C

d. PPV : tidak ada

e. Luka operasi : baik dan masih basah

f. Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi :

72

Macro : Sebuah jaringan berukuran 6,5 x 4,5 x 2 cm. Pada

penampang tampak massa coklat abu-abu, padat sebagian berongga

isi kosong. sepanjang 3 cm, diameter 1 cm.

Mikro : kista dilapisi epitel torak selapis yang ulseratif dengan inti sel

dalam batas normal. yang mengalami perdarahan bersebukan sel

radang PMN, limfosit dan makrofag yang mengandung hemosiderin.

Dibawahnya tampak jaringan ikat fibrokolagen, beberapa kelompok

jaringan stroma ovarii dan corpus albicans. Tuba dalam batas normal.

Tidak tampak tanda-tanda keganasan.

Kesimpulan : kista ovarii dengan TB Usus

3. Asesment

Ny. M umur 21 tahun P0A0Ah0 kista ovarii dengan TB Usus post

operasi salpingo ooforektomi hari ke empat.

4. Planning

a. Pukul 06.00 WIB

Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:

1) KU : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 100/80 mmHg N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C

4) Luka operasi : Baik dan masih basah

b. Pukul 06.15 WIB

Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan laboratorium bahwa

jenis penyakit yang ibu derita adalah kista ovarii dengan TB Usus

yaitu pertumbuhan abnormal berupa kantong pucket pouch yang

73

tumbuh abnormal di bagian ovarium. Yang ibu alami jenisnya tidak

ganas sehinggaibu tidak perlu cemas atau khawatir.

c. Pukul 07.00 WIB

Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu

Cefadroxil 2x1 (antibiotik) dosis 500 mg

Asam mefenamat 3x1 (mengurangi rasa nyeri) dosis 500 mg

d. Pukul 07.03 WIB

Mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

luka operasi 2 kali sehari dengan luka diberi betadhin, bersihkan

dengan kassa steril, kemudian tutup kembali luka dengan kassa

dan plester

e. Pukul 07.06 WIB

Memantau tetesan infus RL 28 tetes/ menit

f. Pukul 09.00 WIB

Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa sesuai advis dokter, ibu

diperbolehkan pulang karena keadaannya sudah mulai membaik

g. Pukul 09.30 WIB

Menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari yang

akan datang atau jika ada keluhan untuk memantau luka jahitan

apakah terdapat infeksi atau tidak.

5. Evaluasi

a. Pukul 06.05 WIB

Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya.

b. Pukul 06.20 WIB

Ibu mengerti penjelasan bidan dan sudah mengetahui penyakit

yang dideritanya selama ini

74

c. Pukul 07.01 WIB

Terapi telah diberikan secara per oral, pasien langsung meminum

obat .

d. Pukul 07.04 WIB

Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran dari bidan untuk

melakukan perawatan luka operasi dirumah

e. Pukul 07.07 WIB

Tetesan lancar 28 tetes/ menit

f. Pukul 09.05 WIB

Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan

g. Pukul 09.32 WIB

Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan untuk

kunjungan ulang

F. Pengkajian VI (Data Perkembangan V)

Tempat : Rumah Ny. M Dukuh benda rt 2/7 Bumiayu

Tanggal :2-2-2015

Waktu :16.05 WIB

1. Subjektif

a. Ibu mengatakan kondisi sudah mulai membaik dan luka operasi

sudah kering

b. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sehari-hari

c. Ibu mengatakan telah melakukan kunjungan ulang ke-1 atau kontrol

di Rsud dr soeselo Poliklinik Kebidanan pada hari senin tanggal 02-

2- 2015 dan ibu diberi terapi oleh dokter berupa obat danazol (untuk

75

pembebasan nyeri dan penyusutan dari pertumbuhan Kista Ovarii

dosis 200 mg dikonsumsi selama 3 bulan (2 x 1) sehari

2. Objektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,3 °C

d. PPV : tidak ada

e. Luka operasi : sudah kering

3. Assesment

Ny M umur 21 Tahun P0A0AH0 Kista Ovarii dengan TB Usus Post

operasi Salpingooforektomi hari ke dua puluh dua.

4. Planning

a. Pukul 16.05 WIB

Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien:

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD :100/80 mmHg N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit S : 36,5 ˚C

Luka operasi : Baik dan masih basah

b. Pukul 16.10 WIB

Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang begizi yaitu yang

mengandung karbohidrat (nasi, singkong), protein (tahu, tempe, telor,

daging), buah-buahan dan sayur-sayuran, vitamin serta mineral.

76

c. Pukul 16.13 WIB

Memberitahu pada ibu bahwa operasi yang telah dilakukan tidak

mengganggu proses reproduksi, tetapi usahakan ± 6 bulan untuk

menunda kehamilan karena jahitan masih belum cukup kuat

d. Pukul 16.17 WIB

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang hari ± 2jam

dan pada malam hari ± 8jam

e. Pukul 16.19 WIB

Menganjurkan ibu agar selama kurang lebih satu tahun tidak

beraktifitas yang berat-berat karena luka masih belum cukup kuat.

f. Pukul 16.22 WIB

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke Rumah Sakit

jika ada keluhan

5. Evaluasi

a. Pukul 16.09 WIB

Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya saat ini bahwa ibu

keadaan umum sudah mulai membaik

b. Pukul 16.12 WIB

Pasien sudah makan-makanan yang bergizi

c. Pukul 16.16 WIB

Ibu bersedia melakukan anjuran bidan untuk menunda kehamilan

d. Pukul 16.19 WIB

Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup

e. Pukul 16.21 WIB

ibu bersedia melakukan anjuran bidan untuk melakukan kunjungan

ulang

77

f. Pukul 16.26 WIB

Ibu bersedia melakukan anjuran bidan untuk tidak melakukan aktifitas

yang berat

78