bukan lagi dua melainkan satu

21

Upload: pt-visi-anugerah-indonesia

Post on 07-Apr-2016

291 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

MENGAPA DAN UNTUK APA MENIKAH SERTA BAGAIMANA MEMBANGUN SEBUAH PERNIKAHAN? PERTANYAAN SEDERHANA BAGI PASANGAN YANG AKAN/SUDAH MENIKAH NAMUN TIDAK MUDAH MENEMUKAN JAWABANNYA. DIBUTUHKAN PERSIAPAN PERNIKAHAN BUKAN HANYA BERMODALKAN CINTA MEMBARA TAPI JUGA SKILL DAN PEMAHAMAN YANG BENAR AKAN PERNIKAHAN KRISTEN YANG DIBERKATI. MENGUPAS 9 TOPIK UTAMA MEMBANGUN PERNIKAHAN KRISTEN YANG SEHAT BAIK DIGUNAKAN SEBAGAI PANDUAN BAGI HAMBA TUHAN/PEMBIMBING KONSELING PERNIKAHAN DAN SEBAGAI BUKU PEGANGAN UTAMA BAGI PASANGAN YANG AKAN MENIKAH. UNTUK PASANGAN YANG SUDAH MENIKAH SEBAGAI BAHAN EVALUASI DAN PENGAYAAN AKAN PERNIKAHAN. DILENGKAPI KUISIONER PRANIKAH DAN PASCANIKAH.

TRANSCRIPT

Page 1: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Desefentison W. Ngir

Panduan Konselingpranikah & Pascanikah

Kata Pengantar: Julianto Simanjuntak

Page 2: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 3: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 4: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 5: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 6: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & PascanikahOleh Desefentison W. NgirHak Cipta © 2013, Desefentison W. Ngir

Penyunting : James YanuarDesain cover & layout : Felly MeilindaProof Reader : Budi Tjia & Novita

Diterbitkan oleh:PT. VISI ANUGERAH INDONESIAJalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854Email : [email protected]

ISBN 978-602-8073-94-3Cetakan pertama, Agustus 2013Indonesian Edition © Visipress 2013

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA IndonesiaNo : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina

Member of IKAPINo : 185/JBA/2010

Page 7: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 8: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 9: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Kata PengantarPdt. Dr. Julianto Simanjuntak

Cinta saja ternyata tidak cukup untuk menjadi modal menikah. Dua hal lain yang jauh lebih dibutuhkan adalah mempunyai teladan atau con-toh pernikahan yang baik dari orang tua dan memiliki skill pernikahan.

Tanpa teladan dan skill pernikahan yang memadai, lembaga keluarga bisa berjalan terseok-seok. Skill atau keterampilan menikah, bisa dan perlu dipelajari jauh hari se-belum memasuki pernikahan. Salah satu sarana mendalami skill berkeluar-ga adalah lewat konseling pranikah. Untuk itulah buku ini ditulis oleh Pdt. Desefentison bagi pembaca. Melengkapi para calon pasangan yang akan menikah, supaya mereka memahami dan memiliki keterampilan mendasar dalam menjadi suami-istri serta menjadi ayah-ibu. Penulis, di dalam buku ini, membawa pembaca memahami hal-hal dasar dan berguna, seperti memahami tujuan pernikahan. Tanpa memahami tu-juan berkeluarga, pasutri hanya akan jalan di tempat atau berputar-putar dalam pusaran konflik. Menikah itu bukan saja rancangan Ilahi, tapi sangat bermanfaat bagi yang menikmatinya. Salah satu tujuan menikah adalah pertumbuhan (growth), bukan kebahagiaan (happiness). Lewat pernikahan yang sehat dan berfungsi, setiap anggotanya lebih bertumbuh dalam mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya.

Page 10: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Penulis juga menjabarkan soal ordo dalam keluarga yang perlu dipa-hami setiap orang yang akan menikah. Menempatkan diri dan berfungsi dengan benar sesuai ordo akan membuat keluarga menjadi nyaman menye-nangkan. Ada lima tiang penyangga keluarga yang juga dikupas dalam buku ini. Di antaranya komunikasi yang sehat dan membangun, hubungan seks yang saling memuaskan, rasa saling percaya yang sejuk, saling menghormati dan rasa tanggung jawab (responsibility). Dengan membaca dan mendiskusikan buku ini, diharapkan setiap mere-ka yang akan menikah memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai. Mereka juga lebih siap menjadi pasangan dan orang tua yang bertanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Sebagai konselor keluarga, saya mengamati fenomena menyedihkan dan awal dari kerusakan lembaga keluarga. Yakni pasangan dan keluarga jauh lebih banyak menghabiskan waktu dan energi mempersiapkan pesta, tapi lalai mendalami skill berkeluarga. Semoga lewat buku ini setiap pem-baca dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan berkeluarga yang baik.

Pdt. Dr. Julianto SimanjuntakPendiri Pelikan Indonesia,

Penulis buku “Banyak Cocok, Sedikit Cekcok” dan 15 buku konseling keluarga

Web: www.juliantosimanjuntak.com

Twitter: @PeduliKeluarga

Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

10

Page 11: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Kata Pengantardari penulis

Berdasar pengalaman saya menjadi gembala sidang selama 16 tahun, salah satu masalah cukup pelik untuk dipecahkan adalah persoalan yang berhubungan dengan pernikahan. Dari sekian banyak orang yang

mengikuti bimbingan pranikah sampai kepada upacara pemberkatan nikah, saya melihat pengalaman yang beragam. Sebagian besar dari pasangan sua-mi-istri tersebut sampai hari ini masih bertahan dalam pernikahan, dikaru-niai anak dan masih mengingat saya sebagai seorang yang berperan penting dalam keluarga mereka. Mereka masih berbagi kisah dan masalah, dalam usaha meningkatkan kualitas pernikahan mereka. Namun beberapa pasang-an, walaupun tidak banyak, menempuh jalan berbeda. Konseling pranikah dan pemberkatan nikah hanyalah seperti sebuah gerbang menuju jalan tol. Mereka datang dan pergi, dan nampaknya tidak mempunyai masalah dan tidak memiliki hubungan lagi dengan kekristenan. Sejauh ini, saya pernah mengalami, salah satu pasangan suami-istri ber-cerai dalam waktu beberapa bulan setelah menikah. Setiap kali mengingat akhir dari pernikahan tersebut, saya mungkin dapat “meringankan” rasa bersalah saya dengan mengatakan bahwa mereka berdua berasal dari luar jemaat di mana saya menjadi gembala sidang, serta mereka pasangan yang berada di kota lain. Tetapi tetap saja itu tidak dapat menghilangkan kese-dihan maupun tekanan batin akibat tanggungjawab moral sebagai seorang

Page 12: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

pembimbing pernikahan. Saya memikirkan kembali bagaimana sesi-sesi bimbingan itu telah dijalankan. Apakah mungkin ada yang terlewatkan se-hingga menjadi pemicu permasalahan pernikahan mereka sampai kepada perceraian? Saya merasa telah membicarakan semuanya. Namun nampak-nya, setelah mereka membawa surat nikah dan Alkitab pernikahan hadiah dari lembaga gereja, dilengkapi dengan foto pre-wedding dan resepsi yang mengagumkan, semuanya seakan-akan terabaikan. Ada satu bagian yang hilang, yaitu saya tidak ada bersama mereka ketika masalah-masalah itu mulai muncul. Bahkan tidak ada orang lain yang bersedia, ataupun mung-kin tidak diterima oleh keduanya, untuk memberikan intervensi yang seha-rusnya. Mereka hanya dikelilingi oleh orang-orang yang ikut memperburuk keadaan, dengan menawarkan opsi perceraian sebagai jalan singkat “mem-buang” sumber sakit hati. Pengalaman buruk semacam itu, terkadang menimbulkan pikiran-pikir-an yang melemahkan ketika beberapa orang datang kepada saya, dan me-nyampaikan berita bahwa mereka ingin menikah. Apalagi sebagian datang dalam kondisi yang menyedihkan. Orang tua yang menangis menyampaikan bahwa anak gadisnya telah hamil, dan seperti “terpaksa” untuk menikah. Sebagian yang lain, memulai dengan bermasalah, sehingga nampaknya tidak ada harapan positif, untuk sebuah pernikahan Kristen. Walaupun demikian, pada akhirnya, pemulihan dari Tuhan menjadikan mereka pasutri yang baik dan menampakkan tanda-tanda kemajuan. Meskipun, beberapa pasangan, nampaknya bergumul dalam jangka panjang, karena proses pendewasaan manusia tidak dapat terjadi secara instan. Kesulitan dan tantangan yang mereka alami, di dalam tangan Allah yang penuh kasih menjadi sebuah proses pendewasaan. Sebagaimana mata Nabi Samuel dapat keliru menilai manusia, saya pun seringkali salah menilai. Beberapa calon pasutri nampaknya, sangat ideal, karena terlihat serasi secara fisik dan penuh gairah saat mengawali perni-kahan. Namun dalam perjalanan selanjutnya. untuk dapat bertahan dalam mahligai pernikahan, ternyata banyak hal masih harus diperbaiki. Itu sebabnya, saya yakin bahwa mempersiapkan seluruh proses konse-

Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

12

Page 13: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

ling pranikah maupun konseling pascanikah sebaik mungkin, adalah salah satu bentuk tanggung jawab yang paling “dapat dikontrol” oleh seorang pembimbing pernikahan dan/atau hamba Tuhan/pendeta. Atas dasar keya-kinan itulah, saya merampungkan tulisan ini dan dengan sedikit keberanian membukukannya. Harapannya buku ini bisa memperlengkapi kebutuhan konseling pranikah yang lebih luas. Meskipun sebagaimana sudah diketahui, beberapa buku telah ditulis berkenaan topik konseling pranikah, namun ki-ranya buku ini bisa menjadi salah satu alat yang berguna bagi rekan-rekan sejawat, yang menyambut panggilan-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Ucapan terima kasih yang besar saya ucapkan kepada: Pdt. Julianto Simanjuntak yang berkenan membaca dan memberikan kata pengantar un-tuk buku ini. Kesediaan beliau untuk membaca dan memberikan masukan bagi tulisan ini, merupakan sebuah apresiasi besar bagi saya, pemula dalam penulisan buku. Saya juga mengucapkan terima kasih untuk Ibu Esther Her-rison, S. Psi (Seksi Pembinaan Warga Jemaat GKII Jemaat Siloam), karena telah memperkenalkan saya kepada beliau. Terima kasih juga untuk ke-sediaan dan ketelitian Bpk. Budi Tjia dan Ibu Novita membaca naskah ini sebagai proof reader. Demikian juga untuk Bpk. Ir. Ichwan S. Chahyadi, M.Sc yang telah memperkenalkan saya kepada Visi Press. Untuk dukungan doa dari seluruh Jemaat GKII Siloam. Pada akhirnya, untuk istri dan anak-anak, Keiko, Grace, dan William, tanpa dukungan mereka, tulisan ini tidak akan terselesaikan. Tuhan memberkati.

Tarakan, 5 April 2013

Pdt. Desefentison W. Ngir

Kata Pengantar

13

Page 14: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 15: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

daftar isi

Kata Pengantar dari Pdt. Julianto Simanjuntak ........................... 7

Kata Pengantar dari Penulis .................................................. 9

Daftar Isi ........................................................................13

Bab I Pendahuluan ............................................................. 15

Bab II Rancangan Allah Bagi Hubungan Suami dan Istri ................... 27

Bab III Mengapa dan Untuk Apa Menikah? ................................... 47

Bab IV Bertumbuh Dalam Cinta Sejati dan Keintiman ..................... 63

Bab V Ordo dan Tanggung Jawab Suami-Istri ............................... 83

Bab VI Komunikasi Suami-Istri ................................................. 93

Bab VII Konflik dalam Pernikahan ............................................ 105

Bab VIII Perencanaan Keluarga dan Hubungan di dalam Keluarga ....... 115

Bab IX Spiritualitas Keluarga Kristen ....................................... 137

Bab X Seksualitas dalam Pernikahan Kristen ............................. 145

Bab XI Penutup ................................................................. 175

Sumber Pustaka ............................................................. 177

Lampiran 1: Kuisioner Bimbingan Pranikah .............................. 185

Lampiran 2: Kuisioner Bimbingan Pascanikah ........................... 192

Kunci Jawaban .............................................................. 210

Page 16: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu
Page 17: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Pendahuluan

Buku ini ditulis dengan tujuan menyediakan materi dasar konseling pra-nikah maupun konseling pascanikah (post-nikah), yang dapat diguna-kan para hamba Tuhan/pendeta maupun pembimbing pernikahan yang

ditugaskan oleh lembaga gereja untuk menjalankan tugas tersebut. A. Tujuan Konseling Pranikah:

1. Memberikan pemahaman yang benar tentang konsep dasar perni-kahan Kristen.

2. Memperlengkapi calon pasangan suami-istri (pasutri) dalam memu-lai membangun rumah tangga mereka dengan cara yang benar, me-lalui penguasaan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup bersama dalam pernikahan

3. Menolong calon pasutri untuk semakin mengenal dirinya dan pa-sangannya dari sudut pandang yang lengkap (diri sendiri, pasangan dan pembimbing) sehingga dapat melakukan perubahan serta pe-nyesuaian diri yang benar sebelum menikah.

4. Membangun hubungan antara pembimbing pernikahan dengan calon pasutri, agar terdapat rasa aman untuk membuka diri melalui kuisioner maupun secara lisan sepanjang proses konseling pranikah

I

Page 18: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

18

maupun konseling pascanikah, serta membangun kepercayaan un-tuk jangka panjang.

Untuk dapat menyelenggarakan sebuah Konseling Pernikahan diperlukan:

1. Waktu yang cukup.

Kesediaan seorang hamba Tuhan/pendeta selaku pembimbing, untuk menyediakan waktu pertemuan yang cukup bagi pasangan yang akan menikah, merupakan tanda kasih yang otentik. Karena jika tidak demikian, siapa lagi yang dapat diharapkan untuk mengajar keduanya agar memahami dan memiliki keterampilan dasar dalam menjalankan sebuah pernikahan. Meskipun calon pasutri tersebut lulusan sekolah teologi, atau telah dewasa secara usia, dan pendidikan, namun jangan melalaikan satu pun kebenaran yang harus diajarkan dalam konseling pranikah. Justru orang-orang seperti itulah yang harus mendapat porsi bimbingan yang lebih banyak dan kuat, agar mereka dapat semakin efektif melayani pekerjaan Tuhan dan bukannya mempermalukan pekerjaan yang mulia ini, karena tidak becus mengurus rumah tangganya di awal pernikahan.

2. Alat untuk mengenal calon pasutri, berupa kuisioner dan perta-nyaan-pertanyaan langsung.

Kuisioner ringkas yang dilampirkan pada akhir buku ini, dapat diguna-kan untuk mengukur pemahaman masing-masing atas calon pasangan-nya. Beberapa buku konseling pranikah lain mungkin memiliki contoh bentuk yang lain. Tetapi pilih atau buatlah, daftar pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan pembimbing berkenaan hal-hal apa yang per-lu diketahui dari kedua pasangan. Namun perhatikan juga kemampuan kognitif calon pasutri, apakah dapat mengerti pertanyaan-pertanyaan tersebut. Beberapa kuisoner nampaknya mudah dimengerti dan dija-wab oleh calon pasutri yang berpendidikan atau tinggal di kota, namun

Page 19: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

pendahuluan

19

bagi sebagian yang lain mungkin sebaliknya.

3. Materi dasar sebagai panduan pelajaran konseling pranikah bagi pembimbing dan calon pasutri.

Pada dasarnya, setiap pembimbing pranikah dapat menyiapkan sebuah panduan bagi dirinya sendiri. Namun, karena banyak bidang lain dalam pelayanan pastoral yang perlu mendapat perhatian, tidak semua hamba Tuhan sempat menyiapkan sebuah materi tertulis yang dapat digunakan oleh dirinya sebagai panduan bimbingan pranikah maupun sebagai buku catatan bagi pasangan yang sedang dibimbing. Itu sebabnya, buku ini bisa difungsikan tidak hanya sebagai panduan pembimbing, tetapi juga buku catatan bagi calon pasutri. Beberapa bagian pada buku sengaja dikosongkan, karena merupakan hal-hal penting untuk diingat oleh calon pasutri. Dengan adanya buku ini diharapkan calon pasutri dapat mempersiapkan dan membaca sebelum pertemuan, serta sepanjang pertemuan dapat mengisi bagian yang dikosongkan untuk lebih meng-ingat lagi hal-hal penting yang ditekankan pembimbing. Selain itu buku ini dapat juga diberikan sebagai hadiah dari pihak lembaga gereja, sebagai pendamping Alkitab pernikahan. Selain digu-nakan selama proses bimbingan pranikah, buku catatan tersebut juga menjadi bahan diskusi dalam bimbingan pascanikah (konseling post-nikah).

4. Kesediaan calon suami-istri untuk memenuhi prosedur dan men-jalani proses konseling pranikah dan pascanikah secara aktif dan konsisten.

Kesediaan ini tidak selalu muncul dengan sendirinya, karena calon pa-sutri kemungkinan belum menyadari pentingnya konseling tersebut. Keyakinan bahwa mereka berdua sudah sangat “cocok” (compactible) menimbulkan dorongan kuat untuk segera menikah dan menganggap tidak ada yang perlu dipersiapkan lagi, selain pemberkatan nikah di

Page 20: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

20

gedung gereja dan resepsi pernikahan. Itu sebabnya, dalam persyaratan pemberkatan pernikahan, setiap lembaga gereja mencantumkan kewajiban mengikuti pertemuan kon-seling pranikah. Dalam pertemuan itulah, pembimbing pernikahan akan membangun kesadaran baru dalam diri calon pasutri tentang penting-nya mengikuti prosedur pembimbingan dengan hati yang rela dan ber-semangat.

B. Merencanakan Konseling Pranikah

1. Prosedur Standar a. Dalam situasi normal, konseling pranikah secara intensif akan

diadakan setelah keluarga bertemu, merestui, dan melaporkan kepada pihak lembaga gereja mengenai hubungan khusus calon pasutri tersebut. Keluarga akan menegaskan status mereka apa-kah akan melangsungkan pertunangan atau sudah bertunangan di tempat lain. Dalam hal ini peran orang tua dan wali sangat penting, karena walaupun secara hukum keduanya sudah diang-gap dewasa, persetujuan orang tua maupun wali masih tetap di-perlukan. Penyampaian secara lisan ke kantor gereja harus juga dibuktikan melalui surat penyerahan oleh orang tua maupun wali kepada pihak gereja, untuk mempersiapkan dan menyelenggara-kan pernikahan tersebut.

b. Menaati peraturan gereja dan peraturan negara. Setiap lem-baga gereja memiliki aturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pasutri. Sebaiknya setiap lembaga gereja khususnya hamba Tuhan telah meringkaskannya dalam sebuah lembaran yang mencantumkan mengenai syarat untuk mendapat pelayanan pernikahan, mencakup syarat administrasi dan per-syaratan lainnya. Demikian juga mengenai peraturan negara mengenai pernikahan, calon pasutri harus memahaminya dengan baik, sehingga dokumen yang disyaratkan, wajib dipenuhi sebe-

Page 21: Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

pendahuluan

21

lum lembaga gereja menjalankan proses selanjutnya ke arah per-nikahan. Sebagai contoh, Surat Keterangan Belum Menikah dari instansi pemerintah, atau surat izin dari atasan, jika berasal dari instansi pemerintah yang mewajibkan adanya izin dari pimpinan (TNI/POLRI atau dalam masa dinas khusus).

2. Merancang Sesi BimbinganBimbingan pranikah dapat diselenggarakan dengan tiga sistem:• Kelas terbuka untuk semua pria dan wanita dewasa yang akan

menikah.• Pertemuan pribadi bersama calon pasutri sejak awal bimbingan.• Kombinasi keduanya. Sebagian materi bimbingan dipelajari dalam

kelas umum dan beberapa topik dibicarakan hanya setelah waktu pernikahan telah dipastikan, untuk masing-masing calon pasutri dilakukan secara tersendiri.

Rencana pertemuan dapat diatur sebagai berikut: 1. Pertemuan Perkenalan Awal (30 Menit)

• Perbincangan awal.• Penyerahan dan penjelasan mengenai persyaratan pernikahan.• Penjelasan dan pengisian kuisioner. Sampaikan mengenai berapa

lama waktu yang diberikan untuk calon pasutri mengisi kuisioner, dan kapan mereka harus menyerahkan kembali sebelum pertemuan bimbingan pertama dilakukan.

Setelah kuisioner diisi dan dibaca oleh pembimbing, maka ia perlu membuat tindak lanjut pasca hasil kuisioner. Khususnya, jika terdapat ka-sus hubungan seks pranikah dan kehamilan, dapat segera ditindaklanjuti sebelum proses pelajaran pranikah dilanjutkan.

2. Bimbingan Keselamatan dan Penyelesaian Dosa Di atas semua persyaratan pernikahan yang lain, maka syarat pernikahan Kristen yang harus dipenuhi pertama-tama adalah bahwa keduanya harus