bolehkah sholat dengan bahasa

5
Bolehkah Sholat dengan Bahasa Indonesia? Oleh: Ustadz Abu Adib Pertanyaan: Gimana hukumnya apa bila lafal arab dalam bacaaan shalat diganti dengan bahasa Indonesia? Kenapa syariat itu begitu mengikat? Mohon penjelasannya. (Rendra, 085735119xxx) Jawaban: Hukum mengganti bacaan shalat dengan bahasa Indonesia adalah tidak boleh. Karena, shalat itu adalah ibadah tauqifiyah (sudah tetap ketentuannya), tidak ada celah bagi manusia untuk intervensi dalam ketentuan yang telah Allah tetapkan ini. Dan shalat dengan menggunakan Bahasa Arab memiliki banyak hikmah, yang antara lain adalah di manapun, kapanpun dan siapapun seorang menegakkan shalat maka tata caranya (bacaan) akan selalu sama, yakni dengan Bahasa Arab. Jika saja setiap orang yang mendirikan shalat itu memakai bahasa daerah masing-masing, maka tidak akan nampak persatuan dan kesatuan umat Islam dalam menjalankan ibadah tersebut (semisal orang Indonesia akan shalat dengan Bahasa Indonesia, orang Inggris pakai Bahasa Inggris, dst). Tentu perbedaan seperti ini bukan yang diinginkan oleh syari’at Islam. Diantara dalil tidak bolehnya memakai bahasa sendiri dalam shalat adalah hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha bahwasanya Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami (Islam) yang bukan darinya, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari) Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa : “Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim) Dan syari’at dikatakan mengikat karena memang syari’at itu diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk menguji manusia, agar diketahui siapa diantara mereka yang baik amalannya, atau buruk amalannya. Diantara dalilnya adalah Allah berfirman dalam Al- Qur’anul Kariim :

Upload: midha

Post on 24-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bolehkah Sholat Dengan Bahasa

Bolehkah Sholat dengan Bahasa Indonesia?

Oleh: Ustadz Abu Adib

Pertanyaan: Gimana hukumnya apa bila lafal arab dalam bacaaan shalat diganti dengan bahasa Indonesia? Kenapa syariat itu begitu mengikat? Mohon penjelasannya. (Rendra, 085735119xxx)

Jawaban:

Hukum mengganti bacaan shalat dengan bahasa Indonesia adalah tidak boleh. Karena, shalat itu adalah ibadah tauqifiyah (sudah tetap ketentuannya), tidak ada celah bagi manusia untuk intervensi dalam ketentuan yang telah Allah tetapkan ini. Dan shalat dengan menggunakan Bahasa Arab memiliki banyak hikmah, yang antara lain adalah di manapun, kapanpun dan siapapun seorang menegakkan shalat maka tata caranya (bacaan) akan selalu sama, yakni dengan Bahasa Arab.

Jika saja setiap orang yang mendirikan shalat itu memakai bahasa daerah masing-masing, maka tidak akan nampak persatuan dan kesatuan umat Islam dalam menjalankan ibadah tersebut (semisal orang Indonesia akan shalat dengan Bahasa Indonesia, orang Inggris pakai Bahasa Inggris, dst). Tentu perbedaan seperti ini bukan yang diinginkan oleh syari’at Islam.

Diantara dalil tidak bolehnya memakai bahasa sendiri dalam shalat adalah hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha bahwasanya Rasulullah bersabda :

“Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami (Islam) yang bukan darinya, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa :

“Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Dan syari’at dikatakan mengikat karena memang syari’at itu diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk menguji manusia, agar diketahui siapa diantara mereka yang baik amalannya, atau buruk amalannya. Diantara dalilnya adalah Allah berfirman dalam Al- Qur’anul Kariim :

“Dia-lah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah diantara kalian yang paling baik amalannya.” (QS. Al- Mulk : 2)

Page 2: Bolehkah Sholat Dengan Bahasa

Wanita Menjadi Imam Shalat Lelaki - Fatwa MUI

WANITA MENJADI IMAM SHALAT

الرحيم الرحمن الله بسم

FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA

Nomor: 9/MUNAS VII/MUI/13/2005Tentang

WANITA MENJADI IMAM SHALAT

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H. / 26-29 Juli 2005 M., setelah :

MENIMBANG:a.  bahwa belakangan ini umat Islam dikejutkan oleh peristiwa wanita menjadi imam shalat berjama’ah di mana makmumnya terdapat kaum lelaki;b.  bahwa untuk memberikan kepastian hukum dalam syari’at Islam, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang hukum wanita menjadi imam shalat, untuk dijadikan pedoman bagi umat Islam.

MENGINGAT:1.  Firman Allah SWT, antara lain:

�ع�ض ب ع�ل�ى �ع�ض�ه�م� ب �ه� الل ف�ض�ل� �م�ا ب اء� �س� الن ع�ل�ى ق�و�ام�ون� ج�ال� �الر

Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)… (QS. al-Nisa [4]: 34).

2.  Hadis-hadis Nabi s.a.w., antara lain:

د�ار�ه�ا ه�ل�� أ �ؤ�م� ت �ن� أ ق�ة� و�ر� �م� أ م�ر�

� أ �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ن� أوالحاكم( داود أبو رواه

Rasulullah memerintahkan Ummu Waraqah untuk menjadi imam bagi penghuni rumahnya (HR. Abu Dawud dan al-Hakim).

�ه�ل� أ اء� �س� ن �ؤ�م� ت �ن� أ ق�ة� و�ر� �م� أ م�ر�� أ �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ن� أ

الدارقطني ( رواه د�ار�ه�ا

Rasulullah memerintahkan Ummu Waraqah untuk menjadi imam bagi kaum perempuan penghuni rumahnya (HR. Daraquthni)

ابن ( رواه ج�ال7 ر� ة9� أ ام�ر� �ؤ�م�ن� ت ال� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال�

ماجة

Page 3: Bolehkah Sholat Dengan Bahasa

Rasulullah bersabda: “Janganlah seorang perempuan menjadi imam bagi laki-laki” (HR. Ibnu Majah)

: �ص�ف�يق� و�الت ج�ال� ��لر ل �يح� ب �س� الت �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى الله� س�ول� ر� ق�ال�مسلم ( رواه اء� �س� �لن ل

Rasulullah bersabda: “(Cara makmum mengingatkan imam yang mengalami kekeliruan adalah dengan) membaca tasbih bagi makmum laki-laki dan bertepuk tangan bagi makmum perempuan” (HR. Muslim)

اء� �س� الن ص�ف�وف� �ر� ي و�خ� ه�ا، آخ�ر� ه�ا Fر و�ش� �ه�ا، و�ل� أ ج�ال� �الر ص�ف�وف� �ر� ي خ�

�ه�ا و�ل� أ ه�ا Fر و�ش� ه�ا، آخ�ر�

Rasulullah bersabda: “Saf(barisan dalam salat berjamaah) terbaik untuk lakil-laki adalah saf pertama (depan) dan saf terburuk bagi mereka adalah saf terakhir (belakang); sedangkan saf terbaik untuk perempuan adalah saf terakhir (belakang) dan saf terburuk bagi mereka adalah saf pertama (depan)”

مسلم ( رواه �ح�م�ار� و�ال �ل�ب� �ك و�ال ة� أ �م�ر� ال ة� الص�ال� �ق�ط�ع� ي

Rasulullah bersabda: “Salat dapat terganggu oleh perempuan, anjing dan himar” (HR. Muslim)

البخاري ( رواه �ه�ا �ت �ي ب ق�ع�ر� ف�ي �ة� أ �م�ر� ال ة� ص�ال� �ف�ض�ل� أ

Rasulullah bersabda: “(Melaksanakan) salat yang paling baik bagi perempuan adalah di dalam kamar rumahnya” (HR. al-Bukhari)

3.  Ijma’ shahabat bahwa di kalangan mereka tidak pernah ada wanita yang menjadi imam shalat di mana di antara makmumnya adalah laki-laki. Para shahabat juga berijma’ bahwa wanita boleh menjadi imam shalat berjama’ah yang makmumnya hanya wanita, seperti yang dilakukan oleh A’isyah dan Ummu Salamah r.a. (Tuhfah al-Ahwazi li-al-Mubarakfuri).

4.  Qa’idah fiqh:

واإلتباع التوقيف العبادات فى األصل

“Hukum asal dalam masalah ibadah adalah tauqifdan ittiba’(mengikuti petunjuk dan contoh dari Nabi).”

MEMPERHATIKAN:1.  Pendapat para ulama dalam kitab al-Ummli-al-Syafi’i, al-Majmu’ Syarah al-Muhazzab li-al-Nawawi, dan al-Mughni li-Ibn Qudamah.2.  Kenyataan bahwa sepanjang masa sejak zaman Nabi Muhammad s.a.w. tidak diketahui adanya shalat jama’ah di mana imamnya wanita dan makmunya.3.  Pendapat Sidang Komisi CBidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

MEMUTUSKAN

Page 4: Bolehkah Sholat Dengan Bahasa

MENETAPKAN:  FATWA WANITA MENJADI IMAM SHALAT1.  Wanita menjadi imam shalat berjama’ah yang di antara makmumnya terdapat orang laki-laki hukumnya haram dan tidak sah.2.  Wanita menjadi imam shalat berjama’ah yang makmumnya wanita, hukumnya mubah.