boook

8
Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. a) Faktor Instinsik, misalnya: Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah Gangguan sistem susunan saraf Gangguan sistem anggota gerak Gangguan penglihatan dan pendengaran Gangguan psikologis Gangguan gaya berjalan b) Faktor kstrinsik, misalnya: !ahaya ruangan yang kurang terang "ingkungan yang asing bagi lanjut usia "antai yang licin #bat$obatan yang diminum %diuretik, antidepresan, sedatif, anti$psikotik, alkohol, hipoglikemi) Penyebab Jatuh pada Lansia &enyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antar a. 'ecelakaan %merupakan penyebab utama) (urni kecelakaan, misalnya terpleset, tersandung. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan$kelainan akibat proses menua, karena mata kurang jelas, benda$benda yang ada di rumah tertabrak, lalau jatuh. b. yeri kepala dan/atau *ertigo c. +ipotensi orthostatic: +ipo*olemia / curah jantung rendah isfungsi otonom terlalu lama berbaring &engaruh obat$obat hipotensi d. #bat$obatan iuretik / antihipertensi -ntidepresan trisiklik

Upload: kireina-amanda-nuriandarie

Post on 05-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipertensi

TRANSCRIPT

Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.a) Faktor Instinsik, misalnya: Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah Gangguan sistem susunan saraf Gangguan sistem anggota gerak Gangguan penglihatan dan pendengaran Gangguan psikologis Gangguan gaya berjalanb) Faktor Ekstrinsik, misalnya: Cahaya ruangan yang kurang terang Lingkungan yang asing bagi lanjut usia Lantai yang licin Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti-psikotik, alkohol, dan obat hipoglikemi)

Penyebab Jatuh pada LansiaPenyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain:a. Kecelakaan (merupakan penyebab utama) Murni kecelakaan, misalnya terpleset, tersandung. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua, misalnya karena mata kurang jelas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalau jatuh.b. Nyeri kepala dan/atau vertigoc. Hipotensi orthostatic: Hipovolemia / curah jantung rendah Disfungsi otonom terlalu lama berbaring Pengaruh obat-obat hipotensid. Obat-obatan Diuretik / antihipertensi Antidepresan trisiklik Sedativa Antipsikotik Obat-obat hipoglikemik alkohole. Proses penyakit yang spesifik, misalnya: Aritmia Stenosis Stroke Parkinson Spondilosis Serangan kejangf. Idiopatik (tidak jelas sebabnya)g. Sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba): Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba Terbakar matahari

2.3. Komplikasi Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini:a. Perlukaan (Injury)b. Perawatan Rumah Sakitc. Disablitasd. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatane. MatiPencegahan Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Usaha pencegahan ini anatara lain:a. Identifikasi faktor resikoPada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik resiko jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang sulit djilihat.b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalanSetiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan garakan pindah tempat , pindah posisi. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah lansia menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki denganbenar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah lansia cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya harus dikoreksi bila terdapat kelainan / penurunan.c. Mengatur / mengatasi situasional.Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan, seperti pada bagian sebelumnya. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lansia.1. FAKTORFAKTOR LINGKUNGAN YANG SERING DIHUBUNGKAN DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA 1. Alat alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah 2. tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok 3. tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang 4. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun 5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser 6. Lantai yang licin atau basah 7. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan) 8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. B.PENCEGAHANPencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :1.Latihan fisikLatihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)2.Managemen obat-obatanGunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan3.Modifikasi lingkunganAtur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu di antara:1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga.6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas.7. Gunakan lantai yang tidak licin.8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.4.memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :1. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.2. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.3. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.4. Hindari olahraga berlebihan.5. 5.Alas kakiPerhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:1. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar2. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan3. Pakai sepatu yang antislip6.Alat bantu jalanTerapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.1. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.2. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.7.Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.8.Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9.Memelihara kekuatan tulang1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua2. Berhenti merokok3. Hindari konsumsi alkohol4. Latihan fisik5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.7. MANIFESTASI KLINIS8. Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :9. 1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.10. 2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.11. 3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).12. 4. Defisit neurologi dan fokal.13. 5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.14. 6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.15. 7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)16. 8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.17. 9. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.18. 10. Lupa meletakkan barang penting.19. 11. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.20. 12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.21. 13. Tidak dapat makan dan menelan.22. 14. Inkontinensia urine 23. 15. Dapat berjalan jauh dari rumah dan tidak bisa pulang.24. 16. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.25. 17. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada26. 18. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali27. 19. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.28. 20. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah29. Dukungan atau Peran Keluargaa. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi. b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan. c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita. d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk keadaan. e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat membantu. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIAHal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif : a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Nugroho, Wahjudi.1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC