documentbp

26
Pengertian Belajar Dan Pembelajaran BAB I PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. PENGERTIAN BELAJAR 1. Definisi Belajar Pendapat Para Ahli Banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar. Pertama, Cronbach (1954). Menurut Cronbach, "Learning is shown by change in behavior as result of experience". Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalarnan tersebut pelajar menggunakan seluruh pancainderanya. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikernukakan oleh Spears (1955), yang menyatakan bahwa "Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction". Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagal hasil latihan atau pengalarnan. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikernukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respons secara alarniah, kedewasaan, atau keadaan obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalarn permahaman, perilaku, Persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. Seperti halnya para ahli yang menekankan pengalarnan dan latihan sebagal mediasi bagi kegiatan belajar, Woolffolk (1995) juga menyatakan bahwa " learning occurs when experience causes a relatively permanent change in an individual's knowledge or behavior".Disengaja atau tidak. perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kea rah yang salah. Dan berbagal definisi di atas, kita dapat menemukan kesamaan-kesamaan pengertian yang dikernukakan oleh para ahli psikologi maupun ahli pendidikan. Bedanya, ahli psikologi memandang belajar sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut mengharnbat atau tidak menghambat proses adaptasi seseorang terhadap kebutuhan-kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan manusia ke arah tujuan yang 1ebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. 2. Ciri-ciri Belajar Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu : a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terarnpil menjadi terarnpil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang tejadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpncang seumur hidup. c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diarnati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalarnan. e. Pengalarnan atau latihan itu dapat mernberikan penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. 3. Prinsip-prinsip Belajar Di dalarn tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut: a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif. b. Setiap siswa belajar sesual dengan tingkat kernarnpuannya.

Upload: yen-ny

Post on 18-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengertian Belajar Dan Pembelajaran

BAB IPENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN BELAJAR1. Definisi Belajar Pendapat Para AhliBanyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar.Pertama, Cronbach (1954). Menurut Cronbach, "Learningis shown by change in behavior as result of experience". Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalarnan tersebut pelajar menggunakan seluruh pancainderanya. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikernukakan oleh Spears (1955), yang menyatakan bahwa "Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction".Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagal hasil latihan atau pengalarnan. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikernukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respons secara alarniah, kedewasaan, atau keadaan obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalarn permahaman, perilaku, Persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya.Seperti halnya para ahli yang menekankan pengalarnan dan latihan sebagal mediasi bagi kegiatan belajar, Woolffolk (1995) juga menyatakan bahwa "learning occurs when experience causes a relatively permanent change in an individual's knowledge or behavior".Disengaja atau tidak. perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kea rah yang salah.Dan berbagal definisi di atas, kita dapat menemukan kesamaan-kesamaan pengertian yang dikernukakan oleh para ahli psikologi maupun ahli pendidikan. Bedanya, ahli psikologi memandang belajar sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut mengharnbat atau tidak menghambat proses adaptasi seseorang terhadap kebutuhan-kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan manusia ke arah tujuan yang 1ebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

2. Ciri-ciri BelajarDari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu :a.Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terarnpil menjadi terarnpil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.b.Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang tejadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpncang seumur hidup.c.Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diarnati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensiald.Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalarnan.e.Pengalarnan atau latihan itu dapat mernberikan penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.3. Prinsip-prinsip BelajarDi dalarn tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:a.Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.b.Setiap siswa belajar sesual dengan tingkat kernarnpuannya.c.Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selarna proses belajard.Penguasaan yang sernpurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan mernbuat proses belajar lebih berarti.e.Motivasi belajar siswa aan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

B. BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKUPara pakar aliran Behavioristik melihat belajar adalah perubahan tingkah laku dan tingkah laku tersebut dapat diurai jenis atau ranah (domain) dan jenjang tingkatan (taxon).Selama bertahun-tahun terutarna di era penerapan PPSI (Pendekatan Prosedur Sistern Instruksional), pandangan ini sangat dominan mempengaruhi praktikpembelajaran di Indonesia. Sekalipun sebagian pakar pendidikan menentang pendekatan ini karena dinilai lebih bersifat admimistratif dan mereduksi pendidikan menjadi pengajaran, tetapi dalam beberapa hal pendekatan ini juga memiliki kelebihan di antaranya proses belajar dan pembelajaran lebih mudah dirancang dan dievaluasi.1. Belajar dan Perubahan Tingkah LakuSalah satu definisi modern tentang belajar menyatakan bahwa belajar adalah "Pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku" (Gintings, 2005). Senada dengan ini, maka pembelajaran berarti juga memotivasi dan menyediakan fasilitas agar terjadi proses belajar pada diri si pelajar.Dari pengertian ini pula maka berarti guru bertanggung jawab dalam :a.Mengidentifikasi perubahan tingkah laku yang di inginkanb.Menyusun sumber-sumber belajar termasuk isi dan media instruksi untuk menyedikan suatu pengalaman dari mana siswa akan memperoleh kesempatan untuk mengubah tingkah lakunya.c.Menyelenggarakan sesi pembelajaran (kegiatan belajar pembelajaran).d.Mengevaluasi apakah perubahan tingkah laku telah tercapai, dan bila sudah menilai kualitas dan kuantitas perubahan tersebut.Dari uraian ini ada dua dimensi pembelajaran yang harus benar-benar dipahami dan dihayati oleh seorang guru yakni :a.Guru harus menetapkan perubahan tingkah laku yang harus dicapai siswa dan merencanakan pengalaman yang akan dilalui oleh siswa untuk mencapai perubahan tersebut.b.Pada kenyataannya, siswa harus menjadikan perubahan tingkah laku tersebut menjadi keinginannya sendiri sebelurn mereka siap untuk belajar.Dengan singkat dapat pula dinyatakan bahwa proses pembelajaran akan berlangsung pada setiap kali guru menetapkan bahwa tingkah laku siswa perlu mengalami perubahan dan siswa tersebut berusaha mencapai perubahan itu. Ini berarti bahwa guru dapat menyediakan prasarana dan sarana formal, tetapi siswa harus memiliki motivasi dan keinginan untuk belajar.2. Ranah Tingkah Laku Menurut BloomBloom berpendapat, tingkah laku dapat dibedakan atas tiga ranah (domain) pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotoric), dan sikap (affective).Jika pendapat Bloom ini kita terapkan dalam menerapkan tujuan proses belajar pembelajaran, maka ada tiga "Domain" tingkah laku yang secara terpisah atau panduannya yang harus diidentifikasi, dicapai, dan dievaluasi dalam kegiatan belajar pembelajaran.Tingkah Laku Awal- Pengetahuan- Keterampilan- SikapTingkah Laku Akhir- Pengetahuan +- Keterampilan +- Sikap +

Gambar 1.1Kegiatan Belajar Pembelajaran dan Perubahan Tingkah Laku

3. Taksonomi Tinakah LakuDi samping membedakan tingkah laku atas tiga ranah seperti dijelaskan di atas, Bloom juga membedakan tingkah laku atas tingkatan atau taksonomi. Tingkatan ini dapat dijadikan pedornan bagi guru dalarn menetapkan tujuan instruksional yang akan dicapai melalui kegiatan belajar pembelajaran yang direncanakan. Dengan kata lain, guru dapat menetapkan pada tingkah mana perubahan tingkah laku dalam ranah pengetahuan dan keteramplian diharapkan dapat dicapai siswa melalul pengalaman belajar yang direncanakan. Tabel. 1.1 berikut im memperlihatkan peta tingkatan dari tingkah laku untuk ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap.Tabel 1.1Taxonomi Tingkah LakuCognitive (Thinking)Psychomotor (Doing)Affective (Feeling)

1. Knowledge1. Perception1. Receiving (attending)

2. Comprehension2. Guided2. Responding

3. Application response3. Guided Mechanism3. Valueing

4. Analysis4. Complex over responseby value or valuecomplex4. Organisation of Values

5. Synthesis5. Orginating5. Characterisation

6. Evaluation

Perlu diingat, bahwa tingkatan tingkah laku tertentu baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap merupakan akumulasi tingkatan fingkah laku pada jenjang di bawahnya.Dengan demikian dapat dinvatakan bahwa :a.Seseorang yang telah mencapai tingkah laku tertentu dapat dipastikan menguasai tingkatan sebelumnya.b.Untuk menguasai tingkatan tingkah laku tertentu tidak dapat dilakukan dengan melompat jenjang yang ada di bawahnya.

4. Mengidentifikasi dan Proses Pengubaban Tingkah LakuMengidentifikasi perubahan tingkah laku yang harus dicapai dapat dimulai dengan melakukanTrainingNeedAnalysisatau Analisis Kebutuhan Pelatihan. Gambar. 1.2 memperlihatkan diagram alur (fowchart) proses mengidentifikasi tingkah laku vang akan diubah dikuti dengan proses perancangan, penyelenggaraan, dan evaluasi kegiatan belajar dan pembelajaran.

C. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARANDitinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitua.Untuk mendapatkan pengetahuanb.Penanaman konsep dan keterampilanc.Pembentukan sikapJadi pada intinva, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampian dan penanaman sikap mental/nilal-nial. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenal tujuan belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi :a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif);b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif);c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penamplian (psikomotonik).Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar mengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran (content). Karena semua itu bermuara kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan yang mendukung.

BAB IIKARAKTERISTIK BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. KOMPLEKSITAS BELAJAR & PEMBELAJARANBelajar dan pembelajaran adalah proses yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk memahami dan meningkatkan cara pembelajaran guru harus; memahami faktor-faktor tersebut yang diantaranya adalah:1. Pengaruh BudayaSetiap budaya memiliki suatu bentuk tertentu dart proses pendidikannya baik formal maupun yang informal. Bagaimanapun salah satu tujuan utama pendidikan adalah melestarikan budaya.Proses pelestarian budaya ini dapat dilihat disemua kelompok masyarakat. Masyarakat kesukuan (Tribal) menjaga agar budaya dan tradisi dilestarikan melalui berbagai bentuk pendidikan seperti upacara adat, lagu, tarian, seni dan melalui pendidikan informal khusus oleh para orang tua dan sesepuh. Sementara itu masyarakat barat aktif dalam proses pelestarian budaya melalui sekolah formal, instruksi informal, dan melalui bentuk lain seperti norma sosial, dan media lainnya.2. Pengaruh SejarahPendidikan adalah hasil dari suatu perkembangan sejarah. Perkembangan ini biasanya berasal dari suatu "setting:" budaya sehingga mengandung bias budaya (metode pembelajaran misalnya) dan berkaitan erat dengan reproduksi budaya. Sejarah pendidikan Indonesia juga dipengaruhi oleh sejarah panjang kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri. Ketika zaman kerajaan Hindu dan Budha, inti pendidikan yang diberikan kepada masyarakat adalah pendidikan tentang ajaran kedua agama tersebut yang tentu saja disertai dengan literasi alau baca tulls. Kemudian, hubungan dagang dengan bangsa yang beragama Islam di antaranya bangsa Gujarat telah menhadirkan agama Islam di nusantara bersama aspek-aspek pendidikannya. Istilah mandala yang merupakan padepokan belajar yang digunakan oleh agama Hindu dan Budha, kemudian diadopsi oleh para wali dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam dengan nama pesantren.Kedatangan bangsa Belanda yang diikuti dengan kolonisasi serta "Politik Balas Budi" telah menjadi tonggak awal diterapkannya secara terbuka pendidikan formal model Barat di Indonesia sekalipun dalam skala terbatas dan diskniminatif. Tentu saja,kolonialisme Barat int telah menanamkan gaya belajar dan pernbelajaran tertentu pula dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia penerapan teori-teori belajar dan pembelajaran dari dunia Barat seperti pahamStimulus-Response, Teori Gestalt, dan lain sebagainya. Penjajahan Jepang dalam penerapan disiplin gaya militerisme. Upacara bendara dan penggunaan seragam di sekolah adalah salah satu contoh pengaruh pendidikan aspek sikap model Jepang.Banyak lagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang semua baik langsung maupun tidak langsung berkontribusi kepada pendekatan belajar dan pembelajaran di negeri ini. Adanya perjalanan sejarah yang agak berbeda antar daerah di Indonesia juga mempengaruhi cara dan sikap, belajar dari satu daerah ke daerah lainnya di nusantara.3. Hambatan PrakfisManusia hidup di dunia yang kurang ideal dan dalam banyak hal manusia dapat berbuat justru akibat dari kekurangidealan tersebut. Terdapat banyak hambatan praktis yang ditemui dalam proses belajar pembelajaran. Guru dibatasi o1eh waktu, sumber dan fasilitas. Guru juga dibatasi oleh undang-undang dan aturan yang harus di indahkan. Tidak jarang guru dibatasi idealismenya dalam belajar dan pembelajaran oleh kekakuan birokrasi dan manajemen.4. Karakteristik Guru sebagai GuruBanyak hal yang mempengaruhi guru sehingga merniliki kepribadian tertentu yang unik. Lingkup budaya di mana guru berkembang, masyarakat di mana guru hidup, pengaruh keluarga, pengaruh agama yang dianut, pengalaman akademis, pengalaman kerja, serta genetika atau pengaruh bawaan yang membentuk cara berpikir guru, semua akan membentuk gaya dan cara guru dalam pembelajaran. Setiap guru memiliki kepribadian walaupun dalam beberapa hat membantu dalam menyelenggarakan pembelajaran walaupun dalam beberapa aspek mungkin pertu dimodifikasi.5. Karakteristik SiswaDisadari atau tidak disadari, salah satu kegiatan pra belajar dan pembelajaran adalah mengidentifikasi karakteristik awal siswa. Karakteristik awal siswa meliputi berbagai aspek seperti : bahasa, latar belajar akademis, usia dan tingkat kedewasaan, latar belakang budaya, tingkat pengetahuan serta keterampilan yang mungkin rnerupakan syarat awal atau "prerequisite" bagi pelajaran yang akan disajikan. Oleh sebab itu, karakteristik individual siswa dapat dan harus dildentifikasi. Begitu juga karakteristik umurn kelompok atau kelas harus dipaharm oleh guru sebelum memulaiprogram belajar dan pembelajaran.

6. Proses BelajarAspek ini berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus dilalui o1eh siswa dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Ini berlangsung melalui proses penyerapan gagasan dan keterampilan baru metalui kegiatan belajar dan pembelajaran berupa pengingatan dalarn waktu yang singkat (Short-TermMemory) kemudian menyimpan informasi yang diterima agar kelak dapat diamakan kembali.Bagaimanapun proses belajar adalah rumit atau kompleks karena mencakup penggunaan panca Indera (lihat, dengar, cium, sentuh, dan rasa) dan proses kognitif dari pengingatan, pemecahan masalah, danreasoning. Oleh sebab itu, kondisi fisik dan psikologis harus dipertimbangkan dalarn pengelolaan belajar dan pembelajaran. Dan sudut pandang psikologis, tingkat kesuhtan materi belajar ranah pengetahuan yang diberikan harus dirancang dengan mempertimbanakan perkembangan intelektual siswa. Begitu juga dalam belajar dan pembelajaran ranah psikomotorik atau keterampilan, pertumbuhan fisik siswa merupakan salah satu rujukan dalam memilih kegiatan praktik yang akan diberikan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.

B. FAKTOR UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBELAJARANTelah dipahami bagaimana kompleknya proses belajar dan pernbelajaran karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dan diri siswa, serta yang berasal diri dari guru, berasal dari diri siswa, serta yang berasal dan luar keduanya baik yang bersifat makro atau prinsip maupun mikro atau operasional dan praktis. Oleh sebab itu, sebelum guru menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran, ada empat pertanyaan mendasar yang harus diajukan kepada dan dijawab oleh guru sendiri.Keempat pertanyaan tersebut adalah Apa yang akan diajarkan ? Siapa yang akan belajar ? Bagaimana mereka belajar ?Setelah guru memperoleh jawaban atas ketiga jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut selanjutnya berdasarkan jawaban itu jawablah pertanyaan keempat yaitu : Baimana saya harus menyelenggarakan pembelajaran ?Jawaban yang tepat atas pertanyaan terakhir ini akan membantu keberhasilan guru dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran karena sesuai dengan tujuanyang temuat di dalam kurikulum dan sesuai dengan aspek-aspek kepribadian siswa. Dengan demikian, dapat diharapkan akan terjadi kesalahan belajar dan pembelajaran yang kondusif bagi pencapaian tujuan belajar dan pembelajaran.C. PRINSIP-PRINSIP DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARANAgar kegiatan belajar dan pembelajaran berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan pelajaran, maka salah satu faktor yang harus dipahami oleh guru adalah prinsip belajar. Berikut ini akan diketengahkan rangkuman dari beberapa prinsip belajar tersebut.1.Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri.2.Pepatah Cina mengatakan, saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, dan saya lakukan saya paham.3.Semakin banyak alat deria atau indera yang diaktifkan dalam kegiatan belajar semaki banyak informasi yang terserap.4.Belajar dalam banyak hal adalah suatu pengalaman. Oleh sebab itu, keterilibatan siswa merupakan satu di antara faktor penting dalarn keberhasilan belajar.5.Materi akan lebih mudah dikuasai apabila siswa terlibat secaraa emosional dalam kegiatan belajar pembelajaran. Siswa akan terlibat secara emosional dalam kegiatan belajar pembelajaran jika pelajaran adalah bemakna baginya.6.Belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam (intrinsik) dan darli luar dirl (ekstrinsik) siswa.7.Semua manusia termasuk siswa, ingin dihargai dan dipuji. Penghargaan dan pujian merupakan motivasi instrinsik bagi siswa.8.Makna pelajaran bagi diri sendiri merupakan motivasi dalam yang kuat sedangkan faktor kejutan (faktor "Aha") merupakan motivasi luar yang efektif dalam belajar.9.Belajar "Is enhanced by challenge and and inhibited by Threat".10.Setiap otak adalah unik. Karena itu setiap siswa memiliki persamaan dan perbedaan cara terbaik untuk memahami pelajaran.11.Otak akan lebih mudah merekam input jika dalam keadaan santai atau rileks dan'pada dalam keadaan tegang.

BAB IIIUNSUR-UNSUR DINAMIS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. DINAMIKA GURU DALAM PEMBELAJARANGuru dalam pembelajaran berperan mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada siswa.Guru adalah subjek pembelajar siswa untuk itu guru berhubungan langsung dengan siswa. Guru memiliki peranan penting dalam acara pembelajaran.Peranan guru tersebut dirumuskan Dimyati, (2006 : 37) antara lain :a). Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruhb). Meningkatkan diri untuk menjadi seorang yang berkepribadian utuhc). Bertindak sebagai guru yang mendidikd). Meningkatkan profesionalitas keguruane). Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah seternpat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk peningkatan mutu belajar.f). Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagal fasilitas belajar, pembimbing belaiar dan pemberi balikan belajar.Sementara secara lebih lengkap tugas guru dalam proses belajar mengajar menurut Usman, (2008 : 9), adalah sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor.Menurut Mulyasa, (2008 : 37) dapat diidentifikasi sedikitnva ada 19 peranan guru berdasarkan kajian Pillias dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelon dan Weinstein (1997) yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pernindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.Jadi guru sebagai subjek pembelajar memiliki peranan atau tugas yang banyak- dan memerlukan keahlian khusus serta berperan penting dalam menentukan gerak maju kehidupan di bidang pendidikan maupun di masyarakat.

B. DINAMIKA SISWA DALAM BELAJARSiswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Ada beberapa ahli yang mempelajari' ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara hierarkis. Salah satu hasil penggolongan tentang kategon perilaku hasil belajar adalah taksonomi Bloom, yang dikemukakan oleh Berlyamin Bloom dan kawan-kawan. Kebaikan taksonomi Bloom terletak pada rincinya jenis perilaku yang terkait dengan kernampuan internal dan kata-kata kerja operasional. Jenis perilaku tersebut dipandang bersifat hierarkis.Secara ringkas menurut Budiningsih, (2005 : 75-76) ketiga ranah taksonomi Bloom tersebut adalah sebagal berikut :Ranah kognitif Bloom terdin' dari enam jenis perilaku, yaltu1.Pengetahuan, mencapai kernampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.Pengetahuan yang berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.2.Pemahaman, mencakup kernampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.3.Penerapan/aplikasi, mencakup kernarnpuan menerapkan rnetode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip.4.Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.5.Sintesis, mencakup kernampuan rnembentuk suatu pola baru.Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja.6.Envaluasi, mencakup kemampuan meniai berdasarkan norma. Ranah afektif Bloom terdirl darl lima perilaku-perilaku sebagai berikut:1.Penerirnaan/pengenalan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaanperbedaan.2.Partisipasi/merespon, mencakup kerelaan, kesediaan mernperhatikan dan berpartisipasi dalarn suatu kegiatan. Misalnya mematuhi aturan dan berpartisipasi dalarn suatu kegiatan.3.Penilaian/penghargaan dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Misalnya menerima suatu pendapat orang lain.4.Perigorganisasian, rnencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggungjawab.5.Pembentukan pola hidup/pengamalan, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kernampuan mempertimbangankan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.Ranah psikornotor Bloom terdirl darl tujuh perilaku, yaitu :1.Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milah (mendiskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya memilah warna, angka dan huruf.2.Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan diri dalarn keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkalan gerakan. Kemampuan ini mencakupi jasmani dan rohani.3.Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan.4.Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.5.Gerakan kompleks, mencakup kemampuan mclakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien dan tepat.6.Penyesualan pola gerakan, mencakup kernampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku7.Kreativitas, mencakup kernampan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.Siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan meningktnya kernampuan-kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan atau perhatian pada lingkungan sekitarnya makin bertambah.

BAB IVTEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN TEORI PRESPEKTIFTeori deskriptif dan teori preskriptif dikemukakan oleh Bruner. Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah presktiptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah mejeIaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar atau bagaimana seseorang belajar. Teori Pernbelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar (Budiningsih, 2005 : 11).Teori pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel koridisi dan metode pembelajaran sebagaigivendan memerikan basil pernbelajaran sebagai variabel yang diamati. Atau, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel terikat. Sedangkan teori Pembelajaran yang prespektif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagaigivenclan metode yang optimal ditempatkan sebagai variabel yang diamati.Teori prespektif adalahgoaloriented(untuk mencapai tujuan), sedangkan teorideskriptif adalahgoalfree(untuk memerikan hasil). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang prespektif adalah metode yang optimal, untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi.

B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK1. Pengertian Belajar Menurut Pnadangan Teori BehavioristikTeori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus clan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika iya telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku (Budiningsih, 2005 : 3)Pandangan behavioristik mengatakan pentingnya masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respons. Apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur, tetapi yang bisa diarnati dan diukur hanyalah stimulus clan respons.Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positivereinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negativereinforcement) maka respons akan tetap menguat. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorridike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.Aplikasi teori ini dalam pembelajaran bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas mimetik yang menuntut stswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pernbelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil dan evaluasi menuntut jawaban benar. Jawaban yang benar rnenunjukkan bahwa siswa telah menyelesalkan tugas belajanya.2. Teori Belajar Menurut ThorndikeMenurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saia yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut rnaka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diarnati. Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Coymechonism).3. Teori Belajar Menurut WatsonWatson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus clan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapatdiamati (observabeo) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanyaperubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tidak perlu diperhitungkan. la tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diarnati.Watson adalah seorang behavioris mumi, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan per-ubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar. Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.4. Teori Belajar Menurut Clark HullClark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh o1eh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, sernua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalarn belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul munakin dapat bermacam-macam bentuknya. Dalarn kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama Skinner mempekenalkan teorinya. Namun teori ini masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.5. Teori Belajar Menurut Edwin GuthrieDemikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus todak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana dijelaskan oleh Clark Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering, mungkin cliberikan stimulusagar hubungan antara stimulus clan respon berstfat lebih tetap. la juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bukan menetap, maka diperlukanberbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) mernegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcemont) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.6. Teori Belajar Menurut SkinnerKonsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. la mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih konfrehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Dikatakannya bahwa respon yang diberikan oleh seseorang/siswa tidaklah sesederhana itu. Sebab, pada dasamya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan ini pun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengar-uhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dari berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagal akibat dari respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan mengunakan perubahann-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab, setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian dan seterusnya.Pandangan teori behavioristik ini cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik. Namun dan semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul danprogram-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.C. TEORI BELAJAR KOGNITIFPengertian belajar menurut teori kognitif (Budiningsih, 2005 : 51) adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.Para pakar toeri kognitif antara lain Piagget, Bruner dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.Dari kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran yang disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbecahan individual pada diri siswa perlu diperhankan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.D. TEORI KONSTRUKTIVISTIKGagasan pokok konstruktivistik dimulai oleh Giambatissta Vico, seorangepistemologydari Italia. Tahun 1710, Vico telah mengungkapkan "Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya". Dia menjelaskan bahwa Tuhan yang tahu tentang seluk beluk alam semesta, karena Dia yang membuatnya dan dari apa la buat. Sementang itu manusia mengetahui sesuatu yangtelah dikonstruksinva. Vico menyebutkan bahwa pengetahuan selalu menunjukkan kepada struktur konsep yang dibentuk dan pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu (Yamin, 2008 : 7).Pandangan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi (2005 : 70) bahwa "konstruktivistik bertitik tolak darl pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dirniliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya".Konstruktivisme dalarn bidang pendidikan dikembangkan oleh Jean Piaget dari Swiss dan Vygotsky dari Rusla (Trianto, 2007 : 13).Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget dalam bidang pendidikan dikenal dengan nama konstruktivisme kognitif ataupersonalconstrustivism.Konstruktivisme personal lni dikembangkan melalui eksperimen yang, dilakukan untuk mengetahui perkembangan pengetahuan anak, dengan jalan melakukan wawancara dan mengobservasi kegiatan serta tingkah laku anak. Jean Piaget menekankan bahwa seseorang rnembangun pengetahuarmya melalui berbagai jalur, misalnya membaca, menelusuri, melakukan eksperimen terhadap lingkungannya dan lain-lain. Adanya rekonstruksi dalam pengetahuan seseorang juga iya yakin, karena di samping berinteraksi dengan lingkungan, kesiapan mental anak dan perkembangan kognitif ikut berperan dalam mengkonstruksi ataupun merekonstruksi pengetahuan. Sementara konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah konstruktivisme sosial karena menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan sosialnya. Melalui interaksi antara individu dengan lingkungan misalnya melalui diskusi belajar kelompok dapat terjadi rekonstruksi pengetahuan seseorang. Perubahan konsepsi anak dari prakonsepsi, yaltu konsepsi yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, teman atau orang tua, juga dapat direkonstruksi setelah ia menjalani proses belajar melalui guru pada pendidikan formal (Poedjiadi, 2005:71-72).Konstruktivisme kognitif maupun konstruktivisme sosial dapat diterapkan dalam bidang pendidikan namun fokus perhatiannya berbeda. Konstruktivisme kognitif menitik beratkan pada individu yang melakukan kegiatan, sedangkan konstruktivisme sosial menitik beratkan pada interaksi antar individu.Teori konstruktivislik memandang bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Kegiatan belajar lebih dipandang darl segi prosesnya darl pada segi perolehan pengetahuan dan fakta-fakta yang terlepas-lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu dilakukan rnelalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik. yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Oleh karena ituu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti ijazah dan sebagainya.Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan baru. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menvusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggun jawabkan pemikirannya secara rasional. Guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa be jalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimillikinya, melainkan mernbantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya untuk membantu pembentukan pengetahuan siswa. Evaluasi konstruktivistik menggunakangoal-freeevaluationyaitu suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi seperti tingkat penemuan pada taksonomi Merril, atau strategi kognitif dari Gagne, serta sintesis pada taksonomi Bloom. Juga mengkonstruksi pengalaman siswa dan mengarahkan evaluasi pada konteks yang luas dengan berbagai perspektif (Budiningsih, 2004 : 59).Strategi kognitif menurut Gagne adalah suatu macam keteramplian intelektual khusus (berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan) yang mempunyai kepentingan tertentu baik belajar dan berpikir. Dalam teoni belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang cligunakan siswa (orang yang belajar) unluk mernilih dan mengubah cara-cara membenikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir (Dahar, 1989 : 1338-139).Sementara menurut Bloom, berpikir merupakan tujuan belajar setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar dirumuskan dalam tiga kawasan atau ranah yang lebih dikenal dengan Taksonorni Bloom, salah satunya ranah kognitif yang terdiri dan enarn tingkatan, yaitu (1) pengetahuan; (2) pemahaman; (3) aplikasi; (4) analisis; (5) sintesis; dan (6) evaluasi (Gulo, 2002 : 571).Menurut Yamin, (2008 : 54), ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut :1.Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalarnan atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.2.Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia3.Belajar merupakan proses yang aktif di mana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.4.Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negoslasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerjasama dengan orang lain.5.Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas bukan merupakan kegiatan yang terpisah.Sementara menurut Siroj (http://www.depdiknas.go-id/Jurnal/43rusdy-a-siroj.htm), ciri-ciri pembelajaran pendekatan konstruktivistik adalah1.Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.2.Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak sernua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesalkan dengan berbagai cara.3.Mengitegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konknit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.4.Mengentegrasikan pembelajaran sehingga mernungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.5.Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pernbelajaran menjadi lebih efeklif6.Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga menjadi menarik dan siswa mau belajar.Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik telah melahirkan berbagai macam model pembelajaran, dan dari berbagai macam model pembelaiaran tersebut terdapat pandangan yang sama, bahwa dalam proses belajar siswa adalah pelaku aktif kegiatan belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dirnilikinya.E. TEORI BELAJAR HUMANISTIKMenurut teori hurnanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia (Gintings, 2008 : 28). Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannva dan dirinya sendiri atau siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik yaitu teori yang dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai,Beberapa tokoh penganut aliran hurnanistik diantaranya adalah:1.Kolb, dengan korisepnya tentang empat tahap dalarn belajar yaitu : pengalaman konkret, pcngalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi dan eksperimentasi aktif2.Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu aktifis, reflektor, teori dan fragmatis.3.Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu : belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.4.Bloorn dan Krathwohl dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, afektif dan psikornotor.5.Ausubel, walaupun termasuk juga dalam aliran kognitifisme, terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (meaningfullearning).Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembeiajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini amat memetingkan faktor pengalaman dan keterlibatanF. TEORI BELAJAR SIBERNETIKMenurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Budiningsih, 2005 :81). Teori lebih mementingkan sistem informasi dan pesan atau materi yang dipelajari.Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi tidak ada satu jenispun cara belajar untuk segala situasi sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dan proses penyadian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis darl informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampa informasi yang diinginkan diperoleh.Teori ini dikembangkan oleh antara lain Gage dan Berliner, Blehler dan Snowman, Hame serta Tennyson.G. TEORI BELAJAR REVOLUSI-SOSIOKULTURALTimbulnya keprihatinan terhadap perubahan kehidupan masyarakat dewasa ini dengan maraknya berbagai problem sosial seperti ancaman disintegrasi yang disebabkan ole fantisme dan primordialisme, dan lunturnya nilai-nilai kekeluargaan, serta merebaknya kejahatan yang disebabkan oleh lemahnya modal sosial (socialcapital) mendorong mereka yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk mengkaji ulang paradigma pendidikan dan pembelajaran yang menjadi acuan selama ini. Tentu saja pendidikan bukan satu-satunya lembaga yang harus bertanggung jawab untuk mengatasi semua masalah tersebut. Namun pendidikan mempunvai kontribusi besar dalam upaya mengatasi berbagai persoalan sosial.Aliran behavioristik yang banyak di gunakan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran selarna ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan ini banyak dianut dalarn praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran mulai darl pendidikan tingkat yang paling dini hingga pendidikan tinggi, namun teryata tidak mampu menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global. Hasil pendidikan tidak mampu menumbuh kembangkan anak-anak untuk lebih menghargai perbedaan dalarn konteks sosial budaya yang beragam. Mereka kurang mampu berpikir kreatif, kritis, dan produktif, tidak mampu mengambil keputusan, mernecacah masalah, dan berkolaborasi serta pengelolaan diri.Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan irnplikasi kontraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerninkan ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya Barat. Pendekatan int kurang sesuai dengan tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir ini.Pandangan yang dianggap mampu mengakomodasikan tuntutansociocultural-revolutionadalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky Dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, bukan sekedar dari individu itu sendiri (Trianto, 2007 : 27).Konsep-konsep penting dalam teori Vygotsky ini adalahgenetic low of development,zona of proximal developmentdan mediasi, mampu mernbuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.Kegiatan pembelajaran menurut teori ini menginginkan anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximainva atau potensinva melalul belajar dan berkembang. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat mernfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang, lain atau teman yang lebih kompeten. Bentuk--bentuk- pembelajaran kooperatif-kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan. Sedangkan anak yang telah mampu belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada di bawahnya.H. TEORI BELAJAR KECERDASAN GANDAKecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Gardner dan dikembangkan tokoh-tokoh lain, terdiri dari kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, kecerdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh gerak tubuh, kecerdasan musikal/ritmik, kecerdasan interpersonal, keeerdasan intrapersonal, kecerdasan naturals, kecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan keterampilan hidup (Budiningsth, 2005 : 122).Semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya berbeda-beda pada rnasing-masing orang dan pada masing-masing budaya, namun secara keseluruhan sernua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol keeerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.Strategi pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi dasar pembelajaranya dimulai dengan (1) membangun/memicu ke-cerdaas-an, (2) Mernperkuat kecerdasan, (3) mengajarkanDengan atau untuk kecerdasan dan (4) mentransfer kecerdasan. Sedangkan kegiatan-kegiatannya dapat dilakukan dengan cara menyediakan hal-hal karir, studi tour, blografi, pembelajaran terprogram, eksperimen. majalah dinding, papan display, membaca buku-buku untuk mengembangkan kecerdasan ganda (human intelligence hunt).

ASAS PEMBELAJARANI. PENDAHULUAN Pencapaian belajar merupakan muara dari seluruh aktivitas pembelajaran. Agar tujuan belajar dapat dicapai, maka guru hendaknya memperhatikan secara cermat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi atau menentukan tercapainya tujuan belajar, sehingga potensi yang ada dapat didayakan secara optimal untuk mendukung tercapainya tujuan. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan guru adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip belajar dan asas-asas pembelajaran. Pemahaman dan ketrampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran akan membentuk guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. Pikiran-pikiran utama yang terdapat dalam prinsip, strategi, dan tahapan KBM PAI meencerminkan bahwa pembelajaran PAI tidak sederhana dalam proses penyampaianya. Tetapi lebih jauh dari itu, fungsi dan peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya, konsekuensi dari pemikiran tadi, maka pengembangan pembelajaran PAI memerlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan. Dan perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang menyokong pembelajaran PAI.

II. RUMUSAN MASALAHA. Bagaimana Pengertian Asas-asas Pembelajaran?B. Apa Saja Macam-macam Asas Pembelajaran?C. Apa Pentingnya Asas-asas Pembelajaran?D. Bagaimana Praktek Asas-Asas Pelajaran Dalam Mapel PAI?

III. PEMBAHASANA. Pengertian Asas-asas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asas adalah hukum dasar; suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikan pokok berpikir, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas dan prinsip sebenarnya adalah sama, karena menjadi pokok dasar baik bertindak maupun berpikir. Pembelajaran (instruction) adalah suat usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suat kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (instruksional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Dengan demikian inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya.Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetisi dasar. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi peserta didik.Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar.

B. Macam-macam Asas Pembelajaran1. Peragaan Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa pada tingkat dasar. Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat. Agar peragaan berkesan secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda atau model yang diperagakan terbatas pada luarnya saja, tetapi harus mencapai berbagai segi,dianalisis, disusun, dan dibanding-bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap.Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut beberapa aspek:a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.b. meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.d. Menyelenggarakan karya wisata. Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung, dengan menunjukkan benda tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.

2. Minat dan Perhatian Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar, perhatian akan timbul dari siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhanya. Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan perhatian peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha menghindarkan hukuman.d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.

3. Motivasi Motivasi bersal dari bahasa latin movere, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.Sedangkan Imron (1996) menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi.Motivasi adalah dorongan bagi seseorang untuk kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat, yang berasal dari diri sendiri disebut motivasi instrinsik, kemudian dorongan dari luar disebut motivasi ekstrinsik.Motivasi instrinsik, misalkan saja siswa belajar bersungguh-sungguh untuk menguasai pelajaran yang diajarkan. Kemudian motivasi ekstrinsik dapat dilakukan oleh guru, sehubungan dengan itu S. Nasution membedakan macam-macam motivasi sebagai berikut:1. Memberi angka, angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan belajar.2. Hadiah, dapat membangkitkan motivasi dalam hal pekerjaan atau belajar, namun hadiah dapat merusak jiwa manakala membelokkan pikiran dan jiwa dari tujuan yang sebenarnya.3. Persaingan, dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi , dapat mempertinggi hasil belajar anak bilamana dilakukan dengan cara positif.4. Tugas yang menantang, memberi tugas yang menantang mendorong siswa untuk belajar secara serius.5. Pujian, merupakan motivasi yang baik bila diberikan dengan benar dan beralasan.6. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak, hendaknya diberikakn secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari kesalahnya.7. Celaan, secara psikologis dapat merusak jiwa anak, anntara lainmenjadi frustrasi dalam belajarnya dan menimbulkan dendam terhadap guru.8. Hukuman, sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam.

4. ApersepsiApersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya.Ahli psikologi mendenifisikan apersepsi adalah bersatunya memori yang lama dengan yang baru pada saat tertentu. Untuk menetapkan asas-asas apersepsi dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:a. Sebelum pelajaran dimulai guru mencari titik tolak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan.b. Dalam menjelaskan pelajaran dapat digunakan teknik induktif, yaitu dari contoh menuju hukum, dari yang khusus menuju yang bersifat umum, dari konkret ke abstrak.

5. Korelasi dan Konsentrasi Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan minat dan perhatian siswa.Hendaknya guru juga menghubungkan pelajaran dengan realita sehari-hari.Ada tiga tahapan dalam pelaksanaanya, yakni:a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga, supaya kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok diberi permasalahanya masing-masing.b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini kelompok-kelompok diterjunkan langsung kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan ditulis lengkap, para siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak sebagai pedamping.c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau diskusi panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif.

6. Kooperasi Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi. Adapun pengelompokan kelompok itu biasanya didasarkan pada: a. adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, b. kemampuan belajar siswa, c. memperbesar partisipasi siswa, d. pembagian tugas dan kerja sama. Yang dimaksud dengan kooperasi di sini adalah belajar atau bekerja sama (kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:a. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar individual.b. Pendapat yang dituangkan dalam kelompok lebih meyakinkan dibandingkan pendapat individual.c. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki, dan menghilangkan egoisme.Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja sama tersebut antara lain:a. Kerja Kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis masalah, pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.b. Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu mengutamakan pemecahan masalah.Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, lima unsur tersebut adalah:a. Positive interdependensi (saling ketergantungan positif).b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif).d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).e. Group Processing (pemrosesan kelompok). Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak hanya mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk mengembangkan kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya sendiri, hakikat hubungannya dengan orang lain dan lingkungan.

7. Individualisme Asas individualitas pada hakikatnya bukan lawan dari kooperasi. Asas ini dilatarbelakangi oleh perbedaan siswa baik dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis dan kecepatan mereka menerima pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Di samping itu para siswa juga berbeda dalam bentuk fisik ataupun mental , oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru menyesuaikan kondisi siswa dengan materi yang diajarkan. Untuk menyesuaikan kondisi siswa dapat dilakukan pengelompokan, misalkan saja menjadi tiga, kelompok A, B dan C. Guru membuat pengelompokan siswa atas dasar kemampuan yang relatif sama, menerapakan cara belajar tuntas, mengembangkan proses belajar mandiri. Beberapa cara penggunaan sumber lingkungan:a. Membawa siswa keluar lingkungan kelas, misal karyawisata.b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas, misal benda-benda, Resources person.Cara-cara menyelesaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:a. Pengajaran individual, siswa diberikan tugas menurut kemampuan masing-masing.b. Tugas tambahan, diberikan pada siswa yang lebih pandai disamping tugas yang bersifat umum dengan demikian kondisi kelas dapat terpelihara.c. Pengajaran proyek, siswa mengerjakan sesuatu yang sesuai minat dan kesanggupan.d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi beberapa kelompok dengan kesanggupan yang sama.

8. Evaluasi Yang dimaksud evaluasi di sini adalah penilaian guru terhadap proses kegiatan belajar-mengajar. Penilaian tersebut untuk mengetahui sejauh mana tujuan pengajaran sudah tercapai, selain itu pula untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada akhir semester saja tetapi setiap jam juga bisa karena akan berguna untuk mengetahui kemajuan hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi berkenaan dengan dua aspek yaitu aspek guru dan aspek belajar siswa.

C. Arti Penting Asas-asas Pembelajaran Sebelum membahas peranan atau arti penting asas pembelajaran, akan disinggung sedikit tentang didaktik dan metodik. Didaktik dapat dipahami dengan suatu ilmu yang membicarakan prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran.Didaktik adalah sebagian dari pedagogik atau ilmu mengajar.Didaktik dapat dibagi menjadi dua yaitu didaktik umum (prinsip-prinsip umum yang berkenaan dengan penyajian bahan pelajaran) dan didaktik khusus (membicarakan tentang cara mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu). Didaktik khusus juga disebut dengan Metodik atau disebut dengan metodologi Pengajaran dan terbagi dalam dua bagian, metodik umum dan khusus.Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas atau prinsip pembelajaran adalah bagian dari metodologi pembelajaran.Adapun peranan atau arti penting asas atau metodologi pembelajaran agama bagi calon guru atau pendidik agama adalah:1. Membahas tentang berbagai prinsip, teknik-teknik, pendekatan yang digunakan. Dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah yang layak dipakai.Sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.2. Terlalu luasnya materi agama dan sedikitnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan bahan, dalam hal ini bagaimana seorang guru berusaha mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan agama. Di sinilah fungsi metodologi pengajaran agama, jika seorang guru mempelajarinya dengan baik dapat memahami desain dan rancangan yang sesuai dengan pengajaran.3. Sifat pengajaran agama lebih banyak menekankan pada segi tujuan afektif (sikap) dibanding tujuan kognitif, menjadikan guru agama lebih bersifat mendidik dari pada mengajar. Metodologi pengajaran agama turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap calon guru yang diharapkan.

D. Praktek Asas-asas Pembelajaran dalam Mapel PAI Bilamana dikaitkan dengan pengajaran agama islam yang harus disampaikan siswa di sekolah maupun madrasah, maka batasannya terletak pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok dalam penyampaian materi dan prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diterapkan.Pendidikan agama diartikan suat kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agami dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak. Metodologi ilmu Pengajaran Agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada islam untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Strategi atau pendekatan yang digunakan dalam pengajaran agama islam lebih banyak menekankan pada suat model pengajaran seruan dan ajakan yang bijaksana dan pembentukan sikap manusia (efektif). Sebagaimana yang terkandung dalam Qs. An-Nahl: 125. Dari kandungan ayat al-Quran tersebut ada dua pendekatan yang digunakan untuk menyeru taat kepada Tuhan, yaitu dengan Hikmah, Mauidzah (nasehat), sedangkan teknik yang dipakai adalah salah satunya apabila melakukan diskusi dilaksanakan dengan baik dan tertib.Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sering ditekankan CBSA (cara belajar siswa aktif) serta penerapannya pada bidang studi PAI, dalam penerapannya dapat dilakukan beberapa tahap:1. Pra-intruksional2. Instruksional3. Evaluasi4. Pengembangan (follow-up) Guru harus memulai dari dirinya sendiri, apabila ingin siswanya aktif maka seorang guru tersebut harus lebih aktif terlebih dahulu. Penerapan asas-asas pembelajaran tidak berdiri sendiri melainkan saling bertautan. Misalkan saja penggunaan prinsip atau asas peragaan, pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam, guru memperlihatkan gambar tokoh, peta kekuasaan islam, gambar peninggalan-peninggalan, tahap awal guru menampung pertanyaan dari siswa untuk meng-evaluasi kemampuan siswa dan juga untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa, kemudian tahap akhir guru memberi pertanyaan pada siswa untuk meng-apersepsi supaya siswa lebih paham dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui siswa. Dengan demikian secara bersamaan minat dan perhatian siswa juga akan muncul, hal itu juga merupakan bagian dari guru me-motivasi siswa.Keterampilan Proses SainsKeterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian (Devi, 2011).Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas (Wikipedia, 2011).Perkembangan ilmu pengetahuan sains berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan Sains hari ini adalah teknologi hari esok merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Oleh karena itu, proses pelaksanaan pendidikan harus mencakup perkembangan teknologi dan sains demi kebutuhan manusia di masa yang akan datang.Menurut Blosser (1973), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan (Devi, 2011). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium Biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2003).Keterampilan Proses DasarAmerican Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), bahwa pengklasifikasian keterampilan proses dasar yaitu:1. Observasi (pengamatan)Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang, pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih siswa mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan untuk melakukan pengamatan suatu objek.2. Measuring (pengukuran)Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini:a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek.Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan, perbedaan dan hubungan timbal baliknya.3. Inferensi (menyimpulkan)Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.4. Prediksi (meramalkan)Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan.5. Clasifying (menggolongkan)6. Communication (komunikasi)Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di kelas, agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum.Menurut Rezba (1999), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).Keterampilan Proses TerpaduVariabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan suhu diukur dalam thermometer.Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran berikut:a. Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu eksperimen.b. Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu eksperimen.c. Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis atau deskripsi suatu eksperimen.Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu variabel manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol. Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi. Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan manipulasi. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap variabel respon.Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membentuk pola atau beberapa kecenderungan.Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terdapat variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini merupakan komponen keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu harus sering di ulang-ulang.Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.Pentingnya Keterampilan Proses SainsPenguasaan keterampilan proses dapat diukur dengan tes penampilan. Tes penampilan (performance assesment) dapat diobservasi, jawabannya dapat secara tertulis atau lisan. Dalam tes penampilan dapat diketahui keterampilan dan cara berpikir responden atau siswa. Tes penampilan masih sangat jarang dilakukan.Dalam setiap tujuan pembelajaran (umum) untuk masing-masing pokok bahasan atau konsep terdapat kata kerja berkenaan dengan perilaku dan cara mencapainya. Misalnya rumusan tujuan berikut: siswa memahami ketergantungan antar makhluk hidup dengan melakukan pengamatan dan menafsirkan hasil pengamatannya. Dalam rumusan tersebut nampak ada konsep dan keterampilan proses sains (melakukan pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan).Jika rumusan tujuan berikut: siswa mampu melakukan percobaan tentang arus listrik, energi dan sumber energi listrik serta mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rumusan tujuan tersebut tujuan utamanya adalah keterampilan proses (mampu melakukan percobaan, menerapkan pengetahuan) tentang konsep (arus listrik, energi, dan seterusnya). Dari kedua contoh rumusan tujuan tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa keterampilan proses sains harus melalui pembelajaran konsep dan menghasilkan pengalaman belajar siswa (Rustaman, 2003).Menurut Semiawan (1992:14-15) dalam Nuh (2010), terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu :1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa,2. Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret,3. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif,4. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.Menurut Nuh (2010), beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan proses sains yang dituntut untuk dimiliki siswa. Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar.Komponen Penilaian Keterampilan Proses SainsMetode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang paut (relevant) dengan maksud dan tujuan. Unsur-unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara penghampiran (approach) persoalan, dan rancang bangun alas data (database) . wawasan intelektual berkenaan dengan nalar, tanggap rasa, cerapan, pengalaman, dan ilmu pengetahuan.Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk memperluas atau memperkaya cerapan. Cerapan adalah seni merangkaikan sesuatu yang terhayati dengan tanggap rasa dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Cerapan digolongkan seni karena banyak melibatkan bakat atau pembawaan. Alas data adalah cerminan citra tentang kenyataan yang dimiliki seorang peneliti atau cerapan peneliti tentang kenyataan (Notohadiprawiro, 2006).Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan empirisme. Menurut Notohadiprawiro (2006), metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasionalisme landasan pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subjektif karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat. Menurut Bashiruddin (2011), perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses SainsPenilaian merupakan proses pemberian atau penentuan nilai kepada objek berdasarkan criteria tertentu. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian keterampilan proses sains merupakan pendekatan untuk mengukur dan menilai kemampuan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas atau dalam mempertunjukkan kegiatan. Kinerja merupakan tanggapan aktif siswa secara langsung atau tidak langsung yang berupa proses atau prosedur atau hasil.Cara Mengukur Keterampilan Proses Sainsa. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains1. Karakteristik umum, yaitu:a Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar poko uji tidak rnacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.b Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa. Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.c Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.2. Karakteristik khusus, yaitu:a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnyab. Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan polac. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentukd. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalane. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikang. Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan peubahh Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya. Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.b. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sainsPenyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu menyajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e (Rustaman, 2003).c. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses SainsPokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).