bronkiektasis.docx

8
Bronkiektasis Adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi(ektasis) dan distorsi bromkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau irreversible. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil sedangkan bronkus besar umumnya jarang. Etiologi Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. Kelainan kongenital Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetic atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital mempunyai ciri sebagai berikut. Pertama, bronkiektasis mengenai hamper seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. Kedua, bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lainnya, misalnya: Mucoviscidosis (Cystic pulmonary fibrosis), sindrom Kartagener (bronkiektasi kongenital, sinusitis, paranasal dan situs inversus) , hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yang satu dengan

Upload: melissa-trixiana

Post on 25-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bronkiektasis

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkiektasis.docx

Bronkiektasis

Adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi(ektasis) dan distorsi bromkus

local yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau irreversible. Kelainan bronkus

tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-

elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus

yang terkena umumnya adalah bronkus kecil sedangkan bronkus besar umumnya jarang.

Etiologi

Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada

kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

Kelainan kongenital

Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetic

atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting. Bronkiektasis yang

timbul kongenital mempunyai ciri sebagai berikut. Pertama, bronkiektasis mengenai hamper

seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. Kedua, bronkiektasis kongenital sering

menyertai penyakit-penyakit kongenital lainnya, misalnya: Mucoviscidosis (Cystic pulmonary

fibrosis), sindrom Kartagener (bronkiektasi kongenital, sinusitis, paranasal dan situs inversus) ,

hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yang satu dengan

bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan

dengan kongenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan,

kifoskoliosis bawaan.

Kelainan didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat

proses berikut :

Infeksi

Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak menderita pneumonia yang sering

kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertussis

maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.

Page 2: Bronkiektasis.docx

Obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus yang dimaksudkan disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab :

korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.

Menurut peneitian para ahli diketahui bahwa adanya infeksi ataupun obstruksi bronkus tidak

selalu nyata (automatis) menimbulkan bronkiektasis. Oleh karenanya diduga mungkin masih

ada faktor intrinsic (yang sampai sekarang belum diketahui) ikut berperan terhadap

timbulnya bronkiektasis.

Patogenesis

Pathogenesis bronkiektasis tergantung faktor penyebabnya. Apabila bronkiektasis timbul

kongenital, patogenesisnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan faktor genetic serta

faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronkiektasis yang

didapat, patogenesisnya diduga melalui beberapa mekanisme. Ada beberapa faktor yang di duga

ikut berperan antara lain : 1). Faktor obstruksi bronkus, 2). Faktor infeksi pada bronkus atau

paru, 3). Faktor adanya beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru, asthmatic pulmonary

eosinophilia dan 4). Faktor intrinsic dalam bronkus atau paru

Permulaannya didahului adanya faktor infeksi bacterial

Mula-mula karena adanya infeksi pada bronkus atau paru, kemudian timbul

bronkiektasis. Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Secara ringkas dapat dikatakan pada infeksi

pada bronkus atau paru, akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan

kemudian timbul bronkiektasis.

Permulaannya didahului adanya obstruksi bronkus

Adanya obstruksi bronkus oleh beberapa penyebab( misalnya tuberculosis kelenjar limfe

pada anak; karsinoma bronkus, korpus alienum dalam bronkus) akan diikuti terbentuknya

bronkiektsis. Pada bagian distal obstruksi biasanya akan terjadi infeksi dan destruksi bronkus,

kemudian terjadi bronkiektasis. Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Pada bronkiektasis

didapat, pada keadaaan yang amat jarang, dapat terjadi atau timbul sesudah masuknya bahan

kimia kororsif ( biasanya bahan hidrokarbon) ke dalam saluran napas, dan karena terjadinya

aspirasi berulang bahan/cairan lambung kedalam paru.

Page 3: Bronkiektasis.docx

Seperti diketahui, bronkiektasis merupakan penyakit paru yang mengenai bronkus dan

sifatnya kronik. Keluhan – keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap. Keluhan-

keluhan yang timbul berhubungan erat dengan : 1). Luas atau banyaknya bronkus yang terkena,

2). Tingkat beratnya penyakit, 3). Adanya akibat lanjut bronkiektasis atau komplikasi dan

sebagainya. Kerusakan dinding bronkus berupa dilatasi dan distorsi dinding bronkus, kerusakan

elemen elastis, tulang rawan otot-otot polos, mukosa dan silia, kerusakan tersebut akan

menimbulkan stasis sputum, gangguan epkspektorasi, gangguan reflek batuk dan sesak napas.

Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogeneisis bronkiektasis, dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Infeksi pertama (primer)

Kecuali pada bentuk bronkiektasis kongenital, tiap bronkiektasis kejadiannya didahului

oleh infeksi bronkus (bronchitis) maupun jaringan paru (pneumonia), masih menjadi pertanyaan

apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronkiektasis tersebut disebabkan oleh bakteri atau

virus. Menurut hasil penelitian para ahli terdahulu ditemukan bahwa infeksi yang mendahului

bronkiektasis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorganisme penyebab pneumonia atau bronchitis

yang mendahuluinya. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan

kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronkiektasis sedangkan infeksi virus tidak

dapat. Boleh jadi bahwa pneumonia atau brobkitis yang mendahului bronkiektasis tadi didahului

oleh infeksi virus (misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak dan sebagainya).

Infeksi sekunder

Tiap pasien bronkiektasis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi (daerah

bronkiektasis). Secara bronkiektasis bersifat mukoid dan putih jernih, menandakan tidak atau

belum ada infeksi sekunder. Sebaliknya apabila sputum pasien yang semula berwarna putih

jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti

telah terjadi infeksi sekunder. Untuk menentukan jenis kumannya bias dilakukan pemeriksaan

mikrobiologis. Sputu, berbau busuk menandakan adanya infeksi sekunder oleh kuman anaerob.

Contoh kuman anaerob ini misalnya: Fusifornis fusiformis, Treponema vincenti, anaerobic

streptococci dan sebagainya. Kuman-kuman aerob yang sering ditemukan dan menginfeksi

Page 4: Bronkiektasis.docx

bronkiektasis misalnya : Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Klebsiella ozaena

dan sebagainya.

Gejala klinis

Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas dan

beratnya penyakit, lokasi kelainannya da nada atau tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas

penyakit ini adalah batuk kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptysis dan pneumonia

berulang. Gejala dan tanda klinis tersebut dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan

dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Bronkiektasis yang mengenai

bronkus pada lobus atas sering dan menimbulkan gejala

Keluhan-keluhan

Batuk

Batuk pada bronkiektasis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik

dan frekuensi mirip seperti bronchitis kronik, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya

banyak teruama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau

tidak ada infeksi sekunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder

sputumnya purulent, dan dapat memebrikan bau mulut yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi

sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau bususk. Pada kasus

yang ringan, pasien dapat tanoa batuk atau hanya timbul batuk apabila ada infeksi sekunder.

Pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronkhlectesis, sputum jumlahnya

banyak sekali, purulent, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi tiga

bagian : a). lapisan teratas agak keruh terdiri atas mucus; b). lapisan tengah jernih terdiri atas

saliva dan c). lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang

rusak.

Hemoptysis

Hemoptisis terjadi kira-kira pada50% kasus bronkiektasis. Kelainan ini terjadi akibat

nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah dan timbul perdarahan.

Perdarahan yang terjadi bervariasi, mulai yang paling ringan sampai perdarahan yang cukup

banyak yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang

Page 5: Bronkiektasis.docx

mengenai cabang arteri bronkialis. Pada dry bronchiectasis , hemoptysis justru merupakan gejala

satu-satunya karena bronkiektasis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya baik, sputum

tidak pernah menumpuk dan kurang menimblukan refleks batuk. Pasien tanpa batuk atau

batuknya minimal. Dapat diambil pelajaran bahwa apabila ditemukan kasus hemoptysis hebat

tanpa adanya gejala gejala-gejala batuk sebelumnya atau tanpa kelaian fisis yang jelas hendaknya

diingat dry bronchiectasis ini. Hemoptysis pada bronkiektasis walaupun kadang-kadang hebat

jarang fatal. Pada tuberculosis paru, bronkiektasis ini merupakan penyebab utama komplikasi

hemoptysis.

Sesak napas (dyspnea)

Pada sebagian besar pasien ditemukan keluha sesak napas. Timbul dan beratnya sesak

napas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi serta seberapa jauh

timbulnya kolaps paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang

(ISPA), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak napas

tadi. Kadang-kadang ditemukan pula suara mengi (wheezing) akbit adanya obstruksi bronkus.

Wheezing dapat local atau tersebut pada distribusi kelainnya.

Demam berulang

Bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi

berulang pada bronkus maupun pada paru sehingga sering timbul demam (demam berulang).