budaya k3

15
MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BUDAYA K3 Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah K3 Semester / Prodi : 3 (Ganjil) / P.T Mekatronika S1 Disusun Oleh : 1. Bensar R.B 11518241001 2. Bani Asrofudin 11518241006 3. Muhammad Aqimudin 11518241025 4. Anwar Nurkhoiruddin 11518241032 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Upload: riza-noor-arfani

Post on 31-Oct-2014

1.152 views

Category:

Documents


201 download

DESCRIPTION

MAKALAH BUDAYA K3

TRANSCRIPT

Page 1: BUDAYA K3

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BUDAYA K3

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah K3

Semester / Prodi : 3 (Ganjil) / P.T Mekatronika S1

Disusun Oleh :

1. Bensar R.B 11518241001

2. Bani Asrofudin 11518241006

3. Muhammad Aqimudin 11518241025

4. Anwar Nurkhoiruddin 11518241032

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 2: BUDAYA K3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Budaya K3”.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan

makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada

mereka yang telah memberikan bantuan, dan semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa

saja yang membacanya, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin. 

Yogyakarta 24 Desember 2012

Penulis

i

Page 3: BUDAYA K3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Budaya K3..................................................................................................1B. Tujuan dari Budaya K3.................................................................................................2

BAB II

A. Bagaimana Menanamkan Budaya K3 di Perusahaan?.....................................3B. Kendala dalam Penerapan Budaya K3..............................................................4

BAB III

KESIMPULAN...................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................7

ii

Page 4: BUDAYA K3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Budaya K3

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya adalah suatu

pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek

budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar

dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Budaya K3 adalah sifat,sikap dan cara hidup(bekerja) dalam perusahaan /

individu, yang menekankan pentingnya keselamatan. Oleh karena itu, budaya k3

mempersyaratkan agar semua kewajiban yang berkaitan dengan keselamatan harus

dilaksanakan secara benar, seksama, dan penuh rasa tanggung jawab.

Istilah budaya keselamatan (safety culture) pertama kali tertera dalam laporan

yang dibuat oleh International Nuclear Safety Advisory Group (INSAG) pada tahun

1987 yang membahas peristiwa “Chernobyl”. Atas dasar itu, International Atom

Energy Agency (IAEA) menyusun konsep atau model dan metoda pengukuran

Budaya Keselamatan untuk instalasi nuklir, sehingga istilah Budaya Keselamatan

menjadi dikenal secara internasional, khususnya dalam bidang keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

Budaya K3 di suatu perusahaan sebagai bagian dari budaya organisasi perusahaan

bisa dilihat dari tiga aspek, yaitu:

1.    Aspek psikologis pekerja terhadap K3 (Psychological aspects, what people feel,

what is believe)

2.    Aspek perilaku K3 pekerja (Behavioral aspects, what people do, what is done)

3.    Aspek situasi atau organisasi dalam kaitan dengan K3 (Situational aspects, what

organizational has, what is said)

1

Page 5: BUDAYA K3

Aspek pertama, apa yang dirasakan seseorang sangat terkait dengan aspek Pribadi

(PERSON), seperti misalnya cara pikir, nilai, pengetahuan, motivasi, harapan, dan

lain-lain.

Aspek kedua berkaitan erat dengan perilaku sehari-hari (BEHAVIOUR), seperti

misalnya perilaku sehari-hari di perusahaan, kebiasaan-kebiasaan dalam K3 dan

sebagainya.

Aspek ketiga berkaitan erat dengan situasi lingkungan kerja (ENVIRONMENT)

seperti apa yang dimiliki perusahaan/organisasi mengenai K3, contohnya Sistem

Manajemen K3, SOP, Komite K3, peralatan, lingkungan kerja, dan sebagainya.

Ketiga aspek tersebut satu sama lainnya saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi. Budaya K3 yang kuat tentunya akan ditandai dengan kuatnya tiga

aspek tersebut. Oleh karena itu, suatu perusahaan diharapkan mempunyai budaya

yang selalu meningkatkan K3 secara sinambung dimana K3 sudah menjadi nilai-nilai

pribadi dan tampil dalam kehidupan sehari-hari (continuous improvement culture,

behavior based culture), bukan hanya menjadikan K3 sebagai bagian dari visi dan

misi perusahaan yang tampak dari keberadaan sistem manajemen, SOP dan lain-lain

di perusahaan (organizational based culture, system based culture), apalagi hanya

menjadikan K3 sekedar mematuhi peraturan (compliance based culture, rule based

culture).  

B. Tujuan dari Budaya K3

Tujuan dari Budaya K3 itu sendiri adalah, agar para pekerja sadar akan

pentingnya K3. Bagaimanapun juga, keselamatan pekerja lebih penting daripada

apapun. Oleh karena itu setiap pekerja harus memiliki kesadaran untuk mengikuti

peraturan atau instruksi yang diberikan demi keselamatan mereka.

Tujuan selanjutnya adalah lebih mementingkan keselamatan daripada hasil kerja.

setiap pekerja ditekankan untuk menjaga keselamatannya saat bekerja, dan lebih

mementingkan keselamatan daripada hasil produksi. Apabila mereka berhadapan

dengan proses produksi yang ber resiko, tentu mereka harus menggunakan PAK yang

sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan.

2

Page 6: BUDAYA K3

BAB II

A. Bagaimana Menanamkan Budaya K3 di Perusahaan?

Sebuah perusahaan tentu mau tidak mau harus menerapkan dan menanamkan

budaya K3 kepada seluruh pekerjanya. Hal ini sudah menjadi kewajiban, karena

bagaimanapun juga, keselamatan pekerja merupakan hal yang penting. Dalam hal ini,

perusahaan memiliki banyak cara dalam menanamkan budaya K3 kepada para

pekerjanya, diantaranya :

1. DisiplinDisiplin merupakan salah satu faktor yang mendorong tercapainya

budaya K3 dalam sebuah perushaan. Setiap perusahaan harus

menanamkan kedisiplinan di setiap pekerjanya. Jika setiap pekerja sudah

disiplin, tentu mereka juga akan memperhatikan tentang keselamatan

dalam bekerja. Sehingga budaya k3 di perusahaan itu dapat terbentuk.

2. Menerapkan 5S

5S merupakan suatu Pembentukan program yang dimulai dari merubah

lokasi kerja, dari perubahan perilaku, yang pada akhirnya akan membentuk

sebuah sikap, dan jika hal tersebut sudah menjadi sikap kita hal itu akan

membentuk sebuah budaya baru dalam hidup kita.

a. Seiri (pemilahan) : memilih barang-barang yang masih terpakai

dengan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Kemudian,

mengelompokan barang-barang tersebut, dan kita identifikasi

kelayakan dari barang-barang yang sudah kita kelompokan.

b. Seiton (penataan) : Penataan atau penyimpanan dilakukan untuk

memudahkan kita dalam proses pencairan jika dibutuhkan. Pada

tahapan ini, Pelabelan akan membantu kita untuk mempermudah

pencairan.

c. Seiso (pembersihan) : Indikator penentu kebersihan pada suatu

tempat adalah debu. Jika, pada tempat kita masih terdapat debu jika

dicolek dengan telunjuk. Maka, tempat kita masih dinilai belum

bersih. Pembersihan ini juga berkaitan dengan kesehatan kita.

Dapat kita bayangkan berapa banyak partikel kecil tersebut

berterbangan dan terhirup masuk kedalam tubuh kita.

3

Page 7: BUDAYA K3

d. Seiketsu (pemantapan) : pemantapan terhadap 3 langkah

sebelumnya (seiri,seiton,seiso) agar peralatan dan fasilitas yang ada

dapat terjaga dan terpelihara. Serta tidak terdapat lagi barang yang

tidak diperlukan di tempat kerja, dan tidak terjadi ketidak teraturan

di tempat kerja dan tidak terdapat kotoran/kerusakan, serta

berusaha menjaga dan mempertahankan kondisi optimal.

e. Shitsuke (pembiasaan) : membiasakan para pekerja untuk bekerja

secara professional seperti pada 4s sebelumnya. Agar hal tersebut

menjadi sebuah rutinitas dan lama kelamaan akan membentuk

pribadi yang disiplin.

3. Menggunakan Poster

Cara ini bisa dibilang cara yang paling mudah, karena dengan

memasang poster di tempat kerja, para pekerja diharapkan selalu teringat

untuk membiasakan budaya K3 dalam setiap kegiatan kerja mereka.

Berikut adalah beberapa contoh poster K3 :

B. Kendala dalam Penerapan Budaya K3

Berbagai program secara global telah banyak dikembangkan untuk meningkatkan

Budaya K3, namun tidak sedikit kendala yang dihadapi dalam mengembangkan

budaya K3 diperusahaan. Salah satu kendala yang paling utama dan bersifat umum

4

Page 8: BUDAYA K3

serta banyak terjadi adalah kesalahan dalam memahami pengertian budaya K3 itu

sendiri. Sebagai contoh, hingga saat ini hampir sebagian besar dari kita selalu

memiliki kecenderungan untuk mengklasifikasikan setiap peristiwa kecelakaan karena

adanya kesalahan manusia (human error) akibat buruknya budaya keselamatan.

Padahal kesalahan manusia dapat terjadi didalam sebuah perusahaan/organisasi yang

mempunyai budaya selamat yang sangat baik sekalipun, karena kesalahan manusia

dapat terjadi akibat berbagai faktor.

Kendala lain adalah masih banyak orang yang menyukai paradigma“blaming the

person” yang memandang bahwa faktor kesalahan manusialah yang menjadi sumber

penyebab (causes) kecelakaan dan tidak beranggapan atau melihat faktor kesalahan

manusia sebagai sebuah akibat (effect) dari suatu keadaan. Pandangan yang demikian

ini tentu saja mempunyai dampak dalam pengembangan program yang selalu tertuju

hanya pada satu aspek saja sambil melupakan aspek2 penting lainnya dalam budaya

keselamatan.

Dari sudut pandang lain hambatan-hambatan dalam pengembangan program

membudayakan K3 seringkali disebabkan oleh masalah kesiapan dari organisasinya

sendiri terutama dari Budaya Organisasi perusahaan yang sering mempunyai orientasi

yang belum kuat dan tidak fokus terhadap masalah K3. Belum tingginya tingkat

kesadaran top Manajemen juga dapat menjadi hambatan karena masih memandang

K3 sebagai suatu biaya atau pengeluaran yang tidak terkait langsung dengan tingkat

produktifitas bahkan sering dipandang sebagai sesuatu yang memperbesar biaya

produksi. Hambatan lain yang juga sering menjadi pembicaraan umum adalah dari

aspek pekerja atau sumber daya manusia disetiap tingkatan yang umumnya masih

menganggap keselamatan bukan sebagai sebuah nilai penting karena tidak

terpaparnya mereka pada nilainilai K3 sejak dini dalam pendidikan formal maupun

pendidikan non formal.

5

Page 9: BUDAYA K3

BAB III

KESIMPULAN

Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menjadi Pilar dalam Kerangka

Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (The Pillars of Global Strategy of

Occupational Safety and Health). Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana

mengembangkan kerangka kerja membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

industri

Kemajemukan dan keragaman konsep Budaya K3, sebagai bagian dari budaya

organisasi, tidak perlu menjadi hambatan untuk mengembangkan konsep budaya K3 beserta

indikatornya yang komprehensif, universal, sederhana, jelas dan mudah diukur serta mudah

dipergunakan dalam menyusun program mengembangkan budaya K3 di perusahaan.

Indikator budaya K3 yang dipergunakan hendaknya tidak bersifat tunggal dan perlu meliputi

indikator aspek manusia dan organisasi-manajemen terutama aspek sistim manajemen K3 dan

penerapannya secara konsiten .

Program pengembangan budaya keselamatan diperusahan hendaknya tidak bersifat

tunggal dan perlu dilakukan dalam kerangka yang berkesinambungan sesuai dengan falsafah

‘continuous improvement’.

Berbagai hambatan yang ada dalam meningkatkan budaya K3 perlu diatasi secara

terencana dan sistimatis. Hambatan yang melekat pada aspek organisasi perlu diatasi dengan

melakukan sosialisasi regulasi yang ada menerapkannya secara konsisten. Sedangkan

hambatan yang terkait dengan sumber daya manusia perlu diatasi melalui peningkatan

kesadaran dan pengetahuan dalam bentuk formal maupun non formal.

6

Page 10: BUDAYA K3

DAFTAR PUSTAKA

1. IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN BUDAYA K3 DI TEMPAT KERJA,Ridwan Z Syaaf

2. Wikipedia.org3. Google.co.id

7