budi sepsis anak
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
1/14
SEPSIS
A.DEFINISI
Sepsis adalah respon sistem inflamasi sistemik (SIRS) dengan bukti atau dugaaninfeksi sebagai penyebabnya. Sepsis disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap infeksi
seperti bakteri gram positif maupun gram negative, virus, jamur, atau protozoa, dan
sebagainya. Sepsis terjadi bila bakteri yang masuk ke dalam tubuh atau sirkulasi tidak
dapat dieliminasi secara elektif olehtubuh atau terjadi kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh secara umum. Hal tersebut akan merangsang suatu respon inflamasi sistemik.
B.ETIOLOGI
Pola mikroorganisme penyebab sepsis berubah dari waktu ke waktu dan berbeda
setiap negara dan tempat perawatan, selain itu juga sangat berhubungan erat dengan umur
dan status imunitas anak. Pada masa neonatus, kuman tersering penyebab sepsis adalah E.
coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus grup A. Sedangkan pada anak yang lebih besar
sepsis banyak disebabkan oleh kuman Staphylococcus pneumonia, Haemophyllus influenza
tipe B, Neisseria Meningitidins, Salmonella dan Streptococcus spp. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Levy et all yang mengatakan bahwa sepsis pada anak
umumnya disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang terdiri dari 19% infeksi
nosokomial, dan bakteremi pada 49% penderita yaitu gram negative sebanyak 52% dan
gram positif 48%. Infeksi nosokomial yang tersering adalah karena coagulase negativestaphylococcus, staphylococcus aereus dan enterococcus, infeksi jamur meningkat menjadi
20%.
Menurut studi Rismala Dewi menunjukkan bahwa kuman penyebab sepsis
terbanyak di PICU RSCM adalah Klebsiella pneumoniae (26%), Serratia marcescens (14%),
dan Burkholderia cepacia (14%). Sebagian besar kuman yang ditemukan adalah kuman
gram negatif. Levy et al6 juga menemukan hal yang serupa pada penelitian tahun 1996.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bakteri Gram negative menyebabkan lebih dari
50% dari seluruh kasus bakteremia pada anak, dengan Klebsiella pneumonia sebagai
penyebab terbanyak.
Pada penelitian Rismala Dewi Ditemukan pula hasil kultur berupa jamur, termasuk
didalamnya adalah Candida sp. Kolonisasi Candida sp. Dapat ditemukan pada pasien PICU
seperti dilaporkan oleh Singhi et al . bahwa pasien dengan kondisi kritis dan status
imunokompromais merupakan target infeksi oportunistik Candida sp. Mekanisme
pertahanan lokal berupa keasaman lambung, peristaltik, sekresi substansi antibakteri, dan
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
2/14
flora endogenmengalami perubahan pada pasien kritis sehingga terjadi kolonisasi dan
pertumbuhan berlebihan Candida sp. Pada pasien sepsis, penggunaan antibiotik spektrum
luas menekan flora normal gastrointestinal dan paparan kortikosteroid dosis tinggi
membuka jalan untuk proliferasi Candida sp. Sehingga menyebabkan perkembangan yang
berlebihan. Menurut Singhi et al, insidens kolonisasi Candida sp. sangat tinggi pada pasien
PICU yang dirawat lebih dari 5 hari. Sebagian besar kolonisasi tersebut berhubungan
dengan ragi yang dibawa oleh tenaga medis.
Selain bakteri, ilmuwan Marshall dan Taneja menyebutkan bahwa virus pernah
diisolasikan dari penderita sepsis dengan gejala mirip dengan sepsis yang disebabkan oleh
infeksi kuman gram negative penting pula untuk diketahui bahwa dahulu para ilmuwan
mempercayai bahwa sepsis selalu disertai dengan bakteriemia, oleh karenya sering kita
dengar istilah septicemia,namun penelitian multisenter akhir-akhir ini menemukan bahwa
bakterimia hanya terjadi pada sebagian kecil pasien dengan gambaran klinis sepsis,
dikatakan hanya 32% yang terbukti adanya infeksi pada aliran darahnya.
C.PRESDIPOSISI
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan insidens sepsis pada
anak adalah :
1.faktor host yang terdiri dari malnutrisi, imunodefisiensi, problem penyakit
kronik, trauma/luka bakar, penyakit berat dan kritis
2.faktor pengobatan : tindakan operasi, prosedur invasive, alat pantau invasif,
antibiotik, terapi imunosupresif, lama perawatan dan lingkungan rumah
sakit.
D.PATOGENESIS
Perhatian saat ini terfokus pada kedua proses yaitu koagulasi dan fibrinolisis,
yaitu sistem pembekuan darah yang alamiah. Ada 3 tahapan mekanisme timbulnya sepsis
yaitu : (1) Tahap inflamasi, (2) Tahap koagulasi, dan Tahap disfungsi bekuan darah,
kerusakan jaringan, dan kematian.
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
3/14
Tahap 1 : Inflamasi
Proses yang dikenal dengan SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrom)
dimulai saat muncul cedera (jejas) pada tubuh, seperti luka bakar,
trauma, infeksi, merangsang pelepasan substansi yang dikenal sebagai imunomodulator
yang mempengaruhi lapisan dalam (endotel) dari pembuluh darah. Apabila ada infeksi,
proses kemudian diperkuat dnegan pelepasan endotoksin atau eksotoksin, tergantung dari
organisme yang ada. Proses ini dikenal sebagai sepsis. Toksin tersebut dan stimulus toksik
lainnya juga merangsang pelepasan imunomodulator memproduksi proses inflamasi
(proinflamasi) dan substansi pengaktifan bekuan, termasuk sitokin seperti TNF dan
bentuk-bentuk lainnya dari interleukin. Sitokin ini akan menginflamasi lapisan dinding
pembuluh darah dan mengaktivasi proses pembekuan darah, serta merangsang pelepasan
modulator inflamasi lainnya.
Tahap 2 (Koagulasi)
Pembekuan darah merupakan proses berantai yang kompleks dalam tubuh
manusia. Inflamasi merangsang pelepasan substansi yang disebut factor jaringan, yang
merangsang pembentukan thrombin, yaitu suatu stimulus utama agar terbentuk bekuan
darah. Thrombin mengawali koagulasi dengan membentuk fibrin, suatu protein yang
menjalin sekumpulan bekuan darah. Pada sepsis, fungsi berantai tersebut berjalan
abnormal.
Tahap 3 (Disfungsi Bekuan Darah, Kerusakan Jaringan, Kematian)
Pada umumnya, tubuh mengatur proses infalamasi dan koagulasi melalui serangkaian alur
respon balik biokimia. Hal tersebut mencegah pembentukan bekuan darah berlebihan,
dengan cara memecah fibrin dalam suatu proses yang disebut fibrinolisis. Namun dalam
siklus sepsis yang rumit, proses fibrinolisis ditekan. Hal ini akan menyebabkan bekuan
darah mikroskopis mulai terbentuk dalam organ vital, menghambat aliran darah dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Faktor-faktor biokimia yang berperan adalah :
- Peningkatan kadar PAI tipe 1 yang menyebabkan fibrinolisis
- Peningkatan kadar TAFIa (Thrombin Activatable Fibrinolysis Inhibitor )
- Penurunan kadar protein C (dalam bentuk endogen teraktivasi, yaitu :inhibitor utama
PAI-1)
Protein C adalah suatu imunomodulator ilmiah yang dapat menyeimbangkan proses
yang berlangsung selama sepsis, termasuk inflamasi, koagulasi, dan fibrinolisis. Protein C
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
4/14
endogen dalam bentuk teraktivasi, secara cepat menghambat proses pembekuan darah,
terutama dalam pembuluh darah paling kecil. Pada sepsis, kadar protein C teraktivasi
biasanya menurun. Hal ini dikarenakan kadar thrombomodulin (yang diperlukan untuk
konversi protein C menjadi protein C-teraktivasi) juga menurun. Penurunan kadar protein
C teraktivasi terkait dengan outcome buruk pada pasien sepsis.
E.KLASIFIKASI
Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2, yaitu :
1.Sepsis berat
Sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskuler atau ARDS atau 2
disfungsi organ lain
2.Syok septik
Sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskuler
A.TANDA DAN GEJALA KLINIS
Menurut terminologis medis, sepsis mengacu pada adanya bukti infeksi
dengan ditemukannya minimal 3 dari kriteria berikut :
a. suhu tubuh < 36C atau >38C
b .denyut jantung > 90x/menit
c. peningkatan frekuensi nafas (hiperventilasi) : > 20 x/menit
d. PaCO2 < 32 mmHg
e. Peningkatan jumlah lekosit > 12.000 mm3 atau penurunan jumlah
leukosit < 4000 sel/mm3
f. Hitung jumlah leukosit normal, dengan > 10% bentuk sel imatur.
Gejala sepsis meliputi penurunan respon mental, bingung, tremor, menggil, demam,
mual, muntah, dan diare dengan adanya infeksi. Fokus infeksi tersering yang dapat
menyebabkan sepsis adalah paru-paru, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, dan
pelvis. Namun, hampir 30% dari pasien tidak dapat ditentukan focus infeksinya. Perjalanan
penyakit dari sindrom sepsis tidak dapat diprediksi, beberapa pasien dapat langsung
mengalami syok sepsis, sementara pasien lainnya mengalami disfungsi organ dalam
berbagai tingkatan atau mengalami proses penyembuhan.
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
5/14
Pada neonatus tanda primer yang didapatkan adalah distress respirasi, apneu,
distensi abdomen, muntah dan diare, jaundice, hilangnya tonus otot, penurunan aktivitas
spontan, kurangnya respon menyedot letargi, kejang dan suhu tubuh yang abnormal (dapat
hipertermi atau hipotermi). Pada kulit bayi sering didapatkan mottling, sebagai akibat dari
penurunan perfusi, perubahan curah jantung, dan resistensi vaskuler. Kadang-kadang
dapat juga ditemukan lesi kulit spesifik, seperti ptekie atau pustule, terutama yang
disebabkan oleh kuman meningococcus dan Pseudomonas aeuruginosa.
Manifestasi sekunder merupakan kelanjutan dari proses perjalan penyakit yang
mengarah pada syok septic. Pada fase ini ditandai dengan hipotensi, sianosis, gangrene,
oliguria, anuria, jaundice dan tanda gagal jantung. Hipotensi merupakan penyebab gagal
jantung akut, gangrene perifer dan asidosis laktat. Pada fase ini rentan untuk terjadinya
acute respiratory distress syndrome atau ARDS, gagal ginjal akut, gagal hati akut, disfungsi
saraf pusat,disseminated intravascular coagulation/DIC dan disfungsi organ multiple.
Disfungsi organ pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat langsung, atau karena hipoksia
atau hipoperfusi, atau karena komplikasi dari terapi terhadap penyakit yang mendasari.
Disfungsi organ bukan saja berperan sebagai petanda sepsis melainkan juga sebagai
kontributor terhadap kematian pada pasien sepsis.
a.Sistem Respirasi
Disfungsi organ oaru sering terjadi pada pasien sepsis atau SIRS. 50%terjadi Acute
Respiratory Distress Syndrom dan meningkat menjadi 60% bila disertai syok. 85%
membutuhkan ventilator mekanis. Disfungsi paru diawali dengan adanya radikal oksigen
yang dihasilkan oleh netrofil teraktifasi yang menyebabkan kerusakan pada endotel kapilerparu. Disfungsi endotel kapiler paru inilah yang mneyebabkan terjadinya edem alveolar
dan interstisial yang berisi cairan protein dan eksudat yang kaya akan sel imun fagosit.
Permeabilitas endotel meningkat karena bereaksi terhadap sitokin proinflamasi. Hal ini
menyebabkan penghancuran membrane dasar.
b.Sistem Kardiovaskuler
Jantung maupun pemduluh darah sensitive terhadap pengaruh sitokin proinflamasi.
Nitrogen oksida adalah mediator vasoaktif yang dianggap menyebabkan penurunan
resistensi vaskuler sistemik yang menjadi latar belakang timbulnya syok pada sepsis.Terjadi vasodilatasi dan kebocoran kapiler yang mneyebabkan penurunan volume preload
dan curah jnatung. Baroreseptor memberikan rangsangan terjadinya takikardi. Namun
demikian endotoksin dan sitokin proinflamasi telah terbukti menyebabkan depresi
miokard. Sehingga, gambaran hemodinamik yang terjadi adalah vasodilatasi, volume
intravaskuler tidak adekuat, dan penekanan fungsi miokard.
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
6/14
c.Sistem Urinarius
Disfungsi renal terjadi disebabkan oleh adanya hipovolemia dan vasodilatasi oleh
sitokin yang mneyebabkan hipoperfusi renal. Kerusakan renal disebabkan oleh karena akut
tubular nekrosis, uropati obstruktif, nefritis interstisial rabdomiolisis dan
glomerulonefritis.
d.Sistem Traktus Gastrointestinal
Traktus gastrointestinal adalah salah satu organ yang penting seringkali
dikorbankan dalam keadaan syok atau hipoperfusi untuk lebih memenuhi kebutuhan
oksigenasi organ vital seperti : otak, jantung, paru. Manifesatsi klinis dari hipoksia pada
organ pencernaan antara lain adalah hilangnya integritas mukosa yang menyebbakan
nekrosis hemoragik atau perdarahan saluran cerna. Pada penderita-penderita yang
dirawat lama, penghentian diet enteral dapat mneyebabkan terjadinya atrofi dari vili-vili
usus. Adanya kerusakan barier mukosa menyebabkan translokasi bakteri dari usus kesirkulasi sistemik. Akibat lain dari sepsis adalah terjadinya gangguan fungsi enzim dan
system filtrasi imunologis dan mekanis dari hati.Peningkatan serum SGOT dan SGPT,
bilirubin, dan alkali fosfatase menandakan adanya kerusakan organ lain.
e.Sistem Hematologi
Ditandai adanya anemia, leukopenia dan trombositopenia. DIC menyebabkan
terjadinya konsumsi yang berlebihan terhadap trombosit. Akibat adanya pembentukan
formasi thrombus mikrovaskuler dan inhibisi dari fibrinolisis menyebabkan semakin
banyaknya pelepasan sitokin, molekul-molekul adhesi dari sel proinflamasi dan promosidari kaskade sepsis. Petanda yang dijumpai adalah kenaikan Protrombin Time, Partial
Tromboplastin Time, D-Dimer dan produk-produk pemecahan fibrinogen. Pada penderita
dengan ventilator mekanik yang relative statis berisiko mengalami thrombosis vena dalam
dan emboli pulmonal.
B.DIAGNOSIS
Salah satu cara pendekatan diagnosis adalah menggunakan pendekatan pendekatan
PIRO (Presdisposition, Infection, Response, Organ Dysfunction). Predisposisi pada anak
misalnya penurunan imunitas tubuh, penggunaan alat-alat invasif atau prosedur medik
yang lama (seperti kateter intravena, kateter urin, pembedahan, perwatan intensif, dan
lain-lain). Sulit untuk membuktikan sepsis hanya berdasar kultur darah semata, karena
pasien biasanya sudah mendapatkan antibiotik sebelumnya. Bila kultur darah postif,
diagnosis menjadi lebih mudah. Ditemukan disfungsi organ akan menguatkan diagnosis
sepsis berarti sepsis telah lanjut .
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
7/14
1. Respon sistem inflamasi sistemik
SIRS (Systemik Infalammatory Response Syndrome) yaitu respons sistemik
terhadap berbagai kelainan klinik berat (misalnya infeksi, trauma dan luka
bakar) yang ditandai dengan 2 dari 4 kriteria sebagai berikut :
a.Hipertermi (> 38,5C) atau hipotermi (< 36C)
b.Takikardi yaitu peningkatan heart rate > 2 SD di atas normal sesuai
umur dalam keadaan tidak terdapat stimulasi eksternal, pemakaian obat-
obat jangka panjang atau rangsang nyeri, atau bradikardia: HR < 10
persentil sesuai umur tanpa stimulus vagal eksternal, pemakaian beta
blocker atau penyakit jantung bawaan.
c.Takipneu dengan RR > 2 SD di atas normal sesuai umur atau ventilator
mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan penyakit
neuromuskuler atau penggunaan anestesi umum.
d.Jumlah leukosit yang meningkat atau menurun (yang bukan akibat dari
kemoterapi) sesuai umur atau netrofil imatur > 10%.
2. Infeksi
Infeksi yaitu suatu kecurigaan atau bukti (dengan kultur positif, pengecatan
jaringan, atau uji PCR) infeksi disebabkan kuman pathogen atau sindrom
klinis yang berhubungan dengan kemungkinan besar infeksi. Bukti infeksi
meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan atau test
laboratorium (misalnya sel darah putih pada cairan tubuh yang normal steril,
perforasi usus, foto rongen dada yang menunjukkan adanya pneumonia,
ruam ptekiae atau purpura atau purpura fulminan).
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
8/14
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Darah rutin : Hb, Ht, Lekosit, Trombosit
b.GDS
c.CRP
d.Faktor koagulasi
e.Kultur darah berseri
f.Apusan darah tepi : lekopenia/lekositosis, granula toksik, shift to the left
g.Urinalisis
h.Foto thoraks
i.Asam laktat, BGA, LFT, elektrolit dan EKG
G.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sepsis berat dan syok septik adalah sebagai berikut
1.Early Goal Directed Therapy
EGDT meliputi resusitasi cairan agresif dengan koloid dan atau kritaloid,
pemberian obat-obatan inotropik, dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam
sesudah diagnosis ditegakkan di UGD sebelum masuk PICU. Resusitasi
awal 20 ml/kgBB 5-10 menit, dan dapat diulang beberapa kali sampai lebih
dari 60 ml/kgBB dalam waktu 6 jam. Pada syok septik dengan tekanan nadi
sangat sempit, koloid lebih efektif daripada kristaloid.
2.Inotropik/vasopresor/vasodilator
Vasopresor diberikan apabila terjadi refrakter terhadap resusitasi volume,
dan mAP kurang dari normal, diberikan vasopresor. Dopamine merupakan
pilihan pertama. Apabila refrakter terhadap terhdapa pemberian dopamine,
maka dapat diberikan epinefrin atau norepinefrin. Dobutamin diberikan
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
9/14
pada keadaan curah jantung yang rendah. Vasodilator diberikan pada
keadaan tahnan pembuluh darah perifer yang meningkat dengan MAP tinggi
sesudah resusitasi volume dan pemberian inotropik. Nitrovasodilator
(nitrogliserin atau nitropusid) diberikan apabila terjadi curah jantung rendah
dan tahanan pembuluh darah sistemik meningkat disertai syok.
3. oxygenation (Extra corporeal membrane ECMO) ECMO dilakukan pada syok
septik pediatric yang refrakter terhadap terapi cairan, inotropik, vasopresor,
vasodilatasi, dan terapi hormone.
4.Suplemen oksigen
Intubasi endotrakeal dini dengan atau tanpa ventilator mekanik sangat
bermanfaat pada bayi dan anak dengan sepsis berat atau syok septik, karena
kapasitas residual fungsional yang rendah.
5.Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik segera satu jam sesudah diagnosis sepsis ditegakkan
dan pengambilan kultur darah. Pada keadaan dimana focus infeksi tidak
jelas, maka antibiotik harus diberikan pada keadaan penderita yang
mengalami perburukan, status imunologik yang buruk, adanya kateter
intravena berdasarkan kuman penyebabnya dan tes kepekaan. Prinsip
pemulihan antibiotik tergantung dari berbagai hal antara lain dari :
communityacquired disease atau pola infeksi di wilayah tersebut, pola
resistensi kuman, penyakit penyerta (misal pada penderita dengan
imunocompromised), pemberian infuse atau obat-obatan parenteral dalam
kaitanya dengan pola kuman-kuman nosokomial, dan modifikasi regimen.
Dalam panduan internasional Surviving Sepsis Campaign 2008
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
10/14
direkomendasikan untuk memberikan terapi antibiotik empiris sedini
mungkin, dalam waktu satu jam setelah diagnosis syok septik (1B) dan
sepsis berat tanpa syok sepsis (1D). Antimikroba yang diberikan termasuk
satu atau lebih obat yang aktif melawan semua kemungkinan patogen
(bakteri) dan dapat berpenetrasi dalam konsentrasi yang adekuat ke organ
yang dicurigai merupakan sumber infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan
yaitu :
- Ampisilin 200 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, dikombinasikan denganaminoglikosida, garamycin 5-7mg/kgBB/hari atau amikasin 15-20
mg/kgBB/hari iv atau netilmisin 5-6 mg/kgBB/hari iv dalam 2 dosis
- Kombinasi lain adalah ampisilin dengan cefotaxime 100mg/kgBB/hari intravenadalam 3 dosis. Kombinasi ini lebih disukai apabila terdapat gangguan fungsi
ginjal atau tidak tersedia sarana pengukuran aminoglikosida.
Penggunaan antibiotik b-laktam spektrum luas sebagai monoterapi sama efektifnya
dan kurang nefrotoksik dibandingkan dengan kombinasi b-laktam dan aminoglikosida.
Pemilihan antibiotik monoterapi yang digunakan, yaitu yang dapat mencakup pathogen
penyebab yang dicurigai dari fokus infeksi, memiliki potensi resistensi rendah, dan profil
keamanan yang baik. Namun, monoterapi tidak dapat dipilih sebagai terapi antibiotik
empiris secara universal. Pemilihan antibiotik empiris bergantung pada beberapa faktor,
terkait dengan latar belakang pasien (termasuk intoleransi obat-obatan), penyakit
penyerta, dan pola kuman di lingkungan rumah sakit. Pilihan rejimen antibiotik inisial
harus cukup luas untuk melawan semua kemungkinan patogen. Penggunaan terapi
kombinasi dua antibiotik dapat memperluas spektrum anti-bakteri, memiliki efek sinergis
yang meningkatkan aktivitas antibakteri, dan mengurangi resistensi bakteri atau
superinfeksi.
7.Sumber infeksi
Eradikasi sumber pinfeksi sangat penting, seperti drainase abses,
debridement jaringan nekrosis, alat-alat yang terinfeksi dilepas.
8.Terapi kortikosteroid
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
11/14
Pemberian hidrokortison 50 mg setiap 6 jam dan dikombinasi dengan
fludorcortison 50 g diberikan 7 hari dapat menurunkan angka kematian
absolute sebanyak 15%. Dosis kortikosteroid yang direkomendasikan untuk
syok septik pediatric adalah 1-2 mg/kg berat badan sampai 50 mg/kg untuk
terapi empiris syok septik diikuti dosis yang sama diberikan dalam 24 jam.
9.Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF)
Transfusi granulosit diberikan pada sepsis neonatus dengan hitung neutrofil
< 1500/uL yang diberikan 1-10 ug/kgBB selama 7 hari.
10.Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
Mekanisme efek IVIG pada sepsis yaitu sebagai berikut :
a. Netralisasi melalui antibody dengan meningkatkan fungsi bakterisid,fagositosis, netralisasi endotoksin dan eksotoksin
b. Antagonis reseptor TNF reseptor IL-1 dan reseptor IL-6.
c. Egek sinergis dengan antibiotik laktam melalui efek antibody anti-
laktamase, transport oksigen, memperbaiki fungsi granulosit dalam
melakukan lisis bakteri, dan aktifitas opsonin, memperbaiki
koagulopati dang gangguan elektrolit.
11.Hemofiltrasi
Transfusi tukar dapat dilakukan untuk mengeluarkan endotoksin bakteri
danMengatur mediator inflamasi, meningkatkan transport oksigen, memperbaiki
fungsi granulosit dalam melakukan lisis bakteri, dan aktifitas opsonin, memperbaiki
koagulopati dan gangguan elektrolit.
12.Terapi Suportif
a. Profilaksis Stress Ulcer
Diberikan inhibitor reseptor H2 yaitu ranitidine.
b. Profilaksis Trombosis Vena Dalam
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
12/14
Dosis rendah heparin dianjurkan, kecuali pada penderita yang
mempunyai kontraindikasi nya yaitu trombositpenia berat, koagulopati
berat, perdarah aktif, riwayat perdarahan intraserebral.
c. Pencegahan Hipoglikemia pada sepsisBalita dengan sepsis mempunyai risiko untuk menderita hipoglikemia,
sehingga perlu diberikan glukosa 4-6 mg.kg berat badan/menit atau
gkujose 10% dalam NaCl 0, 45 dan mempertahankan gula darah dalam
batas normal.
d . Penatalaksanaan Disfungsi Organ
Disfungsi paru Volume tidal 6-8 ml/kgberat badan, permissive hiperkapnea, dam
positif end expiratory pressure (PEEP) yang optimal untuk mencegah kolaps
alveolus.
Disfungsi saluran cerna
Nutrisi enteral diberikan segera sesudah hemodinamik stabil dalam 1
atau 2 hari dengan tujuan mempertahankan integritas saluran cerna,
mencegah atrofi mukosa saluran cerna dan jaringan limfoid saluran
cerna, dan mempertahankan hormone saluran cerna.
Disfungsi koagulasi
Konsentrat trombosit diberikan pada perdarahan aktif yaitu pada
perdarahan pasca operasi yaitu sebagai berikut :
- jumlah trombosit 5.000 - 30.000/mm3 dan
- jumlah trombosit < 5.000/mm3 tidak tergantung ada atau tidaknya
perdarahan
- jumlah tromobit > 50.000/mm3 diperlukan apabila akan dilakukan
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
13/14
tindakan operasi.
Fresh frozen plasma diberikan apabila ada gangguan koagulasi dengan
perdarahan aktif untuk mempertahankan kadar fibrinogen > 1.0 gr/L/
recombinant human APC diberikan pada sepsis berat dengan disfungsi
organ multiple dengan jumlah trombosit > 30.000/mm3. Hemoglobin
dipertahankan dalam batas normal sesuai umur (Hb 10g/dl atau lebih)
Disfungsi renal
Resusitasi volume yang adekuat dapat memperbaiki oliguria.
Hemofiltrasi venous terbukti efektif pada syok septic meningococcuc.
Pemberian dopamine dan diuretik untuk mencegah disfungsi renal
belum terbukti.
C.KOMPLIKASI
Sepsis merupakan salah satu penyebab dari systemic inflammatory
respon syndrome (SIRS). Bila tidak segera dikenali dan ditangani sedini
mungkin, sepsis dapat berkembang menjadi tahapan lebih berat yaitu severe
sepsis (sepsis dengan disfungsi organ akut), syok sepsis (sepsis dengan
hipotensi arterial refraksi), multiple organ disfunction syndrome (MODS) atau
disfungsi organ multiple dan berakhir pada kematian.
H.PROGNOSIS
Kematian akibat sepsis tergantung dari lokasi awal infeksi, patogenisitas kuman, ada
tidaknya disfungsi organ multiple dan respon imun penderita. Kematian karena sepsis
utamanya disebabkan oleh syok. Angka kematian mencapai 40-60% untuk penderitadengan sepsis karena kuman enteric gram negative. Tanda-tanda prognosis buruk bila
terjadi hipotensi, koma, leukopeni )< 500/ul), trombositopenia (
-
7/30/2019 Budi Sepsis Anak
14/14
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP. Prosedur Tetap PICU/UGD/HND-PICU.
FK UNDIP; Semarang. 2004
Budhiarso, Hery. Rasio Imatur/Total neutrofil pada Sediaan Apus Darah Tepi
Sebagai Petanda Dini Sepsis Bakterial Pada Anak . Tesis Program Pendidikan
Dokter Spesialis-1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
2000.